Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ibu hamil memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda dengan ibu yang tidak hamil, karena ada janin yang
tumbuh dirahimnya. Kebutuhan nutrisidilihat bukan hanya dalam porsi tetapi harus ditentukan pada mutu zat-
zat nutrisi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi (Derek, 2005). Pertumbuhan maupun aktivitas
janin memerlukan makanan yang disalurkan melalui plasenta. Ibu hamil harus mendapat nutrisi yang cukup
untuk dirinya sendiri maupun bagi janinnya. Maka bagi ibu hamil, kualitas maupun jumlah makanan yang
biasanya cukup untuk kesehatannya harus ditambah dengan zat-zat nutrisi dan energi agar pertumbuhan janin
berjalan dengan baik. Selama hamil ibu mengalami banyak perubahan dalam tubuhnya agar siap
membesarkan janin yang dikandungnya, memudahkan kelahiran, dan untuk memproduksi ASI bagi bayi yang
dilahirkannya (Francin, 2005). WHO (World HealthOrganization) menganjurkan jumlah tambahan sebesar
150 Kkal sehari pada trimester I, dan 350 Kkal sehari pada trimester II dan III (Waryana,2007). Menurut
badan kesehatan dunia WHO melaporkan bahwa ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75%
(Purwoko, 2011). Data Kesehatan Tahun 2011, dapat ditemukan data dan fakta tentang ibu hamil, yaitu:
jumlah ibu hamil di Indonesia sebanyak 12.060.637 (Kemenkes RI, 2012). Berdasarkan rekap data proyeksi
penduduk tahun 2018 BPS Provinsi Jambi jumlah ibu hamil 804,988 jiwa. Dari data Dinas Kesehatan
Kabupaten Tanjung jabung Timur pada bulan Januari tahun 2019 jumlah ibu hamil sebanyak 420 jiwa dan ibu
hamil kekurangan energi kronis (KEK) sebanyak 0.0521%(Dinkes, 2019).

Berdasarkan data dari Puskesmas Mendahara Ilir pada tahun 2014sebanyak 141 ibu hamil, tahun 2017
sebanyak 68 ibu hamil dan pada bulan November-Desember 2018 sebanyak 62 ibu hamil (Puskesmas
Mendahara, 2018).Bila ibu mengalami kekurangan nutrisi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik
pada ibu maupun janin yang dikandungnya, antara lain:anemia, perdarahan dan berat badan ibu tidak
bertambah secara normal,kurang nutrisi juga dapat mempengaruhi proses persalinan dimana dapat
mengakibatkan persalinan sulit dan lama, prematur, perdarahan setelah persalinan, kurang nutrisi juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin dandapat menimbulkan keguguran, abortus, cacat bawaan dan berat janin
bayi lahir rendah (Zulhaida, 2005). Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat kesehatan
dan nutrisinya berada pada kondisi yang baik. Ibu yang mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK) selama
hamil akan menimbulkan masalah baik ibu maupun janin. Masalah yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan
risiko dan komplikasi.

Nutrisi seorang ibu selama hamil mempunyai pengaruh yang sangat penting baik terhadap kesehatan maupun
kemampuan memproduksi ASI dan menyusui bayi, kebutuhan nutrisi akan meningkat selama masa
hamiluntuk kebutuhan ibu dan janin (Denok, 2004).
Apabila masukan nutrisi padaibu hamil tidak sesuai dengan kebutuhan maka akan terjadi gangguan dalam
kehamilan baik kepada ibu dan janin yang dikandungnya (Arisman, 2010).
3 Sebagian besar dari masalah nutrisi disebabkan oleh pengetahuan. Namun demikian tidak dapat dipungkiri
bahwa faktor-faktor sosial, budaya dan faktor ekonomi juga mempengaruhi secara nyata gambaran
menyeluruh mengenai masalah nutrisi. Kebiasaan pemberian makanan yang telah terjadi karena kekurang
tahuan, tahayul dan adanya kepercayaan yang salah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi nutrisi
dewasa ini yang berkembang sangat pesat masalah nutrisi yang timbul masih sangat memprihatinkan dimana
tingkat kemampuan maternal masih sangat tinggi pada umumnya ibu hamil di lingkungan masyarakat kita
masih banyak yang di garis kemiskinan sehingga dapat memenuhi nutrisi yang baik ditunjang lagi oleh

1
pendidikan rendah, umur, pekerjaan, pengalaman, paritas, budaya,status ekonomi yang berdampak padahamil
terhadap kebutuhan nutrisi kehamilan masih sangat rendah (Admin, 2009).
Untuk pemenuhan nutrisi ibu hamil perlu informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan, diharapkan ibu
dapat kooperatif dengan intervensi yang diberikan tentang nutrisi ibu hamil. Melihat manfaat dari nutrisi ibu
hamil, sebaiknya ibu hamil melakukan pemenuhan nutrisi yang tepat. Pemberian nutrisi(PMT)itu terkait
dengan jenis makanan yang dimakan, frekuensi, dan jadwal pemberian makanan. Dalam hal ini diperlukan
informasi yang lebih mendalam kepada nutrisi ibu hamil. Pengetahuan nutrisi yang cukup dapat membantu
seseorang belajar bagaimana menyimpan, mengolah serta menggunakan bahan makanan yang berkualitas
untuk dikonsumsi (Boston, 2005).

Dengan fenomena di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “ Distribusi Frekuensi
Ibu Hamil dengan KEK di Wilayah Kerja Puskesmas Mendahara Ilir ”

1.1 Rumusan Masalah


1.Bagaimana distribusi frekuensi Ibu hamil dengan KEK yang datang berobat ke Puskesmas Mendahara
periode Januari 2019 – April 2019 ?
2.Apakah ada hubungan antara pengetahuan , pendapatan , dan pemeriksaan ANC terhadap distribusi
frekuensi ibu hamil dengan KEK di wilayah Puskesmas Mendahara Ilir ?

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan Umum
Untuk mengetahui distribusi frekuensi penderita KEK yang berobat ke Puskesmas Mendahara
Kecamatan Mendahara Ilir Periode Januari –April 2019

Tujuan Khusus
1. Mengindentifikasi distribusi ibu hamil dengan KEK berdasarkan pengetahuan terhadap nutrisi
2. Mengidentifikasi distribusi ibu hamil dengan KEK berdasarkan pendapatan rumah tangga
3. Mengidentifikasi distribusi ibu hamil dengan KEK berdasakan pemeriksaan ANC

1.3 Manfaat Penelitian


1.Dapat membantu puskesmas untuk mengetahui gambaran jumlah Ibu Hamil dengan KEK yang ada di
Kecamatan Mendahara Ilir.
2.Dapat jadi bahan masukan dalam program kesehatan untuk membantu mengendalikan angka kejadian Ibu
Hamil dengan KEK.
3.Dapat digunakan sebagai data dasar untuk melakukan promosi kesehatan dalam menanggulangi kasus
malnutrisi khususnya Ibu Hamil dengan KEK di Kecamatan Mendahara Ilir.
4.Dapat menambah informasi dan pengetahuan masyarakat mengenai KEK khususnya Ibu Hamil dengan
KEK.

BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA

1. Kekurangan Energi Kronik


a. Pengertian
KEK merupakan salah satu keadaan malnutrisi, malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau
kelebihan secara relative atau absolut satu atau lebih zat gizi (Supriasa, 2002, p.82). KEK adalah keadaan
dimana seseorang mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein ) yang berlangsung lama atau menahun.
Dengan ditandai berat badan kurang dari 40 kg atau tampak kurus dan dengan LILA-nya kurang `dari 23,5 cm
(Depkes,1999, p.5).
b. Faktor – faktor yang mempengaruhi
Dari penelitian Surasih (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi KEK antara lain : jumlah asupan energi,
umur, beban kerja ibu hamil, penyakit/infeksi, pengetahuan ibu tentang gizi dan pendapatan keluarga. Adapun
penjelasannya :

1) Jumlah asupan makanan


Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada kebutuhan wanita yang tidak hamil. Upaya
mencapai gizi masyarakat yang baik atau optimal dimulai dengan penyedian pangan yang cukup. Penyediaan
pangan dalam negeri yaitu : upaya pertanian dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran
dan buah-buahan. Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang
dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur gizi dan menemukan faktor diet yang
menyebabkan malnutrisi.
2) Umur
Semakin muda dan semakin tua umur seseorang ibu yang sedang hamil akan berpengaruh terhadap kebutuhan
gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan pertumbuhan dan
perkembangan dirinya sendiri, juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Sedangkan untuk
umur tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang melemah dan diharuskan untuk bekerja
maksimal, maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang
berlangsung. Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, dengan
diharapkan gizi ibu hamil akan lebih baik.

3) Beban kerja/Aktifitas
Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan gerak yang otomatis memerlukan energi yang
lebih besar dari pada mereka yang hanya duduk diam saja. Setiap aktifitas memerlukan energi, maka apabila
semakin banyak aktifitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak. Namun pada seorang
ibu hamil kebutuhan zat gizi berbeda karena zat-zat gizi yang dikonsumsi selain untuk aktifitas/ kerja zat-zat
gizi juga digunakan untuk perkembangan janin yang ada dikandungan ibu hamil tersebut.

3
Kebutuhan energi rata-rata pada saat hamil dapat ditentukan sebesar 203 sampai 263 kkal/hari, yang
mengasumsikan pertambahan berat badan 10-12 kg dan tidak ada perubahan tingkat kegiatan.

4) Penyakit /infeksi
Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena penyakit infeksi dan juga infeksi akan mempermudah status
gizi dan mempercepat malnutrisi, mekanismenya yaitu :
a) Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya absorbsi dan kebiasaan mengurangi
makanan pada waktu sakit.
b) Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual, muntah dan perdarahan yang terus menerus.
c) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit atau parasit yang terdapat pada
tubuh.

5) Pengetahuan ibu tentang Gizi


Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap terhadap makanan dan praktek/
perilaku pengetahuan tentang nutrisi melandasi pemilihan makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah tangga
sering kali mempunyai asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam
keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat maka pengetahuan
nutrisi dan praktek nutrisi bartambah baik. Usaha-usaha untuk memilih makanan yang bernilai nutrisi semakin
meningkat, ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan nutrisi akan memilih makanan yang lebih
bergizi dari pada yang kurang bergizi
6) Pendapatan keluarga
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Pada rumah tangga
berpendapatan rendah, sebanyak 60 persen hingga 80 persen dari pendapatan riilnya dibelanjakan untuk
membeli makanan. Artinya pendapatan tersebut 70-80 persen energi dipenuhi oleh karbohidrat (beras dan
penggantinya) dan hanya 20 persen dipenuhi oleh sumber energi lainnya seperti lemak dan protein.
Pendapatan yang meningkat akan menyebabkan semakin besarnya total pengeluaran termasuk besarnya
pengeluaran untuk pangan.

c. Pathogenesis
Proses terjadinya KEK merupakan akibat dari faktor lingkungan dan faktor manusia yang didukung oleh
kekurangan asupan zat-zat gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Apabila keadaan ini berlangsung lama maka simpan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan
jaringan.

d. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala adalah berat badan kurang dari 40 kg atau tampak kurus dan LILA kurang dari 23,5cm
(Supariasa, 2002, p.48).

4
1) Ukuran Lingkar Lengan Atas
a) Pengertian
Kategori KEK adalah apabila LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA (Supariasa, 2002,
p.49). Menurut Depkes RI (1994) didalam buku Supariasa (2002, p.48) ,pengukuran LILA pada kelompok
wanita usia subur.
(WUS) adalah salah satu deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan masyarakat awam, untuk
mengetahui kelompok beresiko KEK. Wanita usia subur adalah wanita usia 15-45 tahun. LILA adalah suatu
cara untuk mengetahui resiko KEK.

b) Tujuan
Tujuan pengukuran LILA adalah mencakup masalah WUS baik pada ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat
umum dan peran petugas lintas sektoral. Adapun tujuan tersebut adalah :
(1) Mengetahui resiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang mempunyai
resiko melahirkan bayi berat lahir rendah.
(2) Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam pencegahan dan
penanggulangan KEK.
(3) Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan tujuan meningkatakan kesejahteraan ibu
dan anak.
(4) Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK.
(5) Meningkatkan peran dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita KEK.

c) Ambang Batas
Ambang batas LILA pada WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5cm, apabila ukuran LILA kurang
dari 23,5cm atau dibagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK, dan diperkirakan
akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR). BBLR mempunyai resiko kematian, kurang gizi, gangguan
pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak (Supariasa, 2002, p.49).

d) Cara Mengukur LILA


Pengukuran LILA dilakukan melalui urutan–urutan yang telah ditetapkan. Ada 7 urutan pengukuran LILA
(Supariasa, 2002, p.49) yaitu:
1) Tetapkan posisi bahu dan siku.
2) Letakkan pita antara bahu dan siku.
3) Tentukan titik tengah lengan.
4) Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan.
5) Pita jangan terlalu dekat.

5
Akibat KEK saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun janin yang dikandungnya yaitu meliputi:
a. Akibat KEK pada ibu hamil yaitu :
1) Terus menerus merasa letih
2) Kesemutan
3) Muka tampak pucat
4) Kesulitan sewaktu melahirkan
5) Air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi, sehingga bayi akan kekurangan air susu
ibu pada waktu menyusui.

b. Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang dikandung antara lain :
1) Keguguran
2) Pertumbuhan janin terganggu hingga bayi lahir dengan berat lahir rendah
(BBLR)
3) Perkembangan otak janin terlambat, hingga kemungkinan nantinya
kecerdasaan anak kurang, bayi lahir sebelum waktunya (Prematur)
4) Kematian bayi (Helena, 2013).

7) Pemerkaan Kehamian ( Perawatan Ante Natal).


Dalam memantau status gizi ibu hamil, seorang ibu harus melakukan kunjungan ketenaga kesehatan. Karena
pemeriksaan kenaikan berat badan perlu dilakukan dengan teliti, jangan sampai wanita hamil terlalu gemuk
untuk menghindarkan kesulitan melahirkan dan bahkan jangan terlalu kurus karena dapat membahayakan
keselamatan dirinya dan janin yang dikandungannya (Sjahmien Moehji, 2003)

2.5 Gizi pada ibu hamil


Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis besar adalah sebagai berikut :

a. Asam folat
Menurut konsep evidence bahwa pemakaian asam folat pada masa pre dan perikonsepsi menurunkan resiko
kerusakan otak, kelainan neural, spina bifida dan anensepalus, baik pada ibu hamil yang normal maupun
beresiko. Pemberian suplemen asam folat dimulai dari 2 bulan sebelum konsepsi dan berlanjut hingga 3 bulan
pertama kehamilan.

b. Energy
Diet pada ibu hamil tidak hanya difokuskan pada tinggi protein saja tetapi pada susunan gizi seimbang energy
juga protein. Hal ini juga efektif untuk menurunkan kejadian BBLR dan kematian perinatal. Kebutuhan energy
ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses tumbuh kembang janin dan perubahan pada tubuh ibu.

c. Protein
Pembentukan jaringan baru dari janin dan untuk tubuh ibu dibutukan protein sebesa 910 gram dalam 6 bullan
terakhir kehamilan. Dibutuhkan tambahan 12 gram protein sehari untuk ibu hamil.

. Zat Besi (FE )


Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara rutin adalah untuk membangun cadangan besi,
sintesa sel darah merah, dan sinesa darah otot. Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan
kebutuhan zat besi. Jumlah zat besi yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume
darah adalah 500 mg.

6
e. Kalsium
Untuk pembentukan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah sebesar 500 mg sehari.

f. Pemberian suplemen vitamin D terutama pada kelompok beresiko penyakit seksual dan di negara dengan
musim dingin yang panjang

g. Pemberian yodium pada daerah dengan endemic kretinisme


(Kusmiyati, 2008)

2.6 Penilaian Status Gizi Ibu Hamil


a. Berat badan dilihat dari quatelet atau body massa index (Index Masa Tubuh = IMT)
Ibu hamil dengan berat badan dibawah normal sering dihubungkan dengan abnormalitas kehamilan, berat
bada lahir rendah. Sedangkan berat badan overweight meningkatkan resiko atau komplikasi dalam kehamilan
seperti hipertensi, janin besar sehingga terjadi kesulitan dalam persalinan.

b. Ukuran Lingkar Lengann Atas (LILA)


Standar minimal untuk ukuran lingkar lengan atas pada wanita dewasa adalah 23,5 cm. Jika ukuran LILA
kurang dari 23,5 cm maka interprestasinya adalah Kurang Energi Kronis (KEK).

c. Kadar Hemoglobin (Hb)


Ibu hamil yang mempunyai Hb kurang dari 10,0 akan mengalami anemia. (Kusmiyati, 2008).

2.7 Gizi Untuk Tumbuh Kembang Janin


Pada kehamilan trimester pertama pertumbuhan janin lambat, mulai trimester dua dan seterusnya,
pertumbuhan janin terjadi dengan laju lebih cepat. Sejak menginjak bulan keempat, umumnya ibu hamil sudah
bebas dari gangguan morning sicknes, sehingga ibu merasakan nafsu makan kembali. Sekalipun demikian
pada trimester ini anda harus mulai memperhatikan komposisi maka yang dikonsumsi (Musbikin, 2008).

2.8 Gizi Penting Saat Hamil


Kebutuhan gizi akan terus meningkat, terutama setelah memasuki kehamilan trimester kedua. Sebab pada saat
itu, pertumbuhan janin belangsung sangat cepat. Hal lain yang perlu diperhatikan meskipun nafsu makan
meningkat, tetaplah berpegang pada pola makan dengan gizi seimbang.
Status gizi ibu hamil yang baik selama proses kehamilan, harus mengalami kenaikan berat badan sebanyak 10-
12 kg. yaitu pada trimester pertama kenaikan kurang lebih dari 1 kg, sedangkan pada trimester kedua kurang
lebih 3 kg dan pada trimester ketiga kurang lebih mencapai 6 kg.
Sebaiknya ibu hamil menghindari makanan berkalori tinggi . makanan dengan gizi seimbang dapat diperoleh
dari karbohidrat, dan lemak sebagai sumber tenaga, protein sebagai sumber zat pembangun, serta vitamin dan
mineral sebagai zat pengatur (Maulana, 2008).

2.9 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian KEK


2.9.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu : penglihatan, pendengaran,

7
penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan
yaitu :
1). Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk
diantaranya adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima kata kerja untuk mengukur bahwa orang tau apa yang telah dipelajari
antara lain, menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan, menyatakan dan sebagainya.

2). Memahami (comprehension)


Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui
dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap
objek yang dipelajari.

3). Aplikasi (application)


Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi sebenarnya Aplikasi dapat diartikan juga sebagai penggunaan atau aplikasi hukum-hukum, rumus
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain.

4). Analisis (analysis)


Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menyebarkan materi untuk suatu objek ke dalam komponen-
komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain
Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5). Sintesis (synthesis)


Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusu suatu formulasi baru dari
formula-formula yang ada.

6). Evaluasi (evaluation)


Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek
Penelitian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria-kriteria yang telah ada.

Apabila penerimaan perilaku baru didasari oleh pengetahuan, kesadaran , dan sikap yang positif maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng (long lasting), sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan dan kognitif merupakan hal yang Sangat penting Untuk terbentuknya tindakan seseorang,
meningkatnya pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan seseorang, pengetahuan
jika membentuk kepercayaan seseorang, pengetahuan jika membentuk kepercayaan seseorang serta sikap
terhadap sesuatu hal perilaku yang didasari pengetahuan lebih langsung dari prilaku yang tidak didasari
pengetahuan (Notoadmodjo, 2010)

Notoatmodjo (2010) mengatakan pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indra diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan yang baik tentang gizi pada seseorang membuat orang tersebut akan
semakin memperhitungkan jumlah dan jenis makan yang dipilihnya untuk di konsumsi. Orang yang
pengetahuan gizinya rendah akan berperilaku memilah makanan yang menarik panca indera dan tidak

8
mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makanan tersebut. Sebaliknya mereka yang memiliki pengetahuan
gizi tinggi cenderung lebih banyak menggunakan pertimbangan rasioanl dan pengetahuan tentang nilai gizi
makanan tersebut (Helena, 2013)

Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap terhadap makanan dan
praktek/perilaku pengetahuan tentang nutrisi melandasi pemilihan makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah
tangga sering kali mempunyai asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan
dalam keluarga (Djamilah, 2008).

Ketersediaan (food availability) yaitu ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk
semua orang baik yang berasal dari produksi sendiri, impor, cadangan pangan maupun bantuan pangan.
Ketersediaan pangan ini diharapkan mampu mencukupi pangan yang didefinisikan sebagai jumlah kalori yang
dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012).

Hasil penelitian Nora (2013) tentang Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Yang Menderita Kekurangan Energi
Kronis (KEK) Di Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak menunjukkan bahwa responden memiliki
pengetahuan cukup tentang kekurangan energi kronis (KEK) sebanyak 15 orang (50%), sebagian besar
responden memiliki tingkat pendidikan tamat SMA sebanyak 15 orang (50%), dan sebagian besar ibu hamil
yang menderita kekurangan enegi kronik (KEK) memiliki status ekonomi yang tinggi yaitu sebanyak 18 orang
(60%). responden yang menderita kekurangan energi kronis mempunyai pengetahuan cukup tentang
kekurangan energi kronis dengan tingkat pendidikan tamat SMA dan mempunyai status ekonomi yang tinggi.
tidak semua ibu hamil yang menderita kekurangan energi kronis (KEK) mempunyai tingkat pendidikan rendah
dan status ekonomi yang rendah juga,Pendidikan adalah upaya persuatif atau pembelajaran kepada masyarakat
agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah-masalah)
dan meningkatkan kesehatannya. Sehingga perilaku tersebut diharapkan akan berlangsung lama dan menetap,
karena didasari oleh kesadaran (Notoatmodjo, 2010).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, akhlaq mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (UU No.20/2003).

Pendidikan ibu memberikan pengaruh terhadap perilaku anak khususnya tanggung jawab dalam memilih
makanan. Ibu yang berperilaku tinggi tidak akan membiasakan diri untuk berpantang atau tabu terhadap bahan
makan yang ada (Helena, 2013).

Tingkat pendidikan yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi, sehingga pengetahuan akan terbatas.
Pada masyarakat dengan pendidikan rendah akan lebih kuat mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan
dengan makanan, sehingga sulit untuk menerima pembaharuan di bidang gizi (Helena, 2013). Dalam arti
sederhana pendidikan gizi merupakan suatu proses belaar tentang pangan, bagaimana tubuh dapat
menggunakannya dan mengapa diperlukan untuk kesehatan. Pendidikan gizi mengarah pada perubahan
perilaku perbaikan konsumsi pangan dan status gizi. Perilaku konsumsi memilih dan menggunakan pangan.
Perilaku kosumsi pangan berasal dari proses sosialisasi dalam sistem keluarga melalui proses pendidikan
maupun sebagai dampak dari peyebaran informasi (Helena, 2013).

2.9.2 Pendapatan
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Pada rumah tangga
berpendapatan rendah, sebanyak 60 persen hingga 80 persen dari pendapatan riilnya dibelanjakan untuk

9
membeli makanan. Artinya pendapatan tersebut 70-80 persen energi dipenuhi oleh karbohidrat (beras dan
penggantinya) dan hanya 20 persen dipenuhi oleh sumber energy lainnya seperti lemak dan protein.
Pendapatan yang meningkat akan menyebabkan semakin besarnya total pengeluaran termasuk besarnya
pengeluaran untuk pangan (Djamilah, 2008).
Hasil penelitian Sadli (2011) tentang Hubungan Pengetahuan, Penghasilan Keluarga Dan Budaya Dengan
Kejadian Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil didapatkan bahwa 67,2% responden mempunyai
pengetahuan yang baik, 67,2% berpenghasilan < Rp. 450.000,-, 50,7% budaya responden baik dan 37,3%
mengalami KEK. Didapatkan kesimpulan ada hubungan antara pengetahuan, penghasilan dan budaya dengan
kejadian KEK.

Ketersediaan pangan artinya pangan tersedia dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga baik jumlah, mutu, dan keamanannya. Ketersediaan pangan mencakup kualitas dan kuantitas
bahan pangan untuk memenuhi standart energy bagi individu agar mampu menjalankan aktifitas sehari-hari
(Dinkes Propsu, 2006).

Upah Minimum Provinsi (disingkat UMP) adalah upah minimum yang berlaku untuk seluruh
kabupaten/kota di satu provinsi. Dahulu Upah Minimum Provinsi dikenal dengan istilah Upah
Minimum Regional Tingkat I. Dasar hukum penetapan UMP adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum. UMP ditetapkan oleh gubernur
dengan memperhatikan rekomendasi Dewan Pengupahan Provinsi. Untujk daerah Provinsi Aceh
upah minimum tahun 2014 sebanyak Rp 1,750,000 (UMP, 2014). Ekonomi juga selalu menjadi
faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat. Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat
memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga esehatan dan
melakukan persiapan lainnya dengan baik. Namun dengan adanya perencanaan yang baik sejak awal,
membuat tabungan persalinan, kehamilan dan proses persalinan pun dapat berjalan dengan baik
(Maulana, 2008).

2.9.3 Pemerikaan Kehamilan (ANC)


1. Pengertian ANC
Pelayanan kesehatan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan
mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI
dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998). Kunjungan Antenatal Care (ANC)
adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk
mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah adanya komplikasi
obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara
memadai (Saifuddin, dkk., 2002). Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik
fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga
keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental (Wiknjosastro, 2005).
Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan integrasi pelayanan antenatal rutin dengan beberapa program lain
yang sasarannya pada ibu hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan antenatal.

2. Tujuan ANC

10
Tujuan Antenatal Care Baru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil secara teratur dan
tertentu. Dengan usaha itu ternyata angka mortalitas serta morbiditas ibu dan bayi jelas menurun. Tujuan
pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan ia sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan
anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka postpartum sehat dan normal,
tidak hanya fisik akan tetapi juga mental. Ini berarti dalam antenatal care harus diusahakan agar :
a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harus sama sehatnya atau lebih sehat;
b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini dan diobati,
c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik dan metal (Wiknjosastro,
2005)
Tujuan Asuhan Antenatal yaitu :
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu dan tumbuh kembang bayi
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil,
termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, Ibu maupun bayinya dengan
trauma seminimal mungkin
e. Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh
kembang secara normal (Saifuddin, dkk., 2002).

Keuntungan Antenatal Care Dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil
dapat diarahkan untuk melakukan rujukan kerumah sakit. (Manuaba,1998)
Fungsi Antenatal Care adalah :
a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan
b. Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan kehamilan resiko tinggi dan merujuk bila
perlu.
c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi.

Cara Pelayanan Antenatal Care Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal
menurut Depkes RI yang terdiri dari :

a. Kunjungan Pertama
1) Catat identitas ibu hamil
2) Catat kehamilan sekarang
3) Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
4) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan
5) Pemeriksaan fisik diagnostic dan laboratorium
6) Pemeriksaan obstetric
7) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan mineral lainnya serta obat-obatan khusus
atas indikasi.
9) Penyuluhan/konseling.

b. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa
mengancam jiwanya.

Oleh karena itu, wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal:
1) Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).

11
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 – 28).
3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36 11 dan sesudah minggu ke 36)
(Saifudin, dkk.,2002).

Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat penting,yaitu :
a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14
1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.
2) Mendeteksi masalah dan menanganinya
3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi,
penggunaan praktek tradisional yang merugikan
4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi
5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya

b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28


Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala – gejala
preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada kehamilan ganda.

c. Trimester ketiga antara minggu 28-36


Sama seperti diatas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.

d.Trimester ketiga setelah 36 minggu


Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan
kelahiran di rumah sakit (Saifuddin, dkk., 2002)

Tinjauan Tentang Kunjungan Ibu Hamil Kontak ibu hamil dan petugas yang memberikan pelayanan untuk
mendapatkan pemeriksaan kehamilan, istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang
ke fasilitas tetapi dapat juga sebaliknya, yaitu ibu hamil yang dikunjungi oleh petugas kesehatan (Depkes RI,
1997:57).

Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7 T”


a. (Timbang) berat badan
b. Ukur (Tekanan) darah
c. Ukur (Tinggi) fundus uteri
d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)
e. Pemberian (Tablet) zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
f. (Tes) terhadap penyakit menular sexual
g. (Temu) wicara dalam rangka persiapan rujukan. (Saifudin, 2002)

2.10 Kerangka Teoritis

12
Faktor–faktor yang menyebabkan KEK pada ibu hamil dipengaruhi oleh faktor langsung dan faktor tidak
langsung. Faktor langsung yang meliputi penyakit infeksi dan asupan makanan, sedangkan faktor tidak
langsung meliputi persediaan pangan keluarga, pendidikan, pengetahuan ibu, pendapatan keluarga, dan
pelayanan kesehatan (Soekirman, 2000).

1. Faktor langsung

a. Penyakit infeksi
Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan akibat interaksi antara berbagai faktor, tetapi yang paling
utama adalah akibat konsumsi makanan yang kurang memadai, baik kualitas maupun kuantitas dan adanya
penyakit yang sering diderita. Antara status gizi dan infeksi terdapat interaksi yang bolak balik. Infeksi dapat
mengakibatkan gizi kurang melaui berbagai mekanisme. Infeksi yang akut mengakibatkan kurangnya nafsu
makan dan toleransi terhadap makanan. Orang yang mengalami gizi kurang mudah terserang penyakit infeksi
(Suhardjo, 2002).
Menurut Pudjiaji (2000) terdapat interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi. Sebab malnutrisi disertai
infeksi, pada umumnya mempunyai konsekuensi yang lebih besar daripada malnutrisi itu sendiri. Infeksi
derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi, walaupun masih ringan mempunyai pengaruh
negative pada daya tahan terhadap infeksi.
Dampak infeksi terhadap pertumbuhan, seperti menurunnya telah lama diketahui. Keadaan demikian ini
disebabkan oleh hilangnya nafsu makan penderita infeksi. Sehingga masukan (intake) zat gizi kurang dari
kebutuhan.

b. Asupan makanan
Asupan makanan adalah jenis dan banyaknya makanan yang dimakan seseorang yang dapat diukur dengan
jumlah bahan makanan atau energi atau zat gizi. Asupan makan seseorang dipengaruhi oleh kebiasaan dan
ketersediaan pangan dalam keluarga. Kebiasaan makan adalah kegiatan yang berkaitan dengan makanan
menurut tradisi setempat. Kegiatan itu meliputi hal-hal seperti : bagaimana pangan dipengaruhi, apa yang
dipilih, bagaimana menyiapkan dan berapa banyak yang dimakan (Suhardjo, 2002)

2. Faktor tidak langsung

a. Ketersediaan Pangan
Ketersediaan pangan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh
anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup, baik jumlah maupun mutu gizinya (Depkes, 2010).

b. Pendidikan
Pendidikan ibu memberi pengaruh terhadap prilaku kepercayaan diri dan tanggung jawab dalam memilih
makanan. Seseorang yang berpendidikan tinggi tidak akan memperhatikan tentang pantangan atau makanan
tabu terhadap konsumsi makanan yang ada. Tingkat pendidikan yang rendah mempengaruhi penerimaan
informasi, sehingga pengetahuan akan terbatas. Pada masyarakat dengan pendidikan yang rendah akan lebih
kuat memperhatankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan, sehingga sulit untuk menerima
pembaharuan dibidang gizi.

c. Pendapatan Keluarga

13
Tingkat pendapatan keluarga menentukan bahan makanan yang dikonsumsi oleh keluarga tersebut. pola
pembelanjaan makanan antara kelompok miskin dan kaya tercermin dalam kebiasaan pengeluaran. Pendapat
merupakan factor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan.

d. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah akses atau jangkauan anak dan kelurga terhadap upaya pencegahan penyakit dan
pemeliharaan kesehatan. Ketidakterjangkauan pelayanan kesehatan (karena jauh atau tidak mampu
membayar), kurangnya pendidikan dan pengetahuan merupakan kendala masyarakat dan keluarga
memanfaatkan secara baik pelayanan kesehatan yang tersedia. Hal ini dapat berdampak juga pada status gizi
kesehatan ibu dan anak (Soekirman, 2000).

BAB III
14
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif observasional dengan menggunakan pendekatan cross
sectional yaitu dengan melihat dan menilai distribusi frekuensi Ibu hamil dengan KEK yang datang kontrol
dan berobat ke Puskesmas Mendahara Ilir periode Januari 2019 – April 2019 .

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


3.21 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari 2019 – April 2019
3.22 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Mendahara , Kecamatan Mendahara Ilir , Kabupaten Tanjung Jabung
Timur

3.3 Populasi dan Sample Penelitian


3.31 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua data rekam medik ibu hamil yang menderita KEK yang datang
untuk berobat ataupun untuk kontrol ke Poli KIA Puskesmas Mendahara Ilir Kapubaten Tanjung Timur
dimulai dari bulan Januari 2019 – April 2019.
3.32 Sample
Sample pada penelitian ini adalah semua pasien yang datang berobat ke Poli KIA Puskesmas Mendahara
Ilir, Kecamatan Mendahara Ilir, Kabupaten Tanjung Timur.
3.33 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Inklusi
Semua pasien berupa ibu hamil yang terdiagnosis KEK baik kasus baru maupun kasus lama di Puskesmas
Kecamatan Mendahara Ilir , Kabupaten Tanjung Timur.
Eksklusi
Pasien yang berupa Ibu Hamil yang terdiagnosis KEK namun tidak memiliki kelengkapan data yang
dibutuhkan atau yang menolak dilakukan penelitian.
3.34 Variable Penelitian
Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa ibu hamil dengan KEK dengan usia kehamilan
trisemester I , II , dan III .

3.35 Definisi Operasional Penelitian


Tabel 3.1 Definisi Operasional

15
N Variable Definisi Operasional Alat Cara Hasil Ukur Skala
O Ukur Ukur
1 KEK Keadaan yang menunjukkan kekurangan Rekam Self Apabila Nominal
pada ibu hamil gizi pada ibu yang mengandung dengan medis Assessment Pengukuran
cara mengukur lengan atas ibu hamil. LILA < 23,5cm
Hasil pengukuran dibagi atas 2 : maka termasuk
-LILA< 23,5cm , maka kategori
dinyatakan KEK KEK
-LILA> 23,5 cm , maka
dinyatakan Normal

2 Usia Kehamilan Umur kehamilan ibu adalah batas Rekam Self Hasil pengukuran HPHT , Nominal
waktu ibu mengandung, yang dihitung medis Assessment maka umur kehamilan
mulai dari hari pertama haid terakhir akan dibagi oleh 3:
(HPHT). Umur kehamilan ibu sekitar -Trismester 1 : 0 hari – 13 minggu
40 minggu atau 280 hari . -Trismester 2 : 14 minggu –
27 minggu
-Trisemester 3 : 28 minggu –
40 minggu

3 Usia ibu Angka Kronologi yang menunjukkan Rekam Self Resiko tinggi : jika umur ibu < 20 tahun Nominal
jumlah tahun kehidupan responden. medis Assessment dan umur 35 tahun keatas

Resiko rendah : jika umur ibu 20 –


< 35 tahun

4 Status Gizi Keadaan individu atau kelompok yang Rekam Self Kategori status gizi : Nominal
ditentukan oleh derajat lebih fisik akan energi medis Assessment 1.Kurang bila hasil pengukuran BB/TB
dan zat gizi lainnya yang diperoleh dari (IMT ) mencapai < 19,8kg/m
pangan dan makanan dan dampak fisiknya 2.Cukup bila hasil pengukuran BB/TB
dapat diukur menurut buku ( IMT) mencapai 19,8kg/m – 26 kg/m
Nutritional Center Health Stastistic (NCHS )
dengan indikator BB/TB pada bumil .
5 Pendapatan Rumah Pendapatan rumah tangga merupakan Rekam Self Apabila pendapatan rumah tangga itu Nominal
Tangga penghasilan yang diterima oleh rumah tangga medis Assessment < Rp 461,000.00/ bulan atau
bersangkutan terkait dengan pendapatan yang <Rp.15800/hari
dihasilkan oleh kepala keluarga dan maka dianggap tidak sejahtera .
anggota-anggota keluarga yang lain . Apabila pendapatan rumah tangga
> Rp 461.000,00/ bulan atau
< 15800 / hari
maka dianggap cukup sejahtera.
6 Pengetahuan Pengetahuan terhadap nutrisi ketika hamil Wawancara Self Nominal
terhadap nutrisi dibutuhkan agar ibu hamil tahu makanan Assessment
yang pantas untuk dimakan dan jumlah
kalori yang dibutuhkan.

16
Bagan 3.2 Kerangka Operasional

Ibu Hamil Pengunjung Puskesmas


ke Poli KIA

Usia
Ukuran Ibu
Pendapata Status Gizi dan
LILA
n Rumah Pengetahuan
Usia terhadap Nutrisi
Tangga
kehamilan

Pengolahan Data :

1.Data Entry

2.Edit data-cording data

3.Analisis data

Hasil Penelitian

17
3.4 Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari rekam medis
Puskesmas Mendahara Ilir , Kecamatan Mendahara Ilir , laporan itu berupa karakteristik seperti usia
kehamilan , usia ibu , ukuran LILA . Untuk data pendapatan rumah tangga dan status gizi pasien didapat
langsung ketika melakukan pertanyaan kuisioner kepada pasien di Poli KIA.

3.5 Cara pengolahan Data Dan Analisis Data


Data yang diperoleh dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk table dan grafik , kemudian diuraikan
secara tekstual.

18
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Profil Puskesmas Mendahara


Puskesmas Mendahara merupakan puskesmas induk di Kecamatan Mendahara , Kabupaten Tanjung
Jabung Timur, Provinsi Jambi. Puskesmas Mendahara telah berdiri lama , hampir 30 tahun lebih dan menjadi
bagian penting dalam pelayanan kesehatan di masyarakat Kecamatan Mendahara.
4.11 Tujuan Umum
Mewujudkan puskesmas sebagai Unit Kesehatan Mandiri di wilayah kerjanya dalam upaya meningkatkan
jangkauan pemerataan pelayanan kesehatan bermutu sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
4.12 Tujuan Khusus
1. Tersusunnya suatu kebijakan bagi puskesmas masa depan yang sesuai dengan perkembangan /
perubahan di berbagai bidang yang terkait dengan desentralisasi.
2. Berkembangnya peran dan fungsi puskesmas berdasarkan kemitraan dengan berbagai pihak terkait
dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.
3. Dikembangkannya kemampuan puskesmas sebagai Unit Kesehatan Mandiri dalam pemberian
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
4. Terselenggaranya berbagai kegiatan di Puskesmas yang dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.
5. Meningkatkan peran dan fungsi puskesmas dalam memberi pelayanan kepada masyarakat dengan
teknologi tepat guna.
4.13 Visi, Misi , dan Motto
Hal tersebut diatas sejalan dengan visi puskesmas, yaitu :
“ Mewujudkan kecamatan sehat menuju Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang sehat serta Indonesia
sehat (MDG’s ) 2014 dengan indikator lingkungan sehat , perilaku sehat , kemampuan masyarakat
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang optimal

4.2 Data Geografis


Kecamatan mendahara Ilir ,terletak disebelah utara Kabupaten Tanjung Timur dengan luas 911,50 Km 2.
Kecamatan ini hanya terdapat satu jalur darat yang menghubungkan ke ibukota Tanjung Jabung Timur , Muara
Sabak , dari Kecamatan Mendahara.

19
Batas wilayah Kecamatan Mendahara :

No Batas Wilayah Nama Lokasi


1 Utara Selat Berhala
2 Selatan Kecamatan Geragai
3 Barat Kecamatan Kuala Jambi
4 Timur Kecamatan Betara , Tanjung Jabung Barat
Tabel 4.2 Batas Wilayah Kecamatan Mendahara Tahun 2017
Puskesmas Mendahara Ilir merupakan dataran rendah dengan ketinggian 10 meter dari permukaan laut juga
merupakan daerah pasang surut dan daerah rawa – rawa serta juga merupakan daerah aliran sungai. Sarana
angkutan laut dan sungai berperan sebagai transportasi ke desa – desa / keluarahan – kelurahan lain serta
pustu, polindes , dan poskesdes .
Kecamatan Mendahara juga dibagi atas 1 kelurahan dan 8 desa , antara lain : Kelurahan Mendahara Ilir ,
Desa Mendahara Tengah , Desa Lagan Ilir, Desa Bakti Idaman, Desa Sungai Tawar , Desa Sinar Kalimantan ,
Desa Merbau , Desa Pangkal Duri , dan Desa Pangkal Duri Ilir .
Sedangkan cakupan wilayah kerja Puskesmas Mendahara sebanyak 1 kelurahan 6 desa antara lain :
Kelurahan Mendahara Ilir , Desa Mendahara Tengah , Desa Lagan Ilir, Desa Bakti Idaman , Desa Sungai
Tawar , Desa Sinar Kalimantan , Desa Merbau . Untuk Desa Pangkal Duri dan Desa Pangkal Duri Ilir
mempunyai puskesmas induk tersendiri.

No Nama Kelurahan / Desa Luas Wilayah ( Km2) Persentase ( % )


1 Mendahara Tengah 67,30 7,38
2 Pangkal Duri 267,50 29,35
3 Mendahara Ilir 105,40 11,56
4 Lagan Ilir 87,50 9,60
5 Bhakti Idaman 82,50 9,05
6 Merbau 87,50 9,60
7 Sungai Tawar 85,30 9,36
8 Pangkal Duri Ilir 65,20 7,15
9 Sinar Kalimantan 63,30 6,94
TOTAL 911,50 100
Tabel 4.3 Kelurahan di Kecamatan Mendahara dan Luas wilayah masing – masing kelurahan
tahun 2017

20
4.3 Data Demografik
Jumlah penduduk Kecamatan Mendahara tahun 2017 sebanyak 26.243 jiwa dan jumlah rumah tangga
sebanyak 6.663 rumah tangga dengan mayoritas suku etnis Bugis dan Melayu . Jumlah penduduk terbanyak
berada di Mendahara Ilir dengan jumlah penduduk sebesar 7.098 jiwa. Kepadatan penduduk di Kecamatan
Mendahara tahun 2017 sebesar 28,79 jiwa/km2.
Hal ini berarti di Kecamatan Mendahara setiap 1 km 2 terdapat 29 jiwa. Desa dengan kepadatan penduduk
tertinggi berada di Desa Mendahara Ilir dengan kepadatan penduduk sebesar 67,34 jiwa/km 2. Sektor
perekonomian di Kecamatan Mendahara sebagian besar ditopang dari pertanian seperti kopra, pinang , cabe
rawit , pisang, dan kelapa sawit serta sektor perikanan berupa tambak dan nelayan.

Kepadatan
No Desa / Kelurahan Jumlah Luas Daerah Penduduk
Penduduk ( Km2) (Orang / Km2)
1 Mendahara Ilir 7098 105,40 67,34
2 Pangkal Duri 2874 267,50 10,74
3 Mendahara Tengah 3911 67,30 58,11
4 Merbau 2 841 87,50 32,47
5 Bhakti Idaman 2 583 82,50 31,31
6 Lagan Ilir 1 617 87,50 18,48
7 Sungai Tawar 2 638 85,30 30,93
8 Sinar Kalimantan 1 161 65,20 17,81
9 Pangkal Duri Ilir 1 520 63,30 24,01
TOTAL 26 243 911,50 28,79
Tabel 4.4 Jumlah Jumlah Penduduk di Kecamatan Mendahara, 2017
Jumlah sekolah di Kecamatan Mendahara tahun 2017 adalah : Sekolah Dasar 19 unit , Madrasah Ibtidaiyah
11 unit , Sekolah Menengah Pertama 4 unit , Madrasah Tsanawiyah 3 unit , Sekolah Menengah Umum 2 unit
dan Madrasah Aliyah 4 unit dengan jumlah murid antara lain , yaitu : murid SD sebanyak 2462 orang , murid
SMP 397 orang , dan murid SMA sebanyak 311 orang .

21
4.4 Sumber Daya dan Sarana Kesehatan
Menurut data laporan tahunan tahun 2017 , upaya kesehatan masyarakat di Kecamatan Mendahara
terdapat 3 orang dokter , 36 orang bidan dan 21 orang perawat . Sedangkan fasilitas kesehatan di Kecamatan
Mendahara terdapat 2 buah Puskesmas , 6 buah Pustu , dan 10 buah Polindes. Uraian data tersebut antara lain :

No Kelurahan / Desa Dokter Bidan Perawat


1 Mendahara Tengah - 4 1
2 Pangkal Duri 1 5 6
3 Mendahara Ilir 2 14 7
4 Lagan Ilir - 4 1
5 Bhakti Idaman - 1 1
6 Merbau - 4 -
7 Sungai Tawar - 1 2
8 Sinar Kalimantan - 1 2
9 Pangkal Duri Ilir - 2 1
TOTAL 3 36 21
Tabel 4.5 Jumlah Dokter Bidan dan Perawat di Kecamatan Mendahara, 2017

No Kelurahan / Desa Puskesmas Pustu Poskesdes Polindes


1 Mendahara Tengah - 1 - 1
2 Pangkal Duri 1 1 - 1
3 Mendahara Ilir 1 - - -
4 Lagan Ilir - 1 - 2
5 Bhakti Idaman - 1 - 1
6 Merbau - 1 - 2
7 Sungai Tawar - 1 - 1
8 Sinar Kalimantan - - - 1
9 Pangkal Duri Ilir - - - 1
TOTAL 2 6 0 10
Tabel 4.6 Jumlah Puskesmas, Pustu, Polindes , dan Poskesdes di Kecamatan Mendahara, 2017
Pada Kelurahan Mendahara Ilir terdapat sebuah puskesmas induk yang dilengkapi fasilitas
antara lain : ruang IGD dilengkapi 3 buah kamar rawat inap dan kamar bersalin , ruang konsul
gizi , 3 poli , yaitu : poli umum , poli KIA, dan poli gigi , ruang apotik , ruang laboratorium ,
ruang kesehatan lingkungan dan P2K , sedangkan sarana dan prasarana yang lain adalag 2 buah
ambulance. Kemudian dalam proses pelayanan dan ruang lingkup kerja, Puskesmas Mendahara
Ilir dibantu oleh 5 pustu dan 8 polindes .

22
4.5 Pelayanan Kesehatan Tingkat Puskesmas
Puskesmas bertanggung jawab atas upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat
dimana sistem kesehatan nasional ( SKN ) kedua jenis upaya kesehatan tersebut merupakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama . Berdasarkan keputusan menkes No.128/MENKES/11/2004
tentang upaya kerja puskesmas adalah :
4.51 Upaya Kesehatan Wajib
1. Upaya promosi kesehatan
2. Upaya kesehatan lingkungan
3. Upaya KIA/KB
4. Upaya Kesehatan Gizi Masyarakat
5. Upaya pencegahan dan pembrantasan penyakit menular
6. Upaya pengobatan dasar
4.52 Upaya Kesehatan Pengembangan
1. UKS
2. Upaya kesehatan olahraga
3. Upaya Per Kes Masy
4. Upaya kesehatan kerja
5. Upaya kesehatan gigi & mulut
6. Upaya kesehatan jiwa
7. Upaya kesehatan mata
8. Upaya kesehatan Usia Lanjut
9. Upaya pembinaan Pengorbanan Tradisional ( BATRA)
4.53 Upaya Penunjang
1. Upaya Laboratorium
2. Upaya pencatatan & pelaporan (PP)
3. Upaya farmasi

4.6 Karakteristik KEK pada Ibu Hamil di Poli KIA Puskesmas Mendahara Kecamatan
Mendahara bulan Januari – April tahun 2019

23
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Mendahara, seluruh ibu hamil
yang memeriksakan kehamilan nya di KIA Puskesmas Mendahara sebanyak 189 orang dan yang
menjadi sampel adalah ibu yang menderita KEK sebanyak 8 orang dan KEK dengan anemia
sebanyak 15 orang. Selengkapnya di gambarkan pada table berikut ini :

Kategori Frekuensi Persentase


Tidak KEK 166 87.8%
KEK 8 4,2%
KEK dengan anemia 15 7.9%
TOTAL 189 100%

Lalu dengan data tersebut , diambil sampel sebanyak 23 orang ibu hamil yang KEK serta KEK
dengan anemia untuk menjadi peserta kuisioner dan bersedia diwawancarai. Dan hasil yang
didapat dari wawancara tersebut yaitu :
1. Apakah anda rajin memeriksakan kehamilan di setiap trismester ?
Kategori KEK Persentase KEK dengan Anemia Persentase
Rajin 3 37.5% 4 26.7%
Tidak Rajin 5 62.5% 11 73.3%
TOTAL 8 100% 15 100%

2. Apakah rajin mengikuti kegiatan kelas bumil di Puskesmas Mendahara Ilir setiap bulan ?
Kategori KEK Persentase KEK dengan Anemia Persentase
Rajin 2 25% 5 33.3%
Tidak Rajin 6 75% 10 66.7%
TOTAL 8 100% 15 100%

3. Apakah anda tahu apa saja makanan sumber karbohidrat ?


Kategori KEK Persentase KEK dengan Anemia Persentase
Tahu 3 37.5% 6 40%
Tidak tahu 5 62.5% 9 60%
TOTAL 8 100% 15 100%

4. Apakah anda tahu apa saja makanan sumber protein ?


Kategori KEK Persentase KEK dengan Anemia Persentase
Tahu 7 87.5% 8 53.3%
Tidak Tahu 1 12.5% 7 46.7%
TOTAL 8 100 % 15 100%

5. Apakah anda tahu apa saja makanan sumber vitamin ?

24
Kategori KEK Persentase KEK dengan Anemia Persentase
Tahu 6 75% 12 80%
Tidak Tahu 2 25% 3 20%
TOTAL 8 100% 15 100%

6.Apakah anda tahu apa saja makanan sumber mineral ?

Kategori KEK Persentase KEK dengan Anemia Persentase


Tahu 3 37.5% 6 40%
Tidak Tahu 5 62.5% 9 60%
TOTAL 8 100% 15 100%

7.Apakah anda mengerti tentang KEK ?


Kategori KEK Persentase KEK dengan Anemia Persentase
Mengerti 2 25% 5 33.3%
Tidak Mengerti 6 75% 10 66.7%
TOTAL 8 100% 15 100%

6. Apakah anda tahu dan mengerti akibat dari KEK ?


Kategori KEK Persentase KEK dengan Anemia Persentase
Tahu 3 37.5% 7 46.7%
Tidak Tahu 5 62.5% 8 53.3%
TOTAL 8 100% 15 100%

7. Apakah anda rajin mengkonsumsi biskuit ibu hamil yang diberikan oleh petugas kesehatan di
poli KIA Puskesmas Mendahara Ilir ?
Kategori KEK Persentase KEK dengan Anemia Persentase
Rajin 3 37.5% 6 40%
Tidak Rajin 5 62.5% 9 60%
TOTAL 8 100% 15 100%

8. Apakah anda rajin mengikuti kegiatan penyuluhan ibu hamil di Posbindu / Pustu / Polindes /
Poskesdes?
Kategori KEK Persentase KEK dengan Anemia Persentase
Rajin 2 25% 3 20%
Tidak Rajin 6 75% 12 80%
TOTAL 8 100% 15 100%

9. Apakah anda rajin mengkonsumsi lauk pauk , sayur mayur , dan buah – buahan setiap hari ?
Kategori KEK Persentase KEK dengan Anemia Persentase

25
Rajin 3 37.5% 6 40%
Tidak Rajin 5 62.5% 9 60%
TOTAL 8 100% 15 100%

10. Apakah keluarga dan suami anda mendukung anda selama kehamilan ini ?
Kategori KEK Persentase KEK dengan Anemia Persentase
Dukung 8 100% 14 93.3%
Tidak Dukung 0 0 1 6.7%
TOTAL 8 100% 15 100%

11. Sudah berapa kali anda hamil ?


Kategori KEK Persentase KEK dengan Anemia Persentase
1 5 62.5% 8 53.3%
>1 3 37.5% 7 46.7%
TOTAL 8 100% 15 100%

12. Jika bukan kehamilan pertama , apakah KEK / kurang gizi selama hamil dulu pernah terjadi di
kehamilan sebelum nya ?

Kategori KEK Persentase KEK dengan Anemia Persentase


Pernah 3 100% 4 57.2%
Belum Pernah 0 0 3 42.8%
TOTAL 3 100% 7 100%

13. Berapakah pendapatan rumah tangga anda beserta suami dalam sebulan ?
Kategori KEK Persentase KEK dengan Anemia Persentase
>Rp.461,000/ bulan 6 75% 12 80%
<Rp.461,000/ bulan 2 25% 3 20%
TOTAL 8 100% 15 100%

14. Apakah pendidikan terakhir anda ?


Kategori KEK Persentase KEK dengan Anemia Persentase
SD 7 87.5% 11 73.3%
SMP 1 12.5% 3 20%
SMA 0 0 1 6.7%
TOTAL 8 100% 15 100%

Dari hasil wawancara ditemukan hasil bahwa :


1. Untuk kategori rajin memeriksakan kehamilan di setiap trismester dari kelompok KEK
adalah 37.5% dan untuk kelompok KEK dengan Anemia adalah 26.7%

26
2. Untuk kategori yang rajin mengikuti kelas ibu hamil dari kelompok KEK 25% dan
kelompok KEK dengan Anemia adalah 33.3%

3. Untuk kategori pengetahuan tentang nutrisi ( tahu sumber makanan yang mengadung
karbohidrat , protein , vitamin , mineral ) .
Kategori KEK KEK dengan Anemia
Karbohidrat 37.5% 40%
Protein 87.5% 53.3%
Vitamin 75% 80%
Mineral 37.5% 40%

4. Untuk kategori pengetahuan tentang KEK ( mengerti arti KEK serta akibat yang ditimbulkan oleh
KEK bagi kelompok KEK dan KEK dengan anemia )

Kategori KEK KEK dengan Anemia


Mengerti tentang KEK 37.5% 46.7%
Mengerti akibat dari KEK 37.5% 40%

5. Untuk kategori rajin mengkonsumsi biskuit ibu hamil yang diberikan oleh petugas kesehatan
di poli KIA Puskesmas Mendahara Ilir, maka ditemukan bahwa kelompok ibu hamil KEK
37.5% dan kelompok KEK dengan anemia sebesar 40%
6. Untuk kategori rajin mengikuti kegiatan penyuluhan ibu hamil di Posbindu / Pustu /
Polindes/ Poskesdes terdapat 25% untuk kelompok KEK dan 20% kelompok KEK dengan
anemia
7. Untuk kategori rajin mengkonsumsi lauk pauk , sayur mayur , dan buah – buahan setiap hari,
maka ditemukan 37.5% untuk KEK dan 40% dari kelompok KEK dengan anemia.
8. Untuk kategori mendapat dukungan dari keluarga dan suami selama kehamilan ditemukan
100% untuk kelompok KEK dan 93.3% untuk KEK dengan anemia.
9. Untuk kategori berapa kali hamil dan riwayat KEK ketika dulu hamil , maka ditemukan :
Kategori KEK KEK dengan Anemia
Hamil ke-1 62.5% 53.3%
Hamil >1 37.5% 46.7%
Riwayat KEK jika dulu 100% 57.2%
pernah hamil

10. Untuk kategori pendapatan rumah tangga pasien beserta suami dalam sebulan maka
ditemukan bahwa dari kelompok KEK 75% memiliki pendapatan diatas
Rp 461.000/bulan dan 80% untuk kelompok KEK dengan anemia .

27
11. Untuk tingkat pendidikan , maka diketahui bahwa kelompok KEK 87.5% berpendidikan
SD dan 12.5% berpendidikan SMP . Sedangkan untuk kelompok KEK dengan anemia
diketahui 73.3% pendidikan SD , 20% pendidikan SMP , dan 6.7% pendidikan SMA .
12. Untuk kategori umur maka ditemukan bahwa kelompok KEK sebanyak 100% diantara
umur 20 – 35 tahun dan untuk kelompok KEK dengan anemia ditemukan bahwa 86.7%
berumur 20 – 35 tahun dan sisanya 13.3% dibawah umur 20 tahun .
13. Untuk kategori usia kehamilan ditemukan pada kelompok KEK, yaitu : 25% pada
trisemester 1 dan 62.5% pada trisemester 2. Sedangkan pada KEK dengan anemia
ditemukan 20% pada trisemester 1 , 66.7% pada trismester 2 dan 13.3% pada trisemester
ke-3.
14. Untuk kategori status gizi ditemukan bahwa kelompok KEK dan kelompok KEK
dengan anemia memiliki 100% ibu hamil dengan IMT < 19,8.

BAB V

28
PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik ibu hamil yang mengalami KEK di
Puskesmas Mendahara mulai dari Januari 2019 hingga April 2019 . Data yang digunakan pada
penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder dimana untuk data primer berupa
wawancara langsung dengan mengajukan pertanyaan kuisioner kepada pasien berupa
pengetahuan tentang nutrisi dan pendapatan rumah tangga sedangkan untuk data sekunder
diambil dari rekam medis untuk ukuran LILA , umur pasien , dan usia kehamilan pasien.Hasil
analisa pada hasil penelitian , dapat digambarkan karakterisktik KEK pada ibu hamil sebagai
berikut :
1. Umur Ibu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian KEK pada ibu hamil banyak ditemukan
pada umur 20 – 35 tahun sebanyak 100% dan untuk kelompok KEK dengan anemia
ditemukan 86.7% . Hal ini sesuai dengan teori bahwa KEK sering terjadi WUS ( wanita
usia subur ) dimana terdapat kecendrungan untuk takut akan perubahan postur tubuh pada
masa kehamilan atau takut gemuk sehingga ibu hamil pada usia WUS banyak mengurangi
konsumsi nutrisi sehingga cadangan lemak di dalam tubuh sangat kurang dan hal ini yang
menyebabkan KEK pada WUS sering terjadi .

2. Usia Kehamilan
Dari penelitian diatas ditemukan bahwa ibu hamil pada kelompok trismester ke-2
memiliki persentase yang lebih tinggi daripada trisemester 1 dan 3 baik dari dari kelompok
KEK ( 62.5%) maupun dari kelompok KEK dengan anemia ( 66.7%) . Hal ini disebabkan
oleh tingkat kesadaran akan penting nya asupan nutrisi makro dan mikro sewaktu hamil
masih kurang sebab pasien menganggap bahwa tubuh semakin gemuk dan ketakutan akan
bayi yang besar dengan bertambahnya usia kehamilan sehingga asupan makanan dikurangi
serta disisi lain sebagian pasien menganggap hanya trisemester 1 yang paling penting
karena disitu janin terbentuk.

3. Status Gizi
Dari hasil pengukuran LILA dan IMT , maka diketahui persentase 100 % dari kelompok
ibu hamil KEK dan 100% dari kelompok ibu hamil KEK dengan anemia karena ada nya
faktor kurang nya asupan nutrisi makro dan mikro sehingga cadangan lemak juga kurang
dari tubuh dan berkurang nya massa otot.Status gizi berdasarkan perhitungan Antropometri
WHO NCHS ( National Center of Health Statistic ) , yaitu pengukuran dan berbagai
dimensi fisik tubuh seperti berat badan terhadap umur ( BB/U ) atau tinggi badan terhadap
umur ( TB/U) atau berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) .

4. Pengetahuan terhadap Nutrisi

29
Dari hasil wawancara diketahui bahwa pengetahuan tentang nutrisi masih kurang sebab
hanya pengetahuan tentang protein dan vitamin yang diatas 50 % sedangkan untuk
karbohidrat dan mineral masih kurang . Serta untuk mengerti tentang KEK dan akibat nya
masih dibawah 50 % untuk kelompok KEK dan KEK dengan anemia.

5. Pendapatan Rumah Tangga


Baik dari kelompok KEK dan KEK dengan anemia mayoritas memiliki pendapatan diatas
Rp 461.000,00/bulan. Hal ini disimpulkan bahwa pasien KEK di Poli KIA merupakan
orang yang cukup sejahtera untuk memenuhi kebutuhan pangan walaupun itu hidangan
sederhana. Menurut BPS , jika pendapatan >Rp 461.000,00/bulan maka dikatan cukup
sejahtera.
Jadi, dapat disimpulkan jika pengetahuan terhadap nutrisi , ketaatan untuk memeriksakan
kehamilan atau ikut kegiatan kelas ibu hamil , dan tingkat kesadaran ibu hamil dengan KEK tentang
penting nya kecukupan nutrisi selama kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Mendahara masih
kurang.

5.2 Saran
1. Petugas kesehatan diharapkan untuk lebih giat lagi dalam memberikan informasi dan tindakan
promotif tentang nutrisi pada ibu hamil .
2. Petugas kesehatan diharapkan dapat lebih giat dalam memberikan penyuluhan dan antenatal care
secara intensif kepada ibu – ibu hamil dengan KEK di wilayah Kecamatan Mendahara.

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

30
Baliwati, Y.F .2006. Pangan dan Gizi untuk Ibu Hamil. Swadaya. h 89.
Illyas, S. 2002. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI, 2002
Kalvonita, M. 2015. Kurang Energi Kronis pada Ibu Hamil.
http://www.academia.edu/6054314/KURANG_ENERGI_KRONIS. Dikses 16 Maret 2015
jam 20.23 WIB.

Kristiyanasari, W. 2010. Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika.


Zulhaida, L. 2003. Status Gizi Ibu Hamil serta Pengaruh terhadap Bayi yang dilahirkan. Jakarta:
EGC.

31
32
33
34
35
36
37
38
39

Anda mungkin juga menyukai