PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem koloid beserta sifat-
sifatnya sehingga dapat diterapkan dalam dunia industri.
2. Untuk mengidentifikasi jenis-jenis sistem koloid sehingga mampu
menerapkan masing-masing jenis sistem koloid tersebut dengan tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Contoh : pembuatan sol
Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. apabila ke dalam air mendidih
ditambahkan larutan FeCl3 akan terbentuk sol Fe(OH)3.
FeCl3 + 3H2O Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalnya:
- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan
memanaskan larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air
mendidih;
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion
H+)
- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air
mendidih;
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
Dekomposisi Rangkap
Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan
H2S
2H3AsO3 + 3H2S As2S3 (koloid) + 6H2O
Misalnya:
- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan
melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna
kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-
- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan
HCl encer;
AgNO3 (ag) + HCl(aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
Cara Dispersi
Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid.
Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan
loncatan bunga listrik (cara busur Bredig).
Prinsip : Partikel Besar Partikel Koloid
Cara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik atau cara kimia:
Cara Mekanik
Menurut cara ini butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau
penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu,
kemudian diaduk dengan medium dispersi. Contoh : sol belerang dapat
dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan suatu
zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu
dengan air.
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat
padat dengan proses penggilingan untuk dapat membentuk partikel-
partikel berukuran koloid. Alat yang digunakan untuk cara ini biasa
disebut penggilingan koloid, yang biasa digunakan dalam:
- industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.
- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu,
deterjen, dsb.
- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.
- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan
kertas.
Alat penggilingan koloid terdiri dari 2 pelat baja dengan arah
rotasi berlawanan. Partikel kasar akan dimasukkan ke ruang antara
kedua pelat tersebut dan selanjutnya digiling. Partikel berukuran koloid
yang terbuntuk kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya
untuk membuat sistem koloid. Contoh koloid yang dibuat dalam proses
ini ialah koloid grafit untuk pelumas, tinta cetak, cat, dan sol belerang.
Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar
atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi
(pemecah). Zat pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi
butir-butir koloid. Istilah peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu
proses pemecahan protein (polipeptida) yang dikatalisis oleh enzim
peptin. Contoh : agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh
aseton, karet oleh bensin, dan lain-lain. Endapan NiS dipeptisasi oleh
H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari
butir-butir kasar atau dari suatu endapan / proses pendispersi endapan
dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah tersebut
dapat berupa elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis
ataupun pelarut tertentu.
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air; karet oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH) 3 oleh AlCl3.
- Sol Fe(OH) 3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang
baru terbentuk dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH)3 kemudian dikelilingi
Fe+3 sehingga bermuatan positif
- Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk
sistem kolid. Contohnya; gelatin dalam air.
Cara peptisasi adalah proses dispersinya endapan menjadi system
koloid dengan penambahan zat pemecah. Zat pemecah yang dimaksud
adalah elektrolit, terutama yang mengandung ion sejenis, atau pelarut
tertentu. Sebagai contoh: Jika pada endapan Fe(OH)3 ditambahkan
elektrolit FeCl3 (mempunyai ion Fe3+ yang sejenis) maka
Fe(OH)3 maka Fe(OH)3 akan mengadsorpsi ion-ion Fe3+ tersebut.
Sehingga, endapan menjadi bermuatan positif dan memisahkan diri
untuk membentuk partikel-partikel koloid.
Beberapa contoh lain :
- Sol NiS dibuat dengan penambahan H2S kedalam endapan NiS
- Sol AgCl dibuat dengan penambahan HCl ke dalam endapan AgCl
- Sol Al(OH)3 dibuat dengan penambahan AlCl3 ke dalam endapan
Al(OH)3
Berdasarkan sifat adsorbsi yang dimiliki oleh koloid sol, koloid sol dibedakan
menjadi 2, yaitu sol liofil dan sol liofob.
a. Sol Liofil
Sol liofil adalah sol yang zat terdispersinya akan menarik dan mengadsorpsi
molekul mediumnya. Bila sol tersebut menggunakan air sebagai mediumnya,
maka disebut hidrofil. Contoh sol hidrofil adalah kanji, protein, sabun, agar-
agar, detergen, dan gelatin.
b. Sol Liofob
Sol liofil adalah sol yang zat terdispersinya tidak menarik dan tidak
mengadsorpsi molekul mediumnya. Bila sol tersebut menggunakan air sebagai
mediumnya, maka disebut hidrofob. Contoh sol hidrofob adalah sol sulfida, sol
logam, sol belerang, dan sol Fe(OH)3.
Sol liofil lebih kental daripada mediumnya dan tidak terkoagulalsi jika
ditambah sedikit elektrolit. Oleh karena itu, koloid liofil lebih stabil jika
dibandingkan koloid liofob. Untuk mtnggumpalkan koloid liofil diperlukan
elektrolit dalam jumlah banyak sebab selubung molekul-molekul cairan yang
berfungsi sebagai pelindung harus dipecahkan terlebih dahulu. Untuk
memisahkan mediumnya dari koloid liofil dapat kita lakukan dengan cara
pengendapan atau penguapan. Akan tetapi, jika zat mediumnya ditambah lagi,
maka akan terbentuk koloid liofil lagi. Dengan kata lain, koloid liofil bersifat
reversibel. Koloid liofob mempunyai sifat yang brelawanan dengan koloid
liofil. Sifat-sifat liofob:
1 Menarik dan mengadsorpsi molekul mediumnya. Tidak menarik dan tidak
mengadsorpsi molekul mediumnya
2 Afinitas fase terdispersi terhadap medium pendispersi besar Afinitas fase
terdispersi terhadap medium pendispersi kecil
3 Jika mediumnya air disebut hidrofil Jika mediumnya air disebut hidrofob
4 Lebih kental daripada mediumnya Medium lebih kental
5 Tidak terkoagulasi jika ditambah sedikit elektrolit Terkoagulasi jika ditambah
sedikit elektrolit
6 Lebih stabil Kurang stabil
7 Reversibel Irreversibel
2) Koloid Emulsi
Koloid emulsi merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi cair.
Koloid emulsi ada tiga jenis, yaitu:
a. Emulsi padat (cair-padat)
Emulsi padat atau biasa disebut gel adalah jenis koloid dengan fase zat cair
terdispersi dalam fase zat pendispersi padat. Gel (dari bahasa Latin gelu - membeku,
dingin, es atau gelatus - membeku) adalah campuran koloidal antara dua zat berbeda
fase padat dan cair. Penampilan gel seperti zat padat yang lunak dan kenyal (seperti
jelly), namun pada rentang suhu tertentu dapat berperilaku seperti fluida (mengalir).
Berdasarkan berat, kebanyakan gel seharusnya tergolong zat cair, namun mereka
juga memiliki sifat seperti benda padat. Contoh gel adalah gelatin, agar-agar,
mentega, mutiara, dan, gel rambut.
Nasi merupakan salah satu contoh koloid emulsi padat. Komponen nasi
adalah beras dan air. Seblum dicampur, beras merupakan fase padat dan air fase
cair. Setelah dicampur melalui proses memasak, diperoleh nasi yang merupakan
koloid dan fasenya padat. Dari pengertian fasek continue dan discontinue tersebut,
maka fase padat merupakan fase continue dan fase cair merupakan fase discontinue.
Biasanya gel memiliki sifat tiksotropi (Ing.: thyxotropy), yaitu menjadi
cairan ketika digoyang, tetapi kembali memadat ketika dibiarkan tenang. Beberapa
gel juga menunjukkan gejala histeresis. Dengan mengganti cairan dengan gas
dimungkinkan pula untuk aerogel ('gel udara'), yang merupakan bahan dengan sifat-
sifat yang khusus, seperti massa jenis rendah, luas permukaan yang sangat besar,
dan isolator panas yang sangat baik.
b. Emulsi cair (cair-cair)
Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi
cair melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika
dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair
ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak. Contohnya adalah pada susu, minyak
ikan, dan santan kelapa.
c. Emulsi Gas (cair-gas)
Emulsi gas atau biasa disebut aerosol cair adalah jenis koloid dengan zat
fase cair terdispersi dalam zat fase pendispersi gas. Contoh: obat-obat insektisida
(semprot), kabut, awan, dan hair spray.
3) Koloid Buih
Koloid buih merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat terdispersi gas. Koloid
emulsi ada dua jenis, yaitu :
a. Buih padat (gas-padat)
Buih padat adalah jenis koloid dengan fase zat gas terdispersi dalam fase zat
pendispersi padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih juga
(surfaktan). Contoh-contoh buih padat yang mungkin kita ketahui:
1) Roti Proses peragian yang melepas gas karbondioksida (CO2) terlibat
dalam proses pembuatan roti. Zat pembuih protein gluten dari tepung
kemudian akan membentuk lapisan tipis mengelilimgi gelembung-gelembung
karbondioksida (CO2) untuk membentuk buih padat.
2) Batu apung terbentuk dari proses solidifikasi gelas vulkanik
3) Busa jok
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
Penggumpalan lateks
Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah karet
merupakan sol, yaitu dispersi koloid fase padat dalam cairan. Karet alam
merupakan zat padat yang molekulnya sangat besar (polimer). Partikel karet
alam terdispersi sebagai partikel koloid dalam sol getah karet. Untuk
mendapatkan karetnya, getah karet harus dikoagulasikan agar karet
menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Untuk
mengkoagulasikan getah karet, biasanya digunakan asam formiat; HCOOH
atau asam asetat; CH3COOH. Larutan asam pekat itu akan merusak lapisan
pelindung yang mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-nya akan
menetralkan muatan partikel karet sehingga karet akan menggumpal.
Selanjutnya, gumpalan karet digiling dan dicuci lalu diproses lebih
lanjut sebagai lembaran yang disebut sheet atau diolah menjadi karet remah
(crumb rubber). Untuk keperluan lain, misalnya pembuatan balon dan karet
busa, getah karet tidak digumpalkan melainkan dibiarkan dalam wujud cair
yang disebut lateks. Untuk menjaga kestabilan sol lateks, getah karet
dicampur dengan larutan amonia; NH3. Larutan amonia yang bersifat basa
melindungi partikel karet di dalam sol lateks dari zat-zat yang bersifat asam
sehingga sol tidak menggumpal.
Penjernihan air
Untuk memperoleh air bersih perlu dilakukan upaya penjernihan air.
Kadang-kadang air dari mata air seperti sumur gali dan sumur bor tidak
dapat dipakai sebagai air bersih jika tercemari. Air permukaan perlu
dijernihkan sebelum dipakai. Upaya penjernihan air dapat dilakukan baik
skala kecil (rumah tangga) maupun skala besar seperti yang dilakukan oleh
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pada dasarnya penjernihan air itu
dilakukan secara bertahap. Mula-mula mengendapkan atau menyaring
bahan-bahan yang tidak larut dengan saringan pasir.
Kemudian air yang telah disaring ditambah zat kimia, misalnya tawas
atau aluminium sulfat dan kapur agar kotoran menggumpal dan selanjutnya
mengendap, dan kaporit atau kapur klor untuk membasmi bibit-bibit
penyakit. Air yang dihasilkan dari penjernihan itu, apabila akan dipakai
sebagai air minum, harus dimasak terlebih dahulu sampai mendidih
beberapa saat lamanya. Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan:
1. Sistem koloid adalah merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua
atau lebih zat yang bersifat homogen
2. Sistem Koloid ada tiga jenis, yaitu:
A. Koloid Sol (fase terdispersi padat)
1) Sol padat (padat-padat), contoh intan hitam, kaca berwarna, dan baja.
2) Sol cair (padat Cair), contohnya adalah cat, tinta, dan kanji.
3) Sol gas (padat-gas), contohnya adalah asap dan debu.
B. Koloid Emulsi (fase terdispersi cair):
1) Emulsi padat (cair padat), contohnya nasi, agar-agar, mentega, mutiara.
2) Emulsi cair (cair-cair), contohnya susu, minyak ikan, dan santan kelapa.
3) Emulsi gas (cair-gas), contohnya kabut, awan, dan hair spray.
C. Koloid buih (fase terdispersi gas):
1) Buih padat (gas-padat), contohnya kerupuk, roti, styrofoam, dan busa jok.
2) Buih cair (padat-cair), contohnya buih hasil kocokan putih telur, buih
hasil akibat pemadam kebakaran alat pemadam kebakaran, buih sabun,
soda, pasta, dan krim kocok.
3. Sistem Koloid digunakan dalam industri:
a. Industri kosmetika
b. Industri tekstil
c. Industri sabun dan deterjen
d. Cotrell Pabrik Industri
e. Penjernihan Air
f. Pemutihan Gula
DAFTAR PUSTAKA
Sudarmo Unggul. 2005. Kimia untuk SMA kelas XI seri SMS. Surakarta:
Erlangga
Purba, Michael. 2007. Kimia 2B untuk SMA Kelas XI, semester 2. Jakarta:
Erlangga.
Parning, Horale, dan Tiopan (anggota IKAPI). 2006. Kimia 2B SMA Kelas XI
Semester Kedua. Jakarta: Yudhistira.
Pratiwi, Dra. D.A., dkk. 2007. Biologi SMA Jilid 2 untuk Kelas XI. Jakarta:
Erlangga.