Aku tidak lagi berada di kamarku, tetapi di suatu ruangan bersama-sama dengan
sekelompok orang yang sama sekali belum pernah kulihat sebelumnya. Ruangan terasa pengap.
(…). Kami semua duduk di kursi yang diatur membentuk sebuah lingkaran, mirip dengan
ruangan diskusi. Semua tampak duduk tenang, semua kelihatan sedang menulis, dan tidak
seorang pun yang kelihatan peduli pada orang lain di ruangan itu.
11. Kalimat yang tepat untuk melengkapi bagian rumpang dalam paragraf deskripsi tersebut adalah
....
A. mereka asyik bercengkrama dan yang lain bersenda gurau tetapi aku memilih diam.
B. Ruangan itu terang dan nyaman, dan buah jendela besar terbuka di sisi kiri kami.
C. Kursi empuk melingkar mengeilingi meja besar dan semua orang sibk dengan urusan
masing-masing.
D. Ruangan itu gelap gulita tak terdapat sebuah lampu yang menerangi ruangan itu , tetapi
semua diam saja.
E. Bau asap tembakau memenuhi ruangan itu, tapi tak seorang pun yang kelihatan peduli.
17. Larik bermajas yang tepat untuk mengisi bagian yang rumpang adalah ....
A. para putri cantik menampakkan wajah
B. udara sejuk dingin terasa
C. para putri berpakaian cantik
D. kesunyian malam menjelang
E. udara berahi memandang putri Tiongkok
19. Rumusan masalah: Bagaimanakah pengaruh belajar kelompok terhadap prestasi siswa?
Tujuan penulisan karya ilmiah yang tepat berdasarkan rumusan masalah tersebut adalah ...
A. mendeskripsikan waktu yang tepat untuk belajar kelompok bagi siswa.
B. mendeskripsikan materi belajar kelompok yang sistematis bagi siswa.
C. mendeskripsikan pengaruh belajar kelompok terhadap prestasi siswa.
D. mendeskripsikan hambatan belajar kelompok bagi siswa.
E. mendeskripsikan cara yang tepat untuk belajar kelompok bagi siswa.
BIN 113
Dikutuk-sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka
Konversi naskah drama yang sesuai dengan kutipan cerita tersebut adalah ...
A. Makaji : ”Separuh umur ayah sudah habis untuk membantu setiap kenduri,
bagaimana kalau tanggung jawab itu dibebankan kepada yang lebih
muda?”
Azrial : ”Belum! Akan ayah pikul beban ini hingga tangan ayah tak lincah lagi
meracik bumbu”
B. Azrial : ”Separuh umur Ayah sudah habis untuk membantu setiap kenduri di
kampung ini, bagaimana kalau Ayah berhenti?”
Ayah : ”Belum! Akan ayah pikul beban ini selama ayah kuat meracik bumbu.”
C. Azrial : ”Separuh umur Ayah sudah habis untuk membantu setiap kenduri di
kampung ini? Mungkin sudah saatnya Ayah berhenti.”
Ayah : ”Belum! Akan ayah terima beban ini hingga tangan ayah tak bisa lagi
meracik bumbu”
D. Azrial : ”Separuh umur Ayah sudah habis untuk membantu setiap kenduri di
kampung ini, bagaimana kalau tanggung jawab itu dibebankan kepada
yang lebih muda? Mungkin sudah saatnya Ayah berhenti.”
Makaji : ”Belum! Akan saya pikul beban ini hingga tangan ayah tak lagi lincah
meracik bumbu.”
E. Azrial : (enam bulan lalu, ketika pulang kampung) ”Sudah saatnya Ayah berhenti
membantu kenduri di kampung ini.”
Makaji : ”Belum! Akan ayah pikul beban ini hingga tangan ayah tak bisa lagi
meracik bumbu.
Kalimat yang menggunakan kata umum dalam paragraf tersebut terdapat pada nomor ...
A. (1)
B. (2)
C. (3)
D. (4)
E. (5)
Kalimat yang menggunakan kata bermakna peyorasi terdapat pada nomor ....
A. (1)
B. (2)
C. (3)
D. (4)
E. (5)
27. Kalimat di atas yang berpola S-P-O adalah kalimat nomor ....
A. (1)
B. (2)
C. (3)
D. (4)
E. (5)
31. Kalimat (3) dalam paragraf tersebut tidak efektif.. Hal ini disebabkan oleh …
A. penggunaan frase kegersangan dan kegundulan seharusnya digunakan salah satu
B. kata Perhutani seharusnya ditulis dengan huruf capital karena berupa akronim
C. penggunaan frasa disebabkan karena pada kalimat tersebut salah
D. kalimat tersebut tidak memilki keterangan tempat dan waktu
E. Kalimat tersebut tidak memilki objek
Nilai budaya yang terdapat dalam kutipan cerpen tersebut berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
adalah ....
A. mengagunkan rumah atau tanah untuk modal usaha
B. meributkan warisan dari orang tua yang telah meninggal
C. meskipun telah menikah, tetap tinggal bersama orang tua
D. remaja putus sekolah yang selalu menyusahkan orang tua
E. perselisihan dengan saudara kandung berlanjut sampai usia tua
33. Karakteristik legenda yang dominan dalam penggalan cerita Jaka Tarub di atas adalah …
A. bertema percintaan.
B. seting tempatnya di pedesaan.
C. istana sentris.
D. mengandung kemustahilan.
E. menceritakan dunia para bidadari.
34. Kalimat esai yang tepat untuk mengomentari penggambaran seting tempat dalam penggalan cerpen
di atas adalah ….
A. Pengarang terlalu bombastis dalam menggambarkan seting tempat sehingga membuat
pembaca bingung.
B. Penggambaran seting tempat yang imajinatif dan unik membuat imajinasi pembaca dapat
berkembang dengan baik.
C. Pengarang tidak mampu menggambarkan seting tempat dengan baik sehingga kurang
mampu menggambarkan cerita yang indah.
D. Keberhasilan pengarang dalam melukiskan seting tempat sangat memanjakan imajinasi dan
mata pembacanya.
E. Penggambaran seting tempat yang imajinatif, futuristik, dan terpengaruh oleh dunia digital
membuat cerpen ini mampu memanjakan imajinasi pembaca yang hidup di era digital.
Tuhan,
Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu
Abdul Hadi WM
BIN 113
35. Teks cerita narasi yang paling tepat berdasarkan nilai relijius yang terkandung dalam puisi di atas
adalah …
A. Hasan adalah seorang yang sangat taat beribadah. Ia selalu berusaha untuk menjauhi semua
larangan Tuhan dan selalu menjaga ibadahnya. Hal ini ia lakukan ketika ia menyadari
bahwa dosa-dosanya sangat banyak dan Tuhan selalu mengetahui semua yang ia lakukan.
“Terimalah taubatku ya Tuhan,”begitulah doa Hasan setiap malam seusai salat tahajud.
Saat orang lain masih tidur, ia sudah sujud dan berdoa.
Meski sedih, Hasan bersyukur. Apa yang dialaminya saat ini membuatnya kembali
mengingat Tuhan dan membuatnya bertaubat.
Hasan sangat sedih karena selama ini ia tidak mau beribadah kepada Tuhan meskipun ia
menyadari bahwa ia telah banyak berbuat dosa. Ketika ia berniat untuk bertaubat, kematian
telah lebih dulu menjemput ajalnya.
B. Hasan dikenal sebagai seorang lelaki yang sangat tabah dalam menjalani kehidupannya.
Sebagai manusia biasa, ia pun tak lepas dari salah dan dosa. Namun, ia tidak pernah putus
asa. Ia selalu berdoa dan mohon ampunan kepada Tuhan Yang Mahaesa.
C. Hasan adalah seorang lelaki yang sangat taat beribadah. Ia selalu menghindarkan diri dari
perbuatan dosa dan selalu berusaha menjaga ibadahnya. Ia menyadari sepenuhnya, bahwa
ia tidak dapat hidup tanpa kuasa-Nya. Setiap malam ia selalu rajin salat malam, memohon
petunjuk agar selalu dapat menjaga iman dan ibadahnya. Di saat orang lain masih tertidur,
ia sudah menjalankan ibadah dengan tekun.
D. Tuhan itu Maha Pengampun. Seberapa pun besarnya dosa seorang hamba, selama hamba
itu mau bertaubat, pasti akan diampuni. Karena itulah, Hasan yang selama ini telah banyak
berbuat dosa, memilih untuk kembali ke jalan Tuhan dan bertaubat. Kini, ketika ia sudah
taat beribadah, ia merasa menjadi sangat dekat kepada Tuhan.
E. Selama ini Hasan selalu merasa takut pada dosa-dosa yang pernah diperbuatnya. Ia
menyadari bahwa dosa-dosa itulah yang akan membuatnya masuk neraka. Kesadarannya
bahwa hidup dan matinya ada dalam takdir Allah, membuat Hasan memilih bertaubat.
“Dosa-dosaku di masa lalu telah membuatku kehilangan segalanya. Tidak saja sahabat dan
kerabat, bahkan anak-anak dan istriku pun meninggalkanku. Hanya Engkaulah kini satu-
satunya tempatku mengadu.”
Meski sedih, Hasan bersyukur. Apa yang dialaminya saat ini membuatnya kembali
mengingat Tuhan dan membuatnya bertaubat.
BIN 113
II. URAIAN
38. Bacalah kutipan cerpen berikut ini, kemudian ubahlah ke dalam bentuk teks drama.
Sejak sore hingga menjelang dini hari ini Surad kelelahan menemani Pak Akla mencari
rajungan. Rasanya ia belum lama merebahkan tubuh dan teriakan keras Pak Akla sudah
membuatnya tersentak bangun.
“Bersiaplah!” Teriak Pak Akla seraya bergerak membelah air menuju perahu. Dua keranjang
bambu yang diikat menyatu tampak penuh rajungan. Hewan-hewan bercapit itu menggeliat saling
bertindihan. “Bangunlah!” Ulang Pak Akla menaiki perahunya.
Surad melilitkan sarung ke leher. “Ada apa, Ama?”
“Tidurmu seperti ular, sampai-sampai tak kau dengar suara gemuruh dari tanjung.”
“Apa?” Surad kaget setengah mati. “Jangan main-main, Ama!”
“Ambil dayungmu! Kita ke kampung laut sekarang juga!”
Surad mengangkat dayungnya. Tanpa buang waktu mereka mengayuh perahu ramping itu
secepat mungkin. Pak Akla sigap mengendalikan perahu dengan dayung pada dinding kayu
buritan. Belum dua menit, peluh sudah membasahi punggung Surad.
Berdasarkan kutipan tersebut, tentukanlah tokoh, watak tokoh, sudut pandang, dan amanat!