Anda di halaman 1dari 13

Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2020

STUDI UPAYA PENGURANGAN REJECT DIMENSI OUT PADA


PRODUK CONTACT FIXED DI PT. WWW BATAM
Heryanto Parlinggoman1, Sabariman2
Universitas Internasional Batam1,2
Email korespondensi: 1521027.heryanto@uib.edu

Abstract:
This applied study is in line with the way to map the root cause of dimension-out reject on contact-
fixed product used for electrical equipment application. Production data within 4 months was analyzed to
determine the distribution of rejects with use of Pareto diagram. Investigation on major contributor of rejects
namely dimension out, contributing more than 80% of total rejects, was conducted by considering different
perspectives: man, machine, method, material, measurement and environment, before reconstructing
fishbone diagram. The most significant factor found to produce rejects in the process was indiscipline
operators who should be responsible to ensure that qualification process was conducted according to the
appropriate standard. Implementation of strict Standard Operating Procedure (SOP) and certified operator
system will result in a clear system, specifically, on who will take responsibility on any failure occurred
during the operation. Furthermore, to expedite inspection process a standard jig is used in the production
process.
Keywords: Pareto Diagram, Fishbone Diagram, SOP, FMEA, Quality

Abstrak:
Penelitian terapan ini dilakukan dalam rangka memetakan akar permasalahan reject dimensi out
pada produk contact fixed untuk aplikasi peralatan listrik. Data historis produksi fungsi waktu selama empat
bulan dianalisis untuk menentukan distribusi jenis-jenis reject pada produk dengan menggunakan Diagram
Pareto. Investigasi pada jenis reject utama yaitu dimensi out, yang berkontribusi lebih dari 80% dari total
reject, dilakukan dengan meninjau dari perspektif man, machine, method, material, measurement dan
environment sebelum merekonstruksi fishbone diagram. Faktor yang ditemukan paling signifikan
menyebabkan terjadinya reject produk adalah kelalaian operator yang seharusnya bertanggungjawab untuk
memastikan bahwa proses kualifikasi produk sesuai dengan standar yang ada. Implementasi SOP yang ketat
dan sistem operator tersertifikasi diharapkan akan menghasilkan sistem yang jelas, secara khusus tentang
siapa yang bertanggungjawab terhadap kegagalan apapun dalam proses. Selanjutnya, untuk mempercepat
proses inspeksi maka diimplementasikan sistem pengecekan dengan menggunakan jig standar pada proses
produksi.
Kata kunci: Diagram Pareto, Diagram Fishbone, SOP, FMEA, Kualitas

PENDAHULUAN Komponen yang diproduksi di PT.


WWW dipasarkan di dalam dan luar
PT. WWW Batam merupakan
negeri. Komponen yang diproduksi
perusahaan yang bergerak di bidang
banyak digunakan pada aplikasi produk
manufaktur metal stamping, welding,
otomotif, produk elektrikal, casing
tapping dan assembly dimana produk
elektronik maupun perangkat
berupa komponen yang dihasilkan dibuat
penyimpanan.
berdasarkan pesanan dari customer. Oleh
Dalam proses pengepresan atau
karena itu PT WWW dapat disebut
stamping di PT WWW Batam,
sebagai perusahaan sub kontraktor.
Conference on Business, Social Sciences and Innovation Technology | 725

http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2020
dibutuhkan mesin stamping dengan merupakan sebuah process yang
kapasitas 12 Ton sampai 1600 Ton. Salah memberikan added value [3]. Rework
satu di antaranya adalah Mesin DORR seharusnya dilihat sebagai sebuah
dengan kapasitas 12 Ton. Untuk proses konsekuensi dari kondisi cost of poor
produksi, mesin DORR disertai dengan quality (COPQ) pada proses yang dapat
supporting tool yang berfungsi sebagai dicegah jika seandainya proses produksi
media untuk membuat bentuk produk memenuhi kriteria kualitas. Oleh karena
yang diinginkan. Bentuk dari cetakan ini itu, penting untuk menghilangkan
sesuai dengan punched shape ataupun dampak dari COPQ ini karena dengan
bentuk dari produk yang diinginkan. demikian maka standard cost dari proses
Menjaga kualitas produksi adalah produksi dapat ditekan [4]. Artinya jika
tanggung jawab seluruh pihak yang standard cost rendah, dengan selling
terkait dalam proses produksi. Dalam price yang sama sekalipun, tetap dapat
menjaga kualitas produk dari incoming memberikan ruang untuk peningkatan
raw material sampai dengan proses margin yang pada akhirnya secara bisnis
shipment dibutuhkan personil QA lebih menguntungkan sehingga produk
(Quality Assurance) untuk memonitor tersebut dapat survive dan memenangkan
kualitas output proses secara terus kompetisi dengan produk sejenis di
menerus agar produk sesuai dengan pasaran.
spesifikasi yang telah disepakati dengan Contact fixed adalah istilah untuk
customer [1, 2]. QA dalam kegiatan menyebut salah satu produk pada aplikasi
pengecekan harus berpedoman pada IPIR elektrikal yang dihasilkan oleh PT WWW
(In Process Inspection Report) dan SOP Batam yang akan menjadi point of
yang telah ditetapkan. interest dikarenakan tingginya rate of
Kondisi persentase reject yang non-complience yang mengakibatkan
tinggi berpengaruh pada efisiensi proses produksi harus menanggung beban
dari sisi cost, effort dan time. Artinya rework sebagai upaya
walaupun beberapa jenis reject dapat penanggulangannya.
ditanggulangi dengan proses rework,
GAGASAN
namun aktivitas rework sendiri bukanlah

Conference on Business, Social Sciences and Innovation Technology | 726

http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2020
1. Kondisi Terkini Pencetus Gagasan sebagai dudukan material yang sejajar
Proses stamping adalah proses awal dengan tinggi mesin stamping. Setelah
pembuatan komponen contact fixed dari gulungan material dikeluarkan, raw
raw material seperti yang ditunjukkan material dimasukkan ke dalam mesin
pada gambar di bawah ini: feeder dan operator melakukan
adjustment untuk tingkat kedalaman
press mesin feeder agar menghasilkan
Uncoiler Mesin Feeder Tool dies Indexer WIP Packaging
keluaran material berbentuk plat yang
rata dan bebas dari roller mark yang dapat
Gambar 1 Diagram blok proses stamping
terjadi karena tekanan berlebih dari mesin
Pada proses pertama operator produksi feeder. Pada proses ini, variasi
memasukan raw material yaitu berupa pengaturan feeder berpengaruh terhadap
gulungan pada uncoiler sebagai penahan bentuk fisik dan kehalusan material.
beban material selama beroperasi.

Gambar 3. Mesin feeder

Gambar 2. Proses uncoiler Setelah keluar dari mesin feeder


dalam bentuk plat datar, selanjutnya
Pada proses ini dilakukan
dimasukan ke dalam tool dies.
inserting/pemasukan raw material ke
dalam uncoiler. Uncoiler ini berfungsi
Conference on Business, Social Sciences and Innovation Technology | 727

http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2020

Distribusi Reject pada


Produk Contact Fixed
6000 100,00%
5000 80,00%
4000
60,00%
3000
40,00%
2000
1000 20,00%
0 0,00%
Gambar 4. Tool dies
Tool dies berguna untuk membentuk
material plat hasil proses mesin feeder.
Gambar 6. Pareto Diagram dari produk contact
Pada tool dies terjadi proses piercing,
fixed
profiling, riveting, bending dan cutting.
Dalam proses produksi, seringkali
Urutan proses yang terjadi dapat dilihat
ditemukan berbagai jenis reject baik yang
pada strip material dalam tool dies.
disebabkan oleh mesin maupun handling
method. Gambar 6 merupakan pareto
diagram berdasarkan data primer PT
WWW Batam yang mengilustrasikan
distribusi jenis reject pada produk
Contact fixed dari data produksi Bulan
Maret – Juni 2020. Berdasarkan pareto
diagram di atas terlihat bahwa pada
produk contact fixed, lebih dari 80%
Gambar 5. Strip material dalam tool dies
permasalahan disebabkan oleh satu atau
Terakhir, setelah keluar dari tool dies
lebih sumber masalah [5]. Dalam hal ini
maka akan keluar produk akhir yang
hanya satu faktor yang menjadi penyebab
dibawa oleh conveyor menuju indexer.
utama yaitu dimension out. Walaupun
Operator akan melakukan proses packing
pada sebagian besar kasus dimension out
di area WIP (Work in Progress)
tersebut dapat ditanggulangi dengan
Packaging.
melakukan rework namun menyisakan
masalah yaitu rendahnya efisiensi proses
Conference on Business, Social Sciences and Innovation Technology | 728

http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2020
karena untuk mendapatkan jumlah output memverifikasi sampel dan menyerahkan
yang sama diperlukan extra effort ke QA/QC . Setelah pengukuran sampel
(rework) yang berakibat pada tingginya berhasil, sampel akan diberi identitas dan
standard cost dari setiap produk yang disimpan.
dihasilkan. Mulai

2. Solusi-solusi yang pernah Tool dies siap

Operator setting tool dies ke

diterapkan mesin

Proses piercing, riveting,


bending dan cutting
Jika terjadi reject dimension out
Fail

maka proses pada tool dies akan menjadi Operator cek


visual
Selesai

Pass

suspect yang men-generate reject. 1. cek slugmark,


dented, chip off, tool Operator memberikan 5 sampel
produk ke QA/QC
mark

Setelah tool dies diperbaiki dan QA/QC


Fail
Tool maker perbaiki sampai
1. Cek sampel awal inspeksi sesuai spesifikasi

diinspeksi oleh tool maker maka operator 2. Cek sampel material baru
3. Cek sampel terakhir
Pass

Produksi beroperasi

produksi akan menjalankan proses sesuai


SOP. Setelah dihasilkan output pertama QA/QC
inspeksi per
jam
Lapor supervisor

1. Karantina produk
setelah perbaikan maka dilakukan first Pass 2. Pisahkan produk
OK dan NG
Keputusan
supervisor/
Material habis manager

piece inspeksi oleh QA/ QC. Jika


Scrap Rework
Selesai

ditemukan hasil pengukuran yang out of


Gambar 7. Flowchart proses produksi contact
specs maka sampel akan diberikan ke
fixed
operator dan proses tetap tidak boleh
dilanjutkan. Kemudian operator Ketika proses produksi berlangsung
melakukan call slip dan memberikan dan ditemukan ketidaksesuaian kembali
sampel ke tool maker untuk kembali maka QA/QC akan menginformasikan ke
dilakukan perbaikan. Setelah itu tool produksi untuk dilakukan karantina pada
maker kembali akan melakukan produk. QA/QC menginformasikan
adjusment pada tooling dengan berbasis kepada supervisor untuk memisahkan
eksperimen dengan mengacu pada produk jika keputusannya adalah rework.
panduan pengaturan untuk penyesuaian Namun, apabila produk tersebut sudah
parameter yang memang perlu untuk tidak dapat digunakan lagi maka produk
disesuaikan. Kemudian tool maker akan diputuskan dibuang/scrap.

Conference on Business, Social Sciences and Innovation Technology | 729

http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2020
3. Gagasan Pembaharuan untuk Diagram untuk quality assessment [7].
Diimplementasikan Faktor tersebut meliputi manusia (man),
Untuk menindaklanjuti upaya mesin (machine), metode (method),
perbaikan yang dapat dilakukan oleh pengukuran (measurement), material
personnel QA maka permasalahan (material) dan lingkungan (environment).
dimension out perlu ditinjau secara lebih Dari hasil brainstorming yang dilakukan
detail dengan memperluas perspektifnya. bersama tim produksi, teknisi, engineer
dan quality inspector diperoleh rincian
penjelasan sebagai berikut:

Bunyi mesin bising Mesin misfeed Deviasi tebal


material
1. Faktor manusia
Temperatur suhu Tekanan angin Perbedaan
di area kerja tinggi menurun hardness material

Jarak antara line produksi


dan ruang pengukuran jauh
Setting SPM
terlalu tinggi Salah ukuran
rivet
Terdapat tiga hal yang dianggap
Jumlah produk yang harus Punch bending
terlalu terbuka
diinspeksi terlalu banyak 80 % reject

Preasure gauge rusak Operator lelah


Tidak mengikuti
Instruksi kerja
Dimensi out
sebagai faktor penyebab kegagalan
Deviasi pengukuran Operator tidak tahu
Pengukuran tidak

QC keliru
spesifikasi produk
Perjam sesuai IPIR

Prioritas cek
proses ini yang disebabkan oleh
saat pengukuran QC jarang inspeksi sampel First Piece

faktor manusia: 1) operator lelah; 2)


operator tidak mengerti sepenuhnya
tentang spesifikasi produk yang

Gambar 8. Fishbone diagram faktor dikerjakan; 3) Personil QA tidak


dimensi out sepenuhnya menjalankan SOP
Untuk memfasilitasi hal ini maka tentang inspeksi di lapangan.
fishbone diagram dapat digunakan 2. Faktor mesin
sebagai analysis toolnya [6]. Untuk Jika feeding material tidak stabil
merekonstruksi fishbone diagram ini, maka kontinuitas proses akan
perlu dilakukan brainstorming bersama- terganggu. Hal ini dapat disebabkan
sama dengan personil dari departement oleh sensor misfed yang rusak. Pada
produksi dan tim teknisi. Adapun hasil akhirnya juga akan mempengaruhi
dari brainstorming tersebut ditunjukkan kualitas produk dari sisi kepresisian
oleh Gambar 8 di atas. dimensi yang dihasilkan. Selain itu,
Penyebab masalah dimensi out ini pada proses feeder juga rawan terjadi
dikelompokkan menjadi beberapa faktor roller mark yang mana hal ini
dengan mengacu pada model Ishikawa
Conference on Business, Social Sciences and Innovation Technology | 730

http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2020
disebabkan oleh setting SPM terlalu pengukuran maupun deviasi pada
tinggi. Selanjutnya yang sering alat ukurnya sendiri karena
terjadi adalah punched bending kesalahan kalibrasi atau overdue
terlalu terbuka yang disebabkan oleh proses kalibrasi ulang.
bending tool tidak presisi. Dan chip 5. Faktor material
off yang terjadi karena tekanan angin Dalam konteks reject dimensi out ini,
menurun. faktor material handling menjadi
3. Faktor Metode cukup signifikan mengingat
Reject dimensi out juga dapat seringnya terjadi kesalahan
disebabkan oleh faktor metodologi penggunaan jenis material maupun
pengoperasian dan/atau setting dimensi raw material yang
parameter yang keliru selama seharusnya digunakan seperti
pelaksanaan proses produksi. Berikut penggunaan material yang lebih tebal
adalah akar permasalahan yang atau level hardness yang berbeda.
dihimpun oleh tim: 1) tidak Hal ini berujung pada kegagalan
mengikuti instruksi kerja; 2) dalam pemrosesan material tersebut
pengukuran sample tidak dilakukan salah satunya dalam bentuk dimensi
per jam sesuai IPIR; 3) prioritas cek out. Selain itu, ini juga berujung pada
sampel first piece tidak dilakukan. kesalahan ukuran rivet yang
4. Faktor pengukuran digunakan.
Faktor pengukuran berkontribusi 6. Faktor Lingkungan
pada justifikasi reject dimensi out Bahwa proses metal stamping
dalam dua kategori: 1) over-reject: menghasilkan tingkat kebisingan
produk yang baik dianggap cacat; 2) yang tinggi dan panas yang ditransfer
over-pass: produk yang cacat dari mesin ke lingkungan telah
dianggap baik. Dalam konteks ini, membuat kondisi operator tidak
kedua hal tersebut terjadi seringkali nyaman. Selain itu sangat beresiko
disebabkan oleh pressure gauge pada proses produksi yang dilakukan
rusak, setting kepresisian data keliru pada malam hari. Kelelahan yang
pada saat personil QA melakukan tidak perlu yang diikuti dengan

Conference on Business, Social Sciences and Innovation Technology | 731

http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2020
penurunan konsentrasi sebagai Tekanan angin menurun X
X
akibat jumlah parts yang harus
Tidak mengikuti instruksi
diperiksa terlalu banyak serta jarak
4 kerja
antara measurement station dan Pengukuran sampel tidak X
production line terlalu jauh. Jika dilakukan perjam sesuai X
tidak diperhatikan maka hal-hal IPIR X
X
seperti ini dapat memicu kesalahan
5 Prioritas cek sampel first
yang tidak perlu bahkan kecelakaan
piece tidak dilakukan X
kerja. Material lebih keras X
6 Material lebih tebal X
Setelah diagram Fishbone terbentuk
Salah ukuran rivet
maka dilakukan identifikasi CNX factors
N
[8]. Faktor-faktor yang masuk dalam Pressure gauge rusak N
kategori experimental (X), Constant (C) Kesalahan pada saat N

atau Noise (N) masing-masing ditandai pengukuran C


Deviasi alat ukur
untuk menentukan faktor-faktor mana
Bunyi mesin bising
saja yang perlu ditindaklanjuti. Berikut
Jumlah parts yang harus
tabulasi faktor-faktor yang didentifikasi diperiksa banyak
sebagai akar permasalahan problem Area kerja panas
dimensi out: Jarak antara production

Tabel 1. Identifikasi faktor CNX line dan measurement

No. Faktor Penyebab Kategori station jauh

1 Operator tidak mengecek X


produk X 4. Para Pihak dalam Implementasi
Operator tidak mengetahui X Gagasan
standar produk
Selanjutnya, bagaimana proses
2 Operator perlu melakukan X
inspeksi yang dilakukan oleh personnel
training ulang X
X QA pada proses-proses produksi yang
Sensor misfed rusak X kritikal bersama-sama dengan bagian
Setting SPM terlalu tinggi terkait ditunjukkan oleh process flow dari
3 Over bending tool

Conference on Business, Social Sciences and Innovation Technology | 732

http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2020
QA inspection berikut seperti pada reject yang dominan yang perlu dikontrol
Gambar 9: oleh operator produksi setiap jam.
Start Selanjutnya QA bekerjasama dengan
Inspeksi berdasarkan
Confirmation Slip, IPIR, Drawing
pihak produksi untuk melakukan training
SOP dan sample card
ulang untuk implementasi SOP pada
NG Informasikan bila terjadi
Apakah semua
data sesuai ?
ketidaksesuaian pada supervisor QA
dan produksi
proses produksi terutama mengenai
OK
pengontrolan dengan jig yang
Lakukan pengecekan sampel 5 pcs

distandarkan setiap 15 menit.


menemukan defect

Informasikan ke Leader QA atau


Supervisor

OK NG
Menginformasikan ke pihak produksi Lihat SOP
pengecekan
Informasi ke produksi agar mesin stop
untuk beroperasi
NG
Proses karantina dan pemisahan part Produksi melapor ke Toolmaker dan
OK dan NG dilakukan perbaikan

Produksi memberikan sampel ke QA


Membuat form NCMR untuk pengukuran ulang

Hasil pengukuran
Keputusan
QA
Supervisor /
Manager

Rework dan Produksi memberikan sampel ke QA


Scrap
pemisahan akhir untuk pengukuran ulang

Gambar 9. Flowchart pengecekan


standar QA setelah perbaikan
Pihak yang dipertimbangkan untuk
Gambar 10. Reinforcement pelaksanaan
membantu implementasi tersebut adalah
SOP dalam proses produksi
personil dari departemen produksi,
QA menstandarkan penggunaan jig
departemen quality assurance dan divisi
pada proses produksi sehingga supervisor
toolmaker.
harus membuat order pembuatan jig baru
Setelah teridentifikasi faktor-faktor
kepada pihak internal tool maker. QA
mana saja yang termasuk ke dalam
memiliki otoritas untuk menghentikan
kategori experimental (X) maka upaya
proses produksi secara temporary jika
experimental menuju perbaikan
ditemukan adanya output produksi yang
dilakukan oleh pihak-pihak terkait di atas.
out of specs. Pihak produksi dapat
Pihak QA/QC menyediakan sampel
Conference on Business, Social Sciences and Innovation Technology | 733

http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2020
mengajukan call slip kepada teknisi
untuk perbaikan setting pada mesin
maupun mengimplementasikan
penggunaan jig baru dari tool maker di
dalam proses produksi dengan melakukan
prakualifikasi terlebih dahulu.
Personil QA mendokumentasikan
perubahan pada proses atau prosedur
untuk kemudian melakukan update untuk
menjadi prosedur baru yang
diimplementasikan.

5. Langkah-langkah Strategis dalam


Implementasi gagasan
Untuk merumuskan langkah strategis
dalam penanggulangan jenis reject Dari hasil brainstorming pada fishbone
dimensi out maka dibuat table FMEA diagram (Gambar 8) yang selanjutnya
(Tabel 2). Terkait dengan konteks jika ditelaah lebih jauh untuk menetapkan
permasalahan, maka FMEA yang dibuat skala prioritas perbaikannya (Tabel 2)
merupakan process FMEA yang berfokus maka faktor punch bending terlalu
pada mode kegagalan potential yang terbuka (#11) menjadi faktor yang paling
dapat mengakibatkan masalah kualitas urgent untuk diperbaiki.
pada proses manufactur secara umum [9].
Tabel 2. Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA) reject dimensi out

Gambar 11 (a). Jig untuk dimensi 90 ± 1


contact fixed (kasus: Good Parts)

Conference on Business, Social Sciences and Innovation Technology | 734

http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2020
operasional produksi dapat lebih mudah
dilakukan.

KESIMPULAN
Dari penelitian terapan ini dapat
disimpulkan bahwa sering kali proses
tidak dikelola dengan baik, padahal
tingginya level reject lebih disebabkan
Gambar 11 (b). Jig untuk dimensi 90 ± 1
oleh ketidakdisiplinan operator atau
contact fixed (Kasus: Not Good Parts)
personil dalam melaksanakan SOP yang
Sementara untuk prioritas
ada. Begitu beragam akar permasalahan
perbaikan kedua dan ketiga berturut-turut
yang menyebabkan reject tertentu namun
merupakan bentuk
80% dari contributor terbesar boleh jadi
ketidakpatuhan/ketidakdisiplinan
dapat diselesaikan dengan satu atau dua
operator dalam melakukan instruksi SOP
langkah efektif seperti pada kasus reject
terkait. Penerapan sistem certified
dimensi out di atas. Lebih jauh jika diteliti
operator melalui proses training berkala
ternyata akar permasalahan yang
dapat menjadi solusi bagi kedua
menyebabkan tingginya jumlah reject
permasalahan prioritas di atas. Dengan
dimensi out adalah kontribusi dari
menerapkan sistem tersebut maka sistem
ketidakdisiplinan dan ketidakcukupan
deteksi tentang cukup tidaknya
pengetahuan operator (faktor manpower)
kualifikasi operator yang
dalam melaksanakan dan memonitor
bertanggungjawab terhadap operasional
kualitas output dari proses. Sistem
mesin dan prosesnya dapat ditingkatkan.
training ulang dan sertifikasi berjangka
Hal sejalan juga dinyatakan oleh Maarif
terutama yang berkaitan dengan SOP
dan Tanjung [10]. Dengan dinyatakan
tentang sistem pemantauan kualitas
secara jelas, siapa yang
output proses menjadi prioritas untuk
bertanggungjawab terhadap proses dan
implementasi perbaikan. Untuk
operasional mesin serta pengecekan
mempercepat proses inspeksi maka
kualitas sampel maka pengawasan dalam
dibuat jig yang menjadi acuan apakah

Conference on Business, Social Sciences and Innovation Technology | 735

http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2020
output proses pada first piece dapat pp. 296–311, 2014.
dinyatakan cukup secara kualitas untuk [5] F. Thalib, M. N. Qureshi, and Z.
keputusan melanjutkan proses normal Rahman, “Pareto analysis of total
produksi. quality management factors
DAFTAR PUSTAKA critical to success for service
[1] J. Goldstone, “The role of quality industries,” Int. J. Qual. Res., vol.
assurance versus continuous 4, no. 2, pp. 155–168, 2010.
quality improvement,” J. Vasc. [6] A.-A. Yazdani and R. Tavakkoli-
Surg., vol. 28, no. 2, pp. 378–380, Moghaddam, “Integration of the
1998. fish bone diagram,
[2] J. D. Kamdar, S. G. Mamtora, and brainstorming,and AHP method
N. R. Panchal, “REJECTION for problem solving and
RATE REDUCED BY decisionmaking—a case study,”
IMPLEMENTATION OF ROOT Int. J. Adv. Manuf., vol. 63, pp.
CAUSE ANALYSIS METHOD,” 651–657, 2012.
Int. J. Sci. Dev. Res., vol. 1, no. 6, [7] L. Liliana, “A New Model of
pp. 395–417, 2016. Ishikawa Diagram for Quality
[3] S. D. P. Flapper, J. C. Fransoo, R. Assessment,” in 20th Innovative
A. C. M. Broekmeulen, and et al., Manufacturing Engineering and
“Planning and control of rework in Energy Conference, 2016.
the process industries: A review,” [8] P. Borman, “The Application of
Prod. Plan. Control Manag. Quality by Design to Analytical
Oper., vol. 13, no. 1, pp. 26–34, Methods,” Pharm. Technol., vol.
2010. 31, no. 10, 2007.
[4] S. Mahmood, S. M. Ahmed, K. [9] K. D. Sharma and S. Srivastava,
Panthi, and et al., “Determining the “Failure Mode and Effect Analysis
cost of poorquality and its impact (FMEA) Implementation: A
onproductivity and profitability,” Literature Review,” J. Adv. Res.
Built Environ. Proj. Aeronaut. Sp. Sci., vol. 5, no. 1&2,
AssetManagement, vol. 4, no. 3, pp. 1–17, 2018.

Conference on Business, Social Sciences and Innovation Technology | 736

http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2020
[10] S. M. Maarif and H. Tanjung,
Manajemen Operasi. Jakarta:
Grasindo, 2003.

Conference on Business, Social Sciences and Innovation Technology | 737

http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit

Anda mungkin juga menyukai