Anda di halaman 1dari 5

Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

METODE PENYIMPANAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) OLEH


PEDAGANG PENGUMPUL TINGKAT USAHATANI DI PURUK CAHU
KABUPATEN MURUNG RAYA

Cica Riyani
Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Muara Teweh
e-mail :cicariyani@yahoo.com

ABSTRACT

Storage of raw material rubber is a part of raw material processing which is done by
smalholder tardes level. The method used in raw material raw rubber storage is
approved in Regulation of Agriculture Minister number : 38/Permentan/OT.140/8/2008
and guidance related to the quality assurance system of raw material rubber and other
standars. The study was aimed to know what kind of storage method of raw material
rubber done by smalholder trade level in Puruk Cahu, Regency of Murung Raya,
Central Kalimantan and to know the correlation between storage method and quality of
raw rubber material. The study was conducted at smalholder trades level of Kasrani in
Kelurahan Puruk Cahu (Bhayangkara St). This study was conducted by survey method
(interviewed and followed by visual observation with smalholder trades level). The
survey results showed that the raw material rubber was lump and it was kept by soaking
in the water at approximately for one month and there was change of its volume while
in storage period. The enforcement of the Regulation of Agriculture Minister had not
been done widely at smallholder trade level because the lacks of information and the
simpler method (soaking) should be used.

Key words : Storage, Raw material rubber, smallhoder trade level

PENDAHULUAN dilakukan penyimpanan sementara pada


masing-masing jalur pemasaran.
Bahan olah karet yang Penyimpanan bokar harus
selanjutnya disebut bokar adalah lateks memenuhi persyaratan yang telah
dan atau gumpalan yang dihasilkan ditentukan untuk menjamin mutu bokar
pekebun kemudian diolah lebih lanjut sesuai aturan yang berlaku. Persyaratan
secara sederhana sehingga menjadi tersebut terangkum dalam Peraturan
bentuk lain yang bersifat lebih tahan Menteri Pertanian Nomor :
untuk disimpan serta tidak tercampur 38/Permentan/OT.140/8/2008.
dengan kontaminan (Badan Terpenuhinya persyaratan pada saat
Standardisasi Nasional, 2002). Bokar penyimpanan akan menjamin mutu
yang dihasilkan oleh petani karet bokar tetap terjaga dan sebaliknya.
selanjutnya dijual kepada pedagang Penerapan permentan tersebut
pengumpul kemudian akan diberlakukan bagi petani dan pedagang
didistribusikan ke pabrik karet. pengumpul agar mutu bokar terjamin
Distribusi bokar dari petani ke hingga sampai ke pabrik pengolahan
pedagang pengumpul dan pabrik karet karet.
memerlukan waktu sehingga perlu Penyimpanan bokar yang tidak
sesuai standar yang ditentukan akan
mempengaruhi mutu bokar. Bokar
yang disimpan akan terkontaminasi,

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 33
Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

teroksidasi, dan menurunkan nilai pertimbangan bahwa lokasi ini


Plasticity Retention Index (PRI ) dari merupakan tempat pengumpul karet
bokar. Berdasarkan hal tersebut maka untuk tingkat petani untuk dua desa
penerapan metode penyimpanan bokar yaitu Juking Pajang dan Puruk Cahu .
yang sesuai standar oleh petani dang Penelitian ini dilakukan pada bulan
pedagang pengumpul harus Januari – April 2017. Metode
dimonitoring dan dievaluasi. penelitian yang digunakan dalam
Berdasarkan hasil penelitian Syarifa penelitian ini adalah metode survei.
dkk (2013) bahwa penerapan Permentan Metode ini digunakan untuk
belum dilaksanakan sepenuhnya di memperoleh data dan informasi yang
tingkat petani. Hal ini dikarenakan jelas mengenai metode penyimpanan
peraturan dari lembaga pemasaran yang bokar oleh pedagang pengumpul karet.
belum tegas untuk menolak bokar mutu Melalui metode survei ini diharapkan
rendah yang dihasilkan petani. informasi mengenai kejadian atau fakta
Permasalahan pengolahan dan yang terjadi di lapangan dapat
pemasaran karet yang menyebabkan dijangkau dengan cara mengumpulkan
rendahnya mutu bokar masih banyak data dengan wawancara. Data yang
terjadi di Kabupaten Musi Rawas dan akan dikumpulkan meliputi data primer
Kota Lubuk Linggau yang masih dan data sekunder. Data primer
memerlukan perhatian serius. diperoleh dari observasi/pengamatan
Berdasarkan pentingnya langsung dan wawancara kepada
penerapan metode penyimpanan bokar pedagang pengumpul. Data primer
yang baik untuk menjaga mutu bokar meliputi dokumentasi bokar dan tempat
maka perlu dilakukan penelitian metode penyimpanan serta volume bokar
penyimpanan bokar pada pedagang selama empat (4) bulan dengan waktu
pengumpul tingkat usahatani. Penelitian penyimpanan serta perubahan volume
ini bertujuan untuk mengetahui apakah bokar setelah penyimpanan. Data
pedagang pengumpul bokar sekunder diperoleh dari jurnal-jurnal
manggunakan metode penyimpanan ilmiah, serta studi literatur yang
bokar yang sesuai dengan standar dan berhubungan dengan penelitian.
untuk mengetahui hubungan metode
penyimpanan bokar dengan mutu bokar HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dihasilkan.
Bokar yang dikumpulkan oleh
METODE PENELITIAN pedagang berasal dari dua desa, yaitu
desa Juking Pajang dan Puruk Cahu.
Penelitian ini dilakukan di Bokar yang dihasilkan adalah lump
Usaha Jual Beli Karet Bapak Kasrani mangkok. Bokar tersebut dikumpulkan
yang berlokasi di Kelurahan Puruk dalam karung dan selanjutnya dijual
Cahu (Jl. Bhayangkara, RT. 5 ). kepada padagang pengumpul. Untuk
Pemilihan lokasi dilakukan dengan jalur pemasaran bokar di Puruk Cahu
sengaja (purposive) dengan dapat dilihat pada gambar berikut :

Petani Pedagang Desa Pedagang Besar Pabrik Karet

Gambar 1. Sistem pemasaran bokar di Desa Puruk Cahu.

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 34
Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Jalur pemasaran bokar pada desa dilakukan oleh pengumpul karet.


Puruk Cahu menunjukan adanya Pemilihan metode penyimpanan ini
distribusi bokar yang harus melalui tidak sesuai dengan peraturan yang
pedagang perantara sebelum akhirnya berlaku. Menurut Kementerian
sampai ke pabrik karet, menurut Malian Pertanian Republik Indonesia (2011)
dan Aman (1999) untuk jalur bokar bahwa penyimpanan bokar khususnya
yang langsung dijual oleh petani, rantai lump mangkok harus sesuai prosesur
pemasarannya cukup panjang. jalur ini sebagai berikut : 10. Penyimpanan
merupakan rantai tataniaga tradisional sementara di gudang dikelompokan
dengan ciri adanya dominasi pedagang sesuai dengan umur simpan, 2). Tidak
perantara. Untuk mencapai pabrik karet boleh terkena sinar matahari langsung,
remah, bokar dari petani harus melalui 3). Tidak boleh terkena air, 4). Tempat
beberapa lembaga pemasaran yaitu penyimpanan harus bersih, 5). Tidak
pedagang desa dan pedagang besar yang boleh langsung menyentuh lantai
berkedudukan di ibukota kecamatan (diletakan di atas papan/palet), 6).
atau kabupaten. Harus diberi jalur untuk jalan. Berikut
Berdasarkan jalur pemasaran adalah contoh penyimpanan bokar yang
bokar dapat diketahui bokar yang baik (Gambar 3).
diperjualbelikan tertahan dan harus
melalu proses penyimpanan dengan
waktu tertentu pada masing-masing
jalur pedagang pengumpul. Berikut
adalah gambar tempat penyimpanan
bokar sementara yang dilakukan oleh
pedagang usaha jual beli karet tempat
penelitian :

Gambar 3. Contoh penyimpanan bokar


yang baik (Syarifa dkk,
2013)

Waktu penyimpanan bokar


dengan cara direndam dalam air oleh
Gambar 2. Tempat penyimpanan Bokar pedagang pengumpul ini rata-rata
Lump mangkok (direndam selama sebulan. Berikut adalah tabel
dalam air) volume, waktu penyimpanan dan
perubahan volume bokar setelah
Penyimpanan bokar dalam air penyimpanan dalam air dari bulan
merupakan alternatif penyimpanan yang Januari-April 2017 :

Tabel 1. Volume bokar terkumpul dalam rentang waktu bulan Januari-April 2017
No. Bulan Volume Awal (Kg) Lama Penyimpanan Volume Akhir (Kg)
1. Januari 3,940 1 (satu) bulan 4,055
2. Februari 3,536 1 (satu) bulan 3,766
3. Maret 3,096 1 (satu) bulan 3,196
4. April 3,833 1 (satu) bulan 3,910

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 35
Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

Tabel 1. Menunjukan terdapat dalam air. Dengan demikian akan


perubahan volume bokar setelah sangat mempengaruhi nilai PRI bokar.
disimpan dalam air. Volume tersebut Perendaman bokar dalam air sebagai
menguntungkan bagi pedagang alternatif metode penyimpanan bokar
pengumpul, namun menurunkan mutu tidak termasuk dalam spesifikasi bokar
bokar. Waktu penyimpanan bokar yang mutu tinggi (Hendratno, S. 2012).
direndam dalam air melebihi dari batas Rendahnya mutu bokar akhirnya juga
waktu yang diperbolehkan sebagaimana akan mempengaruhi nilai jual bokar.
yang telah disampaikan oleh Harahap, Hal tersebut dapat diketahui dari
R (2009) bahwa dalam pengolahan rendahnya harga jual pedagang
lump sebagai bahan baku SIR, waktu pengumpul pertama ke pedagang besar.
perendaman dalam air pada saat Berikut adalah harga jual pedagang
pembersihan kotoran tidak boleh pengumpul dari bulan Januari-April
melebihi dari 3 (tiga) hari agar nilai PRI 2017 :
tidak terlalu rendah. Berdasarkan hasil Tabel 2. Harga jual bokar
penelitian proses peyimpanan bokar No. Bulan Harga
dalam air mempengaruhi tampilan (Rp)/ Kg
bokar. Gambar bokar sebelum dan 1. Januari 8.500
sesudah disimpan dalam air dapat 2. Februari 10.000
dilihat pada Gambar 4. 3. Maret 8.500
4. April 7.000

Pemilihan alternatif metode


penyimpanan bokar dalam air oleh
pedagang pengumpul menyebabkan
penurunan mutu bokar yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
pedagang pengumpul dapat diketahu
bahwa masih belum ada sosialisasi
terkait dengan pentingnya menjaga
mutu bokar dengan menggunakan
tempat penyimpanan bokar yang sesuai
aturan. Selain itu, alasan memilih
metode direndam dalam air adalah
Gambar 4. (a) bokar sebelum direndam, metode lebih sederhana dan tanpa
(b) bokar sesudah direndam banyak perlakuan.

Dari gambar 4. dapat terlihat KESIMPULAN


perubahan warna bokar dan terdapatnya
kontaminan. Bokar yang direndam Dari hasil penelitian
dalam air akan teroksidasi, tercampur disimpulkan bahwa metode
dengan kontaminan yang berasal dari penyimpanan bokar oleh pedagang
endapan tanah dari perendaman. pengumpul tingat usahatani belum
Menurut Harahap, R (2009), sepenuhnya menerapkan metode
perendaman bokar dalam air penyimpanan bokar yang baik
neyebabkan hilangnya senyawa – berdasarkan Peraturan Menteri
senyawa antioksidan yang berasal dari PertanianNo.38/Permentan/OT.140/8/2
protein dan fosfolida karena sebagian 008 dan Pedoman penerapan sistem
besar senyawa karet terlaut dan terurai jaminan mutu bokar. Penyimpanan

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 36
Volume 03, Nomor 2, Edisi November 2017

bokar dengan cara direndam dalam air Syarifa Lina F, Dwi Shinta Agustina,
dapat menyebabkan rendahnya mutu dan Cicilia Nancy. 2013. Evaluasi
seperti tercemar dengan kontaminan, Pengolahan Dan Mutu Bahan
bokar teroksidsi dan rendahnya nilai Olah Karet Rakyat (Bokar) Di
PRI. Penyebab tidak diterapkannya Tingkat Petani Karet Di Sumatera
metode penyimpanan bokar yang baik Selatan. Jurnal Penelitian Karet.
sesuai dengan peraturan yang berlaku 31 (2) : 139 – 148
adalah kurangnya informasi terkait
dengan penererapan Permentan kepada
pedagang penumpul serta metode
direndam dalam air dianggap pedagang
pengumpul lebih sedehana dan tidak
banyak perlakuan.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. 2002.


Bahan Olah Karet. SNI 06-2047-
2002
Harahap. R. 2009. Analisa
Perbandingan Nilai PRI Dari
Produk SIR 20 dan SIR 3 Untuk
Temperatur yang berbeda-beda.
Karya Ilmiah. Fakultas MIPA.
Universitas Sumatera Utara.
Medan
Hendratno, S. 2012. Komoditas Karet
(Hevea brasiliensis) Untuk SRG
Dan Pasar Fisik. Biro Analisis
Pasar –Bappebti. Pusat Penelitian
Karet. Bogor
Kementerian Pertanian Republik
Indonesia. 2008. Peraturan
Menteri Pertanian 38/2008.
Pedoman Pengolahan dan
Pemasaran Bahan Olah Karet
(Bokar). Kementerian Pertanian
Republik Indonesia, Jakarta.
Kementerian Pertanian Republik
Indonesia. 2011. Pedoman
Penerapan Sistem Jaminan Mutu
Bokar. Direktorat Mutu dan
Standarisasi Ditjen Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Pertanian.
Kementrerian Pertanian. Jakarta
Malian, H dan Aman Djauhari. 1999.
Upaya Perbaikan Kualitas Bahan
Olah Karet Rakyat. FAE. 17 (2) :
43 – 50

Agrisains
Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 37

Anda mungkin juga menyukai