2
Learning Issue
1. Anatomi dan Histologi kelenjar Adrenal.
2. Etiologi Hiperaldosteron.
3. Regulasi Hormon Adrenal.
4. Fungsi Hormon Adrenal.
5. Tanda dan Gejala.
6. Patogenesis dan Patofisiologi.
7. Penegakan diagnosis.
8. Tatalaksana dan Edukasi.
9. Prognosis dan Komplikasi.
3
1. Anatomi dan Histologi kelenjar adrenal
Kelenjar adrenal terletak di atas ginjal
dibagi atas dua sub regio utama yaitu
korteks adrenal,dan medula adrenal.
Memiliki 3 cabang arteri, yaitu
1. Arteri adrenal superior
2. Arteri adrenal Middle
3. Arteri adrenal inferior
2. Etiologi Hiperaldosteron
- Aldosteronisme sekunder
Aldosteronisme sekunder menunjukkan peningkatan produksi
aldosteron yang sesuai dalam respons terhadap aktivasi sistem
renin angiotensin. Laju produksi aldosteron sering lebih tinggi pada
pasien dengan aldosteronisme sekunder dibandingkan pada
mereka dengan alsodteronisme primer. Aldosteron sekunder
biasanya terjadi dalam hubungan dengan fase akselerasi hipertensi
atau pada dasar gangguan edema yang mendasari. Aldosteronisme
sekunder pada kehamilan merupakan respon fisiologik normal
terhadap peningkatan kadar renin dalam sirkulasi yang diindukasi
estrogen dan aktivitas renin plasma dan terhadap kerja
antialdosteron progesteron.
- Aldosteronisme primer 6
Faktor resiko :
1. Memiliki tekanan darah tinggi sejak muda (sejak berusia
kurang dari 30 tahun)
2. Mengonsumsi obat darah tinggi yang dikombinasi lebih
dari tiga
3. Keluarga dengan riwayat stroke pada usia muda
4. Rendahnya kadar kalium dalam darah
8
2. Fungsi glukokortikoid
Glukokortikosteroid adalah kelas lain dari hormon steroid yang memainkan peran
penting dalam mengatur metabolisme glukosa. Glukokortikosteroid diproduksi di
fasikulata zona korteks adrenal, contohnya adalah kortisol.
1. Epinefrin
Baik epinefrin dan norepinefrin yang bersama-sama disebut
katekolamin, dan mereka dilepaskan oleh kelenjar adrenal dalam
respon terhadap stres fisik atau mental. Epinefrin, juga dikenal sebagai
adrenalin, memainkan peran penting dalam konversi glikogen menjadi
glukosa, dan dengan demikian, meningkatkan tingkat gula darah. Hal ini
diperlukan oleh tubuh untuk menjaga kelancaran pasokan darah ke otak
dan otot.
12
2. Norepinefrin
Seiring dengan epinefrin, norepinefrin juga mengaktifkan mekanisme
untuk respon ‘melawan atau, dengan meningkatkan kewaspadaan
dan gairah. Ketika disuntikkan sebagai obat, norepinefrin atau
noradrenalin dapat memiliki efek konstriktif pada arteri koroner. Hal
ini menyebabkan pembuluh darah kecil pada ginjal, sistem
pencernaan, dan kulit mengerut. Ini memfasilitasi pergerakan
makanan melalui sistem pencernaan dan meningkatkan keringat. Hal
ini juga merangsang pelepasan glukosa dan aliran darah ke otot-otot.
13
5. Tanda dan Gejala
● Hipokalemia
● Hipertensi
● Sakit Kepala
● Distrofi Otot
● Kelelahan
● Poliuria
● Polidipsi
● Tekanan darah tinggi
● Sering BAK
● Keram Otot
Ref : Horrison Ed.13
14
6. Patofisiologi
Hiperaldosteron primer terjadi akibat sekresi homon aldesteron yang berlebih serta
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.Hiperraldosteron menyebabkan
1.Peningkatan reasorbsi natrium dan air pada ginjal,hingga terjadi hipervolemia
dan hipertensi
2. Eksresi kalium dan hidrogen melalui ginjal.Kelebihan volume,caian
ekstraseluler,dan hambatan sekresi renin merupakan ciri khas dari kelainan
hiperaldosteron primer.
•Sindrom Cushing
Sindrom Cushing mengacu kepada keadaan kortisol yang berlebihan, dan keadaan ini paling sering
disebabkan oleh pemberian kortisol secara berlebihan yang merupakan kesalahan iatrogenik. Penyebab
Iainnya meliputi adenoma hipofise (produksi ACTH yang berlebihan dari kelenjar hipofise-> hyperplasia
adrenal bilateral) , tumoradrenal dan produksi ACTH ektopik( karsinoma small cell pada paru, rumor
karsinoid bronkial).
Pasien sindrom cushing ditemukan dengan gambaran klinis yang konsisten dengan kadar kortisol yang
berlebihan.
•Obesitas sentral,moonfacies,buffalohump.
•Hipertensi
•Intoleransi glukosa
•Striaelividae/purplestriae
•Pelisutan dan kelemahan otot
•Osteoporosis
•Depresi dan mania
•Penurunan imunitas-> peningkatan risiko infeksi
17
addison
Gejala penyakit Addison pada awalnya sulit dideteksi karena mirip dengan gejala
gangguan kesehatan lainnya. Gejala awal tersebut dapat berupa:
•Kelelahan dan kurang bersemangat.
•Rasa kantuk.
•Otot menjadi lemah.
•Suasana hati tidak baik atau gampang marah.
•Selera makan hilang atau menurun, sehingga terjadi penurunan berat badan.
•Sering buang air kecil.
•Rasa haus bertambah.
•Keinginan mengonsumsi makanan asin.
18
Gejala penyakit Addison dapat berkembang secara perlahan dalam waktu beberapa
bulan. Gejala tersebut antara lain:
•Warna kulit menjadi lebih hitam (hiperpigmentasi).
•Kadar gula darah menurun(hipoglikemia).
•Mual, muntah, ataudiare.
•Nyeri padaperut.
•Tekanan darah rendah.
•Rambut rontok.
•Depresi.
•Disfungsi seksual pada wanita.
•Siklus menstruasi kacau atau tidak mendapat haid, serta keterlambatan pubertas pada
remaja perempuan.
19
Gejala lebih buruk dapat muncul jika penyakit Addison tidak diatasi dengan baik, sehingga
memicu terjadinya krisis Addison atau gagal adrenal akut. Gejala krisis Addison meliputi:
•Ruam kulit.
•Rasa nyeri pada punggung, perut, atau kaki.
•Muntah dan diare parah yang memicu dehidrasi.
•Kadar kalium darah tinggi (hiperkalemia) dengan kadar natrium darah rendah
(hiponatremia).
•Tekanan darah yang sangat rendah.
•Berkeringat.
•Detak jantung menjadi lebih cepat.
•Kulit menjadi pucat, dingin, dan basah,
•Kelemahan otot.
•Napas menjadi cepat dan pendek.
•Penurunan Kesadaran.
20
8. Tatalaksana dan Edukasi
Edukasi:
1. pengukuran tekanan darah,ditemukan hipertensi
2. kadar elektrolit baik serum maupun urine:kadar serum natrium dapat normal atau
meningkat,kadar serum kalium rendah,sedangkan kalium urine meningkat
3. kadar aldosteron baik serum maupun urine,hasilnya meningkat
4. tes supresi aldosteron,yang digunakan adalah fludukrotisom asetat(florinef)jika rasio
21
9. Prognosis dan Komplikasi
Sumber jurnal primary hyperaldosteronim (Johann Ambrosius Barth)
PROGNOSIS
Pasien dengan APA ( Aldosterone-producing adenoma) disembuhkan dengan pengangkatan tumor dan
sistem renin-angiotensin-aldosteron mereka menjadi normal dalam 4-6 bulan setelah operasi. Selama
waktu ini, kontrol teratur tekanan darah, kalium dan natrium diperlukan untuk menghindari
hipoaldosteronisme pasca operasi.
KOMPLIKASI
● Kelemahan otot
● Aritmia (detak jantung tidak normal, terlalu cepat atau lambat)
● Poliuri
● Pembesaran otot jantung
● Kematian dini
● Penyakit ginjal
● Hipertensi
● hiperkalemi
22
Thanks!