Anda di halaman 1dari 21

RANCANGAN KONSEP USULAN ALARM MESIN JAHIT UNTUK

MEMINIMASI DEFECT JAHITAN LEPAS PADA PROSES OBRAS DI PT


NAKHODA NUSANTARA DENGAN METODE QFD

Disusun:
Rani Afifah Putri (NIM: 1201182452)
Reyhan Rizky Mahadika (NIM: 1201180129)
Nabiilah Rahmah Dita (NIM: 1201184228)
Ganis Woro Ayuningtyas (NIM: 1201184138)

Kelompok – 6
TI-42-GAB QSE

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2021
BAB 1

DEFINE PHASE

1.1 Inisiasi Project


PT Nakhoda Nusantara merupakan sebuah perusahaan manufaktur
yang bergerak di bidang industri konveksi. Perusahaan berlokasi di
Bandung yang memproduksi pakaian pria, wanita, anak, pakaian olahraga,
dan seraga. PT Nakhoda Nusantara menerapkan sistem make-to-order dan
make-to-stock, pada sistem make-to-order perusahaan menerapkan smart
sistem dimana customer akan menerima desain yang diinginkan dengan
hasil print out produk sebelum dilakukan produksi, sedangkan untuk
sistem make-to-stock perusahaan menyediakan produk pakaian polos.
Salah satu keunggulan dari layanan perusahaan dalam memenuhi kepuasan
pelanggan yaitu pemberian garansi untuk setiap produk yang dipesan dan
juga sebagai keunggulan daya saing bagi perusahaan pesaing. Seringkali
garansi disebabkan oleh defect jahitan yang tidak bisa ditoleransi oleh
customer. Berdasarkan hasil//wawancara juga,//permasalahan pada
komponen mesin jahit///paling berkontribusi/./besar dalam menghasilkan
defect pada proses obras, sehingga bagaimana rancangan konsep usulan
alaram berdasarkan lama jam kerja mesin jahit untuk meminimasi defect
jaitan lepas pada proses obras untuk menghilangkan pemberian garansi
sehingga pendapatan meningkat. . Maka dari itu penulisan akan dilakukan
penelitian dengan pembahasan tentang perancangan konsep usulan alaram
mesin jahit dalam meminimasi defect
1.2 Analisis SWOT
Strength :
● Perusahaan telah menerapkan sistem “smart production”.
● Perusahaan sangat memperhatikan keinginan pelanggan.
● Produk perusahaan telah memiliki legalitas yang terpercaya.
● Memberikan layanan berupa garansi sehingga pelanggan dapat
melakukan komplain jika produk tidak sesuai dengan yang di pesan.
● Tepat waktu dalam melakukan pengerjaan.
Weakness :
● Belum adanya pengalaman dalam melakukan impor maupun ekspor
dalam jumlah besar.
● Kurangnya promosi.
Opportunities :
● Memiliki pimpinan yang kompeten di setiap masing-masing wilayah
cabang.
● Adanya event-event yang memerlukan baju kepanitian terutama
dikalangan mahasiswa.
Threats :
● Adanya kejadian tidak terduga seperti saat ini yaitu pandemi.
● Banyaknya perusahaan konveksi yang sudah memiliki nama yang
cukup terkenal.

1.3 Scooping project


Scoping project merupakan batasan dengan melihat permasalahan apa
saja yang terdapat dalam perusahaan permasalahan dijabarkan dengan
menggunakan fishbone. Berikut merupakan penjabaran Faktor penyebab
defect produk dengan fishbone :
Dalam/analisis fishbone/diagram dipilih/empat//faktor//yang dapat//menyebabkan
jahitan/lepas. /Selanjutnya/empat/faktor//penyebab//defect dapat//dievaluasi/untuk
mengetahui/penyebab/permasalahan/kemudian/dijadikan/sebagai prioritas dalam
menyelesaikan//masalah//yang//ada. /Untuk//dapat//mengetahui//faktor//penyebab
permasalahan//yang akan//diprioritaskan dapat/dilakukan analisis/terhadap data
jenis/defect yang/diperoleh/dari wawancara/dengan admin/jahit yaitu/pada proses
obras/sebagai pihak/yang mengetahui/secara detail/faktor utama/penyebab/defect
terjadi. /Setelah dilakukan/analisis terhadap/data defect/jahitan, di dapatkan bahwa
jahitan lepas/terjadi dikarenakan/penggunaan skoci yang//berlebih dan kondisi
skoci tidak//sesauai (pengecekan jika terjadi penyok, aus, ada sisa benang
tersangkut) hal ini menyebabkan/jahitan lepas. Sehingga dalam/penelitian ini akan
difokuska/kepada/faktor penyebab defect jahitan/lepas. Mode kegagalan/yang
telah//dijelaskan/sebelumnya, /terjadinya/defect//jahitan lepas//disebabkan oleh
pemakaian skooci yang berlebih hal ini akan membuat jaruum jait tidak/mau
bergerak/dan benang/tidak keluar. Pemakaian/komponen yang/dilakukan secra
terus/menerus tanpa/adanya replacement/akan berdampak/pada fungsi//mesin,
sehiingga//perlu//dilakukan//penggantiian//secara//berkala terhadap//komponen
tertentu/sebagai pencegahan/defect jahitan/lepas.
BAB II

MEASURE PHASE

2.1 Identifikasi VOC dan CTQ


Dengan mengidentifikasi Critical To Quality penulis dapat
mengetahui sejauh mana perusahaan dapat memenuhi Voice Of Customer.
Berikut merupakan tabel Voice Of customer beserta Critical to Quality dari
perusahaan :

Voice of Customer Even Driver Critical to Quality

finishing produk Jahitan Lepas ● Melakukan SOP


rapih akibat komponen penggunaan mesin.
sekoci yang ● Monitoring Performance
berlebih sehingga pada komponen mesin
dilakukan jahit.
reworking ● Melakukan upgrade
spesifikasi komponen
mesin jahit.
● Monitoring performance
operator.

2.2 Identifikasi Jenis Defect


Diagram.Pareto.menunjukan.Tipe.difect.yang.sering.terjadi.
pada.PT.Nakhoda Nusantara, terdapat.lima jenis defect
yaitu.Jahitan.Lepas. (JL), Benang.Loncat (BL), Benang Tidak
Bersih (BTB), Label Tidak Ditengah (LTD), Leher Baju Tidak
Singkron (NU). Pada gambar 1.I.1.dapat dilihat.bahwa jahitan.lepas
merupakan grafik.tertinggi.dari frekuensi.defect hal ini juga
menjadi keluhan.tersendiri.bagi PT Nakhoda Nusantara
dikarenakan seringnya garansi disebabkan oleh jahitan lepas yang
tidak dapat ditoleransi oleh customer.

2.3 Team Charter


● Business case
Dari data defect juga terlihat bahwa jahitan lepas memiliki
total defect tertinggi sehingga dipilihlah jenis defect jahitan lepas
sebagai parameter kasus yang harus di minimasi dikarenakan
memiliki total defect tertinggi.
● Goal statement
Berdasarkan hasil wawancara dengan operator diperoleh
bahwa faktor penyebab defect yaitu dari komponen mesin jahit
yang kurang baik akibat penggunaan yang berlebih saat target
produksi meningkat. Defect jahitan rusak menjadi permasalahan
yang paling diperhatikan dalam PT Nakhoda Nusantara karena
berpengaruh untuk menjaga kepercayaan pelanggan terhadap
produk itu sendiri dilihat juga dari grafik penghasilan yang
berfluktuasi. Berikut merupakan grafik penghasilan PT
Nakhoda Nusantara yang menjadi parameter keuntungan serta
kerugian perusahaan :

Berdasarkan hasil diskusi dengan owner PT Nakhoda Nusantara


diketahui bahwa penghasilan perusahaan menurun pada tiga bulan
kedepan yaitu bulan maret april mei dimana di bulan februari atau bulan
sebelumnya presentasi defect..tertinggi yaitu sebesar 3,1%,..pada bulan
oktober juga terlihat peningkatan persentase defect yang mempengaruhi
pendapatan pada bulan november. Peningkatan persentase defect pada
bulan tertentu dapat mempengaruhi pendapatan di bulan kedepannya.
● Identifikasi masalah

berdasarkan business case scope masalah yang akan diambil yaitu


jenis defect jahitan lepas pada proses obras dengan toleransi defect 2
%.
Berdasarkan grafik diatas dapat ditarik kesimpulan bahwaa
perusahaan masih menghasilkan rata-rata kecacatan sebesar 3,1% dari
batas toleransinya yaitu 2%. Pada grafik juga diperoleh dari data
rekap garansi jahitan lepas per bulannya dan data penjualan perbulan
permasalahan yang terlihat pada grafik yaitu mayoritas presentasi
defect melewati batas toleransi defect sehingga perusahaan banyak
melakukan garansi (perbaikan cacat pada produk), hal ini membuat
perusahaan mengalami kerugian.
Berdasarkan hasil//wawancara juga,//permasalahan pada
komponen mesin jahit///paling berkontribusi/./besar dalam
menghasilkan defect. Dari data defect juga terlihat bahwa jahitan lepas
memiliki gap tertinggi dengan yang diperoleh (batas toleransi) maka
diputuskan untuk memilih jahitan lepas sebagai kasus yang harus di
minimasi dikarenakan memiliki total defect tertinggi.
2.4 Perhitungan Stabilitas
Data yang diperoleh dari PT Nakhoda Nusantara berupa data defect, yang
kemudian data akan diolah dengan menggunakan peta kendali. peta
kendali sendiri digunakan untuk memastikan bahwa proses produksi
pakaian di PT Nakhoda Nusantara dalam keadaan stabil, yaitu berada di
batas kendali sehingga dapat ditentukan tingkat sigmanya.
● Peta Kendali p
Perhitungan batas kendali p yang dilakukan pada data jumlah defect
produksi tahun 2020 dan dilakukan sebagai tahapan berikut :
p̅ = CL = 7

UCL = 19

LCL = - 4

Peta kendali p (proporsi) digunakan untuk data yang terdiri dari


proporsi jumlah kejadian terhadap total jumlah kejadian dan digunakan dalam
pengendalian kualitas untuk melaporkan unit-unit yang tidak sesuai dalam
produk, karakteristik kualitas dengan jumlah n tidak harus konstan.
Berdasarkan gambar diatas plottingan data menunjukan bahwa data berada dalam
batas kendali sehingga tidak perlu melakukan revisi data, namun terdapat data
sampel yang hampir menyentuh batas kendali yakni terjadi pada tanggal 08
Februari 2020 dan 08 Maret 2020.
● Peta Kendali u
Perhitungan batas kendali U yang dilakukan pada data jumlah defect
produksi tahun 2020 dan dilakukan sebagai tahapan berikut :
p̅ = CL = 236

UCL = 516

LCL = - 44,5
Peta kendali u, yaitu diagram pengendali dalam keadaan dimana rata-rata
banyak cacat atau ketidaksesuaian per unit.
Berdasarkan peta kendali U diatas terdapat beberapa sampel yang
memperlihatkan adanya jumlah cacat pada produk yang cukup tinggi.
Dimana hal ini terjadi pada tanggal 08 November 2020, namun plottingan
data sudah berada dalam batas kendali, sehingga tidak memerlukan revisi
data.
● Tingkat sigma
Tingkat sigma digunakan untuk perhitungan pada tahap measure, tingkat
sigma bertujuan untuk menilai apakah proses produksi sudah dalam
kategori yang baik.
DPU = 0,03
DPO = 0,007
DPMO = 7547
Konversi DPMO ke Sigma = 4,00

Berdasarkan hasil konversi nilai DPMO menjadi tingkat sigma, didapatkan


hasil bahwa proses produksi pakaian pada PT Nakhoda Nusantara berada
pada tingkat sigma 4,00, dimana hasil ini masih jauh dari tingkat ideal
sigma, yaitu tingkat 6, sehingga perlu dilakukan peningkatan dari proses
produksi pakaian pada PT Nakhoda Nusantara.
BAB III

ANALYZE PHASE

Tahap analyze merupakan tahap dimana digunakan untuk menganalisa atau


mendeteksi faktor apa saja yang menjadi penyebab dalam kegagalan proses.
Menurut Gasperz (2002) terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan dalam
tahap ini yaitu :

1. Menentukan Stabilitas Defect


2. Menetapkan target kinerja dari karakteristik kualitas (CTQ) kunci
3. Mengidentifikasi sumber-sumber dan akar penyebab masalah kualitas

Pada penelitian kali ini akan menganalisa penyebab-penyebab yang


memungkinkan terjadinya defect pada proses. Untuk mempermudah analisa, pada
langkah pertama analysis yaitu menentukan analisis tentang diagram pareto.
kemudian dibuat pemecahan masalah dengan batuan fishbone.

a. Analisa Diagram Pareto

Analisa diagram pareto digunakan karena berguna dalam menentukan.


permasalahan utama yang dihadapi sehingga penyelesaiannya dapat lebih
efisien dan efektif. Data garansi defect diolah untuk mengetahui persentase
jenis cacat selama tahun 2020, perhitungan persentase jenis defect pada setiap
produk pakaian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tipe defect Total defect Persentase kumulatif Kumulaif

Jahitan Lepas JL 258 25% 25%

Benang Loncat BL 220 22% 47%

Benang tidak bersih BTB 210 21% 68%

Label tidak sesuai LTD 200 20% 88%


Neck Unsyncron NU 125 12% 10%

Total defect 1013

Terdapat.lima jenis defect yaitu.Jahitan.Lepas. (JL), Benang.Loncat (BL),


Benang Tidak Bersih (BTB), Label Tidak Ditengah (LTD), Leher Baju
Tidak Singkron (NU). Pada gambar diagram .dapat dilihat.bahwa
jahitan.lepas merupakan grafik.tertinggi.dari frekuensi.defect hal ini juga
menjadi keluhan.tersendiri.bagi PT Nakhoda Nusantara dikarenakan
seringnya garansi disebabkan oleh jahitan lepas yang tidak dapat
ditoleransi oleh customer. Sehingga peneliti akan fokus untuk mengurangi
jenis defect ini.

b. Identifikasi Akar Penyebab Masalah


Berikut merupakan penjelasan dari masing -masing faktor yang telah disebutkan pada fishbone diatas :
● Faktor manusia (man)
Faktor manusia sangat berperan aktif dalam produksi yang dihasilkan, karena manusia bertindak sebagai operator, walaupun pengerjaan
pembuatan produk dilakukan oleh mesin, tetapi manusia juga sangat mempengaruhi dalam pembuatan produk. Bagus atau buruknya produk
yang dihasilkan ditentukan oleh operator, hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa sebab yaitu :
➔ Kelalaian dalam menjahit
➔ tidak mengikuti SOP
➔ Admin yang kurang memiliki sifat motivasi dalam melakukan pekerjaan

● Faktor mesin (machine)


Faktor mesin disini dapat menyebabkan kesalahan terutama defect pada produk, pada kasus ini terdapat faktor yang disebabkan oleh mesin
yakni mesin jahit yang aus sehingga menyebabkan jahitan tidak sesuai dengan sempurna.
● Faktor material
Bahan baku yang digunakan dalam produksi, dalam hal ini adalah salah satu komponen utama pembuatan produk jika kualitasnya kurang bagus
akan mengakibatkan produk tidak sesuai. dan pada bahan baku juga adalah awal sebuah proses berjalan biasanya terjadi kesalahan dan kurang
telitinya operator dalam mengawasi Pencampuran material kurang merata disebabkan oleh operator yang kurang teliti dalam proses
pencampuran tersebut mengakibatkan alur dalam proses selanjutnya akan mengakibatkan produk defect. Dari fishbone di atas dapat diketahui
bahwa faktor material itu sendiri yakni :
➔ Jenis bahan dengan karakteristik yang berbeda
➔ karakteristik fabrikasi yang berbeda
➔ Jenis benang yang tidak sesuai
● Faktor metode
Pada faktor metode disebabkan oleh beberapa hal yakni :
➔ Tidak ada penggantian komponen secara berkala
➔ Penggunaan komponen mesin yang berlebih
➔ Tidak adanya peringatan untuk pengecekan komponen
➔ Tidak ada pengecekan berkala
BAB IV

IMPROVE PHASE

Tahap Improve adalah Tahap Melakukan identifikasi dan deskripsi tindakan atau
kegiatan perbaikan yang merupakan rekomendasi bagi pemecahan masalah pada
tahap proses sehingga diperoleh cara-cara baru untuk sejalan dengan
meningkatnya kapabilitas sigma (Sirine dan Kurniawati, 2017). Tujuan dari tahap
improve yaitu meningkatkan elemen – elemen sistem untuk mencapai target
performance (Rizqi, 2004 dalam Nursanti dan Astuti, 2018).

Tahapan ini dapat menjalankan suatu rencana dan tindakan peningkatan kualitas
six sigma. Rencana-rencana tersebut mendeskripkan tentang alokasi sumber daya
serta prioritas atau alternatif yang dilakukan sebagai bahan perbaikan yang dpat
dijalankan. Efektivitas dari rencana tindakan yang dilakukan akan tampak dari
penurunan persentase biaya kegagalan kualitas terhadap nilai penjualan total
sejalan dengan meningkatnya kapabilitas Sigma.

Pada penelitian ini, usulan atau suatu tindak perbaikan secara umum dalam upaya
menekan tingkat kecacatan produk pada PT. Nahkoda Nusantara sebagai berikut :

Unsur Faktor Penyebab Usulan Perbaikan

Metode Penggunaan komponen Rancangan konsep usulan


mesin jahit yang alarm otomatis sebagai alat
berlebihan bantu pengingat admin jait
mengganti komponen skoci
secara rutin berdasarkan jam
kerja, untuk mencegah
komponen skoci penyok, aus,
ada sisa benang tersangkut
yang sering terjadi sehingga
dapat meminimasi defect yang
terjadi.

Manusia Operator tidak Rancangan pemberian Safety


menerapkan SOP sign kelepasan komponen
penggunaan mesin mesin jahit pada penggunaan
mesin jahit untuk
meningkatkan awareness
admin mesin jahit dalam
melakukan perawatan
penggunaan mesin jahit pada
proses produksi sehingga dapat
meminimasi defect dimana
penggantian komponen skoci
dilakukan secara manual
riskan terjadi human error.

Material Karakteristik Fabrikasi Perancangan usulan display


material yang berbeda kerja pada monitoring form
sesuai karakteristik fabrikasi,
operator dapat mengontrol
benang yang akan digunakan
sesuai dengan bahan material
dan jarum mesin jahit sebelum
melakukan proses produksi
sehingga dapat meminimasi
defect.

Pada tabel diatas dapat dilihat beberapa tindakan atau solusi yang dapat dilakukan
untuk menurunkan tingkat kecacatan atau defect pada produk di PT. Nahkoda
Nusantara. Usulan yang dapat diberikan yaitu Alarm otomatis untuk Penggunaan
komponen mesin jahit yang berlebihan, Rancangan pemberian Safety sign
kelepasan komponen mesin jahit pada penggunaan mesin jahit untuk
meningkatkan awareness, dan usulan display kerja pada monitoring form sesuai
karakteristik fabrikasi.
BAB V

CONTROL PHASE

Tahap control merupakan tahap operasional terakhir dalam peningkatan kualitas


Six Sigma. Pada tahap ini hasil peningkatan kualitas didokumentasikan dan
disebarluaskan, praktik-praktik terbaik yang sukses dalam peningkatan proses
distandarisasi dan disebarluaskan, prosedur didokumentasikan dan dijadikan
sebagai pedoman standar, serta kepemilikan atau tanggung jawab ditransfer dari
tim kepada pemilik atau penanggung jawab proses. (Gaspersz 2002:293)

Setelah dilakukan tindak perbaikan secara umum dalam upaya menekan tingkat
kecacatan produk pada tahap improve, selanjutnya dilakukan pengendalian.
Pengendalian ini menggunakan data defect pada proses obras yang didapat setelah
dilakukan improvisasi. Pada penelitian kali ini, tools yang digunakan untuk
melakukan pengendalian yaitu process control plan. Dengan menggunakan
process control plan, akan memudahkan dalam mengendalikan proses produksi
untuk memastikan produk telah terpenuhi sesuai target dan meminimasi terjadinya
defect. menggambarkan metode kendali saat proses berjalan. Pada penelitian kali
ini, terdapat beberapa tindakan pengendalian antara lain:
1. Melakukan pengawasan terhadap operator agar menerapkan SOP
penggunaan mesin saat melakukan pekerjaan supaya dapat meminimasi
produk defect
2. Melakukan perawatan atau pengecekan mesin secara berkala khususnya
untuk mesin yang sering mengakibatkan produk defect. Jenis perawatan
yang dapat dilakukan antara lain:
A. Penggantian spare part
Penggantian spare part scara rutin dilakukan sesuai dengan usia
pakainya. Penggantian spare part bertujuan untuk menjamin
optimalisasi kerja unit secara keseluruhan.
B. Preventive Maintenance
Preventive maintenance bertujuan untuk mengurangi kemungkinan
mesin cepat rusak, dan supaya kondisi mesin selalu siap untuk
dipakai.
3. Melakukan pengawasan terhadap kualitas bahan baku yang digunakan
dalam produksi supaya produk yang dihasilkan nantinya sesuai.

Anda mungkin juga menyukai