Anda di halaman 1dari 48

MATERI

#3

RIBA DALAM
DAYN DAN
QARDH
OLEH: H. DWI CONDRO TRIONO, Ph.D
PENGERTIAN DAYN
• Pengertian utang (dayn):
‫ضً ثُبُوتِ ِه‬
ِ َ ‫ب ٌَ ْمت‬ ُ ُ‫• ال َدٌ ُْن ُه َو َما ٌَثْب‬
َ ‫ت فًِ ال ِذّ َّم ِة ِم ْن َما ٍل ِب‬
ٍ َ ‫سب‬
• “Utang adalah apa-apa (harta) yang tetap dalam tanggungan, karena
suatu sebab yang mengharuskan tetapnya utang”.
• Sebab dari tetapnya utang ada 3, yaitu:
1. Utang karena pertukaran (mu’awadhah). Contohnya adalah utang
dagang dalam jual beli atau utang sewa dalam akad ijarah.
2. Utang karena merusak barang orang lain (itlaaf). Misalnya
merusakkan mobil orang lain, sehingga harus menanggung
perbaikannya.
3. Utang karena pinjaman (qardh). Contohnya adalah seseorang yang
meminjam uang kepada orang lain.
PENGERTIAN QARDH (PINJAMAN)

• Pengertian qardh (pinjaman):


‫ ما تعطٌه من المثلٌات لٌرد لن مثله فً المستمبل‬:‫• المرض‬
• “Pinjaman (qardh) adalah apa-apa yang kamu berikan berupa harta mitsliyat
(harta semisal) untuk dikembalikan kepadamu harta yang semisalnya pada
masa yang akan datang”.
• Mitsliyat dapat didenisikan:
‫• المثلٌّات فً االصطالح كل ما ٌوجد له مثل فً األسواق بال‬
‫ بحٌث ال ٌختلف بسببه الثّمن‬،‫ت ٌ ْعتد به‬
ٍ ‫تفاو‬
• “Mitsliyat (harta semisal) menurut istilah adalah apa-apa yang didapati yang
semisalnya di pasar tanpa ada perbedaan yang signifikan, dalam arti
perbedaan yang ada, tidak mengakibatkan perbedaan harga”.
• Mitsliyat adalah: barang-barang yang dapat ditakar, dihitung dan
ditimbang. Contohnya adalah beras, gula, minyak, gandum dll.
KETENTUAN DALAM QARDH

• Ketentuan dalam qardh adalah sebagai


berikut:
1. Qardh (pinjaman) adalah harta yang diberikan
kepada seseorang agar dia mengembalikan
harta yang semisalnya.
2. Qardh dapat terjadi pada uang atau barang.
3. Qardh terjadi pada harta yang semisal
(mitsliyat).
• Kesimpulannya: utang (dain) dapat
dikategorikan memiliki cakupan yang lebih
umum dan lebih luas daripada pinjaman
(qardh).
HUKUM DAYN DAN QARDH

• Salah satu dalilnya adalah Al-Baqarah 282:


َ ‫ٌن آ َمنُواْ ِإذَا ت َ َداٌَنتُم ِب َدٌ ٍْن ِإلَى أ َ َج ٍل ُّم‬
ُ‫س ًّمى فَا ْكتُبُوه‬ َ ‫• ٌَا أٌَُّ َها الَّ ِذ‬
﴾٢٨٢﴿
• “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak
secara tunai (secara utang) untuk waktu yang ditentukan,
hendaklah kamu menuliskannya”.
• Berhutang (dayn) hukumnya adalah mubah atau jaiz.
• Untuk pemberi pinjaman (al-muqridh), hukumnya adalah
mandub (sunnah).
• Untuk peminjam (al-muqtaridh), hukumnya adalah mubah
dan sebagian ulama menyatakan sunnah.
DALIL-DALIL UTANG-PIUTANG

ُ ‫سلَّ َم لَا َل َما ِم ْن ُم ْس ِل ٍم ٌُ ْم ِر‬


‫ض‬ َ ‫علَ ٌْ ِه َو‬َ ُ‫َّللا‬َّ ‫صلَّى‬
َ ً َّ ِ‫ع ْن اب ِْن َم ْسعُو ٍد أ َ َّن النَّب‬ َ •
ً ‫ص َدلَتِ َها َم َّرة‬ َ ‫ضا َم َّرتٌَ ِْن ِإ َّال َك‬
َ ‫ان َك‬ ً ‫ُم ْس ِل ًما لَ ْر‬
• Dari Ibnu Mas’ud RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,“Tidaklah seorang
muslim memberi pinjaman kepada muslim yang lain sebanyak dua kali,
kecuali hal itu seperti sedekah satu kali.” (HR Ibnu Majah).
‫ت‬ْ َ‫ان فَ ِمٌ َل لَ َها َما لَ ِن َو ِلل َّدٌ ِْن لَال‬ ُ ‫شةُ ت َ َّد‬َ ِ‫عائ‬
َ ‫َت‬ ْ ‫ً ٍ لَا َل َكان‬ َ ‫• َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ب ُْن‬
ّ ‫ع ِل‬
ً‫َت لَهُ ِنٌَّةٌ ِف‬ ْ ‫ع ْب ٍد َكان‬َ ‫سلَّ َم ٌَمُو ُل َما ِم ْن‬ َ ‫علَ ٌْ ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ِ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫ت َر‬ ُ ‫س ِم ْع‬َ
‫س ذَ ِل َن ْالعَ ْو َن‬ ُ ‫ع ْو ٌن فَأَنَا أ َ ْلت َ ِم‬َ ‫ع َّز َو َج َّل‬ ِ َّ ‫ان لَهُ ِم ْن‬
َ ‫َّللا‬ ِ ‫أ َ َد‬
َ ‫اء َد ٌْنِ ِه ِإ َّال َك‬
• Dari Muhammad bin Ali dia berkata ‘A`isyah RA telah berutang piutang,
lalu ada yang bertanya kepadanya,”Mengapa Anda berutang?” ‘A`isyah
menjawab,”Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,“Tidaklah
seorang hamba berniat untuk melunasi utangnya, kecuali dia berhak
mendapat pertolongan dari Allah Azza wa Jalla. Maka aku mencari
pertolongan Allah itu” (HR Ahmad & Thabrani).
SYARAT – SYARAT BERHUTANG

• Ada 3 (tiga) syarat penting yang harus


diperhatikan, apabila seseorang hendak
berhutang, yaitu:
1. Pihak yang berutang harus berniat untuk
melunasi utangnya.
2. Pihak yang berutang harus mempunyai
dugaan yang kuat bahwa dia mampu untuk
melunasi utangnya.
3. Utang yang dilakukan tersebut adalah utang
yang ada dalam perkara yang disyariahkan (fii
amrin masyruu’in). Tidak untuk utang yang
diharamkan.
RUKUN-RUKUN AKADQORDH

• Rukun-rukun akad Qardh ada 3, yaitu:


1. Pemberi pinjaman (al-muqridh) dan
peminjam (al-muqtaridh atau al-
mustaqridh).
2. Harta yang dipinjamkan (al-maal al-
muqtaradh).
3. Shighat (ijab dan kabul).
SYARAT UNTUK RUKUN PERTAMA

• Syarat untuk pemberi pinjaman (al-muqridh):


1. Berakal (‘aaqilan)
2. Baligh (baalighan)
3. Merdeka (hurran)
4. Rasyiid (tidak boros atau safiih).
• Syarat untuk peminjam (al-muqtaridh):
1. Berakal (‘aaqilan)
2. Baligh (baalighan)
3. Merdeka (hurran)
SYARAT UNTUK RUKUN KEDUA

• Syarat harta yang dipinjamkan (al-maal al-muqtaradh):


1. Hartanya termasuk harta mitsliyyat (harta yang
semisal), seperti uang, barang yang ditakar, ditimbang,
dihitung. Catatan: harta qiimiyyat (senilai) boleh juga
asalkan sifatnya dapat distandarisasi dengan tepat).
2. Hartanya merupakan ‘ain (barang). Maksudnya bukan
manfaat (jasa)
3. Hartanya diketahui (ma’luum), yaitu diketahui kadarnya
(kuantitasnya) dan sifatnya (kualitasnya).
SYARAT UNTUK RUKUN KETIGA

• Syarat shighat atau ijab-qabul adalah:


1. Bagi pemberi pinjaman: sah dengan segala ucapan
yang menunjukkan makna memberi pinjaman
(qardh). Seperti aqradhtuka (aku pinjamkan
kepadamu) atau aslaftuka (aku pinjamkan kepadamu)
atau a’thaituka (aku berikan kepadamu).
2. Sedangkan shighat untuk peminjam adalah dengan
segala ucapan yang menunjukkan makna keridloan
untuk meminjam, seperti: astaqridhu (aku meminjam)
atau qabiltu (aku terima), atau radhiitu (aku rela).
SETELAH TERJADI AKAD QARDH

• Setelah terjadinya akad qardh, maka kepemilikan barang


berpindah menjadi milik peminjam, bukan lagi milik
pemberi pinjaman.
• Harta yang dikembalikan oleh peminjam, haruslah harta
yang semisal (sejenis) dan sekadar (sama jumlah atau
kadarnya).
• Dalam mengembalikan pinjaman tidak diperbolehkan ada
syarat memberikan tambahan (ziyadah) bagi pihak
peminjam.
• Sebab, tambahan yang diambil dari utang-piutang tersebut
dapat dikategorikan sebagai riba, yang haram hukumnya.
APAKAH RIBA ITU?

• Riba secara bahasa: tambahan (ziyadah)


• Riba menurut istilah syari’ah:
‫الربا هو كل زٌادة ألحد المتعالدٌن‬ •
‫فً عمد المعاوضة من غٌر ممابل‬
‫أو هو الزٌادة فً ممابل األجل‬
• “Riba adalah setiap tambahan bagi salah satu pihak yang
berakad dalam akad pertukaran, tanpa ada pengganti, atau
riba adalah tambahan sebagai pengganti dari waktu”.
(Abdul Aziz al-Khayyath, Asy-Syarikat, 2/168)
HADITS LARANGAN RIBA FADHL

‫ والشعٌر‬،‫ والبر بالبر‬،‫ والفضة بالفضة‬،‫• الذهب بالذهب‬


‫ سواء‬،‫ مثالً بمثل‬،‫ والملح بالملح‬،‫ والتمر بالتمر‬،‫بالشعٌر‬
‫ فإذا اختلفت هذه األصناف فبٌعوا كٌف‬،‫ ٌدا ً بٌد‬،‫بسواء‬
‫ إذا كان ٌدا ً بٌد‬،‫شئتم‬
• “Emas ditukarkan dengan emas, perak dengan perak, gandum
dengan gandum, jewawut dengan jewawut , kurma dengan
kurma, garam dengan garam, harus semisal, sama takarannya
dan kontan. Dan jika berbeda jenis-jenisnya, maka juallah
sesukamu asalkan dilakukan dengan kontan” (HR Muslim no
1587).
1. EMAS DENGAN EMAS 2. PERAK DENGAN PERAK

3. GANDUM DENGAN GANDUM 4. JEWAWUT DENGAN JEWAWUT

5. KURMA DENGAN KURMA 6. GARAM DENGAN GARAM


PENJELASAN HADITS:

1. Ada 6 jenis barang ribawi: emas, perak (termasuk


uang kertas), gandum, juwawut, kurma dan garam.
2. Jika barang ribawi sejenis dipertukarkan:
1) Harus sama dan setimbang. Jika uang kertas, nilainya
harus sama (100 ribu dengan 100 ribu pecahan).
2) Harus kontan (tidak boleh dikreditkan) dan harus tangan
ke tangan (tidak boleh secara online).
3. Jika barang ribawi tidak sejenis dipertukarkan:
1) Boleh suka sama suka.
2) Harus kontan (tidak boleh dikreditkan) dan harus
tangan ke tangan (tidak boleh secara online).
RIBA NASI’AH

• Riba Nasi`ah = ‫الربا النسٌئة هو الزٌادة فً ممابل األجل‬


Tambahan yang diberikan sebagai pengganti dari
waktu (tempo).
• Disebut juga riba jahiliyah, karena masyhur di jaman
jahiliyah (sebelum Islam).
• Bentuknya pada zaman Jahiliyah: seseorang
meminjamkan hartanya kepada orang lain untuk masa
tertentu. Dia mengambil jumlah (persentase) tertentu
dari harta tsb setiap bulan, sedang pokok hartanya
tetap. Jika peminjam tak mampu melunasi pada
waktunya, diberi waktu tambahan dan pungutan
tambahan (Said al Qahthani, Riba, hal. 16).
‫سلَّم‪:‬‬
‫علَ ٌْ ِه َو َ‬
‫لى هللاُ َ‬ ‫ص َ‬‫هللا َ‬ ‫س ْو ُل ِ‬‫لَا َل َر ُ‬
‫ض َج َّر َم ْنفَعَةً فَ ُه َو ِربَا‬ ‫ُك ُّل لَ ْر ٍ‬
‫(بغٌة الحارث ‪ -‬ج ‪ / 1‬ص ‪ ,142‬السنن‬
‫الكبرى للبٌهمً ‪ -‬ج ‪ / 5‬ص ‪)349‬‬

‫‪“Setiap utang-piutang yang‬‬


‫”‪menghasilkan manfa’at adalah riba‬‬
‫‪(HR. Baihaqi).‬‬
‫إذا ألرض فال ٌأخذ هدٌة‬
“Jika seseorang memberi pinjaman (qardh),
janganlah dia mengambil hadiah.” (HR Bukhari).

‫الر َبا ِف ًْ النَّ ِس ٌْئ َ ِة‬


ِّ
”Riba itu dalam nasi’ah (menanti)”. (HR. Muslim).

‫الر َبا فِ ًْ النَّ ِس ٌْئ َ ِة‬


ّ ِ ‫آالَ ِإنَّ َما‬
“Ingatlah, sesungguhnya riba itu dalam nasi’ah
(menanti)”. (HR Muslim).
Dari Abu Burdah bin Abi Musa, “Aku
datang ke Madinah dan bertemu dengan
Abdullah bin Salam, ia berkata:
‫ان لَ َن‬َ ‫اش ِإذَا َك‬ ٍ َ‫الربَا ِب َها ف‬
ِّ ‫ض‬ ٍ ‫ِإنَّ َن ِبأ َ ْر‬
‫علَى َر ُج ٍل َح ٌّك فَأ َ ْه َدى ِإلٌَ َْن ِح ْم َل ِتب ٍْن أ َ ْو‬ َ
‫ت فَ َال تَأ ْ ُخ ْذهُ فَإِنَّهُ ِربًا‬ٍ ّ َ‫ٌر أ َ ْو ِح ْم َل ل‬
ٍ ‫ش ِع‬
َ ‫ِح ْم َل‬
(‫)صحٌح البخاري‬
“Kamu hidup di dalam sebuah negeri
dimana riba tersebar luas. Karena itu, jika
salah seorang berhutang kepadamu dan
ia memberikan sekeranjang rumput atau
gandum atau jerami, janganlah kamu
terima, karena itu adalah riba”
(HR. Bukhari).
‫ض أَخَاهُ ْال َما َل فٌَُ ْه ِدي لَهُ لَا َل لَا َل‬ ُ ‫الر ُج ُل ِمنَّا ٌُ ْم ِر‬ َّ •
‫ض أ َ َح ُد ُك ْم‬ َ ‫سلَّ َم ِإذَا أ َ ْل َر‬
َ ‫علَ ٌْ ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫َر‬
‫علَى ال َّدابَّ ِة فَ َال ٌَ ْر َك ْب َها‬َ ُ‫ضا فَأ َ ْه َدى لَهُ أ َ ْو َح َملَه‬ ً ‫لَ ْر‬
‫ون َج َرى بَ ٌْنَهُ َوبَ ٌْنَهُ لَ ْب َل ذَ ِل َن‬ َ ‫َو َال ٌَ ْمبَ ْلهُ ِإ َّال أ َ ْن ٌَ ُك‬
• “Seorang laki-laki dari kami meminjamkan (qardh)
harta kepada saudaranya, lalu saudaranya memberi
hadiah kepada laki-laki itu. Maka Rasulullah SAW
bersabda,'Jika salah seorang kalian memberikan
pinjaman, lalu dia diberi hadiah, atau dinaikkan ke
atas kendaraannya, maka janganlah dia menaikinya
dan janganlah menerimanya. Kecuali hal itu sudah
menjadi kebiasaan sebelumnya." (HR Ibnu Majah).
‫وس أ َ ْم َوا ِل ُك ْم‬
ُ ‫َو ِإن ت ُ ْبت ُ ْم فَلَ ُك ْم ُر ُؤ‬
َ ‫ظلَ ُم‬
‫ون‬ ْ ُ ‫ون َوالَ ت‬
َ ‫ظ ِل ُم‬ْ َ ‫الَ ت‬
﴾٢٧٩﴿
“Dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), maka bagimu
pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula)
dianiaya”
(QS. Al-Baqarah: 279).
KESIMPULAN:

• Bunga bank (interest, fawa`idul bunuk) adalah


bentuk modern riba nasi`ah.
• Bunga pada transaksi yang lain juga termasuk
Riba Nasi`ah yang haram, misal :
1. Bunga di Pegadaian
2. Bunga di Asuransi
3. Bunga di Koperasi
4. Bunga Utang Luar Negeri
5. Bunga Utang Dalam Negeri
6. Bunga Rentenir (“Bank plecit atau bank titil”).
APA ANCAMAN
PELAKU
RIBA…?
َّ ‫صلَّى‬
‫َّللاُ َعلَ ٌْ ِه‬ َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫لَا َل َر‬
‫الر ُج ُل َو ُه َو‬ َّ ُ ‫ه‬ ُ ‫ل‬‫ك‬ُ ْ ‫سلَّ َم ِد ْر َه ٌم ِربًا ٌَأ‬ َ ‫َو‬
ً‫ٌن زَ ْن ٌَة‬ َ ‫ش ُّد ِم ْن ِست َّ ٍة َوث َ َال ِث‬ َ َ ‫ٌَ ْعلَ ُم أ‬
“Satu dirham riba yang dimakan
seseorang, dan dia mengetahui
(bahwa itu adalah riba), maka itu
lebih berat daripada tiga puluh enam
kali berzina”.
(HR. Ahmad, Ath-Thabrani).
‫َّللا تَعَالَى ِم ْن ِست َّ ٍة‬ َ َ ‫ِد ْر َه ُم ِربًا أ‬
ِ َّ ‫ش ُّد ِع ْن َد‬
)ً‫َطٌئ َ ِة (سنن الدارلطن‬ ِ ‫ٌن زَ ْنٌَةً فِى ْالخ‬ َ ِ‫َوثَالَث‬

“Satu dirham dari riba itu lebih berat dosanya


di sisi Allah SWT daripada tiga puluh enam
kali berzina”
(HR. Daruquthni)
،ً‫ٌن زَ ْن ٌَة‬ ٌ َ ‫َو َم ْن أ َ َك َل ِد ْر َه َم ِربًا فَ ُه َو ث‬
َ ‫الث َوثَال ِث‬
‫ار أ َ ْولَى ِب ِه‬
ُ َّ‫ت فَالن‬ ُ ‫ت لَ ْح ُمهُ ِم ْن‬
ٍ ‫س ْح‬ َ ‫َو َم ْن نَ َب‬
)ً‫(المعجم الكبٌر للطبران‬

“Barang siapa memakan satu dirham dari riba, maka


dia seperti berzina 33 kali. Dan barang siapa dalam
dagingnya tumbuh dari yang haram, maka neraka
lebih pantas untuknya”
(HR. Ath-Thabrani)
‫س ُر َها ِمثْ ُل أ َ ْن‬ َ
َ ‫س ْبعُ ْو َن بَابًا أ‬
ٌ
ْ َ ‫الربَا ثَالثَةَ َو‬
ِ
ُ‫الر ُج ُل أ ُ َّمه‬
َّ ‫ٌَ ْن ِك َح‬
“Riba itu mempunyai 73 pintu dosa, sedang yang
paling ringan seperti seorang laki-laki yang
menzinai ibunya kandungnya”.
(HR. Ibn Majah, Al Hakim dan Al Baihaqi).
َ ٌْ َ ‫ون ُحوبًا أ‬
‫س ُر َها‬ َ ُ‫س ْبع‬َ ‫الربَا‬ ِّ
ُ‫الر ُج ُل أ ُ َّمه‬
َّ ‫أ َ ْن ٌَ ْن ِك َح‬
“Riba itu mempunyai 70 pintu dosa,
sedang yang paling ringan seperti
seorang laki-laki yang menzinai
ibunya kandungnya”.
(HR. Ibn Majah, Al Baihaqi, Ibn Abi
Syaibah dan Abi Dunya).
ANCAMAN YANG PALING BERAT:

‫بر ُه ْم ِفي َهب‬


ِ َّ ‫ن‬‫ال‬ ‫بة‬
ُ ‫ح‬
َ ‫ص‬
ْ َ ‫أ‬ ‫ك‬
َ ‫ئ‬
ِ ‫ـ‬َ ‫ل‬‫و‬ ُ
ْ ‫عبدَ فَأ‬
َ ‫َو َم ْن‬
‫ُون‬
َ ‫خَب ِلد‬

“Orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang


itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya”.
(QS. Al-Baqarah: 275)
EMPAT PELAKU RIBA

ّ ِ ‫سلَّ َم آ ِك َل‬
َ ‫الربا‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ٌْ ِه َو‬ َ ‫هللا‬ِ ‫س ْو ُل‬ ُ ‫لَعَ َن َر‬
َ ‫ ُه ْم‬:‫ َولَا َل‬,‫َو ُم ْو ِكلَهُ َو َكاتِبَهُ َوشَا ِه َد ٌْ ِه‬
‫س َوا ٌء‬
“Rasulullah SAW mengutuk orang yang
memakan riba, orang yang memberinya, juru
tulisnya dan kedua saksinya. Rasulullah SAW
menegaskan, mereka semua sama”
(HR. Muslim).
CONTOH DAYN:
JUAL BELI KREDIT
JUAL BELI KREDIT

• Al-bay’ bi ad-dayn wa bi at-taqsith (jual


beli kredit) adalah bentuk jual beli
barang yang diserahkan pada saat akad,
sedangkan harganya dibayar dalam
tempo tertentu, baik sekaligus atau
dicicil.
• Hukumnya adalah jaiz (boleh).
DALIL KEBOLEHANNYA

َ ‫ٌن آ َمنُواْ ِإذَا ت َ َداٌَنتُم ِب َدٌ ٍْن ِإلَى أ َ َج ٍل ُّم‬


ُ‫س ًّمى فَا ْكتُبُوه‬ َ ‫• ٌَا أٌَُّ َها الَّ ِذ‬
﴾٢٨٢﴿
• “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu`amalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya” (QS. Al-
Baqarah: 282).
‫طعَا ًما‬ ّ ‫سلَّ َم ا شت َ َرى ِم ْن ٌ ُهو ِد‬
َ ٍ‫ي‬ َ ‫علَ ٌْ ِه َو‬
َ ُ‫ص َّل هللا‬
َ ‫هللا‬ِ ‫سو َل‬ ُ ‫• أ َ َّن َر‬
‫عا لَهُ ِم ْن َح ِدٌ ٍد‬ ً ‫ َو َر َهنَهُ ِد ْر‬،‫لى أ َج ٍل‬
َ ‫ِإ‬
• “Bahwa Rasulullah saw membeli dari orang Yahudi
makanan sampai tempo tertentu dan beliau mengagunkan
baju besi milik beliau” (HR. Muslim).
RUKUN JUAL BELI KREDIT

1. Al-‘Aqidân, yaitu dua orang yang


berakad. Dalam hal ini keduanya
harus orang yang layak melakukan
tasharruf, yakni berakal dan minimal
mumayyiz.
2. Mahal al-’aqd (obyek akad), yaitu al-
mabi’ (barang dagangan) dan ats-
tsaman (harga).
3. Shighât (ijab-qabul).
SYARAT BARANG YANG DIKREDITKAN

1. Barangnya suci (thohir), yaitu bukan najis.


2. Dapat dimanfaatkan (intifa' bihi)
3. Milik orang yang berakad (milkiyatul aqid)
4. Dapat diserahterimakan (tasliim)
5. Barangnya diketahui (ma'lum)
6. Barangnya maqbudh (sudah dipegang
penjual).
7. Untuk barang ribawi, ada ketentuan
khususnya.
DALIL BARANG RIBAWI:

‫ والشعٌر‬،‫ والبر بالبر‬،‫ والفضة بالفضة‬،‫• الذهب بالذهب‬


‫ سواء‬،‫ مثالً بمثل‬،‫ والملح بالملح‬،‫ والتمر بالتمر‬،‫بالشعٌر‬
‫ فإذا اختلفت هذه األصناف فبٌعوا كٌف‬،‫ ٌدا ً بٌد‬،‫بسواء‬
‫ إذا كان ٌدا ً بٌد‬،‫شئتم‬
• “Emas ditukarkan dengan emas, perak dengan perak, gandum
dengan gandum, jewawut dengan jewawut, kurma dengan
kurma, garam dengan garam, harus semisal, sama takarannya
dan kontan. Dan jika berbeda jenis-jenisnya, maka juallah
sesukamu asalkan dilakukan dengan kontan” (HR Muslim no
1587).
KHUSUS BARANG RIBAWI

1. Emas dan perak tidak boleh diperjualbelikan


secara kredit.
2. Untuk 4 barang ribawi lainnya (gandum,
jewawut, kurma dan garam) boleh dikreditkan
dengan syarat:
1. Dijual dengan aqad salam.
2. Harus ada barang jaminannya (rahn).
3. Jika tidak ada rahn, maka kedua belah pihak
harus sudah saling mengenal dan saling
percaya.
DALIL-DALIL KEBOLEHANNYA:
َّ ‫سنَةَ َوال‬
‫سنَتٌَ ِْن‬ َّ ‫ار ال‬ َ ُ‫ ْال َم ِدٌنَةَ َو ُه ْم ٌُ ْس ِلف‬-‫ملسو هيلع هللا ىلص‬- ‫ى‬
ِ ‫ون فِى ال ِث ّ َم‬ ُّ ‫• لَ ِد َم النَّ ِب‬
ٍ ُ‫وم َو َو ْز ٍن َم ْعل‬
‫وم‬ ٍ ُ‫ف ِفى َك ٌْ ٍل َم ْعل‬ ْ ‫ف ِفى ت َ ْم ٍر فَ ْلٌُ ْس ِل‬ َ َ‫فَمَا َل « َم ْن أ َ ْسل‬
‫وم » رواه مسلم‬ ٍ ُ‫ِإلَى أ َ َج ٍل َم ْعل‬
• Nabi saw datang ke Madinah dan mereka mensalaf buah, satu
dan dua tahun, maka Nabi saw bersabda: “siapa saja yang
mensalaf kurma maka hendaklah dia mensalaf pada takaran
yang jelas dan timbangan yang jelas sampai tempo yang jelas”
(HR Muslim).
ُ ‫ َوأ َ ِبى بَ ْك ٍر َو‬-‫َّللا –صلى‬
‫ع َم َر ِفى‬ ِ َّ ‫سو ِل‬ ُ ‫ع ْه ِد َر‬ َ ‫علَى‬ َ ‫ف‬ ُ ‫• ِإ ْن ُكنَّا نُ ْس ِل‬
‫ب ِإلَى لَ ْو ٍم َما ُه َو ِع ْن َد ُه ْم‬ َّ ‫ٌر َوالت َّ ْم ِر َو‬
ِ ٌ‫الز ِب‬ َّ ‫ط ِة َوال‬
ِ ‫ش ِع‬ َ ‫ْال ِح ْن‬
• “Kami mensalaf pada masa Rasulullah saw, Abu Bakar dan Umar
pada gandum, jewawut, kurma dan kismis kepada kaum yang
mereka tidak memilikinya” (HR Abu Dawud).
DALIL-DALIL KEBOLEHANNYA:

‫طعَا ًما‬ ّ ‫سلَّ َم ا شت َ َرى ِم ْن ٌ ُهو ِد‬


َ ٍ‫ي‬ َ ‫علَ ٌْ ِه َو‬
َ ُ‫ص َّل هللا‬
َ ‫هللا‬ِ ‫سو َل‬ ُ ‫• أ َ َّن َر‬
‫عا لَهُ ِم ْن َح ِدٌ ٍد‬ ً ‫ َو َر َهنَهُ ِد ْر‬،‫لى أ َج ٍل‬
َ ‫ِإ‬
• Bahwa Rasulullah saw “membeli dari orang Yahudi makanan sampai
tempo tertentu dan beliau mengagunkan baju besi milik beliau (HR.
Muslim)
‫ضةٌ فَإ ِ ْن أ َ ِم َن‬
َ ‫ان َّم ْمبُو‬ٌ ‫سفَ ٍر َولَ ْم ت َ ِجدُواْ َكا ِتبا ً فَ ِر َه‬ َ ‫علَى‬ َ ‫• َو ِإن ُكنت ُ ْم‬
﴾٢٨٣﴿ ُ‫َّللا َربَّه‬ َّ ‫ك‬ ِ َّ ‫ض ُكم بَ ْعضا ً فَ ْلٌُ َؤ ِ ّد الَّ ِذي اؤْ ت ُ ِم َن أ َ َمانَتَهُ َو ْلٌَت‬ ُ ‫بَ ْع‬
• Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah
ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan
tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya)
dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya (al-Baqarah: 283).
JUAL BELI KREDIT DENGAN DUA HARGA

• Jika dalam tawar-menawar dikatakan: “Barang ini


harganya tunai Rp 100 ribu, kalau kredit sebulan 110
ribu.”
• Jika si B berkata, “Saya beli kredit satu bulan 110 ribu,”
maka jual-beli itu sah.
• Sebab, meski penawarannya ada dua harga, tetapi
akadnya hanya satu harga. Artinya, jual-beli itu terjadi
dalam satu harga saja.
• Jika si B mengatakan, “Baik, saya setuju,” atau, “Baik,
saya beli.”
• Dalam kasus ini, jual-belinya tidak sah, karena yang
disepakati dalam akad berarti ada dua harga, dan Rasul
melarangnya.
DALILNYA:

َ ‫سلَّ َم‬
‫ع ْن‬ َ ‫علَ ٌْ ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬
ُ ‫• نَ َهى َر‬
ٍ‫اح َدة‬ِ ‫ص ْفمَ ٍة َو‬
َ ًِ‫ص ْفمَتٌَ ِْن ف‬
َ
• “Rasulullah SAW telah melarang dua
kesepakatan (akad) dalam satu kesepakatan
(akad)” (HR. Imam Ahmad).
PERUBAHAN HARGA DALAM KREDIT

• Jika telah disepakati jual-beli secara kredit dengan


harga tertentu, misal kredit sebulan harga Rp 110
ribu, lalu saat jatuh tempo pembeli belum bisa
membayarnya, kemudian disepakati ditangguhkan
dengan tambahan harga, misal mundur sebulan lagi,
tetapi dengan harga Rp 120 ribu;
• Hukumnya adalah tidak boleh (haram).
• Sebab, dalam kasus ini telah terjadi dua jual-beli
dalam satu jual-beli (bay’atayn fî al-bay’ah).
DALILNYA:

• Abu Hurairah berkata:


‫ع ْن‬ ِ ‫سو ُل‬
َ ‫هللا صل هللا علٌه وسلم‬ ُ ‫• ن َهى َر‬
‫بَ ٌْعَتٌَ ِْن ِف ًْ بَ ٌْعَ ٍة‬

• “Rasulullah saw. telah melarang dua jual


beli dalam satu jual-beli” (HR. Ahmad, an-
Nasai, at-Tirmidzi dan Ibn Hibban).
BAGAIMANA SOLUSINYA?

• Rasulullah saw bersabda:


ّ ِ ‫س ُه َما أَ ْو‬
‫الربَا‬ ُ ‫• َم ْن بَاع َ ٌْعَتٌَْن فلَهُ أَ ْو َك‬
• Siapa saja yang menjual dengan dua jual-beli
maka baginya harga yang lebih rendah atau riba
(HR. Abu Dawud).
• Jadi, jika terjadi kasus tersebut, jual-beli itu tetap
sah, namun dengan harga yang lebih rendah,
yaitu harga awal.
• Jika dengan harga lebih tinggi, maka selisihnya
dengan harga awal adalah riba.
JUAL BELI KREDIT ‘INAH

• Misal: A menjual motor kepada B secara


kredit satu tahun dengan harga Rp 11 juta,
lalu B menjual lagi motor itu kepada A secara
tunai seharga Rp 10 juta.
• Sehingga A menyerahkan Rp 10 juta kepada B
secara tunai dan setahun lagi akan mendapat
Rp 11 juta dari B secara kredit.
• Jual-beli seperti ini yang menurut para fukaha
dinamakan al-bay’ al-‘înah.
• Hukumnya adalah haram.
DALILNYA:

‫ َواتَّبَعُ ْوا‬،‫ َوتَبَاٌَعُ ْوا ِب ْال ِع ٌْنَ ِة‬،‫َار َوال ِ ّد ْر َه ِم‬ ُ َّ‫ض َّن الن‬
ِ ‫اس ِبال ِ ّدٌن‬ َ ‫• إ َذا‬
‫ أَ ْنز َل هللاُ ِبه ْم‬،‫هللا‬ ِ ‫س ِبٌ ِل‬َ ًِ‫ َوت َ َر ُكوا ْالج َها َد ف‬،‫َاب ْالبَمَ ِر‬ َ ‫أ َ ْذن‬
‫ٌن ُه ْم‬
َ ‫اجعُ ْو ِد‬ ِ ‫ع ْن ُه ْم َحتَى ٌُ َر‬ َ ُ‫ فلَ ْم ٌَ ْرفَ ْعه‬،‫ذُ َّال‬
• Jika manusia bakhil dengan dinar dan dirham, berjual-
beli secara al-‘înah, mengikuti ekor sapi (sibuk beternak)
dan meninggalkan jihad fi sabilillah, niscaya Allah
menurunkan atas mereka kehinaan, Allah tidak akan
mengangkat kehinaan itu dari mereka hingga mereka
kembali pada agama mereka (HR. Ahmad, al-Baihaqi
dan Abu Ya‘la).

Anda mungkin juga menyukai