Recloser atau Pemutus Balik Otomatis (PBO) secara umum berfungsi untuk menjaga
system dari gangguan berupa arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung
singkat. Recloser hanya dipasang di saluran udara tegangan menengah (SUTM). Prinsip
kerjanya adalah menutup balik dan membuka secara otomatis dalam selang waktu
tertentu, dimana pada sebuah gangguan temporer, recloser tidak membuka tetap (lock
out), kemudian recloser akan menutup kembali setelah gangguan itu hilang. Apabila
gangguan bersifat permanen, maka setelah membuka atau menutup balik sebanyak
setting yang telah didtentukan kemudian recloser akan membuka tetap (lock out).
Bagian atas dipasang bushing 6 buah dan arrester 6 buah (untuk Schneider tidak
menyediakan arrester). Bushing diidentifikasikan sebagai U1, V1, dan W1 pada sisi
sumber. Sedangkan sisi satunya diidentifikasikan dengan U2, V2, W2 sebagai sisi beban.
Untuk pemasangan surja arrester, pada recloser Schneider tipe N-Series telah
disediakan Surge Arrester Mounting Bracket yang berfungsi sebagai tempat
pemasangan arrester dan dipasang baik pada sisi sumber maupun sisi bebannya.
Arrester ini berfungsi sebagai proteksi terhadap tegangan lebih dari petir.
Pada bagian atas dipasang ABSW yang berfungsi sebagai bypass, sehingga apabila
dalam suatu kondisi tertentu recloser sedang dalam perbaikan maka jaringan tetap akan
continue karena dibypass dengan menggunakan ABSw. Di bawah ABSw dipasang
Disconecting Switch (DS) untuk keperluan manuver. DS berfungsi untuk memisahkan
bagian yang bertegangan dengan yang tidak bertegangan.
ABSW
DS
PT
Recloser
Control Box
Handle ABSW
Grounding
Disconecting Switch
3. Grounding (Pentanahan)
Grounding (Pentanahan) pada jaringan distribusi digunakan sebagai pengaman
langsung terhadap peralatan dan manusia bila terjadinya gangguan tanah atau
kebocoran arus akibat kegagalan isolasi dan tegangan lebih pada peralatan jaringan
distribusi. PT, recloser, dan Control Box di-grounding dalam satu titik.
Fungsi dari grounding antara lain :
1. Mengalirkan arus gangguan
2. Membuang arus muatan statis ke bumi
3. Menstabilkan keseimbangan tegangan
4. Mengamankan terhadap bahaya tegangan sentuh atau tegangan langkah
5. Memproteksi peralatan dari tegangan lebih / arus lebih
Potensial Transformer
5. Control Box Recloser
Peralatan kontrol dapat membaca dan menampilkan informasi yang tersimpan di recloser
dan menyediakan proteksi dan komunikasi untuk recloser. Recloser terdiri dari pengontrol
switchgear yang memonitor recloser, dan menyediakan komunikasi dan fungsi proteksi.
Disuplai dengan tegangan bantu 110, 220 atau 240 VAC dikoneksikan dengan recloser
dengan menggunakan kabel kontrol.
Control Box Recloser didesain untu keperluan luar ruangan, tahan air, dan anti terhadap
masuknya hewan seperti hama yang dapat mengganggu kinerja peralatan kontrol.
6. Baterai
Fungsi dari penggunaan baterai adalah untuk menyalakan peralatan kontrol dan
berfungsi sebagai suplai cadangan peralatan kontrol sehingga apabila terjadi padam,
peralatan kontrol masih bisa berjalan. Tegangan diambil dari JTM 20kV kemudian
dimasukkan ke dalam Current Transformer (CT) agar keluaran tegangannya sesuai
dengan yang dibutuhkan. Pada recloser merk Schneider tipe N-Series, baterai yang
digunakan untuk suplai peralatan kontrol adalah 110, 220 atau 240 VAC.
Wiring Baterai pada Peralatan Kontrol
Prinsip kerja dari recloser saat terjadi gangguan adalah sebagai berikut:
1. Kondisi normal Switch S menutup. Bila terjadi gangguan fasa tanah maka relai akan
bekerja dan memberikan perintah trip ke PMT. Pada saat itu juga recloser mulai
bekerja (saat mendapat tegangan positiF dari relai), elemen yang start adalah elemen
dead time (DT) dan block time (BT).
2. Setelah beberapa waktu (sesuai setting) elemen DT menutup kontaknya dan memberi
perintah PMT untuk masuk (reclose), bersamaan itu juga mengenergise elemen BT.
3. Elemen BT ini segera membuka rangkaian closing coil PMT sehingga PMT tidak akan
bisa reclose lagi.
4. Setelah waktu elemen BT terlampaui sesuai settingnya maka elemen BT akan reset
kembali. Selanjutnya recloser siap kembali untuk melakukan reclose PMT bila terjadi
gangguan baru. Secara umum setelan DT adalah 1 detik dan BT adalah 40 detik.
Keterangan :
a. Dead Time (Waktu Interval Reclose)
Selang waktu dari PMT trip sampai masuk kembali, fungsinya untuk memadamkan busur
api gangguan arus dan menghilangkan gangguan temporer.
Memblok dead time beberapa waktu setelah PMT masuk. Memberikan kesempatan
untuk memulihkan tenaga setelah melakukan siklus reclosing.
c. Repetitive
d. Non Repetitive
Relai ini dapat memberikan perintah reclosing ke PMT lebih dari satu kali. Dead time
antar reclosing adalah berbeda – beda, sebagai contoh gambar di bawah diberikan
gambar diagram dari relai reclosing yang diprogram untuk melakukan 3 kali reclosing.
Bila terjadi gangguan, relai GFR memberikan perintah trip ke PMT dan pada saat yang
sama juga menjalankan reclosing relai. Setelah dead time t1 yang sangat pendek (kurang
dari 0.6 detik), relai memberikan perintah reclose ke PMT. Jika gangguan masih ada
maka PMT akan trip kembali dan relai reclosing akan melakukan reclose yang kedua
setelah dead time t2 yang cukup lama (antara 10- 60 detik). Jika gangguan masih ada
maka PMT akan trip kembali dan relai reclosing akan melakukan reclose yang ketiga
setelah dead time (t2=t3). Bila terjadi gangguan lagi dalam periode blocking time tB3,
maka PMT akan trip dan lock out.
Recloser dapat reclose dua kali atau lebih, dan dead time dapat berbeda atau sama.
Jangka waktu relai mulai pick-up sampai selesainya. Kerja relai tanpa penundaan waktu,
kerjanya sangat cepat / waktunya pendek (20–100 milli detik).
Kurva Karakteristik Waktu Instant
4.8.1 Wiring Diagram Over Current Relay dan Ground Fault Relay
Gangguan terjadi pada fasa R,S dan T. Arus gangguan hubung singkat mengalir di
jaringan. Karena arus tersebut lebih besar dari rasio CT pada sekunder CT mengalir arus
masuk ke OCR. Dari OCR memasok arus ke PMT, sehingga PMT trip.