Anda di halaman 1dari 86

Divisi Studi Diagnostik

Prodi DIII-Kep-Sutomo-Surabaya
LEARNING OBJECTIVE
Mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan berbagai faktor yang
mempengaruhi hasil test laboratorium
2. Menjelaskan persiapan pengambilan sampel
pemeriksaan laboratorium
3. Melakukan pengambilan sampel darah
4. Melakukan pengambilan sampel urine
5. Melakukan pengambilan sampel sputum
POKOK BAHASAN I
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
HASIL TEST LABORATORIUM
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL TEST
LABORATORIUM

Faktor di luar pasien :


mencakup proses : pra-analitik, analitik dan
paska analitik.
Faktor pasien :
diet, obat-obatan, aktifitas fisik, merokok,
alkohol, ketinggian, kondisi demam, trauma,
variasi circadian rythme, usia, ras, jenis kelamin,
kehamilan.
Faktor Diet
pemeriksaan glukosa darah dan trigliserida.
 pemeriksaan glukosa darah, pasien perlu
dipuasakan 10 – 12 jam sebelum
pengambilan darah.
 pemeriksaan trigliserida, pasien dipuasakan
sekurang-kurangnya 12 jam sebelum
pengambilan darah.
 Obat-obatan
secara oral maupun cara lainnya akan menyebabkan respon
tubuh terhadap obat tersebut.
 secara intra muskular akan menimbulkan jejas pada otot,
sehingga menyebabkan enzim yang dikandung dalam otot
tersebut akan masuk ke dalam darah,
 Obat-obatan yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium
misalnya :
• Diuretik dan cafein  menyebabkan hampir seluruh
pemeriksaan substrat dan enzim dalam darah akan
meningkat karena terjadi hemokonsentrasi, terutama
pemeriksaan hemoglobin, hitung jenis lekosit, hematokrit,
elektrolit. Pada urine akan terjadi pengenceran
• Tiazid  mempengaruhi hasil tes glukosa, ureum
• Kontrasepsi oral  dapat mempengaruhi hasil tes
hormon, LED
• Morfin  dapat mempengaruhi hasil tes enzim hati (AST,
ALT)
• Dan sebagainya (lihat pengaruh obat pada tes
laboratorium)
 Merokok

 Merokok dapat menyebabkan perubahan cepat dan


lambat pada kadar zat tertentu yang diperiksa.
 Perubahan dapat terjadi dengan cepat hanya dalam
1 jam dengan merokok 1 – 5 batang
 akibat yang ditimbulkan adalah peningkatan
kadar asam lemak, epinefrin, gliserol bebas,
aldosteron dan kortisol.
 Perubahan lambat terjadi pada:
 hitung lekosit, lipoprotein, aktifitas beberapa
enzim, hormon, vitamin, petanda tumor dan
logam berat.
 Alkohol
 Konsumsi alkohol juga dapat menyebabkan perubahan
cepat dan lambat pada kadar analit.
 Perubahan cepat dapat terjadi dalam waktu 2 – 4 jam
setelah konsumsi alkohol
 peningkatan kadar glukosa, laktat, asam urat dan
terjadinya asidosis metabolik.
 Perubahan lambat
 berupa peningkatan aktifitas gamma glutamyl
transferase (gamma-GT/GGT), GOT (glutamik
oksaloasetik transaminase), GPT (glutamik piruvik
transaminase), trigliserida, kortisol, dan MCV (Mean
Corpuscular Volume) merupakan salah satu
pemeriksaan darah yang menunjukkan volume rata-
rata satu sel darah merah dibandingkan dengan volume
sel darah merah keseluruhan dalam darah)
Aktifitas fisik
 Aktifitas fisik dapat menyebabkan shift
volume antara kompartemen di dalam
pembuluh darah dan interstitial berubah 
kehilangan cairan karena berkeringat, dan
perubahan kadar hormon  perbedaan
besar antara kadar glukosa darah di arteri
dan vena terjadi perubahan konsentrasi
gas darah, asam urat, kreatinin, creatin
kinase, GOT, LDH, hemoglobin, hitung sel
darah, dan produksi urine.
 Demam
Pada waktu demam akan terjadi :
 Peningkatan glukosa darah pada tahap permulaan,
 terjadi peningkatan kadar insulin  menyebabkan
penurunan glukosa darah pada tahap lebih lanjut.
 Penurunan kadar kolesterol dan trigliserida pada
awal demam  akibat terjadinya peningkatan
metabolisme lemak, dan terjadi  peningkatan asam
lemak bebas dan benda-benda keton
 Meningkatkan kemungkinan deteksi malaria dalam
darah.
 Meningkatkan kemungkinan hasil biakan positif
(pada kasus infeksi).
 Terjadi reaksi anamnestik yang akan menyebabkan
kenaikan titer Widal.
Trauma
Trauma dengan luka perdarahan  pemindahan
cairan tubuh ke dalam pembuluh darah yang
menyebabkan pengenceran darah  penurunan
kadar substrat maupun aktifitas enzim :
hemoglobin, hematokrit.
Pada tingkat lanjut akan terjadi peningkatan
ureum dan kreatinin serta enzim-enzim yang
berasal dari otot.
Variasi Circadian Rhythms

 Dalam tubuh manusia terjadi perbedaan kadar


zat-zat tertentu dari waktu ke waktu yang
disebut variasi circadian rhythms.
 Perubahan kadar zat yang dipengaruhi oleh
waktu dapat bersifat linear (garis lurus) seperti
umur
 Dapat bersifat siklus seperti siklus harian
(variasi diurnal), siklus bulanan (menstruasi)
dan musiman.
 Variasi diurnal yang terjadi antara lain :
 Besi serum  Besi serum yang diambil pada sore hari
akan lebih tinggi kadarnya daripada pagi hari.
 Glukosa  Kadar insulin akan mencapai puncaknya pada
pagi hari, sehingga apabila tes toleransi glukosa dilakukan
pada siang hari, maka hasilnya akan lebih tinggi daripada
bila dilakukan pada pagi hari.
 Enzim  Aktifitas enzim yang diukur akan berfluktuasi
disebabkan oleh kadar hormon yang berbeda dari waktu
ke waktu.
 Eosinofil  Jumlah eosinofil menunjukkan variasi diurnal,
jumlahnya akan lebih rendah pada malam hari sampai
pagi hari daripada siang hari.
 Kortisol  kadarnya akan lebih tinggi pada pagi hari
daripada pada malam hari
 Kalium  Kalium darah akan lebih tinggi pada pagi hari
daripada siang hari.
Variasi siklus bulanan umumnya terjadi pada
wanita karena terjadi menstruasi dan ovulasi
setiap bulan.
 Pada masa sesudah menstruasi  penurunan
kadar besi, protein dan fosfat dalam darah
disamping perubahan kadar hormon seks.
 Pada saat ovulasi  peningkatan aldosteron
dan renin serta penurunan kadar kolesterol
darah.
 Umur
Umur berpengaruh terhadap kadar dan aktifitas zat
dalam darah.
 Hitung eritrosit dan kadar hemoglobin jauh lebih
tinggi pada neonatus > dewasa.
 Fosfatase alkali, kolesterol total dan kolesterol-
LDL akan berubah dengan pola tertentu sesuai
dengan pertambahan umur.

 Ras
 Orang kulit hitam lebih rendah daripada orang
kulit putih pada: jumlah lekosit , aktifitas creatin
kinase, aktifitas amylase, kadar vitamin B12 dan
lipoprotein.
 Kehamilan
 Bila pemeriksaan dilakukan pada wanita hamil, pada
saat interpretasi hasil perlu mempertimbangkan masa
kehamilan wanita tersebut.
 Pada kehamilan akan terjadi hemodilusi (pengenceran
darah) yang dimulai pada minggu ke-10 kehamilan dan
terus meningkat sampai minggu ke-35 kehamilan.
 Volume urine akan meningkat 25% pada trimester ke-
3.
 Selama kehamilan akan terjadi perubahan yang
disebabkan karena induksi oleh kehamilan,
peningkatan protein transport, hemodilusi,
peningkatan volume tubuh, defisiensi relative karena
peningkatan kebutuhan atau peningkatan protein fase
akut perubahan kadar hormon kelenjar tiroid,
elektrolit, besi, ferritin, protein total, albumin, lemak,
aktifitas fosfatase alkali, faktor koagulasi dan
kecepatan endap darah.
 Jenis Kelamin
 Berbagai kadar dan aktifitas zat dipengaruhi oleh
jenis kelamin.
 Kadar besi serum dan hemoglobin
berbeda pada wanita dan pria dewasa.
Perbedaan ini akan menjadi tidak bermakna lagi
setelah umur lebih dari 65 tahun.
 Aktifitas CK (Creatine Kinase) dan kreatinin.
Perbedaan ini lebih disebabkan karena massa
otot pria relatif lebih besar daripada wanita.
 Kadar hormon seks wanita, prolaktin, dan
kolesterol-HDL akan dijumpai lebih tinggi pada
wanita.
POKOK BAHASAN II
PERSIAPAN PENGAMBILAN SPESIMEN
PERSIAPAN PENGAMBILAN SPESIMEN
 Spesimen yang memenuhi syarat adalah :
 Jenisnya sesuai dengan pemeriksaan yang akan
dilakukan
 Volumenya mencukupi untuk tiap jenis
pemeriksaan
 Kondisinya layak untuk diperiksa (segar/tidak
kadaluwarsa, tidak berubah warna, steril, tidak
menggumpal)
 Antikoagulan yang digunakan sesuai
 Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat.
Persiapan pasien
• Beritahukan kepada pasien tentang hal-hal apa yang harus
dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh pasien sebelum
dilakukan pengambilan spesimen.
– Persiapan secara umum, seperti : puasa selama 8-10 jam
sebelum pengambilan spesimen (untuk pemeriksaan glukosa
darah puasa, profil lipid, profil besi), tidak melakukan aktifitas
fisik yang berat, tidak merokok, tidak minum alkohol, dsb.
– Jika pasien harus melakukan pengambilan spesimen sendiri
(urin, dahak, faeses), jelaskan tata cara pengambilannya :
kapan harus diambil, bagaimana menampung spesimen dalam
wadah yang disediakan, mencuci tangan sebelum dan setelah
mengambil spesimen, membersihkan daerah genital untuk
pengambilan sampel urin, dsb.
– Jika pengambilan spesimen bersifat invasif (misalnya
pengambilan sampel darah, cairan pleura, ascites, sumsum
tulang, dsb), jelaskan macam tindakan yang akan dilakukan.
Peralatan sampling.
• Pastikan semua peralatan sampling telah disiapkan
sesaat sebelum sampling. Penting untuk
diperhatikan bahwa semua peralatan memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
– bersih
– kering
– tidak mengandung detergent atau bahan kimia
– terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam
spesimen
– steril, apalagi jika spesimen akan diperiksa biakan
(kultur) kuman
– sekali pakai buang (disposable)
– wadah spesimen tidak retak atau pecah, mudah dibuka
atau ditutup rapat, besar/ukurannya sesuai dengan
volume spesimen yang diambil.
Antikoagulan
Antikoagulan adalah bahan kimia yang
dipergunakan untuk mencegah pembekuan
darah.
Umumnya yang digunakan adalah EDTA
(ethylendiamin tetraaceticacid), natrium citrat,
heparin dan natrium fosfat.
Pemilihan antikoagulan harus sesuai dengan
jenis pemeriksaan dan takaran volumenya harus
tepat.
Lokasi sampling.
• Sebelum melakukan sampling, tetapkan lokasi
pengambilan sesuai dengan jenis spesimen yang
diperlukan.
– Darah vena umumnya diambil dari vena median
cubiti pada daerah lengan di lipatan siku bagian
dalam. Vena ini besar, cukup terlihat, paling sedikit
sakit dan kecil kemungkinan memarnya.
– Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis di
daerah pergelangan tangan.
– Darah kapiler diambil dari ujung jari tangan, yaitu
jari tengah atau jari manis. Pada bayi diambil pada
tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki.
– Spesimen untuk biakan kuman diambil pada daerah
yang sedang infeksi, kecuali darah dan cairan otak.
– Sumsum tulang orang dewasa diambil pada tulang
dada dan crista iliaca anterior dan posterior. Pada
anak-anak diambil pada bagian proksimal tibia.
– Lokasi pengambilan spesimen tidak boleh terdapat
luka, hematoma, infeksi, oedema. Untuk
pengambilan spesimen darah, selain tidak dilakukan
pada tempat-tempat tersebut, juga tidak boleh
dilakukan pada daerah dimana darah sedang
ditransfusikan dan intravena lines (infus).
POKOK BAHASAN III
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH
• Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah
dikenal istilah phlebotomy yang berarti proses
mengeluarkan darah.
• Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam
cara memperoleh darah melalui:
 Tusukan vena (venapuncture)
 Tusukan kapiler/kulit (skinpuncture)
 Tusukan arteri (arterypuncture)
Menampung Darah Dalam Tabung
Beberapa jenis tabung sampel darah yang digunakan dalam
praktek laboratorium klinik adalah sebagai berikut :
• Tabung tutup merah. Tabung ini tanpa penambahan zat
additive, darah akan menjadi beku dan serum dipisahkan
dengan pemusingan. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank
darah (crossmatching test)
• Tabung tutup kuning. Tabung ini berisi gel separator (serum
separator tube/SST) yang fungsinya memisahkan serum dan
sel darah. Setelah pemusingan, serum akan berada di bagian
atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya
digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi dan
serologi
• Tabung tutup hijau terang. Tabung ini berisi gel separator
(plasma separator tube/PST) dengan antikoagulan lithium
heparin. Setelah pemusingan, plasma akan berada di bagian
atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya
• Tabung tutup ungu atau lavender. Tabung ini berisi EDTA.
Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap
dan bank darah (crossmatch)
• Tabung tutup biru. Tabung ini berisi natrium sitrat.
Umumnya digunakan untuk pemeriksaan koagulasi (mis.
PPT, APTT)
• Tabung tutup hijau. Tabung ini berisi natrium atau lithium
heparin, umumnya digunakan untuk pemeriksaan
fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.
• Tabung tutup biru gelap. Tabung ini berisi EDTA yang
bebas logam, umumnya digunakan untuk pemeriksaan
trace element (zink, copper, mercury) dan toksikologi.
• Tabung tutup abu-abu terang. Tabung ini berisi natrium
fluoride dan kalium oksalat, digunakan untuk
pemeriksaan glukosa.
• Tabung tutup hitam ; berisi bufer sodium sitrat,
digunakan untuk pemeriksaan LED (ESR).
• Tabung tutup pink ; berisi potassium EDTA,
digunakan untuk pemeriksaan
imunohematologi.
• Tabung tutup putih ; potassium EDTA, digunakan
untuk pemeriksaan molekuler/PCR dan bDNA.
• Tabung tutup kuning dengan warna hitam di
bagian atas ; berisi media biakan, digunakan
untuk pemeriksaan mikrobiologi - aerob,
anaerob dan jamur
Beberapa hal penting dalam menampung
sampel darah
Darah dari syring atau suntikan  dimasukkan
ke dalam tabung dengan cara melepas jarum 
mengalirkan darah perlahan-lahan melalui
dinding tabung.
Memasukkan darah dengan cara disemprotkan,
tanpa melepas jarum  berpotensi hemolisis.
Memasukkan darah ke dalam tabung vakum
dengan cara menusukkan jarum pada tutup
tabung, biarkan darah mengalir sampai berhenti
sendiri ketika volume telah terpenuhi.
 Homogenisasi sampel  jika menggunakan antikoagulan
dengan cara memutar-mutar tabung 4-5 kali atau membolak-
balikkan tabung 5-10 kali dengan lembut.
 Mengocok sampel berpotensi menyebabkan  hemolisis.
 Urutan memasukkan sampel darah ke dalam tabung vakum
adalah :
 pertama - botol biakan (culture) darah atau tabung tutup
kuning-hitam
 kedua - tes koagulasi (tabung tutup biru),
 ketiga - tabung non additive (tutup merah),
 keempat - tabung tutup merah atau kuning (gel separator
atau clot activator)
o tabung tutup ungu/lavendet (EDTA),
o tabung tutup hijau (heparin),
o tabung tutup abu-abu (NaF dan Na oksalat)
PENGAMBILAN DARAH VENA
 Lokasi pengambilan darah vena (venipuncture) :
 vena median cubital, pada anterior lengan (sisi
dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat
dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak
ada pasokan saraf besar.
 vena chepalica
 vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya.
Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan
dengan hati-hati karena letaknya berdekatan
dengan arteri brachialis dan syaraf median.
 vena antebrachialis di daerah pergelangan
tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan
sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang
ukurannya lebih kecil.
 Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah
adalah :
• Lengan pada sisi mastectomy
• Daerah edema
• Hematoma
• Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
• Daerah bekas luka
• Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan
vascular
• Daerah intra-vena lines. Pengambilan darah di
daerah ini dapat menyebabkan darah menjadi
lebih encer dan dapat meningkatkan atau
menurunkan kadar zat tertentu.
Cara dalam pengambilan darah vena :
 Cara manual  dengan menggunakan alat
suntik (syring),
 Cara vakum  dengan menggunakan alat
tabung vakum (vacutainer).
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam
pengambilan darah vena adalah :

Pemasangan turniket (tali pembendung)


pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras 
menyebabkan hemokonsentrasi (peningkatan nilai
hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan kadar
substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid
total)
melepas turniket sesudah jarum dilepas 
menyebabkan hematoma
Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi
penuh  mengakibatkan masuknya udara ke
dalam tabung  merusak sel darah merah.
Penusukan
penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan
masuknya cairan jaringan  dapat mengaktifkan
pembekuan.
Penusukan yang berkali-kali  berpotensi
menyebabkan hematoma.
tutukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke
dalam vena (ekstravasasi)menyebabkan darah
bocor dengan akibat hematoma
Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol
menyebabkan hemolisis sampel akibat
kontaminasi oleh alcohol, rasa terbakar dan
rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika
dilakukan penusukan.
Pengambilan Darah Vena dengan Syring
 Pengambilan darah vena secara manual dengan alat
suntik (syring) merupakan cara yang masih lazim
dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan
tempat-tempat pelayanan kesehatan.
 Alat suntik ini adalah sebuah pompa piston
sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung
silinder, pendorong, dan jarum.
 Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan
mulai dari ukuran terbesar sampai dengan terkecil
adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G.
 Pengambilan darah dengan suntikan ini baik
dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien
dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh
atau kecil).
Prosedur :
 Persiapan alat :
handscoen, syring, perlak, kapas alkohol 70%, tali
pembendung (turniket), plester, tabung dan
pendokumentasian.
Untuk pemilihan syring, pilihlah ukuran/volume sesuai
dengan jumlah sampel yang akan diambil, pilih ukuran
jarum yang sesuai, dan pastikan jarum terpasang dengan
erat.
 Persiapan Pasien :
1. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah;
usahakan pasien senyaman mungkin ( Fase Orientasi).
2. Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di
lembar permintaan.
3. Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi
obat. Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa
dsb.
4. Buat inform concent
 Langkah pengambilan darah
1. Cuci tangan, pakai APD (handscoen, masker, gogle)
2. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang
banyak melakukan aktifitas.
3. Minta pasien mengepalkan tangan.
4. Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di
atas lipat siku.
5. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan
perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena
teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki
dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan
pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau
kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
6. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan
kapas alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah
dibersihkan jangan dipegang lagi.
7. Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan
minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah
yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma
yang diperlukan untuk pemeriksaan.
8. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera
lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa saat lalu
plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum
sebelum turniket dibuka.
9. Rapikan pasien dan lakukan pendokumentasian
10. Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan
minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah
yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma
yang diperlukan untuk pemeriksaan.
11. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera
lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa saat lalu
plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum
sebelum turniket dibuka.
12. Rapikan pasien dan lakukan pendokumentasian
Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum
(Vacutainer)
 Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS
BD (Becton-Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer.
 Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara,
terbuat dari kaca atau plastik.
 Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir
masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika
sejumlah volume tertentu telah tercapai.
 Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang
dihubungkan oleh sambungan berulir. Jarum pada sisi
anterior digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi
posterior ditancapkan pada tabung. Jarum posterior
diselubungi oleh bahan dari karet sehingga dapat mencegah
darah dari pasien mengalir keluar. Sambungan berulir
berfungsi untuk melekatkan jarum pada sebuah holder dan
memudahkan pada saat mendorong tabung menancap pada
jarum posterior.
 Keuntungan :
 Tak perlu membagi-bagi sampel darah ke dalam beberapa
tabung.
 Cukup sekali penusukan, dapat digunakan untuk beberapa
tabung secara bergantian sesuai dengan jenis tes yang
diperlukan.
 Untuk keperluan tes biakan kuman, cara ini juga lebih bagus
karena darah pasien langsung dapat mengalir masuk ke
dalam tabung yang berisi media biakan kuman.
 Kemungkinan kontaminasi selama pemindahan sampel
pada pengambilan dengan cara manual dapat dihindari.

 Kekurangannya
 Sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau
jika vena tidak bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika
pasien gemuk.
 Untuk mengatasi hal ini mungkin bisa digunakan jarum
bersayap (winged needle).
Prosedur :
 Persiapan alat :
• handscoen, jarum, kapas alkohol 70%, tali
pembendung (turniket), plester, tabung vakum,
pendokumentasian.
• Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang
erat.
 Persiapan pasien
1. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan
ramah; usahakan pasien senyaman mungkin.
2. Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan
data di lembar permintaan.
3. Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau
konsumsi obat.
4. Buat inform concent
 Langkah-langkah tindakan :
1. Cuci tangan, pakai APD ( handscoen, masker, gogle )
2. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang
banyak melakukan aktifitas.
3. Minta pasien mengepalkan tangan.
4. Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di
atas lipat siku.
5. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic.
Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi
vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan
memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan
pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau
kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
6. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan
kapas alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah
dibersihkan jangan dipegang lagi.
7. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum
menghadap ke atas. Masukkan tabung ke dalam holder
dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap
pada tabung, maka darah akan mengalir masuk ke dalam
tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir. Jika
memerlukan beberapa tabung, setelah tabung pertama
terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu
seterusnya.
8. Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan
tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali
jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk
pemeriksaan.
9. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera
lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa saat lalu
plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum
sebelum turniket dibuka.
10. Segera rapikan pasien dan lakukan pendokumentasian.
PENGAMBILAN DARAH KAPILER
 Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah
skinpuncture yang berarti proses pengambilan sampel darah
dengan tusukan kulit.
 Tempat yang digunakan untuk pengambilan darah kapiler
adalah :
 Ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun telinga.
 Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit (heelstick)
pada 1/3 bagian tepi telapak kaki atau ibu jari kaki.
 Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya
gangguan peredaran, seperti vasokonstriksi (pucat),
vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb), kongesti atau
sianosis setempat.
 Pengambilan darah kapiler dilakukan untuk tes-tes yang
memerlukan sampel dengan volume kecil, misalnya
untuk pemeriksaan kadar glukosa, kadar Hb, hematokrit
(mikrohematokrit) atau analisa gas darah (capillary
method).
Prosedur :
 Persiapan alat :
• handscoen, lancet steril, kapas alcohol 70%, sediakan
strip (glukosa, Hb dll) , pendokumentasian.
 Persiapan pasien
1. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan
ramah; usahakan pasien senyaman mungkin.
2. Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan
data di lembar permintaan.
3. Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau
konsumsi obat.
4. Buat inform concent
 Langkah-langkah tindakan :
1. Cuci tangan, pakai APD (handscoen, masker, gogle)
2. Pilih lokasi pengambilan sampel lalu desinfeksi dengan kapas
alkohol 70%, biarkan kering.
3. Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan
sedikit supaya rasa nyeri berkurang.
4. Tusuk dengan lancet steril. Tusukan harus dalam sehingga
darah tidak harus diperas-peras keluar. Jangan menusukkan
lancet jika ujung jari masih basah oleh alkohol. Hal ini bukan
saja karena darah akan diencerkan oleh alkohol, tetapi darah
juga melebar di atas kulit sehingga susah ditampung dalam
wadah.
5. Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan
memakai kapas kering, tetes berikutnya boleh dipakai untuk
pemeriksaan.
6. Pengambilan darah diusahakan tidak terlalu lama dan jangan
diperas-peras untuk mencegah terbentuknya clothing.
7. Segera rapikan pasien dan lakukan pendokumentasian.
PENGAMBILAN DARAH ARTERI
 Pengambilan darah arteri adalah suatu tindakan
untuk mengambil darah dari pembuluh arteri
 Tempat pengambilan sampel darah arteri  pada
arteri brachialis, radial atau femoralis, arterial line.
 Tujuan pengambilan darah arteri dilakukan untuk
pemeriksaan analisa gas darah yang digunakan 
mendiagnosa dan mengevaluasi gangguan sistem
pernafasan serta kondisi yang mempengaruhi
efektifitas paru-paru dalam mengirimkan oksigen ke
darah dan mengeleminasi karbondioksida dari
darah.
 Analisa gas darah adalah prosedur untuk menilai
tekanan parsial oksigen, karbondioksida dan pH di
dalam darah arteri.
 Mengidentifikasi arteri untuk pengambilan sampel.
 Arteri yang paling sering unutk pengambilan sampel
termasuk arteri radialis, arteri brachialis, dan arteri
femoralis.
 Syarat area sampling ada tiga faktor utama:
1) mudah untuk mengakses,
2) arteri radialis adalah arteri dangkal dan karena itu
lebih mudah untuk diraba, stabil, dan mudak
ditusuk
3) memiliki jaminan aliran darah.
 Jika kerusakan pada arteri radialis terjadi atau menjadi
terhambat, arteri ulnaris akan memasok darah ke
jaringan biasanya dipasok oleh arteri radial.
 Untuk menilai arteri radialis untuk sampling, harus
melakukan tes Allen dimodifikasi untuk menjamin
patensi arteri ulnaris.
Prosedur :
 Persiapan alat :
1. AGD kit:
 Spuit spesifik untuk mengambil darah yang akan
digunakan untuk analisa gas darah.
 Jarum 20 G 1 ¼ “
 Jarum 22 G 1”
 1 ml ampul carian heparin (1:1000)
2. Sarung tangan
3. Spuit 5 ml
4. Alcohol or poviodine-iodine pad
5. 4x4 gauze pads
6. Penutup karet untuk spuit
7. Label
Persiapan pasien
1. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang
dan ramah; usahakan pasien senyaman
mungkin.
2. Identifikasi pasien dengan benar sesuai
dengan data di lembar permintaan.
3. Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa
atau konsumsi obat.
4. Buat inform concent
Langkah-langkah Tindakan
1. Cek identitas pasien. Beritahu pasien bahwa
anda akan melakukan pengambilan sampel
AGD dan jelaskan tujuan serta prosedurnya.
2. Beritahukan bahwa spesimen akan diambil
dari arteri, jaga privasi klien, dan atur posisi
klien dalam posisi supinasi atau semi fowler.
3. Siapkan peralatan. Beri label syringe dengan
nama pasien, nomor ruangan, nama dokter,
tanggal dan waktu pengambilan, inisial
pelaksana AGD.
4. Beri heparin pada spuit 0,1 ml
5. Cuci tangan dan pakai APD
6. Melakukan tes Allen adalah sebagai berikut :
1) Membendung arteri radialis dan ulnaris
secara bersamaan dengan menekan di kedua
pembuluh darah di pergelangan tangan.
2) Minta pasien untuk mengepalkan tangan dan
melepaskannya sampai kulit terlihat pucat.
3) Lepaskan tekanan arteri ulnaris sementara
mengompresi arteri radial.
4) Perhatikan kembalinya warna kulit dalam
waktu 15 detik  (telapak tangan merah)
• Tes Allen adalah positif (arteri ulnaris memiliki
jaminan aliran darah sehingga arteri radialis
dapat diakses)
7. Membersihkan kulit di area tusukan dengan kapas
alcohol. Tangan klien harus ditekuk
sedikit atau letakkan handuk kecil yang digulung di
bawah pergelangan tangan. Hal ini membawa
arteri radial lebih dekat ke permukaan. Ekstensi
berlebihan pada pergelangan tangan harus
dihindari karena dapat menutup jalan denyut nadi.
8. Palpasi denyutan dengan dua jari (telunjuk dan jari
tengah). Setelah menemukan sensasi denyutan
terkuat, sedikit fiksasi arteri dengan telunjuk dan
jari tengah. Hal ini akan mencegah arteri berubah
posisi ketika dilakukan tusukan.
9. Suntikan harus dengan sudut 45° atau kurang di
tangan berlawanan, seperti memegang pensil atau
sebuah anak panah. Penempatan paralel dekat
jarum tersebut akan meminimalkan trauma arteri
dan memungkinkan serat otot polos untuk
menutup lubang tusukan setelah jarum ditarik.
10. Sementara memfiksasi arteri dan dengan sudut jarum
mengarah ke atas, masukkan jarum ke tepat di bawah
permukaan kulit. Sekarang dorong jarum perlahan-lahan
sampai terlihat denyut berkedip darah di pusat jarum.
Berhenti dan pertahankan posisi ini sampai terkumpul 2-4
cc darah dalam alat suntik.
11. Jika jarum masuk terlalu jauh, tarik perlahan-lahan sampai
mengalir darah ke jarum suntik. Seharusnya tidak perluada
aspirasi darah ke jarum suntik sebab tekanan arteri akan
mengisi otomatis alat suntik. Hanya dalam jika digunakan
jarum gauge kecil (misalnya 25 gauge), atau pasien
hipotensi, sebaiknya dilakukan aspirasi jarum suntik.
12. Setelah mendapatkan jumlah darah yang diinginkan, tarik
jarum dan terapkan tekanan ke area tusukan dengan
ukuran 4 × 4. Setelah tekanan diterapkan selama 2 menit,
periksa area untuk perdarahan, aliran, atau rembesan
darah. Jika ada, terapkan tekanan sampai pendarahan
terhenti. Waktu kompresi lama akan diperlukan untuk
pasien pada terapi antikoagulan atau yang memiliki
gangguan perdarahan.
13.Lepaskan jarum dari alat suntik. Jarum tidak
boleh disumbat, bengkok, atau sengaja dirusak
karena bahaya tusukan diri. Semua jarum harus
ditempatkan dalam wadah tahan tusukan
(umumnya dikenal sebagai wadah benda tajam).
14.Sangat penting bahwa gelembung udara yang
dikeluarkan dari spuit gas darah karena dapat
mengubah hasil gas darah. Pegang jarum suntik
tegak lurus dan tekan jarum suntik dengan
lembut sehingga gelembung udara naik ke bagian
atas jarum suntik sehingga dapat dikeluarkan.
15.Lepas sarung tangan dan lakukan cuci tangan
untuk mencegah penyebaran mikroorganisme
dan lakukan pendokumentasian.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan
tindakan AGD
 Pasien menerima oksigen, pastikan terapi oksigen telah
berjalan sekurang-kurangnya 15 menit sebelum mengambil
gas darah. Indikasikan pada slip lab, jumlah dan tipe terapi
oksigen yang diterima pasien. Catat suhu pasien, level Hb,
dan RR terbaru. JIka pasien memakai ventilator mekanik,
catat fraksi inspirasi oksigen dan tidal volume.
 Pasien tidak memakai O2, indikasikan jika pasien bernafas
dengan udara ruangan.
 Pasien baru saja memakai nebulizer, tunggu hingga 20
menit sebelum mengambil sampel. Konsentrasi oksigen
harus tetap konstan selama 20 menit sebelum pengambilan
sampel.
 Jika order secara spesifik tanpa oksigen, maka matikan gas
selama 20 menit sebelum pengambilan sampel agar
hasilnya akurat.
 Saat menarik spuit untuk mengambil sampel, jika ada
tahanan. Ubah posisi ekstremitas yang dilakukan
tindakan dan cek area tusukan. Lanjutkan
pengambilan darah, jika masih ada tahanan,
beritahukan dokter.
 Jika spesimen yang diambil gelap, darah yang gelap
artinya mungkin vena telah terakses, atau darah
sangat kurang oksigen. Pastikan dari mana specimen
diambil apakah dari arterial line. Juga cek level
saturasi oksigen untuk mengevaluasi hipoksemia.
Pastikan bahwa arterilah yang telah ditusuk sebelum
membawa sampel ke lab.
 Sampel tidak akan diterima oleh laboratorium kecuali
jarum suntik diberi label, kantong es diberi label, dan
permintaan selesai. Untuk dianggap lengkap,
permintaan harus berisi nama pasien, nomor
pendaftaran, tanggal lahir atau usia, pemesanan
dokter, waktu ditarik, F1O2 dan suhu pasien.
POKOK BAHASAN IV
PENGAMBILAN SAMPEL URINE
Hasil pemeriksaan urine dapat memberikan
informasi tentang ginjal,saluran kemih, hati,
saluran empedu, pancreas, dsb.
Namun, untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan yang akurat, diperlukan
specimen yang memenuhi syarat.
Pemilihan jenis sampel urine, teknik
pengumpulan sampai dengan pemeriksaan
harus dilakukan dengan prosedur yang
benar.
Jenis sampel urine :
Urine sewaktu/urine acak (random)
 Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan
setiap saat dan tidak ditentukan secara
khusus.
 Mungkin sampel encer, isotonik, atau
hipertonik dan mungkin mengandung sel
darah putih, bakteri, dan epitel skuamosa
sebagai kontaminan.
 Jenis sampel ini cukup baik untuk
pemeriksaan rutin tanpa pendapat khusus.
Urine pagi
 Pengumpulan sampel pada pagi hari setelah
bangun tidur,
 dilakukan sebelum makan atau menelan
cairan apapun.
 Urine satu malam mencerminkan periode
tanpa asupan cairan yang lama, sehingga
unsur-unsur yang terbentuk mengalami
pemekatan.
 Urine pagi baik untuk pemeriksaan sedimen
dan pemeriksaan rutin serta tes kehamilan
berdasarkan adanya HCG (human chorionic
gonadothropin) dalam urine.
Urine tampung 24 jam
 Urine tampung 24 jam adalah urine yang
dikeluarkan selama 24 jam terus-menerus dan
dikumpulkan dalam satu wadah.
 Urine jenis ini biasanya digunakan untuk
analisa kuantitatif suatu zat dalam urine,
misalnya ureum, kreatinin, natrium, dsb.
 Urine dikumpulkan dalam suatu botol besar
bervolume 1.5 liter dan biasanya dibubuhi
bahan pengawet, misalnya toluene.
Cara pengumpulan urine 24 jam adalah :
 Pada hari pengumpulan, pasien harus membuang
urin pagi pertama. Catat tanggal dan waktunya.
 Semua urine yang dikeluarkan pada periode
selanjutnya ditampung.
 Jika pasien ingin buang air besar, kandung kemih
harus dikosongkan terlebih dahulu untuk
menghindari kehilangan air seni dan kontaminasi
feses pada sampel urine wanita.
 Keesokan paginya tepat 24 jam setelah waktu yang
tercatat pada wadah, pengumpulan urin dihentikan.
 Spesimen urine sebaiknya didinginkan selama
periode pengumpulan.
Wadah Spesimen

 Wadah terbuat dari bahan plastik, tidak


mudah pecah, bermulut lebar, dapat
menampung 10-15 ml urine dan dapat
ditutup dengan rapat.
 Harus bersih, kering, tidak mengandung
bahan yang dapat mengubah komposisi zat-
zat yang terdapat dalam urine.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat
pengumpulan spesimen urine
Pengambilan spesimen urine dapat
dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali
dalam keadaan yang tidak
memungkinkan). Contoh ......
Sebelum pengambilan spesimen,
penderita harus diberi penjelasan tentang
tata cara pengambilan yang benar.
Pasien yang tidak bisa berkemih sendiri perlu
dibantu orang lain (mis. keluarga atau perawat).
 Orang-orang tersebut harus diberitahu dulu
mengenai cara pengumpulan sampel urine;
mereka harus mencuci tangannya sebelum
dan sesudah pengumpulan sampel;
menampung urine midstream dengan baik.
 Untuk pasien anak-anak mungkin perlu
dimotivasi untuk mengeluarkan urine.
 Pada pasien bayi dipasang kantung
penampung urine pada genitalia.
Spesimen urine yang ideal adalah urine pancaran
tengah (midstream)
 aliran pertama urin dibuang dan aliran urine
selanjutnya ditampung dalam wadah yang telah
disediakan 
 pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine
habis.
(Aliran pertama urine berfungsi untuk menyiram
sel-sel dan mikroba dari luar uretra agar tidak
mencemari spesimen urine).
Pasien juga perlu membersihkan daerah
genital sebelum berkemih.
Sebelum dan sesudah pengumpulan urine,
pasien harus mencuci tangan dengan
sabun sampai bersih dan
mengeringkannya dengan handuk, kain
yang bersih atau tissue.
Wanita yang sedang haid harus
memasukkan tampon yang bersih sebelum
menampung spesimen.
 Pada kondisi tertentu, urine kateter juga dapat
digunakan  pasien koma atau pasien gelisah 
diperlukan kateterisasi kandung kemih melalui
uretra.
 Prosedur ini menyebabkan 1 - 2 % risiko infeksi
dan menimbulkan trauma uretra dan kandung
kemih.
 Untuk menampung urine dari kateter, lakukan
desinfeksi pada bagian selang kateter dengan
menggunakan alkohol 70%.
 Aspirasi urine dengan menggunakan spuit
sebanyak 10 – 12 ml.
 Masukkan urine ke dalam wadah dan tutup
rapat. Segera kirim sampel urine ke laboratorium.
Sampel urine Midstream Clean-catch
Biakan kuman dengan sampel ini teliti pada
80% penderita wanita dan hampir 100%
penderita pria,
Urine clean-catch adalah spesimen urin
midstream yang dikumpulkan setelah
membersihkan meatus uretra eksternal.
Urine jenis ini biasanya digunakan untuk tes
biakan kuman (kultur).
Sebelum mengumpulkan urine, pasien harus
membersihkan daerah genital dengan air bersih
atau steril.
Jangan gunakan deterjen atau desinfektan.
Tampung urine bagian tengah ke dalam wadah
yang steril.
Kumpulkan urin menurut volume
direkomendasikan, yaitu 20 ml untuk orang
dewasa dan 5-10 ml untuk anak-anak.
Teknik pengambilan sampel Clean-catch

1. Direct clean-catch
2. Cateter clean-catch
3. Supra-pubic clean-catch
Cara pengambilan sampel urine clean-catch
pada pasien wanita :
 Pasien harus mencuci tangannya dengan memakai sabun lalu
mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue.
 Tanggalkan pakaian dalam, lebarkan labia dengan satu tangan
 Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril dengan
arah dari depan ke belakang
 Bilas dengan air bersih dan keringkan dengan kasa steril yang
lain.
 Selama proses ini berlangsung, labia harus tetap terbuka dan
jari tangan jangan menyentuh daerah yang telah dibersihkan.
 Keluarkan urine, aliran urine yang pertama dibuang. Aliran
urine selanjutnya ditampung dalam wadah steril yang telah
disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine
habis. Diusahakan agar urine tidak membasahi bagian luar
wadah.
 Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium.
Cara pengambilan urine clean-catch
pada pasien pria :
 Pasien harus mencuci tangannya dengan memakai
sabun lalu mengeringkannya dengan handuk, kain
yang bersih atau tissue.
 Jika tidak disunat, tarik preputium ke belakang.
Keluarkan urine, aliran urine yang pertama dibuang.
Aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah
steril yang telah disediakan. Pengumpulan urine
selesai sebelum aliran urine habis. Diusahakan agar
urine tidak membasahi bagian luar wadah.
 Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke
laboratorium
Cara pengambilan urine
Catheter clean-catch
Aspirasi jarum suprapubik transabdominal
kandung kemih
 merupakan cara mendapatkan sampel urine yang paling
murni. Pengumpulan urine aspirasi suprapubik harus
dilakukan pada kandung kemih yang penuh.
 Lakukan desinfeksi kulit di daerah suprapubik dengan
Povidone iodine 10% kemudian bersihkan sisa Povidone
iodine dengan alkohol 70%
 Aspirasi urine tepat di titik suprapubik dengan
menggunakan spuit
 Diambil urine sebanyak ± 20 ml dengan cara aseptik/suci
hama (dilakukan oleh petugas yang berkompenten)
 Masukkan urine ke dalam wadah yang steril dan tutup
rapat.
 Segera dikirim ke laboratorium.
Suprapubic Aspiration

Anda mungkin juga menyukai