PAS FOTO
4X6
NIM : 1702012
AGAMA : ISLAM
LAHAN PRAKTEK :-
PELAKSANAAN :
MUHAMMADIYAH KLATEN
3. Menerapkan prinsip-prinsip 30
perawatan gerontik
4. Pendokumentasian tindakan 20
1. Inisiatif teruji 40
2. Ketelitian pengelolaan 30
JUMLAH SKORE
Keterangan :
Nilai =TOTAL :
24
Klaten,………….
Pembimbing
FORMAT PENILAIAN
UJIAN
3. Menerapkan prinsip-prinsip 30
perawatan gerontik
4. Pendokumentasian tindakan 20
1. Inisiatif teruji 40
2. Ketelitian pengelolaan 30
JUMLAH SKORE
Keterangan :
Nilai =TOTAL :
24
Klaten,………….
Pembimbing
NIM : 1702019
Lahan Praktek :-
1 2 3 4
1. Interpersonal
2. Kemampuan mengumpulkan 5
data/pengkajian
3. Kemampuan terhadap analisis 5
masalah
4. Kemampuan tentang asuhan 10
keperawatan
5. Menggunakan dasar teori 5
3. Skill
Pembimbing
( )
NIM : 1702019
4. Ujian 20%
5. Sikap 20%
100%
TOTAL
Pembimbing
( )
DENGAN HIPERTENSI
A. Pengertian
Hipertensi atau dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu
keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diatas ambang batas noral yaitu
120/80 mm Hg. Menurut WHO (Would Health Organization) batas tekanan darah
yang dianggap normal adalah kurang adri 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah
lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (Almina dkk, 2018).
Hasil penelitian dari Kurniawan Ihsan, dan Sulaiman (2019) tekanan darah
tinggi atau hipertensi adalaj suatu peningkatan tekanan darah diadalam arteri. Secara
umum, hipertensi merupakan suatau keadaan tanapa gejala, diamana tekanan yang
abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan menikatnya resiko terhadap penyakit
penyerta lainnya.
Librianti (2016) hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang
berupa gangguan pada sistem sirkulasi. Seseorang dikatakan hipertensi apabila
keadaan tekanan darah mengalami peningkatan diatas normal yaitu lebih dari 140
mmHg untuk tekanan drah sistoloik dan lebih dari 90 mmHg untuk tekanan diastolik
secara teru menerus.
B. Etiologi
Aspiani (2016) menjelaskan pada umumnya hipertensi tidak mempunyai
penyebab spesifik. Hipertensi terjadi sebagi respons peningkatan curah jantung atau
meningkatnya tekanan perifer akan tetapi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi :
1. Genetik : respons neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau
transpor natrium.
2. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
3. Stres karena lingkungan.
4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Librianti (2016) menjelaskan penyebab dari hipertensi adalah :
1. Hipertensi esensial
Samapi saat ini belum dapat diketahui penyebabnya. Kurang lebih 90%
penderita hipertensi tergolong penderita hipertensi esensial.
2. Hipertensi primer
Melipiti genetik, ras, stresss, alcohol, merokok, lingkungan, demografi, dan
gaya hidup.
Hasil penelitian dari Jannah, Nurhasannah, Azmi, Sartika (2017) faktor resiko
hipertensi adalah sebagi berikut :
1. Jenis kelamin
Perempuan lebih beresiko mengalami hipertensi dibanding laki-laki, hal ini
dikarenakan perempuan seringkali mengadopsi perilaku tidak sehat seperti
pola makan yang tidak seimbang sehingga menyebabkan kelebihan berat
badan dan depresi.
2. Umur
Bertambahnya umur, maka darah juga akan meningkat. Setelah umur 40
tahun, dinding arteri kaan mengalami penebalan oleh karena adany
peumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan
berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku.
3. Stress
Akan meningkatkan tekanan darah sewaktu. Hormone adrenalin akan
meningkat sewaktu stress dan akan mengakibatkan jantung mmompa darah
lebih cepat sehingga tekanan darah pun meningkat.
4. Merokok
Merokok dapat mencederai dinding pembuluh adarh dan memepercepat
pembentukkan aterosklerosis (pergerasan pembuluh darah), membuat jntung
bekerja lebih keras karena menyempitkan pembuluh darah untuk sementara
dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekana darah.
C. Manifestasi klinis
Aspiani (2015) pasien yang menderita hipertensi tidak menampkakkan gejala
hingga bertahun-tahun. Gejala jika ada menunjukkan kerusakkan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang di vaskulrisasi oleh pembuluh darah
yang bersangkutan.
Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama pada
setiap orang, bahkan kadang timbul tanpa gejala. Secara umum, gejala yang
dikeluhkan penderita hipertensi sebagai berikut:
1) Sakit kepala
2) Rasa pegal dan tidak nyaman ditengkuk
3) Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
4) Berdebar dan detak jantung terasa cepat
5) Telinga berdenging
Padila (2013) menjelasakan bahawa tanda dan gejala hipertensi ebedakan menjadi :
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
2) Gejala tak lazim
Meliputi kepala dan kelelahan.
D. Patofisiologi
Patofisiologi darai hipertensi adalah mekanisme yang mengontrol konstriksi
dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla otak. Dari
pusat vasomotor iani bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di thorak dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang
bergerak ke bawah melalui sistem saraf ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin yang merangsang seraput saraf pasaca ganglion
ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya neorepineprine mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriksi
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epifrin
yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokontriiksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin 1 yang kemudian
diubah menjadi angiotensin 2, suatu vasokontriksi kuat yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intrasvaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontologi, perubahan strutural dan fungsional pada
sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekana darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
alastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah
yang apada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dan
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.
E. Pemeriksaan diagnostik
Padila (2013) menjelaskan pemeriksaan penunjang untuk pasien hipertensi :
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan laboratorium untuk menetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung
3. EKG untuk ngetahui hipertrofi ventrikel kiri
4. Urinalisa untuk mnegtahui proses dalam urin, darah, dan glukosa.
5. Pemeriksaan: fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar uirne.
6. Foto dadan dan rontgen
Aspiani (2015) menjelaskan bahwa pemeiksaan penunjang hipertensi antara lain:
1. Laboratorium
a. Albuminemia pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
b. Kretinin serum dan BUN meningkat pada penderita hipertensi karena
parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut
c. Darah perifer lengkap
d. Kimia darah
2. EKG
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Iskemia dan infark miokard
c. Peninggian gelombang P
d. Gangguan konduksi
3. Foto rontgen
a. Bentuk dan besar jantung noothing dari iga pada koarktasi aorta
b. Pembendungan, lebarnya paru
c. Hipertrofi perenkim ginjal
d. Hipertrofi vaskuler ginjal
F. Pengkajian keperawatan
1. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko, antara laian: kegemukan, riwayat
keluarga positif, pengingkatan kada lipid serum, merokok sigaret berat,
penyakit ginjal, gagal ginjal, kehamilan.
2. Aktivitas atau istirahat, gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
monoton. Tanda: frekuensi jatung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
3. Sirkulasi, gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi. Tanda : kenaikan
TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardi, murmur
stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin
(vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat /tertunda.
4. Integritas ego, gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress
multiple (hubungan keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan). Tanda:
letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian, tagisan
meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
5. Eliminasi, gejala : gangguan ginjal saat ini tau (seperti obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal pada masa yang lalu).
6. Makanan atau cairan, gejala: makanan yang disukai yang mencakup makanan
tinggi garam, lemak serta kolestrol, mual, muntah dan perubahan BB akhir-
akhir ini (meningkat atau menuru) dan riwayat penggunaan diuretik. Tanda :
berat badan normal atau obesitas adanya edema, glikosuria.
7. Neurosensosri, gejala: keluhan pening /pusimg, berdenyut, sakit kepala, sub
oksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah
beberapa jam) gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epitakis).
Tanda: status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek ,
proses pikir, penurunan kekuatan genggaman tangan.
8. Nyeri atau ketidaknyamanan, gejala: angina (penyakit arteri koroner/
keterlibatan jantung), sakit kepala.
9. Pernafasan, gejala : dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja takipnea,
ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat
merokok. Tanda : stress.
H. Diagnosa keperawatan
1. gangguan pola tidur b.d pola tidur tidak menyehatkan.
2. Ketidakefektifan manajemem kesehatan b.d kurang pengetahuan.
3. Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, ketidakseimbangan antara supali
dan kebutuhan O2
G. Intervensi keperawatan
I. Evaluasi
Tahapan evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan dapat
dicapai, sehingga dalam mengevaluasi efektifitas tindakkan keperawatan perawat
perlu mengetahui kriteria keberhasilan dimana kriteria ini harus dapat diukur dan
diamati agar kemajuan perkembangan keperawatan kesehatan klien dapat diketahui
dalam evaluasi dapat dikemukakan 4 kemungkinan yang menentuan keperawatan
selanjutnya yaitu :
1. Masalah klien dapat dipecahkan.
2. Sebaguan masalah klien dapat dipecahkan.
3. Maslaah klien tidak dapat dipecahkan.
4. Dapat muncul masalah baru.
DAFTAR PUSTAKA
Almina Rospitaria Tarigan, Zulhaida Lubis, Syarifah. 2018. Pengaruh pengetahuan, sikap
dan dukungan keluarga thd diit hipertensi. Jurnal kesehatan vol 11 no 1 tahun 2018
hal 10
Aspiani, Reny Yuli. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Krdiovaskuler.
Jakarta : EGC
Librianti Putriastuti. 2016. Analisis hubungan antara kebiasaan olaharaga dengan kejadian
hipertensi. Jurnal berkala epidemiologi vol 4 no 2 Mei 2016 hal 225-236
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
WHO (Would Health Organization) (2017)
EKA DESTYANI
1702012
2020
A. PENGAKAJIAN
1. Identitas
a. Nama : Ny.S
b. Tempat/tgl lahir : Klaten, 05 Mei 1954 (66 th)
c. Jenis kelamin : perempuan
d. Status perkawinan : janda (meninggal)
e. Agama : islam
f. Suku : jawa
2. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
a. Pekerjaan saat ini : tidak bekerja
b. Pekerjaan sebelumnya : pentani
c. Sumber pendapatan : dari anaknya
d. Kecukupan pendapatan : cukup
3. Lingkungan tempat tinggal
a. Kondisi rumah : rumah bersih, lumayan rapi, lantai tidak licin.
b. Pencahayaan rumah : pencahayaan baik dan cukup terdapat genting
kaca untuk pencahayaan pada siang hari dan terdapat lampu disetiap
ruangan.
c. Ventilasi : cukup dan baik, ada jendela yang selalu dibuka dari pagi
sampai sore.
d. Kamar mandi : terdapat kloset di kamar mandi yang selalu dibersihkan,
bak mandi dibersihkan seminggu 1kali, penerangan cukup dikamar
mandi, lantai tidak licin.
e. Pembuangan air kotor : saluran buangan terdpat saptitank dan got.
f. Sumber air minum : air bersih untuk makan dan minum berasala dari
air susmur yang terdapat dibelakang rumah yang dimasak terlebih
dahuu jika akan digunkan untuk makan dan minum.
g. Pembuangan sampah : terdapat tempat samapah didalam rumah da
diluar rumah, tidak ada sampah berserakan, dan sampah-sampah
tersebut selalu diambil oleh petugas setempat.
4. Riwayat kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir
2) Gejala yang dirasakan
3) Faktor pencetus
4) Timbulnya keluhan : mendadak atau bertahap
5) Upaya mengatasi
6) Pergi ke RS/Klinik pengobatan/dokter praktik/bidan/perawat?
7) Mengkonsumsi obat-obatan sendiri? Obat tradisional?
b. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Penyakit yang pernah diderita
2) Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, debu dll)
3) Riwayat kecelakaan
4) Riwayat pernah dirawat di RS
5) Riwayat pemakaian obat
5. Pola fungsional
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
Pasien menyadari jika dirinya mendrita hipertensi tetapi pengetahuan
pasien tentang penyakit tersebut kurang, hal tersenut didudukung
dengan pernyataan pasien bahwa pasien tidak mnegetahii batas normal
tekanan darahnya, makan yang tidak boleh dikonsumsi oleh penderita
hipertensi dan selama menderita hipertensi pasien tidak pernah berobat
atau periksa secara rutin puskesmas.
b. Nutrisi metabolik
Pasien makan 2-3kali seharai dengan waktu menurut seera pasin.
Kopisis makanan yang dikonsumsinya: nasi, lauk, dan sayur. Pasien
tidak tahu makanan patangan bagi penderita hipertensi, pasien hanya
mengurangi pemggunaan garam dalam makananya. Pasien habis satu
piring makan (porsi sedanga) pasien minum 5-7 gelas perhari air putih.
c. Eliminasi
Pasien BAB 1 kali seharai dan BAK 5-6 kali sehari, pada malam hari
pasien sering terbangaung untuk BAK. Pasien tidak menggunakan
obata pencehar.
d. Aktifitas pola latihan
Pasien tidak pernah melakukan olahraga, pasien tidak mnegalami
keterbatasan dalam beraktifitas pasien biasa menegerjakaj perkerjaan
rumah tangga dan terkadang pasien berkujung kerumah saudara atau
rumah tetangganya yang rumahnya tidak jauh dri rumah pasien.
e. Pola istirahat tidur
Pasien tidak pernah tidur siang walaupun hnya sebentar, pasien tidur 5-
6 jam pada malam hari dan terkadang sering terbangun.
f. Pola kognitif
Pasien mengalami gangguan sensori penglihatan yaitu pandangannya
kabur, sedangkan pendengaran, penghidu, peraba, pengecap tidak
mengalami gangguan. Pasien mengatakan kepala terkadang merasa
pusing (nyeri sedang skala nyeri 4).
Pasien tidak mengalami gangguan proses pikir, hal ini ditunjukkan
dengan kemampuan pasiendalam menjawab/merespon semua
pertanyaan mahasiswa, pasien mengatakan pengetahuannya kurang
karena pasien tidak sekolah, hal ini ditunjukan dengan kurangnya
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi (batas normal teknan
darah, makanan yang tidak boleh dikonsumsi oleh penderita hipertensi,
atau pentingnya kontrol) pasien mengatakan yang paling berperan
dalam keptusan dalam keluarga adalah anaknya karena ankanya dalah
kepala keluarga.
g. Persepsi diri-pola konsep diri
1) Gambaran diri
Pasien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang paling disukai
dan bagian tubuh yang tidak disukai pasien mengatakan biasa-
biasa saja.
2) Identitas diri
Status klien dalam rumah tangga sebagai nenek dari cucu-
cucunya dan bertujuan hidup bahagia dengan anak dan cucu-
cucunya.
3) Peran
Pasien merasa sedih karena belum lama ditinggal suaminya.
4) Ideal diri
Pasien berharapdapat sembuh dari sakitnya dan dapat
membentu pekerjaan rumah tangga, pasien berharap keluarga
dapat menerima keadaanya (kondisinya) saat ini.
h. Pola peran hubungan
Meskipun selama sakit peran pasien sebagai nenek/anggota keluarga
tidak ada masalah karena keluarganya dapat memahami kondisinya.
i. Sexualitas
Pasien mempunyai 4 anak, 2 orang perempuan dan 2 orang laki-laki,
semuanya sudah berkeluarga dan pasin tinggal bersama anak laki-
lakinya yang terakhir dan passien sudah manupause dan suaminya
sudah meninggal dunia.
j. Koping-pola toleransi stress
Jika pasien punya masalah, pasien seslalu membicarakan masalahnya
dengan anak dan mantunya. Karena anaknya orang paling dekat
dengan pasien. Psien menunjukkan keadaan emosi yang stabil.
k. Nilai-pola keyakinan
Pasien beragama islam, pasien selalu menjalankan ibadahnya dengan
baik, pasien yakin kalau penyakit yang dideritanya saat ini adalah
cobaan dari Allah SWT dan pasien yakin bahwa penyakitnya dapat
sembuh.
l. Pemenuhan kebutuhan personal Hygiene
Pasien mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, keramas 2 kali
seminggu, dan selalu ganti pakaian setiap hari dalam pemenuhan
kebutuhan personal hygiene dapat melakukan sendiri.
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : baik, kesadaran komposmentis
b. TTV :
TD : 140/90 mmHg
N : 88x/mnt
R : 20x/mnt
S : 36,5°C
c. BB/TB :
BB : 70 kg
TB : 153 cm
d. Kepala
1) Rambut : rambut warna hitam campur putih 9ubanan,
bersih tidak berketombe dan tak rontok),kepala bentuk
mesosepal tak ada pembesaran, kepala sering dipegangi
(menahan nyeri).
2) Mata : padangan kabur, tidak jelas melihat benda yang
jaraknya dekat dan jarak jauh, konjungtiva tak anemis.
3) Telinga : tidak ada masalah dengan pendengaran.
4) Hidung : lubang hidung bersih, tidak ada skret, tidak ada
epitaksis.
5) Mulut : bibir merah muda, sedikit kering, mukosa
mulut merah muda, gigi bersih, lidak tidak kotor.
6) Leher : kaku leher, tidak ada pemebesaran kelenjara
tiroid.
e. Dada
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada bekas luka
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran ictus
cordis
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : bunyi jantung normal.
f. Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada bekas luka
Palpasi : tidak ada distensi abdomen
Perkusi : bunyi timpani
Auskultasi : bising usus 8x/menit
g. Kulit
Turgor baik, tidak ada lesi, tidak ada edema, akaral hangat.
h. Ekatermitas atas
Normal, lengkap, tidak terjadi sianosisi mauapun edema, tidak ada lesi.
i. Ekstermitas bawah
Normal, lengkap, tidak terjadi sianosis, tidak terjadi edema.
7. Pengkajian khusus
a. Fungsi kognitif SPMSQ :0
b. Status fungsional (Katz Indeks ) :A
c. MMSE : 23
d. APGAR keluarga :7
e. Skala Depresi :7
f. Screening Fall :
g. Skala Norton :-
JUMLAH 0
Analisis Hasil
Skore salah : 0-2 : fungsi intelektual utuh
Skore salah 3-4 : kerusakan intelektual ringan
Skore salah : 5-7 : kerusakan intelektual sedang
Skore salah : 8-10 : kerusakkan intelektual ringan
(1) (0)
1 ORIENTASI
2 REGISTRASI
11. lemari
12. sapu
13. keranjang
14. K
15. A
16. P
17. A
18. B
4 MENGINGAT
19. lemari
20. sapu
21. keranjang
5 BAHASA
a. Penamaan
23. Pensil
b. Pengulangan
JUMLAH 23
Analisis hasil :
N PERTANYAAN TIDA YA
O K
NO LANGKAH
INTERPRETASI :
NO LANGKAH
INTERPRETASI :
• < 10 DETIK : MOBILITAS BEBAS
• < 20 DETIK : RISIKO RINGAN UNTUK JATUH
• 20 – 29 DETIK : RISIKO SEDANG UNTUK JATUH
• > 30 DETIK : RISIKO TINGGI UNTUK JATUH/GANGGUAN
MOBILITAS
1. Riwayat Jatuh : Apakah lansia pernah jatuh dalam 3 bulan terakhir? Tidak : 0 0
Ya : 25
Kruk/tongkat/walker 15
Ya : 20
6. Status Mental : 0
TOTAL SKALA
1 Mandi
Mandiri :
Tergantung :
2 Berpakaian
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian,
melepaskan pakaian, mengancingi/mengikat pakaian.
Tergantung :
3 Ke Kamar Kecil
Mandiri :
Tergantung :
4 Berpindah
Mandiri :
Bergantung :
5 Kontinen
Mandiri :
Tergantung :
6 Makan
Mandiri :
Bergantung :
Keterangan :
Analisis Hasil :
Nilai B :Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi
tambahan
Nilai E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan
satu fungsi tambahan.
Nilai F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
berpindah dan satu fungsi tambahan
APGAR KELUARGA
1 A : Adaptasi
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga ( teman-teman ) saya untuk
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 P : Partnership
Saya puas dengan cara keluarga ( teman-
teman ) saya membicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapkan masalah
saya.
3 G : Growth
Saya puas bahwa keluarga ( teman-
teman ) saya menerima & mendukung
keinginan saya untuk melakukan aktifitas
atau arah baru.
4 A : Afek
Saya puas dengan cara keluarga ( teman-
teman ) saya mengekspresikan afek dan
berespon terhadap emosi-emosi saya,
seperti marah, sedih atau mencintai.
5 R : Resolve
Saya puas dengan cara teman-teman saya
dan saya menyediakan waktu bersama-
sama mengekspresikan afek dan berespon
JUMLAH 7
Penilaian :
Nilai : 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi
Nilai : 4-6 : Disfungsi keluarga sedang
B. ANALISA DATA
C. Prioritas Masalah
Manajemen kesehatan tidak efektif b.d ketidakmampuan merawat diri.
D. INTERVENSI
E. IMPLEMENTASI
Dokumentasi
SATUAN ACARA PENYULUHAN NUTRISI SEIMBANG
BAGI LANSIA
MATERI
A. Definisi
Nutrisi adalah hasil akhir dari interkasi antara organisme dan makanan yang
dikonsumsinya. Dengan kata lain nutrisi adalah apa yang dimakan sesorang
bagaimana tubuh menggunakannya. Nutrient adalah zat organikm zat nonorganik, dan
zat yang memproduksi energy yang ditemukan dalam makanan dan dibuthkan untuk
fungsi tubuh. Manusia memerlukan nutrient yang penting dalam makananuntuk
pertumbuhan dan mempertahankan semua jaringan tubuh serta fungsi normal dari
seluruh proses tubuh.
B. Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia
Setiap mahkluk hidup hidup membutuhkan makana untuk mempertahankan
kehidupannya, karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh
untuk melakukan kegiatan metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi
yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau
menyesuaikan diri dengan perubhan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat
menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpajang usia.
Kebituhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari
kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan
kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya: untuk jantung, usus, pernafasan,
dan ginjal.
Berdasarkan kegunaanya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok
besar yaitu :
1. Kelompok zata energi, termasuk ke dalam kelompok ini adalah:
a. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung,
gandum, ubi, roti, singkong, selain itu dalam bentuk gula seperti gula,
sirup, madu dan lain-lain.
b. Bahan makanan yang mengandung lemak seperti minya, santan,
mentega, margarine, susu, dan hasil olahannya.
2. Kelompok zar pembangun
Kelompok ini melipiti makanan-makanan yang mengandung protein, baik
protein hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur, kacang-
kacangan dan olahanya.
3. Kelompok zat pengatur
Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang bnayak mengandung vitamin dan
mineral, seperti buah-buah dan sayuran.
C. Faktor-faktor yang memepengaruhi kebutuhan gizi pada lansia
1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakkan gigi atau
ompong.
2. Berkurangnya indra pengecap mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa
manis, asin, asam, dan pahit.
3. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
5. Gerakkan usus ata gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan
konstipasai.
6. Penyeraban makanan diusus menurun.
D. Menu sehat bagi lansia
1. Perencanaan makanan untuk lansia
a. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka
ragam, yang terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan
hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih
sering dengan porsi yang kecil.
b. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat
memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan
yang terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta mencegah
kemungkinan terjadinya darah tinggi.
c. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan
yang berlemak seperti santan, mentega dan lain-lain.
Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Memakan makanan yang
mudah dicerna, menghindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan
goring-gorengan, bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau gigi
palsu kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang, makan
dalam porsi kecil tetapi sering, makanan selingan atau snack, susu,
buah, dan sari buah sebaiknya diberikan.
d. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan
sebab berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah
nafsu makan
e. Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur,
daging rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau.
f. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus,
direbus, atau dipanggang, kurangi makanan yang digoreng.
E. Pedoman untuk memilih bahan makanan yang sehat
1. Makanan yang beraneka ragam dan mengandung gizi yang cukup
2. Maknan yang mudah dikunyah dan dicerna.
3. Protein yang berkualitas seperti susu, telur, daging, dan ikan.
4. Sumber karbohidrat seperti roti, daging, dan sayur-sayuran berwarna hijau.
5. Makanan yang terutama mengandung lemak nabati dikurangi serta kurang
makanan yang mengandung lemak hewani.
6. Makanan yang mengandung zat besi seperti kacang-kacang, hati, daging,
bayam, sayuran hijau, dan makanan yang mengandung kaslium seperti ikan
atau sayur-sayuran.
7. Batasi makanan yang diawetkan
8. Minum air putih 6-8 gelas sehari karena kebutuhan air meningkat serta untuk
memperlancar proses metabolisme. Banyak minumiar putih dapat mencegah
terjadinya dehidrasi (kekurangan cairan) serta menurunkan resiko menderita
batu ginjal.
F. Cara mengolah makanan
1. Bersihkan sayuran sebelum dimasak
2. Cuci sayuran dalam keadaan utuh, kemudian ptpong-potong agar zat gizi yang
terkandung didalmnya tidakhilang.
3. Rebus sayur jangan terlalu lama.
4. Bahan makanan dimasukan/dikukus setelah air mendidih.
5. Makanan bilas ditim atau ditumis.
6. Batasi garam dan bumbu penyedap yang merangsang.
7. Pakailah penyedap rasa alamiah seperti bawang putih, kunyit, jahe, dll.
G. Cara menghidangkan makanan
1. Jenis sauran yang dihidangkan hendaknya berganti-ganti,
2. Makanan yang dihudangkan secara menarikagar menimbulkan selera makan.
3. Bila menyajikan sauran mentah, cucilah sampai bersih.
4. Kurangi minum teh, kopi, dan coklat.
5. Hindari minuman yang mengandung alkohol.
H. Pemantauan status nutrisi
a. Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai
peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB
lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan
penurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat
badan.
b. Menghitung berat badan ideal :
IMT = BB
TB x TB
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
Apabila : IMT 25-27 = kegemukan
IMT >27 = 0besitas
c. Kekurangan kalori protein
Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang, kurang bersosialisasi,
hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman, kesulitan mengunyah,
pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk menyiapkan makanan, sering
mangkonsumsi obat-obatan yang mangganggu nafsu makan, nafsu makan
berkurang, makanan yang ditawarkan tidak mengundang selera. Karena hal ini
dapat menurunkan asupan protein bagi lansia, akibatnya lansia menjadi lebih
mudah sakit dan tidak bersemangat.
d. Kekurangan vitamin D
Biasanya terjadi pada lansia yang kurang mendapatkan paparan sinar matahari,
jarang atau tidak pernah minum susu, dan kurang mengkonsumsi vitamin D yang
banyak terkandung pada ikan, hati, susu dan produk olahannya.