LABORATORIUM MEDIK
Disusun oleh :
Jawab :
Organisasi menjadi lebih ramping dan efisien. Seluruh aktivitas organisasi terpusat
sehingga pengambilan keputusan lebih mudah.
Perencanaan dan pengembangan organisasi lebih terintegrasi. Tidak perlu jenjang
koordinasi yang terlalu jauh antara unit pengambilan keputusan dan yang akan melaksanakan
atau terpengaruh oleh pengambilan keputusan tersebut.
Peningkatan resource sharing dan sinergi. Sumberdaya dapat dikelola secara lebih efisien
karena dilakukan secara terpusat.
Pengurangan redundancies aset dan fasilitas lain. Satu aset dapat dipergunakan secara
bersama-sama tanpa harus menyediakan aset yang sama untuk pekerjaan yang berbeda-beda.
Perbaikan koordinasi. Koordinasi menjadi lebih mudah karena adanya unity of command.
Pemusatan expertise. Keahlian dari anggota organisasi dapat dimanfaatkan secara
maksimal karena pimpinan dapat memberi wewenang
2). Sebutkan pemeriksaan-pemeriksaan yang ada di Laboratorium Medik !
Jawab :
Jawab :
4. Bilirubin
Pemeriksaan Bilirubin, bertujuan untuk mengetahui kadar penyakit kuning karena gangguan
pada hati. Angka yang tinggi menggambarkan bahwa pasien mengalami gangguan tersebut
yang biasa ditandai dengan mata dan kulit yang menjadi kuning.
5. Albumin
Pemeriksaan Albumin, bertujuan untuk mengetahui penurunan kadar albumin yang biasa
terjadi pada penyakit hati kronik. Tetapi, penurunan albumin juga bisa disebabkan karena
kekurangan protein.
Hasil tes fungsi hati bukanlah sebuah media diagnostik untuk kondisi spesifik, mereka
mengindikasikan bahwa terdapat kemungkinan ada suatu masalah pada hati. Pada orang yang
tidak memperlihatkan gejala atau tidak terindentifikasi adanya faktor risiko, hasil tes fungsi
hati yang abnormal bisa mengindikasikan adanya perlukaan hati sementara atau sesuatu yang
terjadi di lokasi lain di dalam tubuh seperti pada otot, pankreas atau jantung. Namun juga bisa
menandakan penyakit hati tahap awal dan memerlukan tes lebih lanjut dan/atau pemantauan
secara berkala.
Hasil-hasil tes fungsi hati biasanya dievaluasi secara bersama-sama, jadi beberapa set tes
dalam periode tertentu dilihat apakah memiliki pola tertentu. Setiap orang akan memiliki
sebuah set tes fungsi hati yang unik yang biasanya berubah-ubah seiring berjalannya waktu,
seorang dokter mengamati kombinasi hasil-hasil tes ini guna mendapatkan petunjuk tentang
kondisi yang mendasarinya. Seringkali, tes lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apa
sebenarnya yang menyebabkan penyakit dan atau kerusakan hati tersebut.
Jika seseorang mengonsumsi obat yang bisa memengaruhi hatinya, maka hasil tes abnormal
bisa jadi mengindikasikan bahwa perlu mengevaluasi lagi dosis dan pilihan medikasi. Ketika
seseorang dengan penyakit hati sedang dalam pemantauan, maka dokter akan mengevaluasi
apakah hasil tes menunjukkan perburukan atau perbaikan.
Jumlah leukosit dalam darah perifer meninggi dan sering disertai pergeseran ke kiri.
Lambat laun jumlah leukosit menurun pada hari-hari berikutnya.
Laju endap darah naik, yang pada hari-hari berikutnya lebih meningkat. Namun,
kelainan ini tidak khas dan tidak selalu timbul.
Enzim-enzim jantung yang bermanfaat dalam diagnosis dan pemantauan MCI di antaranya :
SGOT/AST kadarnya naik sekitar 6-8 jam setelah mulainya MCI dan umumnya
mencapai kadar normal pada hari ke-5 (bila tidak ada penyulit).
LDH kadarnya naik dalam waktu 24 jam setelah terjadinya MCI, mencapai kadar
tertinggi pada hari ke-4 dan menjadi normal kembali dalam waktu 8-14 hari. Isoenzim
terpenting adalah HBDH (LDH 1).
CK/CPK kadarnya naik sekitar 6 jam setelah berjangkitnya MCI dan pada kasus-
kasus tanpa penyulit mencapai kadar tertinggi dalam waktu 24 jam untuk menjadi
normal kembali dalam waktu 72-96 jam. Terdapat 3 isoenzim CK : MM (otot skelet),
MB (miokardium merupakan 5-15% dari CPK total), dan BB (otak).
CK-MB isoenzim CK yang spesifik untuk sel otot jantung, karena itu kenaikan
aktivitas CK-MB lebih mencerminkan kerusakan otot jantung. Kadar CK-MB seperti
CK (total) mulai naik 6 jam setelah mulainya MCI, mencapai kadar tertinggi lebih
kurang 12 jam kemudian dan biasanya lebih cepat mencapai kadar normal daripada
CPK, yaitu 12-48 jam. Sensitivitas tes CK-MB sangat baik (hampir 100%) dengan
spesifitas agak rendah. Untuk meningkatkan ketelitian penentuan diagnosis MCI
dapat digunakan rasio antara CK-MB terhadap CK total. Apabila kadar CK-MB
dalam serum melampaui 6-10% dari CK total, dan tes-tes tersebut diperiksa selama 36
jam pertama setelah onset penyakit maka diagnosis MCI dapat dianggap hampir pasti.
Troponin dibedakan 3 tipe yaitu : C, I, dan T di mana I dan T lebih spesifik untuk
otot jantung. Troponin adalah protein spesifik berasal dari miokard (otot jantung),
kadarnya dalam darah naik bila terjadi kerusakan otot jantung. Kadar troponin dalam
darah mulai naik dalam waktu 4 jam setelah permulaan MCI, selanjutnya meningkat
terus dan dapat diukur sampai satu minggu. Tes troponin sebaiknya disertai dengan
pemeriksaan lain seperti CK-MB, CK, CRP, hs-CRP, dan AST.
Pemeriksaan laboratorium lain untuk mencari keadaan/penyakit lain yang sering
menyertai MCI.
Untuk pemeriksaan laboratorium lain yang digunakan dalam mencari keadaan/penyakit lain
sebagai penyerta MCI di antaranya :
Ureum
Ureum adalah hasil katabolisme protein yang pertama kali dipakai sebagai petanda faal
ginjal, akan tetapi bukan merupakan petanda kerusakan ginjal yang ideal karena produksi
ureum ini tidak tetap melainkan dipengaruhi oleh asupan protein dalam makanan.
Pemeriksaan kadar ureum plasma dinyatakan sebagai blood urea nitrogen (BUN) atau bisa
juga dinyatakan sebagai ureum serum. Ada 2 atom nitrogen dalam ureum yang berat
molekulnya 28, sedangkan berat molekul ureum adalah 60. Jadi untuk merubah kadar BUN
ke ureum masing-masing dalam mg% maka kadar ureum sama dengan kadar BUN = 2,14 x
kadar BUN. Kadar BUN adalah 8-26 mg/dL sedangkan kadar normal ureum serum adalah
17-56 mg/dL.
Metode kimiawi unutk menentukan urea umumnya telah diganti dengan metode enzimatik
yang memanfaatkan urease sehingga sangat spesifik untuk urea.
Kreatinin
Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin. Kreatinin sebagaian besar dijumpai di
otot rangka, tempat zat ini terlibat dalam penyimpanan energi sebagai kreatin fosfat (CP).
Dalam prosesnya, sejumlah kecil kreatin diubah secara ireversibel menjadi kreatinin yang
dikeluarkan dari sirkulasi oleh ginjal. Jumlah kreatinin yang dihasilkan oleh seseorang setara
dengan masa otot rangka yang dimilikinya. Nilai rujukan kreatinin adalah 0,6 sampai 1,3
mg/dl untuk laki-laki dan 0,5 sampai 1,0 mg/dl untuk perempuan.
Protein Urin
Adanya protein dalam urin merupakan tanda awal dari penyakit ginjal kronik, biasanya hanya
sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang direabsorpsi oleh tubulus ginjal
dan diekskresikan ke dalam urin. Normal ekskresi protein dalam urin biasanya tidak melebihi
150 mg/24jam atau 10 mg/dl urin. Namun jika ekskresi protein melebihi 10 mg/dl maka
disebut dengan proteinuria.
LFG merupakan tes terbaik untuk mengukur tingkat fungsi ginjal dan menentukan stadium
penyakit ginjal. Untuk mengukur LFG ini dipakai zat indikator yaitu zat yang difiltrasi oleh
glomerulus. Klirens (clearence) suatu zat adalah bilangan yang menyatakan seberapa banyak
zat tersebut dikeluarkan dari plasma dibagi persatuan waktu pengukuran. Klirens ini
dinyatakan dalam mol atau berat dari zat indikator per volume per satuan waktu. Jadi dengan
memakai zat indikator yang ideal maka dapat diukur LFG dengan menggunakan rumus:
Dengan U= Konsentrasi zat dalam urin, V=Volume urin dalam satuan waktu, P= Konsentrasi
rata-rata zat dalam darah selama waktu t, dan t= lamanya penampungan urin.
Indikator yang digunakan untuk menentukan LFG dibagi menjadi dua yaitu zat indikator
endogen (zat yang memang ada di dalam tubuh) dan indikator eksogen (zat dari luar tubuh).
Penentuan LFG dengan memakai zat indikator endogen
Klirens Ureum
Ureum adalah zat yang pertama kali dipakai sebagai petanda faal ginjal dengan berat molekul
60 Da sehingga bebas difiltrasi di glomerulus, namun ureum yang difiltrasi akan mengalami
reabsorpsi di tubulus dengan jumlah yang tidak konstan. Cara menentukan klirens ureum ini
adalah dengan mengukur jumlah ureum diurin yang ditampung selama 24 jam. Namun
karena berbagai kendala seperti akurasi dari pengumpulan urin, ada perbedaan kadar
pengeluaran urea di urin antara siang dan malam maka pengukuran klirens ureum sudah tidak
dipakai lagi.
Klirens Kreatinin
Klirens kreatinin dilakukan dengan mngumpulkan urin selama 24 jam. Kreatinin merupakan
zat endogen yang paling sering digunakan untuk menentukan LFG. Karena hampir seluruh
kreatinin diekskresi melalui uirin.
Cystatin C
Cystatin adalah protein dengan berat molekul 3 Kdalton sebagai anggota cystein proteinase
inhibitor. Cystatin C dibentuk oleh semua sel berinti dengan jumlah yang tetap, karena
memiliki berat molekul yang rendah dan bermuatan positif maka cystatin C akan difiltrasi
secara bebas di glomerulus. Akan tetapi kadar cystatin C dipengaruhi oleh gender dan ras,
kadar cystatin C juga meningkat dengan bertambahnya usia.
Klirens Inulin
Inulin adalah zat inert yang merupakan zat indikator yang ideal untuk mengukur LFG karena
tidak dimetabolisme dalam tubuh, hanya dikeluarkan oleh ginjal melalui proses filtrasi
glomerulus, tidak direabsorpsi dan tidak disekresi oleh tubulus. Metode ini sampai sekarang
masih di anggap baku emas, namun karena cara pemeriksaan ini tidak menyenangkan dimana
orang harus dirawat dan diinfus kemudian berkali-kali di ambil darahnya, maka klirens inulin
sudah tidak digunakan lagi dalam kegunaan sehari hari kecuali saat penelitian.
Radio Nuklida
Pengukuran LFG dengan metode radionuklida ini dilakukan dengan cara injeksi radionuklida
satu kali saja, hal ini menjadikan pengukuran LFG menjadi mudah dibandingakan dengan
pemberian melalui infus. Kelemahannya adalah kaerena disuntikan melalui vena dan sampel
untuk mengukur klirens zat tersebut juga diambil dari vena, padahal keseimbangan antara
kadar di arteri dan vena memerlukan waktu. Pemeriksaan radionuklida saat ini dianggap
sebagai baku emas (gold standar) untuk mengukur LFG setelah inulin.
Pengukuran LFG menggunakan metode klirens inulin walaupun menghasilkan nilai LFG
yang akurat tetapi sulit unutk dilaksanakan pada praktek sehari hari, pengukuran LFG
memakai radiofarmaka metodenya lebih mudah dan lebih nyaman dibandingkan klirens inulit
tetapi biayanya mahal. Untuk mengatasi permasalah ini maka para ahli dalam rangka
mengukur fungsi ginjal membuat terobosan, tidak mengukur LFG tetapi mengestimasinya
dengan memakai formula. Zat yang dipakai untuk membuat formula adalah kadar kreatinin
serum karena kreatinin hanya difiltrasi dan tidak disekresi amaupun direabsorpsi di sistem
tubulus.
Formula yang digunakan untuk mengestimasi laju filtrasi glomerulus sangat banyak, salah
satunya adalah formula yang dibuat oleh Cockcroft dan Gault
4). Apa yang kamu ketahui tentang Lab Pratama, Lab Madya, Lab Umum, dan Lab Khusus !
Jawab :
Laboratorium Pratama
Laboratorium klinik umum Pratama adalah laboratorium klinik umum yang melaksanakan pelayanan
laboratorium klinik dengan kemampuan pemeriksaan terbatas dengan teknik sederhana.
Laboratorium Madya
Laboratorium klinik umum Madya adalah laboratorium klinik umum yang melaksanakan pelayanan
laboratorium klinik pratama dan pemeriksaan imunologi dengan teknik sederhana.
Laboratorium Umum
Laboratorium klinik umum Khusus adalah laboratorium klinik umum yang melaksanakan pelayanan
laboratorium klinik dengan kemampuan pemeriksaan lebih lengkap dari Laboratorium klinik umum
Madya, dengan teknik automatik.
Laboratorium Khusus
Jawab :
PHP (