Anda di halaman 1dari 155

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN


DENGAN TUBERCULOSIS PARU (TB PARU)
DI WILAYAH PUSKESMAS PAJANGAN
BANTUL, YOGYAKARTA

EKA NURHIDAYAH
151349

AKADEMI KESEHATAN KARYA HUSADA YOGYAKARTA


PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
2018
STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN


DENGAN TUBERCULOSIS PARU (TB PARU)
DI WILAYAH PUSKESMAS PAJANGAN
BANTUL, YOGYAKARTA

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan Diploma Tiga Keperawatan

EKA NURHIDAYAH
151349

AKADEMI KESEHATAN KARYA HUSADA YOGYAKARTA


PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
2018

i
LEMBAR PERSEMBAHAN

Laporan Tugas Akhir Studi Kasus ini kupersembahkan untuk:

1. Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
karunia-Nya, Rahmat-Nya dan Hidayah-Nya
2. Kedua orang tuaku Bapak Wahyu Anggono dan Ibu Suwartini yang selalu
mendoakanku, mencurahkan cinta dan kasih sayangnya, memotivasi dan
membimbingku dengan penuh kesabarannya.
3. Keluargaku yang sudah mendukungku baik di Yogyakarta maupun di
Lubuklinggau.
4. Teman-teman ku Dwi yuli, Intan, Eva, Nico, Indah, Vero, Ika, Kadek,
Yustin Diah, Yessi,Vita, Peni, Gita, Indah, Lia, Iis, Elvira terimakasih.
5. Untuk teman-teman kos kuning Candra, Luhade, Ani, Devi, Fani, Dewa
ayu, Utari, Wini, Krisna, terimakasih telah memberi semangat dan doa
nya.
6. Untuk Tim Keperawatan Keluarga terimakasih sudah berjuang bersama.
Khusus nya untuk Yustin dan Veronica tim pak Ardjani yang selalu
kompak.
7. Teman-temanku Prodi DIII Keperawatan Akes Karya Husada Yogyakarta.
Akhirnya kita sampai juga pada penghujung perjuangan kita untuk
mendapat gelar Amd.Kep. Kejarlah mimpi kalian semasih bisa jangan
pernah merasa puas . Takkan pernah ku lupakan kebersamaan kita selama
3 tahun ini.
8. Bapak dan ibu dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu dan
bimbingannya, serta almamater tercinta

v
MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai (dari segala urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan lain)

dan hanya Tuhanlah hendaknya kamu berharap

(QS Al-Insyiroh: 6-8)

Orang belajar dan mengajar ilmu dengan ikhlas sepeti orang berjihad dijalan Allah

SWT (H.R Bukhori)

Setiap kesulitan, pasti ada kemudahan. Allah SWT tidak akan memberikan ujian

di luar kemampuan umat-Nya.

Trust Yourself. You will survive whatever is coming.

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan studi kasus ini dengan judul “Asuhan

Keperawatan Keluarga Pada Pasien Dengan Tuberculosis Paru di Wilayah

Puskesmas Pajangan, Bantul, Yogyakarta. Dalam penyusunan laporan ini, penulis

menyadari bahwa tanpa bimbingan , arahan serta bantuan dari berbagai pihak,

studi kasus ini tidak mungkin selesai tepat pada waktunya. Dengan segala

kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya

kepada yang terhormat :

1. dr. Lucia Sri Rejeki MPH selaku Kepala Puskesmas Pajangan Bantul,

Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk

melakukan Studi Kasus.

2. Drs. H. Moebari, M.Kes selaku Direktur Akademi Kesehatan Karya

Husada Yogyakarta.

3. Iswanti Purwaningsih, S.Kep.Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi

DIII Keperawatan Akademi Kesehatan Karya Husada Yogyakarta.

4. Endang Tri S, SST.MPH selaku pembimbing utama yang telah banyak

membantu, memberikan petunjuk, masukan dan bimbingan hingga

terselesaikan Studi Kasus ini.

5. Siti Maryati S.Kep.Ns MPH selaku dosen penguji, terima kasih atas

saran dan bimbingannya

vii
6. Ardjani Amd.Kep selaku pembimbing lahan/puskesmas yang telah

memberikan bimbingan dalam pelaksanaan Studi Kasus ini.

7. Orang Tua dan Keluarga yang selalu memberikan doa, dukungan dan

kasih sayang yang berlimpah.

8. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca

untuk kesempurnaan studi kasus ini. Harapan penulis semoga studi kasus ini

bermanfaat bagi banyak pihak.

Yogyakarta, Juni 2018

Penulis

viii
ABSTRAK

Judul : Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Dengan


Tuberculosis Paru di Wilayah Puskesmas Pajangan
Bantul, Yogyakarta
Nama : Eka Nurhidayah (2018)
Progam Studi : Diploma III Keperawatan Akademi Kesehatan Karya
Husada Yogyakarta
Dosen pembimbing : 1. Endang Tri S, SST M.P.H
2. Ardjani Amd. Kep
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan Keluarga Tuberculosis Paru

Tuberculosis merupakan penyakit yang terjadi karena bakteri


mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang paru-paru. Sampai saat ini
kasus yang ditemukan hanya 8 orang dari jumlah penduduk 35.000 jiwa. Tujuan
dari studi kasus ini adalah untuk menggambarkan pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga pada pasien tuberculosis paru di wilayah Puskesmas
Pajangan Bantul, Yogyakarta. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif.
Rancangan ini menggambarkan asuhan keperawatan dengan dua pasien untuk
membandingkan dengan kasus yang sama.meliputi pengkajian, mengakkan
diagnosa keperawatan, membuat perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Pengkajian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan
studi dokumentasi. Berdasarkan hasil pengkajian, penulis menemukan beberapa
diagnosa keperawatan keluarga yaitu kasus 1 ditemukan 3 diagnosa keperawatan
keluarga, dan kasus 2 ditemukan 2 diagnosa keperawatan keluarga. Dalam
perencanaan kasus 1 dan 2 menggunakan tujuan jangka panjang, tujuan jangka
pendek, standar dan rencana tindakan yang sesuai dengan NIC (Nursing
Intervention Clasification). Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan penulis
bekerja sama dengan pasien,keluarga pasien, dan perawat puskesmas. Hasil
evaluasi dari studi kasus ini terdapat 1 masalah teratasi dan 2 masalah teratasi
sebagian pada kasus 1, dan 2 masalah teratasi pada kasus 2. Kesimpulan yang
didapat dari studi kasus ini adalah penulis mendapatkan pengalama nyata tentang
tuberculosis paru mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ...........................................................................v
MOTTO .............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................vii
ABSTRAK .......................................................................................................ix
DAFTAR ISI .....................................................................................................x
DAFTAR TABEL .............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvi
DAFTRA ISTILAH ..........................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1


A. Latar Belakang ......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan Studi Kasus ..............................................................................3
D. Manfaat Studi Kasus ............................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5


A. Konsep Dasar Penyakit ........................................................................5
1. Definisi Penyakit .............................................................................5
2. Etiologi Penyakit .............................................................................5
3. Klasifikasi Penyakit ........................................................................6
4. Patofisiologi Penyakit .....................................................................9
5. Manifestasi Penyakit .......................................................................12
6. Pemeriksaan Penunjang .................................................................13
7. Komplikasi Penyakit .......................................................................14
8. Penatalaksanaan ................................................................................15

x
9. Pencegahan .......................................................................................18
B. Konsep Keluarga .....................................................................................20
1. Pengertian Keluarga .........................................................................20
2. Tipe Keluarga ...................................................................................20
3. Peran Keluarga .................................................................................21
4. Fungsi Keluarga ...............................................................................21
5. Tahap dan Perkembangan Keluarga .................................................23
6. Tumbuh Kembang ............................................................................27
7. Indicator PHBS ...............................................................................28

C. Konsep Asuhan Keperawatan..............................................................31


1. Pengkajian ......................................................................................31
2. Diagnosa Keperawatan ..................................................................40
3. Perencanaan Keperawatan ............................................................43
4. Implementasi Keperawatan ...........................................................47
5. Evaluasi Keperawatan ....................................................................47

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................48


A. Rencana Studi Kasus ............................................................................48
B. Subyek Studi Kasus ..............................................................................48
C. Fokus Studi ............................................................................................48
D. Definisi Operasional ..............................................................................49
E. Instrumen Studi Kasus .........................................................................51
F. Metode Studi Kasus ..............................................................................51
G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus ...........................................................52
H. Analisa Data dan Penyajian Data ........................................................53
I. Etika Keperawatan ...............................................................................54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................55


A. Hasil Studi Kasus ....................................................................................55
1. Gambaran Lokasi Studi Kasus .........................................................55
2. Pengkajian .......................................................................................56
3. Diagnosa Keperawatan .....................................................................76

xi
4. Rencana Keperawatan ......................................................................86
5. Implementasi Keperawatan ..............................................................91
6. Evaluasi Keperawatan ......................................................................96
B. Pembahasan .............................................................................................104
1. Pengkajian .......................................................................................104
2. Diagnosa Keperawatan .....................................................................108
3. Rencana Keperawatan .....................................................................109
4. Implementasi Keperawatan ..............................................................114
5. Evaluasi Keperawatan ......................................................................116
C. Keterbatasan ............................................................................................118

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................120


A. Kesimpulan ............................................................................................120
B. Saran ...................................................................................................124

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................125

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Anggota Keluarga .............................................................31


Tabel 2.2 Riwayat Kesehatan Anggota Keluarga ...............................................33
Tabel 2.3 Analisa Data Keperawatan ..................................................................40
Tabel 2.4 Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga..............................43
Tabel 4.1 Identitas Kepala Keluarga ...................................................................56
Tabel 4.2 Komposisi Keluarga ............................................................................56
Tabel 4.3 Tipe keluarga.......................................................................................60
Tabel 4.4 Suku Bangsa .......................................................................................60
Tabel 4.5 Agama dan Kepercayaan yang Memepengaruhi Kesehatan ...............60
Tabel 4.6 Status Sosial Ekonomi ........................................................................61
Tabel 4.7 Aktivitas Rekreasi Keluarga ..............................................................61
Tabel 4.8 Riwayat dan Tahap Perkembangan .....................................................62
Tabel 4.9 Tahap perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi .....................62
Tabel 4.10 Riwayat Kesehatan Keluarga Inti .....................................................63
Tabel 4.11 Karakteristik Rumah .........................................................................64
Tabel 4.12 karakteristik tetangga dan komunitas ...............................................65
Tabel 4.13 Mobilitas Geografi Keluarga ............................................................65
Tabel 4.14 Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Masyarakat ............................66
Tabel 4.15 Sistem Pendukung Keluarga .............................................................66
Tabel 4.16 Struktur Keluarga ..............................................................................66
Tabel 4.17 Fungsi Afektif ...................................................................................68
Tabel 4.18 Fungsi Sosialisasi ..............................................................................68
Tabel 4.19 Funsi Perawatan Kesehatan ..............................................................69
Tabel 4.20 Fungsi Reproduksi ............................................................................70
Tabel 4.21Fungsi Ekonomi .................................................................................71
Tabel 4.22 Sressor dan Koping Keluarga ...........................................................71

xiii
Tabel 4.23 Keadaan Gizi Keluarga .....................................................................72
Tabel 4.24 Pemeriksaan Fisik .............................................................................73
Tabel 4.25 Hrapan Keluarga ...............................................................................73
Tabel 4.26 Terapi Obat .......................................................................................75
Tabel 4.27 Pemeriksaan Penunjang ....................................................................75
Tabel 4.28 Analisa Data ......................................................................................76
Tabel 4.29 Prioritas Masalah .............................................................................80
Tabel 4.30 Rencanaan Keperawatan Keluarga ...................................................86
Tabel 4.31 Implementasi Keperawatan Keluaga ................................................91
Tabel 4.32 Evaluasi Keperawatan Keluarga .......................................................96

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway Tuberculosis Paru .............................................................11


Gambar 2.2 Pathway Keperawatan Tuberculosis Paru .......................................39
Gambar 4.1 Genogram Keluarga ........................................................................57
Gambar 4.2 Denah Rumah Pasien ......................................................................59

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan


Lampiran 2 Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian
Lampiran 3 Inform Consent
Lampiran 4 Leaflet tentang Tuberculosis Paru
Lampiran 5 SAP Tuberculosis Paru
Lampiran 6 Format Pengkajian Keperawatan Keluarga
Lampiran 7 Log Book Bimbingan Studi Kasus

xvi
DAFTAR ISTILAH

ASI : Air Susu Ibu


BCG : Bacillus Calmette Guerin
BTA : Basil Tahan Asam
CT-Scan : Computerized Temografy
Depkes : Departemen Kesehatan
DO : Data Obyektif
DS : Data Subyektif
EMB : Etambutol, merupakan obat tuberculosis
HIV : Human Immunideficiency Virus
INH : Isoniazid, merupaka obat tuberculosis
KemenKes : Kementrian Kesehatan
Monev : Monitoring dan Evaluasi
NOC : Nursing Outcome Clasification
NIC : Nursing Intervention Clasification
OAT : Obat Anti Tuberculosis
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PZA : Pirasinamid, merupakan obat tuberculosis
RIF : Rifampicin, merupakan obat tuberculosis
SPAL : Saluran Pembuangan Air Limbah
SM : Stretomisin, merupakan obat tuberculosis
TB : Tuberculosis
USG : Ultrasonografy
WHO : World Health Organitation

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberculosis masih menjadi suatu masalah kesehatan diseluruh dunia,

karena penyakit ini masih menginfeksi jutaan orang setiap tahunnya dan

merupakan penyebab kematian nomor dua terbanyak didunia dari penyakit

infeksi setelah HIV. Pada tahun 2015 diperkirakan terdapat 10,4 juta kasus

tuberculosis. Menurut Global Tuberculosis Report, tuberculosis masuk dalam

sepuluh 10 penyebab kematian tertinggi di dunia pada tahun 2015. Menurut

perhitungan model prediction yang berdasarkan data hasil survey prevelensi

tuberculosis tahun 2013-2014, estimasi prevelensi tahun 2015 sebesar 0.64%

dan estimasi pevelensi tuberculosis tahun 2016 sebesa 0,62% (WHO, 2016).

Indonesia merupakan Negara dengan jumlah kasus TB Paru terbanyak

kedua didunia setelah India, diperkirakan insidens tuberculosis di Indonesia

pada tahun 2015 sebesar 40%. Pada tahun 2016 ditemukan jumlah kasus

tuberculosis sebanyak 35% , meningkat bila dibandingkan semua kasus

tuberculosis yang ditemukan pada tahun 2015 yang sebesar 33 %. Jumlah

kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk

yang banyak yaitu di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Kasus

tuberculosis di tiga provinsi tersebut sebesar 44% dari jumlah seluruh kasus

baru di Indonesia (Kemenkes RI, 2017 dalam jurnal depkes.go.id).

1
2

Menurut Kemenkes RI (2016) angka kejadian tuberculosis paru BTA+ di

D.I Yogyakarta untuk kasus baru cukup tinggi, yaitu 1.262 dengan presentase

laki-laki 58% dan presentase perempuan 42%.

Angka penemuan suspek tuberculosis paru BTA di Kabupaten Bantul

pada tahun 2017 mengalami penurunan yaitu dari 7412 suspek menjadi 6202

suspek. Hal ini sudah sesuai dengan target capaian. Semua penderita yang

tersuspek di periksa dahaknya. Penemuan BTA+ pun jauh dari target capaian

yang telah di tentukan oleh dinas kesehatan Kabupaten Bantul. Dinkes

menargetkan penemuan BTA+ sekitar 620 kasus dan hanya 320 kasus yang

dicapai. Hal ini karena banyak nya penyakit tuberculosis yang sulit terdeteksi

atau penduduk merasa malu untuk memeriksakan kesehatan nya di pelayanan

kesehatan (Hasil Monev tahun 2017).

Sampai saat ini, puskesmas Pajangan menargetkan penemuan tuberculosis

BTA+ sebanyak 23 orang, sedangkan yang bisa di temukan hanya 34% dari

jumlah penduduk 35.000 jiwa. Hal ini karena masyarakat juga belum sadar

akan pentingnya pemeriksaan tuberculosis di pelayanan kesehatan

(Puskesmas Pajangan).

Upaya yang dilakukan oleh pihak puskesmas yaitu memelihara dan

meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya

masalah yang ada di masyarakat dengan pelayanan yang meliputi promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pelayanan promotif yaitu pelayanan

kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi

kesehatan. Pelayanan preventif merupakan kegiatan pencegahan terhadap


3

suatu masalah kesehatan. Kuratif adalah kegiatan pengobatan yang ditujukan

untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, dan

pengendalian penyakit. Pelayanan kesehatan rehabilitatif merupakan kegiatan

untuk menegmbalikan bekas penderita kedalam masyarakat sehingga dapat

berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan

masyarakat (scholar.unand.ac.id).

Perawat menjadi peran penting dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Sebagai pelayanan kesehatan, perawat harus memahami perannya dengan

baik. Perawat kesehatan masyarakat mempunyai 7 peran, yaitu sebagai

pendidik. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan kesehatan, sebagai

pelaksanaan pelayanan kesehatan, sebagai supervisor pelayanan kesehatan,

sebagai advokat, sebagai fasilitator, dan sebagai peneliti (Sudiharto, 2008).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengambil kasus ini

karena masih banyak masyarakat yang kurang peduli terhadap kesehatan diri.

B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dari Studi Kasus ini adalah ”Bagaimana pelaksanaan

Asuhan Keperawatan Keluarga pada klien dengan Tuberkulosis Paru (TB

Paru) di wilayah Puskesmas Pajangan, Bantul, Yogyakarta ? “

C. Tujuan Studi Kasus


Tujuan dari Studi Kasus ini adalah untuk menggambarkan pelaksanaan

Asuhan Keperawatan Keluarga pada pasien tuberculosis paru (TB Paru) di

wilayah Puskesmas Pajangan, Bantul, Yogyakarta


4

D. Manfaat Studi Kasus


a. Bagi Masyarakat

Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya

pemeriksaan TB di pelayanan kesehatan.

b. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan

Informasi untuk menambah pengetahuan, keterampilan, serta

meningkatkan pelayanan keperawatan

c. Bagi Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil studi kasus

tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan Keluarga dengan

tuberculosis paru (TB Paru).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi Tuberkulosis
Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan bakteri mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang

berbagai organ, terutama paru-paru. Penyakit ini bila tidak di diobati atau

pengobatan nya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya

hingga kematian (www.depkes.go.id)

Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim

paru-paru dan disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis (Ardiansyah,

2012). Penyakit tuberculosis (TB) sudah dikenal sejak dahulu.

Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

kuman/bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat menular melalui

percikan dahak. Kuman ini pada umumnya menyerang paru-paru dan

sebagian lagi dapat menyerang luar paru-paru, seperti kelenjar getah

bening, kulit, saluran pencernaan, selaput otak, dan sebagainya (Laban,

2008).

2. Etiologi Tuberkulosis
Penyakit ini disebabkan oleh oleh bakteri jenis Mycobacterium

tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis mempunyai sifat : Basil

berbentuk batang, bersifat aerob, mudah mati pada air mendidih (5 menit

5
6

pada suhu 80 C), mudah mati terkena sinar ultra violet serta tahan hidup

berbulan-bulan pada suhu kamar dan ruangan yang lembab . Bakteri ini

ditemukan didalam dahak atau sputum dan sangat kecil dengan tebal 0,3-

0,5µm sehingga untuk melihatnya harus menggunakan mikroskop.

Bakteri ini bersifat tahan terhadap larutan asam tau bisa juga

disebut Basil Tahan Asam (BTA). Pemeriksaan sputum BTA dilakukan

pada pasien yang diduga terkena TBC dan biasanya dilakukan 2x

berturut-turut. Bila hasil pemeriksaan sputum 1x positif, maka sudah

dapat dipastikan bahwa orang tersebut positif terkena TBC. Sumber

penularan nya adalah penderita TB paru BTA+ yang dapat menularkan ke

orang sekitarnya terutama orang yang sering berkontak erat dengan

penderita. TB dengan BTA- juga masih memiliki kemungkinan

menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan yang rendah

(Kemenkes RI, 2016 dalam PMK No 67).

3. Klasifikasi Tuberkulosis
Untuk menentukan klasifikasi penyakit TBC, ada 3 hal yang perlu di

perhatikan (Laban, 2008) yaitu sebagai berikut :

a. Organ tubuh yang terkena : paru dan ekstra paru

b. Hasil pemeriksaan sputum Basil Tahan Asam (BTA): positif atau

negatif. BTA merupakan bakteri yang tidak rusak dengan pemberian

asam
7

c. Tingkat keparahan : ringan atau berat.

Penentuan ini penting dilakukan untuk menentukan paduan obat

anti-tuberkulosis yang sesuai sebelum pengobatan dimulai.

Berdasarkan organ tubuh yang terkena, TB dibagi menjadi dua

yaitu TB paru dan TB ekstra paru. TB paru adalah TB yang

menyerang jaringan paru-paru, termasuk pleura (selaput paru) dan

kelenjar pada hilus. Sedangkan TB ekstra paru adalah TB yang

menyerang organ tubuh selain paru-paru, misal selaput paru, selaput

otak, selaput jantung tulang, ginjal, dan sebagainya (Laban, 2008)

Berdasarkan hasil pemeriksaan sputum secara mikroskopis, TB paru

dibagi menjadi dua macam (Laban, 2008), yaitu sebagai berikut:

a. TB paru BTA positif (sangat menular)

Sekurang-kurang nya 1 dari 2 pemeriksaan sputum memberikan hasil

yang positif, serta foto rontgen dada yang menunjukkan TB positif.

b. TB paru BTA negatif

Pemeriksaan sputum didapatkan hasil negatif dan foto rontgen dada

menujukkan TBC aktif. Jumlah kuman yang ditemukan pada waktu

pemeriksaan belum memenuhi syarat positif.

Menurut Ardiansyah (2008), berdasarkan bentuk nya tuberculosis

dapat dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu :

a. Tuberculosis Primer

Tuberkulosis adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang bekum

mempunyai reaksi spesifik terhadap bakteri TB. Bila bakteri TB


8

terhirup dari udara melalui saluran pernafasan dan mencapai alveoli

atau bagian terminal saluran pernafasan, maka bakteri akan ditangkap

dan dihancurkan oleh makrofag yang berada di alveoli. Tidak semua

makrofag pada granula TB mempunyai fungsi yang sama. Ada

makrofag yang berfungsi pembunuh, mencerna bakteri, dan

merangsang limfosit. Beberapa makrofag menghasilkan protease

elastase, kolagenase, serta faktor penstimulasi koloni untuk

merangsang prodeksi monosit dan granulosit pada sumsum tulang.

Bakteri TB yang berada dalam alveoli akan membentuk focus local

(focus ghon), sedangkan focus inisial bersama-sama dengan limfa

denopati bertempat di hilus (kompleks primer ranks) dan disebut juga

TB primer. Fokus primer paru biasanya bersifat unilateral dengan sub

pleura terletak diatas atau bawah sifura interlobaris, atau dibagian

basal dari lobus inferior. Bakteri ini menyebar lebih lanjut melalui

saluran limfe atau aliran darah dan tersangkut pada berbagai organ.

Jadi, TB primer merupakan infeksi yang bersifat sistematis.

b. Tuberculosis Sekunder

Telah terjadi resolusi dari infeksi primer, sejumlah kecil bakteri TB

masih dapat hidup dalam keadaan dorman di jaringan parut. Berbeda

dengan TB primer pada TB sekunder kelenjar limfe regional dan

organ lainnya jarang terkena, lesi lebih terbatas, dan terlokalisisr.

Reaksi imunologis terjadi dengan adanya pembentukan granuloma,

mirip dengan yang terjadi pada TB primer. Tetapi nekrosis jaringan


9

lebih mencolok dan menghasilkan lesi kaseosa (perkejuan) yang luas

dan disebut tuberkulema. TB sekunder adalah akibat dari reaksi

nekrotik yang dikenal sebagai hipersensitivitas. Lesi sekunder

berkaitan dengan kerusakan paru yang disebabkan oleh produksi

sitokin yang berlebihan. Kavitas kemudian diliputi oleh jaringan

fibrotic yang tebal dan berisi pembuluh darah pulmonal. Kavitas yang

kronis diliputi oleh jaringan fibrotic yang tebal. Masalah lainnya pada

kavitas kronis adalah kolonisasi jamur, seperti aspergilus yang

menumbuhkan micotema. Pemeriksaan sputum didapatkan hasil

negatif dan foto rontgen dada menujukkan TB aktif. Jumlah kuman

yang ditemukan pada waktu pemeriksaan belum memenuhi syarat

positif.

4. Patofisiologi Tuberkulosis
Bakteri Mycobacterium tuberculosis banyak terdapat di saluran

pernapasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit.

Kebanyakan infeksi terjadi melalui udara, yaitu inhalasi droplet yang

mengandung kuman-kuman basil yang terinfeksi. Setelah seseorang

menghirup mycobacterium tuberculosis, kemudian masuk melalui

mukosiliar saluan penapasan, akhirnya basil TBC sampai ke alveoli(paru)

lalu ke alveolus. Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan diinhalasi

biasanya terdiri atas satu sampai tiga gumpalan. Basil yang lebih besar

cenderung bertahan disaluran hidung dan cabang besar bronkus. Setelah

berada dalam ruang alveolus, kuman akan mulai mengakibatkan


10

peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak memfagosit bakteri di

tempat ini, namun tidak membunuh organisme tersebut.

Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli

yang terserang akan mengalami konsuldasi dan timbul gejala pneumonia

akut. Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga

tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat bejalan terus dan bakteri

terus difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar

melalui getah bening menuju getah bening regional. Makofag yang

mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu,

sehingga membentuk sel tuberkel epiteloit yang dikelilingi oleh foist.

Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam (Ardiansyah, 2012).


11

Pathway Medis

Kuman dibatukkan/bersin(droplet nudei inidinborne)

Terisap organ sehat

Menempel di jalan nafas/paru-paru

Menetap/berkembang baik (sitoplasma makrofag)

Membentuk TB pneumonia kecil

Radang saluran pernafasan

Kompleks primer

Sembuh Sembuh dengan bekas komplikasi TB sekunder

Kuman dormat (TB primer)

Infeksi endogen

TB DWS (TB post primer/sekunder)

Sarang pneumonia kecil

Tuberkel

ReSorpsi Meluas Meluas Sembuh

Perkapuran Jaringan Keju

Sembuh Kavitas

Meluas memadat/bekas Bersih

Gambar 2.1 Pathway Tuberkulosis Paru


12

5. Manifestasi Klinik
Penyakit tuberculosis (TB) paling sering menyerang organ paru, tetapi

sebagian kecil dapat menyerang organ-organ lain. Tanda dan gejala yang

muncul tergantung organ mana yang terkena. Seseorang yang diduga

menderita TB, terutama TB paru dijumpai keluhan dan tanda-tanda

sebagai berikut (dalam Scholar.unand.ac.id) :

a. Batuk-batuk lebih dari 2 minggu

b. Batuk mengeluarkan dahak bercampur dengan darah

c. Demam (terutama pada sore hari)

d. Nafsu makan berkurang

e. Berat badan menurun

f. Berkeringat pada malam hari

g. Badan terasa lemah dan terasa lelah

h. Sesak nafas (bila penyakit sudah lanjut)

i. Sakit dada / nyeri dada

Lokasi dari organ yang terkena TB menunjukkan gejala khusus,

misalnya TB usus akan menimbulkan gejala diare yang tidak sembuh-

sembuh. TB kelenjar getah bening yang membesar, TB telinga akan

mengeluarkan cairan dari telinga tengah biasa nya jernih dan tidak berbau.

TB selaput otak akan memberikan gejala yang lebih berat, seperti kejang-

kejang dan kaku. TB pleuritis termasuk TB ekstra paru yang masih

dirongga paru tepatnya diantara lapisan luar dan lapisan dalam paru.

Gejala yang ditimbulkan seperti demam tinggi, sakit dada, bila cairan
13

menumpuk akan menyebabkan sesak nafas. TB ekstra paru dapat berupa

penyakit yang berdiri sendiri atau kadang-kadang dengan disertai penyakit

TB paru (Hudoyo, 2008).

6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Hudoyo (2008), pemeriksaan penunjang pasien dengan TBC

adalah :

a. Pemeriksaan sputum BTA (Basil Tahan Asam)

Pemeriksaan BTA di lakukan sebanyak 2x untuk mengetahui pasien

positif atau negatif. Pembacaan hasil pemeriksaan sediaan dahak

dilakukan dengan menggunakan skala IUATLD (International Union

Against Tuberculosis and Lung Diseases) :

1) Negatif : tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan pandang

2) Meragukan (Scanti) : ditemukan 1-9 BTA/100 lapangan pandang

3) Positif + (1+) : ditemukan 10-90 BTA/100 lapangan pandang

4) Positif ++ (2+) : ditemukan 1-10 BTA/100 lapangan pandang

5) Positif +++ (3+) : ditemukan lebih dari 10 BTA/1 lapangan

pandang

b. Pemeriksaan Foto Rontgen Dada

c. Tes Kulit Uji Tuberkulin atau Mantoux Test

Uji tuberculin adalah tes dengan menggunakan sari protein bakteri

mycobacterium tuberculosis. Tes ini dilakukan dengan menempatkan

sejumlah kecil protein TB dibawah lapisan atas kulit dilengan bagian

dalam. Antigen TB yang digunakan dalam uji tuberculin disebut


14

protein derivatif yang dimurnikan (PPD). Proses untuk uji tuberculin

yaitu posisi duduk dan lengan keatas, bagian kulit yang akan di

suntikkan di bersihkan lalu dikeringkan, suntikkan antigen TB

dibawah lapisan atas kulit. Cairan tesebut akan menjadi benjolan kecil

dibawah kulit. Jangan menutup area suntikkan dengan perban.

Pembacaan hasil pemeriksaan Mantoux Test dilakukan 2-3 hari

setelah disuntik, bila pasien tidak kembali dalam waktu 3 hari harus

dijadwalkan untuk tes ulang. Jika lokasi uji hanya berwarna

kemerahan saja, berarti belum terinfeksi bakteri TB. Jika muncul

benjolan merah berarti telah terinfeksi bakteri TB pada suatu waktu.

Mantoux tuberculin skin test :

1) Normal (hasil negatif) : tidak ditemukan benjolan kemerahan pada

area pemeriksaan, atau benjolan yang tebentuk lebih dari 5 mm

(0,5 cm)

2) Abnormal (hasil positif) : ditemukan benjolan berukuran tertentu

ditempat cairan disuntikkan., mungkin terdapat kuman TBC dalam

tubuh. Kebanyakan orang yang hasil tes kulitnya positif terkena

infeksi TBC laten.

7. Komplikasi
Komplikasi tuberkulosis menurut Ardiansyah ( 2012) adalah :

a. Komplikasi dini

1) Pleuritis

2) Efusi pleura
15

3) Empyema

4) Laryngitis

5) TB usus

6) Kerusakan hepar dan ginjal

7) Resisten Obat

b. Komplikasi lanjut

1) Obstruksi jalan nafas

2) Kor pulmonale

3) Amyloidosis

4) Karsinoma paru

5) Sindrom gagal napas

8. Penatalaksanaan Tuberculosis Paru

Menurut Laban (2008), penatalaksanaan TB paru ada 2, yaitu

penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan.

a. Penatalaksanaan Medis

Tuberculosis paru diobati terutama dengan agen kemoterapi (agen

antituberculosis) selama 6 bulan sampai 12 bulan. Lima medikasi baris

depan yang digunakan yaitu isoniazid (INH), rifampin (RIF),

stretomisin (SM), etambutol (EMB), dan pirasinamid (PZA). Jenis

obat lini kedua adalah kanamisin, kuinolon, dan derivat rifampisin dan

isoniazid.
16

Dosis OAT lini pertama adalah sebagai berikut :

1) Rifampisin (R) diberikan dalam dosis 10 mg/KgBB per hari secara

oral, atau 10 mg/kgBB oral dua kali seminggu dengan perlakuan

DOT, maksimal 600 mg/hari. Dikonsumsi pada waktu perut kosong

agar baik penyerapannya.

2) Isoniazid (H) diberikan dalam dosis 5 mg/kgBB oral tidak melebihi

300 mg per hari untuk TB paru aktif, sedangkan pada TB laten

pasien dengan berat badan >30 kg diberikan 300 mg oral.

Pemberian isoniazid juga bersamaan dengan Piridoksin (vitamin

B6) 25-50 mg sekali sehari untuk mencegah neuropati perifer

3) Pirazinamid (Z) pada pasien dengan HIV negatif diberikan 15-30

mg/kgBB per hari secara oral dalam dosis terbagi, tidak boleh

melebihi dua gram per hari. Atau dapat diberikan dua kali

seminggu dengan dosis 50 mg/kg BB secara oral

4) Etambutol (E) pada fase intensif dapat diberikan 20 mg/kgBB.

Sedangkan pada fase lanjutan dapat diberikan 15 mg/kgBB , atau

30 mg/kgBB diberikan 3 kali seminggu, atau 45 mg/kgBB

diberikan 2 kali seminggu

5) Streptomisin (S) dapat diberikan 15 mg/kgBB secara intra

muskular, tidak melebihi satu gram per hari. Atau dapat diberikan

dengan dosis dua kali per minggu, 25-30 mg/kgBB secara intra

muskular, tidak melebihi 1,5 gram per hari.


17

Pengobatan tuberkulosis dibagi berdasarkan subtipenya

1) TB Paru Kasus Baru BTA positif atau Lesi Luas

Panduan pengobatan yang diberikan adalah 2RHZE/4RH,

artinya RHZE diberikan selama 2 bulan kemudian dilanjutkan RH

selama 4 bulan. Alternatif lain adalah 2RHZE/4R3H3 atau

2RHZE/6HE. Pengobatan fase lanjutan dapat diberikan selama 7

bulan dengan panduan 2 RHZE/ 7 RH pada keadaan TB lesi luas,

TB dengan penyakit komorbid, atau TB kasus berat seperti TB

milier.

2) TB Paru Kasus Baru BTA Negatif Rontgen Positif

Panduan obat yang diberikan adalah 2 RHZ/ 4RH, artinya

RHZ diberikan selama 2 bulan, dilanjutkan dengan RH 4 bulan.

Alternatif terapi adalah 2RHZ/ 4 R3H3 atau 6RHE.

3) TB Paru Kasus Kambuh

Pada kasus kambuh, tatalaksana OAT harus disesuaikan

dengan hasil uji resisternsi, bila tersedia. Panduan pengobatan yang

diberikan adalah 3RHZE/6RH. Alternatif pengobatan adalah 2

RHZES/ 1 RHZE/ 5 R3H3E3.

4) TB Paru Kasus Gagal Pengobatan

Pada kasus dimana pengobatan gagal, tatalaksana harus

diberikan menggunakan 4-5 OAT sesuai hasil uji resistensi. Sambil

menunggu hasil uji, dapat diberikan 2 RHZES, kemudian

dilanjutkan sesuai hasil uji resistensi.


18

Untuk meminimalkan efek samping, dapat diberikan piridoksin

(vitamin B6). Enzim-enzim hepar, nitrogen urea darah, dan keratin di

pantau setiap bulan. Hasil pemeriksaan kultur sputum dipantau

terhadap basil tahan asam (BTA) untuk mengevaluasi efektifitas

pengobatan dan kepatuhan pasien terhadap terapi.

Hindari resisten obat pada penderita Tuberculosis, karena pengobatan

nya akan lebih sulit.

b. Penatalaksanaan Keperawatan

1) Melakukan vaksinasi BCG (Bacillus Calmette dan Guerin) untuk

mencegahan penyakit tuberculosis.

2) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang TBC

3) Pemberitahuan kepada masyarakat baik melalui spanduk tentang

bahaya TB, cara penularan, cara pencegahan, dan faktor risiko

4) Bila ada gejala TB segera ke puskesmas atau RS agar dapat

diketahui secara dini.

9. Pencegahan Tuberculosis Paru

Menurut Sholeh S. Naga (2014), banyak hal yang bisa dilakukan untuk

mencegah terjangkitnya TB paru. Pencegahan-pencegahan berikut dapat

dikerjakan oleh penderita, masyarakat, maupun petugas kesehatan.

a. Bagi Penderita

Pasien diharapkan untuk menutup mulut saat batuk maupun bersin.

Bila pasien meludah, jangan disembarang tempat karena ludah pasien

berpotensial sebagai sumber kuman. Ludah seorang pasien yang


19

menempel di dinding atau lantai disuatu rumah tanpa ada ventilasi dan

sinar matahari tidak masuk kedalam rumah, kuman TB yang

terkandung dalam ludah tersebut dapat bertahan hidup sampai 2 tahun.

Kuman TB akan mati dalam waktu 1 jam bila terkenaa sinar matahari.

Sangat dianjurkan rumah seorang pasien TB harus ada ventilasi yang

baik dan sinar matahari dapat masuk. Kuman TB akan mati dalam

waktu 5 menit bila terkena zat antiseptic misalnya yang murah dan

mudah didapat yaitu karbol. Oleh karena itu seorang pasien TB bila

meludah dianjurkan dimasukkan kedalam suatu tempat yang tertutup

dan didalamnya mengandung karbol.

b. Bagi Masyarakat

Pencegahan penularan dapat dilakukan dengan meningkatkan

ketahanan terhadap bayi, yaitu dengan memberikan vaksinasi BCG,

dan rutin memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan. Masyarakat

diharuskan selalu mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan

kegiatan.

c. Bagi Petugas Kesehatan

Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang

penyakit TB paru, yang meliputin gejala, bahaya, dan akibat yang

ditimbulkan terhadap masyarakat pada umumnya. Petugas kesehatan

juga harus segera melakukan pengisolasian dan pemeriksaan terhadap

oang-orang yang terinfeksi, atau dengan memberikan pengobatan

khusus.
20

B. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan

dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap

keluarga sehat, akan tercipta komunitas yang sehat (Sudiharto, 2008).

Keperawatan keluarga adalah suatu proses yang rumit sehingga

memerlukan pendekatan yang logis dan sistematis pada setiap anggota

keluarga (Ali, 2010). Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu

rangkaian kegiatan dalam praktik keperawatan yang diberikan kepada

klien sebagai anggota keluarga, pada tatanan komunitas dengan

menggunakan proses keperawatan (Sudiharto, 2008).

2. Tipe-tipe Keluarga

Tipe keluarga dibedakan menjadi dua, yaitu keluarga tradisonal dan

keluarga non tradisonal (Sudiharto, 2008).

a. Keluarga Tradisonal

Keluarga tradisonal diikat oleh perkawinan. Keluarga tradisional

meliputi keluarga inti (suami, istri, serta anak), keluarga besar

(keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai

hubungan darah ), keluaga dyad (suami istri tanpa anak), single adult

(terdiri dari seorang dewasa saja), serta keluarga lanjut usia.

b. Keluarga Non Tradisonal

Keluarga non tradisional tidak diikat oleh perkawinan. Keluarga non

tradisional meliputi : commune family (lebih dari satu keluarga tanpa


21

pertalian darah hidup serumah), orang tua yang tidak ada ikatan

perkawinan serta anak hidup bersama dalam satu rumah tangga,

homoseksual (dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam

satu rumah tangga).

3. Peran Keluarga

Peran adalah perilaku interpersonal, sifat, dan kegiatan yang

berhubungan dengan individu dalam posisi dan satuan tertentu. Setiap

anggota keluarga mempunyai peran masing-masing. Ayah sebagai

pemimpin keluarga, pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan

memberikan rasa aman kepada anggota keluarga. Ibu sebagai pengurus

rumah tangga, pengasuh, dan pencari nafkah tambahan. Anak berperan

sebagai pelaku psikososial, sesuai dengan perkembangan fisik, mental,

social, dan spiritual (Ali, 2010).

4. Fungsi Keluarga

Menurut Achjar (2010), fungsi keluarga meliputi :

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif merupakan respon dari keluarga terhadap kondisi

dan situasi yang yang dialami tiap anggota baik senang maupun sedih,

dengan melihat bagaimana cara keluarga mengekspresikan kasih

sayang, saling menghargai, mendukung sesama anggota keluarga,

serta adanya perasaan saling memiliki.


22

b. Fungsi Sosialisasi

Bagaimana keluarga produktif terhadap sosoial dan bagaimana

keluarga memperkenalkan anak dengan dunia luar dengan belajar

disiplin, mengenal budaya dan norma melalui hubungan interaksi

dalam keluarga sehingga mampu berperan dalam masyarakat.

c. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan merupakan fungsi keluarga dalam

melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta

menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan

spiritual, dengan memelihara dan merawat anggota keluarga serta

mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.

Tugas perawatan keluarga meliputi :

1) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan

2) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan

mengenai tindakan kesehatan yang tepat

3) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat

anggota keluarga yang sakit

4) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

memelihara lingkungan rumah yang sehat

5) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan di masyarakat.


23

d. Fungsi Reprodusi

Fungsi reproduksi meliputi jumlah anak, bagaimana merencanakan

jumlah anggota keluarga, metode yang digunakan untuk

mengendalikan anggota keluarga. Fungsi ini untuk meneruskan

kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

e. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi meliputi upaya pemenuhan sandang pangan papan

serta pemanfaatan sumber daya di masyarakat

5. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Tahap dan tugas perkembangan keluarga meliputi :

a. Keluarga Pasangan Baru Menikah

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan

perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan

meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :

1) Membina hubungan intim yang memuaskan

2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok

social

3) Mendiskusikan rencana memiliki anak

b. Keluarga dengan kelahiran anak pertama

Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari

kehamilan samapi kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi

anak pertama berusia 30 bulan:

1) Persiapan menjadi orang tua


24

2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,

hubungan sexual dan kegiatan keluarga

3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

c. Keluarga dengan anak prasekolah

Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan)

dan berakhir saat anak berusia 5 tahun :

1) Kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal,

privasi dan rasa aman

2) Membantu anak untuk bersosialisasi

3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan

anak yang lain juga harus terpenuhi

4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun

di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)

5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap

yang paling repot)

6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak

d. Keluarga dengan anak sekolah

Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun

dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai

jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :

1) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan

2) Mempertahankan keintiman pasangan


25

3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin

meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan

anggota keluarga.

e. Keluarga dengan anak remaja

Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya

berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak

meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah

melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan

yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :

1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,

mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat

otonominya

2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga

3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua.

Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan

4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang

keluarga

f. Keluarga dengan anak dewasa

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan

berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap

ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak

yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar


26

2) Mempertahankan keintiman pasangan

3) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki

masa tua

4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat

5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

g. Keluarga dengan anak dewasa pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan

rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal

1) Mempertahankan kesehatan

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman

sebaya dan anak-anak

3) Meningkatkan keakraban pasangan

h. Keluarga dengan lanjut usia

Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah

satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal

damapi keduanya meninggal :

1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

2) Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman,

kekuatan fisik dan pendapatan

3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat

4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat

5) Melakukan life review (merenungkan hidupnya).


27

6. Tumbuh Kembang Keluarga

Menurut Sudiharto (2008), tahapan keluarga dapat diukur berdasarkan

tingkat kesejahteraannya, yaitu :

a. Keluarga Prasejahtera

Keluarga prasejahtera yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat

memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, seperti kebutuhan akan

pengajaran, agama, sandang, pangan, papan, dan kesehatan.

b. Keluarga Sejahtera Tahap I

Keluarga sejahtera tahap 1 yaitu keluarga yang dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memnuhi

keseluruhan kebutuhan psikososial seperti pendidikan, keluarga

berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan

tempat tinggal, dan transportasi.

c. Keluarga Sejahtera Tahap II

Keluarga sejahtera tahap II yaitu keluarga yang dapat memenuhi

kebutuhan dasar dan seluruh kebutuhan psikososial, namun belum

dapat memenuhi kebutuhan keseluruhan kebutuhan

perkembangannya, seperti kebutuhan untuk menabung dan

memperoleh informasi.

d. Keluarga Sejahtera Tahap III

Keluarga sejahtera tahap III yaitu keluarga yang dapat memenuhi

seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan psikososial, dan kebutuhan


28

perkembangan, namun belum dapat memberikan sumbangan

(Kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat.

f. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus

Keluarga sejahtera tahap III plus yaitu keluarga yang dapat memenuhi

seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, psikososial, maupun

yang bersifat pengembangan serta dapat pula memberikan sumbangan

yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

7. Indikator PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

Menurut Kemenkes RI (2016), indicator PHBS meliputi :

a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang di

oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter,dan tenaga para medis lainnya).

Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu

persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin. Apabila

terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke

puskesmas atau rumah sakit. Persalinan yang ditolong oleh tenaga

kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersihh, dan steril

sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.

b. Memberi Bayi ASI Eksklusif

Bayi di beri ASI Eksklusif adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi

ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain.


29

c. Menimbang Bayi dan Balita Setiap Bulan

Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau

pertumbuhannya setiap bulan. Penimbangan bayi dan balita dilakukan

setiap bulan mulai umur 1 bulan sampai 5 tahun di posyandu.

d. Menggunakan Air Bersih

Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk

minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci

alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya, agar kita tidak

terkena penyakit atau terhidar dari sakit.

e. Mencuci Tangan Dengan Air Bersih dan Sabun

Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri

penyebab penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ketangan. Pada

saat makan, kuman dengan cepat masuk kedalam tubuh, dan bias

menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan kotoran dan

membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih

tertinggal ditangan. Kita harus mencuci tangan setiap kali tangan kita

kotor (setelah memegang uang, memegang binatang, berkebun, dll),

setelah buang air besar, setelah menceboki bayi/anak, sebelum makan

dan menyuapi anak, sebelum memegang makanan, sebelum menyusui

bayi.

f. Menggunakan Jamban Sehat

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan

kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk
30

dengan leher angsa atau tanpa teher angsa (cemplung) yang dilengkapi

dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.

g. Memberantas Jentik di Rumah

Memberantas Jentik Rumah maksudnya agar rumah bebas dari jentik

nyamuk. Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah

dilakukan pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik

nyamuk.

h. Makan Sayur dan Buah Setiap Hari

Setiap anggota rumah tangga mengkonsumsi minimal 3 porsi buah

dan dua porsi sayuan atau sebaliknya setiap hari. Makn sayur dan

buah setiap hari sangat penting karena mengandung vitamin, mineral,

mengandung serat yang tinggi

i. Melakukan Aktifitas Fisik Setiap Hari

Anggota keluarga melakukan aktifitas fisik 30 menit setiap hari.

Aktifitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang

menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi

pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas

hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari

j. Tidak Merokok Dalam Rumah

Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok didalam rumah.


31

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


Langkah – langkah proses keperawatan yaitu :

1. Pengkajian (Assessment)
Pengkajian keperawatan tindakan yang digunakan perawat untuk

mengukur keadaan klien/keluarga engan menggunakan standar norma

kesehatan pribadi maupun social serta integritas dan kesanggupan untuk

mengatasi masalah (Ali, 2010). Pengkajian asuhan keperawatan keluarga

menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman meliputi 8

komponen (Achjar, 2010), yaitu :

a. Data Umum

1) Identitas Kepala Keluarga

Identitas Kepala Keluarga meliputi : Nama Kepala Keluarga (KK),

Umur, Pekerjaan, pendidikan, serta alamat dan nomor telpon.

2) Komposisi Anggota Keluarga

Berisi tentang jumlah anggota keluarga serta nama, umur, jenis

kelamin, hubungan dengan KK, pendidikan, dan pxekerjaan setiap

anggota keluarga.

Tabel 2.1 Komposisi Anggota Keluarga

No Nama Jenis Hubungan keluarga Pendidikan Pekerjaan Keterangan


kepala keluarga
32

3) Genogram

Genogram harus menyangkut minimal 3 generasi, harus

tertera nama, umur, serta kondisi kesehatan.

4) Tipe keluarga

Tipe keluarga di bedakan menjadi dua, yaitu keluarga

tradisional dan keluarga non tradisional.

a) Keluarga tradisonal meliputi keluaga inti (suami, istri, serta

anak), keluarga besar (keluarga inti ditambah dengan keluarga

lain yang mempunyai hsubungan darah), keluarga dyad (suami

istri tanpa anak), single adult (terdiri dari seorang dewasa

saja), dan kelaurga usia lanjut.

b) Keluarga non tradisional meliputi commune family (lebih dari

satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah), orang tua

yang tidak ada ikatan pekawinan serta anak hidup bersama

dalam satu rumah tangga, dan homoseksual (dua individu yang

sejenis kelamin hidup bersama dalam satu rumah tangga).

5) Suku Bangsa

Suku bangsa meliputi asal suku bangsa keluarga, bahasa

yang dipakai keluarga, serta kebiasaan keluarga yang dipengaruhi

suku yang dapat mempengaruhi kesehatan.

6) Agama

Agama meliputi agama yang dianut keluarga, dan

kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan.


33

7) Status social ekonomi keluarga

Status social ekonomi meliputi rata-rata penghasilan

seluruh anggota keluarga, jenis pengeluaran keluarga tiap bulan,

tabungan khusus kesehatan, harta benda yang dimiliki keluarga

(perabot, tansportasi).

8) Aktifitas rekreasi keluarga

Aktifitas rekreasi keluarga meliputi kegiatan apa saja yang

dilakukan saat libur, dan pola komunikasi yang dilakukan selama

berekreasi.

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak

pertama)

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

3) Riwayat keluarga inti

Riwayat keluarga inti meliputi riwayat terbentuknya keluarga inti

serta penyakit yang diderita keluarga orangtua (adanya penyakit

menular di keluarga)

Tabel 2.2 Riwayat kesehatan anggota keluarga

No Nama Umur BB Keadaan Imunisasi Masalah Tindakan


Kesehat yang telah
(BCG/Polio/ Kesehatan
an dilakukan
DPT/HB/
Campak
34

4) Riwayat keluarga sebelumnya

Riwayat keluarga sebelumnya meliputi riwayat penyakit

keturunan dan riwayat kebiasaan/gaya hidup yang mempengaruhi

kesehatan.

c. Lingkungan rumah

1) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah meliputi : luas rumah, kondisi dalam

dan luar rumah, kebesihan rumah, ventilasi rumah, Saluran

Pembuangan Air Limbah (SPAL), air bersih, pengelolaan sampah,

kepemilikan rumah, kama mandi/wc, serta denah rumah.

2) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal

Meliputi lingkungan tempat tinggal terdapat satu suku saja

atau tidak, aturan dan kesepakatan penduduk setempat, serta

budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.

3) Mobilitas geografis keluarga

Keluarga pernah atau sering pindah rumah atau tidak serta

dampak dari pindah rumah terhadap kondisi keluarga

4) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat

Perkumpulan/organisasi social yang diikuti oleh klien atau

anggota keluarga

5) System pendukung keluarga

Siapa saja yang terlibat bila keluaga mengalami masalah


35

d. Struktur Keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Pola komunikasi keluarga meliputi cara dan jenis

komunikasi yang dilakukan keluarga, dan cara keluaga

memecahkan masalah.

2) Struktur Kekuatan Keluarga

Struktur kekuatan keluarga meliputi respon keluarga bila ada

anggota keluarga yang mengalami masalah dan kekuatan/power

yang digunakan keluarga.

3) Struktur Peran (Formal dan Informal)

Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.

Ayah sebagai pemimpin keluarga, pencari nafkah, pendidik,

pelindung, dan memberikan rasa aman kepada anggota keluarga.

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh, dan pencari nafkah

tambahan. Anak berperan sebagai pelaku psikososial, sesuai

dengan perkembangan fisik, mental, social, dan spiritual.

4) Nilai dan Norma Keluarga

Kepercayaan yang dianut keluarga serta norma yang

berlaku dalam keluarga yang berkaitan dengan kesehatan.


36

e. Fungsi Keluarga

1) Fungsi Afektif

Bagaimana cara keluarga mengekspresikan kasih sayang,

saling menghargai, mendukung sesama anggota keluarga, serta

adanya perasaan saling memiliki.

2) Fungsi Sosialisasi

Bagaimana keluarga produktif terhadap sosoial dan

bagaimana keluarga memperkenalkan anak dengan dunia luar

dengan belajar disiplin, mengenal budaya dan norma melalui

hubungan interaksi dalam keluarga sehingga mampu berperan

dalam masyarakat.

3) Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan merupakan fungsi keluarga

dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota

keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan

fisik, mental, dan spiritual, dengan memelihara dan merawat

anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota

keluarga.

Tugas perawatan keluarga meliputi :

a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan

b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan

mengenai tindakan kesehatan yang tepat


37

c) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat

anggota keluarga yang sakit

d) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

memelihara lingkungan rumah yang sehat

e) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan di masyarakat

4) Fungsi Reprodusi

Fungsi reproduksi meliputi jumlah anak, bagaimana

merencanakan jumlah anggota keluarga, metode yang digunakan

untuk mengendalikan anggota keluarga. Fungsi ini untuk

meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya

manusia.

5) Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi meliputi upaya pemenuhan sandang pangan

papan serta pemanfaatan sumber daya di masyarakat

f. Stress dan Koping Keluaga

1) Stressor jangka panjang dan jangka pendek

2) Respon keluarga terhadap stress

3) Strategi koping yang digunakan

4) Strategi adaptasi yang disfungsional

5) Adakah cara keluarga mengatasi masalah secara maladaptif


38

g. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)

Pemeriksaan fisisk meliputi tanggal pemeriksaan fisik dilakukan,

pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga,

aspek pemeriksaan fisik (vital sign, rambut. Kepala, mata, mulut,

leher, thorax, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, dan sistem

genetalia), kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik.

h. Harapan Keluarga

1) Terhadap masalah kesehatan keluarga

2) Terhadap petugas kesehatan yang ada


39

Pathway Keperawatan Tuberculosis Paru

Udara tercemar mycobacterium tuberculosis dihirup individu rentan

Masuk paru kurang informasi

Penumpukan eksudat dalam alveoli defisiensi pengetahuan

Tuberkel produksi secret berlebih


Ansietas
Meluas secret susah dikeluarkan

Penyebaran hematogen limfogen Ketidakefektifan


bersihan jalan nafas

Peritoneum dan difusi O2

Asam lambung naik

Anoreksia, Mual

Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh

Gambar 2.2 Pathway Keperawatan


Sumber : NANDA (2015-2017) dan Soemantri (2008)
40

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari tiga komponen, yaitu

masalah, etiologi, serta tanda dan gejala. Etiologi untuk diagnosa

keperawatan keluarga adalah salah satu dari lima tugas keluarga yang

paling dominan menyebabkan masalah keperawatan tersebut.

Diagnosa keperawatan keluarga dapat bersifat potensial, risiko,

ataupun actual. Diagnose bersifat potensial merupakan diagnosa bahwa

keluarga tersebut memiliki potensi yang memadai untuk berkembang

lebih baik. Jadi, diagnose keperawatan keluarga yang bersifat potensial

merupakan keadaan perkembangan keluarga kearah sejahtera (Sudiharto,

2008).

a. Analisa Data

Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data dianalisa untuk di

lakukan perumusan diagnose keperawatan.

Tabel 2.3 Analisa Data Keperawatan

No Data Etiologi Masalah

Data Subyektif : Berdasarkan Berdasarkan

Data Obyektif : tugas keluarga NANDA

b. Diagnosa Keperawatan Keluarga

1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi pada jalan nafas

2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang penyakit
41

3) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

behubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual

dan nafsu makan yang menurun

4) Ansietas berhubungan dengan perubahan besar : penyakit

c. Prioritas Masalah

Prioritas masalah keperawatan dilakukan setelah dilakukan analisis

data, selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada, perlu di

prioritaskan bersama keluarga denga memperhatikan sumber daya dan

sumber dana yang dimiliki keluarga. Dalam menyusun masalah

kesehatan dan keperawatan keluarga, harus berdasarkan pada

penilaian masalah. Penilaian masalah antara lain :

1) Tipologi masalah kesehatan dan keperawatan.

Tiga kelompok besar dalam tipologi/sifat masalah

kesehatan keluarga adalah :

a) Ancaman Kesehatan (2)

Ancaman kesehatan adalah keadaan yang memungkinkan

terjadinya penyakit, kecelakaan, dan kegagalan dalam

mencapai potensi kesehatan. Ancaman kesehatan meliputi

penyakit keturunan, keluarga/anggota yang mengidap penyakit

menular, kelebihan/kekurangan gizi, dan keadaan yang

menimbulkan stress.
42

b) Tidak Seha/Kurang Sehat (3)

Tidak sehat/kurang sehat digunakan bila keluarga

mempunyai potensi untuk ditingkatkan, belum ada maladaptif.

c) Keadaan Sejahtera (1)

2) Kemungkinan Masalah Dapat di Ubah

Kemungkinan masalah dapat diubah adalah kemungkinan

berhasilnya mengurangi masalah keperawatan atau mencegah

masalah bila ada tindakan tertentu. Pemberian nilai nya adalah

dengan mudah (2), hanya sebagian (1), dan tidak dapat diubah (0).

3) Potensi Masalah Untuk Dicegah

Potensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya

masalah keperawatan yang akan terjadi bila dapat dikurang atau

dicegah. Pemberian nilainya adalah tinggi (3), cukup (2), dan

rendah (1)

4) Menonjolnya Masalah

Menonjolnya masalah adalah cara keluarga memandang

dan menilai masalah keperawatan berkaitan dengan berat dan

mendesaknya untuk segera diatasi. Pemberian nilainya adalah

masalah berat dan harus segera diatasi (2), masalah dirasakan,

tetapi tidak perlunsegera diatasi (1), dan masalah tidak dirasakan

(0).
43

Tabel 2.4 prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga

NO KRITERIA SKOR BOBOT PEMBENARAN


1 Sifat masalah 1 Argumen thd
Skala: Tidak/kurang sehat 3 penentuan skala
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dpt 2
diubah 2
Skala: Mudah 1
Sebagian 0
Tidak dapat
3 Potensial masalah untuk dicegah 1
Skala : Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
Skala : Masalah berat harus 2
segera ditangani 1
Ada masalah tetapi tdk 0
perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan

3. Perencanaan (Planning)
Tahap berikutnya setelah merumuskan diagnosa keperawatan keluarga

adalah melakukan perencanaan. Perencanaan keperawatan keluarga

adalah proses menetapkan tujuan, mengidentifikasi sumber-sumber dalam

keluarga untuk tindakan keperawatan, membuat alternatif-alternatif

pendekatan kepada keluarga, merancang intervensi, dan mentapkan

prioritas terapi keperawatan (Sudiharto, 2008). Perencanaan diawali

dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana tindakan

untuk mengatasi masalah yang ada.

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.

Penetapan tujuan jangka panjang (tujuan umum) mengacu pada


44

bagaimana mengatasi problem/masalh (P) di keluarga, sedangkan

penetapan tujuan tujuan jangka pendek (khusus) mengacu bagaimana

etiologi. Tujuan jangka pendek harus SMART (S=spesifik, M=measure/

dapat diukur, A= achievable/ dapat dicapai, R=reality, T=time/punya limit

waktu).

Perencanan Keperawatan menurut Soemantri (2008) berdasarkan NOC

(Nursing Outcom Clasifications) dan NIC (Nursing Intervention

Clasification) :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi pada jalan nafas

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x kunjungan rumah,

bersihan jalan nafas kembali normal dengan kriteria hasil :

1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,

tidak ada sianosis dan dyspnea

2) Menunjukkan jalan nafas yang paten

3) Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat

menghambat jalan nafas

Rencana Tindakan :

1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

2) Keluarkan secret dengan batuk efektif

3) Lakukan fisioterapi dada bila perlu

4) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan


45

b. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang penyakit

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x kunjungan rumah,

diharapkan defisiensi pengetahuan teratasi dengan kriteria hasil :

1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,

kondisi, dan program pengobatan

2) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan prosedur yang telah

dijelaskan secara benar

3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang

dijelaskan

Rencana Tindakan :

1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang

proses penyakit yang spesifik

2) Jelaskan tanda dan gejala yang sering muncul

3) Identifikasi kemungkinan penyebab

4) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisinya

c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu

makan yang menurun


46

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x kunjungan rumah,

diharapkan nutrisi pasien dapat terpenuhi dengan kriteria hasil :

1) Adanya peningkatan berat badan

2) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

3) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

4) Tidak ada penurunan berat badan yang berarti

Rencana Intervensi :

1) Kaji adanya alergi makanan

2) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake zat besi

3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

d. Ansietas berhubungan dengan perubahan besar : penyakit

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x kunjungan rumah

diharapkan pasien tidak cemas lagi dengan kriteria hasil :

1) Pasien dapat mengontrol cemasnya

Rencana Tindakan :

1) Gunakan pendekatan yang tenang

2) Berikan informasi terkait diagnosa perawatan ataupun prognosis

3) Instruksikan pasien untuk istirahat yang cukup

4) Dorong untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, dan persepsi

nya
47

4. Implementasi
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi

rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber didalam keluarga

dan memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. keluarga dididik

untuk dapat menilai potensi yang dimiliki meraka da mengembangkannya

melalui implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk :

mengenal masalah kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan

persoalan kesehatan yang dihadapi, merawat dan membina anggota

keluarga sesuai kondisi kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang

sehatbagi anggota keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanan

kesehatan (Sudiharto, 2008).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, yaitu upaya

untuk menentukan apakah seluruh proses sudah berjalan dengan baik dan

apakah tindakan berhasil dengan baik. evaluasi dibedakan menjadi dua,

yaitu kriteria dan standar. Kriteria adalah gambaran tentang faktor tidak

tetap yang dapat memberi petunjuk bahwa tujuan telah tercapai. Ketika

evaluasi digunakan pada kriteria, kriteria itu akan menjadi standar.

Standar menunjukkan tingkat intervensi yang diinginkan untuk

dibandingkan dengan intervensi yang dilakukan. Standar memberi tahu

apakah tingkat intervensi dapat diterima dan berhasil (Ali, 2010).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Studi Kasus


Desain studi kasus ini menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode

yang dilakukan untuk mengeksplorasikan atau memaparkan peristiwa-

peristiwa penting yang terjadi pada masa kini secara obyektif (Nursalam,

2008).

B. Subyek Studi Kasus


Pada studi kasus ini, subyek studi kasus yang penulis gunakan

adalah 2 keluarga dengan sebuah kasus yang sama, yaitu Tuberculosis

Paru

C. Fokus Studi
1. Pengkajian Keperawatan Keluarga pada pasien dengan

Tuberculosis Paru

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga pada pasien dengan

Tuberculosis Paru

3. Rencana Keperawatan Keluarga pada pasien dengan

Tuberculosis Paru

4. Implementasi Keperawatan Keluarga pada pasien dengan

Tuberculosis Paru

5. Evaluasi Keperawatan Keluarga pada pasien dengan

Tuberculosis Paru

48
49

D. Definisi Operasional Fokus Studi


Definisi operasional adalah penjelasan semua variabel dan istilah

yang akan digunakan dalam studi kasus secara operasional sehingga

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna studi kasus

(Notoatmodjo, 2010).

1. Pengkajian

Pengkajian adalah adalah pengumpulan informasi subyektif

maupun obyektif dengan cara anamnesa, observasi, serta

pemeriksaan fisik. Pengkajian bertujuan untuk mengidentifikasi,

atau mengenali masalah-masalah yang dialami klien, kebutuhan

kesehatan dan keperawatan klien , baik fisik , mental, sosial dan

lingkungan. Data yang di kumpulkan harus lengkap, nyata, akurat,

serta relevan. Pengkajian yang di lakukan yaitu dengan cara

wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, serta data dari

pemeriksaan penunjang. Dengan Pengkajian, dapat diketahui

keadaan pasien.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang

respon manusia terhadap gangguan kesehatan, atau kerentanan

respon dari individu, keluarga, kelompok, maupun komunitas.

Diagnosa keperawatan berdasarkan 13 domain NANDA dan

etiologi nya berdasarkan tugas keluarga. Menegakakkan diagnosa


50

menurut prioritas untuk mengetahui masalah yang mungkin

muncul dalam proses asuhan keperawatan.

3. Rencana Keperawatan

Rencana Keperawatan adalah tahap proses keperawatan

yang meliputi tujuan perawatan untuk menetapkan kriteria hasil,

dan rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah klien. Rencana

Keperawatan ini berdasarkan dari Tujuan jangka panjang, tujuan

jangka pendek, kriteria, standar serta rencana intervensi yang

mengacu pada NIC (Nursing Intervention Clasification)

4. Implementasi

Implementasi adalah tindakan dari rencana keperawatan

yang telah di susun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini

dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah

ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara

optimal. Implementasi yang dilakukan yaitu sesuai dengan

perencanaan yang telah dibuat untuk mengatasi masalah.

Implementasi dilakukan sesuai dengan kondisi pasien.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan.

Evaluasi dilakukan dengan melihat respon klien dan keluarga

terhadap asuhan keperawatan yang diberikan sehingga perawat

dapat mengambil keputusan selanjutnya, apakah masalah yang

dialami klien dan keluarga sudah teratasi atau masih memerlukan


51

perawatan lebih lanjut. (Hutahaean, 2010). Dengan melakukan

evaluasi dapat melihat keadaan pasien terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan apakah masalah yang dialami pasien

sudah teratasi atau belum.

E. Instrumen Studi Kasus


Instrumen studi kasus adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang dipakai

dalam studi kasus ini adalah format pengkajian keperawatan keluarga,

Lembar Wawancara yang berisi pertanyaan yang akan ditanyakan oleh

klien dan keluarga.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode komunikasi yang didapat

langsung dari klien, masing-masing anggota keluarga klien, dan

perawat puskesmas. Serta Penggunaan metode ini betujuan untuk

menggali tentang kondisi kesehatan klien serta keluarga nya.

2. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data yang di lakukan dengan

pengamatan secara langsung.

Observasi yang dilakukan yaitu untuk mengetahui apakah ada

komplikasi penyakit yang diderita salah satu anggota keluarga.


52

3. Pemeriksaan Fisik

Pada saat pemeriksaan fisik akan dilakukan pemeriksaan dari

kepala sampai ekstremitas bawah untuk mengetahui apakah ada masalah

atau komplikasi dari setiap anggota keluarga. Pemeriksaan Fisik

meliputi:

a. Inspeksi

b. Palpasi

c. Perkusi

d. Auskultasi

4. Studi Dokumentasi

Pada metode dokumentasi yang digunakan sebagai sumber adalah

rekam medis dan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium,rontgen,

CT-Scan, USG dan pemeriksaan lainnya yang berhubungan dengan

masalah yang dialami oleh pasien

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus


1. Lokasi

Lokasi yang di gunakan untuk studi kasus yaitu di wilayah

Puskesmas Pajangan, Bantul, Yogyakarta.

2. Waktu

Waktu studi kasus dilakuan pada tanggal 7 Mei- 12 Mei 2018


53

H. Analisa Data dan Penyajian Data


1. Analisa Data

Analisa data adalah hasil data yang diperoleh dari hasil

wawancara atau obsevasi secara langsung. Hasil data yang sudah

terkumpul kemudian akan di klarifikasi menjadi bagian-bagian

yang dapat dikelola.. Adapun urutan dalam analisa data, yaitu

meliputi :

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini didapatkan dari hasil wawancara dan observasi

yang didapat langsung dari klien dan keluarganya, kemudian di jadikan

suatu bentuk gambaran kondisi fisik yang dilihat langsung oleh

penulis.

b. Reduksi Data

Dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang telah

terkumpul selanjutnya dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan

penunjang atau hasil diagnostic kemudian dibandingkan nilai normal.

2. Penyajian Data

Dalam penyajian data, setelah dilakukan analisa data studi

kasus ini akan dijabarkan dalam bentuk narasi untuk mengetahui

hasil studi kasus, atau bisa dalam bentuk grafik atau tabel dengan

tetap menjaga kerahasiaan pasien.


54

I. Etika Studi Kasus


Studi kasus yang menggunakan manusia sebagai subyek tidak boleh

bertentangan dengan etik. Dalam melakukan studi kasus ini penulis

menggunakan prinsip etika yang meliputi :

1. Anonimity (tanpa nama)

Dalam anomity dimaksudkan bahwa pada saat penyajian

data, identitas pasien tidak ikut dicantumkan,dan hanya menuliskan

inisial nama saja.

2. Confidentiality (kerahasiaan)

Mencegah agar orang lain tidak dapat mengakses data yang

telah disajikan seperti mengakses identitas pribadi pasien.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

1. Gambaran Lokasi Studi Kasus

Penulis melakukan studi kasus di wilayah puskesmas Pajangan

yaitu di dusun Gupak Warak RT 4 dan didusun Manukan RT 3 desa

Sendang Sari, Pajangan Bantul, Yogyakarta. Puskesmas Pajangan

merupakan salah satu puskesmas yang terdapat di Kabupaten Bantul.

Puskesmas Pajangan terletak di Jl. Benyo, Sendangsari,Pajangan, Bantul,

Yogyakarta. Puskesmas Pajangan merupakan salah satu puskesmas yang

memiliki akeditasi paripurna. Pelayanan kesehatan di Puskesmas Pajangan

meliputi pendaftaran, pemeriksaan umum, poli gigi, poli gizi,

laboratorium, fisioterapi, promosi kesehatan, farmasi, UGD 24 jam, ruang

persalinan, serta rawat inap. Puskesmas Pajangan telah memiliki

pengukuran indicator mutu, pengendalian kinerja UGD 24 jam dan rawat

inap dengan 509 SOP (Standar Operating Prosedure) sebagai acuan kerja

karyawan dan pemeliharaan system dengan 5S (Senyum, Salam, Sapa,

Sopan, Santun). Puskesmas ini memiliki 3 desa binaan, yaitu Sendangsari,

Guosari, dan Triwidadi. Program promkes yang sedang digalangkan oleh

puskesmas ini adalah PHBS, kampanye GERMAS, kawasan bebas asap

rokok, kesehatan pekerja dan kesehatan pondok pesantren.

(http://puskesmas.bantulkab.go.id/pajangan).

55
56

2. Pengkajian
a. Identitas Umum Keluarga
1) Identitas Kepala Keluaga
Tabel 4.1 Identitas Kepala Keluaga

Keterangan Kasus 1 Kasus 2


Nama Tn Ms Tn Mg
Umur 36 tahun 58 tahun
Agama Islam Islam
Suku Jawa Jawa
Pendidikan SMP SD
Pekerjaan Buruh Buruh
Alamat Gupak Warak, Manukan, Sendangsari,
Sendangsari, Pajangan, Pajangan, Bantul
Bantul
Tanggal Pengkajian 07 Mei 2018 07 Mei 2018

2) Komposisi Keluarga

Tabel 4.2 Komposisi Keluarga


Keterangan No Nama L Umur Hub Pekerjaan Pendidikan
/ dgn
P Kel
Kasus 1 1 Tn Ms L 36 tahun Suami Buruh SMP
2 Ny R P 32 tahun Istri Buruh SMP
3 An S P 7 tahun Anak - -
4 An D L 4 tahun Anak - -
5 An N P 1,5 tahun Anak - -

Kasus 2 1 Tn Mg L 58 tahun Suami Buruh SD


2 Ny T P 52 tahun Istri Buruh SD
57

3) Genogram

Kasus 1

Gambar 4.1 Genogram keluarga

Genogram Keluarga Tn Ms

Keterangan Gambar :

: LAKI-LAKI
: PEREMPUAN
X : MENINGGAL
: PASIEN
...... : TINGGAL SERUMAH
: Anak Pasien yang diberi obat pencegahan
58

Kasus 2
Genogram keluarga Tn Mg

Keterangan Gambar :

: LAKI-LAKI
: PEREMPUAN

X : MENINGGAL
: PASIEN
...... : TINGGAL SERUMAH
59

4) Denah Rumah
Kasus 1
Gambar 4.2 denah rumah
Denah Rumah Tn Ms

Dapur
Ka Ka
ma ma
K
r1 r2
a
m
Ruang tamu
a
r

Pintu
1

Kasus 2
Denah Rumah Tn Mg

Ka Dapur
ma
r1

Ka Ka
ma ma
r3 r2

Ruang tamu

Pintu
60

5) Tipe Keluarga

Tabel 4. 3 Tipe Keluarga


Keterangan Kasus 1 Kasus 2
Jenis tipe keluarga Inti Keluarga lanjut usia
Masalah yang terjadi Adanya 2 orang balita Tn Mg mengatakan
dengan tipe tersebut di dalam keluarga ingin selalu bersama
tersebut yang harus cucunya.
mengkonsusi obat
pencegahan penyakit
TB. Obat yang
dikonsumsi yaitu
Isoniazid 300 mg Per
Oral sebelum makan
setiap pagi. Anak Tn
Ms sudah
mengkonsumsi obat
pencegahan selama 5
bulan.

6) Suku Bangsa

Tabel 4. 4 Suku Bangsa


Keterangan Kasus 1 Kasus 2
Asal suku bangsa Jawa Jawa
Budaya yang Keluarga pasien Keluarga pasien
berhubungan dengan sudah tidak percaya sudah tidak percaya
kesehatan dengan mitos mitos dengan mitos mitos
di masyarakat. Tn Ms di masyarakat
mengatakan bila sakit
langsung ke
puskesmas dan
control bila obatnya
habis.

7) Agama dan Kepercayaan yang Mempengaruhi Kesehatan

Tabel 4.5 Agama dan Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan


Kasus 1 Kasus 2
Pasien mengatakan anak nya Keluarga Tn Mg mengatakan bila
akan dikhitankan nanti saat usia ada sesorang hamil itu tidak
10 tahun. boleh makan makanan yang
berbau amis karena nanti bayi
yang keluar bau nya akan amis.
61

8) Status social Ekonomi Keluarga

Tabel 4. 6 Status Social Ekonomi


Keterangan Kasus 1 Kasus 2
Anggota keluarga Tn Ms mengatakan Keluarga Tn Mg
yang mencari nafkah yang mencari nafkah mengatakan biasanya
yaitu dia dan istri nya yang mencari nafkah
Ny R yang bekerja yaitu Tn Mg
seebagai buruh
pabrik
Penghasilan Rp 2.500.000,- Tidak menentu,
perbulan karena Tn Mg buruh
bangunan
Upaya lain Tidak ada upaya lain Kadang Ny T ikut
membantu dengan
bekerja di tempat
tetangga membuat
Peyek
Harta benda yang Motor Motor, sepeda
dimiliki
Kebutuhan yang Tidak menentu, Untuk belanja
dikeluarkan tiap biasanya untuk bulanan.
bulan belanja bulanan dan
untuk biaya sekolah
anak

9) Aktivitas Rekreasi Keluarga

Tabel 4.7 Aktivitas rekreasi keluarga


Kasus 1 Kasus 2
Tn Ms mengatakan tidak penah Keluarga Tn Mg mengatakan bila
rekeasi, karena Tn Ms dan ada waktu senggang mereka akan
istrinya bekerja dan sibuk rekreasi ke Pantai dan belanja
62

b. Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga


1) Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak
tertua)

Tabel 4. 8 Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga


Kasus 1 Kasus 2
Tahap perkembangan dan tugas Tahap perkembangan dan tugas
perkembangan keluarga Tn. perkembangan keluarga Tn.
Ms saat ini adalah keluarga Mg saat ini adalah keluarga
dengan anak usia sekolah dengan lanjut usia dengan tugas
dengan tugas keluarga: keluarga :
a) Mensosialisasikan anak- a) Mempertahankan suasana
anak termasuk rumah yang menyenangkan
meningkatkan prestasi b) Adaptasi dengan perubahan
sekolah dan kehilangan pasangan,
mengembangkan hubungan teman, kekuatan fisik dan
dengan teman sebaya yang pendapatan
sehat c) Mempertahankan keakraban
b) Mempertahankan hubungan suami istri dan saling
perkawinan yang bahagia merawat
c) Memenuhi kebutuhan fisik d) Mempertahankan hubungan
keluarga dengan anak dan sosial
d) Sebagai keluarga muslim, masyarakat
hendaknya keluarga e) Melakukan life review
mengajarkan pada anak (merenungkan hidupnya).
sejak dini tentang islam

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tabel 4.9 Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Kasus 1 Kasus 2
Tn Ms mengatakan kebutuhan Tn Mg mengatakan selalu
anak nya belum terpenuhi, baik bersosialisasi kepada tetangga,
anak pertama, kedua, maupun hidup rukun dengan anak-anak
ketiga. Sandang nya pun jarang nya
di perhatikan
63

3) Riwayat kesehatan keluarga inti

Tabel 4. 10 Riwayat kesehatan keluarga inti


Keterangan Kasus 1 Kasus 2
Riwayat kesehatan Tn Ms mengatakan Tn Mg mengatakan
keluarga saat ini tidak batuk dan tidak tidak batuk, tidak
sesak nafas. sesak nafas. Makan
Pengobatan TBC nya mau, badan nya
sudah berjalan 5 sudah mulai berisi.
bulan ini. Anak nya Pengobatan TBC
yang balita juga di sudah berjalan 3
beri obat pencegahan bulan ini. Cucu nya
TBC. yang balita juga di
beri obat pencegahan
TBC karena cucu
nya seing main ke
rumah pasien.

Riwayat penyakit Tn Ms mengatakan Tn Mg mengatakan


keturunan tidak memiliki tidak memiliki
riwayat penyakit riwayat penyakit
keturunan. keturunan.

Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga

Keteranga No Nama Umur BB Keadaan Imunisasi Masalah Tindakan yang


n kesehatan kesehatan telah dilakukan
Kasus 1 1 Tn 36 48 Sakit Lengkap Tuberculosis Pengobatan tb
Ms tahun kg paru
berjalan 5 bulan
2 Ny R 32 46 Sehat Lengkap Tidak ada Tidak ada
tahum kg
3 An S 7 21 Sehat Lengkap Tidak ada Tidak ada
tahun kg
4 An D 4 15 Sehat Lengkap Tidak ada Tidak ada
tahun kg
5 An N 1,5 9 Sehat Lengkap Tidak ada Tidak ada
tahun kg

Kasus 2 1 Tn 58 45 Sakit Lengkap Tuberculosis Pengobatan tb


Mg tahun kg paru berjalan 3 bulan

2 Ny T 52 50 Sehat Lengkap Tidak ada Tidak ada


tahun kg
64

Sumber pelayanan Tn Ms mengatakan Keluarga Tn Mg


kesehatan yang di bila keluarga nya mengatakan bila ada
manfaatkan sakit periksa di yang sakit di anggota
puskesmas keluarga nya
pajangan.Tn Ms langsung periksa ke
mengatakan puskesmas. Tn Mg
menggunakan BPJS. mengatakan
menggunakan BPJS
setiap kali periksa
Riwayat kesehatan Tn Ms mengatakan Tn Mg mengatakan
keluarga sebelumnya tidak mempunyai riwayat
sebelumnya mempunyai riwayat operasi batu ginjal
penyakit apapun. pada tanggal 20
september 2017

c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik Rumah

Tabel 4. 11 Karakteristik rumah


Keterangan Kasus 1 Kasus 2
Luas rumah 4x6 m2 8x6 m2
Tipe rumah Permanen Permanen
Kepemilikan Pribadi Pribadi
Jumlah dan ratio Kamar 2 Kamar 3
kamar
Ventilasi dan jendela Kurang, ada beberapa Cukup, dengan
ruangan tidak ada ventilasi disetiap
ventilasi dan kamar dan ruangan
penerangan.
Pemanfaatan ruangan Baik Baik
Septi tank Ada, sekita 20 meter Ada, sekitar 11 meter
dari rumah dari sumur
Sumber air minum Sumur Sumur
Kamar mandi/WC Berjumlah 1, kamar Kamar mandi 1, WC 1
mandi+ WC
Sampah Dibakar Dibakar
Kebersihan Kurang bersih, Bersih, karena istri
Lingkungan banyak debu dan dan anak-anak nya
lantai kotor serta sering memberishkan
lingkungan sekitar lingkungan rumah.
rumah banyak
barang-barang
berserakan dan daun-
daun yang jatuh.
65

2) Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW

Tabel 4. 12 Karakteristik tetangga dan komunitas


Keterangan Kasus 1 Kasus 2
Kebiasaan Tn Ms mengatakan Keluarga Tn Mg
jarang keluar rumah mengatakan sering
karena capek keluar jalan-jalan
bekerja. Tn Ms naik sepeda. Tn Mg
mengatakan ikut mengatakan sebelum
ronda bila dirinya sakit sering
dapat sift pagi, berkumpul di pos
karena biasanya sift ronda
pagi akan pulang
pukul 19.00

Aturan/ kesepakatan Tn Ms mengatakan Tn Mg mengatakan


setiap bulan rt 4 setiap malam
dusun gupak warak diadakan ronda
selalu mengadakan malam secara
pengajian mingguan bergantian,
serta arisan bulanan. pengajian mingguan,
serta arisan bulanan.
Tn Mg mengatakan
jam belajar mulai
pukul 17.00- 21.00
dan tamu wajib
lapor 1x24 jam.

Budaya Tn Ms mengatakan Keluarga Tn Mg


setiap hari minggu mengatakan hari
biasanya melakukan minggu selalu
kegiatan gotong mengadakan gotong
royong di setiap royong.
dusun

3) Mobilitas Geografis Keluarga

Tabel 4. 13 Mobilitas Geografi Keluarga

Kasus 1 Kasus 2

Tn Ms mengatakan dia asli dari Keluarga Tn Mg merupakan


Gupak Warak dan istri nya penduduk asli dusun Manukan,
66

berasal dari Guwasari Sendangsari, Pajangan, Bantul.


kecamatan Pajangan, Bantul, Tn Mg dan Ny T menikah dan
Yogyakarta. mempunyai anak.
Mereka menikah lalu istrinya
dibawa ke desa Gupak Warak
dan mentap disana.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan Masyarakat

Tabel 4. 14 Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Kasus 1 Kasus 2

Tn Ms mengatakan keluarganya Keluarga Tn Mg mengatakan


berinteraksi baik dengan anak-anak serta cucu nya sering
tetangga. tidak ada masalah di main ke rumah karena rumah
dalam masyarakat. mereka bersebelahan. Dan
hubungan dengan tetangga pun
baik.

5) Sistem Pendukung Keluarga

Tabel 4.15 Sistem pendukung keluarga

Kasus 1 Kasus 2

Tn Ms mengatakan yang terlibat Keluaga Tn Mg mengatakan


bila keluarga dalam masalah bila ada masalah di rembukan
yaitu hanya Tn Ms dan istrinya bersama dengan istri dan anak-
saja anak seta menantu nya untuk
memecahkan masalah.

d. Struktur Keluarga

Tabel 4. 16 Struktur Keluarga

No Keterangan Kasus 1 Kasus 2


1 Pola/Cara Tn Ms dan istrinya Keluarga Tn Mg
Komunikasi jarang bertemu bila biasanya
Keluarga tidak hari libur, karena berkomunikasi
67

sift nya hanya 2x. menggunakan


anggota keluarga bahasa jawa dan
biasanya berkomunikasi secara langsung.
langsung dengan Tn Mg
menggunakan bahasa mengatakan
jawa selalu bertemu
istrinya saat sore
bila Tn Mg tidak
bekerja pada pagi
harinya.
2 Struktur kekuatan Tn Ms mengatakan bila Tn Mg
Keluarga ada masalah di mengatakan bila
selesaikan secara baik- ada masalah
baik dan musyawarah harus
bersama istrinya diselesaikan
secara
musyawarah dan
baik-baik
bersama istrinya
lalu Tn Mg akan
bercerita dengan
kedua anak nya
yang tinggal
berdekatan
dengan Tn Mg.

3 Struktur Peran Tn Ms mengatakan Tn Mg


yang bekerja yaitu Tn mengatakan
M dan istri nya Ny R untuk saat ini
dan sift nya hanya ada belum bisa
2, dan biasanya bila bekerja dan yang
mereka bekerja anak bekerja hanya
nya dititipkan dengan istri nya.
neneknya yang ada di Biasanya anak-
sebelah rumah. anaknya akan
mengantarkan
makanan.

4 Nilai dan Norma Tn Ms mengatakan bila Keluarga Tn Mg


Keluarga anaknya sudah besar mengatakan
akan di khitankan. selalu berdoa
Tn Ms sebisa mungkin kepada Allah
mengajarkan agama SWT dan selalu
kepada anak-anak nya. berserah diri
Tn Ms mengatakan kepada-Nya. Tn
penyakitnya merupakan Mg mengatakan
68

ujian dari Allah SWT. percaya bahwa


penyakit yang
diderita nya
adalah cobaan
dari sang ilahi.

e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif

Tabel 4.17 Fungsi afektif


Kasus 1 Kasus 2
Tn Ms mengatakan walaupun Tn Mg mengatakan istrinya
dia bekerja akan selalu selalu peduli terhadap Tn Mg,
menyempatkan diri untuk anak-anaknya pun selalu
bermain bersama anak-anak nya. mendukung keputusan Tn Mg,
Selalu bertukar cerita bersama serta cucu nya yang selalu
istrinya Berkunjung ke rumah Tn Mg.

2) Fungsi Sosialisasi

Tabel 4. 18 Fungsi Sosialisasi


Keterangan Kasus 1 Kasus 2
Kerukunan hidup Tn Ms mengatakan Keluarga Tn Ms
dalam keluarga keluarga selalu mengatakan
rukun kerukunan keluarga
nya terjaga dengan
baik
Interaksi dan Tn Ms mengatakan Keluarga Tn Mg
hubungan dalam interaksi dengan mengatakan
keluarga anak dan istrinya interaksi keluarga
baik. berjalan baik dan
dilakukan setiap hari
Anggota keluarga Tn Ms mengatakan Tn Mg mengatakan
yang dominan dalam yang sering yang sering
pengambilan mengambil mengambil
keputusan keputusan yaitu keputusan yaitu
dirinya. dirinya sebagai
kepala keluarga.
Kegiatan keluarga Tn Ms mengatakan Keluarga Tn Mg
69

dalam waktu bila ada waktu mengatakan bila ada


senggang senggang hanya waktu senggang di
dilakukan di rumah pakai untuk ke
saja. pantai atau
berkumpul bersama
keluarga di rumah.
Partisipasi dalam Tn Ms mengatakan Tn Mg mengatakan
kegiatan social hari minggu selalu hari minggu selalu
ikut gotong royong ikut gotong royong
dan acara pengajian
sebulan sekali serta
ronda malam

3) Fungsi perawatan Kesehatan

Tabel 4. 19 Fungsi perawatan kesehatan


Keterangan Kasus 1 Kasus 2
Pengetahuan dan Tn Ms mengatakan Tn Mg mengatakan
persepsi keluarga belum mengetahui tahu bahwa penyakit
tentang informasi tentang nya menular dan
penyakit/masalah penyakit nya selalu menggunakan
kesehatan masker tetapi tidak
tau secara detail
tentang penyakitnya.
Tn Mg mengatakan
cemas bila orang
terdekatnya tertular
penyakit nya.
Kemampuan Tn Ms mengatakan Tn Mg mengatakan
keluarga mengambil saat awal muncul setelah dirinya batuk
keputusan tindakan gejala batuk berdahak
kesehatan yang tepat berdahak dan mengeluarkan dahak
muntah langsung dan pingsan
periksa ke keluarga nya
puskesmas lalu di langsung membawa
rujuk ke RS Khusus nya ke RS PKU
Paru Respira Muhammadyah
Bantul.
Kemampuan Tn Ms mengatakan Keluarga Tn Mg
keluarga merawat jarang memakai mengatakan istri dan
anggota keluarga masker karena anak-anak
yang sakit malas. Tn Ms mendukung. Tn Mg
mengatakan anak mengatakan selalu
nya yang berusia 3,5 pakai masker di
tahun mendapatkan rumah dan di luar
70

obat dari puskesmas. rumah karena tidak


Tn Ms mengatakan ingin penyakitnya
anak nya kadang menular ke orang
lupa minum obat, Tn terdekatnya.
Ms mengatakan
hanya anak nya yang
berusia 3,5 tahun
yang meminum
obat.

Kemampuan Tn Ms mengatakan Tn Mg mengatakan


keluarga memelihara dirinya serta istri setiap pagi jendela
lingkungan rumah nya sibuk, jadi rumah dan ruangan
yang sehat jarang untuk di buka agar udara
mengurusi rumah. dapat masuk, setiap
Jendela pun tidak hari lingkungan
pernah di buka saat rumah selalu di
pagi hari. bersihkan anak nya.
Masker yang di
pakai selalu di
kumpulkan lalu di
buang secara
bersamaan dan tidak
sembarangan.

Kemampuan Tn Ms mengatakan Keluarga Tn Mg


keluarga bila sakit langsung mngatakan bila sakit
menggunakan ke puskesmas dan di bawa ke
fasilitas kesehatan di control bila obatnya puskesma. Tn Mg
masyarakat habis. mengatakan bila
obat nya habis
langsung control ke
puskesmas dan
meminta obat.

4) Fungsi Reproduksi

Tabel 4. 20 Fungsi Reproduksi


Keterangan Kasus 1 Kasus 2
Perencanaan jumlah Tn Ms mengatakan Tn Mg mengatakan
anak hanya ingin istrinya sudah
memiliki anak 3 menopause dan
saja. cukup 2 anak saja.
71

Akseptor Ya, KB suntik 3 Tidak


bulan
Keterangan Lain Tidak ada Tidak ada

5) Fungsi Ekonomi

Tabel 4. 21 Fungsi Ekonomi


Keterangan Kasus 1 Kasus 2
Upaya pemenuhan Tn Ms mengatakan Tn Mg mengatakan
sandang pangan dia dan istrinyadia adalah buruh
bekerja untuk
bangunan,
memenuhi penghasilan tidak
kehidupan mereka.
menetap dan kadang
istrinya membantu
untuk kehidupan
mereka.
Pemanfaatan Tn Ms mengatakan Tn Mg mengatakan
sumber di menggunakan BPJS tidak ada simpan
masyarakat dari pemerintah pinjam di
masyarakat. Tn Mg
juga menggunakan
BPJS dari
pemerintah.

f. Stressor dan Koping Keluarga

Tabel 4. 22 Stressor dan Koping Keluarga


Keterangan Kasus 1 Kasus 2
Stressor jangka Tn Ms mengatakan Tn Mg mengatakan
pendek bosen harus minum cemas bila orang
obat terus terdekatnya tertular
penyakit nya.
Stressor jangka Tn Ms mengatakan Tn Mg mengatakan
panjang ingin cepat sembuh agar penyakitnya
dari penyakitnya. cepat sembuh dan Tn
Mg selalu berdoa
kepada Allah agar
penyakitnya cepat
diangkat.
Respon keluarga Tn Ms mengatakan Tn Mg mengatakan
terhadap stressor istri nya marah bila keluarga mendukung
pasien males minum apapun yang
obatnya. dilakukan pasien dan
72

mendukung untuk
penyembuhan pasien
Strategi koping Tn Ms mengatakan Tn Mg mengatakan
bila ada masalah biasanya berdiskusi
dibicarakan dengan dan musyawarah
istri nya. antar keluarga
Strategi adaptasi Tidak ada Tidak ada
disfungsional

g. Keadaan Gizi Keluarga

Tabel 4.23 Keadaan Gizi Keluarga


Keterangan Kasus 1 Kasus 2
Pemenuhan Gizi Tn Ms mengatakan Tn Mg mengatakan
makan dengan lauk makan sudah mau
seadanya, makan walaupun rasanya
sehari 3x dan berat pahit. Tn Mg
badan pun sudah mengatakan makan
naik. Berat Badan sehari 3x dan berat
sebelum pengobatan badan nya sudah naik
yaitu : 35 kg, dan dari sebelum pasien
setelah pengobatan pengobatan. Berat
selama 5 bulan naik Badan sebelum
menjadi 45 kg. pengobatan yaitu : 37
kg dan setelah
pengobatan selama 2
bulan naik menjadi 45
kg.
73

h. Pemeriksaan Fisik

Tabel 4. 24 Pemeriksaan Fisik

No Keterangan Kasus 1 Kasus 2

1) Identitas Pasien Nama : Tn Ms Nama : Tn Mg


Umur : 36 thn Umur :58 thn
L/P :L L/P :L
Pendidikan : SMP Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh Pekerjaan :Buruh

2) Keluhan utama Tn Ms mengatakan Tn Mg mengatakan


tidak batuk, tidak tidak batuk, tidak sesak
sesak nafas, tidak nafas dan tidak ada
ada dahak yang dahak yang keluar, dan
keluar. Badan tidak pasien tidak demam.
lemas. Tn M Tn M mengatakan berat
mengatakan berat badan nya sudah naik
badan nya sudah dari 37 kg menjadi 45
naik dari 35 menjadi kg setelah pengobatan
45 kg setelah selama 3 bulan
pengobatan selama 5
bulan
3) Riwayat Tn Ms mengatakan Tn Mg mengatakan
penyakit sebelumnya tidak mempunyai riwayat
sebelumnya memiliki riwayat operasi batu ginjal pada
penyakit apapun tanggal 20 september
2017

4) Tanda-tanda TD : 120/80 TD : 130/70


vital N : 87x/m N : 89x/m
S : 36,7C S : 36,4C
R : 22x/m R : 22x/m

5) System Tn Ms mengatakan Tn Mg mengatakan


kardiovaskuler tidak ada masalah di Jantung nya tidak
jantungnya bermasalah
6) System respirasi Pernapasan normal, Pernapasan normal,
74

tidak ada suara nafas tidak ada gangguan,


tambahan. tidak ada suara nafas
R : 22x/m tambahan.
R : 22x/m
7) System Perut tidak sakit, Perut tidak sakit, tidak
gastrointestinal tidak ada nyeri ada nyeri tekan. Tn Mg
tekan. Tn Ms mengatakan tidak
mempunyai riwayat
penyakit mag
8) System Tidak ada masalah Tidak ada masalah
persyarafan
9) System Anggota gerak atas Anggota gerak atas dan
musculoskeletal dan bawah bagus, bawah bagus, bias di
bias di gerakkan. gerakkan. Tidak ada
Tidak ada tulang tulang yang bermasalah
yang bermasalah Kekuatan otot
Kekuatan otot
5 5
5 5
5 5 5 5

10) System Tn Ms mengatakan Tn Mg mengatakan


genetalia genetalia bersih, genetalia bersih, tidak
tidak ada gangguan ada masalah
75

i. Harapan Keluarga

Tabel 4. 25 Harapan Keluarga

Keterangan Kasus 1 Kasus 2


Terhadap masalah Tn Ms mengatakan Keluarga Tn Mg
kesehatan nya ingin cepat sembuh mengatakan agar Tn
agar tidak minum Mg cepet sembuh. Tn
obat lagi. Mg mengatakan rutin
meminum obat nya
dan semoga
penyakitnya cepat
sembuh dari yang
diperkirakan.
Terhadap petugas Tn Mg mengatakan Tn Mg mengatakan
kesehatan yang ada senang dengan pelayanan puskesmas
pelayanan puskesmas Pajangan sudah bagus
yang ramah.

j. Terapi Obat
Tabel 4. 26 Terapi Obat
Kasus 1 Kasus 2
Yang saat ini di konsumsi : Yang saat ini dikonsumsi :
OAT (Rifampicin dan isoniazid) OAT (Rifampicin dan isoniazid)
Vitamin B6 10 mg P.o 1x1 Vitamin B6 10 mg p.o 1x1
Susu Peptisol (diminum pada pagi Susu Peptisol (diminum pada pagi
dan malam hari) dan malam hari)
Untuk anak di bawah 5 tahun : Untuk anak di bawah 5 tahun :
Isoniazid 300 mg P.o 1x sebelum Isoniazid 300 mg P.o 1x sebelum
makan setiap pagi makan setiap pagi

k. Pemeriksaan Penunjang
Tabel 4.27 Pemeriksaan Penunjang
Kasus 1 Kasus 2
Pemeriksaan Lab 1 tgl 9 januari Pemeriksaan lab 1 tgl 7 maret
2018 : 2018 :
Hasil BTA Positif 1 Hasil BTA positif 2

Tanggal 13 maret 2018 Tanggal 3 mei 2018


Bulan kedua setelah pengobatan : Bulan ke dua setelah pengobatan:
BTA negatif BTA Negatif
76

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA


a. Analisa Data

Analisa Data Kasus 1

Tabel 4.28 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 DS : Kurangnya pengetahuan Defisiensi


dan persesi keluarga Pengetahuan
Tn Ms tentang penyakit/masalah
mengatakan
belum
mengetahui
informasi
tentang
penyakit nya

DO :

Tn Ms tampak
bingung saat di
Tanya dan
susah
menjawab,
pasien tidak
memakai
masker.
2 DS : Ketidakmampuan Ketidakefektifan
keluarga memelihara pemeliharaan
Tn Ms lingkungan rumah yang kesehatan
mengatakan sehat
dirinya serta
istri nya sibuk,
jadi jarang
untuk
mengurusi
rumah.
Jendela pun
tidak pernah di
buka saat pagi
hari.

DO :
77

Lingkungan
rumah tampak
kotor, lantai
tampak kotor,
banyak debu,
jendela tidak
pernah dibuka.
3 DS : Ketidakmampuan Ketidakefektifan
keluarga merawat manajemen
Tn Ms anggota keluarga yang kesehatan keluarga
mengatakan sakit
jarang
memakai
masker karena
malas. Tn Ms
mengatakan
anak nya yang
berusia 3,5
tahun
mendapatkan
obat dari
puskesmas. Tn
Ms
mengatakan
anak nya
kadang lupa
minum obat,
Tn Ms
mengatakan
hanya anak nya
yang berusia
3,5 tahun yang
meminum
obat.

DO :
Anak Tn Ms
tampak dekat
dengan Tn Ms,
Tn Ms tidak
memakai
masker saat
berinteraksi
dengan ketiga
anak nya.
78

Analisa Data Kasus 2

No Data senjang Etiologi Problem

1 DS : Kurangnya pengetahuan Defisiensi


dan persesi keluarga pengetahuan
Tn Mg tentang penyakit/masalah
mengatakan
tahu bahwa
penyakit nya
menular dan
selalu
menggunakan
masker tetapi
tidak tau
secara detail
tentang
penyakitnya.

DO :

Pasien
menggunakan
masker saat
berinteraksi
TD : 130/70
N : 89x/m
S : 36,4 C
R : 22x/m
2 DS : Kurangnya pengetahuan Ansietas
Tn Mg dan persesi keluarga
mengatakan tentang penyakit/masalah
cemas bila
orang
terdekatnya
tertular
penyakitnya.

DO :
Raut muka Tn
Mg terlihat
cemas, sedih,
dan pasrah.
Tn Mg
memliki
79

semangat yang
tinggi untuk
cepat sembuh.
TD : 130/70
N : 89x/m
S : 36,4 C
R : 22x/m
80

b. Prioritas Masalah

Kasus 1
Tabel 4.29 Prioritas Masalah
Diagnose 1 : Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan dan persesi keluarga tentang penyakit/masalah
No KRITERIA SKOR BOBOT PENGHITUNGAN PEMBENARAN
1 Sifat masalah 3 1 3/3X1 = 1 Masalah TB
: harus segera di
tangani, bila
Kurang Sehat tidak akan
menyebabkan
orang lain
tertular, kaena
keadaan pasien
saat ini kurang
sehat.
2 Kemungkinan 2 2 2/2X2 = 2 Kemungkinan
masalah masalah untuk
dapat diubah : dirubah mudah
karena
Mudah diharapkan
keluarga Tn. M
setelah diberi
penyuluhan
dapat memahami
tentang penyakit
TB
3 Potensial 2 1 2/3X1=2/3 Karena
masalah pengetahuan
untuk tentang TB
dicegah: mudah untuk
didapat
Cukup
4 Menonjolnya 2 1 2/2X1=1 TB merupakan
masalah : penyakit
menular, apabila
Masalah berat tidak segera
harus segera ditangani akan
di tangani mengakibatkan
kematian. Di
81

beri penyuluhan
agar Tn Ms
paham tentang
penyakitnya dan
segera
melaporkan ke
pelayanan
kesehatan bila
terjadi sesuatu.
TOTAL SKOR 4 2/3

Diagnose 2 : Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan


Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat
No KRITERIA SKOR BOBOT PENGHITUNGAN PEMBENARAN
1 Sifat masalah : 2 1 2/3X1 = 2/3 Lingkungan
yang kurang
Ancaman bersih dapat
kesehatan menimbulkan
berbagai
penyakit. Bila
tidak segera
ditangani akan
mengakibatkan
ancaman
kesehatan
2 Kemungkinan 2 2 2/2X2 = 2 Kemungkinan
masalah dapat masalah untuk
diubah : dirubah mudah
karena
Mudah diharapkan
keluarga Tn. Ms
setelah diberi
penyuluhan
dapat memahami
pentingnya
lingkungan yang
sehat.
3 Potensial 2 1 2/3X1=2/3 Karena
masalah untuk pengetahuan
dicegah: tentang
lingkungan yang
82

Cukup sehat mudah di


dapatkan
4 Menonjolnya 1 1 1/2X1=1/2 Diharapkan bila
masalah : setelah diberi
penyuluhan
Ada masalah keluarga Tn Ms
tetapi tidak dapat
perlu ditangani mengetahui
pentingnya
lingkungan
rumah yang
sehat dan selalu
menjaga nya.
TOTAL SKOR 3 3/2

Diagnose 3 : Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berhubungan


dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
No KRITERIA SKOR BOBOT PENGHITUNGAN PEMBENARAN
1 Sifat masalah : 3 1 3/3X1 = 1 Masalah malas
minum obat atau
Kurang sehat tidak
memberikan obat
pencegahan
kepada anaknya
serta tidak
memakai masker
dapat
menyebabkan
ancaman
kesehatan bila
tidak segera
ditangani.
2 Kemungkinan 1 2 1/2X2 = 1 Karen setelah
masalah dapat diberikan
diubah : penyuluhan
keluarga Tn Ms
Sebagian dapat memahami
masalah tersebut.
3 Potensial 2 1 1/3X1=1/3 Bila Tn Ms mau
masalah untuk merubah pola
hidupnya agar
83

dicegah: lebih sehat.


Rendah
4 Menonjolnya 2 1 2/2X1=1 Agar tidak
masalah : terjadi retensi
obat baik bagi
Masalah berat anaknya maupun
harus segera di pada Tn Ms dan
tangani tidak
menyebarkan
bakteri tersebut
kepada oang
lain.
TOTAL SKOR 3 1/3

Kasus 2
Diagnose 1 : Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
dan persesi keluarga tentang penyakit/masalah
No KRITERIA SKOR BOBOT PENGHITUNGAN PEMBENARAN
1 Sifat masalah : 1 1 1/3X1 = 1/3 Masalah TB
harus segera di
Keadaan tangani, bila
Sejahtera tidak akan
menyebabkan
orang lain
tertular. Pasien
sudah mengerti
sedikit cara
pencehagan agar
orang lain tidak
tertular.
2 Kemungkinan 2 2 2/2X2 = 2 Kemungkinan
masalah dapat masalah untuk
diubah : dirubah mudah
karena
Mudah diharapkan
keluarga Tn. Mg
setelah diberi
penyuluhan
dapat memahami
tentang penyakit
84

TB
3 Potensial 2 1 3/3X1=1 Karena
masalah untuk pengetahuan
dicegah: tentang TB
mudah untuk
Tinggi didapat
4 Menonjolnya 0 1 0/2X1=0 Di beri
masalah : penyuluhan agar
Tn Mg paham
Masalah tidak tentang
dirasakan penyakitnya dan
segera
melaporkan ke
pelayanan
kesehatan bila
terjadi sesuatu.
TOTAL SKOR 3 1/3

Diagnose 2 : Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan persesi


keluarga tentang penyakit/masalah
No KRITERIA SKOR BOBOT PENGHITUNGAN PEMBENARAN
1 Sifat masalah : 2 1 2/3X1 = 2/3 Ansietas atau
cemas dapat
Ancaman menyebabkan
kesehatan kesehatan
menurun. Cemas
harus segera
ditangani agar
kesehatan
meningkat.
2 Kemungkinan 2 2 2/2X2 = 2 Setelah
masalah dapat dilakukan
diubah : penyuluhan
diharapkan
Mudah keluarga Tn Mg
dapat memahami
tentang penyakit
TB dan
pencegahannya
agar tidak terlalu
cemas tentang
85

penyakitnya.
3 Potensial 3 1 3/3X1=1 Bila mengalami
masalah untuk kecemasan,
dicegah: diharapkan
keluarga maupun
Tinggi pasien dapat
mengatasi nya
serta
mencegahnya.
Karena
pengetahuan
tentang TB
mudah untuk
didapat
4 Menonjolnya 1 1 1/2X1=1/2 Harus segera
masalah : ditangani, karena
bila tidak dapat
Ada masalah menyebabkan
tetapi tidak susah tidur dan
perlu ditangani stress yang
berlebih dan
tidak baik untuk
kesehatan.
TOTAL SKOR 3 1/6
86

4. RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA

Kasus 1

Tabel 4.30 Rencana Keperawatan Keluarga

Rencana Keperawatan pada Tn Ms


DIAGNOSA TUJUAN TUJUAN KRITERIA STANDAR RENCANA
KEPERAWATAN JANGKA JANGKA INTERVENSI
PANJANG PENDEK
Defisiensi Tujuan jangka Setelah dilakukan Tn Ms dapat Pendidikan : proses
pengetahuan panjang dari tindakan memahami tentang penyakit
berhubungan dengan diagnosa ini keperawatan penyakitnya dan 1. Kaji pengetahuan
kurangnya adalah keluarga selama 1x dapat mengetahui keluarga tentang
pengetahuan dan dapat mengetahui pertemuan, tentang masalah kesehatan
persesi keluarga tentang masalah diharapakan pencegahannya. keluarga nya
tentang kesehatan didalam pasien dapat Verbal 2. Berikan informasi
penyakit/masalah keluarga nya, memahami Psikomotor pada keluarga
menjaga tentang penyakit tentang kondisi
kesehatan pasien TBC serta cara pasien
agar tidak terjadi perncegahannya. 3. Jelaskan dan
komplikasi. mendiskusikan
dengan keluarga
tentang TB
4. Jelaskan dan
diskusikan tentang
bagaimana cara
pencegahan nya.
87

Ketidakefektifan Tujuan jangka Setelah dilakukan Keluarga mengerti Bantuan Pemeliharaan


pemeliharaan panjang dari tindakan tentang bagaimana Rumah :
kesehatan diagnosa ini keperawatan cara agar rumah
berhubungan dengan adalah keluarga selama 1x serta lingkungan 1. Informasikan
Ketidakmampuan mampu pertemuan, rumah terlihat mengenai
keluarga memelihara memelihara diharapakan bersih serta sehat. bagaimana
lingkungan rumah lingkungan rumah pasien mampu Psikomotor membuat rumah
yang sehat yang sehat, agar membersihkan membuat agar
(perilaku) rumah
lingkungan rumah lingkungan rumah
selalu dalam serta jendela bersih,aman, dan
kondisi bersih. rumah terbuka sehat.
agar udara dapat 2. Berikan
masuk. informasi
kepada
klien/keluarga
untuk selalu
membuka
jendela pada
pagi hari agar
udara dapat
masuk.
Ketidakefektifan Tujuan panjang Setelah dilakukan Psikomotor Keluarga mengerti Identifikasi Risiko
manajemen kesehatan dari diagnosa ini tindakan tentang penting
keluarga adalah keluarga keperawatan nya meminum obat 1. Kaji ulang
berhubungan dengan mampu merawat selama 1x pencegahan untuk riwayat
ketidakmampuan salah satu anggota pertemuan, anak serta kesehatan klien
keluarga merawat keluarga yang diharapakan menggunakan serta
anggota keluarga sakit agar tidak keluarga mampu masker agar orang dokumentasikan
yang sakit menjadi ancaman memberikan obat lain tidak tertular. bukti yang
kesehatan rutin untuk anak menunjukkan
nya . dan Tn Ms adanya penyakit
mampu medis
menggunakan 2. Identifikasi
risiko biologis,
88

masker setiap lingkungan, dan


hari. perilaku
hubungan timbal
balik
3. Instruksikan
faktor risiko dan
rencana untuk
mengurangi
faktor risiko.
89

Kasus 2
Rencana keperawatan pada Tn Mg
DIAGNOSA TUJUAN TUJUAN KRITERIA STANDAR RENCANA
KEPERAWATAN JANGKA JANGKA INTERVENSI
PANJANG PENDEK
Defisiensi Tujuan jangka Setelah dilakukan Verbal Tn Mg dapat Pendidikan : proses
pengetahuan panjang dari tindakan Psikomotor memahami tentang penyakit
berhubungan dengan diagnosa ini keperawatan penyakitnya dan
kurangnya adalah keluarga selama 1x dapat mengetahui 1. Kaji
pengetahuan dan dapat mengetahui pertemuan, tentang pengetahuan
persesi keluarga tentang masalah diharapakan pencegahannya. keluarga tentang
tentang kesehatan didalam pasien dapat masalah
penyakit/masalah keluarga nya, memahami kesehatan
menjaga tentang penyakit keluarga nya
kesehatan pasien TBC serta cara 2. Berikan
agar tidak terjadi perncegahannya. informasi pada
komplikasi. keluarga tentang
kondisi pasien
3. Jelaskan dan
mendiskusikan
dengan keluarga
tentang TBC
4. Jelaskan dan
diskusikan
tentang
bagaimana cara
pencegahan nya
90

Ansietas berhubungan Tujuan jangka Setelah dilakukan Psikomotor Tn Mg tidak cemas Pengurangan
dengan kurangnya panjang dari tindakan lagi dengan Kecemasan :
pengetahuan dan diagnosa ini keperawatan masalah 1. Gunakan
persesi keluarga adalah kunjungan selama 1x penyakitnya serta pendekatan
tentang rumah, keluarga pertemuan, merasa tenang dan yang tenang
penyakit/masalah dapat memahami diharapkan tidak stress. dan
tentang kondisi memberikan meyakinkan
pasien sehingga pengetahuan 2. Berikan
keluarga tidak kepada keluarga informasi
perlu merasa Tn. Mg agar Tn terkait
cemas, dan pasien Mg tidak merasa diagnosa,
dianjurkan minum cemas dan dapat perawatan, dan
obat rutin agar mengganggu prognosis
tidak terjadi kesehatan nya. 3. Instruksikan
resisten obat serta klien untuk
komplikasi istirahat yang
penyakit. cukup
4. Dorong pasien
untuk
mengungkapka
n perasaan,
ketakutan, dan
persepsi
5. Monitor tanda-
tanda vital
6. Ajarkan teknik
relaksasi
91

5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Kasus 1

Tabel 4.31 Implementasi Keperawatan Keluarga

Implementasi keperawatan pada Tn Ms


No Waktu Diagnosa Hari 1 Hari 2 Hari 3
Kasus Tn Ms
1 7-9 Defisiensi Jam 10.00 Jam 11.00 Jam 11.00
mei pengetahuan 1. Mengkaji pengetahuan 1. Mengkaji pengetahuan 1. Mengkaji
2018 berhubungan keluarga tentang keluarga tentang pengetahuan keluarga
dengan kurangnya masalah kesehatan masalah kesehatan tentang masalah
pengetahuan dan keluarga nya keluarga nya kesehatan keluarga
persesi keluarga 2. Memberikan informasi 2. Menjelaskan dan nya
tentang pada keluarga tentang mendiskusikan dengan 2. Menjelaskan dan
penyakit/masalah kondisi pasien keluarga tentang TBC mendiskusikan
3. Menjelaskan dan (melakukan pendkes) dengan keluarga
mendiskusikan dengan 3. Mengecek glukosa tentang TBC
keluarga tentang TBC darah sewaktu 3. Memonitor tanda-
4. Memonitor tanda-tanda 4. Memonitor tanda- tanda vital
vital tanda vital

Eka Eka Eka


2 7-9 Ketidakefektifan Jam 10.30 Jam 11.30 Jam 11.30
mei pemeliharaan 1. Menginformasikan 1. Menginformasikan 1. Menginformasikan
2018 kesehatan kepada Tn Ms mengenai bagaimana mengenai bagaimana
berhubungan mengenai bagaimana membuat rumah agar membuat rumah
dengan membuat rumah rumah bersih,aman, membuat agar rumah
92

Ketidakmampuan membuat agar rumah dan sehat. (melakukan bersih,aman, dan


keluarga bersih,aman, dan sehat. Pendidikan kesehatan) sehat.
memelihara 2. Memberikan informasi 2. Memberikan informasi 2. Memberikan
lingkungan rumah kepada klien/keluarga kepada klien/keluarga informasi kepada
yang sehat untuk selalu membuka untuk selalu membuka klien/keluarga untuk
jendela pada pagi hari jendela pada pagi hari selalu membuka
agar udara dapat masuk. agar udara dapat jendela pada pagi hari
3. Memonitor tanda-tanda masuk. agar udara dapat
vital 3. Memonitor tanda- masuk.
tanda vital 3. Memonitor tanda-
tanda vital

Eka Eka Eka


3 7-9 Ketidakefektifan Jam 11.00 Jam 12.00 Jam 12.00
mei manajemen
2018 kesehatan keluarga 1. Mengkaji ulang riwayat 1. Mengkaji ulang 1. Mengkaji ulang
berhubungan kesehatan klien serta riwayat kesehatan riwayat kesehatan
dengan dokumentasikan bukti klien serta klien serta
ketidakmampuan yang menunjukkan dokumentasikan bukti dokumentasikan bukti
keluarga merawat adanya penyakit medis yang menunjukkan yang menunjukkan
anggota keluarga 2. Mengidentifikasi risiko adanya penyakit medis adanya penyakit
yang sakit biologis, lingkungan, 2. Mengidentifikasi medis
dan perilaku hubungan risiko biologis, 2. Mengidentifikasi
timbal balik (anak Tn M lingkungan, dan risiko biologis,
meminum obat perilaku hubungan lingkungan, dan
Isoniazid ) timbal balik perilaku hubungan
3. Menginstruksikan (Melakukan timbal balik
93

faktor risiko dan pendidikan kesehatan) 3. Menginstruksikan


rencana untuk 3. Menginstruksikan faktor risiko dan
mengurangi faktor faktor risiko dan rencana untuk
risiko rencana untuk mengurangi faktor
4. Memonitor tanda-tanda mengurangi faktor risiko
vital risiko (memberikan 4. Memonitor tanda-
masker) tanda vital
4. Memonitor tanda-
tanda vital

Eka Eka Eka


94

Kasus 2
Implementasi keperawatn pada Tn Mg
No Waktu Diagnosa Hari 1 Hari 2 Hari 3
Kasus Tn Mg
1 7-9 Defisiensi Jam 13.00 Jam 14.00 Jam 13.00
mei pengetahuan 1. Mengkaji pengetahuan 1. Mengkaji pengetahuan 1. Mengkaji
2018 berhubungan keluarga tentang keluarga tentang pengetahuan
dengan kurangnya masalah kesehatan masalah kesehatan keluarga tentang
pengetahuan dan keluarga nya keluarga nya masalah kesehatan
persesi keluarga 2. Memberikan informasi 2. Menjelaskan dan keluarga nya
tentang pada keluarga tentang mendiskusikan dengan 2. Menjelaskan dan
penyakit/masalah kondisi pasien keluarga tentang TBC mendiskusikan
3. Menjelaskan dan (melakukan pendkes) dengan keluarga
mendiskusikan dengan 3. Mengecek glukosa tentang TBC
keluarga tentang TBC darah sewaktu 3. Memonitor tanda-
4. Memonitor tanda-tanda 4. Memonitor tanda- tanda vital
vital tanda vital

Eka Eka Eka


2 7-9 Ansietas Jam 13.20 Jam 14.20 Jam 13.20
mei berhubungan 1. Menggunakan 1. Menggunakan 1. Menggunakan
2018 dengan kurangnya pendekatan yang tenang pendekatan yang pendekatan yang
pengetahuan dan dan meyakinkan tenang dan tenang dan
persesi keluarga 2. Memberikan informasi meyakinkan meyakinkan
tentang terkait diagnosa, 2. Memberikan informasi 2. Memberikan
penyakit/masalah perawatan, dan terkait diagnosa dan informasi terkait
prognosis perawatan pasien diagnosa, perawatan,
3. Menginstruksikan klien 3. Menginstruksikan dan prognosis
95

untuk istirahat yang klien untuk istirahat 3. Menginstruksikan


cukup yang cukup klien untuk istirahat
4. Mendorong pasien 4. Mendorong pasien yang cukup
untuk mengungkapkan untuk mengungkapkan 4. Mendorong pasien
perasaan, ketakutan, dan perasaan, ketakutan, untuk
persepsi dan persepsi mengungkapkan
5. Memonitor tanda-tanda 5. Memonitor tanda- perasaan, ketakutan,
vital tanda vital dan persepsi
6. Mengajarkan teknik 6. Mengajarkan teknik 5. Memonitor tanda-
relaksasi (nafas dalam) relaksasi (nafas dalam) tanda vital

Eka Eka Eka


96

6. EVALUASI KEPERAWATAN

Kasus 1

Tabel 4.32 Evaluasi Keperawatan Keluarga

Evaluasi keperawatan pada Tn Ms


No Diagnosa Hari 1 Hari 2 Hari 3
Kasus Tn M
1 Defisiensi Jam 11.40 Jam 12.20 Jam 12.10
pengetahuan S: S: S:
berhubungan Tn Ms mengatakan belum Tn Ms mengatakan mulai Tn Ms mengatakan sudah
dengan kurangnya mengetahui informasi tentang sedikit paham tentang penyakit paham tentang
pengetahuan dan penyakitnya. Tn Ms mengatakan nya. penyuluhan yang
persesi keluarga bila penyakitnya adalah penyakit O: diberikan
tentang menular. Tn Ms terlihat tidak O:
penyakit/masalah O: memperhatikan saat diberikan Pasien dapat menjawab
Tn Ms terlihat bingung, tidak bisa pendidikan Kesehatan. pertanyan yang di
menjawab pertanyaan yang Gula darah sewaktu :71 berikan, pasien tidak
diberikan. Pasien tidak memakai Pasien tidak memakai masker. memakai masker
masker TD : 120/80 mmHg walaupun sudah diberi
TD : 120/70 mmHg N : 88x/m penyuluhan.
N : 90x/m S : 36,8C TD : 110/70 mmHg
R : 20x/m R : 22x/m N : 84x/m
S : 36,7C. A: S : 37C
A: Defisiensi pengetahuan R : 20x/m
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan A:
berhubungan dengan kurangnya kurangnya pengetahuan dan Defisiensi pengetahuan
pengetahuan dan persesi keluarga persesi keluarga tentang berhubungan kurangnya
tentang penyakit/masalah penyakit/masalah pengetahuan dan persesi
(Masalah belum teratasi ) (Masalah teratasi sebagian) keluarga tentang
P: P: penyakit/masalah
97

Lanjutkan Intervensi Lanjutkan Intervensi (Masalah teratasi)


- Kaji pengetahuan keluarga - Kaji pengetahuan P:
tentang masalah kesehatan keluarga tentang Hentikan Intervensi
keluarga nya masalah kesehatan
- Jelaskan dan keluarga nya
mendiskusikan dengan - Jelaskan dan
keluarga tentang TBC mendiskusikan dengan
- Cek glukosa darah keluarga tentang TBC
sewaktu - Monitor tanda-tanda
- Monitor tanda-tanda vital vital

Eka Eka Eka


2 Ketidakefektifan Jam 12.00 Jam 12.40 Jam 12.20
pemeliharaan S: S: S:
kesehatan Tn Ms mengatakan dirinya serta Tn Ms mengatakan tadi pagi Tn Ms mengatakan sudah
berhubungan istri nya sibuk, jadi jarang untuk jendela rumah nya sudah memahami untuk
dengan mengurusi rumah. dibuka. Tn Ms mengatakan menjaga agar rumah tetap
Ketidakmampuan Jendela pun tidak pernah di buka sebelum berangkat istri nya bersih, memahami
keluarga saat pagi hari. sudah menyapu lantai rumah. pentingnya membuka
memelihara O: O: jendela pada pagi hari.
lingkungan rumah Lingkungan rumah tampak kotor, Lingkungan rumah agak kotor, O:
yang sehat lantai tampak kotor, banyak debu, ventilasi lumayan terang, lantai Pasien tidak memakai
jendela tidak pernah dibuka. sedikit kotor. masker, banyak anak-
TD : 120/70 mmHg Anak-anak Tn Ms tiduran di anak di lingkungan rumah
N : 90x/m lantai tanpa pengalas. Tn Ms, jendela terbuka,
R : 20x/m TD : 120/80 mmHg lingkungan masih sedikit
S : 36,7C N : 88x/m kotor
98

A: S : 36,8C TD : 110/70 mmHg


Ketidakefektifan pemeliharaan R : 22x/m N : 84x/m
kesehatan berhubungan dengan A: S : 37C
Ketidakmampuan keluarga Ketidakefektifan pemeliharaan R : 20x/m
memelihara lingkungan rumah kesehatan berhubungan dengan A:
yang sehat Ketidakmampuan keluarga Ketidakefektifan
(masalah belum teratasi) memelihara lingkungan rumah pemeliharaan kesehatan
P: yang sehat berhubungan dengan
Lanjutkan Intervensi : (Masalah teratasi sebagian) Ketidakmampuan
- Informasikan mengenai P : Lanjutkan Intervensi keluarga memelihara
- Informasikan mengenai lingkungan rumah yang
bagaimana membuat
bagaimana membuat sehat
rumah membuat agar rumah membuat agar (Masalah teratasi
rumah bersih,aman, sebagian)
rumah bersih,aman, dan
dan sehat. P:
sehat. - Berikan informasi Hentikan Intervensi
kepada klien/keluarga
- Berikan informasi kepada
untuk selalu membuka
klien/keluarga untuk
jendela pada pagi hari
selalu membuka jendela
agar udara dapat
pada pagi hari agar udara
masuk.
dapat masuk.
- Monitor tanda-tanda
vital

Eka
Eka Eka
99

3 Ketidakefektifan Jam 12.30 Jam 13.10 Jam 12.30


manajemen S: S: S:
kesehatan keluarga Tn Ms mengatakan jarang Tn Ms mengatakan lupa Tn Ms mengatakan
berhubungan memakai masker karena malas. memakai masker. Tn Ms kadang males untuk
dengan Tn Ms mengatakan anak nya yang mengatakan anak nya sudah minum obat, dan untuk
ketidakmampuan berusia 3,5 tahun mendapatkan meminum obat tadi pagi. Tn anaknya kadang lupa
keluarga merawat obat dari puskesmas. Tn Ms Ms mengatakan sudah untuk minum obat.
anggota keluarga mengatakan anak nya kadang lupa meminum obat tadi pagi dan Tn Ms mengatakan mulai
yang sakit minum obat, Tn Ms mengatakan sudah meminum susu. belajar untuk rajin minum
hanya anak nya yang berusia 3,5 O: obat untuk kesembuhan
tahun yang meminum obat. Tn Ms tidak memakai masker, nya dan pencegahan
O: anak Tn Ms rewel dan tampak untuk anak nya.
Anak Tn Mss tampak dekat digendong Tn Ms.Banyak anak O:
dengan Tn Ms, Tn M tidak kecil di rumah Tn Ms. Pasien tidak memakai
memakai masker saat berinteraksi Gula Darah Sewaktu : 71 masker, anak-anak nya
dengan ketiga anak nya. Tn Ms TD : 120/80 mmHg tampak bermain dengan
tampak bingung dan belum N : 88x/m Tn M.
memahami pentingnya meminum S : 36,8C TD : 110/70 mmHg
obat R : 22x/m N : 84x/m
TD : 120/70 mmHg A: S : 37C
N : 90x/m Ketidakefektifan manajemen R : 20x/m
R : 20x/m kesehatan keluarga A:
S : 36,7C berhubungan dengan Ketidakefektifan
A: ketidakmampuan keluarga manajemen kesehatan
Ketidakefektifan manajemen merawat anggota keluarga keluarga berhubungan
kesehatan keluarga berhubungan yang sakit dengan ketidakmampuan
dengan ketidakmampuan keluarga (Masalah belum teratasi) keluarga merawat anggota
merawat anggota keluarga yang P: keluarga yang sakit
sakit Lanjutkan Intervensi (Masalah teratasi
(Masalah belum teratasi) - Kaji ulang riwayat sebagian)
P: kesehatan klien serta P:
Lanjutkan Intervensi : dokumentasikan bukti Hentikan intervensi
- Kaji ulang riwayat yang menunjukkan
100

kesehatan klien serta adanya penyakit medis


dokumentasikan bukti - Identifikasi risiko
yang menunjukkan adanya biologis, lingkungan,
penyakit medis dan perilaku hubungan
- Identifikasi risiko biologis, timbal balik
lingkungan, dan perilaku - Instruksikan faktor
hubungan timbal balik risiko dan rencana
- Instruksikan faktor risiko untuk mengurangi
dan rencana untuk faktor risiko
mengurangi faktor risiko - Monitor tanda-tanda
(memberikan masker) vital
- Monitor tanda-tanda vital

Eka Eka Eka


101

Kasus 2
Evaluasi Keperawatan pada Tn Mg
No Diagnosa Hari 1 Hari 2 Hari 3
Kasus Tn Mg
1 Defisiensi Jam 13.40 WIB Jam 14. 40 Jam 13.30
pengetahuan S: S: S:
berhubungan Tn Mg mengatakan tahu bahwa Tn Mg mengatakan merasa Tn Mg mengatakan sudah
dengan kurangnya penyakit nya menular dan selalu senang karena sudah diberi paham tentang
pengetahuan dan menggunakan masker tetapi tidak pendidikan kesehatan. Tn Mg penyakitnya serta
persesi keluarga tau secara detail tentang mengatakan sudah sedikit berterimakasih karena
tentang penyakitnya. merasa paham tentang apa sudah diberikan
penyakit/masalah O: yang disampaikan saat penyuluhan. Tn Mg
Pasien menggunakan masker saat penyuluhan. mengatakan akan sering
berinteraksi O: minum obat agar cepat
TD : 130/70 Tn M tampak mendengarkan sembuh kembali.
N : 89x/m saat diberi penyuluhan, Tn M O:
S : 36,4 C tampak antusias dan sering Tn M tampak antusias sat
R : 22x/m bertanya. Pasien tampak memberikan pertanyaan
A: senang saat di beri masker. dan menjawab
Defisiensi pengetahuan Gula Darah Sewaktu : 103 pertanyaan.
berhubungan dengan kurangnya TD : 120/80 mmHg Tn M terlihat memakai
pengetahuan dan persesi keluarga N : 84x/m masker.
tentang penyakit/masalah S : 36,5C TD : 110/70 mmHg
(masalah teratasi) R : 20x/m N : 88x/m
P: A: S ; 36,6c
Lanjutkan Intervensi Defisiensi pengetahuan R : 24x/m
- Kaji pengetahuan keluarga berhubungan dengan A:
tentang masalah kesehatan kurangnya pengetahuan dan Defisiensi pengetahuan
keluarga nya persesi keluarga tentang berhubungan dengan
- Jelaskan dan penyakit/masalah kurangnya pengetahuan
mendiskusikan dengan (Masalah teratasi sebagian) dan persesi keluarga
keluarga tentang TBC P: tentang penyakit/masalah
102

- Cek glukosa darah Lanjutkan Intervensi (Masalah teratasi)


sewaktu - Kaji pengetahuan P:
- Memonitor tanda-tanda keluarga tentang Hentikan Intervensi
vital masalah kesehatan
keluarga nya
- Jelaskan dan
mendiskusikan dengan
keluarga tentang TBC
- Monitor tanda-tanda
vital

Eka
Eka Eka
2 Ansietas Jam 14.00 Jam 15.00 Jam 14.00
berhubungan S: S: S:
dengan kurangnya Pasien mengatakan masih cemas Pasien mengatakan cemasnya Pasien mengatakan tidak
pengetahuan dan dengan penyakit nya, walaupun sudah berkurang. Pasien merasa cemas lagi karena
persesi keluarga sudah rutin minum obat. Pasien mengatakan sedikit memahami sudah mengetahui tentang
tentang mengatakan tidurnya cukup. tentang penyakitnya serta penyakitnya dan cara
penyakit/masalah O: pencegahannya. Pasien pencegahannya. Pasien
Pasien telihat bingung, pasien mengatakan tidurnya cukup mengatakan harus rutin
dapat mengekspresikan perasaan dan tidak ada gangguan minum obat agar cepat
nya. O: sembuh dan bisa
TD : 130/70 Pasien dapat mengekspresikan beraktivitas seperti
N : 89x/m perasaannya, pasien tidak biasanya.
S : 36,4 C terlihat bingung lagi, pasien O:
R : 22x/m tampak senang. Pasien terlihat senang dan
A: TD : 120/80 mmHg sangat antusias. Pasien
Ansietas berhubungan dengan N : 84x/m dapa mengekspresikan
kurangnya pengetahuan dan S : 36,5C perasaannya.
persesi keluarga tentang R : 20x/m TD : 110/70 mmHg
103

penyakit/masalah (Masalah belum A: N : 88x/m


teratasi) Ansietas berhubungan dengan S ; 36,6c
P: kurangnya pengetahuan dan R : 24x/m
Lanjutkan intervensi persesi keluarga tentang A:
- Gunakan pendekatan yang penyakit/masalah Ansietas berhubungan
tenang dan meyakinkan (Masalah teratasi sebagian) dengan kurangnya
- Berikan informasi terkait P: pengetahuan dan persesi
diagnosa dan perawatan Lanjutkan Intervensi keluarga tentang
pasien - Gunakan pendekatan penyakit/masalah
- Instruksikan klien untuk yang tenang dan (masalah teratasi)
istirahat yang cukup meyakinkan P:
- Dorong pasien untuk - Berikan informasi Hentikan intervensi
mengungkapkan perasaan, terkait diagnosa dan
ketakutan, dan persepsi perawatan pasien
- Monitor tanda-tanda vital - Instruksikan klien
- Ajarkan teknik relaksasi untuk istirahat yang
cukup
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
dan persepsi
- Monitor tanda-tanda
vital

Eka Eka Eka


104

B. Pembahasan
Pada bab ini akan di bahas kasus yang sebelumnya telah di uraikan yaitu

Asuhan Keperawatan Keluarga pada pasien Tn.Ms dan Tn.Mg dengan

Tuberculosis Paru (TB PARU) di wilayah puskesmas Pajangan, Bantul,

Yogyakarta yang telah dilakukan oleh penulis pada tanggal 7 Mei sampai 9

Mei 2018 dan akan dibandingkan dengan teori, pembahasan yang dilakukan

meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan keluarga, rencana keperawatan

keluarga, implementasi dan evaluasi keperawatan keluaga.

1. Pengkajian
Pada pembahasan ini penulis mencoba menguraikan data

yang didapatkan selama melaksanakan asuhan keperawatan keluarga

pada pasien dengan Tuberculosis Paru (TB PARU) di wilayah

Puskesmas Pajangan khususnya di dusun gupak warak rt 4 dan dusun

manukan rt 3 Sendang Sari, Pajangan, Bantul, Yogyakata. Dalam

study kasus ini penulis melakukan pengkajian keperawatan keluarga

yang dimana selanjutnya akan dibandingkan dengan teori pengkajian

menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman (Achjar, 2010)

yaitu berisikan 8 komponen yang meliputi Data Umum, riwayat dan

tahap perkembangan keluarga, lingkungan rumah, struktur keluarga,

fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, pemeriksaan fisik, dan

harapan keluarga.

Dari hasil pengkajian yang mengarah pada lima fungsi

perawatan keluaga didapatkan data 1). Pengetahuan dan persepsi

keluarga tentang penyakit/masalah kesehatan : kasus 1 “Tn Ms


105

mengatakan belum mengetahui informasi tentang penyakit nya“ dan

kasus 2 “Tn Mg mengatakan tahu bahwa penyakit nya menular dan

selalu menggunakan masker tetapi tidak tau secara detail tentang

penyakitnya. Tn Mg juga mengatakan cemas bila orang terdekatnya

tertular penyakit nya.”, 2). Kemampuan keluarga mengambil

keputusan tindakan kesehatan yang tepat : kasus 1 “Tn Ms mengatakan

saat awal muncul gejala batuk berdahak dan muntah langsung periksa

ke puskesmas lalu di rujuk ke RS Khusus Paru Respira dan kasus 2

“Tn Mg mengatakan setelah dirinya batuk berdahak mengeluarkan

dahak dan pingsan keluarga nya langsung membawa nya ke RS PKU

Muhammadyah Bantul”, 3). Kemampuan keluarga merawat anggota

keluarga yang sakit : kasus 1 “Tn Ms mengatakan jarang memakai

masker karena malas. Tn Ms mengatakan anak nya yang berusia 3,5

tahun mendapatkan obat dari puskesmas. Tn Ms mengatakan anak nya

kadang lupa minum obat, Tn Ms mengatakan hanya anak nya yang

berusia 3,5 tahun yang meminum obat dan kasus 2 “Keluarga Tn Mg

mengatakan istri dan anak-anak mendukung. Tn Mg mengatakan selalu

pakai masker di rumah dan di luar rumah karena tidak ingin

penyakitnya menular ke orang terdekatnya”, 4). Kemampuan keluarga

memelihara lingkungan rumah yang sehat : kasus 1 “Tn Ms

mengatakan dirinya serta istri nya sibuk, jadi jarang untuk mengurusi

rumah, jendela pun tidak pernah di buka saat pagi hari dan kasus 2 “Tn

Mg mengatakan setiap pagi jendela rumah dan ruangan di buka agar


106

udara dapat masuk, setiap hari lingkungan rumah selalu di bersihkan

anak nya. Masker yang di pakai selalu di kumpulkan lalu di buang

secara bersamaan dan tidak sembarangan”, 5). Kemampuan keluarga

menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat : kasus 1 “Tn Ms

mengatakan bila sakit langsung ke puskesmas dan control bila obatnya

habis dan kasus 2 “Keluarga Tn Mg mngatakan bila sakit di bawa ke

puskesmas. Tn Mg mengatakan bila obat nya habis langsung control

ke puskesmas dan meminta obat.

Dari data diatas ternyata terdapat kesamaan sesuai teori dari Family

Centre Nursing Friedman (Achjar, 2010).

Tahap dan tugas perkembangan untuk kasus 1 yaitu Tahap

perkembangan dan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia

sekolah, dan untuk kasus 2 yaitu Tahap perkembangan dan tugas

perkembangan keluarga dengan lanjut usia. Hal ini sudah sesuai

dengan teori dari Family Centre Nursing Friedman (Achjar, 2010).

Struktur peran keluarga pada kasus 1 didapat data “Tn Ms mengatakan

yang bekerja yaitu Tn Ms dan istri nya Ny R dan sift nya hanya ada 2,

dan biasanya bila mereka bekerja anak nya dititipkan dengan neneknya

yang ada di sebelah rumah, dan untuk kasus 2 didapat data “Tn Mg

mengatakan untuk saat ini belum bisa bekerja dan yang bekerja hanya

istri nya. Biasanya anak-anaknya akan mengantarkan makanan. Pada

kasus 1 sesuai dengan teori menurut (Ali, 2010) yang mengatakan

bahwa Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.


107

Ayah sebagai pemimpin keluarga, pencari nafkah, pendidik, pelindung,

dan memberikan rasa aman kepada anggota keluarga. Ibu sebagai

pengurus rumah tangga, pengasuh, dan pencari nafkah tambahan. Anak

berperan sebagai pelaku psikososial, sesuai dengan perkembangan

fisik, mental, social, dan spiritual. Tetapi untuk kasus 2 tidak sesuai

karena yang mencari nafkah istri nya karena Tn Mg belum bisa untuk

mencari nafkah, kedua anak Tn Mg pun sudah menikah.

Pada aspek keluhan utama kasus 1 dan 2 tidak mempunyai keluhan

yang berat, kasus 1 dan 2 tidak mengalami sesak nafas, batuk

berdahak, muntah darah, berkeringat pada malam hari, nyeri dada

maupun susah makan dan mual. Hal itu tidak sesuai dengan teori

menurut Ahmad Hudoyo (2008) yang menyatakan bahwa tanda gejala

TB paru yaitu sesak nafas, batuk berdahak, muntah darah, berat badan

menurun, dan berkeringat pada malam hari. Pada aspek pemeriksaan

fisik data yang di dapat pada kasus 1 adalah Tekanan darah : 120/80

mmHg, nadi : 87x/menit, suhu : 36,7C, Pernafasan : 22x/menit dan

pada kasus 2 adalah Tekanan darah : 130/70 mmHg, Nadi : 89x/menit,

suhu : 36,4C, pernafasan : 22x/menit.

Terapi obat yang diberikan pada kasus 1 dan 2 sama yaitu OAT

(Rifampicin dan isoniazid)Vitamin B6 10 mg P.o 1x1, Susu Peptisol

(diminum pada pagi dan malam hari). Hal ini sesuai dengan teori

menurut Laban (2008) bahwa 6 bulan pertama harus mengkonsumsi

obat tersebut.
108

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan keluarga tentunya berbeda dengan

diagnosa Keperawatan Medical Bedah. Diagnosa keperawatan

keluarga terdiri dari tiga komponen, yaitu masalah, etiologi, serta tanda

dan gejala. Etiologi untuk diagnosa keperawatan keluarga adalah salah

satu dari lima tugas keluarga yang paling dominan menyebabkan

masalah keperawatan tersebut. Diagnosa keperawatan keluarga dapat

bersifat potensial, risiko, ataupun actual. Diagnosa bersifat potensial

merupakan diagnosa bahwa keluarga tersebut memiliki potensi yang

memadai untuk berkembang lebih baik. Jadi, diagnosa keperawatan

keluarga yang bersifat potensial merupakan keadaan perkembangan

keluarga kearah sejahtera (Sudiharto, 2008).

Setelah hasil pengkajian terkumpul, selanjutnya data dianalisa untuk di

lakukan perumusan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas

masalah.

Adapun diagnosa yang muncul pada kasus 1 yaitu :

1. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan Kurangnya

pengetahuan dan persesi keluarga tentang penyakit/masalah

2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan

Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

sehat
109

3. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit

Diagnosa yang muncul pada kasus 2 yaitu :

1. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan dan persesi keluarga tentang penyakit/masalah

2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan persesi

keluarga tentang penyakit/masalah

Pada kasus 1 dan 2 ada diagnosa yang sama dengan teori menurut Soemantri

(2008), yaitu defisiensi pengetahuan, tetapi untuk diagnosa ketidakefektifan

bersihan jalan nafas dan ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan

tubuh tidak muncul karena pada kasus 1 dan 2 sedang tahap pengobatan. Pada

kasus 1 tidak muncul diagnosa ansietas, tetapi untuk kasus 2 muncul diagnosa

ansietas sesuai dengan teori Soemantri (2008).

3. Rencana Keperawatan Keluarga

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan keluarga, tahap

selanjutnya adalah menentuka perencanaan keperawatan. Perencanaan

keperawatan keluarga diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin

dicapai serta rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada.

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.

Penetapan tujuan jangka panjang (tujuan umum) mengacu pada

bagaimana mengatasi problem/masalh (P) di keluarga, sedangkan


110

penetapan tujuan tujuan jangka pendek (khusus) mengacu bagaimana

etiologi (Sudiharto, 2008).

Perencanaan diagnosa keperawatan yang disusun oleh penulis pada

pasien kasus 1 yaitu :

1. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan dan persesi keluarga tentang penyakit/masalah

Untuk tujuan jangka panjang indikator yang akan dicapai yaitu

defisiensi pengetahuan dapat teratasi. Tujuan jangka pendek

indicator yang akan di capai yaitu dapat memberikan pengetahuan

kepada keluarga Tn. Ms. Standar yang harus dicapai penulis yaitu

Tn Ms dapat memahami tentang penyakitnya dan dapat

mengetahui tentang pencegahannya. Dalam perencanaan penulis

sudah merencanakan yang akan penulis ambil dalam tindakan

adalah Pendidikan : proses penyakit yang meliputi kaji

pengetahuan keluarga tentang masalah kesehatan keluarga nya,

berikan informasi pada keluarga tentang kondisi pasien, jelaskan

dan mendiskusikan dengan keluarga tentang TBC, jelaskan dan

diskusikan tentang bagaimana cara pencegahan nya. Dalam

diagnosa ini segala perencanaan yang penulis susun sudah semua

sesuai dengan teori.

2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan

Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

sehat. Untuk tujuan jangka panjang indikator yang akan dicapai


111

yaitu pemeliharaan kesehatan dapat teratasi. Tujuan jangka

pendek indikator yang akan di capai yaitu keluarga dapat

mengerti serta mempraktekkan nya . Standar yang harus dicapai

penulis yaitu keluarga mengerti tentang bagaimana cara agar

rumah serta lingkungan rumah terlihat bersih serta sehat. Dalam

perencanaan penulis sudah merencanakan yang akan penulis

ambil dalam tindakan adalah bantuan pemeliharaan rumah yang

meliputi informasikan mengenai bagaimana membuat rumah

membuat agar rumah bersih,aman, dan sehat, berikan informasi

kepada klien/keluarga untuk selalu membuka jendela pada pagi

hari agar udara dapat masuk. Dalam diagnosa ini segala

perencanaan yang penulis susun sudah semua sesuai dengan teori.

3. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

yang sakit. Untuk tujuan jangka panjang indikator yang akan

dicapai yaitu manajemen kesehatan keluarga dapat teratasi.

Tujuan jangka pendek indicator yang akan dicapai yaitu keluarga

mampu memberikan obat rutin untuk anak nya . dan Tn Ms

mampu menggunakan masker setiap hari. Standar yang harus

dicapai penulis yaitu Keluarga mengerti tentang penting nya

meminum obat pencegahan untuk anak serta menggunakan

masker agar orang lain tidak tertular. Dalam perencanaan penulis

sudah merencanakan yang akan penulis ambil dalam tindakan


112

adalah Identifikasi Risiko yang meliputi kaji ulang riwayat

kesehatan klien serta dokumentasikan bukti yang menunjukkan

adanya penyakit medis, identifikasi risiko biologis, lingkungan,

dan perilaku hubungan timbal balik, dan instruksikan faktor risiko

dan rencana untuk mengurangi faktor risiko. Dalam diagnosa ini

segala perencanaan yang penulis susun sudah semua sesuai

dengan teori.

Perencanaan diagnosa keperawatan yang disusun oleh penulis pada

pasien kasus 2 yaitu :

1 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan dan persesi keluarga tentang penyakit/masalah.

Untuk tujuan jangka panjang indikator yang akan dicapai yaitu

defisiensi pengetahuan dapat teratasi. Tujuan jangka pendek

indicator yang akan di capai yaitu dapat memberikan pengetahuan

kepada keluarga Tn. Mg. Standar yang harus dicapai penulis yaitu

Tn Mg dapat memahami tentang penyakitnya dan dapat

mengetahui tentang pencegahannya. Dalam perencanaan penulis

sudah merencanakan yang akan penulis ambil dalam tindakan

adalah Pendidikan : proses penyakit yang meliputi kaji

pengetahuan keluarga tentang masalah kesehatan keluarga nya,

berikan informasi pada keluarga tentang kondisi pasien, jelaskan

dan mendiskusikan dengan keluarga tentang TBC, jelaskan dan

diskusikan tentang bagaimana cara pencegahan nya. Dalam


113

diagnosa ini segala perencanaan yang penulis susun sudah semua

sesuai dengan teori.

2 Ansietas berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan dan

persesi keluarga tentang penyakit/masalah. Untuk tujuan jangka

panjang indikator yang akan dicapai yaitu kecemasan pasien

dapat teratasi. Tujuan jangka pendek indicator yang akan dicapai

yaitu dapat memberikan pengetahuan kepada keluarga Tn. Mg

agar Tn Mg tidak merasa cemas dan dapat mengganggu kesehatan

nya. Standar yang harus dicapai penulis yaitu Tn Mg tidak cemas

lagi dengan masalah penyakitnya serta merasa tenang dan tidak

stress. Dalam perencanaan penulis sudah merencanakan yang

akan penulis ambil dalam tindakan adalah pengurangan

kecemasan yang meliputi Gunakan pendekatan yang tenang dan

meyakinkan, berikan informasi terkait diagnosa, perawatan, dan

prognosis, instruksikan klien untuk istirahat yang cukup, dorong

pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, dan persepsi,

monitor tanda-tanda vital, dan ajarkan teknik relaksasi

Terdapat perbedaan antara teori menurut Soemantri (2008) dan kasus

yang ada. Pada teori menggunakan NOC (Nursing Outcom

Clasification ) dan NIC (Nursing Intervention Clasification).

Sedangkan pada realitanya penulis menggunakan teori menurut

Sudiharto (2008).
114

4. Implementasi Keperawatan Keluarga

Setelah mekukan perencanaan, selanjutnya penulis akan melaksanakan

implementasi keperawatan. Implementasi keperawatan keluarga di

lakukan sesuai dengan kondisi pasien. Implementasi Keperawatan

keluarga di laksanan agar pasien dan keluarga memahami dan mampu

untuk mengenal masalah kesehatannya, mengambil keputusan

berkaitan dengan persoalan kesehatan yang dihadapi, merawat dan

membina anggota keluarga sesuai kondisi kesehatannya,

memodifikasi lingkungan yang sehatbagi anggota keluarga, serta

memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan (Sudiharto, 2008).

Pembahasan implementasi pada kasus 1 sebagai berikut :

1. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan dan persesi keluarga tentang penyakit/masalah.

Penulis melakukan implementasi seperti mengkaji pengetahuan

keluarga tentang masalah kesehatan keluarga nya, menjelaskan

dan mendiskusikan dengan keluarga tentang TBC (melakukan

pendidikan kesehatan), mengecek glukosa darah sewaktu, dan

memonitor tanda-tanda vital. Pada diagnosa ini rencana tidakan

telah di laksanakan.

2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

sehat. Penulis melakukan implementasi seperti menginformasikan

mengenai bagaimana membuat rumah agar rumah bersih,aman,


115

dan sehat. (melakukan Pendidikan kesehatan), memberikan

informasi kepada klien/keluarga untuk selalu membuka jendela

pada pagi hari agar udara dapat masuk, dan memonitor tanda-

tanda vital. Pada diagnosa ini rencana tidakan telah di laksanakan.

3. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit. Penulis melakukan implementasi seperti mengkaji ulang

riwayat kesehatan klien serta dokumentasikan bukti yang

menunjukkan adanya penyakit medis, mengidentifikasi risiko

biologis, lingkungan, dan perilaku hubungan timbal balik

(Melakukan pendidikan kesehatan), menginstruksikan faktor risiko

dan rencana untuk mengurangi faktor risiko (memberikan masker),

dan memonitor tanda-tanda vital. Pada diagnosa ini rencana

tidakan telah di laksanakan.

Pembahasan implementasi pada kasus 2 sebagai berikut :

1. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan dan persesi keluarga tentang penyakit/masalah.

Penulis melakukan implementasi seperti mengkaji pengetahuan

keluarga tentang masalah kesehatan keluarga nya, menjelaskan dan

mendiskusikan dengan keluarga tentang TBC (melakukan

pendidikan kesehatan), mengecek glukosa darah sewaktu, dan

memonitor tanda-tanda vital. Pada diagnosa ini rencana tidakan

telah di laksanakan.
116

2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan persesi

keluarga tentang penyakit/masalah. Penuis melakukan

implementasi seperti menggunakan pendekatan yang tenang dan

meyakinkan, memberikan informasi terkait diagnosa, perawatan,

dan prognosis, menginstruksikan klien untuk istirahat yang cukup,

mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, dan

persepsi, memonitor tanda-tanda vital, dan mengajarkan teknik

relaksasi (nafas dalam)

5. Evaluasi Keperawatan Keluarga

Setelah dilaksanakan implementasi keperawatan keluarga pada

tanggal 7 Mei-9 Mei 2018, tahap selanjutnya yaitu menentukan

evaluasi. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan,

yaitu upaya untuk menentukan apakah seluruh proses sudah berjalan

dengan baik dan apakah tindakan berhasil dengan baik.

Setelah di lakukan kunjungan rumah selama 3x, pada kasus 1 ada satu

diagnosa yang teratasi yaitu defisiensi pengetahuan berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan dan persesi keluarga tentang

penyakit/masalah. Lalu, dua diagnosa yang teratasi sebagian, yaitu

Ketidakmampuan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat

dan ketidakmampuan manajemen kesehatan keluarga berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit.
117

Pada kasus 1 yang teratasi yaitu pada diagnosa :

1. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan dan persesi keluarga tentang penyakit/masalah.

Standar dari perencanaan tercapai yaitu Tn Ms dapat memahami

tentang penyakitnya dan dapat mengetahui tentang

pencegahannya. Tn Ms dapat menjawab pertanyaan yang

diberikan, Tn Ms tidak tampak bingung setelah diberikan

penyuluhan.

Masalah yang teratasi sebagian :

1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan

Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

sehat. Standar dari peencanaan masalah teratasi sebagian yaitu

Keluarga mengerti tentang bagaimana cara agar rumah serta

lingkungan rumah terlihat bersih serta sehat. Tn Ms mengatakan

sudah memahami pentingnya membuka jendela pada pagi hari.

Jendela rumah Tn Ms terbuka, tetapi Pasien tidak memakai

masker, banyak anak-anak di lingkungan rumah Tn Ms,

lingkungan masih sedikit kotor

2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit. Standar dari perencanaan masalah teratasi sebagian yaitu

keluarga mengerti tentang penting nya meminum obat pencegahan

untuk anak serta menggunakan masker agar orang lain tidak


118

tertular. Tetapi, pada kasus 1 selama kunjungan rumah sebanyak

3x, Tn Ms tidak perrnah memakai masker walaupun sudah di

berikan masker serta di berikan penyuluhan. Tn Ms mulai belajar

untuk memberikan obat kepada anak nya untuk pencegahan agar

tidak tertular penyakit yang sama dengan Tn Ms.

Pada kasus 2 yang teratasi yaitu pada diagnosa :

1. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan dan persesi keluarga tentang penyakit/masalah.

Standar dari perencanaan tercapai yaitu Tn Mg dapat memahami

tentang penyakitnya dan dapat mengetahui tentang

pencegahannya. Tn Mg sangat antusias dan banyak bertanya saat

di berikan penyuluhan. Tn Mg tidak bingung saat penyuluhan di

berikan. Tn Mg menggunakan masker saat berinteraksi dengan

orang lain.

2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan persesi

keluarga tentang penyakit/masalah. Standar dari perencanaan

tercapai yaitu Tn Mg tidak cemas lagi dengan masalah

penyakitnya serta merasa tenang dan tidak stress. Pasien terlihat

senang dan sangat antusias. Pasien dapa mengekspresikan

perasaannya.

C. Keterbatasan

Keterbatasan yang dialami oleh penulis selama penelitian adalah pada

tahap pengkajian karena dihari pertama dan hari kedua penulis melakukan
119

asuhan keperawatan pada kasus 1 pasien kurang kooperatif dan kurang

terbuka. Sebisa mungkin penulis melakukan pendekatan yang optimal agar

pasien kasus 1 bisa terbuka saat penulis melakukan pengkajian kepada

pasien.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan study kasus selama 3 hari di wilayah

Puskesmas Pajangan khusus nya di dusun Gupak Warak RT 4 dan dusun

Manukan RT 3, Sendang Sari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta penulis

mendapatkan pengalaman nyata serta mampu melakukan asuhan keperawatan

dengan menggunakan metode pendekatan proses keperawatan pada pasien

dengan Tuberculosis Paru. Kesimpulan yang didapatkan oleh penulis sebagai

berikut :

1. Pengkajian

Dalam tahap pengkajian, penulis menggunakan metode

wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, dan studi dokumentasi

sehingga permasalahan dari pasien dapat teridentifikasi secara

menyeluruh. Pada kasus 1 dan 2 tidak ditemukan keluhan batuk, secret

yang keluar maupun sesak nafas. Kasus 1 dan kasus 2 pun tidak lagi

mengalami penurunan berat badan, tidak susah makan, dan mual

muntah. Hal itu karena pada kedua kasus dalam tahap pengobatan.

Kasus 1 dalam tahap pengobatan 5 bulan dan kasus 2 dalam tahap

pengobatan 3 bulan.

120
121

Perbedaan antara kasus 1 dan kasus 2 muncul pada tahap fungsi

perawatan keluarga, dan peran keluarga dimana pada fungsi perawatan

tersebut merupakan etiologi dari diagnosa yang ditegakkan. Perbedaan

antara kasus 1 dan kasus 2 sesuai dengan teori yang ada.

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan keluarga ditegakkan karena sesuai dengan

kondisi pasien maupun keluarga. Pada kasus 1 diagnosa yang muncul

yaitu Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan dan persesi keluarga tentang penyakit/masalah,

Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan

Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat,

dan Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit. Sedangkan untuk kasus 2 yaitu Defisiensi pengetahuan

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan persesi keluarga

tentang penyakit/masalah dan ansietas berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan dan persesi keluarga tentang penyakit/masalah. Diagnosa

kasus 1 dan 2 berbeda karena kasus 1 pasien sedikit tertutup dan

kurang disiplin. Sedangkan untuk kasus 2 pasien lebuh terbuka dan

disiplin untuk selalu minum obat seta selalu menggunakan alat

pelindung diri.

Pada kasus 1 dan 2 tidak ditemukan diagnosa ketidakefektifan

bersihan jalan nafas maupun ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari


122

kebutuhan tubuh, karena kada kasus 1 dan 2 sudah menjalani

pengobatan. Pada kasus 1 dalam tahap pengobatan 5 bulan dan kasus 2

dalam tahap pengobatan 3 bulan.

3. Rencana Keperawatan Keluarga

Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai

serta rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan

pada perencanaan keperawatan keluarga ini terdiri dari tujuan jangka

panjang dan tujuan jangka pendek. Penetapan tujuan jangka panjang

mengacu pada bagaimana cara mengatasi masalah yang ada di

keluarga, sedangkan penetapan tujuan jangka pendek pada etiologi. Di

dalam perencanaan juga terdapat standar, standar tersebut merupakan

alat ukur untuk menetapkan apakah evaluasi dapat tercapai atau tidak.

Kemudian untuk rencana intervensi mengacu pada Nursing

interventions classification (NIC). Perencanaan tindakan keperawatan

didasarkan pada data yang muncul baik data subyektif maupun data

obyektif. Hal ini berbeda dengan teori menurut Soemantri (2008) yang

mencantumkan Tujuan berdasarkan NOC (Nursing Outcom

Clasification).

4. Implementasi Keperawatan Keluarga

Pelaksanaan keperawatan keluarga dilaksanakan sesuai dengan

rencana intervensi yang telah dibuat di dalam perencanaan

keperawatan keluarga. Pelaksanaan keperawatan dapat berhasil ketika

adanya kerjasama antara penulis, pasien dan keluarga.


123

5. Evaluasi Keperawatan Keluarga

Evaluasi di bedakan menjadi dua, yaitu kriteria dan standar. Kriteria

adalah gambaran tentang faktor tidak tetap yang dapat memberi

petunjuk bahwa tujuan telah tercapai. Ketika evaluasi digunakan pada

kriteria, kriteria itu akan menjadi standar. Pada tahap evaluasi ini,

penulis menggunakan evaluasi standar, dimana standar merupaka alat

ukur ukur mengetahui apakah perencanaan berhasil atau tidak.

Dari hasil evaluasi akhir pada studi kasus ini, terdapat 2 masalah yang

teratasi sebagian yaitu pada diagnosa ketidakefektifan pemeliharaan

kesehatan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memelihara

lingkungan rumah yang sehat, dan ketidakefektifan manajemen

kesehatan keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit, dan 1 masalah yang teratasi

yaitu pada diagnosa Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan dan persesi keluarga tentang

penyakit/masalah. Sedangkan pada kasus 2 masalah teratasi semua

yaitu pada diagnosa Defisiensi pengetahuan berhubungan kurangnya

pengetahuan dan persesi keluarga tentang penyakit/masalah dan

ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan persesi

keluarga tentang penyakit/masalah


124

B. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan diatas, penulis menyampaikan saran kepada :

1. Untuk Pasien

Jangan malu untuk berobat dan mencegah agar orang sekitar tidak tertular

dengan penyakit tuberculosis paru, dan selalu ingatkan kepada orang-

orang agar selalu menutup mulut saat bersin maupun batuk.

2. Untuk Wilayah Puskesmas Pajangan

Untuk masyarakat sebaiknya jangan malu untuk memeriksakan kesehatan

sendiri khususnya Tuberculosis Paru agar bisa mengurangi banyak nya

penderita tuberculosis paru serta mencegah menyebarnya bakteri

Mycobacterium tuberculosis. Untuk Puskesmas Pajangan, lanjutkanlah

memberikan asuhan keperawatan untuk membantu proses penyembuhan

pasien serta tingkatkan sealu pelayanan kesehatan nya.

3. Untuk Institusi

Studi kasus ini dapat menambah kepustakaan dan sebagai bahan studi

kasus pada penderita tuberculosis paru dan juga bagi mahasiswa Akademi

Kesehatan Karya Husada Yogyakarta


125

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Henny. 2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga.


Jakarta: Sagung Seto

Angka Kejadian Tuberkulosis di Indonesia. Kementrian Kesehatan RI.


2017. www.depkes.go.id, diunduh pada tanggal 5 maret 2018 jam
20.15 WIB

Ali, Zaidin. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah. Yogayakarta: Diva Press

BAB 1 Final.pdf. Scholar.Unand.ac.id diunduh tanggal 15 maret jam 21.00


WIB

Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2016. www.depkes.go.id,


di unduh pada tanggal 5 maret 2018 jam 20.00 WIB

Data Puskesmas Pajangan 2017 didapat pada tanggal 28 Februari 2018

Hasil Monitoring dan Evaluasi 2017 Kabupaten Bantul didapat pada


tanggal 28 Februari 2018

Hudoyo, Ahmad. 2008. Tuberculosis Mudah Diobati. Jakata : Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia

http://puskesmas.bantulkab.go.id/pajangan.

Hutahaen, Serri. 2010. Konsep dan dokumentasi proses keperawatan.


Jakarta: Trans Info Medika

Kementrian RI 2016. www.depkes.go.id, diunduh pada tanggal 6 maret


2018 pukul 08.00 WIB

Kemenkes RI, 2016 dalam PMK No 67 diunduh pada tanggal 6 maret 2018
jam 09.00 WIB

Kemenkes RI 2016. Promkes.depkes.go.id, diunduh pada tanggal 23 maret


2018 pukul 10.00 WIB

Laban, Yoannes. 2008. TBC penyakit dan cara pencegahannya.


Yogyakarta : Kanisius (Anggota IKAPI)
126

Notoatmodjo. 2010. Metode Penelitian Keperawatan. Jakarta : Rineka


Cipta

Nursalam.2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika

Penatalaksanaan tuberculosis paru. Scholar.unand.ac.id, diunduh pada


tanggal 15 maret 2018 jam 21.00 WIB

Soemantri.2008. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Penerbit buku kedokteran:


ECG

Sudiharto. 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan


Keperawatan Transkultural. Jakarta: Penerbit buku kedokteran ECG

WHO. 2016. .Tuberculosis Dunia. www. Scholar.unand.ac.id


Diunduh pada tanggal 6 maret 2018 jam 19.30 WIB
LEMBAR UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN (PSP)

1. Kami adalah peneliti berasal dari dari institusi Akademi Kesehatan Karya

Husada Yogyakarta program studi D III Keperawatan. Dengan ini

meminta anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang

berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga pada Paisen Tn Ms dan Tn Mg

di Wilayah Puskesmas Pajangan Bantul, Yogyakarta”

2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah menggambarkan pelaksanaan

Asuhan Keperawatan Keluarga pada pasien tuberculosis paru (TB Paru) di

wilayah Puskesmas Pajangan, Bantul, Yogyakarta yang dapat memberi

manfaat berupa bagi masyarakat yaitu menumbuhkan kesadaran

masyarakat akan pentingnya pemeriksaan TB di pelayanan kesehatan, bagi

pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan yaitu informasi untuk

menambah pengetahuan, keterampilan, serta meningkatkan pelayanan

keperawatan, dan bagi penulis yaitu memperoleh pengalaman dalam

mengaplikasikan hasil studi kasus tentang pelaksanaan Asuhan

Keperawatan Keluarga dengan tuberculosis paru (TB Paru) penelitian ini

akan berlangsung selama 6 hari dari tanggal 7-12 Mei 2018.

3. Prosedure pengambilan bahan data dengan cara anamnesa atau wawancara

terpimpin dengan panduan, dan pemeriksaan fisik sesuai data yang

diperlukan Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda

tidak perlu khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan

pengembangan asuhan keperawatan.


4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada penelitian

ini adalah turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan keperawatan

atau tindakan yang diberikan.

5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan

akan tetap dirahasiakan.

6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini,

silahkan menghubungi peneliti pada nomor Hp: 0856406xxxxx.

Peneliti

Eka Nurhidayah
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TUBERCULOSIS PARU

Pokok bahasan : Tuberculosis Paru


Sub pokok bahasan : Tuberculosis Paru dan Pencegahannya
Sasaran : Keluarga Tn Ms dan Tn Mg
Tempat : Rumah Keluarga Tn Ms dan Tn Mg
Hari/Tanggal : Selasa, 8 Mei 2018
Waktu : 1x15 menit
Jam : 11.00 WIB
Penyuluh : Eka Nurhidayah

A. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penjelasan tentang Tubercilosis Paru
dan pencegahannya selama 15 menit diharapkan keluarga Tn Ms
dan Tn Mg mampu memahami tentang tuberculosis paru dan
pencegahannya.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit, diharapkan sasaran
mampu :
1) Menyebutkan pengetian tuberculosis paru
2) Menyebutkan penyebab dari tuberculosis paru
3) Menyebutkan tanda dan gejala tuberculosis paru
4) Menyebutkan komplikasi penyakit tuberculosis paru
5) Menyebutkan pencegahan penularan Tuberculosis Paru
6) Menyebutkan makanan yang harus dikonsumsi dan makanan
yang harus dihindari
7) Menyebutkan faktor risiko penyakit tuberculosis paru
B. GARIS BESAR MATERI
1. Pengetian tuberculosis paru
2. Penyebab dari tuberculosis paru
3. Tanda dan gejala tuberculosis paru
4. Komplikasi penyakit tuberculosis paru
5. Pencegahan penularan tuberculosis paru
6. Makanan yang harus di konsumsi dan makanan yang harus
dihindari
7. Faktor risiko penyakit tuberculosis paru

C. STRATEGI PENYULUHAN
TAHAP KEGIATAN
NO KEGIATAN WAKTU PENYULUH SASARAN
1 PEMBUKAAN 2 MENIT 1. Menyampaikan 1. Menjawab
salam salam
2. Pengenalan diri 2. Memperhatikan
3. Menjelaskan topic
3. Memperhatikan
penyuluhan
4. Menjelaskan tujuan
4. Memperhatikan
5. Kontrak waktu
5. Memperhatikan
2 INTI 10 MENIT 1. Pengetian Memperhatikan dan
tuberculosis paru mencermati penjelasan
2. Penyebab dari materi yang
tuberculosis paru disampaikan
3. Tanda dan gejala
tuberculosis paru
4. Komplikasi penyakit
tuberculosis paru
5. Pencegahan
penularan
tuberculosis paru
6. Makanan yang harus
di konsumsi dan
makanan yang harus
dihindari
7. Faktor risiko
penyakit
tuberculosis paru
3 PENUTUP 3 MENIT 1. Melakukan evaluasi 1. Menanggapi
(proses dan hasil) 2. Memperhatikan
2. Menyimpulkan hasil
penyuluhan 3. Menjawab
3. Mengakhiri dengan salam
salam

D. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Penyebaran leaflet

E. MEDIA
Leatfet

F. EVALUASI
a. Evaluasi Proses
a. Pasien dan keluarganya berperan aktif dalam penyuluhan
b. Penyuluhan berjalan lancar & sesuai rencana
b. Evaluasi Hasil
a. Pertanyaan yang dilakukan setelah penyuluhan, dapat dengan
cara memberikan pertanyaan yang berupa mengulang
pertanyaan lisan kepada pasien.
b. Pasien dapat menjelaskan apa saja yang disampaikan oleh
penyuluh.

G. REFERENSI
Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah. Yogayakarta: Diva
Press

BAB 1 Final.pdf. Scholar.Unand.ac.id diunduh tanggal 15 maret


jam 21.00 WIB

Kemenkes RI, 2016 dalam PMK No 67 diunduh pada tanggal 6


maret 2018 jam 09.00 WIB

1. Laban, Yoannes. 2008. TBC penyakit dan cara


pencegahannya. Yogyakarta : Kanisius (Anggota IKAPI)

H. LAMPIRAN

MATERI
1. Pengertian Tuberculosis Paru
Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan bakteri mycobacterium tuberculosis yang dapat
menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. Penyakit
tuberculosis (TBC) sudah dikenal sejak dahulu. Tuberculosis
adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
kuman/bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat menular
melalui percikan dahak.
2. Penyebab Tuberculosis Paru
Pemeriksaan dahak BTA dilakukan pada pasien TBC
biasanya 2x berrturu-turut . Bila hasil pemeriksaan dahak 1x
positif, maka orang tersebut positif TBC. Sumber penularan nya
dalah penderita TB paru BTA+ yang dapat menularkan ke orang
sekitar terutama orang yang sering berkontak erat dengan
penderita. TB dengan BTA– juga masih memiliki kemungkinan
menularkan penyakit TB meskipun dengan penularan yang rendah.
3. Tanda dan Gejala Tuberculosis Paru
a. Batuk-batuk lebih dari 2 minggu
b. Batuk mengeluarkan dahak bercampur dengan darah
c. Demam (terutama pada sore hari)
d. Nafsu makan berkurang
e. Berat badan menurun
f. Berkeringat pada malam hari
g. Badan terasa lemah dan terasa lelah
h. Sesak nafas (bila penyakit sudah lanjut)
i. Sakit dada / nyeri dada
4. Komplikasi Penyakit Tuberculosis Paru
a. Komplikasi dini
1) Pleuritis
2) Efusi pleura
3) Empyema
4) Laryngitis
5) TB usus
6) Kerusakan hepar dan ginjal
7) Resisten Obat
b. Komplikasi lanjut
1) Obstruksi jalan nafas
2) Kor pulmonale
3) Amyloidosis
4) Karsinoma paru
5) Sindrom gagal napas
5. Pencegahan Penularan Tuberculosis
a. Jangan meludah sembarangan
b. Gunakan masker baik bagi penderita, lalu jangan membuang
masker tersebut sembarangan
c. Minum obat pencegah dan hidup secara sehat
d. Rumah harus memiliki ventilasi udara yang baik, sehingga sinar
matahari bias masuk kedal
e. Menutup mulut dengan sapu tangan bila batuk
f. Mengurangi aktifitas kerja dan menenangkan pikiran
g. Berikan obat isoniazid untuk anak-anak di bawah 5 tahun.
6. Makanan Yang Harus di Konsumsi dan Makanan Yang Harus
di Hindari
a. Makanan yang harus di konsumsi
1) Makanan yang kaya protein seperti kacang-kacangan dan
biji-bijian
2) Susu dan produk susu harus di konsumsi setidaknya 3x
sehari
3) Makanlah berbagai buah dan sayur segar
4) Makanan harus sederhana, dipersiapkan dengan baik dan
mudah dicerna.
b. Makanan yang harus dihindari
1) gula halus dan gula olahan, contohnya seperti roti putih,
gula putih, sereal, dan makanna manis seperti pudding dan
kue
2) Saus yang mengandung natrium dan gula
3) Teh kental dan kopi yang mengandung banyak kafein
4) Acar yang banyak mengandung natrium
5) Dilarang keras mengkonsumsi alcohol selama pengobatan
6) Dilarang merokok.
7. Faktor Risiko
a. orang yang tinggal didalam pemukiman padat penduduk serta
lingkungan yang kurang bersih atau kumuh
b. Para petugas medis yang sering berinteraksi dengan para
penderita TBC
c. Orang yang memiliki system kekebalan tubuh yang rendah.,
seperti HIV, diabetes, akibat kekurangan gizi serta mereka yang
menderita penyakit gagal ginjal.
d. Anak-anak, karena imun mereka belum stabil
e. Orang-orang yang menggunakan obat-obatan atau alcohol

Yogyakarta, 8 Mei 2018

Penyuluh

Anda mungkin juga menyukai