Anda di halaman 1dari 7

TUGAS ESSAY

BLOK ENDOKRIN & METABOLISME


“Hormon Adrenokortikal”

Disusun Oleh :

NAMA : I Putu Wira Janardana


NIM : 022.06.0039
KELAS :A
TUTOR : dr. Dian Rahadianti, M.Biomed
BLOK : Edokrin & Metabolisme

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-
AZHAR MATARAM
2022/2023
Latar Belakang
Di dalam tubuh manusia terdapat berbagai macam kelenjar yang memiliki fungsinya
masing-masing dalam menunjang system endokrin dan metabolisme di dalam tubuh, salah
satunya adalah kelenjar adrenal. Kelenjar adrenal yang juga dikenal sebagai kelenjar
suprarenal, merupakan kelenjar penting dalam pemahaman sistem endokrin dan perannya
dalam mengatur respons tubuh terhadap stres, metabolisme, dan fungsi kardiovaskular dalam
tubuh. Namun system endokrin memiliki mekanisme kerja yang dikatakan lebih lama
dibandingkan system saraf, yang dimana system endokrin bekerja dengan cara melepaskan
hormon dan menyebarkan hormon melalui peredaran darah, dan hormon akan bekerja pada
sel target nya masing-masing.
Secara umum kelenjar adrenal adalah sepasang kelenjar kecil yang terletak di atas
ginjal dalam rongga peritoneum. Setiap kelenjar adrenal terdiri dari dua bagian utama:
korteks adrenal (bagian luar) dan medulla adrenal (bagian dalam). Kedua bagian ini
menghasilkan hormon-hormon yang berbeda. Pada bagian korteks adrenal dibedakan menjadi
3 zona yaitu: Zona gromerolusa, faciculata, dan retikularis, ketiga zona ini akan
menghasilkan hormon-hormon steroid, seperti kortisol, aldosteron, dan hormon seks
(androgen dan estrogen). Sedangkan bagian Medulla adrenal menghasilkan hormon
katekolamin, seperti epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin.

Pembahasan
Secara histologi kelenjar adrenal dibedakan menjadi 2 lapisan yaitu: bagian kosteks
dan medulla. Pada bagian korteks, terdiri dari 3 zona yaitu; zona glomerolusa yang
merupakan lapisan terluar, zona fasiculata yang merupakan bagian Tengah dan zona
retikularis yang merupakan lapisan paling dalam. Korteks adrenal akan menghasilkan
hormon steroid yang berasal dari kolesterol. Korteks adrenal menghasilkan hormon yang
bervariasi, secara kategori hormon yang dihasilkan oleh kosrteks adrenal dibagi menjadi 3,
diantaranya: mineralokortikoid (aldosterone), glukokortikoid (kortisol), dan hormon seks.
Hormon adrenokortikal memiliki sifat yang lipofilik, maka distribusi hormon ini di dalam
tubuh melalui peredaran darah dan akan berikatan dengan protein plasma.
Hormon mineralkortikoid yang utamanya adalah aldosterone memiliki fungsi yaitu
sebagai pengatur keseimbangan mineral seperti keseimbangan antara Na+ dan K+. Hormon
aldosterone di sekresikan oleh bagian korteks adrenal, tepatnya oleh zona gromerolusa.
Hormon aldosterone mengatur konsentrasi Na+ dan K+ dengan cara mengontrol sekresi
ataupun absorpsi oleh ginjal. Hormon aldosterone memiliki target utama yaitu ginjal, selain
itu saluran lidah, kelenjar keringat dan kolon merupakan target lainnya dari hormon
aldosterone. Peningkatan reabsorpsi dari Na+ dan K+ akan di lakukan oleh sel utama pada
ductus colelecting ginjal. Sekresi hormon aldosterone oleh kelenjar adrenal di stimulasi oleh
angiotensin II, kadar kalium yang tinggi di dalam darah dan adrenocorticotrophic hormone
(ACTH). Dari ketiga stimulasi ini, angiotensin II di dalam darah sebagai pengatur utama
dalam sekresi hormon aldosterone.
Pada saat volume darah yang menurun
maka enzim renin akan menstimulasi pengeluaran
angiotensin II, nantinya angiotensin II akan
mempengauhi kelenjar adrenal untuk
meningkatkan sekresi dari hormon aldosterone,
selain angiotensin II, kadar potassium (kalium)
yang tinggi juga akan meningkatkan sekresi dari
hormon aldosterone. Saat kelenjar adrenal
mengsekresikan aldosterone maka reabsorpsi
sodium dan ekskresi potasium (kalium) akan
meningkat. Reabsorpsi sodium akan
Gambar 1. Regulasi Sekresi mengakibatkan reabsorpsi air akan meningkat dan
aldosterone
akhirnya akan meningkatkan volume darah.

Aldosterone yang larut dalam lemak


akan mempengaruhi sel targetnya dengan cara
berikatan pada reeptor yang berada di dalam sel.
Hormon aldosterone akan berdifusi ke dalam sel
dan akan berikatan dengan reseptor protein
mineralkortikoid di dalam sitoplasma. Setelah
aldosterone dan reseptor berikatan, maka
produk kompleks ini akan berdifusi ke dalam
inti sel yang akan menggandakan perubahan
selanjutnya dan akan menginduksi DNA untuk
membentuk RNA, RNA yang baru terbentuk ini
akan berdifusi kembali ke dalam sitoplasma Gambar 2. Mekanisme Aldosterone Pada
Sel Target
dan akan mempengaruhi ktivitas sel.
Glukokortikoid merupakan hormon yang dihasilkan oleh bagian korteks kelenjar
adrenal pada zona faciculata. Sebagian besar hormon glukokortikoid adalah kortisol, kortisol
merupakan hormon yang akan merangsang prosess glukogenolisis, kortisol menyebabkan
pengangkutan asam-asam amino dari jaringan ekstrahepatik dari otot yang mengakibatkan
semakin bertambahnya komposisi asam amino dalam plasma sebagai bahan dalam proses
glukogenolisis, serta kortisoll akan melawan efek insulin yang akan menghambat proses
glukogenolisis di hati. Kortisol juga memiliki pengaruh terhadap metabolism protein, dimana
kortisol akan menurunkan sintesis protein, peningkatkan katabolisme protein di dalam sel dan
menekan pembentukan RNA dan pembentukan protein. Dalam metabolisme lemak, kortisol
memberikan efek, yaitu: meningkatkan oksidasi asam lemak di dalam sel, kortisol juga akan
mempermudah lipolisis.
Kortisol memiliki efek inflansi dengan cara menstabilkan lisosom, kortisol dapat
mencegah proses inflansi dengan cara: kortisol menstabilkan membrane lisosom, krotisol
akan menurunkan permeabilitas dari kapiler, kortisol akan menurunkan migrasi sel darah
putih ke daerah yang rusak, kortisol akan menekan sistem imun serta kortisol akan menekan
sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan produksi limfosit akan menurun. Hormon
kortisol akan mempengaruhi proses transkripsi untuk mempengaruhi sintesis RNA yang akan
mempengaruhi aktivitas sel. Efek dari kortisol berlangsung segera, namun membutuhkan
waktu sekitar 45-60 menit untuk disintesis serta paruh waktu dari hormon kortisol sekitar 70
menit.

Sekresi kortisol ini akan bergantung pada


sekresi ACTH oleh kelenjar hipofisis anterior. ACTH
yang merupakan sekresi dari kortikotrop akan bekerja
melalui jalur cAMP untuk merangsang korteks adrenal
mengeluarkan kortisol. Terdapat sistem umpan balik
negatif dalam upaya mempertahankan kadar sekresi
dari hormon kortisol, Setres dan irama diural akan
meningkatkan sekres CRH oleh hypothalamus yang
akan mempengaruhi bagian hpofisis anterior untuk
mengeluarkan ACTH yang akan mempengaruhi
kelenjar adrenal untuk meningkatkan sekresi kortisol.

Gambar 3. Kontrol Sekresi Kortisol


Hormon ketiga yang dihasilkan pada bagian korteks adalah adrenokortikoid, sebagian
besar hormon ini adalah androgen. Hormon androgen adrenal ini disebut sebagai hormon
seks laki-laki, androgen adrenal akan mengakibat perkembangan dari rambut pubis dan
rambut axila. Dalam keadaan normal androgen adrenal memiliki pengaruh yang cukup kecil
di dalam tubuh. Produk primer dari androgen salah satunya adalah dehidroepian-drosteron
(DHEA), produk inilah yang juga menyebabkan pertumbuhan dari rambut pubis dan aksila.
Sekresi dari androgen di control oleh ACTH, ekskresi dari androgen sama dengan kortisol
karena memiliki control yang sama yaitu ACTH. Lonjakan dari sekresi produk androgen
primer yaitu DHEA dimulai saat masa pubertas dan memuncak pada usia 25-30 tahun serta
akan menurun pada usia 60 tahun.
Selain bagian korteks adrenal yang menghasilkan hormon, bagian medulla adrenal
juga akan mensekresikan katekolamin yaitu epinefrin dan juga nore epinefrin. Medulla
adrenal dapat dikatakan sebagai bagian modifikasi dari sistem saraf simpatis. Bagian medulla
adrenal terdiri atas neuron simpatis pasca ganglion modifikasi yang disebut dengan sel
kromafin. Jika si stimulasi oleh serat praganglion sel kromafin akan mengeluarkan bahan
transmitter kimiawi ke dalam darah. Seperti serat simpatis, bagian medulla adrenal akan
mengeluarkan produk messenger kimia yang disebut dengan epinefrin. Epinefrin dan nore
epinefrin disintesis di dalam sitosol sel sekretorik medulla adrenal. Katekolamin yang
komposisinya 80% adalah epinefrin dan 20% adalah nore epinefrin.
Kedua hormon katekolamin yang
dihasilkan oleh medulla adrenal memiliki
beberapa efek, yaitu epinefrin saraf simpatis
dann saraf simpatis mengakibatkan seseorang
untuk mempersiapkan diri dalam keadaan
tertentu pada saat dalam bahaya. Sistem saraf
simpatis dan epinefrin akan meningkaan
kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung,
Gambar 4. Sintesis Sekresi meningkatkan curah jantung dan efek
Katekolamin
vasokontriksi yang akan menyebabkan
peningkatan resistensi perifer lokal. Karena pengaruhnya besar pada jantung dan pembuluh
darah, sistem simpatis dan epinefrin berperan penting dalam pengaturan tekanan darah.
Epinefrin juga menyebabkan dilatasi saluran nafas unuk upaya mengurangi resistensi yang
dihadapi oleh aliran udara masuk dan keluar paru-paru.
Epinefrin juga menimbulkan efek metabolic, epinefrin akan menimbulkan beberapa
efek metabolime, epinefrin akan mengatur simpanan karbohidrat dan lemak untuk
menyediakan energi yang dapat segera digunakan untuk menunjang kerja otot. Epinefrin juga
akan meningkatkan kadar glukosa darah melalui mekanisme gluconeogenesis dan glikolisis
di hepar serta epinefrin juga akan mengubah simpanan glikogen menjadi glukosa yang akan
di bebaskan ke dalam darah. Epinefrin dan sistem saraf simpatis juga dapat memperkuat efek
hiperglikemik ini lebih lanjut dengan menghambat sekresi insulin. Selain meningkatkan
kadar glukosa darah, epinefrin juga meningkatkan kadar asam lemak darah dengan
mendorong lipolisis. Katekolamin memiliki beberapa reseptor yang akan menunjang
kinerjanya diantaranya reseptor alfa 1 dan 2, serta reseptor beta 1,2,3. Reseptor ini akan
membantu katekolamin menjalankan mekanismenya dalam sel target yang ada di bagian otot,
sel beta pancreas, hepar dan juga sel adiposa. Epinefrin dikatakan sebagai hormon setres dan
akan meningkat cepat sebagai respon pertahanan tubuh seperti saat; olahraga, paparan suhu
rendah, keadaan darurat serta hipoglikemia.

Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa kelenjar adrenal memiliki dua lapisan utama: korteks dan
medulla. Korteks terdiri dari tiga zona yang masing-masing menghasilkan hormon steroid
yang berbeda, yaitu mineralokortikoid (aldosterone), glukokortikoid (kortisol), dan hormon
seks. Hormon-hormon ini memiliki peran penting dalam mengatur keseimbangan mineral,
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, serta respons tubuh terhadap stres. Hormon-
hormon adrenal ini bersifat lipofilik dan beredar dalam darah terikat pada protein plasma
spesifik.
Aldosterone mengatur keseimbangan sodium (Na +) dan potassium (K+) dalam tubuh,
terutama melalui pengaruhnya pada ginjal. Faktor-faktor seperti angiotensin II, kadar
potassium tinggi, dan ACTH mempengaruhi sekresi aldosterone. Kortisol, yang merupakan
glukokortikoid, berperan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein serta memiliki
efek antiinflamasi. Sekresi kortisol diatur oleh ACTH dan dapat dipengaruhi oleh stres.
Hormon seks adrenal, terutama androgen, memiliki pengaruh terutama pada perkembangan
rambut pubis dan aksila.
Selain itu, medulla adrenal menghasilkan katekolamin, seperti epinefrin dan
norepinefrin, yang berperan dalam respons tubuh terhadap situasi darurat dan stres. Semua
hormon adrenal ini memiliki pengaruh penting dalam menjaga homeostasis tubuh dan
merespons tantangan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Alfarabi, M. (2021). Mata Kuliah: Blok 10 Hormon dan Metabolisme Kelenjar Adrenal.

Guyton dan Hall. (2017). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi Ke-13. Penerbit : Elsavier

Manurung, N. (2017). Sistem endokrin. Deepublish.

Sherwood, L. et al. (2014. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem (9 ed.). Jakarta: Penerbit

Buku Kedokterag EGC.

Tortora, GJ., Derrick. son, B. (2014). Principles of Anatomy and Physiology 13th

Ed.Hoboken: John Wiley & Sons, Inc

William, W. (2017). Fisiologi Keseimbangan Cairan dan Hormon yang Berperan. Jurnal

Kedokteran Meditek.

Anda mungkin juga menyukai