Anda di halaman 1dari 5

Charityfio Brian A.

1746071021

Tugas UTS

Subnasional dan Paradiplomasi

Paradiplomasi Gagauzia, Republik Moldova

❖ PENDAHULUAN

Saat ini urusan luar negeri tidak hanya dilakukan oleh negara-sentris, tetapi aktor lain seperti
kota dan negara bagian (kabupaten, distrik, prefektur, provinsi, daerah, atau wilayah). Semua
memiliki otoritas dan kapasitas untuk membentuk dinamika dunia dan membentuk aturan
sementara mereka menyangkal ruang dan sumber daya diri mereka sendiri untuk
memperbesar dan melindungi konstituensi mereka.

Kota dan negara adalah aktor internasional baru. Jika komunitas internasional selalu sadar
akan ekonomi mempengaruhi beberapa negara bagian atau wilayah yang menggunakan
kebijakan luar negeri untuk meningkatkan otonomi internal mereka (seperti Gaugazia atau
Catalonia), hari ini fenomena ini jauh lebih luas. Entitas subnasional dengan demikian dapat
dianggap kurang sebagai wilayah tetapi sebagai ruang di mana arus global - modal, informasi,
orang, barang, layanan saling silang dan menguatkan. Realitas yang mengejutkan adalah di
antaranya tiga puluh ekonomi terbesar di dunia yang diberi peringkat berdasarkan produk
domestik bruto (PDB), dua belasnya adalah subnasional (regional atau kota).1

Negara bagian dan kota yang merupakan mesin pertumbuhan di tingkat dasar, di mana
transisi dari kebijakan ke praktik menjadi paling terlihat. Di negara-negara di seluruh dunia,
pemerintah daerah sekarang harus memenuhi kebutuhan konstituensi dan wajah mereka
pengawasan konstan. Proses desentralisasi pemerintahan transfer sumber daya, tanggung

1
Rodrigo Tavares. Cities and States as Global Players. Oxford University Press. Hlm. 4.
jawab, atau wewenang ke bawah dari pemerintah nasional ke pemerintah daerah adalah
kecendrungan global yang kuat.

Artikel ini memaparkan studi kasus diplomasi sub-nasional di wilayah pasca-Soviet (negara
pecahan soviet). Lalu, menggambarkan kegiatan paradiplomasi dari Gagauzia wilayah otonom
di Republik Moldova dan mengisi jajaran studi kasus yang jumlahnya semakin banyak yang
menyoroti keragaman kegiatan diplomatik sub-nasional di seluruh dunia. Ini mengilustrasikan
pentingnya mengkonseptualisasikan perilaku negara-negara luar yang mendukung atau
mendorong kegiatan paradiplomatik. Dengan kasus Gagauzia, kegiatan paradiplomasi baru-
baru ini telah menghasilkan konflik dengan pusat (Chisinau) , karena Rusia telah bertindak
sebagai pelindung kegiatan paradiplomasi untuk melemahkan upaya integrasi pemerintah
pusat Moldova di Eropa. Pertanyaan penelitian yang signifikan untuk artikel ini merupakan,
Apa motif utama daerah Gagauzia melakukan paradiplomasi ?

❖ PEMBAHASAN

Kegiatan paradiplomasi biasanya terdorong oleh ambisi politik nasional dan sehubungan
dengan pemerintahan pusat yang muncul sebagai penentu yang berpengaruh. Unit sub-
nasional biasanya terlibat dalam melakukan paradiplomasi untuk tujuan ekonomi, budaya
atau identitas dan politik. 2 Tetapi, dalam kasus Gagauzia, adanya ketidakmampuan untuk
memisahkan motivasi-motivasi ini secara empiris. Fakta bahwa suatu daerah memfokuskan
kegiatan paradiplomasi untuk menarik investasi, seperti mempromosikan motivasi ekonomi
dan politik. Sebaliknya, mengembangkan ikatan dengan etnis atau linguistik di luar negeri bisa
membawa serta harapan finansial mereka sebagai keuntungan yang berlanjut. Ini biasanya
yang membuat motivasi paradiplomasi sering tercampuradukkan, apalagi ketika unit sub-
nasional yang memiliki identitas yang berbeda dengan pemerintahan pusat seperti halnya
daerah Gagauzia dengan Chisinau.3 Poin penting dari paradiplomasi juga yaitu keinginan

2
Francisco Aldecoa and Michael Keating. Paradiplomacy in Action: The Foreign Relations of Subnational
Governments. Routledge. Hlm. 5.
3
Cristian Cantir. Russian-Backed Paradiplomacy in the ‘Near Abroad’: Gagauzia, Moldova and the Rift over
European Integration. The Hague Journal of Diplomacy. Hlm. 265.
untuk menggunakan kegiatan asing untuk membangun dan menegaskan identitas suatu
wilayah.

Andre Lecours, menyatakan poin yang sangat penting bahwa adanya peluang untuk kegiatan
paradiplomasi adalah kesediaan negara-negara yang secara aktif mencari hubungan
diplomatik dengan pemerintah daerah. Lalu, kegiatan paradiplomatik tidak akan ada tanpa
adanya keinginan ‘pihak lain’ untuk menerimanya dan sangat mungkin bahwa motivasi
tersebut sebagai target ataupun pelindung (backing up) kegiatan paradiplomasi sama
rumitnya dengan motivasi dari unit sub-nasional yang terlibat didalamnya.4 Paradiplomasi
tersebut dapat menjadi faktor penting dalam membentuk konsekuensi kegiatan sub-nasional
untuk hubungan antara pusat. Negara pelindung akan merasa bermanfaat untuk mendorong
kegiatan paradiplomasi, bahkan kegiatan yang mengarah pada konfrontasi antara daerah dan
pusat, sehingga tercapai tujuan kebijakan luar negerinya. Dalam kasus ini, seperti dorongan
negara Rusia terhadap kegiatan paradiplomasi Gagauzia.5

Secara historis, Negara Republik Moldova meraih kemerdekaan dari Uni Soviet pada tahun
1991, dan memiliki masalah konflik separatis. Pemberontak yang didukung oleh Rusia
memenangkan perang saudara dan wilayah saat itu Transnitria (sekarang Gagauzia) menjadi
daerah yang memiliki otonom yang kebijakan luar negeri maupun dalam negeri dilaksanakan
tanpa pengaruh dari ibukota Chisinau. Dengan otonominya, Gagauzia melakukan
paradiplomasi nya dengan daerah di Ukraina, Odessa Oblast yang memiliki kedekatan
geografis dan memiliki kaum minoritas etnis Gagauz disana. Gubernur Gagauzia meminta
untuk bekerjasama dalam perdagangan, ekonomi,budaya, ilmiah, dan akademik.6 Ini pun
terlihat bahwa Gagauzia memiliki identitas dengan konsisten melakukan paradiplomasi yang
termotivasi oleh ikatan persaudaraan etnis Gagauz.

Dengan memiliki hubungan wilayah yang baik dengan ibukota Rusia, Moskow, secara
tradisional, baik sebelum runtuhnya Uni Soviet, dan sesudahnya. Hubungan paradiplomasi
Gagauzia dengan Rusia sama-sama solid, yang berakar dari penegasan identitas Russophile di
daerah Gagauzia. Konsisten dengan motif paradiplomasinya yang menunjukkan bahwa

4
Andre Lecours. Paradiplomacy. Hlm. 103.
5
Cristian Cantir. Russian-Backed Paradiplomacy in the ‘Near Abroad’: Gagauzia, Moldova and the Rift over
European Integration. The Hague Journal of Diplomacy. Hlm. 267.
6
Ibid. Hlm. 271.
kegiatan paradiplomasinya memilih target berdasarkan hubungan kultural dan linguistik.
Mengingat bahasa Rusia yang mendominasi di daerah Gagauzia merupakan unsur yang
penting. Pemerintah Daerah Gagauzia, telah banyak menandatangani berbagai perjanjian
perdagangan, pendidikan, ilmiah, dan budaya dengan kota Moskow, Tatarstan, Penza Oblast,
Nizhegorod Oblast, Pskov Oblast, dan kota Saints-Petersburg.7 Lalu, Rusia juga menjanjikan
sejumlah janji untuk Gagauzia seperti memberikan bantuan dalam memodernisasi beberapa
cabang industri Gagauzia dan memberikan pelatihan bagi para pendidik dan pekerja sosial.
Ini pun semakin membuat pembangunan Gagauzia terkonstruk oleh entitas politik Rusia.

Ikatan daerah Gagauzia dengan ibukota Chisinau pun tidak terlalu baik. Ibukota Chisinau yang
pro terhadap integrasi Eropa (Uni Eropa), sedangkan daerah Gagauzia yang pro terhadap
serikat pabeanan Rusia. Gubernur daerah Gagauzia, memiliki alasan yang menurutnya tepat,
yaitu lebih baik bekerjasama dengan Rusia yang secara geografis dekat dan memiliki potensi
yang dapat memaksimalkan perkembangan ekonomi yang baik, tidak hanya itu elit-elit politik
Gagauzia pun sangat pro terhadap Rusia dengan memiliki pandangan ‘Euroskeptis’.
Paradiplomasi Gagauzia terhadap Rusia, sangat dikritik oleh ibukota Chisinau yang pro
terhadap Uni Eropa, berbeda dengan daerah Gagauzia, ibukota Chisinau melihat potensi jika
bergabung dengan integrasi Uni Eropa, negara Moldova akan menyatu dengan Rumania.8

Menjelang akhir 2014, hubungan antara ibukota Chisinau dan daerah Gagauzia statusnya
menjadi terus bermusuhan. Embargo yang dilakukan Rusia terhadap Moldova, karena
pemerintahan pusat terus mengadakan konsolidasi dengan Brussels sebagai delegasi Uni
Eropa, semakin memperburuk hubungan dengan daerah Gagauzia. Kegiatan paradiplomasi
daerah Gagauzia sangat terlihat dan disorot ketika Gagauzia mengancam untuk adanya
ancaman separatisme dari Republik Moldova. Walaupun Brussels menawarkan akan
memberikan dana yang melimpah dan memberikan otonom yang lebih luas terhadap daerah
Gagauzia dan sangat berkomitmen, tetap saja Moskow lebih unggul mengingat kerjasamanya
telah lama dijalin dengan Gagauzia. Terlebih lagi, kehadiran adanya media Rusia di daerah
Gagauzia, yang memfasilitasi kontrol yang lebih baik, terutama dengan arah tujuan kebijakan
luar negerinya. Semakin tertanam unsur Russophile dalam identitas paradiplomasi Gagauzia.9

7
Ibid. Hlm. 273.
8
Ibid, Hlm. 277.
9
Ibid. Hlm. 281.
❖ PENUTUP

Pengaruh aktor sub-nasional dalam perkembangannya semakin besar, dan biasanya kegiatan
paradiplomasi yang termotivasi dengan fokus terhadap aspek ekonomi, budaya, dan identitas
daerah. Namun, dalam kasus paradiplomasi Gagauzia, terlihat kelemahannya dalam
memisahkan motivasi tersebut. Lebih mengembangkan unsur etnis dan linguistik dengan luar
negeri yang diharapkan akan melahirkan keuntungan yang berlanjut.

Dalam melihat motivasi paradiplomasi Gagauzia, dan memiliki hubungan tradisional yang
baik, Moskow sebagai ibukota Rusia mendukung aktivitas tersebut dan menjadi peluang
untuk lebih memberikan pengaruh Rusia dan menjadi negara pelindung di daerah negara
Republik Moldova itu. Hubungan yang tidak baik dengan pemerintahan pusat, ibukota
Chisinau semakin memperkuat aktivitas paradiplomasi Gagauzia. Paradiplomasi Gagauzia
yang kuat karena ‘diback-up’ oleh Rusia membuat daerah Gagauzia mengancam dengan
adanya separatisme menjadi dilema yang dialami oleh pemerintahan Republik Moldova.

Penulis menyimpulkan motif utama dari paradiplomasi Gagauzia merupakan unsur etnis dan
linguistiknya dan menjadi sumber kekuatannya untuk dekat dengan Rusia atau indikasi untuk
adanya gerakan separatis. Namun, akibat dari paradiplomasi tersebut, Gagauzia terlihat
seperti menjadi senjata politik Rusia di negara Republik Moldova. Yang hingga saat ini,
paradiplomasi yang dilakukan oleh Gagauzia malah menimbulkan konfrontasi, penulis
mengkategorikan aktivitas ini dalam dimensi separatism paradiplomacy tidak seperti
ceremonial, atuapun single-themed Paradiplomacy yang biasanya dilakukan oleh aktor sub-
nasional yang lain di dunia.10

10
Alexander S. Kuznetsov. Theory and Practice of Paradiplomacy. Routledge. Hlm. 50-51.

Anda mungkin juga menyukai