: “Mit,
Cil
gajah
: “Iya dong, tugas kita sebagai pelajar kan memang harus belajar. Hehehe…”
Tikus
Kancil
: “O
?”
Tikus
:“
jantan, tapi aku juga belum tahu siapa namanya dan seperti apa
rupanya.”
[Ketiganya memasuki ruang kelas. Buaya masuk bersama seorang murid baru.] Buaya
-anak. Hari ini kita kedatangan teman baru dari Aceh, ia akan menjadi teman sekelas kalian.
Silakan perkenalkan dirimu,
nak!”
Tupai
Aceh.”
Bandung!”
:“
Tupai, kamu duduk di belakang Kancil ya [menunjuk sebuah meja kosong]. Untuk sementara
kamu duduk sendiri dahulu karena jumlah siswa di kelas ini gan
jil.”
: “Ya baiklah, sekarang kita mulai pelajaran hari ini. Buka buku kalian di halaman 48….”
Pada zaman dahulu kala, di suatu pedesaan terdapat dua ekor hewan yang sangat akrab, yaitu
seekor sapi yang bernama Moo dan seekor domba yang bernama Mbe. Mereka sangat dekat
karena mereka memiliki kesamaan dalam hal makanan. Mereka saling membantu satu sama lain.
Namun perbedaannya, Moo selalu merasa dirinya lebih baik dibanding Mbe. Selain ada seekor
sapi dan domba, ada juga seekor tikus bernama Kukus yang bersahabat dengan katak bernama
Ropy.
Pada suatu hari di pinggir ladang, Kukus dan Ropy sedang bersama. Mereka terlihat sedang
mempersiapkan peralatan untuk bermain-main. Tiba-tiba Kukus melihat Moo dan Mbe
menghampirinya.
“Hey kalian mau kemana? Sini ikutan bermain bersama dengan kita.” Sapa Kukus kepada Moo
dan Mbe.
“Wah mau dong mauu....Aku sedang berjalan-jalan aja kok sama Mbe.” Jawab Moo dengan
girang.
“Nih aku sudah mempersiapkan peralatan masak, kita bermain masak-masakan.” Jawab Kukus
sambil menunjuk ke arah peralatannya.
Moo tiba-tiba langsung menghampiri peralatan tersebut dan berkata, “Aku ingin pegang yang ini,
yang ini, yang ini, dan yang ini.” Belum dipersilahkan oleh Kukus namun Moo langsung
mengambilnya dan sibuk sendiri. Sedangkan Ropy, Mbe, dan Kukus hanya melihat dari arah
mereka berdiri.
Perlahan Ropy, Mbe, dan Kukus menghampiri Moo dan bermain bersama. Namun sikap
ketiganya sedikit kesal dan jengkel pada Moo. Moo tidak tahu malu, ia bersikap seolah mainan
itu miliknya dan ia hanya bermain seorang diri.
“Tahu begini aku tidak mengajak Moo bermain bersama deh.” Ada rasa penyesalan di dalam hati
Kukus.
Rerumputan di ladang sudah mau habis, keduanya pun menyimpan makanan sebanyak-
banyaknya untuk persediaan di kemudian hari. Mbe tubuhnya lebih kecil tapi berpikiran harus
lebih banyak menyimpan makanan karena ia lapar terus.
“Tubuhku lebih kecil, kalau aku tidak makan banyak nanti aku bisa kurus.” Ucap Mbe pada Moo
“Tubuhku lebih besar daripada kamu, aku yang seharusnya makan lebih banyak. Perutku besar.”
Balas Moo
“Aku lebih tinggi dari kamu, jadi aku bisa mengambil dedaunan yang lebih tinggi juga.
Sedangkan kamu harus meminta tolong dulu sama aku kalau mau mengambil daun yang
terlampau tinggi. Kamu pasti butuh aku Mbe.” Moo mulai menyombongkan dirinya
“Moo, kenapa kamu sombong sekali. Kita sudah lama berteman akrab tapi mengapa kamu
mementingkan dirimu sendiri. Kamu jahat Moo.” Sambil menangis tersedu-sedu.
“Tapi memang benar kan kalau kamu harus meminta tolong dulu sama aku kalau kamu mau
mengambil makanan? Kamu bisa mati Mbe kalau tidak ada aku.” Jawab Moo
“Hik Hik Hik kamu jahaaat.” Mbe sambil memukuk-mukul tubuh Moo
Moo merasa dirinya lebih dari yang lain, akhinya Mbe berpikir pergi dari ladang tempat Moo
berada. Mbe berinisiatif untuk mencari makanan ke tempat lain.
Ucap Mbe dalam hati, “Daripada aku mati kelaparan karena menunggu Moo mengambilkan
makanan untukku, lebih baik aku pergi cari makanan ke tempat lain saja.”
Setelah berjalan cukup jauh, Mbe menemukan rerumputan hijau yang amat lebat. Mbe amat
senang melihat ladang tersebut. “Waah indah sekali rerumputan disana. Untung aku pergi dari
ladang tempat Moo berada.”
“Hey kok kalian disini?” Tanya Mbe kepada Ropy dan Kukus.
“Iya aku memang sering bermain disini, habis disini rumputnya hijau-hijau.” Jawab Ropy.
“Kalo aku sih males aja di ladang sana ada Moo. Moo egois, Moo selalu merebut mainanku.
Waktu itu saja ia pernah ke rumahku dan meminjam mainanku tanpa izin. Aku sangat tidak
menyukai hal itu.” Jawab kukus dengan penuh kekesalan.
“Sabar-sabar Kukus, aku juga pernah kok waktu itu mainanku rusak oleh Moo.” Balas Ropy.
Moo memang selalu meminjam paksa mainan milik temannya.
Moo terus melihat ke sekelilingnya berharap Mbe datang menghampiri Moo. Setiap hari Moo
menunggu kedatangan Mbe dan teman-teman lainnya. Namun ternyata itu hanyalah sebuah
harapan. Kini Moo hanya tinggal seorang diri, ia ditinggalkan oleh teman-temannya karena
sikapnya yang serakah, egois, dan suka menyombongkan diri.