Anda di halaman 1dari 12

DOKUMENTASI PERANCANGAN PROSES

Diajukan untuk memenuhi tugas besar mata kuliah Perancangan Proses Bisnis

Disusun oleh:

Hervin Wijaya

1201164197

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2019
1 – MEMAHAMI PERMASALAHAN DAN TUJUAN PROSES
1.1 – Kebutuhan Perancangan

PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bergerak di sektor perindustrian produksi baja terbesar di Indonesia. Perusahaan ini memiliki beberapa
unit pabrik yaitu Direct Reduction Plant, Billet Steel Plant, Slab Steel Plant, Hot Strip Mill, Wire Rod Mill,
dan Cold Roliing Mill. Salah satu pabrik yang menjadi objek perbaikan proses adalah Billet Steel Plant
(BSP). Pabrik tersebut memproduksi baja dalam bentuk batangan berguna sebagai bahan baku untuk
pembuatan baja profil, baja tulang beton, dan baja kawat. Selain itu, Pabrik BSP menghasilkan satu buah
produk yaitu baja billet yang terbagi ke dalam berbagai grade. Klasifikasi grade pada pabrik BSB yaitu
billet low carbon, medium carbon, high carbon, SWRY, dan cold heading. Berdasarkan data produksi
periode oktober 2017 sampai Februari 2018, Grade KS1006E1 memiliki defect rate tertinggi sebesar
1,73%, dan melewati batas toleransi defect yang telah ditetapkan perusahaan sebesar 0,82%. Jenis
defect yang terbanyak adalah Pin Hole sebesar 89%.
Jumlah Jumlah Product
No. Grade By Product Defect Rate
Produksi (ton) Defect

1 KS1008 41685.73 223.289 11.963 0.54%


3 KS1015 328.139 0 0 0.00%
4 KS1010 317.65 0.389 0 0.12%
5 KS1006E1 10409.408 180.182 4.64 1.73%
6 KS1006 4158.283 8.931 0 0.21%

Defect pada produk tersebut terjadi karena adanya ketidaksesuaian hasil inspeksi dengan kriteria yang
produk jadi oleh bagian Quality Control. Berdasarkan kondisi tersebut, perlu adanya perbaikan proses
untuk meminimasi defect yang terjadi pada produk dengan grade KS1006E1 dengan metode Lean Six
Sigma.

1.2 – Merumuskan Masalah

Perumusan masalah dilakukan dengan menganalisis akar terjadinya masalah melalui sebuah
tools, yaitu diagram fishbone. Berikut adalah diagram fishbone berdasarkan masalah yang
terjadi yaitu defect pin hole

1. Faktor machine
patahnya tube shrouding disebabkan oleh shroud manipulator yang sulit digerakkan secara
fleksibel yang menyebabkan tube shrouding membentur tundish Shroud manipulator yang
mengalami problem tidak dapat digunakan secara fleksibel disebabkan karena tekanan udara
yang digunakan pada sistem pneumatic mengalami drop. Jika frekuensi shroud manipulator
mengalami problem tinggi, operator akan selalu kesulitan mengendalikan pemasangan tube
shrouding, yang berdampak pada terganggunya proses produksi.
1.3 – Definisi Tujuan, Output, Dan Value Proses

Adapun tujuan, output dan value proses pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
• Tujuan dari penelitian ini adalah meminimasi defect pin hole pada produk BSP KS1006E1
• Output dari penelitian ini adalah berupa usulan dengan lean six sigma dalam meminimasi
defect pinhole yang terjadi.

1.4 – Kriteria Perancangan Proses

Meminimalkan defect pin hole yang terjadi pada produk KS1006E1, dimana hasil yang diharapkan
memiliki jumlah defect yang lebih sedikit dibandingkan dengan kondisi eksisting

1.5 – Standar Pendataan Permasalahan Dan Tujuan Proses

Berikut adalah data yang harus diperoleh untuk dijadikan standar data dalam penelitian ini.
2 – CAKUPAN DAN IDE PERANCANGAN
Bagian ini (bagian 2) pada intinya adalah melakukan studi untuk memperkaya knolwledge dan memahami konteks proses yang lebih luas
sebelum melakukan perancangan. Memperkaya knowledge dari framework , literatur, dan alternatif enabler (seperti teknologi alternatif,
sdm) dari proses. Memperkaya konteks berdasarkan rantai nilai atau peta proses dan rantai objektif dari supersistem yang lebih besar.
Dengan adanya knowledge dan konteks, diharapkan diperoleh alternatif ide untuk memperbaiki atau merancang proses baru.

2.1 – Framework dan Enabler Proses


Framework process digambarkan dalam sebuah alur proses produksi baja billet

2.2 – Peta Proses (Value Chain) Dari Proses Level Atas

Proses bisnis adalah kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan bisnis. Cakup proses bisnis ini
mulai darilingkungan internal organisasi, tetapi mengacupada pihak customeratau mitra bisnis sehingga
mencapai suatu tujuan bisnis yang diinginkan. Berikut merupakan value chain di dalam proses bisnis PT.
Krakatau Steel.
Terdiri dari 3 Level proses:
Level 1: Manage Process didalamnya terdapat Set Direction, Set Strategydan Direct Business.
• Set Direction: seperti visi dan misi perusahaan, terdapat 5 komisaris dan 6 direktur.
• Set Strategy: mengutamakan pelayanan kepada customerdengan pelayanan yang baik sehingga
jumlah pesanan terus meningkat, layanan yang baik seperti tepat waktu dalam pengiriman
barang, peningkatan kualitas produksi oleh divisi QC, pemakaian sistem M-T-O yang disesuaikan
dengan kapasistas produksi agar permintaan dapat dipenuhi.
• Direct Businees: berfungsi untuk memaksimalkan kinerja seluruh karyawan dalam peningkatan
efektivitas dan efisiensi produksi, dan menggunkan agen distributor dalam menjalankan proses
bisnis dari produk baja.

2.3 – Rantai Objektif Mulai Dari Proses Level Atas


Pabrik baja billetini memproses bajabatangan yang digunakan sebagai bahan utamauntuk pembuatan
baja profil, baja tulang beton, dan baja kawat. Bahan baku plantini adalah besi spons, besi tua (scrap),
dan paduan ferroyang dilebur dan diolah di dalam dapur listrik (Electric Arc Furnace)untuk dicairkan.
Setelah mencair, selanjutnya baja di tuang dalam cetakan atau sebuah mesin pengecoran kontinyu
(Continuous Casting Machine) sehingga menjadi bilet bajahal ini dapat dilihat pada Gambar 3. 12.
Pabrik BSP mempunyai empat buah dapur listrik dengan kapasitas 65 ton baja cair atau Billet
ContinuousCasting. Kapasitas pabrik BSP adalah 600.000 ton/tahun. Pabrik ini menggunakan sumber
radioaktif untuk mengukur level dari baja cair. Penampang billetpada pabrik baja ini diproduksi dalam
tiga macam ukuran yaitu 110 x 110 mm, 120 x 120 mm dan 130 x 130 mm dengan standar panjang 9 m
dan 12 m. Hasil dari pengolahan pabrik billetbaja ini dipakai untuk bahan baku wirerod bardan section
mill.

2.4 – Alternatif Ide Awal Rancangan


Berdasarkan rancangan awal, berikut adalah alternatif usulan yang diberikan.
1. Melakukan pemeliharaan dan perawatan rutin terhadap komponen stang shrouding sesuai
dengan interval waktu yang sudah ditentukan menggunakan preventive maintenance
2. Membuat lembar pemeliharaan dan perawatan mesin
3. Melakukan pemasangan capacitive proximity sensor pada komponen stang shrouding.

3 – KEPUTUSAN RANCANGAN DAN DETAIL RANCANGAN


Jika merancang proses baru, ikuti template A. Jika memperbaiki proses eksisting, ikuti template B.

A. PERANCANGAN PROSES BARU


3.1 – Keputusan Rancangan Dari Alternatif Ide Awal Rancangan

Berdasarkan beberapa ide alternatif, yang menjadi keputusan rancangan adalah melakukan
pemasangan capacitive proximity sensor pada komponen stang shrouding
3.2 – Pembuatan Detail Rancangan Proses

4 Capacitive proximity sensor ini akan dipasang pada sisi komponen shroud manipulator yang dapat
dilihat pada Gambar IV.21. Sensor sebagai input akan disambungkan dengan sirine alarm sebagai
output. Sensor akan bekerja dan menghasilkan suara ketika shroud manipulator berada tepat pada
posisi ideal untuk melakukan kegiatan operasional shroud manipulator.
5

6
7 Gambar di atas merupakan ladder diagram dari sensor tersebut.

B. PERBAIKAN PROSES EKSISTING


3.1 – Pemodelan Proses Eksisting
Diketahui terdapat 5 bulan produksi yaitu Oktober 2017-Februari 2018 dengan total jumlah produksi
sebesar 10409,408 ton dan rata-rata produksi setiap bulannya adalah 2081,882 ton. Rata-rata produk yang
mengalami defect sebesar 36,036 ton. Jumlah defect tertinggi yaitu pada defect pinhole dengan presentase
defect sebesar 89,01%. Dapat disimpulkan dengan menggunakan diagram pareto, jenis defect yang akan
dikaji dengan menggunakan metode six sigma adalah jenis defect pinhole.

4 – VERIFIKASI DAN VALIDASI HASIL RANCANGAN PROSES


4.1 – Artifak Model Proses Hasil Rancangan (Lampirkan Dokumen Model Proses)
Gambar diatas merupakan model proses dari perusahaan tersebut dan berikut adalah rancangan dari
usulan yang diputuskan.

Gambar diatas merupakan desain dari sensor capacitive proximity dan ladder diagramnya dan berikut
merupakn flow chart dari sensor tersebut.
4.2 – Verifikasi Kelengkapan Model Proses
Berdasarkan kelengkapan komponen-kompoen model proses, perancangan tersebut telah terverifikasi
karena telah memenuhi kelengkapan model proses mulai dari input, proses, hingga output. Semua hal
tersebut telah dijabarkqn dan dipaparkan pada penjelasan di atas.

4.3 – Verifikasi Pemenuhan Kriteria Perancangan Proses


Uji dan cheklist apakah proses baru hasil rancangan sudah memneuhi kriteria pada butir atau tahap 1.4

• Tujuan dari penelitian ini adalah


meminimasi defect pin hole pada produk terpenuhi
BSP KS1006E1
Output dari penelitian ini adalah berupa
usulan dengan lean six sigma dalam terpenuhi
meminimasi defect pinhole yang terjadi.

4.4 – Validasi Rancangan Proses


Untuk meminimasi defect pin hole pada proses produksi BPS pada produk KS1006E1, perlu
dipasangkan sebuah sensor untuk mengidentifikasi tube shruder agar cepat untuk ditangani jika
mengalami indikasi kerusakan yang menyebabkan terjadinya defect pin hole.

Anda mungkin juga menyukai