Anda di halaman 1dari 16

DIPLOMASI BUDAYA MELALUI SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL

SUNDA

Muhammad Zidan Danu ( 180610190010), Muhammad Zaid Thufail Ramadhani (


180610190019 ), Gina Tri Ambarwati ( 180610190020 )

Program Studi Sastra Jepang


Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran

muhammad19045@mail.unpad.ac.id
zaid19001@mail.unpad.ac.id
gina19002@mail.unpad.ac.id

Abstrak
Artikel ini berisikan tentang bagaimana pemerintah Indonesia melakukan kegiatan diplomasi melalui
pendekatan soft power diplomacy. Seperti yang kita ketahui Indonesia merupakan negara majemuk yang
memiliki keberagaman budaya dimana setiap budaya memiliki ciri khas masing-masing. Melihat hal
tersebut pemerintah Indonesia menyadari bahwasanya keberagaman budaya yang dimiliki Indonesia
merupakan nilai jual tersendiri yang dimiliki oleh Indonesia. Oleh karena itu pemerintah aktif melakukan
dan melaksanakan kegiatan diplomasi budaya demi meraih kepentingan negara. Khususnya kesenian
tradisional sunda yang sudah mendunia. Dimana pemerintah juga aktif mengajak masyarakat dan juga
pelaku kesenian tradisional untuk bekerjasama dan turut andil dalam melakukan kegiatan diplomasi
budaya melalui pertunjukan kesenian tradisional, seperti pertunjukan musik tradisional, pertunjukan
wayang, dan pertunjukan tari tradisional.
Kata kunci : diplomasi budaya, soft power diplomacy, sunda, kesenian tradisional

Abstract
This article is about how the Indonesian government carries out diplomatic activities through a soft power
diplomacy approach. As we know Indonesia is a pluralistic country that has cultural diversity where each
culture has its characteristics. Seeing this, the Indonesian government realizes that Indonesia's cultural
diversity is its selling point. Therefore, the government actively conducts and carries out cultural
diplomacy activities to achieve the interests of the state. Especially the traditional Sundanese arts that
have been worldwide. Where the government is also active in inviting the public and also traditional arts
actors to cooperate and take part in carrying out cultural diplomacy activities through traditional art
performances, such as traditional music performances, wayang performances, and traditional dance
performances.
Keyword : cultural diplomacy, soft power diplomacy, sundanese, traditional arts

PENDAHULUAN
Diplomasi merupakan alat bagi hubungan antar bangsa yang terus berkembang. Dalam
kegiatan diplomasi, budaya merupakan salah satu instrumen pendukung dalam pelaksanaan
diplomasi yang disebut juga dengan diplomasi budaya. Diplomasi budaya dapat menciptakan
citra suatu bangsa sehingga terciptanya rasa kepercayaan negara dengan prestasi juga potensi
negara tersebut. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap kepentingan suatu negara di berbagai
sektor, seperti ekonomi, politik, pendidikan dan citra suatu negara. Di masa kini, praktik
diplomasi merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh negara untuk mencapai kepentingan
nasionalnya. Negara membentuk kebijakan luar negeri untuk meningkatkan citra dan reputasinya
sehingga dalam jangka panjang dapat menghasilkan pembangunan berkelanjutan dalam berbagai
bidang (Perwita & Yani, 2006: 11).
Duta besar Indonesia untuk Polandia, Dra. Siti Nugraha Mauludiah, MIA, mengatakan
“Diplomasi budaya merupakan senjata terkuat dalam diplomasi” ketika beliau mengunjungi
perayaan Dies Natalis ke-61 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran. Diplomasi budaya
telah banyak dilaksanakan oleh berbagai negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Sebagai
negara majemuk dengan keberagaman suku, ras, agama, dan bahasa. Keberagaman tersebut
tentunya memiliki ciri khas-nya masing-masing. Keberagaman budaya tentu menjadi daya tarik
tersendiri bagi masyarakat dunia terhadap Indonesia. Salah satu kebudayaan Indonesia yaitu
kebudayaan tradisional Suku Sunda telah terkenal di kancah internasional. Beberapa kebudayaan
tradisional seperti Angklung, Wayang Golek, dan Tari Tradisional Sunda seringkali ditampilkan
dalam acara atau festival kebudayaan Internasional.
Khodaverdi & Shahmohammadi (2017) menyatakan bahwa konsep budaya mampu
dipergunakan untuk menganalisa isu-isu internasional yang bersifat politis. Dengan kekayaan
budaya yang Indonesia miliki dapat terlihat pada banyaknya budaya yang dimanfaatkan sebagai
objek pariwisata yang terdaftar di United Nations of Education, Scientific and Cultural
Organisation (UNESCO). Pemerintah Indonesia membangun sebuah Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPKN) 2010-2025 dengan visi “Terwujudnya
Indonesia sebagai negara tujuan pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan, mampu
mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat” (Kemenpar, 2010). Terdapat 6 pilar
yang membangun Destinasi Pariwisata Nasional, diantaranya: 1. Perwilayahan Pembangunan
DPN; 2. Pembangunan Daya Tarik Wisata; 3. Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata; 4.
Pembangunan Prasarana Umum, Fasilitas Umum, dan Fasilitas Pariwisata; 5. Pemberdayaan
Masyarakat melalui Kepariwisataan; 6. Pengembangan investasi di bidang Pariwisata.
Di dalam pelaksanaannya pemerintah mengadakan acara atau festival kebudayaan
terutama kebudayaan Sunda yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi masyarakat
internasional dengan tetap melibatkan masyarakat lokal dan para pelaku budaya. Seperti, dalam
acara perayaan Hari Raya Idul Fitri di London pada tahun 2018 Kedutaan Besar Indonesia di
London secara khusus menghadirkan seniman musisi eksperimental sunda Kang Iman Jimbot,
mengadakan Festival Internasional Babylon di Irak dan program pertukaran budaya the 32nd
Annual Asian American Coalition of Chicago Conference (AAACCC). Selain itu, kebudayaan
tradisional Sunda juga ditampilkan dalam acara penanda 60 tahun hubungan diplomatik
Indonesia dengan Sri Lanka pada tahun 2013 dan peringatan 70 tahun hubungan diplomatik
Indonesia-Inggris pada tahun 2019.
Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya Indonesia untuk melakukan
diplomasi budaya melalui Soft Power Diplomacy. Dalam melakukan hubungan internasional,
power merupakan hal penting bagi suatu negara dalam meraih kepentingannya, dengan kata lain
power merupakan kemampuan untuk membuat seseorang untuk melakukan apa yang dia
inginkan. Hal tersebut menurut Joseph Nye (2004, 256) bersumber pada “cultural attraction,
ideology, and international institutions” dan diasumsikan sebagai “the ability of a state to get
other countries to want what it wants” dan “ability to get what you want through attraction rather
than coercion or payments.” Cara diplomasi memerlukan stick (paksaan) atau carrots
(iming-iming) untuk menggerakkan seseorang menuruti arahan kita. Selain itu, juga dapat
dengan cara bekerja sama (Joseph Nye, 2008:27).
Soft Power merupakan pendekatan yang didasarkan pada kemampuan untuk dapat
membentuk preferensi pihak lain. Pendekatan ini cenderung menggunakan aset-aset intangible
(tak kasat mata) seperti kepribadian, kebudayaan, dan nilai-nilai. Soft Power mempengaruhi
pikiran dan hati pihak lain tanpa paksaan dan ketakutan yang dihasilkan dari Hard Power.
Sumber Soft Power berasal dari tiga hal, yaitu nilai- nilai politik, kebijakan, dan budaya (Joseph
Nye, 2004). Dalam artikel ini penulis akan menjelaskan apa saja diplomasi budaya melalui
pendekatan soft power yang sudah dilakukan oleh Indonesia.

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif umumnya dipilih karena dapat mendeskripsikan
secara sistematis karakteristik subjek dan objek penelitian secara tepat dan berdasarkan fakta
yang nyata.
Sedangkan pendekatan kualitatif dinilai lebih cocok untuk mencari tahu lebih dalam apa
saja bentuk atau contoh diplomasi budaya melalui seni pertunjukan Sunda. Seperti dikatakan
David Williams (1995) dalam buku Lexy Moleong menyatakan: “Bahwa penelitian kualitatif
adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan
dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah” (Moleong, 2007:5).
Teknik Pengumpulan Data
Peneliti juga melakukan pencarian informasi dan bahan-bahan melalui sumber-sumber
tertulis untuk melengkapi informasi yang diteliti pada penelitian ini.
Studi literatur
Dalam studi literatur ini penulis mengacu pada sistem kepustakaan terbuka dimana
bahan-bahan didapatkan melalui berbagai bahan bacaan seperti makalah, jurnal, dan skripsi.
Penelusuran Data Online/ Internet Searching
Internet Searching merupakan teknik pengumpulan yang mengandalkan sumber bacaan
yang ada di internet dengan bantuan teknologi yang dapat memudahkan dalam proses pencarian
bahan bacaan. Mencari data di internet bisa dilakukan dengan cara searching, browsing, dan
downloading.
Studi Lapangan
Dalam penelitian perlu adanya data-data penunjang dan relevan yang dijadikan sebagai
data dalam penelitian yang dilakukan, salah satu caranya adalah dengan melalui wawancara.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Seni Pertunjukan Musik Tradisional
Dengan keberagaman suku dan budaya yang memiliki ciri khasnya masing-masing tentu
memiliki daya tarik tersendiri tak terkecuali dibidang musik tradisional. Melalui pendekatan soft
power diplomacy, pemerintah Indonesia sering mengadakan kegiatan festival budaya. Dalam
festival budaya tersebut juga turut mengajak para pelaku seni tradisional dan masyarakat lokal
dalam membantu pemerintah untuk melaksanakan festival budaya. Selain dapat menarik minat
masyarakat mancanegara dengan adanya festival budaya juga dapat mensejahterakan para pelaku
budaya dan kesenian tradisional di berbagai bidang.
Angklung merupakan alat musik yang terbuat dari bambu yang telah diakui oleh
UNESCO. Sudah banyak festival-festival pertunjukan musik Angklung yang diselenggarakan di
dalam maupun luar negeri, Saung Angklung Udjo salah satunya. Saung Angklung Udjo dapat
dibilang sebagai salah satu destinasi wisata budaya Indonesia yang sudah mendunia. Dengan
tujuan untuk melestarikan budaya angklung, keberadaan Saung Angklung Udjo memberikan
dampak yang besar bagi sektor ekonomi kreatif, pariwisata dan diplomasi Indonesia. Saung
Angklung Udjo yang didirikan oleh Udjo Ngalagena yang merupakan murid dari seniman
angklung Garut, Daeng Soetigna. Daeng Soetigna sendiri pernah melakukan pertunjukan dalam
acara Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955.

Gambar 1. Keseruan Festival Kampung Indonesia 2019, Stockholm, Swedia


Sumber : Kemlu.go.id

Sejak dahulu Saung Angklung Udjo selalu turut serta dalam melaksanakan kegiatan
diplomasi melalui pendekatan soft power. Pada tahun 1982 Saung Angklung Udjo mengadakan
pertunjukan di Den Haag, Belanda. Pada tahun 1985 mengadakan pertunjukan di Kepulauan
Solomon, tahun 1988 di Riyadh, 1995 di Jepang dan 1996 di London. Lebih jauh lagi Saung
Angklung Udjo juga melakukan kerjasama kemitraan dengan institusi-institusi dalam rangka
pengembangan angklung dan mengimplementasikan kurikulum angkung di komunitas seni di
berbagai negara seperti di Korea, Jepang dan Australia. Dimana pada tahun 2001 Saung
Angklung Udjo diundang untuk memberikan pengetahuan dan pelatihan mengenai angklung di
Fukuoka, Jepang. Pada tahun 2004 Saung Angklung Udjo meraih penghargaan “Heritage and
Cultural Gold Award” di Pulau Jeju, Korea Selatan. Sedangkan pada 2017 , 2018, dan 2019
berhasil tampil di ajang Festival Kampung Indonesia, Stockholm, Swedia.

Gambar 2. Seniman Sunda Iman Jimbot memeriahkan suasana Idul Fitri 1439 H yang
digelar Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di London, Inggris, Jumat (15/6). (Dok.
KBRI London)

(Sumber:cnnindonesia.com)

Selain Saung Angklung Udjo juga masih banyak pelaku kesenian sunda yang juga turut
membantu pemerintah dalam melaksanakan diplomasi budaya, salah satunya kang Iman Jimbot.
Kang Iman Jimbot merupakan seniman musisi tradisional sunda yang telah melakukan
pertunjukan di lebih dari 27 negara. Berawal dari kerja sama Universitas Padjadjaran dengan
Monash University, kang Iman Jimbot yang tergabung dalam tim kesenian UNPAD melakukan
workshop di Australia. Selanjutnya beliau mulai aktif melakukan kolaborasi dengan seniman-
seniman mancanegara. Di tahun 2018, beliau bersama tim “Jimbot & Friends” diundang oleh
Kedutaan Besar Indonesia di London untuk memeriahkan perayaan Idul Fitri.
Seni Pertunjukan Wayang
Seperti yang kita tahu, wayang golek merupakan salah satu kekayaan budaya yang
dimiliki oleh Indonesia. Kesenian yang berasal dari Jawa Barat tersebut juga sering tampil di
kancah internasional sebagai seni pertunjukan sekaligus aktivitas diplomasi.
Gambar 3. Perayaan hubungan diplomatik Indonesia-Sri lanka ke-60 pada tahun 2013 di Gedung
Merdeka Bandung

Berdasarkan gambar 3, wayang golek pernah digunakan sebagai penanda 60 tahun


hubungan diplomatik Indonesia dengan Sri Lanka pada tahun 2013. Dalam merayakan hal
tersebut, Indonesia dan Sri lanka mengadakan sebuah seminar bertema “Hubungan dan
Persamaan Budaya Indonesia - Sri Lanka'' yang dilaksanakan di Gedung Merdeka Bandung.
Dalam acara tersebut, diadakan pula kolaborasi antara wayang golek yang didalangi oleh Batara
Sena dari Padepokan Giri Harja III Bandung dan Ruukada Puppet yang didalangi oleh seniman
dari Srilangka bernama Ms Sulochana Dissnayake. Perayaan 60 tahun Indonesia-Srilanka ini
tentunya diharapkan menjadikan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Srilangka menjadi
lebih erat dan lebih kuat.

Gambar 4. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy memberikan karangan bunga untuk
para seniman yang ikut memeriahkan acara malam pentas seni kolaborasi seniman Indonesia dan Inggris
dalam acara peringatan HUT ke-70 Hubungan Diplomatik Indonesia dan Inggris di London, Senin
(17/6/2019)
(Sumber : ANTARA/Zeynita Gibbons)

Berdasarkan gambar 4, wayang golek juga ditampilkan dalam peringatan 70 tahun


Hubungan diplomatik Indonesia-Inggris pada tahun 2019. Dalam acara tersebut, Wayang golek
ditampilkan bersamaan dengan wayang kulit dan kolaborasi tiga grup musik gamelan dari Jawa,
Bali, dan Sunda yang dikemas dalam malam pentas seni dan budaya Indonesia. Pertunjukan
gamelan Bali dari kelompok Lila Cita, gamelan Jawa oleh Southbank Gamelan Player dan
gamelan Sunda oleh Sekar Enggal, juga disertai penampilan ensemble dari grup Kyai Fatahillah
pimpinan Iwan Gunawan. Pentas seni yang dilaksanakan di Gedung Kesenian Cadogan Hall
London ini berhasil memukau sekitar 800 penonton. Malam pentas seni dan budaya itu pula
dimeriahkan dengan pemutaran film dokumenter tentang lebih dari 400 tahun hubungan antara
Kepulauan Indonesia dan Kepulauan Inggris dengan menggunakan musik dan pemandangan
tradisi budaya dari berbagai pulau di Indonesia.

Gambar 5. Direktur Utama PT Pupuk Kujang Nugraha Budi Eka Irianto menerangkan filosofi wayang
golek pada Menlu Laos Saleumxay Kommasith
(Sumber : Dinamika Jabar/Dadang Aripudin)

Berdasarkan gambar 5, wayang golek pernah dijejerkan dalam acara penyambutan


Menteri Luar Negeri Laos Saleumxay Kommasith dalam acara penjajakan investasi pendirian
industri pupuk di Laos dalam kunjungan ke Pabrik Pupuk Kujang Cikampek yang diadakan oleh
Direksi PT Pupuk Kujang pada tahun 2017. Menlu Saleumxay mengaku sangat terkesan dengan
budaya yang dimiliki oleh negara Indonesia. Selain itu, Menlu dan rombongan disambut pula
dengan tari Jaipongan. Menlu Saleumxay meminta kepada direksi PT Pupuk Kujang untuk
membawa seni tradisional dan kearifan yang ada di Jawa Barat untuk dibawa ke Laos untuk
tujuan mempertunjukkan berbagai kesenian tersebut. H Ade Cahya selaku manager humas PT
Pupuk Kujang mengatakan bahwa PT tersebut sudah membiasakan memperkenalkan budaya
Jawa Barat kepada tamu-tamu kehormatan dalam acara kunjungan delegasi bilateral dari negara
lain.

Sering kali wayang golek dipertunjukkan di luar negeri. Seperti contoh yang lain wayang
golek diikutsertakan dalam festival internasional pemuda di kota Antalya, Turki. Pihak Indonesia
sendiri diwakili oleh grup kesenian dari museum wayang DKI Jakarta. Dalam acara tersebut,
Tantan Sugandi yang diamanahkan menjadi dalang membawakan cerita singkat mengenai
Ramayana. Duta Besar RI untuk Turki pada saat itu Nahari Agustini mengatakan bahwa acara ini
menjadi salah satu upaya untuk mempererat dan memperkuat hubungan kerjasama
Indonesia-Turki yang pada saat itu memiliki kedekatan dalam kemitraan strategis.

Gambar 6. Penampilan Wayang Golek Multimedia dari Indonesia (RCAK BKK Team).

Berdasarkan gambar 6, Kementerian Kebudayaan Thailand menyelenggarakan ASEAN


Puppet Festival di Bangkok pada tanggal 18-26 April 2017. Acara tersebut merupakan bagian
dari perayaan Kota Rattanakosin yang telah berusia 235 tahun dalam pemerintahan Kerajaan
Thailand. Latar belakang penyelenggaraan acara tersebut tidak lain karena Negara ASEAN
memang dikenal memiliki seni budaya wayang yang beragam dan unik. Direktorat Warisan dan
Diplomasi Budaya, dan Direktorat Jenderal Kebudayaan pada Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan sebagai penanggungjawab program diplomasi Indonesia memiliki niat untuk tidak
hanya berpartisipasi saja pada acara tersebut melainkan harus ditentukan secara strategis karena
negara kita mempunyai beragam wayang seperti wayang golek, wayang kulit, wayang suket,
wayang potehi, dan lain-lain.Oleh karena itu, Indonesia memutuskan untuk menampilkan
pertunjukan wayang kontemporer yang berjudul Wayang Golek Multimedia. Tim Madya
Pujangga asal Bandung dipercaya untuk mementaskannya dalam acara tersebut. Menurut Asep
Ganjar Wiresna selaku ketua tim mengatakan bahwa pertunjukan wayang golek dengan
gabungan elemen multimedia ini diharapkan membuat pertunjukan dalam acara ini semakin
menarik. Selain itu tujuan lainnya adalah untuk menarik perhatian generasi milenial yang
diyakini sangat jarang menonton acara wayang. Selama acara tersebut, Wayang Golek
Multimedia tampil sebanyak tiga kali. Penampilannya mendapat sambutan yang meriah dari
warga yang ada di Bangkok dan juga berhasil memukau komunitas wayang dari Thailand dan
para peserta dari negara-negara ASEAN yang lain.

Seni Pertunjukan Tari Tradisional

Untuk menjadikan Indonesia terkenal di berbagai negara juga dapat dilakukan dengan
menampilkan tari tradisional Indonesia. Dalam rangka memperkenalkan dan memperjuangkan
tari tradisional, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia seringkali mengadakan acara atau
festival kebudayaan dan workshop tari baik di kawasan Asia maupun di luar Asia yang
menampilkan tari tradisional, salah satunya ialah tarian Sunda.

Seperti, di festival yang diselenggarakan di Irak, yaitu Festival Internasional Babylon, tari
Jaipong dan Rampak Gendang sudah beberapa kali ditampilkan oleh tim kesenian Indonesia.
Pada festival tersebut, sebanyak 15.000 penonton terpukau dengan gerakan tari dan bunyi
Rampak Gendang yang dinamis. Selain itu, di Amerika Serikat berbagai program pertukaran
budaya Indonesia secara rutin diselenggarakan. Bahkan, pada tahun 2011 ditetapkan hari
pertukaran seni budaya antara Amerika dengan Indonesia yang akan diperingati setiap tahun
yaitu tanggal 12 Maret. Penetapan tersebut ditetapkan oleh walikota Amerika Serikat St Louis.
Adanya penetapan hari pertukaran seni budaya tersebut karena meningkatnya hubungan seni
budaya antar seniman Indonesia dengan seniman Amerika Serikat. Salah satu program
pertukaran budaya yang telah diselenggarakan ialah the 32nd Annual Asian American Coalition
of Chicago Conference (AAACCC). Program yang diselenggarakan pada 28 Februari 2015 ini
bertempat di Indonesian American Community of Illinois (IACI) dengan tema E Pluribus Unum,
Bhinneka Tunggal Ika. Pada penutupan program, ditampilkan Tari Merak oleh tim kesenian
KJRI Chicago.
Gambar 7. Workshop Tari di Wina, Austria

(Sumber : www.industry.co.id/ )

Kegiatan workshop tari yang umumnya dilaksanakan bersamaan dengan acara atau
festival kebudayaan juga sangat didukung oleh pemerintah. Dalam kegiatan ini, proses
pengenalan tarian Indonesia akan lebih efektif dan akan menguntungkan kedua negara, karena
proses pengenalan tarian masing-masing negara dapat dilakukan secara bergantian. Pelaksanaan
workshop tari di berbagai negara sahabat, terlaksana dengan rasa antusiasme yang tinggi dari
mahasiswa atau masyarakat negara tersebut. Di Jepang, tepatnya di Japan Indonesia Partnership
Lounge KBRI Tokyo, diadakan workshop budaya lantaran melihat antusiasme para mahasiswa
Pembelajar dan Pengajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) Universitas Keio
Kampus Shonan Fujisawa, Kanagawa dalam mempelajari budaya Sunda. Sehingga Kedutaan
Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo menyelenggarakan “Indonesia Day: Pesona Seni
Budaya Jawa Barat”. Dalam acara yang dibuka oleh Duta Besar RI untuk Jepang Heri Akhmadi
ini, para mahasiswa disuguhi penampilan Tari Jaipong dan dipersilakan untuk mempelajari Tari
Jaipong secara langsung. Selain di Jepang, pelaksanaan workshop tari juga dilaksanakan oleh
KBRI di Wina, Austria. Meskipun harus secara virtual karena masih dalam masa Pandemi Covid
19, tetapi pelaksanaan workshop tetap dapat berjalan lancar. Workshop bertema Pagelaran Tari
Jaipong ini bekerja sama dengan Yayasan Hapsari Citra Indonesia, Perwakilan Indonesia di
Wina. Teknis pelaksanaan workshop virtual ini adalah peserta workshop akan mengikuti
gerakan Tari Jaipongan yaitu Mojang Midang, karya Endang Caturwati yang dipraktekkan oleh 3
orang penari melalui aplikasi Zoom Meeting.
Peran masyarakat Indonesia terutama yang tergabung dalam kelompok tari dapat
dilakukan dengan mengikuti lomba tari, festival kebudayaan Internasional, dan seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya yaitu berpartisipasi dalam workshop tari. Kelompok tari ini dapat
berasal dari sanggar tari, komunitas, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), sekolah, dan lain
sebagainya. Di Indonesia, terdapat banyak sanggar tari yang tersebar di berbagai daerah. Sebagai
contoh, Sanggar Tari Ayodya Pala dan Sanggar Tari Madaloka. Sanggar Tari Ayodya Pala sangat
aktif dan konsisten dalam melestarikan dan mengembangkan tari tradisional Indonesia, termasuk
tarian sunda. Sanggar ini terkenal karena sudah banyak berpartisipasi dalam lomba dan festival
kebudayaan Internasional yang diadakan di berbagai negara. Selain itu, pada tahun 2021 sanggar
yang sudah bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri Indonesia ini pun berhasil didaulat
menjadi anggota Council Dance International (CID) UNESCO, dengan nomor keanggotaan
26619. Council Dance International (CID) merupakan organisasi Internasional non-pemerintah
bagi semua jenis tarian di dunia yang didirikan pada tahun 1973 dan termasuk dalam organ
UNESCO.

Lalu, Sanggar Tari Madaloka. Pada tahun 2020, sanggar tari ini berpartisipasi dalam
acara Open Dag 2020 atau Cultuurspoor Best di kota Best, Belanda dengan menampilkan dua
tarian, yaitu Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur dan Tari Merak dari Jawa Barat. Open Dag
merupakan kegiatan tahunan yang secara rutin diadakan di kota-kota Belanda. Pada Open Dag
2020, dihadiri pula oleh KBRI Den Haag bersama Kemendikbud RI. Dengan berpartisipasinya
Indonesia pada kegiatan rutin tahunan ini, menandai secara resmi dibukanya program kursus
Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) tingkat dasar dan kursus tari tradisional Indonesia
di kota Best.

Gambar 8. LISES Unpad menampilkan Tari Ronggeng Panggung pada “SSRU Dance Festival”
yang digelar di kampus Suan Sunandha Rajabhat University, Thailand
(Sumber : www.unpad.ac.id/)

Selain dari sanggar tari, kelompok tari dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di
Universitas juga dapat mengikuti lomba dan festival kebudayaan Internasional. Salah satunya
ialah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Padjadjaran yaitu Lingkung Seni Sunda
(LISES). Di UKM ini mempelajari berbagai macam tarian sunda, seperti Tari Jaipong, Tari
Merak, Tari Makalangan, dan lain-lain. Pada tahun 2015, LISES mendapat kesempatan untuk
tampil di Kagoshima Asian Youth Arts Festival di Jepang. Dalam festival tersebut, LISES
menampilkan Tari Ronggeng Panggung. Tarian ini diciptakan oleh Oga Wilantara, yaitu salah
seorang seniman Sunda dan alumni LISES Unpad. Lalu, pada tahun 2019, kembali mendapat
kesempatan untuk tampil di Thailand dalam acara “1st Folk Contemporary Festival” di Valaya
Alongkorn Rajabhat University dan festival “SSRU Dance Festival” di Suan Sunandha Rajabhat
University (SSRU). Di dua universitas tersebut, penari dari LISES menampilkan dua tarian yaitu
Tari Ronggeng Panggung dan Tari Makalangan. Tidak hanya tampil, LISES juga mengadakan
workshop tari yang diikuti oleh mahasiswa kedua universitas tersebut. Pada workshop tari
tersebut, LISES mengajarkan Tari Helaran kepada mahasiswa Thailand dan begitupun
sebaliknya, mahasiswa Thailand pun mengajarkan tarian Thailand kepada para penari LISES.

Dengan diselenggarakannya berbagai macam lomba, festival, dan workshop kebudayaan


Internasional secara rutin, bukan tidak mungkin jika penggemar dan pelajar kebudayaan
Indonesia dari negara manapun akan meningkat. Bahkan, saat ini sudah banyak Warga Negara
Asing (WNA) yang menjadi penari tarian tradisional Indonesia. Meskipun begitu, pelestarian tari
tradisional Indonesia salah satunya tarian Sunda tetap harus dilakukan oleh Warga Negara
Indonesia (WNI) terutama para generasi muda Indonesia.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Sebagai upaya untuk melakukan diplomasi budaya melalui Soft Power Diplomacy,
Indonesia menyelenggarakan beberapa acara atau festival budaya Indonesia baik di dalam negeri
maupun luar negeri. Dalam bidang musik, Saung Angklung Udjo mengadakan pertunjukan di
Den Haag, Belanda, di Kepulauan Solomon (1985), di Riyadh (1988), di Jepang (1995), di
London (1996), dan melakukan kerjasama kemitraan dengan institusi-institusi dalam rangka
pengembangan angklung dan mengimplementasikan kurikulum angkung di komunitas seni di
berbagai negara. Kemudian, diplomasi budaya juga dapat dilaksanakan melalui kesenian wayang
golek. Wayang golek pernah digunakan sebagai penanda 60 tahun hubungan diplomatik
Indonesia dengan Sri Lanka pada tahun 2013 dan dalam peringatan 70 tahun hubungan
diplomatik Indonesia-Inggris pada tahun 2019. Selain itu, juga ditampilkan dalam Festival
Internasional Pemuda di kota Antalya, Turki dan ASEAN Puppet Festival di Bangkok. Terakhir,
pertunjukan tari tradisional Indonesia menjadi salah satu bentuk seni pertunjukkan yang sering
ditampilkan dalam festival-festival budaya internasional, seperti Festival Internasional Babylon
di Irak dan program pertukaran budaya the 32nd Annual Asian American Coalition of Chicago
Conference (AAACCC). Selain melalui pertunjukan, workshop tari juga menjadi cara yang
cukup efektif dalam pelaksanaan diplomasi budaya. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan oleh
kelompok tari dari sanggar-sanggar tari, Unit Kegiatan Masyarakat (UKM), dan lain sebagainya.
Saran
Berkiprahnya kesenian tradisional Sunda di kancah Internasional, menandakan
banyaknya pihak yang berusaha untuk mempertahankan dan melestarikan kesenian tradisional
Indonesia. Untuk dapat menjadikan kesenian tradisional Sunda terkenal di mancanegara, harus
terjalin kerja sama antara pemerintah dan masyarakat Indonesia terutama masyarakat Sunda.
Meskipun saat ini sudah banyak Warga Negara Asing (WNA) yang tertarik dan dengan serius
mempelajari berbagai kesenian Sunda, tetapi sebaiknya generasi muda Sunda pun tetap harus
berusaha untuk melestarikan keseniannya tradisionalnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anindyo K. (2020). Tari Jaipong, Diplomasi Budaya Ala KBRI Wina. Diakses pada 14 Oktober
2021. [Online] di www.industry.co.id

Aziz, A. (2017). Diplomasi Kebudayaan Indonesia Di Amerika Serikat Melalui Program Rumah
Budaya (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).

Hutasoit, D. W., & Dermawan, W. (2019). Diplomasi Publik Pemerintah Kabupaten Samosir
melalui Festival Samosir Music International 2018. Padjadjaran Journal of International
Relations, 1(1), 53-68.
Irvan, A.F. (2017). Diplomasi Wayang Golek ala Dirut Pupuk Kujang Rayu Menlu Laos. Diakses
pada 14 Oktober 2021. [Online] di www.industry.co.id

Kantor Komunikasi Publik. (2019). Lises Unpad Tampil Memukau di 2 Universitas di Thailand.
Diakses pada 14 Oktober 2021. [Online] di www.unpad.ac.id

Kemenparekraf/Baparekraf RI. (2021). Pertunjukan Kolosal Saung Angklung Mang Udjo yang
Mendunia. Diakses pada 27 Oktober 2021. [Online] di www.kemenparekraf.go.id

Khatrunada, S. A., & Alam, G. N. (2019). Diplomasi Budaya Indonesia melalui International
Gamelan Festival 2018 di Solo. Padjadjaran Journal of International Relations, 1(2), 104-121.

Perwita, A. A., & Yani, d. Y. (2006). Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: Remaja
Rosdakarya

Riani A. (2019). Cerita Akhir Pekan : 6 Sanggar Tari Tradisional di Indonesia. Diakses pada 14
Oktober 2021. [Online] di www.liputan6.com

Saprudin, B. (2019). Gamelan Meriahkan Peringatan 70 Tahun Indonesia-Inggris di London.


Diakses pada 14 Oktober 2021. [Online] di www.fpsd.upi.edu

Sari, N. (2018). Diplomasi Pemerintah Indonesia dalam Mempromosikan Budaya di Turki.


EJournal Ilmu Hubungan Internasional. 6(4), 1719-1736.

Sulaiman M R. (2021). Di Tokyo, Mahasiswa Jepang Belajar Bahasa Sunda dan Tari Jaipong.
Diakses pada 14 Oktober 2021. [Online] di www.suara.com

Wiradharma, G. MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI SASTRA.

Yudoyono, B. (1984). Gamelan Jawa: Awal Mula, Makna, dan Masa Depannya. Jakarta :
Penerbit Karya Unipress.

—————–. (2013). Dalang Wayang Indonesia-SriLanka Kolaborasi di Gedung Merdeka.


Diakses pada 14 Oktober 2021. [Online] di www.news.detik.com
—————–. (2017). Memukau Bangkok dengan Wayang Golek Multimedia. Diakses pada 15
Oktober 2021. [Online] di www.kompasiana.com

—————–.(2019). Wonderful Indonesia Festival "Kampung Indonesia 2019", Membawa


Nuansa Kampung Halaman di Taman Raja Swedia. Diakses pada 27 Oktober 2021. [Online] di
https://kemlu.go.id

—————–. (2020). Intensifkan Diplomasi Budaya di Belanda, Indonesia Buka Kelas Bahasa
Indonesia dengan Tarian Tradisional di Cultuur Spoor Best. Diakses pada 14 Oktober 2021.
[Online] di https://kemlu.go.id

—————–. (2021). Konsistensi Sanggar Tari Ayodya Pala Menjaga dan Mewarisi Seni
Budaya Tradisional Indonesia. Diakses pada 15 Oktober 2021. [Online] di www.kastara.id

Anda mungkin juga menyukai