Abstract:
This applied study is in line with the way to map the root cause of dimension-out reject on contact-
fixed product used for electrical equipment application. Production data within 4 months was analyzed to
determine the distribution of rejects with use of Pareto diagram. Investigation on major contributor of rejects
namely dimension out, contributing more than 80% of total rejects, was conducted by considering different
perspectives: man, machine, method, material, measurement and environment, before reconstructing
fishbone diagram. The most significant factor found to produce rejects in the process was indiscipline
operators who should be responsible to ensure that qualification process was conducted according to the
appropriate standard. Implementation of strict Standard Operating Procedure (SOP) and certified operator
system will result in a clear system, specifically, on who will take responsibility on any failure occurred
during the operation. Furthermore, to expedite inspection process a standard jig is used in the production
process.
Keywords: Pareto Diagram, Fishbone Diagram, SOP, FMEA, Quality
Abstrak:
Penelitian terapan ini dilakukan dalam rangka memetakan akar permasalahan reject dimensi out
pada produk contact fixed untuk aplikasi peralatan listrik. Data historis produksi fungsi waktu selama empat
bulan dianalisis untuk menentukan distribusi jenis-jenis reject pada produk dengan menggunakan Diagram
Pareto. Investigasi pada jenis reject utama yaitu dimensi out, yang berkontribusi lebih dari 80% dari total
reject, dilakukan dengan meninjau dari perspektif man, machine, method, material, measurement dan
environment sebelum merekonstruksi fishbone diagram. Faktor yang ditemukan paling signifikan
menyebabkan terjadinya reject produk adalah kelalaian operator yang seharusnya bertanggungjawab untuk
memastikan bahwa proses kualifikasi produk sesuai dengan standar yang ada. Implementasi SOP yang ketat
dan sistem operator tersertifikasi diharapkan akan menghasilkan sistem yang jelas, secara khusus tentang
siapa yang bertanggungjawab terhadap kegagalan apapun dalam proses. Selanjutnya, untuk mempercepat
proses inspeksi maka diimplementasikan sistem pengecekan dengan menggunakan jig standar pada proses
produksi.
Kata kunci: Diagram Pareto, Diagram Fishbone, SOP, FMEA, Kualitas
http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2020
dibutuhkan mesin stamping dengan merupakan sebuah process yang
kapasitas 12 Ton sampai 1600 Ton. Salah memberikan added value [3]. Rework
satu di antaranya adalah Mesin DORR seharusnya dilihat sebagai sebuah
dengan kapasitas 12 Ton. Untuk proses konsekuensi dari kondisi cost of poor
produksi, mesin DORR disertai dengan quality (COPQ) pada proses yang dapat
supporting tool yang berfungsi sebagai dicegah jika seandainya proses produksi
media untuk membuat bentuk produk memenuhi kriteria kualitas. Oleh karena
yang diinginkan. Bentuk dari cetakan ini itu, penting untuk menghilangkan
sesuai dengan punched shape ataupun dampak dari COPQ ini karena dengan
bentuk dari produk yang diinginkan. demikian maka standard cost dari proses
Menjaga kualitas produksi adalah produksi dapat ditekan [4]. Artinya jika
tanggung jawab seluruh pihak yang standard cost rendah, dengan selling
terkait dalam proses produksi. Dalam price yang sama sekalipun, tetap dapat
menjaga kualitas produk dari incoming memberikan ruang untuk peningkatan
raw material sampai dengan proses margin yang pada akhirnya secara bisnis
shipment dibutuhkan personil QA lebih menguntungkan sehingga produk
(Quality Assurance) untuk memonitor tersebut dapat survive dan memenangkan
kualitas output proses secara terus kompetisi dengan produk sejenis di
menerus agar produk sesuai dengan pasaran.
spesifikasi yang telah disepakati dengan Contact fixed adalah istilah untuk
customer [1, 2]. QA dalam kegiatan menyebut salah satu produk pada aplikasi
pengecekan harus berpedoman pada IPIR elektrikal yang dihasilkan oleh PT WWW
(In Process Inspection Report) dan SOP Batam yang akan menjadi point of
yang telah ditetapkan. interest dikarenakan tingginya rate of
Kondisi persentase reject yang non-complience yang mengakibatkan
tinggi berpengaruh pada efisiensi proses produksi harus menanggung beban
dari sisi cost, effort dan time. Artinya rework sebagai upaya
walaupun beberapa jenis reject dapat penanggulangannya.
ditanggulangi dengan proses rework,
GAGASAN
namun aktivitas rework sendiri bukanlah
http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2020
1. Kondisi Terkini Pencetus Gagasan sebagai dudukan material yang sejajar
Proses stamping adalah proses awal dengan tinggi mesin stamping. Setelah
pembuatan komponen contact fixed dari gulungan material dikeluarkan, raw
raw material seperti yang ditunjukkan material dimasukkan ke dalam mesin
pada gambar di bawah ini: feeder dan operator melakukan
adjustment untuk tingkat kedalaman
press mesin feeder agar menghasilkan
Uncoiler Mesin Feeder Tool dies Indexer WIP Packaging
keluaran material berbentuk plat yang
rata dan bebas dari roller mark yang dapat
Gambar 1 Diagram blok proses stamping
terjadi karena tekanan berlebih dari mesin
Pada proses pertama operator produksi feeder. Pada proses ini, variasi
memasukan raw material yaitu berupa pengaturan feeder berpengaruh terhadap
gulungan pada uncoiler sebagai penahan bentuk fisik dan kehalusan material.
beban material selama beroperasi.
http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2020
http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2020
karena untuk mendapatkan jumlah output memverifikasi sampel dan menyerahkan
yang sama diperlukan extra effort ke QA/QC . Setelah pengukuran sampel
(rework) yang berakibat pada tingginya berhasil, sampel akan diberi identitas dan
standard cost dari setiap produk yang disimpan.
dihasilkan. Mulai
diterapkan mesin
Pass
diinspeksi oleh tool maker maka operator 2. Cek sampel material baru
3. Cek sampel terakhir
Pass
Produksi beroperasi
1. Karantina produk
setelah perbaikan maka dilakukan first Pass 2. Pisahkan produk
OK dan NG
Keputusan
supervisor/
Material habis manager
http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2020
3. Gagasan Pembaharuan untuk Diagram untuk quality assessment [7].
Diimplementasikan Faktor tersebut meliputi manusia (man),
Untuk menindaklanjuti upaya mesin (machine), metode (method),
perbaikan yang dapat dilakukan oleh pengukuran (measurement), material
personnel QA maka permasalahan (material) dan lingkungan (environment).
dimension out perlu ditinjau secara lebih Dari hasil brainstorming yang dilakukan
detail dengan memperluas perspektifnya. bersama tim produksi, teknisi, engineer
dan quality inspector diperoleh rincian
penjelasan sebagai berikut:
QC keliru
spesifikasi produk
Perjam sesuai IPIR
Prioritas cek
proses ini yang disebabkan oleh
saat pengukuran QC jarang inspeksi sampel First Piece
http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2020
disebabkan oleh setting SPM terlalu pengukuran maupun deviasi pada
tinggi. Selanjutnya yang sering alat ukurnya sendiri karena
terjadi adalah punched bending kesalahan kalibrasi atau overdue
terlalu terbuka yang disebabkan oleh proses kalibrasi ulang.
bending tool tidak presisi. Dan chip 5. Faktor material
off yang terjadi karena tekanan angin Dalam konteks reject dimensi out ini,
menurun. faktor material handling menjadi
3. Faktor Metode cukup signifikan mengingat
Reject dimensi out juga dapat seringnya terjadi kesalahan
disebabkan oleh faktor metodologi penggunaan jenis material maupun
pengoperasian dan/atau setting dimensi raw material yang
parameter yang keliru selama seharusnya digunakan seperti
pelaksanaan proses produksi. Berikut penggunaan material yang lebih tebal
adalah akar permasalahan yang atau level hardness yang berbeda.
dihimpun oleh tim: 1) tidak Hal ini berujung pada kegagalan
mengikuti instruksi kerja; 2) dalam pemrosesan material tersebut
pengukuran sample tidak dilakukan salah satunya dalam bentuk dimensi
per jam sesuai IPIR; 3) prioritas cek out. Selain itu, ini juga berujung pada
sampel first piece tidak dilakukan. kesalahan ukuran rivet yang
4. Faktor pengukuran digunakan.
Faktor pengukuran berkontribusi 6. Faktor Lingkungan
pada justifikasi reject dimensi out Bahwa proses metal stamping
dalam dua kategori: 1) over-reject: menghasilkan tingkat kebisingan
produk yang baik dianggap cacat; 2) yang tinggi dan panas yang ditransfer
over-pass: produk yang cacat dari mesin ke lingkungan telah
dianggap baik. Dalam konteks ini, membuat kondisi operator tidak
kedua hal tersebut terjadi seringkali nyaman. Selain itu sangat beresiko
disebabkan oleh pressure gauge pada proses produksi yang dilakukan
rusak, setting kepresisian data keliru pada malam hari. Kelelahan yang
pada saat personil QA melakukan tidak perlu yang diikuti dengan
http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2020
penurunan konsentrasi sebagai Tekanan angin menurun X
X
akibat jumlah parts yang harus
Tidak mengikuti instruksi
diperiksa terlalu banyak serta jarak
4 kerja
antara measurement station dan Pengukuran sampel tidak X
production line terlalu jauh. Jika dilakukan perjam sesuai X
tidak diperhatikan maka hal-hal IPIR X
X
seperti ini dapat memicu kesalahan
5 Prioritas cek sampel first
yang tidak perlu bahkan kecelakaan
piece tidak dilakukan X
kerja. Material lebih keras X
6 Material lebih tebal X
Setelah diagram Fishbone terbentuk
Salah ukuran rivet
maka dilakukan identifikasi CNX factors
N
[8]. Faktor-faktor yang masuk dalam Pressure gauge rusak N
kategori experimental (X), Constant (C) Kesalahan pada saat N
http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2020
QA inspection berikut seperti pada reject yang dominan yang perlu dikontrol
Gambar 9: oleh operator produksi setiap jam.
Start Selanjutnya QA bekerjasama dengan
Inspeksi berdasarkan
Confirmation Slip, IPIR, Drawing
pihak produksi untuk melakukan training
SOP dan sample card
ulang untuk implementasi SOP pada
NG Informasikan bila terjadi
Apakah semua
data sesuai ?
ketidaksesuaian pada supervisor QA
dan produksi
proses produksi terutama mengenai
OK
pengontrolan dengan jig yang
Lakukan pengecekan sampel 5 pcs
OK NG
Menginformasikan ke pihak produksi Lihat SOP
pengecekan
Informasi ke produksi agar mesin stop
untuk beroperasi
NG
Proses karantina dan pemisahan part Produksi melapor ke Toolmaker dan
OK dan NG dilakukan perbaikan
Hasil pengukuran
Keputusan
QA
Supervisor /
Manager
http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2020
mengajukan call slip kepada teknisi
untuk perbaikan setting pada mesin
maupun mengimplementasikan
penggunaan jig baru dari tool maker di
dalam proses produksi dengan melakukan
prakualifikasi terlebih dahulu.
Personil QA mendokumentasikan
perubahan pada proses atau prosedur
untuk kemudian melakukan update untuk
menjadi prosedur baru yang
diimplementasikan.
http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2020
operasional produksi dapat lebih mudah
dilakukan.
KESIMPULAN
Dari penelitian terapan ini dapat
disimpulkan bahwa sering kali proses
tidak dikelola dengan baik, padahal
tingginya level reject lebih disebabkan
Gambar 11 (b). Jig untuk dimensi 90 ± 1
oleh ketidakdisiplinan operator atau
contact fixed (Kasus: Not Good Parts)
personil dalam melaksanakan SOP yang
Sementara untuk prioritas
ada. Begitu beragam akar permasalahan
perbaikan kedua dan ketiga berturut-turut
yang menyebabkan reject tertentu namun
merupakan bentuk
80% dari contributor terbesar boleh jadi
ketidakpatuhan/ketidakdisiplinan
dapat diselesaikan dengan satu atau dua
operator dalam melakukan instruksi SOP
langkah efektif seperti pada kasus reject
terkait. Penerapan sistem certified
dimensi out di atas. Lebih jauh jika diteliti
operator melalui proses training berkala
ternyata akar permasalahan yang
dapat menjadi solusi bagi kedua
menyebabkan tingginya jumlah reject
permasalahan prioritas di atas. Dengan
dimensi out adalah kontribusi dari
menerapkan sistem tersebut maka sistem
ketidakdisiplinan dan ketidakcukupan
deteksi tentang cukup tidaknya
pengetahuan operator (faktor manpower)
kualifikasi operator yang
dalam melaksanakan dan memonitor
bertanggungjawab terhadap operasional
kualitas output dari proses. Sistem
mesin dan prosesnya dapat ditingkatkan.
training ulang dan sertifikasi berjangka
Hal sejalan juga dinyatakan oleh Maarif
terutama yang berkaitan dengan SOP
dan Tanjung [10]. Dengan dinyatakan
tentang sistem pemantauan kualitas
secara jelas, siapa yang
output proses menjadi prioritas untuk
bertanggungjawab terhadap proses dan
implementasi perbaikan. Untuk
operasional mesin serta pengecekan
mempercepat proses inspeksi maka
kualitas sampel maka pengawasan dalam
dibuat jig yang menjadi acuan apakah
http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2020
output proses pada first piece dapat pp. 296–311, 2014.
dinyatakan cukup secara kualitas untuk [5] F. Thalib, M. N. Qureshi, and Z.
keputusan melanjutkan proses normal Rahman, “Pareto analysis of total
produksi. quality management factors
DAFTAR PUSTAKA critical to success for service
[1] J. Goldstone, “The role of quality industries,” Int. J. Qual. Res., vol.
assurance versus continuous 4, no. 2, pp. 155–168, 2010.
quality improvement,” J. Vasc. [6] A.-A. Yazdani and R. Tavakkoli-
Surg., vol. 28, no. 2, pp. 378–380, Moghaddam, “Integration of the
1998. fish bone diagram,
[2] J. D. Kamdar, S. G. Mamtora, and brainstorming,and AHP method
N. R. Panchal, “REJECTION for problem solving and
RATE REDUCED BY decisionmaking—a case study,”
IMPLEMENTATION OF ROOT Int. J. Adv. Manuf., vol. 63, pp.
CAUSE ANALYSIS METHOD,” 651–657, 2012.
Int. J. Sci. Dev. Res., vol. 1, no. 6, [7] L. Liliana, “A New Model of
pp. 395–417, 2016. Ishikawa Diagram for Quality
[3] S. D. P. Flapper, J. C. Fransoo, R. Assessment,” in 20th Innovative
A. C. M. Broekmeulen, and et al., Manufacturing Engineering and
“Planning and control of rework in Energy Conference, 2016.
the process industries: A review,” [8] P. Borman, “The Application of
Prod. Plan. Control Manag. Quality by Design to Analytical
Oper., vol. 13, no. 1, pp. 26–34, Methods,” Pharm. Technol., vol.
2010. 31, no. 10, 2007.
[4] S. Mahmood, S. M. Ahmed, K. [9] K. D. Sharma and S. Srivastava,
Panthi, and et al., “Determining the “Failure Mode and Effect Analysis
cost of poorquality and its impact (FMEA) Implementation: A
onproductivity and profitability,” Literature Review,” J. Adv. Res.
Built Environ. Proj. Aeronaut. Sp. Sci., vol. 5, no. 1&2,
AssetManagement, vol. 4, no. 3, pp. 1–17, 2018.
http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2020
[10] S. M. Maarif and H. Tanjung,
Manajemen Operasi. Jakarta:
Grasindo, 2003.
http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit