Anda di halaman 1dari 5

Vol. 1. No.

2, 2015 Jurnal Teknik Industri


Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
Dalam Bidang Teknik Industri

Analisa Overall Equipment Effectiveness pada Mesin Breaker

Muhammad Ihsan Hamdy1, Yufita Dwi Pratiwi2


1,2
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim
Jl. H. R. Subrantas No. 155, Simpang Baru, Pekanbaru, 28293
Email: m.ihsanhamdy@uin-suska.ac.id, yuvitadwipratiwi@yahoo.com

ABSTRAK
PT. Perdagangan & Perindustrian Bangkinang (PT. P&P Bangkinang) adalah perusahaan
manufaktur yang bergerak dalam pengolahan awal karet mentah menjadi barang setengah jadi. Bahan baku
yang digunakan berupa Slab Lump dan Cup Lump. Produk yang diproduksi terdiri dari dua tipe yaitu SIR 10
dan SIR 20 produk ini diekspor kebergbagai negara seperti USA, Jerman, China, dan lain-lain, yang
dijadikan sebagai bahan baku pembuatan ban. Akibat terjadinya waktu delay mesin yang cukup tinggi pada
mesin Breaker terjadi penurunan jumlah produksi. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan
perhitungan efisiensi pada mesin Breaker dengan menggunakan metode Overral Equipment Effektiveness.
Yang bertujuan untuk mengetahui niali OEE mesin Breaker, mengetahui perbaikan yang tepat untuk
kerusakan mesin Breaker dan untuk dapat meningkatkan hasil produksi dan meningkatkan kulaitas produk.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah nilai Availibility Ratio sebesar 77,41%, nilai Performance
Efficiency sebesar 89,95%, nilai Rate of Quality Product sebesar 100% dan nilai OEE mesin Breaker sebesar
69,64%. Nilai -nilai tersebut belum mencapai standar internasional, maka perlu dilakukan perbaikan pada
mesin Breaker agar dapat mencapai niali standar yang diperlukan.

Kata kunci: OEE, maintenance

Pendahuluan part, penyetelan part, planed downtime, pencucian


mesin, mesin break, dan pemanasan mesin.
Kebutuhan akan banyak hal pada keadaan PT. Perdagangan & Perindustrian
modern saat ini sangat kompleks. Sehingga Bangkinang (PT. P&P Bangkinang) adalah
pertumbuhan industri semain berkembang dengan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam
pesat diberbagai negara. Karena hal tersebut pengolahan awal karet mentah menjadi barang
menjadi salah satu faktor yang mendasari setengah jadi. Bahan baku yang digunakan berupa
terjalinnya kerja sama antara perindustrian Slab, Slab Lump dan Cup Lump. PT. P&P
diseluruh dunia dalam perdagangan bebas. Adanya Bangkinang yang beralamat di Jl. Duku/Taskurun
perdangan bebas membuat persaingan antar industri No. 9 Pekanbaru Riau. Produk yang dihasilkan oleh
menjadi lebih gesit, karena perusahaan sebisa PT. P&P Bangkinang adalah Crumb Rubber.
mungkin berusaha untuk dapat memenuhi Adapun produk yang diproduksi terdiri dari dua tipe
kebutuhan konsumen yang semakin kompleks dan yaitu SIR 10 dan SIR 20 produk ini diekspor
meningkat. Salah satu hal yang dapat meresahkan kebergbagai negara seperti USA, Jerman, China,
industri manufaktur saat ini adalah mengenai dan lain-lain, yang dijadikan sebagai bahan baku
permasalahan yang terjadi dilantai produksi, dimana pembuatan ban atau produk lainnya.
sering terjadinya kerusakan mesin yang PT P&P Bangkinang memiliki target
mengakibatkan efektifitas mesin menjadi rendah, produksi untuk produk SIR 10 dan SIR 20 sebesar
terhentinya atau bahkan kegagalan untuk 13.000.000 kg per tahun. Namun akibat terjadinya
melakukan kegiatan produksi. delay mesin maka terjadi penurunan jumlah
Efektivitas merupakan suatu ukuran yang produksi. Data produksi pada PT. P&P Bangkinang
menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dapat dilihat pada tabel 1.1 yang merupakan
dan waktu) yang telah dicapai. Semakin besar rekapitulasi data produksi selama 2014.
presentase target yang dicapai, maka semakin tinggi Tabel 1.1 Rekapitulasi data produksi tahun 2014
efektivitasnya (Andras, 2007). SIR 10 dan SIR 20
Tahun 2014
Pada proses produksi perusahaan ini sering (kg)
kali terjadi permasalahan, dimana permasalahan Total 9.444.400
tersebut mengakibatkan penurunan jumlah (Sumber: Rekapitulasi PT. P&P Bangkinang)
produksi. Berberapa hala yang menyebabkan
terhentinya proses produksi adalah terjadinya delay Mesin Breaker merupakan salah satu
mesin yang meliputi schedule shutdown, pergantian mesin yang digunakan dalam proses produksi SIR
di PT. P&P Bangkinang. Mesin Breaker berfungsi

70
Vol. 1. No. 2, 2015 Jurnal Teknik Industri
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
Dalam Bidang Teknik Industri

untuk mencacah bongkahan karet menjadi ukuran tertentu. Dengan kata lain, ia mengukur apakah
yang lebih kecil. Namun dalam penggunaannya suatu operasi tetap stabil dalam periode selama
sering terjadi kesrusakan pada mesin Breaker. peralatan beroperasi pada kecepatan rendah
Kerusakan yang terjadi seperti mesin terhenti (Rahmad dkk, 2012).
karena terjadi penyumbatan, kerusakan pada rantai Formula pengukuran rasio ini adalah
conveyor dan kerusakan pada beberapa part mesin. (Hutagaol, 2009):
Hal ini menyebabkan terhentinya proses produksi,
menurunnya produktivitas dan menurunnya kualitas Processed amount × Ideal Cycle Time
Performance Efficiency = ×100%
Operation Time
produk.
Berdasarkan pemaparan masalah diatas
Quality ratio atau rate of quality product
perlu dilakukan perhitungan efisiensi pada mesin
merupakan suatu rasio yang menggambarkan
Breaker dengan menggunakan metode Overral
kemampuan peralatan dalam menghasilkan produk
Equipment Effektiveness. Selain itu juga untuk
yang sesuai dengan standar (Hasriyono, 2009).
mengetahui perbaikan yang tepat untuk
Formula yang digunakan untuk
menanggulangi kerusakan mesin. Agar dapat
pengukuran rasio ini adalah (Hutagaol, 2009):
meningkatkan hasil produksi dan meningkatkan
kualitas produk. Processed Amount ̶ Defect Amount
Rate Quality Product = ×100%
Processed Amount

Tinjauan Pustaka TPM mereduksi rugi mesin/peralatan


dengan cara meningkatkan availibility rasio,
Overall Equipment Effectiveness (OEE) performance efficiency, dan rate of quality
Salah satu metode pengukuran kinerja products. Sejalan dengan meningkatnya ketiga
yang banyak digunakan oleh perusahaan- faktor yang terdapat dalam OEE maka kapabilitas
perusahaan yang mampu mengatasi perma-salahan- perusahaan juga meningkat (Rahmad dkk, 2012).
permasalahan machine/equipment adalah Overall Overall Equipment Effectiveness dapat
Equipment Effectiveness (OEE). Metode ini dihitung sebagai berikut (Hutagaol, 2009):
merupakan bagian utama dari sistem pemeliharaan
yang banyak diterapkan oleh perusahaaan Jepang, OEE = Availibility × Performance Efficiency ×
yaitu Total Productive Maintenance (TPM) Rate of Quality Product
(Rahmad dkk, 2012).
Pengukuran OEE ini didasarkan pada OEE dari peralatan dalam kondisis ideal
pengukuran tiga rasio utama, yaitu Availability yang merupakan standard world class untuk semua
ratio, Performance Effeciency, dan Rate of quality indikator sebagai adalah berikut (Dal, 2000):
product. Untuk mendapatkan nilai OEE, maka 1. Availability Rate 90% atau lebih
ketiga nilai dari ketiga rasio utama tersebut harus 2. Performance Rate 95% atau lebih
diketahui terlebih dahulu (Rahmad dkk, 2012). 3. Quality Rate 99% atau lebih, dan
Availability merupakan suatu rasio yang 4. OEE 85% atau lebih
menggambarkan pemanfaatan waktu yang tersedia
untuk kegiatan operasi mesin atau peralatan. Untuk meningkatkan nilai OEE sehingga
Availability merupakan rasio dari operation time, sampai taraf standar maka seluruh penyebab
dengan mengeliminasi down-time peralatan, turunnya efisiensi pada proses manufaktur harus
terhadap loadingtime (Rahmad dkk, 2012). dihapuskan. Table berikut ini menggambarkan
Dengan demikian formula yang digunakan kondisi yang mungkin untuk meningkatkan nilai
untuk mengukur availability ratio adalah (Hutagaol, OEE (Said dan Susetyo, 2008).
2009): Identifikasi komponen kritis penyebab
Operating Time - downtime kegagalan dilakukan pada mesin yang memiliki
Availibility =
Operating Time nilai OEE terendah dari hasil pengukuran. Untuk
mengetahui komponen-komponen yang
Performance efficiency merupakan suatu berkamungkinan menyebabkan kegagalan fasilitas
ratio yang menggambarkan kemampuan dari menggunakan FTA diperlukan langkah-langkah
peralatan dalam menghasilkan barang. Rasio ini dalam penggunaan metode tersebut yaitu:
merupakan hasil dari Ideal cycle time dan
Processed amount. Operation time peralatan 1. Identifikasi top level event
mengacu kepada perbedaan antara kecepat-an ideal Top level event mempunyai beberapa
(berdasarkan desain peralatan) dan kecepatan persyaratan yaitu:
operasi aktual. Net Operation time mengukur a. Clearly: kejadian yang ditetapkan jelas
pemeliharaan dari suatu kecepatan selama periode

71
Vol. 1. No. 2, 2015 Jurnal Teknik Industri
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
Dalam Bidang Teknik Industri

b. Observable: kejadian yang ditetapan Overall equipment effectiveness:


dapat diamati = 𝑎𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦×𝑝𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑛𝑐𝑒×𝑞𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑦
c. Measureable: kejadian yang ditetapkan
dapat diukur Availability ratio:
2. Membuat diagram pohon kegagalan 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒 − 𝑑𝑜𝑤𝑛𝑡𝑖𝑚𝑒
Diagram pohon kegagalan menunjukan = ×100%
𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒
bagaimana suatu top event bisa menucul pada
mesin atau komponen yang dianalisa. Performance efficiency
3. Menentukan minimal cut set 𝑝𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑 𝑎𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡×𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑡𝑖𝑚𝑒
Minimal cut set merupakan kumpulan basic =
𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑡𝑖𝑚𝑒
event atau kombinasi yang dapat
menyebabkan top level event. Cut set Rate of product quality
merupakan kumpulan basic event penyabab 𝑝𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑 𝑎𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡×𝑑𝑒𝑓𝑒𝑐𝑡 𝑎𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡
gangguan pda permasalahan mesin yang = ×100%
𝑝𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑 𝑎𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡
memiliki nilai OEE terendah. Pengguan
simbol pada FTA dalam penelitian ini
diantaranya adalah:
a. Top event, yaitu kejadian puncak yang Hasil dan Pembahasan
dicari akar penyebabnya.
b. Basic event, yaitu kejadian dasar yang Dari hasil perhitungan diperoleh nilai OEE
tidak dapat diturunkan lagi (batas akhir mesin breaker yang bervariasi seperti dapat dilihat
penyebab kegagalan). pada Tabel 1.
c. Event, yaitu kejadian yang masih bisa Tabel 1. Nilai OEE mesin breaker PT. P&P
diturunkan menjadi beberapa macam Bangkinang
Rate of
kejadian Availibility
Perfirmance
Quality OEE
d. And Gate, yaitu kejadian pada output Bulan Efficiency
Ratio (%) Product (%)
(%)
yang terjadi jika semua input yang ada (%)
juga terjadi. Januari 77,93 78,59 100 61,25
Februari 78 98,71 100 76,99
e. Or Gate, yaitu kejadian pada output Maret 77,77 111,24 100 86,51
paling tidak terdapat satu kejadian pada April 77,85 95,97 100 74,71
input yang terjadi. Mei 78 77,96 100 60,81
Inhibit, yaitu kejadian input akan Juni 78 87,12 100 67,95
menyebabkan kejadian output jika conditional Juli 74,33 72,82 100 54,13
event terjadi. Agustus 77,31 83,71 100 64,71
September 75,96 113,60 100 86,30
Oktober 77,81 82,18 100 63,95
Metode Penelitian November 78 88,14 100 68,75
Desember 78 89,34 100 69,68
Pengumpulan Data Total 928,96 1079,37 1200 835,73
Rata-rata 77,41 89,95 100 69,64
Terdapat dua buah jenis data yang
dikumpulkan dan digunakan didalam penelitian ini,
diantaranya: 1. Data primer, yaitu data yang Grafik Overall Equipment Effectivenes Mesin Breaker PT.
P&P Bangkinang Tahun 2014
dikumpulkan melalui wawancara dan observasi
tentang kerusakan-kerusakan mesin dan bagaimana
90.00
cara perawatan serta penanganan kerusakan mesin 85.00
breaker, 2. Data sekunder, yaitu data yang 80.00
diperoleh dari arsip perusahaan berupa jumlah 75.00
Persentase

produksi, jam kerja mesin breaker, dan waktu 70.00

pemeliharaan mesin breaker. 65.00


60.00
55.00
Pengolahan Data 50.00

Data yang telah dikumpulkan kemudian


digunakan untuk mendapatkan nilai overall
equipment effectiveness (OEE) mesin. Nilai OEE Bulan

bisa diperoleh dengan mengalikan availability ratio, Gambar 1. Grafik OEE mesin breaker PT. P&P
performance efficiency, dan rate of product quality. Bangkinang
Untuk lebih jelasnya mengenai perhitungan ini
dapat dilihat pada persamaan berikut:

72
Vol. 1. No. 2, 2015 Jurnal Teknik Industri
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
Dalam Bidang Teknik Industri

Tabel 1 menyajikan nilai OEE mesin menurun dan menghambat proses produksi.
breaker yang terdapat pada PT. P&P Bangkinang Kerusakan yang sering terjadi pada mesin
dalam kurun waktu selama satu tahun. Dapat dilihat disebabkan karena beberapa faktor. Seperti sering
bahwa nilai OEE mesin breaker terendah berada terjadinya penyumbatan pada mesin Breaker karena
pada angka 54,13 %, sedangkan nilai OEE tertinggi kurang tajamnya mata pisau. Namun perbaikan
berada pada angka 86,51%. Bila dirata-ratakan nilai yang dilakuakan kurang tepat sehingga terjadi
OEE mesin breaker berada pada angka 69,64%. kesalahan yang berulang kali pada mesin. Hal
Jika merujuk kepada standar internasional tersebut yang mengakibatkan performa mesin dalam
maka terlihat jelas bahwa nilai OEE mesin breaker proses produksi menjadi menurun dan menghambat
PT. P&P Bangkinang berada jauh dibawah dimana proses produksi.
standar yang ditetapkan untuk nilai OEE sebuah Rate of quality product merupakan suatu
mesin adalah sebesar 85% seperti yang dapat dilihat rasio yang menggambarkan kemampuan peralatan
pada Tabel 2. dalam menghasilakn produk yang sesuai dengan
Tabel 2. Standar internasional nilai OEE, standar. Hal ini dapat dilihat processed amount dan
availability, performance, dan quality deffect product. Pada hasil perhitungan persentase
Nilai OEE Nilai OEE rate of quality product PT. P&P Bangkinang sudah
OEE Factor
Standar PT. P&P mencapai standar internasional yaitu sebesar 100%
Internasional Bangkinang dan persentase terendah yang dimiliki standar
(%) (%)
internasional adalah 99% (Dal, 2000). Hal ini
Availibility Ratio 90 77,41 karena dilakuakan proses ulang pada produk yang
Performance Efficiency 95 89,95 cacat sehingga produk cacat masih dapat dipasarkan
Rate of Quality Product 99 100 dan tidak membuat perusahaan dirugikan. Namun
OEE 85 69,64
hal tersebut membutuhkan waktu tambahan untuk
melakukan proses ulang pada produk cacat.
Untuk memperoleh nilai OEE yang
Usulan perbaikan merupakan tindakan
memenuhi standar maka terlebih dahulu perlu
yang dilakukan untuk memberikan suatu ide dalam
diperoleh nilai komponen-komponen OEE yang
penerapan untuk perbaikan pada mesin Breaker,
memenuhi standar pula diantaranya availability
agar mesin dapat bekerja lebih maksimal sehingga
ratio, performance efficiency, dan rate of quality
target produksi dapat mencapai angka yang
product yang bisa dicapai dengan cara melakukan
optimum. Berdasarkan pengamatan yang telah
perbaikan dalam perawatan mesin.
dilakukan kerusakan yang sama pada mesin
Availibility Ratio merupakan hasil
Breaker sering kali terjadi, yang akhirnya
perhitungan terhadap data waktu delay mesin
menyebabkan terhentinya proses produksi.
Breaker PT. P&P Bangkinang. Rata-rata availibility
Kerusakan yang terjadi sering adalah
ratio mesin Breaker selama tahun 2014 adalah
tersumbatnya mesin Breaker, hal itu karena mata
77,41%. Angka persentase tersebut belum mencapai
pisau dalam mesin Breaker tersebut kurang tajam.
standar internasional yang memiliki batas
Sehingga pada saat proses pencah-cahan sering
persentase terendah 90% (Dal, 2000). Sehingga
tersumbat. Berdasarkan hal tersebut sebaikanya
pemanfaatan mesin Breaker belum dapat dikatakan
dilakukan perawatan lebih sering sehingga
optimal, hal ini karena banyaknya waktu delay
terjadinya kerusakan pada mesin Breaker dapat
mesin. Waktu delay tersebut disebabkan oleh
dikurangi.
kerusakan pada mesin dan part-part mesin. Selama
tahun 2014 tercatat mesin Breaker mengalami
downtime 52,08 jam dari 2608,33 jam. Selama Kesimpulan
downtime tersebut mesin berhenti memproduksi,
sehingga menyebabkan hasil produksi menurun. Berdasarkan hasil dari penelitian yang
Performance efficiency merupakan suatu telah dilakukan, maka kesimpulan yang didapat
ratio yang menggambarkan kemampuan dari adalah sebagai berikut:
peralatan dalam menghasilkan barang. Dari hasil 1. Nilai overall equipmant effectiveness (OEE)
perhitungan performance efficiency pada mesin pada mesin Breaker PT. P&P Bangkinang
Breaker PT. P&P Bangkinang selama tahun 2014 adalah sebesar 69,64% dan termasuk dalam
didapatkan hasil persentase sebesar 89,95% dan kategori rendah. Penyebab rendahnya nilai
angka tersebut tidak memenuhi standar OEE karena total waktu delay yang tinggi
internasional yang memiliki batas persentase selama proses produksi, yang berdampak pada
terendah 95% (Dal, 2000). Hal ini dikarenakan penurunan hasil produksi SIR.
banyakanya waktu delay mesin yang terjadi selama 2. Penyebab terjadinya permasalahan pada mesin
tahun 2014. Kerusakan mesin ini menjadi penyebab Breaker adalah seringnya mesin mati karena
performa mesin dalam proses produksi menjadi tersumbat hal ini karena mata pisau pada
mesin kurang tajam, kerusakan pada conveyor

73
Vol. 1. No. 2, 2015 Jurnal Teknik Industri
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
Dalam Bidang Teknik Industri

dan kerusakan pada part mesin Breaker. Effectiveness (Oee) dalam Implementasi
Adapun perbaikan yang sebaiknya dilakukan Total Productive Maintenance (TPM)
oleh perusahaan adalah melakukan perawatan (Studi Kasus di Pabrik Gula PT. “Y”.),
pada mesin Breaker lebih sering. Perawatan Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No.3 Tahun
ekstra perlu dlakukan pada penajaman mata 2012: 431-437, Malang: Universitas
pisau mengingat sering terjadi penyumbatan Brawijaya.
akibat kurang tajam mata pisau mesin Rizzo, Kenneth., 1999. Total productive
Breaker. maintenance: A primer, Package Printing
and Converting,pg.26.
Sukwadi, Roland., 2007. Analisis Perbedaan
Daftar Pustaka Antara Faktor-faktor Kinerja Perusahaan
Sebelum dan Sesudah Menerapkan
Andras, I. 2007. Overall Equipment Effectiveness Strategi Total Productive Maintenance
Assement of the Open Pit Coal Mining (TPM), Tesis S-2 Magister Management,
Production System. Journal International Semarang: Universitas Diponegoro.
multidisciplinary conferen 1(1) :22-28. Said, Ahmad dan Sosetyo, Joko., 2008. Analisis
Chen, Mingchih and Feedman, M, Richard., 1997. Total Productive Maintenance Pada Lini
Optimal Replacement Policies with Produksi Mesin Perkakas Guna
Minimal Repair and Age Dependent Cost, Memperbaiki Kinerja Perusahaan, Jurnal
Euoropean Journal of Operation Research Teknik Industri, Yogyakarta: Institut Sains
98 & Teknologi AKPRIND
Dal, B., 2000. Overall Equipment Effectiveness as a
Measure of Operational Improvement,
International Journal of Operations and
Production Management, Vol. 20, p. 1491
Dale, B.G., 1999. Managing Quality, 3rd ed.,
Blackwell Publishers Ltd, Oxford.
Dervitsiotis, Kostas N. 1981. Operational
Management. New York: Mc Graw Hill
Book Company.
Ebeling, Charles., 1997. An Introduction to
Reliability and Maintainability
Engineering, McGraw-Hill Companies.
Inc. Singapore.
Hasriyono, Miko., 2009. Evaluasi Efektifitas Mesin
dengan Penerapan Total Productive
Maintenance (TPM) di PT. Hadi Baru,
Skripsi Sarjana Teknik Industri, Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Hutagaol, Joy, Hendri., 2009. Penerapan Total
Produktive Maintenance untuk
Peningkatan Efisiensi Produksi dengan
Menggunakan Metode Overall Equipment
Maintenance di PT. Perkebunan
Nusantara III Gunung Para, Skripsi
Sarjana Teknik Industri, Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Nakajima, S., 1988. Introduction to Total
Productive Maintenance, Productivity
Press, Cambridge, MA.
Patterson, J.Wayne., Fredendall, D.,Lawrence.,
J.Kennedy, William., and Mcgee, Allen.,
1996, Adapting Total Productive
Maintanance to Asten, Production and
Inventory Management Journal-Fourth
Quarter.
Rahmad, Pratiko dan Wahyudi, Slamet., 2012.
Penerapan Overall Equipment

74

Anda mungkin juga menyukai