Anda di halaman 1dari 8

AKAD/PERJANJIAN KERJASAMA

“SYIRKAH MUDHARABAH”
PENGEMBANGAN GRIYA KOTA BANGUN RANOMEETO

Mukadimah
Allah berfirman (dalam hadits Qudsi) :
“ Aku adalah pihak ketiga (Yang Maha Melindungi) bagi dua orang yang melakukan
syirkah, selama salah seorang diantara mereka tidak berkhianat kepada lawan
syarikatnya. Apabila diantara mereka ada yang berkhianat, maka Aku akan keluar
dari mereka (tidak melindungi) ”
(HR Imam Daruquthni dari Abu Hurairah )

Dengan mengharapkan ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala, pada hari ini :

Hari : Sabtu / Yaumus Sabti


Tanggal : 28 /
Bulan : Mei / Jumaadaal Uulaa
Tahun : 2016 M / 1437 H

Bertempat di Kendari, dengan dihadiri oleh saksi-saksi telah ditandatangani


Akad/Perjanjian Syirkah Inan dari dan antara :

1. SUWARSONO,SE pemegang Kartu Tanda Penduduk (KTP)


nomor:7405081705500002 yang beralamat di Jl. Anggrek Rt.002/Rw.003 Desa
Kota Bangun Kecamatan Ranomeeto yang dalam hal ini bertindak untuk dan atas
nama Pemilik Lahan selaku Syarik (mitra usaha) yang untuk selanjutnya disebut
PIHAK PERTAMA.

2. ZALIMUDIN,SE pemegang Kartu Tanda Penduduk (KTP)


nomor:32710031003820013, yang beralamat di Komp.Bogor Baru No.35
Rt.01/Rw.09 Babakan Sirna Tegallega Bogor, yang dalam hal ini bertindak untuk
dan atas nama Developer Property Syariah selaku Syarik yang untuk
selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

Dalam kedudukannya seperti tersebut di atas, secara sendiri-sendiri disebut sebagai


Pihak dan secara bersama-sama disebut sebagai Para Pihak.

Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan dalam peraturan-peraturan dan


perundang-undangan yang berlaku, Para Pihak sepakat untuk mengikatkan diri
dalam suatu Akad/Perjanjian Syirkah Mudharabah dengan ketentuan dan syarat -
syarat yang saling diterima dengan baik oleh Para Pihak sebagai berikut :

PARAF
PIHAK I PIHAK II

1/8
Pasal 1
KETENTUAN UMUM

Para Pihak telah sepakat mengenai hal-hal sebagai berikut :


1. Perjanjian Kerjasama ini dituangkan mengikuti format Akad Syirkah Mudharabah
dan dijalankan mengikuti kaidah hukum-hukum syariah Islam.
2. Lahan yang dijadikan sebagai Objek Kerjasama ini terletak di Desa Kota
Bangun Kecamatan Ranomeeto Kab. Konawe Selatan
3. Ketentuan pokok hukum syara’ tentang Syirkah Mudharabah termaksud dalam
Mukadimah Akad Syirkah Mudharabah pada Pasal 2 merupakan satu kesatuan
yang tak terpisahkan dan dimaksudkan untuk dijadikan rujukan.

Pasal 2
Mukadimah Akad Syirkah Mudharabah
(KETENTUAN POKOK HUKUM SYARA’ TENTANG SYIRKAH
MUDHARABAH )

1. Syirkah adalah partnership (kerjasama) antara dua orang atau lebih untuk
melakukan aktivitas finansial dalam rangka mendapatkan keuntungan.
2. Syirkah mudhârabah adalah syirkah antara dua pihak atau lebih dengan
ketentuan, satu pihak memberikan konstribusi kerja (‘amal), sedangkan pihak
lain memberikan konstribusi modal (mâl) atau salah satu pihak memberikan
kontribusi amal sekaligus modal sedangkan pihak lainnya hanya memberikan
kontribusi amal saja.
3. Akad Syirkah Mudharabah harus dilakukan melalui ijab dan qabul antara pihak-
pihak yang berakad, dan di dalamnya harus jelas aktifitas fmudharabahsial atau
usaha yang disepakati.
4. Legalitas syar’i Syirkah Mudharabah diantaranya disandarkan kepada sabda
Rasul:

»‫احبَ ُهفَ ِإذَا َخانَ ُه َخ َرجْ ت ُ ِم ْنبَ ْينِ ِه َما‬


ِ ‫ص‬َ ‫وُل َ َناثَا ِلثُالش َِّري َك ْينِ َمالَ ْميَ ُخ ْنَأ َ َح ُد ُه َما‬
ُ ُ‫«إِنَّاللَّ َهيَق‬
Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman: Aku adalah pihak ketiga dari dua pihak yang ber-
syirkah selama salah satunya tidak mengkhianati yang lainnya. Kalau salah satunya
berkhianat, Aku keluar dari keduanya. (HR. Abu Dawud, al-Baihaqi, dan ad-Daruquthni).
5. Dalam syirkah Mudharabah, kewenangan melakukan tasharruf hanyalah menjadi
hak pengelola (mudhârib/‘âmil). Pemodal tidak berhak turut campur dalam
tasharruf. Namun pengelola terikat dengan syarat yang ditetapkan pemodal.
6. Syirkah dibangun di atas asas profit and loss sharing yakni pembagian
keuntungan dan kerugian. Sharing keuntungan dan kerugian itu dilakukan
mengikuti kaedah seperti yang diriwayatkan oleh Abdurrazaq bahwa Ali bin Abi
Thalib berkata:

َ‫علَ ْي ِه‬ َ ‫ص‬


َ ‫طلَ ُح ْوا‬ ْ ِ‫الر ْب ُح َعلَى َماا‬
ِ ‫و‬، َ ُ‫ا َ ْل َو ِض ْي َعة‬
َ ‫علَىا ْل َما ِل‬

PARAF
PIHAK I PIHAK II

2/8
Kerugian itu berdasarkan harta (modal) sedangkan keuntungan berdasarkan apa yang
mereka (para syarik yang bersyirkah) sepakati (lihat, Abdurrazaq, Mushannaf ‘Abd ar-
Razâq, hadits no 15087, viii/248, al-Maktab al-Islami, Beirut, 1403)
Kaedah ini diketahui oleh para sahabat dan tidak ada yang mengingkari
sehingga hal itu menjadi kesepakatan bahwa kaedah ini adalah benar menurut
syariah. Kaedah (hukum) ini juga dipegangi oleh asy-Sya’bi, al-Hasan, Ibn Sirin,
Qatadah, al-Hakam, Hamad, Thawus, Ibrahim, Abu Qilabah dan lainnya (lihat,
Abdurrazaq, Mushannaf ‘Abd ar-Razâq, viii/248 dst, al-Maktab al-Islami, Beirut.
1403; Ibn Abiy Syaibah, Mushannaf Ibn Abiy Syaybah, iv/477-478, Maktabah ar-
Rusyd, Riyadh. 1409).
7. Dalam syirkah mudhârabah, Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan di antara
pemodal dan pengelola modal, sedangkan kerugian ditanggung hanya oleh
pemodal. Namun pengelola modal turut menanggung kerugian, jika kerugian
itu terjadi karena kesengajaannya atau karena melanggar syarat-syarat yang
ditetapkan oleh pemodal.
8. Tanggungjawab dalam pengelolaan syirkah adalah tanggungjawab para
pengelola secara bersama-sama tanpa ada perbedaan. Dalam praktek
menjalankan syirkah dimungkinkan adanya pembagian tugas diantara para
pengelola, meski secara tanggungjawab mereka tetap sama.
9. Dalam syirkah terkandung asas amanah dan wakalah dimana diantara para syarik
saling mengamanahkan dan mewakilkan. Karena itu keputusan yang dibuat oleh
salah seorang pengelola tidak boleh dianggap sebagai keputusan personal
tetapi secara syar’iy merupakan keputusan syirkah atau para pengelola.
10. Jangka waktu syirkah adalah jangka waktu yang disepakati oleh para syarik
ketika akad untuk berlangsungnya kerjasama usaha tersebut dimana pada akhr
jangka waktu itu bisa dilakukan peninjauan uang secara total atau sebagian
terhadap akad syirkah untuk kemudian bisa dilanjutkan kembali baik tanpa atau
disertai perubahan isi akad, atau akad syirkah tersebut dibubarkan. Dalam
semua itu disertai dengan penghtungan rugi laba dan pembagian keuntungan.
11. Selama jangka waktu syirkah itu dimungkinkan untuk disepakati untuk dibagi
dalam periode yang lebih pendek untuk penghitungan rugi laba dan pembagian
keuntungan, dan syirkah terus berjalan tanpa perlu diperbarui akadnya.
12. Akad syirkah merupakan ‘aqdun mustamirrun yaitu akad yang berlangsung
selama jangka waktu tertentu dan seolah-olah akad tersebut terus diperbarui
seiring bergulirnya waktu.
13. Akad syirkah termasuk ‘aqdun jâ`izun yaitu akan yang tidak mengikat kedua
pihak dalam arti masing-masing pihak boleh membatalkan akad sesuai
keinginannya tanpa bergantung kepada persetujuan pihak lain. Namun jika
pembatalan itu minimal diduga kuat akan mendatangkan dharar kepada pihak
lainnya, maka pembatalan itu sesuai kaidah dharar tidak boleh dilakukan.
14. Jika salah seorang syarik mundur, maka harus dilakukan penghitungan rugi laba
dan pembagian keuntungan. Selanjutnya syirkah bisa dilanjutkan untuk para
syarik yang tidak mengundurkan diri tanpa harus dilakukan akad baru, hanya
saja perlu dilakukan penyesuaian yang diperlukan misalnya dalam hal komposisi
modal dan besaran sharing keuntungan dikarenakan berkurangnya syarik dari

PARAF
PIHAK I PIHAK II

3/8
jumlah semula sehingga berkonsekuensi terjadi perubahan pada jumlah dan
komposisi modal dan besaran sharing keuntungan.
15. Dalam akad syirkah semua syarik dimungkinkan menetapkan syarat terhadap
mereka dengan ketentuan syarat tersebut tidak bertentangan dengan syariah.
16. Modal syirkah bisa berupa uang atau harta selain uang. Jika berupa harta selain
uang maka pada saat akad harus ditentukan nilai nominalnya sehingga bisa
dilebur dengan modal keseluruhan menjadi satu kesatuan. Modal tersebut harus
diserahkan pada saat akad, tidak boleh diutang.
17. Selama berlangsungnya syirkah dimungkinkan dilakukan perubahan klausul
akad, perubahan modal, besaran sharing keuntungan, dan masuknya syarik
baru, tentu dengan disertai perubahan dan penyesuaian yang diperlukan.

Pasal 3
RUANG LINGKUP USAHA

1. Para Pihak sepakat untuk melakukan kerjasama pengembangan Cluster Griya


Kota Bangun dimana PIHAK PERTAMA bertindak sebagai Pemodal Lahan dan
PIHAK KEDUA bertindak sebagai Pengelola Proyek property (Developer) dengan
sistem syariah.
2. Pengembangan jenis usaha baru atau perluasan ruang lingkup usaha akan
ditentukan melalui keputusan bersama para syarik.

Pasal 4
PENGELOLA DAN PENGELOLAAN SYIRKAH

1. Dalam syirkah ini, yang bertindak sebagai Pengelola adalah PIHAK KEDUA.
Sehingga kewenangan melakukan tasharruf (pengelolaan) menjadi hak PIHAK
KEDUA.
2. PIHAK PERTAMA berhak mengajukan usulan dan saran-saran kepada PIHAK
KEDUA untuk kemajuan dan perbaikan proyek/bisnis yang dijalankan
3. Para Pihak telah sepakat bahwa Project ini akan dikelola dengan menggunakan
konsep Developer Property Syariah yakni Tanpa Pembiayaan Bank, Tanpa Riba,
Tanpa Denda, Tanpa Asuransi, Tanpa Sita dan Tanpa Akad Bermasalah.
4. PIHAK KEDUA berkewajiban untuk mengerahkan segala daya upaya terbaik
dengan berlandaskan syariah Islam untuk memajukan usaha/bisnis yang
dijalankan demi tercapainya keuntungan yang maksimal bagi Para Pihak.
5. PIHAK KEDUA berhak untuk mengatur konsep dan strategi pengembangan
proyek sesuai dengan prinsip-prinsip dan hukum-hukum syariah dengan
memperhatikan usulan dan saran-saran dari PIHAK PERTAMA
6. Para Pihak sepakat bahwa demi menjaga kemaslahatan kedua belah pihak maka
perjanjian ini akan diperkuat dengan dilakukannya Perjanjian Kerjasama (PKS)
dihadapan Notaris.
7. PIHAK PERTAMA bersedia menyerahkan Sertifikat/Surat-surat Asli Tanah untuk
dititip ke Notaris sampai masa peralihan kepemilikan.
8. Untuk Kelancaran pengelolaan usaha, PIHAK PERTAMA bersedia untuk
memberikan surat kuasa kelola kepada PIHAK KEDUA berupa Surat Kuasa

PARAF
PIHAK I PIHAK II

4/8
Mengurus Perijinan, Surat Kuasa Memecah Sertifikat, Surat Kuasa Bangun dan
Surat Kuasa Jual.
9. Sebagai bentuk transparansi pengelolaan usaha maka PIHAK KEDUA akan
menyampaikan laporan dan informasi-informasi yang terkait dengan
perkembangan proyek secara periodik setiap 6 (enam) bulan sekali
10. Para Pihak sepakat untuk mengadakan pertemuan/rapat evaluasi paling sedikit
bulan 6 (enam) sekali.

Pasal 5
PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1. Keputusan strategis dalam pengelolaan syirkah diputuskan secara kolegial atau


bersama-sama oleh Para pihak.
2. Keputusan yang bersifat operasional usaha menjadi kewenangan kewenangan
PIHAK KEDUA sebagai Pengelola Usaha.
3. Keputusan yang dibuat oleh masing-masing syarik dalam konteks pengelolaan
syirkah berkedudukan sebagai keputusan para syarik atau keputusan syirkah.

Pasal 6
PENYERTAAN DAN PENGEMBALIAN MODAL

1. Modal Syirkah Mudharabah dari Pihak Pertama berupa lahan seluas 1.275 m2
dengan harga Rp.250.000/m2 senilai Rp 318.750.000,-. (terbilang : tiga ratus
delapan belas juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah)
2. Pengembalian Modal atas lahan akan diberikan dalam bentuk pembangunan 1
unit rumah type 72/78 model Townhouse.
3. Pembangunan Unit untuk PIHAK PERTAMA Paling lambat 1 Tahun sejak
penandatangan Akad
4. Biaya-biaya lain yang timbul atas pengelolaan proyek akan ditanggung oleh
PIHAK KEDUA selaku Pengelola Project

Pasal 7
PEMBAGIAN KEUNTUNGAN/KERUGIAN

1. Pembagian keuntungan/profit hasil usaha Syirkah Mudharabah ini dibagikan


kepada para syarik berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK.
2. PARA PIHAK telah menyepakati bahwa persentasi/porsi pembagian keuntungan
usaha Syirkah Mudharabah ini adalah sebagai berikut:
a. Pihak Pertama mendapatkan porsi pembagian sebesar 20 % dari keuntungan
bersih.
b. Pihak Kedua mendapatkan porsi pembagian sebesar 80 % dari keuntungan
bersih.
3. Keuntungan bersih dihitung dari pendapatan kotor yang bersumber dari
penjualan unit rumah dikurangi biaya-biaya operasional syirkah.
4. Pembagian keuntungan dilakukan setiap 6 bulan sekali terhitung sejak proyek
mengalami BEP (Break Event Point).
5. Pembagian kerugian dalam Syirkah Mudharabah ini dilakukan berdasarkan
ketentuan syariah, yaitu sebagai berikut ;
a. Kerugian finansial ditanggung oleh Pihak Pertama selaku Pemodal, Namun
pengelola turut menanggung kerugian finansial, jika kerugian itu terjadi

PARAF
PIHAK I PIHAK II

5/8
karena kesengajaannya atau karena melanggar syarat-syarat yang ditetapkan
oleh pemodal. Namun hakikatnya dalam skema bisnis ini kerugian dari Pihak
Pertama tidak mungkin terjadi karena modal yang disetorkan dalam bentuk
tanah.
b. Kerugian non finansial, seperti tenaga, waktu dan pikiran ditanggung oleh
PIHAK KEDUA selaku Pengelola.
6. Apabila terjadi keadaan dimana konsumen/pembeli rumah tidak dapat
memenuhi kewajiban pembayaran maka Para Pihak akan melakukan hal-hal
sebagai berikut:
a. Secara bersama-sama melakukan upaya terbaik agar konsumen tetap bisa
memenuhi kewajibannya
b. Apabila Konsumen tetap tidak mampu membayar kewajibannya maka akan
dilakukan eksekusi agunan/jaminan yang pelaksanaannya mengikuti
ketentuan hukum syara’.

Pasal 8
JANGKA WAKTU DAN PERIODE SYIRKAH

1. Para Pihak telah menyepakati jangka waktu Syirkah Mudharabah berlaku sejak
ditandatanganinya akad Syirkah Mudharabah ini, yaitu ….., Mei 2016 sampai
dengan proyek selesai.
2. Proyek dianggap selesai apabila telah selesai serah terima rumah dan telah
selesai seluruh kewajiban kewajiban pembayaran konsumen. Jika proyek selesai
dalam waktu 10 tahun (dikarenakan skema jual kredit hingga 10 tahun) maka
kerjasama berlaku hingga selesainya tagihan konsumen.
3. Dalam hal proyek perumahan dan seluruh unit rumah habis terjual maka tidak
menghilangkan hak-hak Para Pihak untuk mendapat sisa pembagian laba yang
masih tersisa dari pembayaran angsuran/cicilan dari konsumen.
4. Pada masa berlaku jangka waktu akad Syirkah ini dimungkinkan untuk:
a. Dilakukan peninjauan ulang terhadap klausul-klausul akad Syirkah Mudharabah
ini baik secara total atau sebagian untuk kemudian Syirkah Mudharabah ini bisa
dilanjutkan kembali baik tanpa atau disertai perubahan isi akad.
b. Dilakukan pembubaran Syirkah.
c. Pada masing-masing kondisi yang disebutkan pada pasal 8.3.a dan 8.3.b,
disertai dengan penghitungan rugi laba dan pembagian keuntungan.

Pasal 9
PERUBAHAN AKAD

Selama berlangsungnya Syirkah dimungkinkan untuk dilakukan perubahan klausul


akad Syirkah Mudharabah ini sesuai kesepakatan PARA PIHAK dengan tetap mengacu
kepada ketentuan hukum syara’.

PARAF
PIHAK I PIHAK II

6/8
Pasal 10
PENGUNDURAN DIRI SYARIK ATAU PENAMBAHAN SYARIK BARU

1. Selama berlangsungnya akad Syirkah Mudharabah ini, setiap Syarik boleh


mengundurkan diri setelah disetujui pihak lainnya dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan tanpa mengganggu keberlangsungan proyek.
2. Dalam hal ada sebagian Syarik mengundurkan diri maka:
a. Apabila Pihak Pertama mengundurkan diri karena sesuatu hal maka
diperbolehkan setelah mendapat persetujuan oleh Pihak Kedua dan telah ada
investor yang membeli lahan tersebut. Adapun mengenai persyaratan lainnya
dapat ditetapkan kemudian sesuai keputusan Para Pihak.
b. Penghitungan rugi laba, pembagian keuntungan dan pengembalian modal
dilakukan pada akhir periode dimana Syarik mengundurkan diri. Hal itu untuk
kemudahan manajemen syirkah khususnya dari sisi keuangan.
c. Syirkah Mudharabah ini akan terus dilanjutkan untuk para Syarik yang tidak
mengundurkan diri disertai penyesuaian yang diperlukan terutama dalam hal
komposisi modal dan porsi pembagian keuntungan, kecuali jika para Syarik
memutuskan lain (pembubaran syirkah).
3. Selama berlangsungnya Syirkah Mudharabah ini juga dimungkinkan adanya
penambahan modal atau peningkatan andil modal oleh Para Pihak.
4. Selama berlangsungnya Syirkah Mudharabah ini dimungkinkan terjadinya
masuknya Syarik baru atas persetujuan Para Pihak dengan disertai penyesuaian
yang diperlukan khususnya dalam hal komposisi modal dan porsi pembagian
keuntungan. Masuknya orang baru tidak mengurangi porsi keuntungan Pihak
Pertama.

Pasal 11
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

1. Apabila ada hal-hal yang belum diatur dan/atau belum cukup diatur dalam
Akad/Perjanjian ini akan dimusyawarahkan dan hasilnya akan dituangkan dalam
lembaran berita acara atau dibuatkan Addendum Perjanjian yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini.

2. Apabila terjadi perselisihan antara kedua pihak sehubungan dengan akad


syirkah ini, Para Pihak sepakat untuk menyelesaikannya secara kekeluargaan-
/musyawarah untuk mencapai mufakat yang hasilnya akan dituangkan dalam
suatu Addendum Akad/Perjanjian yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Akad/Perjanjian ini.

3. Apabila kesepakatan tidak bisa dilakukan dengan jalan musyawarah, maka


kedua pihak bersepakat untuk menunjuk seorang arbitrator yang bertindak
sebagai penengah yang memenuhi syarat antara lain : faqih dalam pengetahuan
agama Islam (fiqih muamalah dan ekonomi syari’ah), memliki kredibilitas,
netralitas dan independen sebagai penengah untuk menyelesaikan perselisihan
dimaksud. Segala yang diputuskan oleh arbitrator bersifat final dan mengikat
(final and binding).

PARAF
PIHAK I PIHAK II

7/8
Pasal 12
LAIN-LAIN

1. Akad ini dibuat PARA PIHAK dalam keadaan sadar tanpa tekanan dari pihak
manapun.
2. Dokumen ini dibuat dalam 2 (dua) rangkap yang memiliki kekuatan hukum yang
sama. Masing-masing salinan dipegang oleh setiap orang syarik.

Khatimah
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan cara yang
bathil dan janganlah kamu membawa urusan itu kepada hakim supaya dapat memakan sebagian
harta benda orang lain, dengan jalan berbuat dosa, padahal kamu mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah : 188)

Yang Bersyirkah

Kendari, 28 Mei 2016

Pihak Pertama, Pihak Kedua,

(SUWARSONO,SE ) (ZALIMUDIN,SE)

Saksi – saksi :

Saksi 1 Saksi 2

( SUWARJONI,S.Sos.I ) ( SUTRISNO,ST. )

PARAF
PIHAK I PIHAK II

8/8

Anda mungkin juga menyukai