456
Farhan, F. et al. 2019. Persediaan Bahan Baku … (03): 456-464
457
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 02 No. 3 Edisi Juni 2019
458
Farhan, F. et al. 2019. Persediaan Bahan Baku … (03): 456-464
Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) Maximum Inventory = Safety Stock + EOQ
Tabel 2. Pemakaian bahan baku barecore kayu sengon tahun 2014 sampai dengan tahun
2016
Pemakaian Bahan Baku bare
No Tahun
core(m3)
1 2014 5106,032
2 2015 4082,208
3 2016 2131,345
Sumber : Data Perusahaan PT. Surya Satrya Timur
Dari data yang diperoleh untuk Dengan demikian perkiraan bahan baku
pemakaian bahan baku pada Tabel 2 tahun 2017 adalah sebesar 3773,195 m3,
tersebut, maka dapat dilakukan perhitungan jika dibandingkan dengan tahun 2016
perkiraan pemakaian bahan baku pada tahun pemakaian bahan baku sebesar 2131,345
2017 dengan metode rata – rata bergerak maka pada tahun 2017 pemakaian bahan
dengan rumus sebagai berikut : baku meningkat sebesar 1639,85 m3 atau
𝑑0 + 𝑑1 + 𝑑2 43,4%. Peningkatan pemakaian bahan baku
𝑑= tersebut digambarkan pada Gambar 1.
𝑛
2131,345 + 4082,208 + 5106,032
=
3
= 3773,195 m3
459
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 02 No. 3 Edisi Juni 2019
6000
Pemakaian Bahan Baku (m3)
5000
4000
3000
2000
1000
0
2014 2015 2016 2017
Tahun
Gambar 1. Grafik pemakaian bahan baku bare core kayu sengon tahun 2014 sampai dengan
2017
Dibandingkan dengan pemakaian untuk menentukan seberapa besar bahan
bahan baku empat bulan pertama pada tahun baku yang telah digunakan. Pemakaian
2017, yaitu sebesar 924,183 m3 dengan bahan baku senyatanya digunakan untuk
empat bulan pertama pada tahun 2016, yaitu menentukan kebijakan persediaan bahan
sebesar 804,228 m3, maka terjadi baku pada tahun berikutnya, misalnya
peningkatan bahan baku sebesar 119,255 m3 pemakaian bahan baku pada tahun
atau 14,9% (Lampiran 1). Peningkatan pertama lebih sedikit dari pada yang
pemakaian bahan baku ini disebabkan menjadi limbah maka akan menentukan
karena banyaknya permintaan bare core persediaan pada tahun berikutnya.
jenis sengon, beberapa faktor yang
mempengaruhi peningkatan pemakaian 5. Waktu tunggu
bahan baku diantaranya : Perusahaan perlu menentukan waktu
tunggu yang tepat agar bahan baku yang
1. Permintaan Pasar dipesan datang tepat waktu, karena waktu
Permintaan pasar merupakan tunggu yang tepat akan menghindarkan
kemampuan untuk menyediakan suatu perusahaan dari menumpuk atau
produk pada tingkat harga dan waktu kekurangan bahan baku di gudang
tertentu. Permintaan pasar juga sehingga biaya penyimpanan tidak
dipengaruhi oleh kualitas dan jenis bahan membengkak.
baku yang digunakan oleh produsen.
Peningkatan persediaan bahan baku
2. Harga bahan baku ini juga dapat dipengaruhi oleh beberapa
Harga bahan baku yang relatif stabil akan faktor, yaitu perkiraan pemakaian, harga
memudahkan perusahaan dalam bahan baku, biaya – biaya persediaan,
menentukan modal yang harus disiapkan kebijakan pembelanjaan, pemakaian
dan diperhitungkan. Harga bahan baku senyatanya dan waktu tunggu yang
dapat menjadi faktor dalam memahami ditetapkan (Ahyari,2002).Menurut Angipora
pengendalian persediaan bahan baku. (2002), banyaknya persediaan yang
diperlukan perusahaan berbeda – beda untuk
3. Biaya persediaan setiap perusahaan, tergantung dari volume
Perusahaan perlu memperhitungkan produksi, jenis produksi dan proses.
biaya persediaan seperti biaya
penyimpanan dan biaya pemesanan atau Jumlah Pemesanan Ekonomis
pembelian. Biaya pemesanan dan
penyimpanan yang terlalu tinggi akan Menurut Rangkuti (2004), Jumlah
menyebabkan membengkaknya biaya pemesanan ekonomis merupakan
produksi. banyaknya pemesanan bahan baku setiap
kali pemesanan dengan jumlah biaya yang
4. Pemakaian senyatanya paling ekonomis. Berdasarkan data yang
Pemakaian bahan baku dari tahun diperoleh, dihasilkan suatu perkiraan
ketahun perlu dianalisa secara berkala pemesanan bahan baku bahwa :
460
Farhan, F. et al. 2019. Persediaan Bahan Baku … (03): 456-464
a. Biaya pemesanan tiap order (P) sebesar Asumsi yang digunakan dalam metode
Rp. 100.000,- analisis Economic Order Quantity (EOQ),
b. Biaya penyimpanan (K) sebsar 10% dari yaitu :
harga beli bahan baku. 1. Jumlah kebutuhan bahan baku sudah
c. Biaya pembelian bahan baku (A) sebesar dapat ditentukan terlebih dahulu secara
Rp. 760.000,- pasti untuk digunakan selama satu
d. Perkiraan pemakaian bahan baku tahun tahun/periode
2017 (R) sebesar 3773,195 m3, maka 2. Penggunaan bahan baku tidak terlalu
dapat ditentukan jumlah pemesanan berubah dan terus menerus
ekonomis sebagai berikut : 3. Pesanan diterima pada saat tingkat
persediaan digudang diatas persediaan
Dimana : penyelamat
P= Rp. 100.000,- 4. Harga bahan baku konstan selama
K= 10% periode tertentu.
A= Rp. 760.000,-
R= 3773,195 m3 Menurut Sakkung dan Sinuraya (2011)
dalam hasil penelitiannya “ Apabila metode
EOQ diterapkan oleh PT Indoto Tirta Mulia
1. Jumlah optimum order tiap tahun
untuk manajemen persediannya, maka hal
𝐴 . 𝑅. 𝐾 tersebut dapat mengefisienkan total biaya
𝐹 =√ persediaan karena lebih terkontrol, bila
2𝑝
dibandingkan PT. Indoto Tirta Mulia
𝑅𝑝. 760.000 𝑋 3773,195 𝑋 10% menggunakan JIT (Just In Time) tapi tidak
=√ berusaha untuk memenuhi konsep JIT”.
2 𝑋 𝑅𝑝. 100.000
461
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 02 No. 3 Edisi Juni 2019
Tabel 3. Frekuensi Penyimpangan Bahan Baku Bare Core Kayu Sengon PT.SSTC
462
Farhan, F. et al. 2019. Persediaan Bahan Baku … (03): 456-464
120
100 99,646
EOQ
80
ROP 74.64
60 Hubungan
49.5 EOQ dan
40 B ROP
20
0 0
1 7 10 15
Gambar 2. Grafik Hubungan Antara EOQ dan ROP
Dimana :
EOQ = Jumlah Pemesanan Ekonomis
ROP = Batas Pemesanan Kembali (Reorder Point)
B = Persediaan Penyelamat (Safety Stock)
463
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 02 No. 3 Edisi Juni 2019
464