DAFTAR ISI
Bab I : PENDAHULUAN.................................................................................. 1
- Latar belakang................................................................................ 1
- Tujuan............................................................................................. 1
Bab II : PEMBAHASAN................................................................................... 2
- Hormon antidiuretik (ADH)........................................................... 2
- System rennin, angiotensin, aldosteron.......................................... 3
o Renin................................................................................... 3
o Angiotensin......................................................................... 4
o Aldosteron.......................................................................... 5
o System rennin, angiotensin, aldosteron dalam keseimbangan
Cairan dan elektrolit........................................................... 5
Bab III : PENUTUP............................................................................................ 8
- Kesimpulan..................................................................................... 8
Daftar pustaka..................................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Cairan dalam tubuh manusia kurang lebih 60% berat badan orang dewasa. Kulit,paru-
paru, dan ginjal bekerja sama dalam mempertahankan keseimbangan cairan. Untuk
mempertahankan keseimbangan tersebut, sejumlah cairan yang hilang harus seimbang dengan
jumlah yang keluar atau hilang. Sebagian jumlah cairan yang hilang dapat diukur sedangkan
sebagian yang lain tidak dapat diukur. Kehilangan cairan melalui kulit dan paru-paru disebut dengan
insensible losses karena tidak dapat diukur. Kehilangan cairan berupa penguapan melalui kulit
terjadi secara konstan namun tergantung luasnya permukaan tubuh seseorang.
Organ-organ dalam tubuh manusia bekerja sama untuk mempertahankan kesimbangan
cairan. Karena satu masalah daoat mempengaruhu system keseimbangan cairan secara
keseluruhan, perlu dipastikan semua sistem dalam kondisi baik. Hormone berperan mengatur dan
mengontrol fungsi organ. Pelepasannya bergantung pada perangsangan atau penghambatan
melalui factor yang spesifik. Hormone dapat bekerja didalam sel yang menghasilka hormone itu
sendiri (Autokrin), mempengaruhi sel sekitar (Parokrin), atau mencapai sel target di organ lain
melalui darah (Endokrin).
Pada bab berikutnya penulis akan membahas secara detail mengenai hormon-hormon
yang mempengaruhi keseimbangan cairan. Akan tetapi dalam makalah ini penulis hanya
menjelaskan tentang ADH pada otak dan system renin,angiotensin dan aldosteron pada ginjal.
1.2 Tujuan
- Tujuan umum
Untuk mengetahui seberapa pentingnya hormone dan sistem yang bekerja dalam mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
- Tujuan khusus
Bagi seorang perawat, agar dapat mengatur keseimbangn cairan dalam tubuh pasien pada saat
melakukan asuhan keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
ANGIOTENSIN
Angiotensinogen dalam darah ditemukan dalam fraksi globulin plasma.
Angiotensinogen mengandung sekitar 13% karbohidrat yang tersusun oleh 453 residu asam amino.
Zat ini disintesis dihati dengan sekuens sinyal 32 asam amino yang dikeluarkan di retikulum
endoplasma. Kadarnya dalam darah ditingkatkan oleh glukokortikoid, hormon tiroid, estrogen,
beberapa sitokin dan angiotensin II.
Enzim pengonversi angiotensin (ACE, angiotensin-converting enzyme) ialah suatu
dipeptidilkarboksipeptidase yang memecah histidilleusin dari angiotensin I yang inaktif secara
fisiologis, membentuk oktapeptida angiotensin II. Metabolisme angiotensin II berlangsung cepat,
waktu paruhnya dalam sirkulasi manusia adalah 1-2 menit. Metabolisme angiotensin II dikatalisasi
oleh berbagai peptidase.
Renin biasanya diukur dengan menginkubasikan sampel yang akan diperiksa dan
mengukur angiotensin I yang dihasilkannya dengan imunoesai. Cara ini mengukur aktifitas renin
plasma (PRA) sampel. Defisisensi angiotensinogen serta renin daoat menyebabkan nilai PRA yang
rendah, dan untuk menghindari masalah ini, sering diberikan angiotensinogen eksogen, sehingga
yang diukur adalah konsentrasi renin plasma (PRC) bukan PRA.
Angiotensin I tampaknya hanya berfungsi sebagai prekursor untuk angiotensin II dan tidak
memiliki fungsi lain yang jelas. Angiotensin II yang sebelumnya disebut hipertensin atau angiotonin
yang menyebabkan konstriksi arteriola dan oeningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik. Zat ini
merupakan vasokonstriktor yang paling kuat yang pada orang kuat memiliki aktifitas 4-8 kali lipat
dibandingkan dengan norepinefrin berdasarkan berat.
Angiotensin II juga bekerja langsung pada korteks adrenal untuk meningkatkan sekresi
aldosteron dan sistem renin-angiotensin merupakan pengatur utama sekresi aldosteron. Efek lain
angiotensin II adalah fasilitasi pelepasan norepinefrin melalui efek langsung pada neuron simpatis
pascaganglion, kontraksi sel-sel mesangium yang menyebabkan penurunan kecepatan filtrasi
glomerulus, dan efek langsung pada tubulus ginjal untuk meningkatkan reabsorpsi .
ALDOSTERON
Aldosteron adalah hormon yang dihasilkan dan dilepaskan oleh kelenjar adrenal,
memberikan sinyal kepada ginjal untuk membuang lebih sedikit natrium dan lebih banyak kalium.
Pembentukan aldosteron sebagian diatur oleh kortikotropin pada hipofisa dan sebagian lagi oleh
mekanisme kontrol pada ginjal (sistem renin-angiotensin-aldosteron). Renin adalah enzim yang
dihasilkan di dalam ginjal dan bertugas mengendalikan pengaktivan hormon angiotensin, yang
merangsang pembentukan aldosteron oleh kelenjar adrenal.
Kelebihan aldosteron (aldosteronisme) merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi
kadar natrium, kalium, bikarbonat dan klorida dalam darah, yang menyebabkan tekanan darah
tinggi, kelemahan dan kadang kelumpuhan perioidik.
Rennin disekresikan dari sel-sel jukstaglomelurus yang mengelilingi arteriol aferen ginjal
sewaktu masuk ke glomerulus. Sekresi aldosteron diatur melalui system renin-angiotensin dalam
suatu mekanisme umpan baliik. Penurunan volume CES atau volume vascular intra-arteri
menyebabkan peningkatan pelepasan muatan saraf renalis secara reflek dan penurunan tekanan
arteri renalis. Kedua perubahan meningkatkan sekresi rennin, dan angiotensin II yang terbentuk oleh
kerja renin meningkatkan kcepatan sekresi aldosteron. Aldosteron menyebabkan retensi dan
air, meningkatkan volume CES dan menghentikan rangsangan yang mencetuskan sekresi renin.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia terdapat suatu sistem maupun hormon yang dapat mengatur keseimbangan
cairan dalam tubuhnya, diantaranya:
- Hormon ADH yang berfungsi untuk mengurangi diuresis dan meningkatkan retensi air.
- Sistem Renin, Angiosterin dan Aldosteron yang membantu mengatur kesimbangan garam dan air
dalam tubuh termasuk untuk mempertahankan volume darah dan tekanan darah yang normal.
Daftar pustaka
Innerarity, Sheri. (2002). Fluid & electrolytes made incredibly easy. 2nd edition.United States of America:
Springhouse Corporation
Brunner & Suddart. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 1. Edisi 8. Jakarta: EGC
Ganong, Wiliam F. (2002). Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC
http://aanskep.blogspot.com/2012/10/makala-tentang-hormon.html9/15/2014 6:31:42 AM