Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

ANALISIS PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN


PERSEDIAAN BAHAN BAKU CASSIA STICK DI PT.
STS BATAM

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Perencanaan


Pengendalian Produksi Pada Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Ibnu Sina

AZIZAH AZHAR
201026201096

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS IBNU SINA
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ekonomi dewasa ini dimana dunia usaha tumbuh dengan


pesat di indonesia, Pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien dalam
menghadapi persaingan yang lebih ketat demi menjaga kelangsungan operasi
perusahaan. perusahaan sering mengalami kesulitan dalam pengendalian bahan
baku, diantaranya adalah persediaan yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.
Untuk menghindari masalah tersebut perlu dibuat suatu pemecahan masalah.
Perencanaan kebutuhan bahan baku dimaksudkan agar dalam pelaksanaan
pekerjaan, penggunaan menjadi efisien dan efektif sehingga tidak terjadi masalah
akibat tidak kelebihan bahan baku. Keputusan mengenai kapan dan seberapa
banyak pemesanan bahan baku yang dilakukan merupakan suatu tantangan bagi
perusahaan, salah satu tantangan dari pembuatan keputusan ini adalah pemesanan
bahan baku dan banyaknya batasan yang terdapat pada perusahaan untuk
menyimpan bahan baku.

Perencanaan berfungsi agar kegiatan produksi yang akan dilakukan dapat


terarah agar tercapainya tujuan produksi, serta fungsi produksi dapat terlaksana
secara efektif dan efisien (Assauri 2008)

PT. STS Batam merupakan perusahaan yang bergerak dibidang


pengolahan kulit manis menjadi cassia stick, dan cassia broken. Perusahaan ini
yang berstatus Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Kulit manis diperoleh
dari beberapa petani dari daerah Sumatera Barat, Bengkulu, dan Kerinci.
Pemasaran cassia stick dan cassia broken di ekspor ke Mc Cocmick Amerika
Serikat, Australia, Eropa, dan New Zeeland yang dikirim via pelabuhan Batu
Ampar Batam.
Persediaan bahan baku yang cukup dapat mempelancar proses produksi
harus dapat menjamin efektifitas kegiatan pemasaran yaitu memberikan kepuasan
kepada pelanggan, karena apabila barang tidak tersedia maka perusahaan
kehilangan kesempatan merebut pasar dan perusahaan tidak dapat mensuplay
barang pada tingkat optimal. Agar proses produksi tetap berjalan dengan lancar,
PT. STS perlu mengadakan persediaan bahan baku yang ekonomis, bahan baku
dapat dilakukan dengan cara pembelian selama proses produksi masih berjalan.
Persediaan yang ada tersebut perlu dilakukan pengendalian sehingga tidak terjadi
gangguan oleh kelebihan ataupun kekurangan bahan baku.

Produksi cassia stick di PT. STS setiap bulannya berbeda, hal ini
dikarenakan persediaan jumlah bahan baku yang didapatkan tidak menentu karena
pemasok bahan buku untuk stick tergantung pada perusahaan yang ingin membeli
jenis kulit manis yang telah di tentukan oleh perusahaan. Produksi cassia stick
juga bergantung dari permintaan konsumen ada beberapa jenis dan kualiats cassia
stick, persediaan bahan baku yang berlebih maka akan berdampak terhadap
kualitas produk dan biaya simpan.

Tabel 1.1 Perbandingan Jumlah Persediaan dan Produksi Bahan Baku Cassia
Stick Bulan Januari-Desember 2022
Berdasarkan tabel 1.1 di atas bahan baku perbandingan antara persedian
dengan produksi bahan baku cassia stick terjadi selisih. Rata - rata persedian
setiap bulan 63.858 kg, sedangkan rata – rata produksi bahan baku 47.412 kg
sehinga rata rata selisih menunjukan kelebihan persedian sebesar 20.397,5 kg tiap
bulannya, dilihat dari produksi bulan Juni, November, Desember tidak ada nya
produksi dan persedian bahan baku tetap dilakukan. Pada kasus seperti ini
terjadinya penumpukan bahan baku dan terjadi penyimpanan yang lama. Bahan
baku yang terlalu lama disimpan akan mengakibatkan terjadinya perubahan fisik
seperti rusak. Hal ini tentu akan membuat kulit manis menjadi tidak bagus untuk
diproduksi. Pemesanan bahan baku sebaiknya perusahaan dapat mengatur jadwal
pemesanan bahan baku dengan ketersediaan bahan baku yang ekonomis agar tidak
terjadi penumpukan.

Perencanaan dan persediaan bahan baku yang dilaksanakan oleh PT. STS
Batam bertujuan untuk memastikan bahwa proses produksi dapat terlaksana sesuai
dengan kebutuhan perusahaan dan permintaan konsumen. Berdasarkan penjabaran
dan uraian sebelumnya maka usaha dalam mewujudkan sistem pengendalian
bahan baku Cassia stick ini penulis tuangkan dalam bentuk Tugas Akhir yang
berjudul yaitu ”Analisis Perencanaan dan Pengendalian Persedian Bahan
Baku Cassia Stick Di PT. STS Batam”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat di identifikasi masalah sebagai


berikut:

1. Kelebihan persediaan bahan baku mengakibatkan bertambahnya biaya


seperti tambahan tempat, biaya penyimpanan, kerusakan bahan baku.
2. Kelebihan persediaan bahan baku akan mempengaruhi mutu kulit manis.
3. Permintaan bahan baku yang tidak menentu.
4. Ada nya kekosongan permintaan bahan baku di bagian produksi.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah maka dapat dirumuskan


permasalahan yang akan dibahas adalah:

1. Berapa besar kebutuhan bahan baku cassia stick di PT. STS periode
Januari sampai Desember 2023?
2. Berapa jumlah pemesanan yang ekonomis (Economic Order Quantity)
bahan baku cassia stick?
3. Kapan di lakukan pemesanan (Re Order Quantity) pada bahan baku cassia
stick?
1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Perencanaan dan persediaan bahan baku cassia stick menggunakan metode


peramalan periode Januari sampai Desember 2023.
2. Perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku hanya jenis cassia
stick.
1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang penulis lakukan adalah untuk mengetahui:

1. Mengetahui besar kebutuhan bahan baku cassia Stick di PT. STS periode
Januari samapai Desember 2023.
2. Mengetahui jumlah pesanan yang ekonomis (Economic Order Quantity)
bahan baku cassia stick.
3. Mengetahui waktu pemesanan (Re Order Quantity) bahan baku cassia
stick.
1.6 Manfaat Penelitian

Setiap kita melakukan penelitian pasti ada manfaatnya baik itu untuk
Penulis sendiri maupun pihak lain. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Penulis
Bisa menggunakan ilmu yang didapat dibangku perkuliahan serta bisa
menerapkannya dilapangan dengan hasil pengamatan dan analisa yang
akurat.
2. Bagi perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan, usulan dan informasi berharga bagi
perusahaan terutama dalam rangka pengambilan keputusan terhadap
sistem perencanaan dan pengendalian persediaan air kelapa agar produksi
berjalan lancar.
3. Bagi Universitas
Semoga makalah ini dapat menjadi pedoman bagi para junior UIS dan
juga menambah karya tulis yang dihasilkan oleh mahasiswa yang nanti
akan menambah daftar judul skripsi yang ada diperpustakaan UIS Batam.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Definisi Perencanaan

Secara umum perencanaan adalah tindakan antisipasi di masa yang akan


datang sesuai dengan periode waktu yang akan direncanakan. Perencanaan
berfungsi agar kegiatan produksi yang akan dilakukan dapat terarah agar
tercapainya tujuan produksi, serta fungsi produksi dapat terlaksana secara efektif
dan efisien (Assauri 2008). Perencanaan terjadi pada semua kegiatan. Perencanaan
merupakan proses awal dimana manajemen memutuskan tujuan dan cara
pencapaiannya. Perencanaan adalah hal yang sangat esensial karena dalam
kenyataanya perencanaan memegang peranan lebih bila dibandng dengan fungsi-
fungsi manajemen yang lainnya, yaitu pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan. Dimana fungsi-fungsi manajemen tersebeut sebenatnya hanya
merupakan pelaksanaan dari hasil sebuah perencanaan.

2.1.2 Definisi Pengendalian

Menyatakan bahwa pengendalian merupakan kegiatan yang dilakukan


untuk menjamin agar kegiatan produksi dan operasi yang dilaksanakan sesuai
dengan apa yang telah direncanakan, apabila terjadi penyimpangan maka dapat
dikoreksi, sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai. Secara umum produksi
diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan
(input) menjadi hasil keluaran (output) Assauri (2008).

Secara umum perencanaan dan pengendalian produksi merupakan salah


satu fungsi yang terpenting dalam usaha mencapai tujuan perusahaan. Yang
dimaksud dengan perencanaan dan pengendalian produksi yaitu merencanakan
kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana
dengan baik. Perencanaan produksi adalah aktivitas untuk menetapkan produk
yang diproduksi, jumlah yang dibutuhkan, kapan produk tersebut harus selesai
dan sumber-sumber yang dibutuhkan. Pengendalian produksi adalah aktivitas
yang menetapkan kemampuan sumber-sumber yang digunakan dalam memenuhi
rencana, kemampuan produksi berjalan sesuai rencana, melakukan perbaikan
rencana.

Harus diciptakan beberapa prosedur untuk memperoleh supplay material


yang dibutuhkan dalam jumlah cukup Assauri (2008):

1. Pemeliharaan (Maintaining)
Harus diciptakan beberapa prosedur untuk memelihara dan melindungi
material yang sudah masuk sebagai persediaan.
2. Pengeluaran (Issving)
Harus diciptakan, ditentukan suatu route untuk mengeluarkan pada waktu
dan tempat yang dibutuhkan.

Selain fungsi utama diatas ada beberapa fungsi pengendalian persediaan


bahan baku lainnya adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh bahan-bahan yaitu menetapkan prosedur untuk memperoleh
suatu supplay yang cukup dari bahan-bahan yang dibutuhkan, kualitas
maupun kuantitas.
2. Menyimpan dan memelihara bahan-bahan dalam persediaan yaitu
mengadakan suatu sistem penyimpanan untuk memelihara dan melindungi
bahan-bahan yang telah dimasukan kedalam persediaan.
3. Pengeluaran bahan-bahan yaitu menetapkan suatu pengeluaran dan
penyimpanan bahan-bahan dengan tetap pada saat serta tempat yang
dibutuhkan.
4. Meminimalisasi investasi dalam bentuk barang (mempertahankan
persediaan dalam jumlah yang optimum setiap waktu).
2.1.3 Tujuan Pengendalian Persediaan

Dari teori fungsi dan tujuan pengendalian tersebut diatas, dapatlah diambil
kesimpulan bahwa pengendaliaan persediaan bertujuaan untuk Assauri (2008):

1. Optimalisasi dari modal yang tertahan dalam perusahaan.


2. Menjaga agar proses produksi tetap lancar.
3. Melindungi persediaan terhadap pemborosan, kerusakan dan resiko-resiko
lain.
4. Tujuan praktis dalam kegiatan untuk mendapatkan biaya persediaan yang
minimal.

Untuk menjamin terdapatnya persediaan pada tingkat yang optimal agar


produksi dapat berjalan dengan lancar dan biaya minimal, maka diperlukan
pengawasan pembeliaan bahan baku yang memenuhi persyaratan-persyaratan.
menurut kebutuhan yang standar yang ditetapkan dalam perusahaan.

Persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelian


bahan-bahan yaitu Assauri (2004):

1. The Right Quantity (jumlah yang tepat)


Mendapatkan jumlah yang tepat atau optimal, maka kegiatan produksi
berjalan dengan kontinu dan penanaman modal untuk kebutuhan bahan
baku sesuai dengan yang diperlukan perusahaan dalam periode yang telah
ditetapkan dalam neraca.
2. The Right Quality (mutu yang tepat)
Mendapatkan mutu yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan ini sangat
menolong dalam kegiatan produksi. Kegiatan pembelian tidak saja
diarahkan untuk mutu yang tepat sesuai dengan kebutuhan.
3. The Right Time (waktu yang tepat)
Mendapatkan bahan-bahan yang tepat pada waktunya dan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan semula jika hal ini meleset dari rencana
yang telah ditetapkan, tentu akan membahayakan keadaan perusahaan,
maka dari itu telah terjadi kewajiban bagian pembelian untuk
memperhatikan dan memerlukan jaminan dari suplier agar mengirim
bahan baku yang telah ditetapkan.
4. The Rught Price (harga yang tepat)
Mendapat harga yang tepat maksudnya, harga yang didapatkan sesuaai
dengan standar harga yang telah ditentukan mutu barang yang akan dibeli.
5. The Right Sources (sumber yang tepat)
Mendapatkan sumber yang tepat, sehingga dapat menentukan sumber yang
mana yang memenuhi persyaratan kebutuhan yang diinginkan, seperti
jumlah mutu, waktu dan harga.
2.1.4 Persediaan

Setiap perusahaan perlu mempunyai persediaan agar kegiatan operasi


produksinya dapat berjalan lancar dan efisien. Oleh sebab itu setiap perusahaan
haruslah dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan yang optimum yang
dapat menjamin kebutuhan bagi kelancaran perusahaan dalam jumlah, mutu dan
waktu yang tepat serta dengan biaya serendah-rendahnya. Persediaan yang terlalu
berlebihan akan merugikan prusahaan, karena akan lebih banyak biaya yang
ditimbulkan dengan adanya persediaan tersebut. Sebaliknya, suatu persediaan
yang terlalu kecil akan merugikan perusahaan karena kebutuhan konsumen tidak
terpenuhi, kelancaran dari kegiatan produksi dan distribusi perusahaan terganggu.
Persediaan adalah stok dari berbagai barang atau sumber daya yang
digunakan dalam organisasi. Sistem persediaan adalah seperangkat kebijakan dan
pengontrolan yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat mana
yang harus terjaga, kapan stok harus diisi ulang dan seberapa besar pesanan yang
harus dilakukan.

Menurut Sindikia (2007) Persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan,


bagian-bagian yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat
dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi/produk yang
disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan setiap
waktu. Penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai berikut:

1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan


Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila
barang tersebut tidak tersedia sebelumnya. Karena pada dasarnya untuk
menyiapkan barang di perlukan waktu untuk pembuatan dan pengiriman,
maka adanya persediaan merupakan hal yang sulit dihindarkan.
2. Keinginan untuk meredam ketidakpastian
Ketidakpastian terjadi diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu:
a. Permintaan yang bervariasi (tidak pasti) dalam jumlah maupun waktu
kedatangannya.
b. Waktu pembuatan yang cenderung tidak konstan antara satu produk
dengan produk berikutnya.
c. Waktu tenggang (lead time) yang cenderung tidak pasti karena banyak
faktor yang tidak dapat dikendalikan. Semua ketidakpastian tersebut
dapat diredam dengan mengadakan persediaan.
3. Kenginan melakukan spekulasi Kenginan melakukan spekulasi yang
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga bahan
di masa mendatang.
Disamping itu persediaan dapat dikelompokan menurut jenis dan posisi
barang didalam urutan pengerjaan produk yaitu:
a. Persediaan bahan baku
Merupakan persediaan dari barang-barang yang digunakan di dalam
proses produksi, barang dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau
membeli dari supplier/perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi
perusahaan yang menggunakannya.
b. Persediaan bagian produk atau parts yang di beli
Merupakan persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang
diterima dari persediaan lain, yang secara langsung dapat dirakit
dengan parts yang lainnya tanpa melalui proses produksi sebelumnya,
jadi bentuk barang yang merupakan parts ini dapat mengalami
perubahan dalam operasi.
2.1.5 Jenis-jenis Persediaan

Di lihat dari dari fungsinya persediaan adalah sebagai berikut (Assauri,


2004):

1. Batch Stock atau Lot size Inventory yaitu persediaan yang diadakan karena
kita membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam
jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu.
Adapun keuntungan yang diperoleh dari adanya Lot Size Inventory adalah
sebagai berikut:
a. Memperoleh potongan harga pada harga pembelian.
b. Memperoleh efisiensi produksi (manufacturing economis) karena
adanya operasi atau “production run” yang lebih lama.
c. Adanya pengematan didalam biaya angkutan.
2. Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi
fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.
3. Anticipation stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi
fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman
yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau
penjualan permintaan yang meningkat.

Sedangkan persediaan dilihat dari jenis atau posisi dapat dibedakan


sebagai berikut (Assauri, 2004):
1. Persediaan bahan baku (Raw Material stock) yaitu persediaan dari barang
barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang mana
dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari suplier atau
perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang
menggunakan nya.
2. Persediaan bagian produk (Purchased part) yaitu persediaan barangbarang
yang terdiri dari part atau bagian yang diterima dari perusahaan lain, yang
dapat secara langsung diassembling dengan part lain, tanpa melalui proses
produksi sebelumnya.
3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan
(Supplies stock) yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang
diperlikan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi
atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusaahan, tetapi tidak
merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.
4. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in
process/progress stock) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari
tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah
menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian
menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (Finished goods stock) yaitu barang-barang yang
telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual
kepada pelanggan atau perusahaan lain.
2.1.6 Biaya-biaya Yang Berkaitan Dengan Persediaan

Untuk pengambilan keputusan penentuan besarnya biaya-biaya variable


dan untuk menentukan kebijakan persediaan yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana perusahaan dapat meminimalkan biaya-biaya. Biaya-biaya persediaan
yang harus dipertimbangkan adalah sebagai berikut (Assauri, 2004):

1. Biaya Penyimpanan (Holding cost/carring costs) yaitu terdiri dari


biayabiaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan,
biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas
bahan yang dipesan semakin banyak atau rata-rata persediaan semakin
tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan antara lain:
a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pendingin
ruangan, dan sebagainya).
b. Biaya modal (opportunity cost of capital), yaitu alternative pendapatan
atas dana yang di investasikan dalam persediaan.
c. Biaya keusangan.
d. Biaya perhitungan fisik.
e. Biaya asuransi persediaan.
f. Biaya pajak persediaan.
g. Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan.
h. Biaya penanganan persediaan dan sebagainya.

Biaya-biaya tersebut merupakan diatas merupakan variable apabila


bervariasi dengan tingkat persediaan.

2. Biaya penyiapan (manufacturing) atau set up costs. Hal ini terjadi apabila
bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri ”dalam pabrik”
perusahaan, perusahaan menghadapi biaya penyiapan (set-up costs)untuk
memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari:
a. Biaya-biaya mesin-mesin menganggur.
b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung.
c. Biaya penjadwalan.
d. Biaya ekspedisi dan sebagainya.

Seperti halnya biaya pemesanan, biaya penyiapan total per-periode sama


dengan biaya penyiapan dikalikan jumlah penyiapan per periode.

3. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage costs) adalah biaya


yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan
bahan.

Biaya-biaya yang termasuk biaya yang kekurangan bahan adalah sebagai


berikut:
a. Kehilangan penjualan.
b. Kehilangan pelanggan.
c. Biaya pemesanan khusus.
d. Biaya ekspedisi.
e. Selisih harga.
f. Terganggunya operasi.
g. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.

Biaya kekurangan bahan sulit di ukur dalam praktik, terutama karena


kenyataannya biaya ini sering merupakan opportunity costs yang sulit
diperkirakan secara objektif.

2.1.7 Cara-Cara Penentuan Persediaan

Ada 2 sistem yang umum dikenal dalam menentukan jumlah persediaan


pada akhir suatu periode yaitu dengan (Assauri, 2004):

a. Periodic System yaitu setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara


fisik dalam menentukan jumlah persediaan akhir.
b. Perpetual atau disebut juga Book Inventories yaitu dalam hal ini dibina
catatan administrasi persediaan. Setiap mutasi dari persediaan sebagai
akibat dari pembelian ataupun penjualan dicatat atau dilihat dalam kartu
administrasi persediaannya. Bila metode ini yang dipakai maka
perhitungan secara fisik hanya dilakukan paling tidak setahun sekali yang
biasanya ilakukan untuk keperluan counter cheking antara jumlah
persediaan menurut fisik dengan menurut catatan dalam kartu administrasi
persediaannya.

Metode Penilaian Persediaan Penilaian persediaan bertujuan untuk


mengetahui nilai persediaan yang dipakai dan dijual atau persediaan yang tersisa
dalam suatu periode. Persediaan merupakan suatu pos yang sangat berarti dalam
aktiva lancar. Hal ini menyebab kan metode penilaian persediaan merupakan hal
yang penting untuk diperhatikan.

Terdapat tiga metode yang digunakan dalam menilai persediaan, yaitu:


a. First in first out (FIFO) Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa harga
barang persediaan yang sudah terjual atau terpakai dinilai menurut harga
pembelian barang yang terdahulu masuk. Dengan demikian, persediaan
akhir dinilai menurut harga pembelian barang yang terakhir masuk.
b. Last in first out (LIFO) Metode ini mengasumsikan bahwa nilai barang
yang terjual atau terpakai dihitung berdasarkan harga pembelian barang
yang terakhir masuk, dan nilai persediaan akhir dihitung berdasarkan
harga pembelian yang terdahulu masuk.
c. Rata-rata tertimbang Nilai persediaan pada metode ini didasarkan atas
harga rata-rata barang yang dibeli dalam suatu periode tertentu.
2.1.8 Peramalan

Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa


datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan
lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa
(Nasution, 2006). Defenisi yang lain menyatakan peramalan adalah suatu seni dan
ilmu pengetahuan dalam memprediksi peristiwa pada masa mendatang. Salah satu
jenis peramalan adalah peramalan permintaan/penjualan (Heizer dan Render,
2013). Peramalan permintaan merupakan tingkat permintaan produk – produk
yang diharapkan akan terealisasi untuk jangka waktu tertentu pada masa yang
akan datang. Ramalan penjualan merupakan proses aktivitas memperkirakan
produk yang akan dijual dimasa mendatang dalam keadaan tertentu dibuat
berdasarkan data-data yang pernah terjadi atau mungkin terjadi (Nafarin, 2007).

Peramalan adalah suatu proses memperkirakan secara sistematik tentang


apa yang terjadi dimasa depan berdasar informasi masa lalu dan sekarang yang
dimiliki agar kesalahannya (selisih antara apa yang terjadi dengan hasil perkiraan)
dapat diperkecil (Mulyono, 2000). Menurut sumber lain menyatakan, esensi
peramalan adalah memperkirakan peristiwa-peristiwa diwaktu yang akan datang
atas dasar pola-pola waktu yang lalu dan penggunaan kebijakan terhadap
proyeksi-proyeksi dengan pola-pola di waktu yang lalu (Handoko, 2000). Jika
dilihat dari jangka waktu ramalan yang telah disusun, maka peramalan dapat
dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu (Heizer dan Render, 2013):

1. Peramalan jangka pendek: Peramalan ini memiliki rentang waktu sampai


dengan 1 tahun, tetapi umumnya kurang dari 3 bulan, Digunakan untuk
perencenaan pembelian, penjadwalan pekerjaan, level angkatan kerja,
penugasan pekerjaan, dan level produksi.
2. Peramalan jangka menengah: Kisaran menengah, atau intermediate,
peramalan umumnya rentang waktu dari 3 bulan hingga 3 tahun. Berguna
dalam perencanaan penjualan, perencanaan produksi dan penganggaran,
penganggaran uang kas, dan analisis variasi rencana operasional.
3. Peramalan Kisaran panjang: Umumnya 3 tahun atau lebih dalam rentang
waktunya, peramalan jangka panjang digunakan dalam perencanaan untuk
produk baru, pengeluaran modal, lokasi tempat fasilitas atau perluasan,
dan penelitian serta pengembangan.
2.1.9 Tujuan Peramalan

Peramalan bertujuan untuk mendapatkan peramalan atau prediksi yang


bisa meminimumkan kesalahan dalam meramal yang biasanya diukur dengan
mean square error, mean absolute error dan sebagainya. Hal- hal yang harus
ditentukan dalam peramalan (Subagyo 2004).

1. Variabel-variabel apa yang harus di estimasi.


2. Siapa yang akan menggunakan hasil peramalan.
3. Untuk tujuan-tujuan apa hasil peramalan digunakan.
4. Estimasi jangka panjang atau jangka pendek yang diinginkan.
5. Derajat ketepatan estimasi yang diinginkan.
6. Kapan estimasi dibutuhkan.
2.1.10 Kegunaan Dan Peran Peramal

Permintaan suatu produk pada suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh


berbagai faktor lingkungan yang saling berinteraksi dalam pasar yang berada di
luar kendali perusahaan. Dimana faktor-faktor lingkungan tersebut juga akan
mempengaruhi peramalan. Berikut ini merupakan beberapa faktor lingkungan
yang mempengaruhi peramalan (Yamit 2005), yaitu:

1. Kondisi umum bisnis dan ekonomi.


2. Reaksi dan tindakan pesaing.
3. Tindakan pemerintah.
4. Kecenderungan pasar.
5. Siklus hidup produk.
6. Gaya dan mode.
7. Perubahan permintaan konsumen.
2.1.11 Karakteristik Peramalan Yang Baik

Karakteristik dari peramalan yang baik harus memenuhi beberapa kriteria


yaitu dari hal-hal sebagai berikut:

a. Ketelitian/Keakuratan
Tujuan utama peramalan adalah menghasilkan prediksi yang akurat.
Peramalan yang terlalu rendah mengakibatkan kekurangan persediaan
(inventory). Peramalan yang terlalu tinggi akan menyebabkan inventory
yang berlebihan dan biaya operasi tambahan.
b. Biaya
Biaya untuk mengembangkan model peramalan dan melakukan peramalan
akan menjadi signifikan jika jumlah produk dan data lainnya semakin
besar. Mengusahakan melakukan peramalan jangan sampai menimbulkan
ongkos yang terlalu besar ataupun terlalu kecil. Keakuratan peramalan
dapat ditingkatkan dengan mengembangkan model lebih komplek dengan
konsekuensi biaya menjadi lebih mahal. Jadi ada nilai tukar antara biaya
dan keakuratan.
c. Responsif
Ramalan harus stabil dan tidak terpengaruhi oleh fluktuasi demand.
d. Sederhana
Keuntungan utama menggunakan peramalan yang sederhana yaitu
kemudahan untuk melakukan peramalan. Jika kesulitan terjadi pada
metode sederhana, diagnosa dilakukan lebih mudah. Secara umum, lebih
baik menggunakan metode paling sederhana yang sesuai dengan
kebutuhan peramalan.
2.1.12 Metode Peramalan

Dalam metoda peramalan, penggunaan berbagai model peramalan akan


sangat memberikan nilai peramalan yang berbeda dan derajat dari kesalahan
ramalan (forecast error) yang berbeda pula. Salah satu seni dalam melakukan
peramalan adalah memilih model peramalan yang terbaik dan mampu
mengidentifikasi serta menanggapi pola aktivitas historis dari data. Semua model
peramalan memiliki ide sama, yaitu mengunakan data masa lalu untuk
memperkirakan atau memproyeksikan data di masa yang akan datang.
Berdasarkan tekniknya, metoda peramalan dapat dikategorikan kedalam metoda
kualitatif dan metoda kuantitatif. Selanjutnya metode kuantitatif dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian utama, yaitu deret berkala (Times Series) dan
regresi (Causal).

Gambar 2.1 Penggolongan Model-Model Peramalan

2.1.13 Metoda Kualitatif

Metoda peramalan kualitatif lebih mendasar pada pertimbangan subjektif


atau intuisi dari pada data historis. Dalam hal ini ketepatan peramalan akan sangat
tergantung dari kemampuan, pengalaman, pendidikan dan kepekaan orang yang
melakukan peramalan. Metoda kualitatif biasanya digunakan bila data masa lalu
yang tersedia sedikit. Dalam metoda ini , pendapat para pakar dan prediksi mereka
dijadikan dasar untuk menetapkan permintaan yang akan datang, diantaranya:

a. Opini Eksekutif/Dugaan Manajemen (Management Estimate).


Peramalan ini berdasarkan pertimbangan manajemen atau pendapat dari
sekelompok kecil eksekutif tingkat atas. Metoda ini akan cocok dalam
situasi yang sangat sensitif terhadap intuisi dari satu atau sekelompok kecil
orang yang karena pengalamannya mampu memberikan opini yang kritis
dan relevan. Teknik ini akan dipergunakan dalam situasi dimana tidak ada
alternatif lain dari model peramalan yang dapat diterapkan.
b. Riset Pasar (Market Research).
Merupakan metoda peramalan berdasarkan hasil-hasil dari survey pasar
yang dilakukan oleh tenaga-tenaga pemasar produk dan beberapa
pengisian kuisoner-kuisoner oleh konsumen. Metode ini akan menjaring
informasi dari pelanggan atau konsumen yang berkaitan dengan rencana
pembeliaan mereka dimasa yang akan datang. Riset pasar tidak hanya akan
membantu peramalan, tetapi juga untuk meningkatkan desain produk dan
perencanaan untuk produkproduk baru.
c. Metoda Kelompok Terstruktur (Structured Group Methods).
Metoda ini disebut juga metoda delphi, dimana teknik peramalan
berdasarkan pada proses konvergensi dari opini beberapa orang atau para
ahli secara interaktif tanpa menyebutkan identitasnya. Metoda ini sangat
bergantung pada peranan dari fasilisator untuk memperoleh atau
menyimpulkan hasil-hasil peramalan itu.
d. Analogi Historis (Historical Analogy).
Merupakan teknik peramalan berdasarkan pola data masa lalu dari produk-
produk yang dapat disamakan secara analogy. Analogi historis cenderung
akan menjadi baik untuk penggantian produk dipasar dan apabila terdapat
hubungan substitusi langsung dari produk dalam pasar itu.

Pada dasarnya metoda kulitatif ditujukan untuk peramalan terhadap


produk baru, pasar baru, proses baru, perubahan sosial dari masyarakat, perubahan
teknologi atau penyesuaian terhadap ramalan-ramalan berdasarkan metoda
kuantitatif.

2.1.14 Metoda Kuantitatif

Metoda kuantitatif adalah metoda yang meramalkan suatu variable


(kejadian) dimasa datang dengan berdasarkan data variabel sebelumnya (data
historis). Data tersebut kemudian diolah oleh suatu metoda statistik untuk
mendapatkan hasil yang seperti diinginkan. Pada dasarnya metoda ini terbagi atas
2 kelompok besar:

a. Metoda kuantitatif deret berkala (Times Series).


Pada model deret berkala pendugaan masa depan dilakukan dengan
menganalisa pola data historis dan mengekstrapolasi pola tersebut ke masa
depan, dengan asumsi bahwa kombinasi pola itu akan berulang sepanjang
waktu. Pada metode deret berkala, ada 4 pola data dasar yang merupakan
hasil dari pemetaan yaitu:
1. Pola Konstan
Terjadi bila nilai data berfluktuasi disekitar nilai rata-rata yang
konstan. Contoh digambarkan pada grafik dibawah ini dengan kasus
penjualan suatu produk yang tidak mengalami peningkatan ataupun
penurunan selama jangka waktu tertentu.

Gambar2.2 Pola Data Konstan


2. Pola Musiman
Terjadi bila suatu deret dipengaruhi oleh factor musiman. Penjualan
dari produk seperti minuman ringan, es krim dan bahan baker pemanas
ruangan semuanya menunjukkan jenis pola ini.

Gambar 2.3 Pola Data Musiman

3. Pola Siklus
Terjadi bila datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka
panjang seperti yang berhubungan denagn siklus bisnis. Contoh pada
pola ini adalah penjualan produk mobil, baja dan produk utama
lainnya. Grafik pola siklus dapat digambar sebagai berikut:

Gambar 2.4 Pola Data Siklus


4. Pola Trend
Terjadi bila terdapat kecenderungan kenaikan atau penurunan data
dalam jangka panjang. Pola ini disebabkan antara lain oleh
bertambahnya populasi, perubahan pendapatan dan pengaruh budaya.

Gambar 2.5 Pola Data Trend

b. Metode kuantitatif regresi (Causal)

Pada mode l causal mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan


menunjukkan suatu hubungan sebab akibat dengan satu atau lebih variable
bebas. Maksud dari model kausal adalah menemukan bentuk hubungan
tersebut dan menggunakannya untuk meremalkan nilai mendatang dari
variable tak bebas. Dengan mengetahui bentuk hubungan ini maka
keluaran sistem pada suatu waktu dapat ditentukan jika diketahui harga
masukan pada waktu tersebut. Contoh teknik peramalan ini misalnya
model regresi.

Gambar 2.6 Diagram Blok Metode Casual

2.1.15 Teknik-teknik Peramalan

Beragamnya metoda peramalan yang ada memberikan keuntungan kepada


para pemakaiannya, tetapi juga terkadang memberikan suatu permasalahan yang
cukup rumit bagi pemakai tersebut, karena dengan makin banyaknya metode
peramalan yang dikenal maka semakin dibutuhkan kejelian untuk dapat
menentukan metode peramalan yang tepat untuk diterapkan sesuai dengan kondisi
yang ada. Adapun teknik-teknik peramalan pada metode kuantitatif akan
dijelaskan dibawah ini:

1. Metode trend konstan


Merupakan suatu trend yang sering kali data deret waktu jika digambarkan
kedalam plot mendekati garis lurus. Berikut ini perumusan untuk mencari
trend konstan:
Σy
Y’ = a = n

2. Metode Trend Linier


Merupakan suatu Trend yang kenaikan atau penurunan nilai yang akan
diramalkan naik turun secara linear. Untuk menentukan nilai peramalan
dengan metode ini, maka digunakan rumus sebagai berikut:
Bentuk persamaannya: y(t) = a + bt
Parameter a dan b dapat dicari dengan menggunakan persamaan dibawah
ini:
nΣt . y −ΣtΣy
b= 2
nΣ t −( Σt )²
Σ yΣ t ²−ΣtΣy t
a= 2
nΣ t −(Σt )²
Dimana Yt menunjukan nilai taksiran Y pada nilai t tertentu.
Sedangkan a adalah nilai intercept dari Y, artinya nilai Yt akkan sama
dengan a jika nilai t = 0. Kemudian b adalah nilai slope, artinya besar
kenaikan nilai Yt pada setiap nilai t. Dan nilai t sendiri adalah nilai tertentu
yang menunjukan periode waktu.
Gambar 2.7 Trend Linear Positif

Gambar 2.8 Trend Linear Negatif

3. Trend Siklis
Metode siklis melihat pola data masa lalu yang sifatnya trigonometri
sepanjang periode yang merupakan fungsi dari sinus (sin) dan cosinus
(cos). Fungsi peramalan dengan metode ini adalah:
2 ᴫt 2 ᴫt
yt = a + bcos n + c sin n

Nilai parameter a, b, dan c pada persamaan diatas dihitung dengan cara


mengeliminasi tiga persamaan dibawah ini:

2 ᴫt 2 ᴫt
𝛴y = na + b𝛴sin n + c𝛴cos n

2 ᴫt 2 ᴫt 2 ᴫt 2 ᴫt 2 ᴫt
𝛴y cos n = a𝛴 cos n + b𝛴 cos n + c𝛴 sin n cos n

2 ᴫt 2 ᴫt 2 ᴫt 2 ᴫt 2 ᴫt
𝛴y sin n = a𝛴 sin n + b𝛴 sin n cos n + c𝛴 sin n

2.1.16 Pemeriksaan Dan Pengendalian Peramalan

Langkah pertama yang diperlukan setelah peramalan dibuat adalah


melakukan pengecekan bahwa peramalan tersebut memang telah dapat mewakili
data dan sistem sebab akibat yang mendasari permintaan produk tersebut. Secara
umum, jika kita mencari fakta untuk mempercayai bahwa apa yang diwakili
tersebut telah meyakinkan maka harus selalu dibandingkan dengan permintaan
aktual secara teratur. Jika selama proses pemeriksaan ini kita mendapat fakta yang
cukup meragukan keabsahan peramalan kita, kita perlu mengadakan langkah-
langkah yang lainnya untuk mendapatkan penyusunan yang baik. Keabsahan
harus ditentukan oleh suatu pengujian statistik yang cocok. Ada beberapa cara
yang dapat digunakan untuk memeriksa peramalan dan mengamati suatu
perubahan dalam sistem penyebab yang mendasari permintaan. Bentuk yang
paling sederhana adalah peta kendali secara statistik yang digunakan dalam
pengendali kualitas.

Ukuran akurasi hasil peramalan merupakan ukuran kesalahan tentang


perbedaan hasil peramalan dengan permintaan yang sebenarnya. Terdapat 3
ukuran yang digunakan, yaitu (Nugraha dan Suletra, 2017):

1. Mean Squared Error


Nilai MSE ini diperoleh melalui selisih antara nilai aktual dengan nilai
peramalan yang dikuadratkan dibagi dengan banyaknya deret waktu
peramalan. Nilai MSE (Mean Squared Error) digunakan ketika besarnya
residual merata sepanjang pengamatan.

2. Mean Absolute Percentage Error


Nilai MAPE (Mean Absolute Percentage Error) digunakan untuk melihat
sejauh mana bisa metode peramalan yang digunakan.

3. Mean Absolut Error


Nilai MAE (Mean Absolute Error) digunakan bila hanya satu atau dua
residual yang besar dalam data pengamatan.
4. Standar Error of Estimate SEE dugunakan hanya satu atau dua residual

2.1.17 Jumlah Pemesanan yang Ekonomis EOQ (Economic Order Quantiy)

Jumlah pemesanan yang ekonomis (Economic Order Quantity) merupakan


jumlah atau besarnya pemesanan yang dimiliki jumlah ordering cost dan carrying
cost pertahun yang minimal. Oleh karena itu untuk menentukan jumlah pesanan
yang ekonomis, perlu dilihat perubahan ordering cost dan carrying cost serta
besarnya rata-rata yang ditentukan.

Jumlah pemesanan yang ekonomis (Economic Order Quantity) bertujuan


agar biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh atau memesan bahan-bahan
maupun biaya-biaya penyimpanannya adalah kecil atau dengan tujuan untuk
mengetahui berapakah jumlah yang paling ekonomis dalam tiap kali pesan.

Model EOQ (Economic Order Quantity) diatas hanya dapat dibenarkan


apabila asumsi-asumsi berikut dapat dipenuhi adalah (Assauri 2004)

1. Permintaan konstan dan seragam meskipun model EOQ (Economic Order


Quantity) mengasumsikan permintaan konstan, permintaan sesungguhnya
mungkin bervariasi dari hari ke hari.
2. Harga perunit konstan memasukan variable harga yang timbul dari diskon
kuantitas dapat ditangani dengan agak mudah dengan cara memodifikasi
model awal, mendefinisikan kembali biaya total dan menentukan kuantitas
pesanan yang optimal.
3. Biaya pemesanan konstan, biaya penyimpanan perunit mungkin bervariasi
sangat besar ketika besarnya persediaan meningkat.
4. Biaya pemesanan konstan, meskipun asumsi ini umumnya valid,
pelanggan asumsi dapat diakomodir dengan memodifikasi model EOQ
(Economic Order Quantity) awal dengan cara yang sama dengan yang
digunakan untuk harga perunit variabel.
5. Pengiriman seketika, jika pengiriman tidak terjadi seketika yang
merupakan kasus umum, maka model EOQ (Economic Order Quantity)
awal harus dimodifikasi dengan cara memesan stock pengaman.
6. Pesanan yang independen, jika multi pesanan menghasilkan penghematan
biaya dengan mengurangi biaya administraasi dan transportasi maka
model EOQ (Economic Order Quantity) awal harus dimodifikasi kembali.

Asumsi-asumsi ini menggambarkan keterbatasan model EOQ (Economic


Order Quantity) dasar serta cara bagimana moel tersebut dimodifikasi.
Memahami keterbatasan dan asumsi model EOQ (Economic Order Quantity)
menjadi dasar yang penting bagi manajer untuk membuat keputusan tentang
persediaan.

Adapun penentuan jumlah pesanan ekonomis (EOQ) ada 3 cara (Assauri,


2004) yaitu:

1. Tabular Approach
Penentuan jumlah pesanan yang ekonomis dengan Tabular approach
dilakukan dengan cara menyusun suatu daftar atau table jumlah pesanan
dan jumlah biaya per tahun.
2. Graphical Approach
Penentuan jumlah pesanan ekonomis dengan cara “Graphical approach”
dilakukan dengan cara menggambarkan grafik-grafik carrying costs dan
total costs dalam satu gambar, dimana sumbu horizontal jumlah pesanan
(order) pertahun, sumbu vertical besarnya biaya dari ordering costs,
carrying costs dan total costs.
3. Dengan menggunakan rumus (formula approach)
Cara penentuan jumlah pesanan ekonomis dengan menurunkan didalam
rumus-rumus matematika dapat dilakukan dengan cara memperhatikan
bahwa jumlah biaya persediaan yang minimum terdapat, jika ordering
costs sama dengan carrying costs.Hampir semua model persediaan
bertujuan untuk meminimalkan biaya-biaya total dengan asumsi yang tadi
dijelaskan. EOQ (Economic Order Quantity) ini adalah metode yang
digunakan untuk mencari titik keseimbangan antara biaya pemesanan
dengan biaya penyimpanan agar diperoleh suatu biaya yang minimum.

Untuk menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis (Economic Order


Quantity = N) dapat digunakan rumus umumsebagai berikut(2004):

Keterangan:

N = Jumlah pemesanan yang ekonomis (Economic Order Quantity)

S = Jumlah kebutuhan per tahun

D = Biaya pemesanan (Ordering Cost)

H = Harga bahan baku per unit

H = Biaya penyimpanan yang dinyatakan dalam persentase dari persediaan


rata-rata (Carrying Cost)

Dari rumus di atas dapat juga ditentukan frekwensi pemesanan bahan baku
(F) selama satu tahun, yaitu:

A
F= N

2.1.18 Total Biaya (Total Cost)

Total biaya digunakan untuk menghitung jumlah biaya yang dikeluarkan


untuk satu kali pemesanan. Untuk menentukan biaya pemesanan tersebut
digunakan rumus yang sebagai berikut (Assauri, 2004):

AP RCN
TC = +
N 2
2.1.19 Penentuan Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Sedangkan pengertian sama halnya dengan pengertian Freddy rangkuty


yaitu persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga
kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (Stock Out) ( Assauri, 2004).

Adapun faktor-faktor yang menentukan besarnya persediaan pengaman


adalah:

1. Penggunaan bahan baku rata-rata


Salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama
periode tertentu, khususnya selama periode pemesanan adalah rata-rata
penggunaan bahan baku pada masa sebelumnya.
2. Faktor waktu atau lead time(Procurement time)
Di dalam pengisian kembali persediaan terdapat suatu perbedaan waktu
yang cukup lama antara saat mengadakan pesanan (order) untuk
menggantikan atau pengisian kembali persediaan dengan saat penerimaan
barang-barang yang dipesan tersebut. Diterima dan dimasukan kedalam
persediaan (Stock).
3. Penentuan besarnya penyediaan penyelamat (Safety Stock)
Dalam menentukan besarnya persediaan penyelamat yang sebaiknya
dipunyai perusahaan, haruslah didasarkan atas pertimbangan-
pertimbangan yang rasional yang dapat diukur, sehingga dapat
menghasilkan penentuan kebijaksanaan yang tepat dan dapat efektif.
Untuk ini terdapat beberapa pendekatan (approach) diantaranya adalah
“Probability of stock out dan level of service approach”.
a. Probability Of Stock Out Approach
Dalam menggunakan approach ini dipakai asumsi bahwa lead time
adalah supplier pada suatu saat yang sama.
b. Level Of Service Approach
Seperti telah dikatakan bahwa persediaan penyelamat perlu diadakan
untuk mempertahankan kelangsungan kegiatan produksi dalam
mengha dapi kegoncangan atau fluktuasi permintaan yang
mengakibatkan pemakaian barang dapat berfluktuasi dan tidakpastian
kedatangan bahan yang dipesan sehingga mungkin terlambat.

Untuk menentukan besarnya persediaan pengaman digunakan analisa


statistik atau standar penyimpangan dengan rumus yang dikemukakan oleh
sebagai berikut (Assauri, 2004 ):

Keterangan:

Sd = Standar deviasi

x = Pemeriksaan

X = Perkiraan

n = Jumlah data

Setelah standar deviasi diketahui, maka safety stock dapat dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

SS = K x Sd

Keterangan:

SS = Safety stock

K = Tingkat keyakinan

Sd = Standar deviasi

2.1.20 Titik Pemesanan Kembali (Re Order Point)

ROP (Re Order Point) mengatakan bahwa tarik dari Re Order Point (Pull
System With Re Order Point) menimbulakan cash loading input ke setiap tingkat
adalah output dari tingkat atau tahapsebelumnya sehingga menyebabkan kesaling
tergantungan diantara tingkat-tingkat dalam system distribusi (Gaspersz, 2004).
Lebih jauh lagi Gasperz menambahkan dalam system ROP (Re Order
Point) setiap pusat distribusi pada tingkat lebih rendah meramalkan permintaan
untuk produk guna melayani pelanggannya, kemudian memesan dari pusat
distribusi pada tingkat yang lebih tinggi apabila kuantitas dalam stock pada pusat
distribusi yang lebi rendah mencapai ROP (Re Order Point) .Dalam menentukan
titik pemesanan kembali ini harus memperhatikan besarnya penggunaan bahan
selama bahan-bahan yang dipesan belum datang dan persediaan minimum. Jika
titik pemesanan kembali ditetap kan terlalu rendah, persediaan bahan akan habis
sebelum persediaan pengganti diterima sehingga produksi tidak dapat dipenuhi.
Namun jika titik pemesanan ulang ditetapkan terlalu tinggi maka persediaan sudah
datang, sementara persediaan digudang masih banyak sehingga menyebabkan
pemborosan biaya.

ROP = SS + (d x L)

Keterangan:

ROP = Titik pemesanan kembali (Re Order Point)

SS = Persediaan pengaman (Safety Sock)

d = Pemakaian per hari

L = Waktu tunggu (Lead time)

2.1.21 Kulit Kayu Manis

Kulit kayu manis adalah sejenis rempah-rempah yang di peroleh kulit


bagian dalam beberapa spesies pohon genus cinnammomum yang digunakan
untuk masakan yang manis dan sedap. Meskipun kayu manis terkadang di anggap
sebagai “kayu manis yang sesunguh nya” kebanyakan kulit kayu manis di
perdagangan internasional dari spesies lain yang berdekatan,yang juga di sebut
“cassia” untuk membedakan dari kulit kayu manis yang sesunguh nya.

2.2 Penelitian Terdahulu


1. Penelitian oleh Yogaswara, Yusuf Mauliddin (2014) dengan judul
Pemesanan Persedian Bahan Baku Nata De Coco Di Pd. Suci Segar.
2. Penelitian oleh Fifi Herni mustofa, Muhamad Iqbal Syah, Emosfi Zaini.
(2016) dengan Rancanagan Sisteam Persediaan Bahan Baku Dengan
Mempertimbangkan Waktu Kadaluarsa Di Pt Wahana Interfood Nusantra.
3. Penelitian oleh Prima Fithri1, Annise Sindikia1 (2016) dengan judul
Pengendalian Persediaan Pozzolan Di Pt Semen Padang.
4. Penelitian oleh Emy Khikmawati, Hari Wibowo, Aries Setiawan (2018)
dengan judul Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Produk Kursi Bambu
Panjang Dengan Pendekatan Minimasi Biaya.
5. Penelitian oleh Dina Rahmayanti, Ahmad Fauzan (2013) dengan Judul
Optimalisasi Sistem Persediaan Bahan Baku Karet Mentah.

2.3 Kerangka Berpikir


Gambar 2.4 Kerangka Berpikir

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. STS Sengkuang Batam, pada bulan Maret-
Mei 2023.

3.2 Jenis dan Sumber Data


3.2.1 Jenis Data

Dalam melaksanakan penelitian ini data yang dipakai adalah data


sekunder, dimana data yang diperoleh dengan mengumpulkan bahan yang telah
disusun oleh pihak perusahaan berupa pencatatan laporan serta sumber lainnya
yang berkaitan dengan penelitan. Data tersebut berupa jumlah persediaan dan
produksi kulit manis sebelumnya.

3.2.2 Sumber Data

Sumber data yang penulis dapatkan melalui observasi langsung dari


tempat penelitian, interview atau wawancara langsung serta dari arsip-arsip di PT.
STS Batam.

3.3 Metoda Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis akan melakukan langkah pelaksanaan


penelitian sebagai berikut:

1. Wawancara Yaitu dengan melakukan tanya jawab pada pimpinan,


sekretaris, dan tenaga kerja yang terlibat langsung dengan proses produksi.
2. Observasi Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan
terhadap kegiatan yang dilakukan serta peralatan yang digunakan oleh
tenaga kerja yang melakukan aktifitas pengolahan
3. Studi kepustakaan Yaitu pengumpulan data secara teoritis yang bersumber
dari bukubuku kepustakaan, makalah dan buku-buku kuliah serta buku
yang berkaitan dengan judul yang penulis ambil.
3.4 Teknik Pengolahan Data
3.4.1 Peramalan Time Series
1. Konstan
Peramalan di lakukan dengan mengambil rata – rata masa lalu:
Σy
Y’ = a =
n
2. Trend Linier
Peramalan yang dilakukan dengan metode linier digunakan jika data
historis/masa lalu yang ada tersebut memiliki fluktuasi berupa garis
lurus sepanjang periode waktu tertentu. Fungsi peramalan dengan
metode ini adalah: y’= a + bt
Parameter a dan b dapat dicari dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:
nΣt . y −ΣtΣy
b= 2
nΣ t −( Σt )²
ΣyΣt ²−ΣtΣyt
a= 2
nΣ t −( Σt) ²
3. Trend Kuadratis
Fungsi peramalan dengan metode ini adalah:
2 ᴫt 2 ᴫt
yt = a + bcos n + c sin n

Nilai parameter a, b, dan c pada persamaan diatas dihitung dengan cara


mengeliminasi tiga persamaan dibawah ini:
2 ᴫt 2 ᴫt
𝛴y = na + b𝛴sin n + c𝛴cos n
2 ᴫt 2 ᴫt 2 ᴫt 2 ᴫt 2 ᴫt
𝛴y cos n = a𝛴 cos n + b𝛴 cos n + c𝛴 sin n cos n
2 ᴫt 2 ᴫt 2 ᴫt 2 ᴫt 2 ᴫt
𝛴y sin n = a𝛴 sin n + b𝛴 sin n cos n + c𝛴 sin n

4. Menentukan nilai MSE, MAD dan SEE


Rumus penyelesaiannya sebagai berikut:
3.4.2 Jumlah Pemesanan Yang Ekonomis (Economic Order Quantity)

Untuk menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis (Economic Order


Quantity = EOQ) dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

R = Jumlah Bahan Baku

S = Biaya Pemesanan

P = Harga Beli/unit

I = Biaya Penyimpanan

Dari rumus di atas dapat juga ditentukan frekwensi pemesanan bahan baku
(F) selama satu tahun, yaitu:

A
F=
N

1. Total Biaya (Total Cost)


Total biaya digunakan untuk menghitung jumlah biaya yang dikeluarkan
untuk satu kali pemesanan. Untuk menentukan biaya pemesanan tersebut
digunakan rumus sebagai berikut:
AP RCN
TC = +
N 2
2. Penentuan Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Untuk menentukan besarnya persediaan pengaman digunakan analisa
statistik atau standar penyimpangan dengan rumus sebagai berikut:
Safety stock = Jumlah kebutuhan pertahun x Lead time
Hari kerja
3.4.3 Titik Pemesanan Kembali (Re Order Point)

Untuk mencari titik pemesanan kembali dapat dicari dengan menggunakan


rumus sebagai berikut:

ROP = SS + (d x L)

Keterangan:

ROP = Titik pemesanan kembali (Re Order Point)

SS = Persediaan pengaman (Safety Sock)

d = Pemakaian per hari

L = Waktu tunggu (Lead time)


3.5 Kerangka Penelitian
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian

Anda mungkin juga menyukai