Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Sylva Scienteae Vol. 02 No.

3 Juni 2019 ISSN 2622-8963 (media online)

PERSEDIAAN BAHAN BAKU PEMBUATAN BARECORE KAYU


SENGON DI PT. SURYA SATRYA TIMUR
CORPORATION BANJARMASIN
Raw Material The Manufacture of Barecore of Wood Sengon at PT. Surya
Satrya Timur Corporation Banjarmasin
Fatih Farhan, Noor Mirad Sari, dan Gt. A. R. Thamrin
Jurusan Kehutanan
Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat
ABSTRACT.The purpose of this researchis to find the prediction of the use of raw materials the
manufacture of barecore, determining the amount of reserving the raw material economical,
knows when time reservation back and knew the amount of supplies safety at PT. Surya Satrya
Timur Corporation Banjarmasin. The benefit of this research is to review and analyze and activity
management production, especially in control supplies of raw materials.
Barecore is layer of the core in process of making a blockboard which consist of a wood strip that
arranged with such a manner. The raw materials is important for an industry, every industry need
to do control activitiesas the raw materials supplies to make activities of production effective and
efficient. Based on the result known that use of raw material in 2017 reached 3773,19 m³
withoptimum order as much as 38 times at 99,646 m³ every time order. The size of supply shall
belong the corporate 49,50 m³ with a point reservation back whenraw materials reached 74,64
m³. the availability of raw material will be easing a process production of the economically and
efficient.

Keyword:Stock control; raw materials; barecore; EOQ

ABSTRAK.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkiraan pemakaian bahan baku


pembuatan barecore, menentukan jumlah pemesanan bahan baku yang ekonomis, menegetahui
kapan waktu pemesanan kembali dan mengetahui jumlah persediaan pengaman di PT. Surya
Satrya Timur Corporation Banjarmasin. Manfaat penelitian ini untuk mengetahui dan
menganalisis suatu kegiatan manajemen produksi, khususnya dalam pengendalian persediaan
bahan baku.Barecore merupakan lapisan inti pada proses pembuatan papan blok yang terdiri
dari strip – strip kayu yang disusun sedemikian rupa. Bahan baku merupakan hal yang sangat
penting bagi suatu industri, setiap industri perlu melakukan kegiatan pengendalian persediaan
bahan baku agar kegiatan produksi dapat berjalan efektif dan efisien.Berdasarkan hasil
perhitungan diketahui bahwa perkiraan pemakaian bahan baku pada tahun 2017 mencapai
3773,195 m3 dengan jumlah optimum order sebanyak 38 kali sebesar 99,646 m3 setiap kali
order. Besarnya persediaan pengaman yang harus disediakan perusahaan 49,50 m3 dengan titik
pemesanan kembali ketika bahan baku mencapai 74,64 m3. Ketersediaan bahan baku akan
memperlancar proses produksi yang ekonomis dan efisien.

Kata Kunci :Pengendalian persediaan; Bahan baku; Barecore; EOQ

Penulis untuk korespondensi: farhanfatih1@gmail.com

PENDAHULUAN Indonesia hanya sekitar 1,76 juta m 3. (BPS,


2015).
Besarnya penggunaan kayu untuk
Industri kayu lapis merupakan industri kegiatan industri berbanding terbalik dengan
yang paling banyak mengkonsumsi kayu pertumbuhan industri kayu itu sendiri. Melihat
dibandingkan industri penggergajian. beberapa tahun kebelakang banyak industry
Menurut data Kementerian Kehutanan untuk kayu yang mengalami kebangkrutan akibat
tahun 2015 menunjukkan bahwa produksi dari kurangnya bahan baku yang mampu
kayu lapis di Indonesia mencapai 3,64 juta disediakan oleh alam. Kurangnya bahan
m3, sedangkan produksi kayu gergajian di baku membuat industri kayu semakin lama
semakin berkurang dikarenakan perusahaan

456
Farhan, F. et al. 2019. Persediaan Bahan Baku … (03): 456-464

tidak mampu memanajemen perusahaan METODE PENELITIAN


dengan baik. Berkaca dari kejadian tersebut
harusnya perusahaan mampu mengatur
proses produksi dari perkiraan pemakaian Penelitian ini dilaksanakanpada
bahan baku hingga pemasaran produk akhir, perusahaan industri kayu lapis PT. Surya
agar terus dapat bertahan pada industri kayu Satrya Timur Corporation di Banjarmasin.
ini. Waktu penelitian dilaksanakan selama
Namun tidak semua perusahaan kurang lebih tiga bulan dari bulan Juli –
mengalami kemunduran, salah satunya Oktober 2017 meliputi observasi lapangan,
industri kayu terpadu milik PT. Surya Satria pengambilan data, dan penyusunan skripsi
Timur Corporation (PT.SSTC). PT. SSTC (laporan penelitian).
tetap eksis dan mampu bertahan hingga Alat-alat yang akan digunakan pada
sekarang dikarenakan mampu penelitian ini berupa kalkulator dan computer
memanajemen perusahaan dengan baik untuk menghitung dan mengolah data.
serta terus menjaga dan meningkatkan Adapun bahan yang digunakan adalah data
kualitas bahan baku hingga produk akhir agar pemakaian bahan baku pembuatan barecore
kosumen tetap mempercayakan permintaan kayu sengon selama tiga tahun sebelumnya.
kepada perusahaan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
Produksi bare core pada PT. Surya berupa data primer dan data sekunder : Data
Satrya Timur semakin tahun semakin primer merupakan data yang didapat
meningkat, bare core merupakan inti pada langsung dari objek penelitian atau
proses pembuatan block board. Data yang responden yang meliputi data pemakaian
diperoleh dari perusahaan menunjukkan bahan baku kayu sengon selama minimal 3
bahwa perusahaan mengalami kekurangan tahun kebelakang, harga bahan baku, serta
bahan baku kayu sehingga perlu memesan lamanya pengiriman bahan baku.Data
dari sawmil sekitar. sekunder merupakan data yang didapat
Bahan baku (raw material) merupakan melalui data yang telah diteliti atau
hal yang menunjang proses produksi dalam dikumpulkan oleh pihak lain yang berkaitan
suatu industri, tidak terkecuali pada produksi dengan penelitian ini, meliputi data keadaan
block board di PT. SSTC. Hal ini umum lokasi penelitian ataupun pustaka –
mengharuskan perusahaan untuk pustaka sebagai informasi pembanding
menggunakan berbagai metode dalam dengan hasil penelitian.
mengendalikan persediaan bahan baku. Data yang diperoleh selanjutnya akan
Untuk melakukan pengendalian persediaan dilakukan analisa menurut teori manajemen
bahan baku yang diperlukan perusahaan produksi yang ada, yaitu sebagai berikut :
dalam proses produksi, perusahaan perlu
mengontrol persediaan maupun pembelian PerkiraanPemakaianBahan Baku
bahan baku.Teknik dan metode persediaan
bahan baku yang baik dan sesuai dengan Perkiraan pemakaian bahan baku
kondisi perusahaan akan menunjang dilakukan dengan metode rata – rata
kegiatan produksi.Setiap kegiatan produksi bergerak (Ahyari, 2002). Penentuan
disuatu industri perlu adanya kegiatan perkiraan pemakaian bahan baku dapat
manajemen produksi, salah satu kegiatan diketahui dengan rumus :
manajemen produksi yang paling penting
𝑑0+𝑑1+𝑑2+𝑑𝑛
ialah pengendalian bahan baku. d=
Pengendalian bahan baku bertujuan untuk 𝑛
mengatur sirkulasi bahan baku yang Dimana :
digunakan perusahaan maupun kapasitas d = Kebutuhan nyata pada periode yang
penyimpanan bahan baku. Pengendalian baru saja berlalu
persediaan bahan baku dapat memperlancar d0= Kebutuhan nyata pada satu periode
kegiatan produksi, sehingga kegiatan sebelumnya
produksi dapat berjalan efektif dan efisien. d1= Kebutuhan nyata pada dua periode
Oleh karena itu perlu diketahui teknik sebelumnya
pengendalian persediaan bahan baku pada dn= Kebutuhan nyata pada periode
industri kayu PT. Surya Satria Timur sebelumnya
Corporation.

457
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 02 No. 3 Edisi Juni 2019

Economic Order Quantity (EOQ)


1
S = √𝑛−1 𝑥 ∑𝑖=𝑛(𝑋𝑖 − X )2
Metode ini digunakan untuk
mengetahui jumlah pemesanan atau
pembelian optimal dengan tujuan Dimana :
meminimalkan biaya pemesanan danbiaya
S = Standar deviasi
penyimpanan.Ahyari (2002), mengemukakan
Xi = Pemakaian bahan baku sesungguhnya
bahwa metode EOQ (Eqonomic Order
Quantity) yaitu dengan menentukan X = Rata – rata pemakaian
kebutuhan yang tetap, untuk mengetahui N = banyaknya data
jumlah pembelian pesanan yang ekonomis.
Perhitungan EOQ adalah sebagai berikut : Penyimpangan yang terjadi dalam
pemakaian bahan baku dengan rata – rata
2𝑃𝑅 pemakaian dapat diperjelas dengan
EOQ = √ 𝐾 mengetahui lebih dahulu frekuensinya
Dimana : menggunakan kaidah Sturges yang
EOQ = Kuantitas pembelian optimal (m 3) dikemukakan oleh Dayan (2000) .
R = Jumlah kebutuhan bahan baku K = 1 + 3,32222 log n
dalam setahun (m3/tahun) 𝐵𝑎−𝐵𝑏
P = Biaya pemesanan (Rp/m3) I =
K = Biaya penyimpanan 𝐾
Dimana :
Jumlah Optimum Order TiapTahun n = Jumlah data
K = Banyaknya kelas
Rumus untuk menentukan jumlah I = Interval kelas
optimum per tahun meneurut Ahyari (2002), Ba = Batas atas kelas
adalah : Bb = Batas bawah kelas
𝐴𝑅𝐾
F= √
Dimana : 2𝑝
Melihat Penyimpangan yang akan
F= Jumlah optimum per tahun terjadi pihak perusahaan dapat mengambil
A= Harga beli bahan baku (Rp) kebijaksanaan menentukan besarnya
K= Biaya penyimpanan (%) persediaan pengaman dengan rumus :
R= Jumlah kebutuhan bahan baku selama Bp = K . S
setahun
P= Biaya pemesanan (Rp) Dimana :
Bp = Persediaan pengaman
Perhitungan penyimpanan tersebut, K = Nilai faktor penyelamat
digunakan rumus standar deviasi pemakaian S = Standar deviasi
bahan baku untuk melihat penyimpangan yg
terjadi,menurut Dayan (2000), sebagai Penentuan faktor keamanan dapat
berikut : dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Faktor Pengaman
Frequency Level of Service (%) K
50 0,00
60 0,25
70 0,52
75 0,67
80 0,84
85 1,04
90 1,28
95 1,64
97,5 1,96
99 2,33
99,5 2,58
99,9 3,10
Sumber : Assauri, (2004)

458
Farhan, F. et al. 2019. Persediaan Bahan Baku … (03): 456-464

Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) Maximum Inventory = Safety Stock + EOQ

Reorder point merupakan waktu Dimana :


dimana perusahaan perlu melakukan Safety Stock : Persediaan pengaman
pemesanan kembali terhadap bahan baku, EOQ : Kuantitas pembeliaan optimal.
sehingga datangnya bahan baku tersebut
bertepatan dengan habisnya bahan baku
yang dibeli, khususnya pada metode EOQ.
Perhitungan reorder point adalah sebagai HASIL DAN PEMBAHASAN
berikut:

ROP = Safety stock + (Lead Time x Q) Perkiraan Pemakaian Bahan Baku


Dimana : Pemakaian bahan baku pada
ROP = Titik pemesanan kembali PT. Surya Satrya Timur Corporation
Lead Time = Waktu tunggu (hari) (PT. SSTC) mengalami kenaikan ataupun
Safety Stock = Persediaan pengaman (m3) penerunan, hal ini sesuai dengan kondisi
Q = Penggunaan bahan baku ekonomi sekarang maupun minat konsumen
rata – rata (m3/hari) terhadap barang yang ditawarkan. Walaupun
banyak industry kayu yang mengalami
Penentuan Persediaan Maksimum kebangkrutan, namun PT. SSTC tetap eksis
(Maximum Inventory) memasarkan hasil produksinya baik kayu
lapis ataupun blockboard, dikarenakan
Menurut Rumincap (2010) Persediaan perusahaan ini mampu memanajemen
maksimum bertujuan agar perusahaan tidak perusahaan dengan baik dan terus
kelebihan stok di gudang, sehingga tidak meningkatkan kualitas produksinya sehingga
terjadi peningkatan biaya penyimpanan. banyak konsumen yang mempercayakan
Adapun untuk mengetahui besarnya pesanannya terhadap perusahaan ini. Dari
persediaan maksimum dapat digunakan data yang diperoleh dari tahun ketahun
rumus : mengalami penurunan seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Pemakaian bahan baku barecore kayu sengon tahun 2014 sampai dengan tahun
2016
Pemakaian Bahan Baku bare
No Tahun
core(m3)
1 2014 5106,032
2 2015 4082,208
3 2016 2131,345
Sumber : Data Perusahaan PT. Surya Satrya Timur

Dari data yang diperoleh untuk Dengan demikian perkiraan bahan baku
pemakaian bahan baku pada Tabel 2 tahun 2017 adalah sebesar 3773,195 m3,
tersebut, maka dapat dilakukan perhitungan jika dibandingkan dengan tahun 2016
perkiraan pemakaian bahan baku pada tahun pemakaian bahan baku sebesar 2131,345
2017 dengan metode rata – rata bergerak maka pada tahun 2017 pemakaian bahan
dengan rumus sebagai berikut : baku meningkat sebesar 1639,85 m3 atau
𝑑0 + 𝑑1 + 𝑑2 43,4%. Peningkatan pemakaian bahan baku
𝑑= tersebut digambarkan pada Gambar 1.
𝑛
2131,345 + 4082,208 + 5106,032
=
3

= 3773,195 m3

459
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 02 No. 3 Edisi Juni 2019

6000
Pemakaian Bahan Baku (m3)
5000
4000
3000
2000
1000
0
2014 2015 2016 2017
Tahun

Gambar 1. Grafik pemakaian bahan baku bare core kayu sengon tahun 2014 sampai dengan
2017
Dibandingkan dengan pemakaian untuk menentukan seberapa besar bahan
bahan baku empat bulan pertama pada tahun baku yang telah digunakan. Pemakaian
2017, yaitu sebesar 924,183 m3 dengan bahan baku senyatanya digunakan untuk
empat bulan pertama pada tahun 2016, yaitu menentukan kebijakan persediaan bahan
sebesar 804,228 m3, maka terjadi baku pada tahun berikutnya, misalnya
peningkatan bahan baku sebesar 119,255 m3 pemakaian bahan baku pada tahun
atau 14,9% (Lampiran 1). Peningkatan pertama lebih sedikit dari pada yang
pemakaian bahan baku ini disebabkan menjadi limbah maka akan menentukan
karena banyaknya permintaan bare core persediaan pada tahun berikutnya.
jenis sengon, beberapa faktor yang
mempengaruhi peningkatan pemakaian 5. Waktu tunggu
bahan baku diantaranya : Perusahaan perlu menentukan waktu
tunggu yang tepat agar bahan baku yang
1. Permintaan Pasar dipesan datang tepat waktu, karena waktu
Permintaan pasar merupakan tunggu yang tepat akan menghindarkan
kemampuan untuk menyediakan suatu perusahaan dari menumpuk atau
produk pada tingkat harga dan waktu kekurangan bahan baku di gudang
tertentu. Permintaan pasar juga sehingga biaya penyimpanan tidak
dipengaruhi oleh kualitas dan jenis bahan membengkak.
baku yang digunakan oleh produsen.
Peningkatan persediaan bahan baku
2. Harga bahan baku ini juga dapat dipengaruhi oleh beberapa
Harga bahan baku yang relatif stabil akan faktor, yaitu perkiraan pemakaian, harga
memudahkan perusahaan dalam bahan baku, biaya – biaya persediaan,
menentukan modal yang harus disiapkan kebijakan pembelanjaan, pemakaian
dan diperhitungkan. Harga bahan baku senyatanya dan waktu tunggu yang
dapat menjadi faktor dalam memahami ditetapkan (Ahyari,2002).Menurut Angipora
pengendalian persediaan bahan baku. (2002), banyaknya persediaan yang
diperlukan perusahaan berbeda – beda untuk
3. Biaya persediaan setiap perusahaan, tergantung dari volume
Perusahaan perlu memperhitungkan produksi, jenis produksi dan proses.
biaya persediaan seperti biaya
penyimpanan dan biaya pemesanan atau Jumlah Pemesanan Ekonomis
pembelian. Biaya pemesanan dan
penyimpanan yang terlalu tinggi akan Menurut Rangkuti (2004), Jumlah
menyebabkan membengkaknya biaya pemesanan ekonomis merupakan
produksi. banyaknya pemesanan bahan baku setiap
kali pemesanan dengan jumlah biaya yang
4. Pemakaian senyatanya paling ekonomis. Berdasarkan data yang
Pemakaian bahan baku dari tahun diperoleh, dihasilkan suatu perkiraan
ketahun perlu dianalisa secara berkala pemesanan bahan baku bahwa :

460
Farhan, F. et al. 2019. Persediaan Bahan Baku … (03): 456-464

a. Biaya pemesanan tiap order (P) sebesar Asumsi yang digunakan dalam metode
Rp. 100.000,- analisis Economic Order Quantity (EOQ),
b. Biaya penyimpanan (K) sebsar 10% dari yaitu :
harga beli bahan baku. 1. Jumlah kebutuhan bahan baku sudah
c. Biaya pembelian bahan baku (A) sebesar dapat ditentukan terlebih dahulu secara
Rp. 760.000,- pasti untuk digunakan selama satu
d. Perkiraan pemakaian bahan baku tahun tahun/periode
2017 (R) sebesar 3773,195 m3, maka 2. Penggunaan bahan baku tidak terlalu
dapat ditentukan jumlah pemesanan berubah dan terus menerus
ekonomis sebagai berikut : 3. Pesanan diterima pada saat tingkat
persediaan digudang diatas persediaan
Dimana : penyelamat
P= Rp. 100.000,- 4. Harga bahan baku konstan selama
K= 10% periode tertentu.
A= Rp. 760.000,-
R= 3773,195 m3 Menurut Sakkung dan Sinuraya (2011)
dalam hasil penelitiannya “ Apabila metode
EOQ diterapkan oleh PT Indoto Tirta Mulia
1. Jumlah optimum order tiap tahun
untuk manajemen persediannya, maka hal
𝐴 . 𝑅. 𝐾 tersebut dapat mengefisienkan total biaya
𝐹 =√ persediaan karena lebih terkontrol, bila
2𝑝
dibandingkan PT. Indoto Tirta Mulia
𝑅𝑝. 760.000 𝑋 3773,195 𝑋 10% menggunakan JIT (Just In Time) tapi tidak
=√ berusaha untuk memenuhi konsep JIT”.
2 𝑋 𝑅𝑝. 100.000

= 37,86 Persediaan Penyelamat (Safety Stock)

Persediaan pengaman merupakan


2. Jumlah optimum bahan baku perorder persediaan yang perlu disiapkan perusahaan
untuk melindungi atau menjaga
2𝑃𝑅 kemungkinan terjadinya kekurangan bahan
𝐸𝑂𝑄 = √
𝐾𝐴 baku (Rangkuti,2004). Perusahaan perlu
melakukan perhitungan persediaan
2 𝑋 𝑅𝑝. 100.000 𝑋 3773,195 penyelamat agar produksi tetap berjalan.
=√
10% 𝑋 760000 Besarnya persediaan penyelamat
dapat ditentukan dengan menganggap
= 99,646 m3
bahwa data pemakaian bahan baku pada
tahun 2014, 2015, dan 2016 tidak berbeda
Jadi untuk menentukan jumlah jauh dengan data pemakaian bahan baku
pemesanan yang ekonomis pada tahun 2017 pada tahun 2017. Untuk mengetahui lebih
dengan cara mengadakan pembelian bahan jelas perhitungan standar penyimpangan
baku sebanyak 37,86 kali atau dibulatkan bahan baku dapat Lapiran 2. Setelah
menjadi 38 kali pembelian dalam satu tahun, melakukan perhitungan standar
dengan banyaknya bahan baku yang harus penyimpangan bahan baku di PT.SSTC,
dipesan dalam satu kali pemesanan sebesar maka standar deviasi pemakaian bahan baku
99,646 m3, dengan demikian perusahaan dapat dicari yaitu :
dapat mengambil kebijakan pemesanan
yang ekonomis agar bahan baku tidak 1
menumpuk, terlalu lamanya penumpukan 𝑆 =√ ∑𝑛𝑛=𝑙 (𝑥1 − x )2
𝑛−1
bahan baku akan menurunkan kualitas 1
bahan baku yang disebabkan karena faktor = √35 ∑𝑛𝑛=𝑙( 1371992,954)2
kayunya ataupun faktor lingkungan. Menurut = 197,989 m3
Ahyari (2002), Besarnya persediaan bahan
baku dapat menyebabkan tingginya biaya Menurut Dayan (1980), Untuk melihat
penyimpanan / pergudangan, juga penyimpangan – penyimpangan bahan baku
kemungkinan rusaknya bahan baku karena dengan rata – rata pemakaian bahan baku
terlalu lama menumpuk. dapat diperjelas dengan menggunakan
kaidah Sturges dan perlu diketahui kelas dan

461
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 02 No. 3 Edisi Juni 2019

interval (k) terlebih dahulu menggunakan Setelah perhitungan banyaknya kelas


rumus : dan interval penyimpangan bahan baku
dengan rata -rata pemakaian bahan baku
𝑘 = 1 + 3,322 log 𝑛 diketahui, selanjutnya dilakukan perhitungan
= 1 + 3,322 log 36 frekuensi penyimpangan seperti yang di
= 6, 4 ≈ 6 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 disajikan pada Tabel 3.
𝐵𝑎 − 𝐵𝑏
𝑖=
𝑘
547,414 − 340,184
=
6
= 147,993

Tabel 3. Frekuensi Penyimpangan Bahan Baku Bare Core Kayu Sengon PT.SSTC

Interval Frekuensi Frekuensi Relatif (%)


Kelas
1 -340,184 s.d -192,191 11,11%
4
-192,190 s.d -44,197 12 33,33%
2
-44,196 s.d 103,797 10 27,77%
3
103,796 s.d 251,789 8 22,22%
4
251,788 s.d 399,781 0 0%
5
399,780 s.d 547,414 2 5,55%
6
Jumlah 36 100%

Pihak perusahaan dapat mengambil 𝑃𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑎𝑟𝑖


kebijakan yang tepat agar tidak terjadi = 𝑃𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 2017
kekurangan bahan baku atau persediaan ∶ 𝐻𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
penyelamat setelah diketahui standar deviasi = 3773,195 ∶ 300
penyimpangan dan menentukan policy = 12,57 m3
faktor. Melihat dari besarnya standar deviasi
pemakaian bahan baku, pihak perusahaan Besarnya pemakaian bahan baku
dapat menentukan nilai policy faktor sebesar perhari tersebut diasumsikan bahwa proses
60%. (Tabel 1) produksi hanya memakai kayu sengon dari
Besarnya standar deviasi pemakaian sawntimber dan tidak ada produksi kayu jenis
bahan baku tersebut menunjukkan bahwa lain maupun yang berasal dari limbah
penggunaan bahan baku di PT. SSTC sangat empulur kayu lapis. Dengan keadaan
fluktuatif. Selain itu besarnya nilai policy tersebut maka besarnya persediaan
factor juga menunjukkan bahwa kemampuan penyelamat tersebut dapat menjamin
bahan baku untuk memenuhi kelancaran proses produksi. Menurut
sebuah permintaan hanya sebesar Hensen dan Mowen (2005), Persediaan
60% dari total persediaan bahan baku. pengaman (safety stock) adalah persediaan
Perhitungan besarnya persediaan tambahan yang disimpan sebagai cadangan
penyelamat yang perlu disediakan PT.SSTC terhadap perubahan permintaan. Menurut
adalah sebagai berikut : Ahyari (2002) Persediaan penyelamat
merupakan batas persediaanbahan baku
𝐵 = 𝐾. 𝑆 yang harus dipertahankan perusahaan untuk
= 0,25 𝑥 197,989 menjamin kelangsungan proses produksi.
= 49,50 m3
Penentuan Titik Pemesanan Kembali
Besarnya persediaan penyelamat (Reorder Point)
yang harus disediakan PT.SSTC untuk tahun
2017 adalah sebesar 49,50 m 3, sedangkan Reorder point merupakan titik atau
apabila dilihat dari pemakaian bahan baku batas dimana jumlah persediaan di gudang
perhari yaitu : sudah mulai menipis dan harus dilakukan
pemesanan kembali terhadap bahan baku.

462
Farhan, F. et al. 2019. Persediaan Bahan Baku … (03): 456-464

Menurut Rangkuti (2004), Reorder point


merupakan keadaan dimana perlu 𝑅 = ( A 𝑥𝑊) + 𝐵
melakukan pemesanan bahan baku kembali
ketika stok sudah mencapai batas minimum. = (12,57 𝑋 2) + 49,50
Dengan demikian perusahaan dapat
= 74,64 m3
menentukan berapa banyak batas minimal
persediaan yang harus disediakan Pemesanan kembali dapat dilakukan
perusahaan sehingga tidak terjadi apabila bahan baku di gudang mecapai batas
kekurangan bahan baku. sebanyak 74,64 m3 dan apabila dihubungkan
Dari data yang diperoleh diketahui dengan banyaknya pemesanan dalam satu
bahwa : tahun yaitu sebanyak 38 kali, maka jarak
a.Hari kerja pada tahun 2017 lebih kurang setiap pemesanan adalah setiap 8 hari, untuk
selama 300 hari, dengan rata rata menjaga kelangsungan proses produksi, PT.
pemakaian bahan baku perhari sebesar Surya Satrya Timur mengambil/melakukan
12,57 m3. pemesanan bahan baku kepada sawmil
b.Waktu tunggu ditetapkan selama 2 hari, sekitar perusahaan, sehingga waktu tunggu
dengan demikian dapat ditentukan kapan pemesanan bahan baku tidak terlalu lama.
akan dilakukan pemesanan kembali Hubungan antara jumlah pemesanan
dengan perhitungan sebagai berikut : yang ekonomis terhadap penentuan titik
pemesanan kembali dapat dilihat pada
Gambar 2.

120

100 99,646
EOQ
80
ROP 74.64
60 Hubungan
49.5 EOQ dan
40 B ROP

20

0 0
1 7 10 15
Gambar 2. Grafik Hubungan Antara EOQ dan ROP
Dimana :
EOQ = Jumlah Pemesanan Ekonomis
ROP = Batas Pemesanan Kembali (Reorder Point)
B = Persediaan Penyelamat (Safety Stock)

Menurut Sudana, (2011) Reorder Maksimum Persediaan


pointialah keadaan pada tingkat berapa
pemesanan harus dilakukan agar barang Maksimum persediaan bahan baku
dating tepat pada waktunya. Dalam bertujuan untuk mengetahui kuantitas
menentukan titik pemesanan kembali perlu persediaan digudang tidak berlebihan dan
diperhatikan waktu tunggu yang optimum dari menjadi pemborosan modal, untuk
pemesanan hingga diterimanya bahan baku mengetahui maksimum persediaan di PT.
di gudang, terlalu cepat atau lambatnya SSTC maka dilakukan perhitungan sebagai
bahan baku diterima akan mempengaruhi berikut :
biaya penyimpanan. Maksimum persediaan = EOQ + Persediaan
Pengaman
= 99,646 + 49,5
= 148,96 m3

463
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 02 No. 3 Edisi Juni 2019

Jadi perusahaan perlu menyiapkan DAFTAR PUSTAKA


bahan baku sebesar 148,96 m3 agar prduksi
tidak terhambat dengan adanya kekurangan
bahan baku.
Ahyari, A. 2002. Manajemen Produksi II
Pengendalian Produksi. Bagian
Penerbitan Fakultas Ekonomi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Angipora M. 2002. Dasar – Dasar
Pemasaran. Edisi Kedua. Jakarta:
Kesimpulan
Raja Grafindo persada.
Perkiraan pemakaian bahan baku Assauri, S. 2004. Manajemen Produksi dan
pembuatan bare core kayu sengon PT. SSTC Operasi, edisi revisi. Lembaga
pada tahun 2017 sebesar 3773,195 Penerbitan Fakultas Ekonomi
m3.Jumlah pemesanan yang ekonomis Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
(EOQ) PT. SSTC pada tahun 2017 sebanyak BPS [Badan Pusat Statistik], 2015. Produksi
38 kali pemesanan dengan pembelian Kayu Hutan Menurut Jenis Produksi
sebanyak 99,646 m3 setiap kali m3. Jakarta
pemesanan.Persediaan penyelamat yang Dayan, A. 2000. Pengantar Metode Statistik
diperlukan PT.SSTC pada tahun 2017 Lembaga Penelitian Pendidikan dan
sebanyak 49,50 m3 agar produksi tetap Penerangan Ekonomi dan Sosial.
berjalan lancar.Pemesanan kembali bahan Jakarta
baku kayu sengon PT. SSTC dilakukan
Hansen dan Mowen, 2005. Management
ketika persediaan bahan baku di gudang
Accounting Buku 2 Edisi ke 7.
mencapai 74,64m3 dengan jarak pemesanan
8 hari selama 38 kali pemesanan dalam Salemba Empat. Jakarta
tahun 2017. Rangkuti, F. 2004. Manajemen Persediaan
Aplikasi di Bidang Bisnis. Erlangga,
Saran Jakarta
Rumincap, D.J. 2010. Analisis Pengendalian
Perusahaan hendaknya melakukan Persediaan Bahan Baku pada Usaha
perkiraan pemakaian bahan baku serta Mikro Kecil Menengah (UMKM) (Studi
mengetahui standar penyimpanan bahan Kasus Usaha Granda Bakery Lianli
baku sehingga dapat mengambil kebijakan Bahu Malayang (Skripsi). Universitas
untuk menghindari kekurangan bahan baku Sam Ratulangi, Fakultas Pertanian
pada proses produksi berjalan. Perlu adanya Manado.
penelitian lanjutan mengenai studi Sakkung C. V dan Sinuraya C, 2011.
pemakaian bahan baku untuk jenis lain Perbandingan Metode EOQ
dengan beberapa metode yang lain. (Economic Order Quantity) dan JIT
(Just In Time) Terhadap Efisiensi
Biaya Persediaan dan Kinerja Non-
Keuangan (Studi Kasus pada PT
Indoto Tirta Mulia. Akurat Jurnal Ilmiah
Akutansi, No. 05. Bandung
Sudana, I Made, 2011. Manajemen
Keuangan Perusahaan (Teori dan
Praktik). Erlangga. Jakarta

464

Anda mungkin juga menyukai