TAHAP2 PEMERIKSAAN
Disetiap laboratorium untuk mendapatkan hasil akurat harus mengacu pada GOOD
LABORATORY PROSEDUR(glp)
1. Persiapan pasien
2. Pemberian identitas spesimen
3. Pengambilan spesimen
4. Pengolahan spesimen
5. Penyimpanan spesimen
6. Pengiriman spesimen ke laboratorium
Pasca Analitik, tahap-tahap pemeriksaan pasca analitik meliputi: kegiatan pencatatan hasil
pemeriksaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan.
Faktor Diet
Makanan dan minuman dapat mempengaruhi hasil beberapa jenis pemeriksaan laboratorium
baik langsung maupun tidak langsung, misalnya pemeriksaan glukosa darah dan trigliserida.
Pemeriksaan ini dipengaruhi secara langsung oleh makanan dan minuman. Karena
pengaruhnya yang sangat besar, maka pada pemeriksaan glukosa darah, pasien perlu
dipuasakan 10 – 12 jam dan untuk pemeriksaan trigliserida, pasien dipuasakan sekurang-
kurangnya 12 jam sebelum pengambilan darah.
Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan baik secara oral maupun cara lainnya akan menyebabkan respon
tubuh terhadap obat tersebut. Disamping itu pemberian obat secara intra muskular akan
menimbulkan jejas pada otot, sehingga menyebabkan enzim yang dikandung dalam otot
tersebut akan masuk ke dalam darah, yang selanjutnya dapat mempengaruhi hasil beberapa
pemeriksaan. Obat-obatan yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium misalnya :
Diuretik, cafein menyebabkan hampir seluruh pemeriksaan substrat dan enzim dalam
darah akan meningkat karena terjadi hemokonsentrasi, terutama pemeriksaan
hemoglobin, hitung jenis lekosit, hematokrit, elektrolit. Pada urine akan terjadi
pengenceran
Tiazid mempengaruhi hasil tes glukosa, ureum
Kontrasepsi oral dapat mempengaruhi hasil tes hormon, LED
Morfin dapat mempengaruhi hasil tes enzim hati (AST, ALT)
Dan sebagainya (lihat pengaruh obat pada tes laboratorium)
Merokok
Merokok dapat menyebabkan perubahan cepat dan lambat pada kadar zat tertentu yang
diperiksa. Perubahan dapat terjadi dengan cepat hanya dalam 1 jam dengan merokok 1 – 5
batang dan akibat yang ditimbulkan adalah peningkatan kadar asam lemak, epinefrin, gliserol
bebas, aldosteron dan kortisol.
Perubahan lambat terjadi pada hitung lekosit, lipoprotein, aktifitas beberapa enzim, hormon,
vitamin, petanda tumor dan logam berat.
Alkohol
Konsumsi alkohol juga dapat menyebabkan perubahan cepat dan lambat pada kadar analit.
Perubahan cepat dapat terjadi dalam waktu 2 – 4 jam setelah konsumsi alkohol dan akibat yang
terjadi adalah peningkatan kadar glukosa, laktat, asam urat dan terjadinya asidosis metabolik.
Perubahan lambat berupa peningkatan aktifitas gamma glutamyl transferase (gamma-GT), GOT,
GPT, trigliserida, kortisol, dan MCV.
Aktifitas fisik
Aktifitas fisik dapat menyebabkan shift volume antara kompartemen di dalam pembuluh darah
dan interstitial, kehilangan cairan karena berkeringat, dan perubahan kadar hormon. Akibatnya
akan terjadi perbedaan besar antara kadar glukosa darah di arteri dan vena, serta terjadi
perubahan konsentrasi gas darah, asam urat, kreatinin, creatin kinase, GOT, LDH, KED,
hemoglobin, hitung sel darah, dan produksi urine.
Demam
Pada waktu demam akan terjadi :
Peningkatan glukosa darah pada tahap permulaan, dengan akibat terjadi peningkatan
kadar insulin yang akan menyebabkan penurunan glukosa darah pada tahap lebih lanjut.
Penurunan kadar kolesterol dan trigliserida pada awal demam akibat terjadinya
peningkatan metabolisme lemak, dan terjadi peningkatan asam lemak bebas dan benda-
benda keton karena penggunaan lemak yang meningkat pada demam yang sudah lama.
Meningkatkan kemungkinan deteksi malaria dalam darah.
Meningkatkan kemungkinan hasil biakan positif (pada kasus infeksi).
Terjadi reaksi anamnestik yang akan menyebabkan kenaikan titer Widal.
Trauma
Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antara lain penurunan kadar substrat
maupun aktifitas enzim, termasuk juga hemoglobin, hematokrit dan produksi urine. Hal ini terjadi
karena terjadi pemindahan cairan tubuh ke dalam pembuluh darah yang menyebabkan
pengenceran darah. Pada tingkat lanjut akan terjadi peningkatan ureum dan kreatinin serta
enzim-enzim yang berasal dari otot.
Besi serum. Besi serum yang diambil pada sore hari akan lebih tinggi kadarnya daripada
pagi hari.
Glukosa. Kadar insulin akan mencapai puncaknya pada pagi hari, sehingga apabila tes
toleransi glukosa dilakukan pada siang hari, maka hasilnya akan lebih tinggi daripada
bila dilakukan pada pagi hari.
Enzim. Aktifitas enzim yang diukur akan berfluktuasi disebabkan oleh kadar hormon yang
berbeda dari waktu ke waktu.
Eosinofil. Jumlah eosinofil menunjukkan variasi diurnal, jumlahnya akan lebih rendah
pada malam hari sampai pagi hari daripada siang hari.
Kortisol, kadarnya akan lebih tinggi pada pagi hari daripada pada malam hari
Kalium. Kalium darah akan lebih tinggi pada pagi hari daripada siang hari.
Selain yang sifatnya harian, dapat terjadi fluktuasi kadar zat dalam tubuh yang bersifat bulanan.
Variasi siklus bulanan umumnya terjadi pada wanita karena terjadi menstruasi dan ovulasi setiap
bulan. Pada masa sesudah menstruasi akan terjadi penurunan kadar besi, protein dan fosfat
dalam darah disamping perubahan kadar hormon seks. Demikian juga, pada saat ovulasi terjadi
peningkatan aldosteron dan renin serta penurunan kadar kolesterol darah.
Umur
Umur berpengaruh terhadap kadar dan aktifitas zat dalam darah. Hitung eritrosit dan kadar
hemoglobin jauh lebih tinggi pada neonatus daripada dewasa. Fosfatase alkali, kolesterol total
dan kolesterol-LDL akan berubah dengan pola tertentu sesuai dengan pertambahan umur.
Ras
Jumlah lekosit pada orang kulit hitam Amerika lebih rendah daripada orang kulit putihnya.
Demikian juga pada aktifitas creatin kinase. Keadaan serupa juga dijumpai pada ras bangsa lain,
seperti perbedaan aktifitas amylase, kadar vitamin B12 dan lipoprotein.
Jenis Kelamin
Berbagai kadar dan aktifitas zat dipengaruhi oleh jenis kelamin. Kadar besi serum dan
hemoglobin berbeda pada wanita dan pria dewasa. Perbedaan ini akan menjadi tidak bermakna
lagi setelah umur lebih dari 65 tahun. Perbedaan lain berdasarkan jenis kelamin adalah aktifitas
CK dan kreatinin.
Perbedaan ini lebih disebabkan karena massa otot pria relatif lebih besar daripada wanita.
Sebaliknya, kadar hormon seks wanita, prolaktin, dan kolesterol-HDL akan dijumpai lebih tinggi
pada wanita.
Kehamilan
Bila pemeriksaan dilakukan pada wanita hamil, pada saat interpretasi hasil perlu
mempertimbangkan masa kehamilan wanita tersebut. Pada kehamilan akan terjadi hemodilusi
(pengenceran darah) yang dimulai pada minggu ke-10 kehamilan dan terus meningkat sampai
minggu ke-35 kehamilan.
Volume urine akan meningkat 25% pada trimester ke-3.
Selama kehamilan akan terjadi perubahan kadar hormon kelenjar tiroid, elektrolit, besi, ferritin,
protein total, albumin, lemak, aktifitas fosfatase alkali, faktor koagulasi dan kecepatan endap
darah.
Perubahan tersebut dapat disebabkan karena induksi oleh kehamilan, peningkatan protein
transport, hemodilusi, peningkatan volume tubuh, defisiensi relative karena peningkatan
kebutuhan atau peningkatan protein fase akut
MM MEDICAL CHECK UP PADA GERIATRI
Seiring bertambahnya usia, daya tahan tubuh dan metabolisme juga ikut menurun. Oleh
karena itu, pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh sangat penting dilakukan oleh lansia
untuk mendeteksi keberadaan penyakit yang tersembunyi, seperti penyakit ginjal, penyakit
liver, penyakit diabetes, penyakit jantung, dan penyakit lainnnya. Dengan begitu, Anda
bisa melakukan pencegahan risiko penyakit atau melakukan penanganan penyakit sejak
dini. Untuk lansia, berikut ini adalah beberapa tes yang penting untuk dilakukan secara
rutin
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah salah satu penyakit yang umum dialami oleh lansia.
Penyakit hipertensi pada lansia ini akan meningkatkan risiko terserang stroke di kemudian hari.
Hipertensi juga meningkatkan peluang lansia untuk mengalami kerusakan ginjal, penyakit jantung, dan
beragam masalah kesehatan serius lainnya apabila tekanan darah tidak dikelola dengan baik.
Tidak hanya tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah yang turun secara drastis pun bisa berbahaya
untuk lansia. Kondisi ini membuat mereka sering mengalami pusing, tubuh goyah, dan sensasi hendak
pingsan yang bisa menyebabkan tubuh mereka rentan terjatuh. Tulang lansia biasanya sudah
mengalami pengeroposan dan penipisan, sehingga jatuh bisa menyebabkan patah tulang atau cedera
serius lainnya. Oleh karena itu, jika Anda sudah memasuki masa lansia, sebaiknya periksakan tekanan
darah secara reguler untuk menghindari atau menangani kondisi tekanan darah tinggi dan tekanan
darah rendah yang bisa memicu penyakit lain yang lebih serius.
Pemeriksaan Mata
Seiring bertambahnya usia, fungsi penglihatan biasanya jadi menurun. Selain untuk memeriksa apakah
lensa kacamata Anda masih sesuai dengan mata Anda, pemeriksaan mata juga dapat mendeteksi
penyakit mata, seperti glaukoma dan katarak. Lakukan pemeriksaan mata secara rutin dan konsumsi
makanan yang memiliki banyak nutrisi untuk kesehatan mata, seperti makanan yang mengandung
banyak vitamin A dan C.
EKG dilakukan untuk mengetahui kesehatan aktivitas elektrik jantung. Dari pemeriksaan ini, Anda bisa
mengetahui kerja jantung Anda normal atau tidak. Melalui tes EKG, Anda juga dapat mengetahui laju
dan ritme kekuatan denyut jantung Anda. Dengan begitu, Anda bisa mengetahui jika ada permasalahan
pada kerja jantung Anda. Sebaiknya, lakukan pemeriksaan EKG dengan frekuensi tiga tahun sekali.
Namun, jika sudah Anda memiliki penyakit jantung atau keluhan terkait, sebaiknya lakukan
pemeriksaan EKG lebih sering atau sesuai dengan saran dari dokter spesialis jantung.
Pemeriksaan Kolesterol
Kolesterol pada dasarnya merupakan jenis lemak pada tubuh, namun jika berlebihan akan menyumbat
pembuluh darah. Penyumbatan darah tersebut bisa menyebabkan stroke dan penyakit jantung. Jika
keluarga Anda mempunyai riwayat kolesterol, sebaiknya Anda lakukan pemeriksaan kolesterol secara
reguler agar Anda bisa mengetahui kadar kolesterol dalam tubuh dan melakukan tindakan yang
diperlukan jika kadar kolesterol tersebut terlalu tinggi.
Pemeriksaan tulang
Semakin bertambahnya usia, jaringan tulang akan semakin lemah dan kemampuan tulang dalam
menyerap mineral jadi ikut berkurang. Oleh karena itu, Anda perlu melakukan pengecekan DEXA
scan. DEXA scan sendiri merupakan teknologi yang digunakan untuk mengukur kehilangan mineral
tulang serta mendeteksi osteoporosis secara akurat.
Itulah beberapa medical check-up yang perlu dilakukan oleh lansia. Selain jenis pemeriksaan kesehatan
yang sudah disebutkan, lansia pria juga perlu melakukan pemeriksaan di sekitar area organ reproduksi,
seperti penis, testis dan prostat untuk mengetahui ada tidaknya penyakit pada organ-organ tersebut.
Sedangkan untuk lansia wanita, diperlukan pengecekan mammogram dan pap smear. Nah, jangan
tunggu sampai penyakit muncul, lakukan medical check-up sekarang juga agar Anda bisa mencegah atau
menangani penyakit secara lebih dini
Poliklinik Geriatri
Tempat pelayanan ini memberikan jasa mengadakan pemeriksaan menyeluruh, tindakan pengobatan
sederhana dan konsultasi bagi penderita rawat jalan, baik di masyarakat, puskesmas, maupun antar
poliklinik. Tenaga minimal yang dibutuhkan adalah dokter umum atau dokter ahli penyakit dalam
yang telah mendapat kursus geriatri, atau seorang dokter spesialis geriatri/geriatris, seorang perawat,
dan seorang petugas sosial medik.
193
Pranarka
Geriatrik kedokteran
Bangsal Geriatri Akut
Di bangsal ini pada dasarnya hanya dirawat pasien usia lanjut yang mempunyai penyakit akut atau
semi-akut. Terhadap penderita ini dilakukan asesmen, tindakan pengobatan dan rehabilitasi secepat
mungkin setelah keadaannya memungkinkan.
Bangsal ini diperlukan untuk merawat pasien usia lanjut dengan penyakit kronis yang memerlukan
rawat inap dalam jangka waktu lama, dan karenanya memerlukan biaya yang tinggi. Mengingat turn
over rate-nya yang sangat rendah, keberadaan bangsal ini di suatu RS Pemerintah di Indonesia,
sementara ini bisa digantikan oleh bangsal penyakit dalam, sedangkan di RS Swasta keberadaanya
masih dimungkinkan.
Di tempat ini dapat dilaksanakan semua tindakan seperti yang dilakukan di bangsal akut, akan tetapi
pasien tidak harus rawat inap dan pelayanan hanya di lakukan pada jam kerja saja. Jasa yang dapat
diberikan meliputi pemeriksaan menyeluruh, tindakan pengobatan, rehabilitasi dan rekreasi. Oleh
karenanya tenaga yang dibutuhkan selain dokter geriatris juga macam- macam tenaga rehabilitasi
medik ditambah ahli gizi dan sebagainya.
Konsultasi Geriatri
Pasien yang dirawat oleh bagian lain dapat dikonsultasikan ke tim geriatri untuk mendapatkan
pemeriksaan menyeluruh, berbagai tindakan lain, atau bahkan dipindahkan ke bangsal lanjut usia.
Penitipan
Orang lanjut usia yang relatif sehat, tidak ada eksaserbasi akut dari penyakit yang mungkin diderita,
dapat dititipkan selama maksimal dua
minggu di Instalasi Geriatri yang lengkap, misalnya di Paviliun Lanjut Usia Boedhi- Darmojo RS. Dr.
Kariadi Semarang. Tujuan pelayanan ini antara lain memberi istirahat pada keluarga yang merawat
agar segar kembali.
Perawatan Terminal
Pelayanan kesehatan sejak dulu diarahkan untuk menyembuhkan penyakit dan mencegah kematian,
tetapi ada kalanya dokter dihadapkan pada keadaan menjelang ajal yang tidak dapat dielakan. Hospice
care (asuhan sakit) merupakan salah satu bentuk layanan geriatri dengan ciri-ciri: (i) harapan hidup
penderita diperkirakan kurang dari enam bulan; (ii) pendekatan paliatif, dengan penekanan pada
pengelolaan nyeri dan gejala; (iii) koordinasi oleh tim interdisiplin, terdiri atas tenaga medik,
rohaniwan, keluarga dan relawan/pekerja sosial. Asuhan sakit ini dapat dilakukan di rumah sakit, atau
di rumah penderita.
Hal ini merupakan bagian implisit dari suatu pemberian pelayanan geriatri, antara lain dilaksanakan
untuk pendidikan tenaga medis, paramedis, terapis-rehabilitasi, dan mahasiswa dari berbagai bidang
keilmuan serta riset, yang pada gilirannya diperlukan untuk meningkatkan pelayanan serta
pengembangan ilmu geriatri.
Rehabilitasi Medik
Penyakit pada usia lanjut selalu mempunyai kecenderungan untuk terjadinya kecacatan, sehingga oleh
WHO selalu diharapkan penegakan diagnosis pasien usia lanjut dalam aspek gangguan organ
(disease), penyakit (impairment), keterbatasan (disability) yang diakibatkan dan kecacatan
(handicap). Oleh karenanya rehabilitasi medik selalu merupakan aspek yang harus terdapat dalam
pelayanan kesehatan usia lanjut. Rehabilitasi dilaksanakan sesegera mungkin sejak pasien masuk
sampai pulang, sesuai kebutuhannya. Bila latihan- latihan yang diberikan berjangka lama, sebaiknya
dilakukan di instalasi rehabilitasi medik.
Panti Rawat Wredha atau nursing home bukan suatu keharusan untuk diadakan pada suatu RS. Bagian
ini merupakan bentuk peralihan antara pelayanan RS dan pelayanan di rumah/di panti wredha, di
mana pasien sudah tidak banyak memerlukan tindakan RS (asesmen dan kuratif) akan tetapi masih
mempunyai masalah kesehatan kronis yang memerlukan perawatan (care), sehingga tidak
dimungkinkan untuk dirawat di rumah atau di panti wredha biasa. Keberadaannya di suatu RS besar
memberikan nilai tambah untuk kepentingan pendidikan dan riset, dan walaupun tidak sempurna
dapat untuk menggantikan bangsal kronis.