ISSN : 2337-3636
SISTEMIK
Jurnal Ilmiah Nasional Bidang Ilmu Teknik
Volume 2 Nomor 1 Juni 2014
Penanggung Jawab :
Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Bandung
Pemimpin Umum
Ragil Pardiyono, ST., MT.
Pemimpin Redaksi
Rina Indrayani, SE., MM.
Anggota Redaksi
Agus Rahmat Hermawanto, SH.
Herman Ruswan Suwarman, ST., MT.
Dani Leonidas, ST., MT.
Penyunting Ahli
Dr. Ir. Ika Sartika, MT.
Dr. Rusli
Pelaksana Teknis
Tim Pengelola Jurnal
Alamat Penerbit/ Redaksi
Jl. Soekarno Hatta No. 378 Bandung
Tlp. (022) 5224000
Fax. (022) 5209272
Email : p3m@sttbandung.ac.id
DAFTAR ISI
Penerapan SIX SIGMA Untuk Menekan Jumlah REJECTION TAG ( RT ) Pada 2-14
Produksi Pesawat CN 235 (Studi Kasus) DI PT. DIRGANTARA INDONESIA
BANDUNG
Abdul Aziz, Danileo Sumarna
Perencanaan Produksi Pada Kain Rayon, Polyster dan Cotton Menggunakan
Teknik PeramalanERENCANAAN PRODUKSI PADA KAIN RAYON,
Agung Dwi Pambudi, Rina Indrayani
15-27
Studi Kelayakan Penambahan Alat Bantu Automatic Expander Roll Pada Mesin
Finishing Manual Expande Roll
Agung Jaya Setia, Ragil Pardiyono
28-40
41-62
63-70
71-81
1|Page
82-94
Abstrak
Metode Six sigma sebagai alternatif dalam prinsip-prinsip pengendalian kualitas,
memungkinkan perusahaan melakukan trobosan baru yang significan .
Six sigma merupakan alat penting bagi manajemen produksi untuk menjaga,memperbaiki,
mempertahankan kualitas produk menuju zero defect.
dengan menggunakan metode six sigma DMAIC diharapkan perusahaan mampu menekan
populasi jumlah RT ( Rejection Tag )
PT Dirgantara Indonesia yang memproduksi pesawat CN235 khususnya di final assembly
populasi jumlah RT (rejection tag) masih cukup tinggi dan nilai DPMO nya juga masih cukup
tinggi Maka untuk menekan populasi jumlah Rejection Tag ( RT ) dengan merekomendasikan
rencana tindakan perbaikan pada
kesalahan Design Drawing dan Material komponen
Kata kunci : Six Sigma ( DMAIC ) adalah : define, measure, analize, improved, control.
I .PENDAHULUAN
Sub Assembly
2.
Semy Assembly
3.
Final Assembly.
2|Page
Final assembly.
mendata kejadian kejadian (Defective) non conforming material selama pada proses
produksi pesawat CN235.
Dengan demikian RT ( Rejection Tag ) sangat menentukan terhadap kondisi kualitas
produksi pesawat CN235 dan akan berpengaruh terhadap penurunan harga (charge
customer), keterlambatan kerja dan pekerjaan ulang (Rework).
Bila kondisi ini tidak di minimasi sedini mungkin, maka perusahaan akan menanggung
kerugian yang sangat besar dan terjadi kemunduran pada kualitas produk CN235 yang
berakibat ketidak percayaan customer.
Pada umumnya sistem pengendalian kualitas seperti TQM dan lain-lain hanya
menekankan pada upaya peningkatan mutu berdasarkan kesadaran individu dari
manajemen. Sistem tersebut tidak memberikan solusi yang tepat mengenai
terobosan-terobosan baru atau langkah-langkah yang seharusnya dilakukan untuk
menghasilkan peningkatan kualitas secara signifikan menuju tingkat kegagalan
pada 0 (zero defect).
Six sigma sebagai salah satu metode baru yang paling popular merupakan salah
satu
alternatif
dalam
prinsip-prinsip
303).
Six
sigma
proses produksi
3|Page
Total
Total Defect
Position
Proses produksi
RT(Rejection Tag)
Prosentase
Pos I
92
18 RT
19 %
Pos II
81
17 RT
21 %
Pos III
77
14 RT
18 %
Pos IV
170
18 RT
19 %
Pos V
63
18 RT
19 %
Pos VI
41
10 RT
24.3 %
FL
26
550
95
17.2727%
Dari data pada tabel tersebut diatas ,maka penulis perlu untuk meneliti penyebab
populasi jumlah RT ( rejection tag ) yang terjadi di bagian final assembly
Dengan
diterapkannya
metode
six
sigma
di
PT.DIRGANTARA
INDONESIA pada Final Assembly diharapkan perusahaan berada pada tingkat produk
cacat /defect terendah bahkan dapat memperkecil lagi sampai pada proses produksi
berjalan menuju kesempurnaan (zero defect).
Dengan demikian penerapan metode six sigma pada PT. Dirgantara Indonesia
akan meningkatkan keuntungan dan akan mengakibatkan menurunnya biaya yang
dikeluarkan, Selain itu
hidupnya
bahkan dapat
perusahaan
dapat
meningkatkan
tetap
mempertahankan
posisi
pasarnya
kelangsungan
dalam menghadapi
PT.
Dirgantara Indonesia
belum
dilakukan pengendalian kualitas dengan metode six sigma. Dengan penelitian ini
diharapkan sebagai bahan pertimbangan perusahaan untuk mengambil konsep
mengenai pengendalian kualitas dengan menggunkan metode six sigma. Untuk
4|Page
jumlah
II.
LANDASAN TEORI
Kegiatan
pengendalian
dilaksanakan
dengan
cara
memonitor keluaran
perbedaan -
kondisi yang membebani produksi melalui suatu cara yang tidak pernah dialami
dalam periode sebelumnya. ( Feigenbaum,1992 ; 54-56), Market (Pasar), Money
(Uang), Management (manajemen)., Man (Manusia), Motivation (Motivasi), Material
(bahan), Machine and Mecanization (mesin dan mekanisasi), Modern Information
Metode (metode informasi moderen), Mounting Product Requirement (persyaratan
proses produksi).
pengendalian
kualitas
yang
dilaksanakan
adalah
pelanggan
bertujuan
(Pande
dan
yang
hampir
Cavanagh,
sempurna
2003:
dalam memenuhi
(2005:310) six sigma adalah suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4
kegagalan per sejuta kesempatan untuk setiap transaksi produk barang dan jasa.
Jadi Six Sigma merupakan suatu metode
5|Page
Pada dasarnya pelanggan puas apabila mereka menerima nilai yang diharapkan
mereka, apabila produk (barang atau jasa) diproses pada tingkat kualias Six Sigma,
maka perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO)
atau mengharapkan bahwa 99,99966 persen dari apa yang diharapkan pelanggan akan
ada dalam produk itu. Six Sigma dapat dijadikan ukuran target kinerja system industri,
tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok (industri) dan
pelanggan (pasar).
Semakin tinggi target sigma dicapai, maka kinerja sistem industri akan semakin
baik. sehingga Six Sigma otomatis lebih baik daripada 4-Sigma, lebih baik dari 3-Sigma.
Six Sigma juga dapat dianggap sebagai strategi terobosan yang memungkinkan
perusahaan melakukan peningkatan luar biasa di tingkat bawah.
Six Sigma juga dapat dipandang sebagai pengendalian proses indusri berfokus pada
pelanggan, malalui memperhatikan kemampuan proses Gaspersz, 2002).Terdapat enam
aspek kunci yang perlu diperhatikan dalam aplikasi konsep Six Sigma (Gasperz: 2002),
Pendekatan pengendalian proses Six Sigma Motorola mengijinkan adanya
pergeseran nilai target rata-rata (mean) setiap CTQ individual dari proses industri
sebesar 1,5 sigma sehingga akan menghasilkan 3,4 DPMO (defects per million
opportunities / kegagalan per sejuta kesempatan). Proses Six Sigma dengan distribusi
normal bergeser 1,5 Sigma (Sumber Gasperz, 2002)
Menurut Gasperz (2002), Six Sigma Motorola merupakan suatu metode atau
teknik pengendalian dan peningkatan kualitas yang merupakan terobosan baru dalam
bidang manajemen kualitas. Konsep Six Sigma Motorola ini pada awalnya
dikembangkan oleh perusahaan Motorola di Amerika Serikat. Banyak ahli manajemen
kualitas menyatakan bahwa metode Six Sigma Motorola dikembangkan dan diterima
secara luas oleh dunia industri, karena manajemen industry frustasi terhadap sistem
manajemen kualitas yang ada, yang tidak mampu melakukan peningkatan kualitas
menuju tingkat kegagalan nol (Zero Defect).
dipaparkan jenis metodologi Six Sigma, DMAIC secara terperinci dan persamaan
metodologi Six Sigma tersebut. DMAIC merupakan salah satu metodologi Six Sigma
yang digunakan dengan tujuan melakukan perbaikan proses terhadap produk atau proses
yang sedang berlangsung di perusahaan
6|Page
III.METODOLOGI PENELITIAN
Tujuan Penelitian
Studi Kasus
Landasan Teori
7|Page
2. Measure ( pengukuran )
Pada tahap ini dilakukan pengukuran terhadap kemampuan
proses pada proses produki pesawat CN 235 di final assembly.
Langkah pengukuran adalah:
1.
Perhitungan
Defects
DPU = =
POS. 1
18
DPU =
92
0.1957
POS, 2
17
DPU = 81 = 0.2099
8|Page
POS. 3
14
DPU = 77 = 0.1818
POS. 4
18
DPU= 63 = 0.2857
POS. 6
DPU =
2.
10
41
DPO =
DPU
POS 1 =
POS 2 =
POS 3 =
POS 4 =
POS 5 =
POS 6 =
3.
= 0.2439
0.1957
3
0.2099
3
0.1818
3
0.1059
3
0.2857
3
0.2439
3
= 0.0652
= 0.0699
= 0.0606
= 0.0353
= 0.0952
= 0.0813
9|Page
4.
Berdasarkan konsep motorola konversi nilai sigma bahwa proses industri memiliki
kapabilitas proses belum baik, nilai DPMO dari pos 1 hingga pos 6 terhadap nilai sigma
tak terhitung berdasarkan konsep Motorola nilai terkecil adalah 1,5 sigma pada DPMO
500.000. Diinterprestasikan bahwa dari sejuta kesempatan yang ada akan terdapat
kemungkinan bahwa proses produksi itu belum mampu memenuhi toleransi yang
ditetapkan Hal ini menunjukkan pola DPMO dan pencapaian sigma tidak tercapai
3. Analyze ( analisis )
Berdasarkan data yang diolah untuk mengetahui prosentase jenis produk ditolak
dihitung dengan rumus:
Kerusakan =
Pos
pos IV total 18 RT :
pos
pos VI total 10 RT :
18
1 total 18 RT :
95
100 % = 19 %
17
total 18 RT :
14
95
18
95
18
95
10
95
x 100 % = 14 %
100 % = 19 %
100 % = 19 %
100 % = 10 %
team
MRB
(Material
Review
Board)
yang
menentukan
kategori
MRB,Complete, RTS dengan mencantumkan charge number yang telah ditentukan oleh
perusahaan, maka diketahui jumlah pengaruh RT tertingi adalah :
10 | P a g e
1.
2.
dengan
pengendalian
kualitas
produk
secara
yang
4. Improve ( perbaikan )
Berdasarkan analisis FMEA dapat diketahui penyebab kesalahan yang
paling dominan untuk dilakukan tahap perbaikan, selanjutnya yaitu langkah usulan
perbaikan pada dua komponen adalah :
1.
Design Drawing
Mengotrol tindakan yang harus dilakukan berdasarkan hasil observasi dan analisis
penelitian pada design Drawing adalah:
a. Koordinasikan dengan engeenering drawing untuk melakukan perbaikan Design
Drawing yang kurang optimal, merubah gambar maupun menambah dengan
membuat/ mengusulkan Change proposal 1 (CP1) untuk merubah gambar kerja.
b. Melakukan koordidasi degan engeenering drawing untuk mengkoordinasikan
antara basic dengan optional
c. Mengevaluasi drawing sesuai configuration yang digunakan sesuai dengan
program.
d. Percepat menurunkan dokumen, spec maupun design drawing.
2.
Material Komponen
a. Mengontrol material komponen yang masuk sesuai yang di kebutuhankan,
b. Melakukan perbaikan CLCO/Tool jig dan cek kalibrasi pada pembuatan
komponen tersebut.
c.
d.
11 | P a g e
signifikan.
pada tahap ini peneliti tidak membuat SOP untuk melakukan perbaikan
di
perusahaan
dengan
pertimbangan
birokrasi
dan
persetujuan
manajemen.
5.
12 | P a g e
V. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan
penulis
menarik
kesimpulan bahwa;
DAFTAR PUSTAKA
A., Miranti, 2003, Penerapan Six Sigma untuk Memperbaiki Kualitas dengan
Meminimasi Jumlah Produk Cacat dan Mengurangi Biaya Akibat Kualitas yang
Buruk. Jurusan Teknik Industri,Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
Gaspersz, Vincent, 2001, Total Quality Manajement, Manajemen Bisnis Total.
Jakarta: GramediaPustaka Utama.
Go, Evelin, F., Gunadi, 2004, Penentuan Tinfakan Perbaikan Dalam Usaha
Mengurangi Cacat Kain Grey Dengan Menggunakan Metode Six Sigma.
Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
13 | P a g e
Ingle, Sarah and Willo Roe, 2001, Six Sigma Black belt Implementation. The
TQM Magazine,vol.13-14, pg 273-280.
R. Phenter S.P., 2004, Identifikasi dan Simulasi Faktor Penyebab Cacat Produk
Botol KontainerDengan Metode Six Sigma Pada PT. Indovasi Plastik Lestari
Journal, April.
Urdhwareshe, Hemant, 2002, The Six Sigma Approach. Quality & Productivity
Journal, September
i Six Sigma http://www.isixsigma.com.
Konsep Six sigma sederhana. d_manggala@yahoo.com atau www.beranda.net
14 | P a g e
Abstract
Peluang industri tekstil nasional bergantung pada kemampuan bersaing dengan
produsen dari negara lain. Bukan hanya di pasar dunia tetapi juga di pasar domestik. Hal ini
ditandai dengan membanjirnya produk-produk tekstil impor, terutama dari China yang
memberikan tawaran harga rendah untuk produknya. Tetapi sekalipun demikian produk tekstil
lokal masih tetap mampu bersaing karena memiliki kualitas yang lebih baik.
Dalam melangsungkan produksinya, PT. Sinar Pangjaya Mulia masih belum dapat
melakukan peramalan yang optimal dan perencanaan produksi yang efisien sebagai dasar
untuk melangsungkan kegiatan produksi, sehingga semua perencanaan dalam perusahaan
dilakukan secara mendadak. Hal ini telah menimbulkan masalah dalam kegiatan produksi yang
dilakukan oleh perusahaan dalam menentukan produksi, mesin dan waktu yang dibutuhkan
dalam pemenuhan permintaan.
Untuk mengatasi kondisi seperti ini, maka perusahaan harus mampu menyusun suatu
peramalan permintaan dan perencanaan produksi sebagai suatu pernyataan mengenai berapa
jumlah permintaan pada periode tertentu dan kapan permintaan produksi tersebut harus
dilakukan.
Dari hasil pengolahan data dapat diketahui jumlah permintaan kain yang dihasilkan
untuk ketiga item produk tersebut dalam jangka waktu satu tahun mendatang. Permintaan pada
bulan Januari 2012 untuk kain rayon sebanyak 106.277 kg, kain polyster sebanyak 41.586 kg
dan kain cotton sebanyak 78.552 kg, sedangkan perencanaan produksi untuk bulan Januari
2012 sebanyak 226.415 kg dengan nilai inventorinya sebanyak 80.000 kg, maka pada periode
Januari 2012 tidak ada penambahan jam/hari kerja.
Kata kunci : Perencanaan, Peramalan
I.
PENDAHULUAN
15 | P a g e
II.
LANDASAN TEORI
Sistem Produksi Menurut Tujuan Operasinya
Dilihat
dari
tujuan
perusahaan
melakukan
operasinya
dalam
hubunganya
16 | P a g e
2. Assembly-to-order (ATO), yaitu bila produsen membuat desain standar, modulmodul operasional standar yang sebelumnya dan merakit suatu kombinasi
tertentu dari modul-modul tersebut sesuai dengan pesanan produsen.
3. Make-to-order (MTO), yaitu bila produsen menyelesaikan item jika dan hanya
jika telah menerima pesanan konsumen untuk item tersebut.
4. Make-to-stock (MTS), yaitu bila produsen membuat item-item yang diselesaikan
dan ditempatkan sebagai persediaan sebelum pesanan konsumen diterima.
Peramalan merupakan bagian awal dari suatu proses pengambilan suatu
keputusan. Sebelum melakukan peramalan harus diketahui terlebih dahulu apa
sebenarnya persoalan pengambilan keputusan itu. Peramalan adalah pemikiran terhadap
suatu besaran, misalnya permintaan terhadap satu atau beberapa produk pada periode
yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan
(guess), tetapi dengan menggunakan teknik-teknik tertentu, maka peramalan menjadi
sekedar perkiraan. Peramalan dapat dikatakan perkiraan yang ilmiah (educated guess).
Setiap pengambilan keputusan yang menyangkut keadaan dimasa yang akan datang,
maka pasti ada peramalan yang melandasi pengambilan keputusan tersebut (Sofyan
Assuri, 1984).
Tujuan peramalan dilihat dengan waktu :
a. Jangka pendek (short term)
Menentukan kuantitas dan waktu dari item dijadikan produksi. Biasanya bersifat
harian ataupun mingguan dan ditentukan oleh Low management.
b. Jangka menengah (medium term)
Menentukan kuantitas dan waktu dari kapasitas produksi. Biasanya bersifat
bulanan ataupun kuartal dan ditentukan oleh Middlu management.
c. Jangka panjang (Long term)
Karakteristik Peramalan yang Baik
Peramalan yang baik mempunyai beberapa kriteria yang penting, antara lain akurasi,
biaya, dan kemudahan. Penjelasan dari kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai
berikut :
17 | P a g e
1. Akurasi
Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan hasil kebiasaan dan
kekonsistensian peramalan tersebut. Hasil peramalan dikatakan biasa apabila
peramalan tersebut terlalu tinggi atau rendah dibandingkan dengan kenyataan
yang benar terjadi.
2. Biaya
Biaya yang diperlukan dalam pembuatan peramalan adalah tergantung dari
jumlah item yang diramalkan, lamanya periode peramalan, dan metode
peramalan yang dipakai.
3. Kemudahan
Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat, dan mudah
diaplikasikan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Adalah percuma
memakai metode yang canggih, tetapi tidak daoat diaplikasikan pada sistem
perusahaan karena keterbatasan dana, sumber daya manusia, maupun peralatan
teknologi.
18 | P a g e
Teknik Peramalan
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan :
1. Horizon Peramalan
2. Tingkat Ketelitian
3. Ketersediaan Data
4. Bentuk Pola Data
5. Biaya
6. Jenis dari Model
7. Mudah tidaknya penggunaan dan aplikasinya
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Menrencanakan
Produksi
Meramalkan
Permintaan
Analisa dan
pembahasan
Kesimpulan dan
saran
19 | P a g e
IV.
20 | P a g e
21 | P a g e
22 | P a g e
Method per bulannya, sehingga butuh dana tambahan untuk penyimpanan persediaan
dan kondisi gudang di PT. Sinar Pangjaya Mulia yang tidak memadai dalam
penyimpanan persediaan. Maka metode ini belum dapat diterima dalam situasi yang
ada.
Penghitungan dengan menggunakan metode Chase Strategy, dapat dilihat di
tabel dibawah ini.
Tabel.4 Permintaan Produksi Inventori Berdasarkan Metode Chase Strategy
23 | P a g e
V.
KESIMPULAN
A. Peramalan Permintaan
1. Metode Moving Average
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, telah
didapatkan hasil tracking signal dari -1,0 sampai dengan 6,5. Maka metode
ini belum dapat dihandalkan pada PT. Sinar Pangjaya Mulia karena nilai
tracking signal nya masih melewati batas-batas yang telah ditentukan (UCL
dan LCL).
2. Metode Weighted Moving Average
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, telah
didapatkan hasil tracking signal dari -1,0 sampai dengan 5,6. Maka metode
ini belum juga dapat dihandalkan pada PT. Sinar Pangjaya Mulia karena nilai
tracking signal nya masih melewati batas-batas yang telah ditentukan.
3. Metode Eksponential Smoothing
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, telah
didapatkan hasil tracking signal dari -1,6 sampai dengan 2,1. Maka metode
24 | P a g e
ini dapat dihandalkan pada PT. Sinar Pangjaya Mulia karena nilai tracking
signal nya tidak melewati batas-batas yang telah ditentukan.
Untuk kain Cotton, didapatkan 2.364.104 Kg dalam periode yang sama juga,
dan rata-rata permintaan kain cotton per bulannya adalah 98.504 Kg.
Jadi hasil total peramalan permintaan kain pada 2 tahun kedepan yaitu 6.814.182
Kg. Grafik dapat dilihat pada gambar 4.7 bab 4.
B. Perencanaan Produksi
Hasil akhir dari perencanaan produksi ditentukan berdasarkan pada kriteria
yang diinginkan oleh perusahaan, yaitu :
25 | P a g e
Maka dapat ditarik kesimpulan terhadap tiga metode perencanaan produksi ini,
metode yang cocok dan dapat diterima pada PT. Sinar Pangjaya Mulia adalah
metode chase Strategy.
Hal ini berdasarkan sudut pandang dari kriteria yang diinginkan pada
perusahaan, serta kelebihan dan kelemahan pada metode ini, kemudian telah
dihitung perencanaan produksi selama periode 1 tahun kedepan, maka dapat
dilihat bahwa untuk saat ini kapasitas produksi di PT. Sinar Pangjaya Mulia
dapat ditingkatkan tanpa harus melakukan jam lembur (over time), dengan cara
perencanaan produksi pada periode Mei (5), Juni (6), dan Juli (7) agar lebih
dimaksimalkan lagi untuk menutupi kelebihan kapasitas pada periode Agustus
(8) dan September (9).
26 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Arfianto, Arief 2006. Perencanaan Kebutuhan Material Produksi Chain Stopper Dengan
Menggunakan Metode Material Requirement Planning, Sekolah Tinggi
Teknologi Bandung, Bandung
Bedworth, D.D. dan Bailey,J.E., 1987. Integrated Production Control System, edisi 2,
John Wiley & Sons, New York
Dwikorantho, Koentho, 1995, Analisis Terhadap Perencanaan Dan Pengendalian
Produksi Serta Usulan Perbaikannya di CV SURITEX 1, Sekolah Tinggi
Teknologi Bandung, Bandung
Gasperst, Vincent, 1998. Production Planning and Inventory Control, Berdasarkan
Pendekatan Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufakturing 21,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Kusuma, Hendra, 2001. Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Andi Yogyakarta,
Yogyakarta
Rosnani, Ginting, MT, 2008. Sistem Produksi, Graha Ilmu, Yogyakarta
Winarno, Wing Wahyu, 2008. Analisis Manajemen Kuantitatif dengan WinQSB Versi
2.0, UPP STIM YKPN Yogyakarta, Yogyakarta
27 | P a g e
Abstrak
PT. Alenatex-Bandung adalah sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang industri
pembuatan dan penjualan kain tekstil setengah jadi yang berstandar internasional.Persaingan
dibidang tekstil setiap tahun semangkin tinggi, keadaan ini mempunyai sebuah konsekwensi
yaitu peningkatan produktivitas jumlah produk harus disediakan, seiring dengan itu maka PT.
Alenatex-bandung dipandang perlu untuk melakukan perubahan pada mesin-mesin produksinya
yang selama ini digunakan.
Di PT. Alenatex-Bandung pada saat ini menggunakan mesin finishing stenter manual expander
roll yang mana hasil produktivitasnya tidak bisa memenuhi permintaan pelanggan atau sering
kali adanya keterlambatan pengiriman barang ke pelanggan, oleh karena itu PT. AlenatexBandung sedang menganalisis alat bantu mesin finishing stenter automatic expander roll
dengan tujuan dapat meningkatkan jumlah produktivitas, yang akan ditinjau dengan cara
mengidentifikasi variable-variabel evaluasi kelayakan yaitu ditinjau dari aspek teknis dan
aspek biaya pada mesin finishing manual expander roll dan mesin finishing automatic expander
roll kemudian hasilnya dibandingkan dengan analisis statistik, setelah dilakukan pengolahan
data dari hasil pengumpulan data.
Kesimpulan yang didapat adalah mesin finishing stenter automatic expander roll dengan
kecepatan 60 m/mnt dapat meningkatkan jumlah produksi sebesar 20,06 % dibandingkan mesin
finishing stenter manual expander roll.
Kata Kunci : Kelayakan, Alat Bantu
I.
PENDAHULUAN
Sebagai bantuan untuk bagian produksi menggunakan alat bantu yakni mesin
finishing stenter manual expander roll diganti dengan mesin finishing stenter
automatic expander roll, yang diharapkan bagian produksi finishing dapat
meningkatkan produktivitas produksi. Perubahan konstruksinya yaitu mesin
finishing stenter manual expander roll masih menggunakan tangan manusia untuk
membuka kain kearah lebar, sedangkan mesin finishing stenter automatic expander
roll untuk membuka kain kearah lebar dilakukan dengan mesin secara automatic,
sehingga kecepatan mesin dapat dipercepat dari mesin sebelumnya.
28 | P a g e
Kecepatan
produksi
merupakan
hal
yang
penting,
karena
pelanggan
I.
LANDASAN TEORI
Pengertian Produktivitas menyangkut hubungan antara keluaran (output) dengan
Produktivitas =
Keluaran (Output)
Masukan (Input)
29 | P a g e
Produktivitas bukanlah merupakan ukuran dari produksi atau output yang dihasilkan,
melainkan ukuran tentang tingkat penggunaan sumber-sumber untuk mencapai hasil
yang diharapkan
Produktivitas =
Produktivitas =
Efektivitas
Efesiensi
produktivitas
sendiri,
merupakan
salah
satu
cara
untuk
30 | P a g e
kemudian
Efisiensi
efisiensi
dihitung
dengan
rumus
sebagai
berikut
Efisiensi adalah faktor yang mengukur ferformansi aktual dari pusat kerja relatif
terhadap standart yang ditetapkan. Faktor efisiensi dapat lebih dari 1.
31 | P a g e
II.
METODOLOGI PENELITIAN
IDENTIFIKASI MASALAH
PERUMUSAN MASALAH
LANDASAN
TEORI
STUDI
STUDI LAPANGAN
PENDAHULUAN
IDENTIFIKASI VARIABEL
PENELITIAN
OBSERVASI
PENGOLAHAN DAN
ANALISIS DATA
PEMILIHAN MESIN
KRITERIA PEMILIHAN
- TEKNIS
- BIAYA
32 | P a g e
III.
Dalam evaluasi kelayakan alat bantu mesin untuk melakukan pemilihan kriteria
mana yang akan diambil yang terpenting adalah aspek ekonomis dari mesinmesin yang
dipilih dan aspek teknis untuk penelitian ini meliputi :
1. Teknis yaitu apakah jumlah kecepatan produksi dengan mesin baru lebih besar
dibandingkan dengan mesin lama dan apakah konstruksi yang dipakai mesin
baru lebih kuat, kokoh dan tahan lama dari mesin lama.
2. Biaya pengadaan yaitu apakah biaya mesin baru lebih besar atau lebih kecil dari
biaya pengadaan mesin lama.
Analisis Teknis
Dari observasi langsung pada kontruksi yang digunakan, mesin baru dan lama
sama-sama menggunakan plat baja berulir hanya terdapat letak perbedaan mesin lama
tidak menggunakan sistem operasi (motor) secara automatic, sehingga kain dibuka
kearah lebar harus secara manual, sebaliknya mesin baru membuka kain kearah lebar
sudah dilakukan secara automatic dengan demikian kecepatan mesin baru lebih tinggi
dibandingkan dengan mesin lama. Dengan demikian pada sisi teknis dipilih mesin baru
karena kecepatannya lebih tinggi walaupun kekuatan dan kekokohannya berimbang.
Dalam jumlah produksi untuk menguji hipotesis ada tidaknya perbedaan jumlah
produksi antara mesin lama dengan mesin baru dari datadata jumlah produksi yang
dikumpulkan dengan menggunakan analisis varians klasifikasi tunggal.
Berdasarkan tabel 4.9 dari pengumpulan dan pengolahan data tersebut selanjutnya
dihitung hargaharga yang diperlukan untuk analisis varians adalah sebagai berikut :
JK T = X TOT
= 328.835,083
( TOT)2
N
(5.096,212)2
75
= 348.835,083 - 346.285,023
= 2.550,06
33 | P a g e
JK P =
(1 )2
1
2
( 3 )2 ( TOt )2
(2 )
+
2
3
N
(1.592,292 )2
25
(1.592,254 )2
25
= 348.004,423 346.285,023
(1.911,660 )2
25
346.285,023
= 1.719,400
JK E = JKT - JKE
= 2.550,06 - 1.719,400
= 830,66
MK P =
MK E =
1.719,400
31
F Hitung =
830,66
72
859,7
11,537
= 859,7
= 11,537
= 74,517
JK P
JK P/ (k 1)
n-k
JK E
JK E/ (n k)
1.719,400
859,7
72
830,66
11,537
F Hitung
F Tabel
74,517
3,13
34 | P a g e
Analisis Biaya
Dari perhitungan biaya pada pengumpulan dan pengolahan data biaya yang akan
dikeluarkan untuk memiliki mesin baru lebih besar dari biaya mesin lama, mesin baru
biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 50.000.000,- sedangkan untuk membuat besin lama
Rp. 20.000.000,-. Harga pembuatan mesin baru lebih tinggi daripada mesin lama, yang
menyebabkan biaya pembuatan mesin baru lebih tinggi karena memakai alat sensor
automatic.
Dengan harga jual barang jadi sebesar Rp. 8.500,- /yard maka pendapatan
perbulan untuk mesin lama 1, mesin lama 2 dan mesin baru adalah sebagai berikut :
1. Pendapatan/ Agustus 2011 untuk mesin lama 1 adalah :
= Total produksi mesin lama 1 x Rp. 8.500.,= 1.592.292 yard x Rp. 8.500,= Rp. 13.534.480.000,2. Pendapatan/ Agustus 2011 untuk mesin lama 2 adalah :
= Total produksi mesin lama 2 x Rp. 8.500.,= 1.592.254 yard x Rp. 8.500,= Rp. 13.534.159.000,3. Pendapatan/ Agustus 2011 untuk mesin baru adalah :
= Total produksi mesin baru x Rp. 8.500.,= 1.911.666 yard x Rp. 8.500,= Rp. 16.249.161.000,Tabel 2 Perbandingan biaya untuk mesin lama 1, lama 2 dan mesin baru
Alternatif
Mesin lama 1
Mesin lama 2
Mesin baru
Pendapatan /
Rp.
Rp.
Rp.
bulan
13.534.480.000,-
13.534.159.000,-
16.249.161.000,-
35 | P a g e
MESIN LAMA
MESIN BARU
Harga
20 Juta
50 Juta
Pendapatan / tahun
162 Milyar
194 Milyar
Umur Mesin
10 Tahun
10 Tahun
Mesin Lama
16200 16200 16200 16200 1620016200 16200 16200 16200 16200
10
-20
-20
A. Cash Flow mesin lama dengan periode 10 tahun
Mesin Baru
19400 19400 19400 19400 19400 19400 19400 19400 19400 19400
10
-50
-50
36 | P a g e
PV Mesin baru
PV = 19.400 (P/A,8%,10) {50+50(P/F,8%,10)}
= 19.400 (6,71008) 100 (0,46319)
= 130.175,552 46,319
= 130.129,23
PV Mesin Baru > PV Mesin Lama, maka dipilih mesin baru.
2. Analisis nilai tahunan
AE j (i) = PV j (i) ( A / P, i%, n)
AE Mesin Lama
AE = 16.200 (A/F,8%,10) (20+20(P/F,8%,10) (A/P,8%,10)
= 16.200 (0,06903) {40 (0,46319)} (0,14903)
= 1.118,286 18,5276(0,14903)
= 1.118,286 2,7612
= 1.115,52
AE Mesin Baru
AE = 19.400 (A/F,8%,10) (50+50(P/F,8%,10) (A/P,8%,10)
= 19.400 (0,06903) {100 (0,46319)} (0,14903)
= 1.339,182 (46,319) (0,14903)
= 1.339,182 6,9029
= 1.332,28
AE Mesin Baru > AE Mesin Lama, maka dipilih mesin baru.
37 | P a g e
Rp 50.000.000,00
Rp 3.832.488,00/hari
= 13 Hari
Maka dengan pengadaan adanya alat bantu mesin baru terjadi Break Even Point dalam
waktu 13 hari.
Perbandingan % jumlah produksi mesin baru dengan mesin lama adalah sebagai
berikut :
38 | P a g e
X 100 %
X 100 %
319.374 yard
1.592.292 yard
X 100 %
= 20,06 %
Jadi % produksi mesin alat bantu baru lebih besar 20,06 % dibandingkan dengan mesin
lama.
V.KESIMPULAN.
Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dari aspek teknis yaitu dari sisi konstruksi dan sistem motor manual dan
automatic yang mempengaruhi kecepatan mesin, jumlah produktifitas produksi.
a. Konstruksi mesin samasama menggunakan plat baja berulir yang kuat dan
kokoh yang membedakan hanya terletak pada motor manual untuk mesin
lama dan motor automatic untuk mesin baru sehingga akan mempengaruhi
jumlah kecepatan mesin lama yaitu 50 m/mnt sedangkan mesin baru 60
m/mnt.
b. Jumlah produksi mesin baru ratarata jumlah produksi berada diatas rata rata
mesin lama dengan sampel datadata yang diuji dengan uji keseragaman data
kemudian datadata jumlah produksi itu dianalisis dengan perhitungan variansi
untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan antara mesin lama dan mesin baru
dalam jumlah produksinya.
2. Dari aspek biaya, dari aspek biaya mesin baru memerlukan biaya yang lebih
tinggi dibandingkan dengan mesin lama tetapi hasil jumlah produksi mesin baru
lebih besar 20,06 % dibandingkan mesin lama. Kesimpulan yang didapat dari
aspek biaya mesin baru dapat meningkatkan jumlah produksi serta dapat
memperoleh keuntungan lebih besar dibandingkan mesin lama.
3. Dengan pengadaan adanya alat bantu mesin baru terjadi Break Even Point dalam
waktu 13 hari
39 | P a g e
Dari kedua alternatif yang dipilih mesin baru merupakan solusi yang paling tepat untuk
dipilih karena jumlah produksi yang dihasilkan lebih besar 20,06 % dibandingkan
mesin lama.
Daftar Pustaka
1. Ade, MT. Diktat Statistik Industri 2, Jurusan Teknik Industri, STTB Bandung,
2009.
2. Leonidas Dani, MT. Diktat Perencanaan Eksperimen, Jurusan Teknik Industri
STTB Bandung, 2010.
3. Sartika Ika, Ir. Ekonomi Teknik, Penerbit Theta Iota Bandung, 1992.
4. Sunyoto Danang Drs, SE, SH, MM. Statistik Ekonomi dan Bisnis, Penerbit
CAPS, Yogyakarta 2011.
5. Supranto J, M.A. Teori dan Aplikasi Statistik, Penerbit Erlangga edisi kelima,
1994.
40 | P a g e
ABSTRAK
PT Bandung Indah Gemilang (BIG) merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam
bidang textile dan produk textile dengan fokus pada garmen, khususnya Bed Sheet set (Sprei
dan Bed Cover). Proses produksi di perusahaan ini hampir seluruhnya dilakukan oleh mesin
dan memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap manusia (operator) sebagai salah
satu faktor produksi.
Dalam melangsungkan produksinya PT BIG seringkalimengalami kekurangan beberapa
komponen dalam merencanakan kapasitas produksi, untuk mengatasi kondisi ini perusahaan
harus meramalkan permintaan produk, sehingga dalam melangsungkan produksinya dapat
berjalan dengan lancar
Dari hasil perhitungan pada Bab IV dapat diketahui bahwa pada Agustus 2012 merupakan
periode dengan jumlah kapasitas yang dibutuhkan paling rendah, yaitu sebesar 121,180. set,
Pebruari 2012 merupakan periode dengan jumlah kapasitas yang dibutuhkan sedang, yaitu
sebesar 210,904.set, sedangkan November 2012 merupakan periode dengan jumlah kapasitas
yang dibutuhkan paling tinggi, yaitu sebesar 320,204. set.
Kata Kunci : Perencanaan Produksi, Kapasitas
I.
PENDAHULUAN
seluruhnya dilakukan oleh mesin dan memiliki ketergantungan yang sangat tinggi
terhadap manusia
(operator) sebagai
salah
satu
faktor produksi.
Dalam
41 | P a g e
pekerjaannya. Jika keadaan seperti ini terus terjadi, maka bukan tidak mungkin PT
BIG akan mendapat kerugian yang mengakibatkan perusahaan tidak mampu lagi
untuk beroperasi. Untuk itu perusahaan harus dapat menyusun sebuah perencanaan
kebutuhan kapasitas untuk periode yang akan datang agar tidak terjadi lagi
ketidakseimbangan dalam proses produksi.
Masalah yang akan di bahas yaitu mengenai belum adanya perhitungan peramalan
karena karakteristik permintaan bersifat job order,belum adanya jadwal induk
produksi dan belum optimalnya perencanaan kapasitas produksi.
II.
LANDASAN TEORI
Bagaian sistem dari sistem produksi tersebut antara lain adalah perencanaan dan
pengendalian produksi, pengendalian kualitas, penentuan standar-standar operasi,
penentuan fasilitas produksi, perawatan fasilitas produksi, dan penentuan harga pokok
industri.
Suatu proses dalam sistem produksi dapat didefinisikan sebagai integrasi sekuensial dari
tenaga kerja, material, informasi, metode kerja dan mesin atau peralatan dalam suatu
lingkungan guna menghasilkan nilai tambah bagi produk agar dijual dengan harga
kompetitif di pasar.
Adapun sistem produksi manufaktur terdiri dari :
1. Model input-output
Produksi adalah segala proses yang dirancang untuk mengubah suatu
susunan elemen masukan (input) menjadi suatu susunan elemen keluaran
(output) yang spesifik.
2. Parameter sistem produksi
Adapun parameter-parameter tersebut adalah :
a. Produksi, adalah kegiatan menghasilkan barang atau jasa
b. Produkvitas, adalah pemanfaatan sumberdaya yang efisien
untuk
42 | P a g e
43 | P a g e
sumber atau mesin-mesin yang ada untuk menjalankan sekumpulan tugas dalam jangka
waktu tertentu (Baker, 1974). Penjadwalan menyangkut hal yang lebih detail dan
keputusan jangka pendek untuk secara persis menentukan kapan dan bagaimana
melakukan sesuatu (when and how to do what) (Emmons, 1983).
III.
METODOLOGI PENELITIAN
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Merencanakan kebutuhan kapasitas produksi satu tahun ke depan.
IV.
Data
V.
Waktu
Baku
Pengumpulan Data
Data
Permintaa
n produk
Data
Umum
Perusahaan
Data
Pembuat
an & OPC
Jumlah
Mesin dan
tenaga kerja
Jumlah
hari dan
jam kerja
VI.
Perhitungan Peramalan
VII.
Perencanaan Produksi
Pengolahan Data
VIII.
IX.
Jadwal Induk Produksi
Penjadwalan
X.
XI.
Analisis & Pembahasan
Kesimpulan & Saran
44 | P a g e
IV.
DES 09
JANUARI 2010
PEBRUARI 2010
MARET 2010
Apr-10
MEI 2010
JUNI 2010
JULI 2010
AGUSTUS 2010
Sep-10
OKTOBER 2010
Nov-10
DES 10
JANUARI 2011
PEBRUARI 2011
MARET 2011
Apr-11
MEI 2011
JUNI 2011
JULI 2011
AGUSTUS 2011
Sep-11
OKTOBER 2011
Nov-11
Indeks
waktu (t)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Ramalan
Ramalan
Permintaan Berdasarkan Berdasarkan
MA (4) (F, MA MA (5) (F, MA
(A)
4)
5)
41,141
42,851
54,324
50,072
54,812
62,186
57,011
55,689
25,613
53,256
29,895
66,975
85,942
80,164
87,350
87,350
83,568
66,566
66,566
68,339
53,644
49,531
49,531
42,529
47,097
50,515
48,640
55,349
52,849
56,020
55,681
57,425
55,954
50,125
51,062
47,892
50,751
41,113
44,293
43,935
46,286
59,017
52,336
65,744
63,246
80,108
70,065
20,892
81,556
84,608
84,875
81,208
80,999
76,013
78,280
71,260
74,478
63,779
67,737
59,520
60,929
55,261
57,522
45 | P a g e
Periode
MEI 2010
JUNI 2010
JULI 2010
AGUSTUS 2010
DEPTEMBER 2010
OKTOBER 2010
Nov-10
DES 10
JANUARI 2011
PEBRUARI 20111
MARET 2011
1-Apr
MEI 2010
JUNI 2010
JULI 2010
AGUSTUS 2010
10-Sep
OKTOBER 2010
10-Nov
DES 10
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
54,812
62,186
57,011
55,689
25,613
53,256
29,895
66,975
85,942
80,164
87,350
87,350
83,568
66,566
66,566
68,339
53,644
49,531
49,531
42,529
47,097
7,715
50,515
11,671
48,640
13,546
55,349
1,662
52,849
4,162
56,020
-331
21,651
34,038
57,425
-31,812
55,954
-30,341
50,125
3,131
51,062
2,194
47,892
-17,997
50,751
-20,856
41,113
25,862
44,293
22,682
43,935
42,007
46,286
39,656
59,017
21,147
52,336
27,828
65,744
21,606
63,246
24,104
80,108
7,242
70,065
17,285
20,892
62,676
81,556
2,012
84,608
-18,042
84,875
-18,309
81,208
-14,642
80,999
-14,433
76,013
-7,674
78,280
-9,941
71,260
-17,616
74,478
-20,834
63,779
-14,248
67,737
-18,206
59,520
-9,989
60,929
-11,398
55,261
-12,732
57,522
-14,993
MAD
2,982
MAD
1,484
Berdasarkan nilai MAD untuk MA (4) dan MA (5), ramalan berdasarkan model
rata-rata bergerak 4-bulan, MA (4), tidak cocok, karena memiliki nilai MAD yang lebih
besar (MAD untuk MA (4) = 2,982 dan ramalan berdasarkan model rata-rata bergerak
5-bulan, MA (5) = 1,484, lebih disukai, karena memiliki nilai MAD yang lebih kecil
dari pada MAD untuk MA (4).
Untuk mengetahui sejauh mana keandalan dari model peramalan yang dipilih,
sebaiknya kita membangun peta control tracking signal. Nilai-nilai tracking signal
untuk model rata-rata bergerak 5-bulan, MA (5), ditunjukkan table 3.berikut ini:
46 | P a g e
Periode
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Bulan
Forecast, F
(2)
DES 11
JANUARI 2012
PEBRUARI 2012
MARET 2012
Apr-12
MEI 2012
JUNI 2012
JULI 2012
AGUSTUS 2012
Sep-12
OKTOBER 2012
Nov-12
MAD
Komulatif
Absolut
RSFE (5) =
Absolut
Aktual, A Errors, E= AError (6) =
Kumulatif
Error (7) =
(3)
F (4)=(3)-(2)
absolut dari
dari (4)
kumulatif
(4)
dari (6)
Tracking
MAD (8) =
Signal (9)
(7) / (1)
= (5) / (8)
48,640
62,186
13,546
13,546
13,546
13,546
13,546.00
1.0
52,849
77,011
24,162
37,708
24,162
37,708
18,854
2.0
21,651
25,689
4,038
41,746
1,158
38,866
12,955
3.2
55,954
25,613
-30,341
11,405
30,342
69,208
17,302
0.7
51,062
53,256
2,194
13,599
2,194
71,402
14,280
1.0
50,751
29,895
-20,856
-7,257
20,856
92,257
15,376
-0.5
44,293
66,975
22,682
15,425
22,682
114,939
16,420
0.9
46,286
85,942
39,656
55,081
39,656
154,595
19,324
2.9
52,336
80,164
27,828
82,909
27,828
182,423
20,269
4.1
63,246
65,154
1,908
84,817
1,908
184,331
16,102
5.3
70,065
47,630
-22,435
62,382
-22,435
161,896
14,718
4.2
81,556
83,568
2,012
23,267
798
162,694
13,558
1.7
Tracking Signal =
= 162,694/ 12 = 13,558
= 23,267/ 13,558= 1,7
47 | P a g e
Dengan cara yang sama, pemberian bobot untuk model rata-rata bergerak 4-bulan
terbobot, weighted MA (4), akan dilakukan sebagai berikut :
Tabel 5. terbobot Weighted MA (4)
Secara umum pemberian bobot untuk model rata-rata bergerak n-periode terbobot,
weighted MA (n), akan dilakukan sebagai berikut
48 | P a g e
Ramalan
Indeks Permintaan
Berdasarkan
MA (5)
waktu (t)
(A)
(F, MA 5)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
41,141
42,851
54,324
50,072
54,812
62,186
57,011
55,689
25,613
53,256
29,895
66,975
85,942
80,164
87,350
87,350
83,568
66,566
66,566
68,339
53,644
49,531
49,531
42,529
48,640
52,849
55,681
55,954
51,062
50,751
44,293
46,286
52,336
63,246
70,065
81,556
84,875
80,999
78,280
74,478
67,737
60,929
57,522
49 | P a g e
Tabel 8. Nilai tracking signal untuk model rata-rata bergerak 5-bulan terbobot
WeightedMA(5)
Periode
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Bulan
DES 11
JANUARI 2012
PEBRUARI 2012
MARET 2012
Apr-12
MEI 2012
JUNI 2012
JULI 2012
AGUSTUS 2012
Sep-12
OKTOBER 2012
Nov-12
DES 12
JANUARI 2013
PEBRUARI 2013
MARET 2013
Apr-13
MEI 2013
JUNI 2013
Forecast,
F (2)
48,640
52,849
21,651
55,954
51,062
50,751
44,293
46,286
52,336
63,246
70,065
81,556
84,875
80,999
78,280
74,478
67,737
43,929
59,522
Bulan
MEI 2010
JUNI 2010
JULI 2010
AGUSTUS 2010
Sep-10
OKTOBER 2010
Nov-10
DES 10
JANUARI 2011
PEBRUARI 2011
MARET 2011
Apr-11
MEI 2011
JUNI 2011
JULI 2011
AGUSTUS 2011
Sep-11
OKTOBER 2011
Nov-11
Komulatif
RSFE (5) Absolut
Absolut
Tracking
Errors, E=
Error (6)
Aktual, A
=
Error (7) MAD (8) = Signal (9)
A-F
(3)
Kumulatif = absolut
(7) / (1)
=
(4)=(3)-(2)
= (5) / (8)
dari (4)
dari (4)
kumulatif
dari (6)
62,186
13,546
13,546
13,546
13,546
13,546
1.0
77,011
25,689
25,613
53,256
29,895
66,975
85,942
80,164
65,154
47,630
83,568
66,566
66,566
68,339
53,644
79,531
79,531
59,114
24,162
37,708
24,162
37,708
18,854
2.0
4,038
41,746
1,158
38,866
12,955
3.2
-30,341
11,405
30,342
69,208
17,302
0.7
2,194
13,599
2,194
71,402
14,280
1.0
-20,856
-7,257
20,856
92,257
15,376
-0.5
22,682
15,425
22,682
114,939
16,420
0.9
39,656
55,081
39,656
154,595
19,324
2.9
27,828
82,909
27,828
182,423
20,269
4.1
1,908
84,817
1,908
184,331
18,433
4.6
-22,435
62,382
-22,435
161,896
14,718
4.2
2,012
23,267
798
162,694
13,558
1.7
-18,309
4,958
18,308
181,003
13,923
0.4
-14,433
-9,475
14,433
195,436
13,960
-0.7
-9,941
-19,416
9,941
205,376
13,692
-1.4
-20,834
-40,250
20,834
226,211
14,138
-2.8
11,794
-28,456
18,206
244,417
14,377
-2.0
35,602
7,146
11,398
255,815
14,212
0.5
-408
6,738
14,993
270,808
14,253
0.5
Tracking Signal =
= 270,808/ 19 = 14,253
Dari tabel 7 tampak bahwa nilai-nilai tracking signal untuk model peramalan
MA (5) berada di dalam batas-batas yang dapat diterima (maksimun 5), di mana nilainilai tracking signal itu bergerak dari 1 sampai 3,2. Hal ini menunjukan bahwa akurasi
dari model peramalan MA (5) dapat diandalkan karena berada didalam batas-batas
pengendalian tracking signal (maksimun 5).
berikut adalah tabel permintaan Bed Sheet Set dari Desember 2011 sampai
November 2012 yang akan di tujnjukan dalam table 9
50 | P a g e
Periode
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Forecast,
F (2)
Bulan
DES 11
JANUARI 2012
PEBRUARI 2012
MARET 2012
Apr-12
MEI 2012
JUNI 2012
JULI 2012
AGUSTUS 2012
Sep-12
OKTOBER 2012
Nov-12
48,640
52,849
21,651
55,954
51,062
50,751
44,293
46,286
52,336
63,246
70,065
81,556
-.
no
Nama Komponen
King
Queen
Single
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
0
0
2
0
2
1
1
0
0
1
0
2
0
2
1
0
1
0
0
1
0
1
1
0
51 | P a g e
Data
Permintaan
DES 09
JANUARI 2010
PEBRUARI 2010
MARET 2010
Apr-10
MEI 2010
JUNI 2010
JULI 2010
AGUSTUS 2010
Sep-10
OKTOBER 2010
Nov-10
DES 10
JANUARI 2011
PEBRUARI 2011
MARET 2011
Apr-11
MEI 2011
JUNI 2011
JULI 2011
AGUSTUS 2011
Sep-11
OKTOBER 2011
Nov-11
Total
24,000
29,020
38,926
35,526
40,206
50,698
47,596
44,556
21,240
44,102
17,894
54,864
70,000
66,464
71,207
71,207
70,000
55,300
55,300
59,143
47,130
39,202
39,202
35,905
1,128,688
King
Bed Cover
180
Bed
Cover
sprei
rumbai 180
sprei
rumbai
sprei
120
bantal
rumbai
bantal
basic
guling
basic
bantal hati
24,000
29,020
38,926
35,526
40,206
50,698
47,596
44,556
21,240
44,102
17,894
54,864
70,000
66,464
71,207
71,207
70,000
55,300
55,300
59,143
47,130
39,202
39,202
35,905
1,128,688
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
24,000
29,020
38,926
35,526
40,206
50,698
47,596
44,556
21,240
44,102
17,894
54,864
70,000
66,464
71,207
71,207
70,000
55,300
55,300
59,143
47,130
39,202
39,202
35,905
1,128,688
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
48,000
58,040
77,852
71,052
80,412
101,396
95,192
89,112
42,480
88,204
35,788
109,728
140,000
132,928
142,414
142,414
140,000
110,600
110,600
118,286
94,260
78,404
78,404
71,810
2,257,376
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
48,000
58,040
77,852
71,052
80,412
101,396
95,192
89,112
42,480
88,204
35,788
109,728
140,000
132,928
142,414
142,414
140,000
110,600
110,600
118,286
94,260
78,404
78,404
71,810
2,257,376
24,000
29,020
38,926
35,526
40,206
50,698
47,596
44,556
21,240
44,102
17,894
54,864
70,000
66,464
71,207
71,207
70,000
55,300
55,300
59,143
47,130
39,202
39,202
35,905
1,128,688
DES 09
JANUARI 2010
PEBRUARI 2010
MARET 2010
Apr-10
MEI 2010
JUNI 2010
JULI 2010
AGUSTUS 2010
Sep-10
OKTOBER 2010
Nov-10
DES 10
JANUARI 2011
PEBRUARI 2011
MARET 2011
Apr-11
MEI 2011
JUNI 2011
JULI 2011
AGUSTUS 2011
Sep-11
OKTOBER 2011
Nov-11
Total
13,695
10,579
12,279
11,995
10,662
9,275
9,020
10,626
3,788
8,731
9,972
11,542
12,279
10,716
12,845
12,845
10,905
9,209
9,209
7,012
5,189
7,084
7,084
5,440
231,983
13695
10579
12279
11995
10662
9275
9020
10626
3788
8731
9972
11542
12279
10716
12845
12845
10905
9209
9209
7012
5189
7084
7084
5440
231983
Bed
Cover
120
sprei
rumbai
180
sprei
rumbai
160
sprei
120
bantal
rumbai
bantal
basic
guling
basic
bantal hati
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
13695
10579
12279
11995
10662
9275
9020
10626
3788
8731
9972
11542
12279
10716
12845
12845
10905
9209
9209
7012
5189
7084
7084
5440
231983
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
27390
21158
24558
23990
21324
18550
18040
21252
7576
17462
19944
23084
24558
21432
25690
25690
21810
18418
18418
14024
10378
14168
14168
10880
463966
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
27390
21158
24558
23990
21324
18550
18040
21252
7576
17462
19944
23084
24558
21432
25690
25690
21810
18418
18418
14024
10378
14168
14168
10880
463966
13695
10579
12279
11995
10662
9275
9020
10626
3788
8731
9972
11542
12279
10716
12845
12845
10905
9209
9209
7012
5189
7084
7084
5440
231983
52 | P a g e
DES 09
JANUARI 2010
PEBRUARI 2010
MARET 2010
Apr-10
MEI 2010
JUNI 2010
JULI 2010
AGUSTUS 2010
Sep-10
OKTOBER 2010
Nov-10
DES 10
JANUARI 2011
PEBRUARI 2011
MARET 2011
Apr-11
MEI 2011
JUNI 2011
JULI 2011
AGUSTUS 2011
Sep-11
OKTOBER 2011
Nov-11
Total
3,445
3,252
3,120
2,551
3,945
2,213
395
507
585
423
2,029
569
3,663
2,983
3,297
3,297
2,663
2,057
2,057
2,184
1,324
3,245
3,245
1,184
23,033
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bed
Cover
120
3445
3252
3120
2551
3945
2213
395
507
585
423
2029
569
3663
2983
3297
3297
2663
2057
2057
2184
1324
3245
3245
1184
23033
sprei
rumbai
180
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
sprei
rumbai
160
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
sprei
120
bantal
rumbai
bantal
basic
guling
basic
bantal hati
3445
3252
3120
2551
3945
2213
395
507
585
423
2029
569
3663
2983
3297
3297
2663
2057
2057
2184
1324
3245
3245
1184
23033
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3445
3252
3120
2551
3945
2213
395
507
585
423
2029
569
3663
2983
3297
3297
2663
2057
2057
2184
1324
3245
3245
1184
23033
3445
3252
3120
2551
3945
2213
395
507
585
423
2029
569
3663
2983
3297
3297
2663
2057
2057
2184
1324
3245
3245
1184
23033
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Nama Komponen
Bed Cover 180
Bed Cover 120
sprei rumbai 180
sprei rumbai 160
sprei 120
bantal rumbai
bantal basic
guling basic
bantal hati
King
Queen
Single
total
1128688
0
1128688
0
0
2257376
0
2257376
1128688
231983
0
0
231983
0
463966
0
463966
231983
0
23033
0
0
23033
0
23033
23033
0
1360671
23033
1128688
231983
23033
2721342
23033
2744375
1360671
53 | P a g e
jumlah rencana produksi pada suatu periode harus ditambahkan dengan safety stock
sebesar 3% sesuai dengan kebijakan mutu yang ditetapkan oleh perusahaan.Rencana
produksi agregat itu bisa dilihat pada tabel 15
Bulan
Peramalan
DES 11
JANUARI 2012
PEBRUARI 2012
MARET 2012
Apr-12
MEI 2012
JUNI 2012
JULI 2012
AGUSTUS 2012
Sep-12
OKTOBER 2012
Nov-12
49,010
52,097
56,765
57,430
57,297
44,572
45,825
38,626
48,971
65,774
74,233
82,875
Safety Stock
-3%
1,470
1,563
1,703
1,723
1,719
1,337
1,375
1,159
1,469
1,973
2,227
2,486
Rencana Produksi
Agregat (unit)
50,481
53,567
58,235
58,900
58,768
46,043
47,295
40,097
50,441
67,244
75,703
84,345
54 | P a g e
Salah satu metode dalam penyusunan JIP adalah faktor proporsi, Faktor proporsi
didapatkan dari jumlah permintaan agregat masing-masing item dibagi dengan
jumlah total permintaan agregat dari seluruh item tersebut, Jumlah permintaannya
dapat dilihat pada tabel 4.10, Contoh perhitungan proporsi untuk Bed Sheet set
adalah sebagai berikut :
Faktor Proporsi
Da
n
D
i 1
ai
24,000
41,141
Faktor proporsi bed cover king periode ke - 1 1,7
Faktor proporsi bed cover king periode ke - 1
Dengan cara yang sama, maka hasil faktor proporsi untuk masing-masing produk
dapat dilihat pada tabel 16.
Tabel 16 Hasil Faktor Proporsi
Bulan
DES 11
JANUARI 2012
PEBRUARI 2012
MARET 2012
Apr-12
MEI 2012
JUNI 2012
JULI 2012
AGUSTUS 2012
Sep-12
OKTOBER 2012
Nov-12
B.C. Single
120 X 200
(pcs)
41,141
42,851
54,324
50,072
54,812
62,186
57,011
55,689
25,613
53,256
29,895
66,975
55 | P a g e
Bulan
DES 11
JANUARI 2012
PEBRUARI 2012
MARET 2012
Apr-12
MEI 2012
JUNI 2012
JULI 2012
AGUSTUS 2012
Sep-12
OKTOBER 2012
Nov-12
B.C. Single
120 X 200
(pcs)
41,141
42,851
54,324
50,072
54,812
62,186
57,011
55,689
25,613
53,256
29,895
66,975
56 | P a g e
Demand Sebenarnya DS ij
DPa
K ij
41,140.85
41,140.85 pcs
1
= 41,140.85 pcs
Dengan cara yang sama, perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 18
Tabel 18 Demand Sebenarnya masing-masing Item
Bulan
DES 11
JANUARI 2012
PEBRUARI 2012
MARET 2012
Apr-12
MEI 2012
JUNI 2012
JULI 2012
AGUSTUS 2012
Sep-12
OKTOBER 2012
Nov-12
57 | P a g e
Penjadwalan
4.2.4.1 Prosedur Short Processing Time (SPT)
Penggunan metode SPT dipilih karena merupakan metode yang sesuai untuk
prodes produksi yang terpendek atau tercepat dengan jumlah 1234 menit.
Tabel 19. Penjadwalan job dengan Prosedur SPT
Job
Bed Cover King
Bed Cover King
Bed Cover King
Bed Cover King
Bed Cover King
Bed Cover King
Bed Cover King
Sprei Rumbai King
Sprei Rumbai King
Sprei Rumbai King
Sprei Rumbai King
Sprei Rumbai King
Sprei Rumbai King
Sprei Rumbai King
Sprei Rumbai King
Sprei Rumbai King
Sprei Rumbai King
Bantal Rumbai King
Bantal Rumbai King
Bantal Rumbai King
Bantal Rumbai King
Bantal Rumbai King
Bantal Rumbai King
Guling King
Guling King
Guling King
Bantal Hati King
Bantal Hati King
Bantal Hati King
Bantal Hati King
Bantal Hati King
Bantal Hati King
Bantal Hati King
Bantal Hati King
Bed Cover Queen
Bed Cover Queen
Bed Cover Queen
Bed Cover Queen
Bed Cover Queen
Bed Cover Queen
Bed Cover Queen
Sprei Rumbai Queen
Sprei Rumbai Queen
Sprei Rumbai Queen
Sprei Rumbai Queen
Sprei Rumbai Queen
Sprei Rumbai Queen
Sprei Rumbai Queen
Sprei Rumbai Queen
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
Machine
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
8
8
8
1
2
3
4
5
6
1
2
3
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
8
8
134
157
18
134
157
18
14
47
70
105
7
53
47
25
29
127
4
25
27
16
125
18
28
3
11
5
22
19
80
70
43
11
21
8
134
157
18
134
157
18
14
47
70
105
7
53
47
25
22
286
420
577
902
1059
1216
60
239
317
412
636
663
716
876
901
930
8
78
103
167
511
645
173
236
306
12
56
80
199
441
549
633
674
38
420
577
734
768
902
1059
46
189
236
307
434
592
645
695
Finish Time
30
420
577
595
1036
1216
1234
74
286
387
517
643
716
763
901
930
1057
12
103
130
183
636
663
201
239
317
17
78
99
279
511
592
644
695
46
554
734
752
902
1059
1077
60
236
306
412
441
645
692
720
58 | P a g e
Berdasarkan
menyelesaikan seluruh proses pada semua part yang dijadwalkan mulai dari saat
proses part pertama sampai part terakhir selesai di proses atau yang disebut Cmax
yaitu 1234 menit, dengan maximium latenes atau Lmax yaitu 1230 jadi selisih antara
Cmax dengan Lmax adalah 4 menit.
59 | P a g e
60 | P a g e
Berdasarkan gambar 4.6 dari grafik prossesing time terlihat bahwa waktu proses
yang paling cepat selesai untuk pengerjaan komponen yaitu pada komponen sprei
rumbai Queen, setalah itu Bed Cover King, Dan pada komponen guling single
proses pengerjaan yang waktu prosesnya sangat sangat minimum seperti terlihat
pada tabel.
Kesimpulan
Dari hasil perhitungan perencanaan kebutuhan kapasitas dalam rentang waktu
perencanaan 12 bulan (Desember 2011 sampai dengan November 2012), tingginya
kapasitas yang dibutuhkan dalam suatu periode tertentu tidak berbanding lurus dengan
jumlah total permintaan pada periode yang bersangkutan, tetapi bergantung pada
bagaimana komposisi jumlah permintaan ketiga jenis produk yang akan diproduksi
dikarenakan adanya perbedaan waktu penyelesaian dari masing-masing jenis
produk.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada Agustus 2012 merupakan
periode dengan jumlah kapasitas yang dibutuhkan paling rendah, yaitu sebesar
61 | P a g e
121.180 set, Pebruari 2012 merupakan periode dengan jumlah kapasitas yang
dibutuhkan sedang, yaitu sebesar 210.904 set, Sedangkan November 2012 merupakan
periode dengan jumlah kapasitas yang dibutuhkan paling tinggi, yaitu sebesar 320.204
set.
DAFTAR PUSTAKA
62 | P a g e
PERENCANAAN PROYEK
PEMBANGUNAN GUDANG DINAS KESEHATAN
PROPINSI JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN CPM
Sugih maulana1, moro sujatmiko2
Sugihm@yahoo.com, moro_koran@yahoo.com
Jurusan Teknik Industri
Universitas Achmad Yani
ABSTRAK
Proyek pembangunan Gudang Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat merupakan proyek yang
diselenggarakan oleh pemerintah untuk menunjang kelancaran akan kebutuhan penyimpanan
dan pendistribusian alat alat rumah sakit milik pemerintah Provinsi Jawa Barat
Adapun dalam pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut harus dilakukan pekerjaan percepatan,
agar proyek tersebut berjalan secara optimal. Karena mengacu pada pengalam proyek yang
sudah dikerjakan, Seperti jadwal pelaksanaan yang mengalami keterlambatan.
Keterlambatan waktu penyelesaian proyek akibat aktivitas-aktivitas kritis yang mengalami
keterlambatan, dimana keterlambatan waktu penyelesaian proyek ini mengakibatkan
membengkaknya biaya pelaksanaan secara keseluruhan. Bertolak dari masalah tersebut diatas
maka penilitian ini dilakukan untuk mencoba mengatasi persoalan dengan melakukan
penelitian dengan me-reschedule penjadwalan dengan menggunakan metode lintasan kritis
(Critical Path Methode/ CPM).
Adapun alasan digunakan metoda tersebut karena aktivitas-aktivitas serta perkiraan waktu
penyelesaian tiap - tiap aktivitas sudah dapat dipastikan berdasarkan pengalaman masa lalu
pada proyek sejenis. Hasil perhitungan penelitian ini diperoleh waktu penyelesaian pekerjaan
proyek selama 100 hari dari waktu kontrak dengan biaya sebesar Rp. 954,200.000
Kata Kunci :Perencanaan, CPM
I.
PENDAHULUAN
Tuntutan akan pembangunan pada saat ini semakin terasa, terutama di Indonesia
yang merupakan negara berkembang, pembangunan dibutuhkan untuk meningkatkan
taraf hidup masyarakat sehingga perlu dilakukan pembangunan disegala bidang, seperti
Pembangunan
Gedung,
Pembanguanan
Fasilitas
umum,
Akses
Transportasi,
Telekomunikasi dll.
Karena kebutuhan akan pembangunan gedung pada saat ini dirasakan semakin
penting, maka dari itu menyebabkan permintaan jasa pembangunan semakin meningkat.
Pada saat ini CV.SINAR BANTEN PUTRA mendapatkan proyek pembangunan
Gudang Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat sebagai kontraktor pelaksana.
Proyek pembangunan Gudang Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat merupakan proyek
yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk menunjang kelancaran akan kebutuhan
63 | P a g e
penyimpanan dan pendistribusian alat alat rumah sakit milik pemerintah Provinsi Jawa
Barat.
Pada pelaksanaan proyek pembangunan Gudang Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat membutuhkan manajemen yang bisa mengatur pelaksanaan proyek ini sehingga
pengerjaan proyek dapat berjalan secara efektiv dan efisien. Tantangan utama sebuah
proyek adalah mencapai sasaran sasaran dan tujuan proyek dengan menyadari adanya
batasan batasan yang telah dipahami diantaranya waktu pekerjaan, ruang lingkup
pekerjaan, dan anggaran pekerjaan.
Penulis ingin menganalisis bagaimana menganalisis total biaya proyek dan
durasi pengerjaan proyek secara optimal.
II.
LANDASAN TEORI
Manajemen
adalah
proses
merencanakan,
mengorganisir,
memimpin
danmengendalikan kegiatan anggota serta sumber daya yang lain untuk mencapai
sasaran organisasi (perusahaan) yang telah ditentukan.yang dimaksud dengan proses
adalah mengerjakan sesuatu dengan pendekatan tenaga, keahlian, peralatan, dana dan
informasi (Soeharto, 1999).
Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang hanya terjadi
sekali, dimana pelaksanaannya sejak awal sampai akhir dibatasi oleh kurun waktu
tertentu (Tampubolon, 2004).
Menurut subagya (2000):
Proyek adalah suatu pekerjaan yang memiliki tanda-tanda khusus sebagai berikut yaitu:
1.Waktu mulai dan selesainya sudah direncanakan.
2.Merupakan suatu kesatuan pekerjaan yang dapat dipisahkan dari yang lain.
3.Biasanya volume pekerjaan besar dan hubungan antar aktifitas kompleks.
Menurut akbar (2002):
Kegiatan proyek dalam proses mencapai hasil akhirnya dibatasi oleh anggaran,jadwal
dan mutu yang harus dipenuhi dibedakan dari kegiatan operasional, hal tersebut
karena sifatnya yang dinamis, non-rutin, multi-kegiatan dengan intensitas yang berubah
rubah, serta memiliki siklus yang pendek.
64 | P a g e
65 | P a g e
suatu
proyek.CPM
adalah
model
manajemen
proyek
yang
mengutamakan biaya sebagai objek yang dianalisis (Siswanto, 2007). CPM merupakan
analisis jaringan kerja yang berusaha mengoptimalkan biaya total proyek melalui
pengurangan atau percepatan waktu penyelesaian total proyek yang bersangkutan
Network planning (jaringan kerja) pada prinsipnya adalah hubungan
ketergantungan antara bagian bagian pekerjaan yang digambarkan atau divisualisasikan
dalam diagram network.dengan demikian dapat dikemukakan bagian-bagian pekerjaan
yang harus didahulukan, sehingga dapat dijadikan dasar untuk melakukan pekerjaan
selanjutnya dan dapat dilihat pula bahwa suatu pekerjaan belum dapat dimulai apabila
kegiatan sebelumya belum selesai dikerjakan (Project Mentors,1996).
66 | P a g e
III.
METODOLOGI PENELITIAN
Langkah-Langkah Penelitian
Studi Pendahuluan
Studi Literatur
Identifikasi Masalah
Analisa
IV.
keterlambatan
dan
mengakibatkan
bertambahnya
biaya
aktivitas
67 | P a g e
Nama Aktivitas
Pekerjaan pondasi
Pekerjaan struktur lantai 2
Pekerjaan struktur atap
Pekerjaan pasangan dinding
Pekerjaan lantai
Pekerjaan pengecatan
Kode Aktivitas
Jumlah Pekerja
Waktu (Hari)
B1
B4
B5
C1
C4
C5
11
18
8
10
8
8
6
4
8
43
13
9
Biaya
49,945,449
116,962,474
111,987,874
59,063,178
23,916,788
11,981,732
Pada tabel penjadwalan awal atau perencanaan awal, waktu penyelesaian proyek dan
biaya proyek di ke enam aktivitas kritis yaitu :
- Waktu penyelesaian proyek selama 110 hari, dan
- Biaya aktivitas langsung yang dikeluarkan adalah Rp. 937.031.000,
Pada tabel keterlambatan di ke enam aktivitas kritis yaitu waktu penyelesaian proyek
dan biaya proyek yaitu :
- Waktu penyelesaian proyek selama 136 hari, dan
- Biaya aktivitas langsung yang dikeluarkan adalah Rp. 948.268.000, -(
68 | P a g e
Pada tabel penjadwalan ulang atau reschedule di ke enam aktivitas kritis yaitu :
- Waktu penyelesaian proyek selama 100 hari, dan
- Biaya aktivitas langsung yang dikeluarkan adalah Rp 954,200.000,
Setelah didapatkan hasil penjadwalan ulang maka dapat terlihat bahwa dengan
rescheduling yang dilakukan, dapat menghasilkan penyelesaian proyek yang tepat
waktu
V.
KESIMPULAN
69 | P a g e
VI.
DAFTAR PUSTAKA
Badri, Sofwan. Dasar dasar Network planning Jakarta : PT.Rika Cipta, 1997.
Dimyati, T.T. Operation Research Model model Pengambilan Keputusan.
Bandung : Sinar Baru Algesindo . 2004
Graita Sutadi Ir. Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan. Bogor : PT.Gelora
Aksara Pratama. 1990
Kerzner, H. Proeject Manajemen for executives Van Nostrand Reinhold
Company, 1982
Project Management Institute. A Guide TO The Project Management Body Of
Knowledge (PMBOK) United States : PMI Pulications, 1996
Siswoyo. Pokok pokok Proyek Manajemen Pert & CPM. Erlangga, 1985
Soeharto, Imam. Manajemen Proyek Dari Konseptual sampai Operasional.
Jakarta 1999.
70 | P a g e
Abstract
Tingginya tingkat kecelakaan dan penyakit akibat kerja bisa menyebabkan menurunnya produktivitas
kerja. Perusahaan dan pekerja wajib mengusahakan situasi dan kondisi tempat kerja yang aman, sebab
bila terjadi cedera, sakit atau kecelakaan dapat menurunkan produktivitas. Ergonomi ialah penyesuaian
tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi.
Luas bangunan yang dimiliki oleh PT Kraft Ultrajaya Indonesia cukup terbatas. Dengan adanya
keterbatasan ini maka perlu dilakukan evaluasi apakah kondisi lingkungan kerja, pekerja, metoda kerja /
proses kerja yang ada sudah cukup nyaman dan aman bagi pekerja. Antisipasi ini harus dilakukan
dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja.
Langkah pertama dalam proses evaluasi ergonomi ini adalah mempelajari teori dasar dari keselamatan
dan kesehatan kerja, dan teori ergonomi. Tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi aktifitas kerja dan
mendeskripsikan tugas kerja kedalam tahapan-tahapan proses. Lembar pengamatan dan kriteria
penilaian aspek resiko bahaya disusun sebagai panduan dalam penelitian lapangan untuk
mengidentifikasi bahaya dari proses kerja maupun lingkungan kerja. kemudian diolah sehingga
menghasilkan aspek resiko tertinggi dari bahaya yang teridentifikasi. Setelah didapat aspek resiko
tertinggi, kemudian menyusun tindakan pengendalian bahaya.
Evaluasi ergonomi dilakukan dengan metoda analisa bahaya dan pengukuran ergonomi. Alat yang
digunakan adalah HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment & Risk Control), ERF (Ergonomic
Risk Factor) dan RULA (Rapid Upper Limb Assessment).
Dari hasil penentuan tingkat resiko prioritas terdapat 2 aktivitas yang memiliki nilai resiko tinggi yaitu
aktivitas pengepakan di line 2 dan aktivitas pengepakan di line 4. Analisa dilakukan terhadap gerakangerakan pada aktivitas pengepakan dan didapat 4 kondisi yang memiliki bahaya potensial yang bisa
menimbulkan penyakit atau cedera atau kecelakaan kerja, yaitu: membungkuk lebih dari 60o, menggapai
jauh dari jangkauan, berputar dengan beban dan ruang gerak yang sempit.
Dengan diketahui permasalahan yang sebenarnya, maka tindakan pengontrolan diambil untuk
menghilangkan faktor resiko/sumber bahaya. Stasiun kerja di desain ulang dengan merubah posisi
operator ke sebelah sisi depan, karton diposisikan di atas depan operator, dan merubah meja dengan
menambahkan gravity roll conveyor. Perancangan stasiun kerja menggunakan data anthropometri
karyawan dengan nilai persentil disesuaikan dengan rancangan individu ekstrim.
Kata Kunci :Sistem Kerja, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
I.
PENDAHULUAN
71 | P a g e
didapat beberapa tahapan proses atau aktivitas yang masih dilakukan secara manual
(contoh: membuka karton bahan baku, penimbangan di filling line 2, dll), pergerakan
tubuh yang kurang optimal (contoh: posisi membungkuk, menggapai produk, dll), selain
itu juga tata letak mesin yang menyesuaikan dengan luas ruangan yang kurang memadai
membuat pergerakan material handling, pegawai dan bahan menjadi terbatas.
Kondisi tersebut diatas tentunya memiliki risiko bahaya terhadap pegawai yaitu
kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit yang berhubungan pekerjaan
dan kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian.
Antisipasi harus dilakukan dengan cara penyesuaian antara pekerja dan proses
kerja/lingkungan kerja, penyesuaian ini dengan menggunakan pendekatan ergonomi.
Evaluasi ergonomi perlu dilakukan terhadap proses kerja dan tempat kerja guna
meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Dengan adanya perbaikan
pada proses kerja dan tempat kerja yang mengandung risiko bahaya akan meningkatkan
unjuk kerja seperti menambah kecepatan kerja, ketepatan, keselamatan kerja,
mengurangi energi serta kelelahan yang berlebihan serta meningkatkan kenyamanan
dan keamanan karyawan dalam bekerja.
PT. Kraft Ultrajaya memiliki luas bangunan sekitar 54 m x 49 m = 2646 m2
yang digunakan untuk melakukan pengolahan keju, yaitu mulai dari penerimaan
material, penyimpanan material, persiapan material, pemasakan, pengemasan,
pengepakan, pengontrolan kualitas, perawatan, sampai dengan penyimpanan bahan jadi.
Dalam kondisi sekarang, terdapat 4 line produksi yang terdiri dari beberapa mesin
otomatis, semi otomatis, dan manual yang kesemuanya mempunyai tata letak yang
disesuaikan dengan kondisi bangunan. Dengan adanya keterbatasan dalam tata letak
mesin, menyebabkan berkurangnya ruang gerak bagi pegawai ketika melakukan kerja di
stasiun kerjanya masing-masing, contohnya pegawai berada di antara dua mesin yang
berjarak sekitar 60 cm, antara stasin kerja terlalu berdekatan dll.
Dalam beberapa tahapan proses terlihat adanya pekerjaan manual (manual
handling) seperti: membuka karton pembungkus bahan baku, memindahkan bahan baku
ke trolley, penimbangan, pengepakan, persiapan kemasan dll, selain itu adanya gerakangerakan pada aktivitas yang kurang optimal yaitu: membungkuk, menggapai benda
melebihi jangkauan tangan, berputar dll.
72 | P a g e
II.
LANDASAN TEORI
Heinrich (1931) dalam risetnya menemukan sebuah teori yang dinamainya TEORI
DOMINO. Teori itu menyebutkan bahwa setiap kecelakaan yang menimbulkan cidera,
terdapat lima faktor secara berurutan yang digambarkan sebagai lima domino yang
berdiri sejajar, yaitu: kebiasaan, kesalahan seseorang, perbuatan dan kondisi tak aman
(hazard), kecelakaan, serta cidera. Heinrich mengemukakan, untuk mencegah terjadinya
kecelakaan, kuncinya adalah dengan memutuskan rangkaian sebab-akibat. Misalnya,
dengan membuang hazard, satu domino diantaranya.
Birds (1967) memodifikasi teori domino Heinrich dengan mengemukakan teori
manajemen yang berisikan lima faktor dalam urutan suatu kecelakaan yaitu:
manajemen, sumber penyebab dasar, gejala, kontak dan kerugian. Dalam teorinya, Birds
itu mengemukakan bahwa usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil dengan
mulai memperbaiki manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Praktek dibawah
standar atau unsafe acts dan kondisi di bawah standar atau unsafe conditions merupakan
penyebab langsung suatu kecelakaan, dan penyebab utama dari kesalahan menajemen.
Dalam penelitiannya, Birds mengemukakan bahwa setiap satu kecelakaan berta disertai
oleh 10 kejadian kecelakan ringan, 30 kejadian kecelakaan yang menimbulkan
kerusakan harta benda dan 600 kejadian-kejadian hampir celaka.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disesuaikan dengan sistem ergonomi
(penyesuaian beban kerja/alat dengan kemampuan dan fisik pekerja), merupakan salah
satu usaha untuk mencetak para buruh yang produktif dengan peningkatan SDM yang
profesional dan handal. Agar para buruh berada dalam kondisi kesehatan dan
73 | P a g e
Mempertimbangkan:
- Bagaimana personil menggunakan peralatan dan material.
- Bagaimana kesesuaian peralatan tersebut yang digunakan pada aktivitasaktivitas dan lokasinya.
- Bagaimana personel dapat terluka baik secara langsung maupun tidak
langsung oleh berbagai aspek tempat kerja.
Menganalisis rekaman dan data, seperti insiden dan nyaris kena bahaya,
keluhan personel, tingkat penyakit dan turn-over karyawan.
74 | P a g e
Dan lain-lain.
METODOLOGI PENELITIAN
Langkah-langkah Penyelesaian Masalah
75 | P a g e
IV.
Dari hasil identifikasi bahaya, penilaian resiko, pengukuran ERF (Ergonomic Risk
Factor) dan pengukuran RULA (Rapid Upper Limb Assessment) di dapat 4 aktivitas
yang memiliki tingkat resiko ekstrim, skor ERF tinggi (14 dan 11), dan skor RULA
tinggi (7). Aktivitas tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengepakan produk ke karton shipper di Line 2
2. Memasukan karton shipper ke mesin taping di Line 2
3. Pengepakan produk ke karton shipper di Line 4
4. Memasukan karton shipper ke mesin taping di Line 4
Pada evaluasi proses kerja menjelaskan bahwa aktivitas pengepakan produk ke
karton shipper dan memasukan karton shipper ke mesin taping merupakan satu bagian
dari aktivitas pengepakan (packing). Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa terdapat 2
aktivitas yang memiliki tingkat resiko tinggi dan perlu dilakukan perbaikan yaitu:
1. Pengepakan di line 2
2. Pengepakan di line 4
Tahapan pertama analisis adalah menilai kesesuaian kondisi lingkungan, di lihat
dari kondisi lingkungan untuk di ruang pengepakan di bandingkan dengan standar acuan
didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 1 Hasil Pengukuran Faktor Lingkungan Ruang Pengepakan
No
1
2
3
4
Standard
max. 28.0
20 - 85
min. 50
max. 85
Ruang Packing
23.2
54
77.1
72.2
Jika dilihat dari hasil pengukuran tersebut diatas, maka untuk kondisi
lingkungan ruang pengepakan (packing) masih berada di kondisi yang aman, sehingga
pada kondisi lingkungan tidak perlu ada tindak lanjut sebagai upaya pengontrolan
bahaya.
Pada tahapan evaluasi proses kerja, di dapat 4 kondisi yang memiliki bahaya
potensial, yaitu:
1. Gerakan membungkuk (Trunk) lebih dari 60o untuk mengambil karton shipper
yang berada di bawah meja kerja.
76 | P a g e
2. Karyawan pengepakan line 2 harus menggapai produk, (setelah keluar dari ban
berjalan, produk sudah berhenti didepan operator line 4).
3. Menggeser dan berputar, (Trunk twisted) saat memasukkan karton shipper ke
dalam mesin taping.
4. Ruang gerak karyawan terbatas karena berada di antara M/C Taping.
Dengan keadaan seperti disebutkan diatas, karyawan yang bekerja di bagian
pengepakan memiliki resiko besar cedera pada bagian tulang belakang, timbul
sakit/kelelahan, dan timbul ketidak nyamanan serta kecelakaan kerja akibat dari ruang
gerak yang terbatas.
Dengan demikian maka tindakan perbaikan perlu dilakukan agar:
1. Karyawan tidak melakukan gerakan membungkuk (trunk) lebih dari 60o
untuk mengambil karton.
2.
dalam mesin taping. Dengan posisi karyawan berada di sisi depan maka
ruang gerak bertambah luas.
Tiga perubahan tersebut diatas sudah bisa di katakan optimal karena semua bahaya
potensial yang teridentifikasi bisa dihilangkan.
Desain perbaikan stasiun kerja pengepakan line 2 dan 4 secara umum bisa dilihat pada
gambar berikut:
Pandangan Samping
Pandangan Atas
78 | P a g e
kanan/kiri
mengambil
produk
yang
berada
di
depan
dan
79 | P a g e
V.
KESIMPULAN
80 | P a g e
81 | P a g e
I.
PENDAHULUAN
Secara umum tujuan suatu industri manufaktur adalah untuk memproduksi
barang secara ekonomis agar dapat memperoleh keuntungan serta dapat menyerahkan
produk tepat waktu. Selain itu industri manufaktur juga ingin agar proses produksi dapat
kontinyu dan berkembang sehingga kelangsungan hidup perusahaan terjamin. Sekarang
ini perusahaan juga dituntut untuk lebih kompetitif sehingga mampu bersaing merebut
pasar yang ada. Oleh karena itu perusahaan harus dapat menjalankan strategi bisnisnya
secara tepat agar mampu bertahan dalam menghadapi persaingan yang terjadi.
Melalui pengendalian kualitas (quality control) diharapkan bahwa perusahaan
dapat meningkatkan efektifitas pengendalian dalam mencegah terjadinya produk cacat
(defect prevention), sehingga dapat menekan terjadinya pemborosan dari segi material
maupun tenaga kerja yang akhirnya dapat meningkatkan produktifitas.
82 | P a g e
Masih tingginya jumlah kain cacat menyebabkan kualitas produk yang dihasilkan
menjadi rendah yang secara tidak langsung berdampak kepada nilai profitabilitas
perusahaan. Dengan adanya masalah ini maka pihak perusahaan membutuhkan alat
perbaikan yang dapat meningkatkan kualitas secara signifikan sehingga efisiensi dan
produktifitas dapat ditingkatkan lagi.
Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi maka Tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah merancang program perbaikan dengan cara :
1.
Mengetahui jenis cacat yang terjadi pada kain Chifone 6396 dan faktor-faktor
yang menyebabkan cacat pada kain tersebut.
2.
II.
LANDASAN TEORI
Pengendalian adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang harus dilakukan
untuk menjamin tercapainya sasaran perusahaan dalam hal kualitas produk dan jasa
pelayanan yang diproduksi (Yamit, 2005). Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa pengendalian merupakan suatu bagian dari proses produksi yang dapat
digunakan untuk membandingkan output produksi dengan standar yang telah ditentukan
perusahaan agar produk tersebut sesuai dengan yang diharapkan.
Kualitas adalah totalitas atau keseluruhan dari karakteristik suatu produk
yang
83 | P a g e
mampu mempresentasikan data yang dibutuhkan dan menganalisa data tersebut hingga
didapat suatu kesimpulanpkan (Gapersz, 2005).
Six Sigma adalah suatu alat manajemen baru yang digunakan untuk mengganti
Total Quality Management (TQM), sangat terfokus terhadap pengendalian kualitas dengan
cacat
produksi,
memangkas
waktu
pembuatan
produk,
dan
Kesuksesan
84 | P a g e
luar biasa dengan terobosan strategi yang aktual. Six sigma juga dapat dipandang
sebagai pengendalian proses industri yang berfokus pada pelanggan dengan
memerhatikan kemampuan proses. Pencapaian six sigma hanya terdapat 3,4 cacat per
sejuta kesempatan. Semakin tinggi target sigma yang dicapai maka kinerja sistem
industri semakin membaik.
Konsep 6 sigma yang diperkenalkan oleh perusahaan kelas dunia Motorola
merupakan satu metodologi yang cukup ampuh untuk meningkatkan kualitas produksi
III.
METODOLOGI PENELITIAN
BAHAN BAKU
MESIN
MANUSIA
PRODUK
PENGENDALIAN KUALITAS
BAIK
DITOLAK/CACAT
KONSUMEN
DIJUAL
Perbaikan produk
cacat
85 | P a g e
IV.
Jenis Cacat
warna kabur
beda warna
noda kotor
Jumlah
Cacat
Jumlah
Produksi
Jumlah (%)
Cacat
Januari
(meter)
Rata-rata
(%)
cacat
45891
5885
9178.20
1177.00
3.45
0.44
1392
7091
1418.20
0.53
12474
11595
58867
11773.40
268450
266700
264650
1329850
265970
4.50
4.68
4.38
4.43
4.43
Februari
(meter)
Maret
(meter)
April
(meter)
Mei
(meter)
9247
1185
8468
1087
9426
1209
9707
1244
9043
1160
1423
1303
1450
1523
11855
10858
12085
265250
264800
4.47
4.10
Total
Tingkat sigma
(Dengan 1,5 Sigma
Shift)*
Cpk (Sigma
Tingkat /3) Dengan
1,5 * Shift Sigma
933200
915450
0.125
0.042
894400
0.25
0.083
869700
0.375
0.125
841300
0.5
0.167
809200
0.625
0.208
773400
0.75
0.25
734050
0.875
0.292
691500
0.333
645650
1.125
0.375
598700
1.25
0.417
549750
1.375
0.458
500000
1.5
0.5
450250
1.625
0.542
401300
1.75
0.583
354350
1.875
0.625
86 | P a g e
308500
0.667
265950
2.125
0.708
226600
2.25
0.75
190800
2.375
0.792
158700
2.5
0.833
130300
2.625
0.875
105600
2.75
0.917
84550
2.875
0.958
66800
52100
3.125
1.042
40100
3.25
1.083
30400
3.375
1.125
22700
3.5
1.167
16800
3.625
1.208
12200
3.75
1.25
8800
3.875
1.292
6200
1.333
4350
4.125
1.375
3000
4.25
1.417
2050
4.375
1.458
1300
4.5
1.5
900
4.625
1.542
600
4.75
1.583
400
4.875
1.625
230
1.667
180
5.125
1.708
130
5.25
1.75
80
5.375
1.792
30
5.5
1.833
23.4
5.625
1.875
16.7
5.75
1.917
10.1
5.875
1.958
3.4
Pembahasan tentang tahap - tahap yang telah dilakukan sesuai dengan program
DMAIC six sigma, diharapkan dapat memenuhi tujuan penelitian yang berpedoman
87 | P a g e
pada konsep DMAIC dari metode Six Sigma yang digunakan, yaitu tahapan
pendefinisian (Define), pengukuran (Measure), analisa (Analyze), usulan perbaikan
(Improve), dan pengendalian (Control) yang akan dijelaskan pada bab dibawah.
Selanjutnya hasil analisis akan dijadikan dasar dalam penentuan kesimpulan.
Tahap ini merupakan analisis sebelum diterapkannya metode six sigma dan
sesudah diterapkan metode six sigma pada perusahaan Pt Alenatex, hasil dari penelitian
ini adalah analisis dengan menggunakan metode six sigma dengan beberapa tahapan
yang biasa disebut DMAIC.
1. Analisis sebelum penerapan six sigma
Keadaan perusahaan Pt Alenatex sebelum dilakukannya penerapan metode
six sigma, terjadi banyak cacat yang disebabkan oleh 5 faktor diantaranya Faktor
Mesin, Faktor Manusia (human error), Faktor Metode, Faktor Material, dan
Faktor Lingkungan, yang kesemuanya menjadikan produk kain Chifone 6396
yang dibuat menjadi cacat. Terjadinya cacat menyebabkan kain tersebut harus
mengalami perbaikan (rework) atau merupakan produk gagal (scrap) serta dapat
mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen. Hasil penelitian ini menemukan
beberapa jenis cacat yang terjadi pada proses pencelupan bulan januari sampai
mei 2012.
Jenis cacat pencelupan yang menduduki peringkat 3 besar pada klasifikasi cacat adalah
sebagai berikut :
1. Warna kabur/ Warna belang
2. Beda Warna
3. Noda Kotor
Dari klarifikasi cacat diatas cacat 95
karena warna kabur/ belang dengan jumlah cacat
selama 5 bulan sebanyak 45.891 meter. Jumlah jenis cacat noda kotor sebanyak 7.091
meter. Selanjutnya adalah jenis cacat karena beda warna berjumlah 5.885 meter.
2. Analisis dalam penerapan metode six sigma
Analisis yang digunakan untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan
menggunakan metode six sigma dengan tahapan DMAIC. Berikut ini tahapantahapan yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan di atas adalah :
88 | P a g e
1.
Tahap Define
Tahapan ini merupakan penjabaran dan pendefinisian kelompok-kelompok
masalah yang menyebabkan cacat warna kabur/ warna belang, noda kotor, dan
beda warna serta menentukan jumlah CTQ (Critical to Quality) yang akan dibahas
dan dicari solusi terbaik dalam menyelesaikan permasalahan kualitas untuk
mengurangi tingkat cacat pada proses pembuatan kain Chifone 6396.
Dari data yang diperoleh ditemukan CTQ sebanyak 3 faktor, yang CTQ itu
adalah cacat warna kabur/Belang, cacat beda warna, cacat noda kotor. Faktor
inilah yang menjadi CTQ potensial yang mengurangi kepuasan konsumen
terhadap produk yang dihasilkan.
Jumlah cacat pencelupan 58867 meter dengan rata-rata cacat perbulan sebesar
11773.40 meter, dan klasifikasi cacat pencelupan selama 5 bulan adalah :
1. warna kabur/ belang sebesar 45.891 meter dengan rata-rata cacat perbulan
9178.20 meter dengan dari jumlah cacat produksi 58867 meter selama kurun
waktu 5 bulan terakhir.
2. Beda warna sebesar 5.885 meter dengan rata-rata cacat perbulan 1177.00
meter dari jumlah cacat produksi 58867 meter selama kurun waktu 5 bulan
terakhir.
3. Noda kotor sebesar 7091 meter dengan rata-rata cacat perbulan 1418.20
meter dari jumlah cacat produksi 58867 meter selama kurun waktu 5 bulan
terakhir.
2.
Tahap Measure
Pada tahapan ini penulis akan memvalidasi data yang didapat dari
89 | P a g e
selama 5 bulan, dihasilkan nilai rata-rata sigma selama 5 bulan sebesar 3,681
sigma.
Nilai ini masih dibawah rata-rata industri USA (tahun 2002) yaitu sebesar 4
sigma. Oleh karena itu perusahaan harus berupaya lagi dalam meningkatkan
kapabilitas sigmanya hingga level 5 sampai 6 sigma, sehingga kapabilitas
perusahaan berada pada kapabilitas rata-rata industri kelas dunia, oleh karena itu
diperlukan adanya perbaikan untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Nilai
ini didapat dari perhitungan konversi sigma dengan menggunakan tabel konversi
sig sigma.
3.
Tahap Analyze
Pada tahap ini dilakukan analisa faktor-faktor penyebab cacat dan faktor
yang paling dominan yang menyebabkan cacat kain Chifone 6396. Telah
disebutkan dijelaskan di bab 4, bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan
cacat warna kabur/ belang, beda warna, noda kotor. Disini penulis melakukan
analisa dengan menggunakan diagram Fishbone/diagram tulang ikan yang akan
mengerucutkan permasalahan, sehingga akan diketahui faktor apa saja yang
mempengaruhi banyaknya produk yang cacat.
Setelah dilakukan analisa dengan menggunakan diagram Fishbone maka
akan diketahui faktor-faktor yang menyebabkan kain Chifone 6396 menjadi
cacat.
Sehingga
diperlukan
adanya
solusi
yang
diajukan
untuk
4.
Tahap Improve
Setelah diketahui faktor penyebab cacat yang paling domininan maka
90 | P a g e
92 | P a g e
5.Tahap Control
Setelah dilakukan perbaikan maka tahap selanjutnya adalah melakukan
pengkontrolan yang merupakan suatu langkah untuk menjaga proses yang sudah
mengalami perbaikan supaya tidak kembali ke kebiasaan lama dari proses lama.
Pengontrolan disini dilakukan agar produk-produk kain yang dibuat selalu
berada dalam control. Control yang dibuat belum sepenuhnya dilakukan, sebab
memerlukan waktu yang cukup lama, dikarenakan proses produksi yang
dilakukan secara terus menerus atau continue, Sehingga control yang dilakukan
hanya berupa usulan yang diajukan kepada manajemen perusahaan. Akan tetapi
langkah-langkah improve yang diajukan dalam penelitian ini ada beberapa yang
sudah dilakukan pada beberapa mesin dengan hasil yang baik
V.
KESIMPULAN
93 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
1. Analisis Artikel Perencanaan Dan Pengawasan Serta Contoh kasusnya
http://tizna.student.fkip.uns.ac.id/2010/04/22/analisis-artikel-perencanaan-dan
pengawasan-serta-contoh-kasusnya
2. Dewi, Rahmawati, Puspita. 2008. Usulan Perancangan Perbaikan Dengan
Metode Six Sigma Untuk Peningkatan Kualitas Produk Sarung. Tugas Akhir S1
T. Industri. Bandung : Institut Teknologi Bandung
3. Gaspersz, Vincent. 2005. Total Quality management. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama
4. Gasperz, Vincent. 2007. Lean Six Sigma. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
5. Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta : Graha ilmu.
6. Six-Sigma
Conversion
Table:
http://www.moresteam.com/toolbox/six-sigma-
conversion- table.cfm
94 | P a g e