Oleh :
KENY DESTIANA
6211171004
HUBUNGAN INTERNASIONAL
2019
THE SYMPHONY OF FRIENDSHIP SEBAGAI BENTUK DIPLOMASI
KEBUDAYAAN INDONESIA DENGAN SELANDIA BARU
KENY DESTIANA-6211171004-HI’17’A
Abstract
Pendahuluan
Diplomasi dan kebudayaan adalah dua bidang yang saling tergantung dan
terjalin secara erat. Kebudayaan merupakan dasar/landasan maupun sebuah alat,
tujuan kegiatan-kegiatan diplomasi. Diplomasi budaya boleh dikatakan tidak hanya
penerapan, pemberdayaan kebudayaan untuk memperbaiki perilaku diplomasi, tetapi
juga menggunakan diplomasi untuk menghormati dan melestarikan kebudayaan.
diplomasi budaya adalah sebuah kumpulan dari “national policy designed to support
the export of representative sample of that nation’s culture in order to further the
objectives of foreign policy”. Definisi tersebut juga dapat diinterpretasikan sebagai,
“any policies designed to encourage public opinion to influence a foreign
government and its attitudes towards the sender”, di mana diplomasi budaya
menekankan penggunaan budaya sebagai modal utamanya dan secara natural
memberikan ruang untuk pastisipasi yang lebih luas. Diplomasi budaya menggunakan
hasil-hasil kebudayaan sebagai manifestasi utamanya, misalnya, melalui promosi
kebudayaan yang dimiliki oleh suatu negara, melalui mode pertukaran edukasi, seni
dan budaya populer (literatur, musik, dan film). Banyak dari instrumen diplomasi
budaya ini yang masih dipergunakan hingga saat ini. Diplomasi budaya adalah contoh
utama dari soft power. Budaya, terutama yang menarik bagi masyarakat lain, adalah
salah satu sumber penting dari soft power. Diplomasi budaya menawarkan sesuatu
yang tidak dapat ditawarkan oleh diplomasi politik, ekonomi, dan terutama diplomasi
militer; kemampuan untuk meyakinkan pihak lain melalui budaya, nilai-nilai, serta
ide; dan tidak melalui kekerasan dengan menggunakan kapabilitas militer, politik,
maupun ekonomi. Walaupun diplomasi budaya tidak dapat diukur secara kuantitatif,
diplomasi budaya dapat beroperasi di dunia, di mana power tersebar ke seluruh
negara-negara di dunia dan saling ketergantungan sebagai etos kerjanya.1
1
Van Kim Hoang Ha, 2016, “PERAN DIPLOMASI BUDAYA DALAM MEWUJUDKAN KOMUNITAS SOSIAL-
BUDAYA ASEAN: KASUS VIETNAM”, Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. X, No. 1,
jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/khazanah/article/view/1069/990, 7 Januari 2019.
2
Ibid,
c. Diplomasi budaya beroperasi dalam rentang waktu yang panjang sehingga dapat
menghubungkan pihak-pihak dari kelompok yang berkonflik, bahkan pada keadaan
hubungan diplomatik yang negatif. Oleh karena itu, diplomasi budaya dapat bertindak
sebagai satu-satunya solusi yang efektif ketika muncul ketegangan dan konflik.
3
Umar Suryadi Bakry, ”Faktor Kebudayaan dalam Teori Hubungan Internasional”, hal. 11,
https://ojs.uph.edu/index.php/JHIV/article/download/574/pdf, 7 Januari 2019.
negerinya (dua lainnya adalah keamanan dan ekonomi), sebuah trend yang pertama
kali dikembangkan oleh PM Noboru Takeshita. Salah satu elemen kunci dari kegiatan
pertukaran budaya adalah promosi acara-acara budaya Jepang di luar negeri, dan
program ekstensif pertukaran pelajar telah memungkinkan mahasiswa asing untuk
memasuki dan mengenal kebudayaan Jepang dalam jumlah besar dan dalam waktu
cukup lama.4
Sebagai bentuk persahabatan antara Indonesia dan Selandia Baru, KBRI untuk
Wellington menggagas konser persahabatan bertajuk Symphony of Friendship yang
digelar di Opera House Wellington. Selain untuk mempererat persahabatan, konser
ini juga ingin menjadi jembatan untuk melahirkan pemahaman kepada dunia bahwa
Indonesia adalah bagian dari regional Pasifik, bagian dari masyarakat Melanesia dan
Polynesia. Konser yang di awali dengan menyanyikan lagu kebangsaan kedua negara,
"God Defend New Zealand" dan "Indonesia Raya", yang dinyanyikan oleh paduan
suara anak-anak, Wellington Young Voice dan Orchestra Wellington. Setelah itu
Ketua Parlemen kedua negara secara bergantian menyampaikan sambutan yang
didahului oleh Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo, lalu dilanjutkan oleh Ketua
Parlemen Selandia Baru, Trevor Mallard. Keduanya secara khusus mengapresiasi
konser persahabatan ini sebagai upaya dalam merekatkan hubungan bangsa kedua
negara. Sebanyak 1.300 orang hadir untuk menyaksikan konser dengan suasana yang
4
Akira Iriye. 1997. Cultural Internationalism and World Order. New York: John Hopkins University
Press, hal. 167. Dalam Umar Suryadi Bakry, ”Faktor Kebudayaan dalam Teori Hubungan
Internasional”, hal. 12, https://ojs.uph.edu/index.php/JHIV/article/download/574/pdf, 7 Januari
2019.
begitu hangat ini. Selain itu, acara ini juga dihadiri oleh Menteri Kehakiman Selandia
Baru Andrew Little dan tokoh-tokoh masyarakat Maori.5
Kesimpulan
5
Andika Aditia, 2018, “Konser Persahabatan Indonesia-Selandia Baru Menggema di Opera
House Wellington”,
https://entertainment.kompas.com/read/2018/11/10/140528410/konser-persahabatan-
indonesia-selandia-baru-menggema-di-opera-house, 7 Januari 2019.
Persahabatan dalam hubungan Indonesia dengan Selandia Baru dengan
gagasan diplomasi budaya akan berdampak pada kelanjutan hubungan negara, seperti
diplomasi ekonomi, kerja sama bilateral, dan banyak lagi keuntungan kedua negara
dengan kerekatan persahabatan yang dijalin untuk menjaga harmonisasi di masa yang
akan datang.
Daftar Pustaka
Andika Aditia, 2018, “Konser Persahabatan Indonesia-Selandia Baru Menggema di
Opera House Wellington”,
https://entertainment.kompas.com/read/2018/11/10/140528410/konser-persahabatan-
indonesia-selandia-baru-menggema-di-opera-house, 7 Januari 2019.
Van Kim Hoang Ha, 2016, “Peran Diplomasi Budaya Dalam Mewujudkan
Komunitas Sosial-Budaya Asean: KasusVietnam”, Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol.
X, No. 1, jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/khazanah/article/view/1069/990, 7
Januari 2019.