Anda di halaman 1dari 544

1

TIM PEYUSUN
GELEM

Ninik Kuswati
Dr. Ahmad Zamroni, M.Pd.I.
Zainudin, S.Pd., M.Pd.
Drs. H. Nursalim, M.Pd.
Emi Rosidah, M.Pd.
Dr. Pratiwi
Mawardi, M.HI.
Diana Khotibi
Hendro, S.Kom., S.Pd.I.
Eni Siti Nurhayati, S.Pd., M.Pd.I.
Drs. Syaihu
Dra. Siti Muzayati Rahman, M.Pd.
Prof. Dr. Kisyani, M.Pd.
Kalista Esti Fada, SE., MM.
Khoirul Anwar, SE.

2
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Madrasah sebagai lembaga pendidikan di bawah naungan Kementerian Agama memiliki
andil dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana termaktub dalam Pembukaan
UUD 1945 alinea ke-4, begitu pula madrasah mempunyai peran penting dalam proses
pertumbuhan negara Indonesia. Saat ini madrasah berpacu meningkatkan mutu dan
kualitasnya, menyesuaikan tuntutan zaman dan arus perubahan informasi. Berbagai
program penguatan madrasah diluncurkan, salah satunya adalah program literasi di
madrasah.
Program penguatan madrasah bertajuk Gerakan Literasi Madrasah (disingkat Gelem)
yang diprogramkan oleh Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur tidak lepas dari
tujuan mulia di atas. Gelem diharapkan mampu menjadi sebuah gerakan yang dapat
membangkitkan budaya literasi madrasah di Jawa Timur. Secara umum, budaya literasi
sebenarnya sudah berurat akar dan menjadi bagian dari sendi kehidupan madrasah.
Kegiatan baca, tulis, dalam skala tertentu merupakan irama kehidupan madrasah, terutama
literasi agama. Wujud nyata dari kegiatan literasi agama adalah tampak dari pembiasaan
mengaji al-Qur'an, Hadits, dan Kitab-kitab klasik dalam beragam model dan terapan.
Menindaklanjuti adanya gerakan literasi secara nasional, Kementerian Agama Provinsi
Jawa Timur sebagai lembaga yang menaungi ribuan madrasah di Jawa Timur memutuskan
bahwa gerakan literasi di Jawa Timur memerlukan Buku Panduan dalam mengejawantahkan
formula literasi yang memunculkan kekhasan madrasah sebagai lembaga pendidikan
berciri khas agama Islam sehingga seluruh madrasah dapat melaksanakan secara masif,
terkontrol, dan terpadu.
Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang berhasil mengurangi angka buta
huruf. Data UNDP tahun 2014 mencatat bahwa tingkat kemelekhurufan masyarakat
Indonesia mencapai 92,8% untuk kelompok dewasa, dan 98,8% untuk kategori remaja.
Capaian ini sebenarnya menunjukkan bahwa Indonesia telah melewati tahapan krisis
literasi dalam pengertian kemelekhurufan (Ditjen Dikdasmen, 2016a: 1). Meskipun
demikian, tantangan yang saat ini dihadapi adalah rendahnya minat baca. Selain
ketersediaan buku di seluruh Indonesia belum memadai, pemerintah juga menghadapi
rendahnya motivasi membaca di kalangan peserta didik. Hal ini memprihatinkan karena di
era teknologi informasi, peserta didik dituntut untuk memiliki kemampuan membaca dalam
pengertian memahami teks secara analitis, kritis, dan reflektif.

3
Kebutuhan literasi di era global ini menuntut pemerintah untuk menyediakan dan
memfasilitasi sistem dan pelayanan pendidikan sesuai dengan UUD 1945, Pasal 31, Ayat 3,
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.” Literasi juga menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari dunia pendidikan. Literasi bisa menjadi sarana peserta didik dalam
mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya di bangku madrasah.
Literasi juga terkait dengan kehidupan peserta didik, baik di rumah maupun di lingkungan
sekitarnya. Namun demikian Sayangnya, hasil tes Progress International Reading Literacy
Study (PIRLS) tahun 2011 yang mengevaluasi kemampuan membaca peserta didik kelas IV
menempatkan Indonesia pada peringkat ke-45 dari 48 negara peserta dengan skor 428, di
bawah nilai rata-rata 500 (IEA, 2012). Sementara itu, survei yang mengevaluasi kemampuan
peserta didik berusia 15 tahun dilakukan oleh Programme for International Student
Assessment (PISA) yang mencakup membaca, matematika, dan sains. Peserta didik
Indonesia berpartisipasi dalam PISA 2009 dan 2012 yang keduanya diikuti oleh 65 negara
peserta. Khusus dalam kemampuan membaca, Indonesia yang semula pada PISA 2009
berada pada peringkat ke-57 dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 493), ternyata pada
PISA 2012 peringkatnya menurun, yaitu berada di urutan ke-64 dengan skor 396 (skor rata-
rata OECD 496) (OECD, 2013). Data ini selaras dengan temuan UNESCO (2012) terkait
kebiasaan membaca masyarakat Indonesia, bahwa hanya satu dari 1.000 orang masyarakat
Indonesia yang membaca. Kondisi demikian ini jelas memprihatinkan karena kemampuan
dan keterampilan membaca merupakan dasar bagi pemerolehan pengetahuan,
keterampilan, dan pembentukan sikap peserta didik (Ditjen Dikdasmen, 2016a: 2).
Bidang Pendma Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur melalui Gerakan Literasi
Madrasah (Gelem) menangkap permasalahan di atas dengan merumuskan beberapa strategi
khusus agar kemampuan membaca-menulis peserta didik dapat meningkat dengan
mengintegrasikan/ menindaklanjuti dengan program-program madrasah secara nyata dan
berkesinambungan.
2. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 31, Ayat 3: “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan
dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dengan undang-undang.”

4
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.
e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan
Kebudayaan.
f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2017 tentang Sistem
Perbukuan.
g. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
h. Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU Nomor 43
Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
i. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007 tentang Pedoman bagi
Kepala Daerah dalam Pelestarian dan Pengembangan Bahasa Negara dan Bahasa
Daerah.
j. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar
Sarana dan Prasarana untuk Madrasah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),
Madrasahah Menengah Pertama (SMP/MTs), dan Madrasah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
k. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
l. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2015 tentang Gerakan Pembudayaan Karakter di Madrasah.
m. Peraturan Menteri Agama Nomor 9 Tahun 2018 tentang Buku Pendidikan Agama
n. Rencana Strategis Kementerian Agama RI 2015-2019.
o. Surat Edaran Mendagri No. 420/9239/sj/2018 tentang Pelaksanaan Pendidikan
Literasi di Daerah.
3. Tujuan dan Manfaat
a. Tujuan
Panduan Gelem ini dimaksudkan untuk menjadi pedoman bagi pelaksana Gelem
dalam melaksanakan kegiatan literasi sesuai dengan alur yang digariskan.

5
Pengawas, kepala madrasah, guru, pemangku kebijakan dapat memahami
penatalaksanaan Gelem secara benar dan sempurn sehingga tercapai tujuan yang
dikehendaki.
Panduan Gelem ini merupakan pegangan bagi para penyelenggara Gelem dalam
menyusun standar dan rencana kerja di kabupaten/kota, satuan kerja, madrasah di
wilayah masing-masing.
b. Manfaat
Dengan adanya Panduan Gelem ini diharapkan gerakan literasi menjadi bagian dari
sebuah gerakan yang utuh dan terpadu pada setiap madrasah di lingkup Menterian
Agama Provinsi Jawa Timur, tidak berlangsung parsial, dan muara titik akhirnya adalah
terwujudnya harapan besar dari literasi sebagai sebuah gerakan nasional di Indonesia
4. Sasaran
Sasaran dari Gerakan Literasi Madrasah ini adalah:
1. Raudaltul Athfal yang selanjutnya disingkat RA adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan
program pendidikan dengan kekhasan agama Islam bagi anak berusia 4 (empat)
tahun sampai dengan 6 (enam) tahun.
2. Madrasah Ibtidaiyah yang selanjutnya disingkat MI adalah satuan pendidikan
formal yang Setara SD dengan kekhasan agama Islam yang terdiri dari 6 (enam)
tingkat pada jenjang pendidikan dasar.
3. Madrasah Tsanawiyah yang selanjutnya disingkat MTs adalah satuan pendidikan
formal yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan Setara SMP kekhasan
agama Islam yang terdiri dari 3 (tiga) tingkat pada jenjang pendidikan dasar sebagai
lanjutan dari Sekolah Dasar, MI, atau bentuk lain yang sederajat, diakui sama atau
setara Sekolah Dasar atau MI.
Madrasah Aliyah yang selanjutnya disingkat MA adalah satuan pendidikan formal yang
menyelenggarakan pendidikan umum dengan Setara SMA kekhasan agama Islam pada
jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari Sekolah Menengah Pertama, MTs, atau
bentuk lain yang sederajat, diakui sama atau setara Sekolah Menengah Pertama atau SMP.

B. KONSEP DASAR LITERASI


1. Pengertian Literasi
Secara bahasa, literasi merupakan kemampuan seseorang untuk menulis dan membaca,
secara luas diartikan sebagai kemampuan individu dalam mengolah informasi dan

6
pengetahuan untuk kecakapan hidup (https://kbbi.kemdikbud.go.id). Kemampuan yang
dimaksud adalah kemampuan untuk mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu
secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis,
dan/atau berbicara (Ditjen Dikdasmen, 2016:2). Dalam perkembangannya pada abad ke-21,
definisi literasi semakin mencerminkan kemampuan dengan menggunakan teknologi untuk
mengumpulkan dan mengkomunikasikan informasi (Jodi Pilgrim & Elda E. Martinez, 2013:
60).
Literasi ini mencakup 4 aspek yaitu: 1) Literasi sebagai seperangkat keterampilan
otonom. 2) Literasi sebagai hal yang dilaksanakan, dipraktikkan, dan dikondisikan. 3)
Literasi sebagai proses pembelajaran. 4) Literasi sebagai teks. (Unesco: 2006:147).
Sedangkan Gerakan Literasi Madrasah (yang disingkat Gelem) adalah usaha
komprehensif untuk menjadikan madrasah sebagai masyarakat pembelajar dan literat yang
dilakukan semua pihak baik pemerintah, guru, peserta didik, maupun orang tua wali.
2. Tujuan dan Fungsi Literasi
Pada dasarnya literasi bertujuan bagaimana semua penduduk termasuk anak-anak di
sekolah/madrasah gemar membaca, gemar menulis, dan literet. Literet adalah bisa
mengakses informasi, memahami informasi yang dia akses, dan bisa menggunakan
informasi tersebut untuk hal-hal yang berguna.
Hal tersebut diraih dengan melakukan usaha-usaha melalui tujuan khusus yaitu: (a)
Menumbuhkembangkan budaya literasi di madrasah; (b) Meningkatkan kapasitas warga
dan lingkungan madrasah agar literat. (c) Menjadikan madrasah sebagai taman belajar yang
menyenangkan dan ramah anak agar warga madrasah mampu mengelola pengetahuan. (d)
Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan
mewadahi berbagai strategi membaca (Ditjen Dikdasmen. 2016a:5).
Adapun fungsi dari gerakan literasi adalah sebagai penggerak penumbuhan budi pekerti
dalam bidang baca tulis dan olah informasi dengan menggunakan media dan bahan yang
beragam dengan manfaat: Menambah kosakata, Mengoptimalkan kerja otak, Menambah
wawasan dan informasi baru, Meningkatkan kemampuan interpersonal, Mempertajam diri
didalam menangkap makna dari suatu informasi yang sedang dibaca, Mengembangkan
kemampuan verbal, Melatih kemampuan berfikir dan menganalisa, Meningkatkan fokus dan
konsentrasi seseorang, Melatih dalam hal menulis serta juga merangkai kata yang bermakna.
3. Komponen Literasi
Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan
berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan

7
auditori. Di abad 21 ini, kemampuan ini disebut sebagai literasi informasi. Literasi tersebut
memiliki Komponen sebagai berikut:

Komponen Deskripsi
Literasi Dini Kemampuan untuk menyimak, memahami bahasa lisan, dan
(Early Literacy) berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya di rumah
Literasi Dasar Kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan
(Basic Literacy) menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk
memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi
(perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi
(drawing) berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan
pribadi.
Literasi Memberikan pemahaman perbedaan bacaan fiksi dan nonfiksi,
Perpustakaan memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey
(Library Literacy) Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan
dalam menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog
dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami
informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian,
pekerjaan, atau mengatasi masalah.
Literasi Media Kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda,
(Media Literacy) seperti media cetak, media elektronik (media radio, media televisi),
media digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya.
Literasi Teknologi Kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti
(Technology peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika dan
Literacy) etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya, kemampuan dalam
memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan
mengakses internet.
Literasi Visual Pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi,
(Visual Literacy) yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan
memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara kritis dan
bermartabat.
(Adopsi dari Clay (2001) dan Ferguson (www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf) dalam Ditjen
Dikdasmen, Desain Induk GLS, 2016: 8)
8
Adapun contoh kegiatan literasi berdasarkan komponen di atas sebagai berikut:

Contoh Kegiatan
Kegiatan Kegiatan Kegiatan
No. Komponen Pembiasaan Pengembangan Pembelajaran
1. Literasi Dasar Membaca 15 menit Mendiskusikan Menuliskan analisis
sebelum kegiatan bacaan terhadap bacaan
belajar setiap hari
2. Literasi Per- Mencari bahan Menggunakan Mencantumkan daftar
pustakaan pustaka yang perpustakaan pustaka dalam
diminati untuk sebagai sumber laporan tugas/
kegiatan membaca informasi dalam praktik setiap mata
15 menit diskusi tentang pelajaran
bacaan
3. Literasi Membaca berita dari Mendiskusikan Membuat komunitas
Media media cetak/ daring berita dari media pembelajaran untuk
dalam kegiatan cetak/daring diskusi dan berbagi
membaca 15 menit informasi terkait
pemahaman mata
pelajaran antar teman,
guru, dan
antarsekolah
4. Literasi Membaca buku Memberikan Setiap mata pelajaran
Teknologi elektronik komentar terhadap memanfaatkan
buku elektronik teknologi (komputasi,
searching, dan share)
dalam mengolah,
menyaji, melaporkan
hasil kegiatan/
laporan

9
5. Literasi Membaca film atau Mendiskusikan Menggunakan aplikasi
Visual iklan pendek film atau iklan video/film dalam
pendek menyaji dan
melaporkan kegiatan
hasil praktik/diskusi/
observasi melalui
website sekolah,
youtube, dll.

4. Literasi Dalam Peradaban Islam


ِ ْ ‫) َعلَّ َم‬4( ‫) الَّذِي َع َّل َم ِب ْالقَلَ ِم‬3( ‫) ا ْق َرأْ َو َرب َُّك ْاْل َ ْك َر ُم‬2( ‫ق‬
‫اْل ْن َسانَ َما لَ ْم يَ ْع َل ْم‬ ِ ْ َ‫) َخلَق‬1( َ‫ا ْق َرأْ ِباس ِْم َر ِب َك الَّذِي َخلَق‬
ٍ َ‫اْل ْن َسانَ ِم ْن َعل‬
)5 (
1. Bacalah, dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, 2. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, 4. yang
mengajar (manusia) dengan pena, 5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
(QS. Al-‘Alaq 1-5)
ُ ‫ن ۚ َو ْالقَلَ ِم َو َما يَ ْس‬
‫ط ُرو َن‬
Nun, demi kalam (Pena), dan apa yang mereka tulis (QS. Al-Qalam 1)

Tercatat dalam sejarah peradaban Islam, literasi dini: menyimak, memahami, dan
berkomunikasi bahasa lisan, ditandai dengan datangnya wahyu pertama yang turun kepada
Nabi Muhammad SAW melewati Malaikat Jibril di Gua Hira dengan diawali kata Iqra’ yang
berarti bacalah!.
Wahyu pertama yaitu Surat QS. Al-‘Alaq 1-5 ini menunjukkan betapa pentingnya proses
membaca bagi seorang muslim. Bahkan membaca di sini diikuti dengan karakter: 1)
Membaca harus dengan disertai nama Tuhan. 2) Membaca terhadap penciptaan Allah
terhadap makhluk utamanya manusia. 3) Membaca dengan disertai nama Tuhan tersebut
akan disertai proses pemberian pengetahuan oleh Allah SWT melalui pena. 4) Sejatinya,
hanya Allah SWT sajalah yang memberikan pengetahuan kepada manusia dari sebelumnya
tidak tahu.
Selanjutnya, muncullah proses literasi dasar: mendengarkan, berbicara, membaca,
menulis, dan literasi perpustakaan sehingga peradabannya tercatat dalam sejarah lintas
generasi.

10
Di masa Nabi Muhammad SAW.
Pada masa permulaan Islam bangsa Arab adalah satu bangsa yang buta huruf; amat
sedikit di antara mereka yang pandai menulis dan membaca. Mereka belum mengenal
kertas, sebagai kertas yang dikenal sekarang. Perkataan “Al-Waraq” (daun) pula dipakaikan
dengan arti “kertas” di masa itu, hanyalah dipakaikan kepada daun kayu saja. Adapun kata
“al-Qirthas” yang daripadanya terambil kata-kata Indonesia “kertas” dipakaikan oleh mereka
hanyalah kepada benda-benda (bahan-bahan) yang mereka pergunakan untuk ditulis, yaitu:
kulit binatang, batu yang tipis, dan licin, pelapah tamar (korma), tulang binatang, dan lain-
lain sebagainya. Setelah mereka menaklukan negeri Persia, yaitu sesudah wafatnya Nabi
Muhammad SAW., barulah mereka mengetahui kertas.
Kitab atau buku tentang apa pun, juga belum ada pada mereka. Kata-kata “kitab” di masa
itu hanyalah berarti: sepotong kulit, batu, atau tulang dan sebagainya yang telah tertulis, atau
berarti surat, seperti kata “kitab” dalam ayat 28 surat (27) An Naml: “Pergilah dengan surat
saya ini, maka jatuhkanlah dia kepada mereka....”.
Begitu juga kutub “kutub” (jama’ kitab) yang dikirimkan oleh Nabi kepada raja-raja di
masanya, untuk menyeru mereka kepada Islam.
Kendatipun bangsa Arab pada waktu itu masih buta huruf, tetapi mereka mempunyai
ingatan yang amat kuat. Tiap-tiap diturunkan ayat-ayat itu Nabi menyuruh menghafalnya,
dan menuliskannya, di batu, kulit binatang, pelepah tamar, dan apa saja yang bisa dipakai
untuk ditulis. Dan nabi menerangkan bagaimana ayat-ayat itu mesti disusun dalam sesuatu
surat. Nabi menganjurkan supaya al-Qur’an itu dihafal, dibaca selalu, dan diwajibkan
membacanya dalam sembahyang.
Kepandaian menulis dan membaca itu amat dihargai dan digembirakan oleh Nabi. Beliau
berkata, “Di akhirat nanti tinta ulama-ulama itu akan ditimbang dengan darah syuhada’
(orang-orang yang mati syahid)”.
Pada peperangan Badar, orang-orang musyrikin yang ditawan oleh Nabi, yang tidak
mampu menebus dirinya dengan uang, tetapi pandai menulis baca, masing-masingnya
diharuskan mengajar sepuluh orang Muslim menulis dan membaca sebagai tebusan.
Di dalam al-Qur’an pun banyak ayat-ayat yang mengutarakan penghargaan yang tinggi
terhadap huruf, pena, dan tulisan. Sebagaimana termaktub dalam ayat di atas.
Karena itu bertambahlah keinginan untuk belajar menulis dan membaca, dan
bertambah banyaklah mereka yang pandai menulis dan membaca itu, dan banyaklah orang
yang menuliskan ayat-ayat yang telah diturunkan. Nabi sendiri mempunyai beberapa orang

11
penulis yang bertugas menuliskan al-Qur’an untuk beliau. Penulis beliau yang terkenal ialah
‘Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, dan Mu’awiyah.

Di Masa Khulafaur Rasyidin


Sesudah Rasulullah SAW. wafat, para sahabat baik Anshar maupun Muhajirin, sepakat
mengangkat Abu Bakar menjadi khalifah. Di masa ini banyak sekali peperangan yang terjadi,
sehingga mengakibatkan para penulis dan penghafal al-Qur’an wafat. Maka sahabat Abu
Bakar, Umar, dan Zaid bin Tsabit bersepakat melakukan pengumpulan al-Qur’an
(kodifikasi). Zaid bin Tsabit menuliskannya dalam lembaran-lembaran, dan diikatnya
dengan benang, tersusun menurut urutan ayat-ayatnya sebagaimana yang telah ditetapkan
oleh Rasulullah, kemudian diserahkan kepada Abu Bakar. Mushaf ini tetap di tangan Abu
Bakar sampai ia meninggal, kemudian dipindahkan ke rumah Umar bin Khaththab dan tetap
ada di sana selama pemerintahannya. Sesudah beliau wafat, Mushaf itu dipindahkan ke
rumah Hafsah, puteri ‘Umar, isteri Rasulullah sampai masa pengumpulan dan penyusunan
al-Qur’an di masa Khalifah Utsman.
Di Masa Khalifah Utsman bin Affan dimintakan kepada Hafsah binti Umar lembaran-
lembaran al-Qur’an yang ditulis tersebut lalu dibentuklah satu panitia, terdiri dari Zaid bin
Tsabit, sebagai ketua, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin ‘Ash, dan Abdur Rahman bin Harits bin
Hisyam. Tugas panitia ini ialah membukukan al-Qur’an, yakni menyalin dari lembaran-
lembaran yang tersebut menjadi buku. al-Qur’an yang telah dibukukan itu dinamai dengan
“Al Mushaf”, dari Mushaf yang ditulis di zaman Utsman itulah kaum Muslimin di seluruh
pelosok menyalin al-Qur’an itu (al-Qur’an dan Terjemahnya, Percetakan Raja Fahd, 1418H:
18-21).
Di samping usaha literasi berupa kodifikasi al-Qur’an, masa Nabi Muhammad SAW dan
Khalafaur Rasyidin juga terjadi kodifikasi hadits-hadits yang diterima maupun dihafalkan
oleh para sahabat pada jaman itu.

Di Masa Pasca Khulafaur Rasyidin


Setelah masa Khalafaur Rasyidin, Peradaban Islam dikuasai oleh kerajaan-kerajaan baik
yang didirikan oleh sahabat, tabiin, maupun tabiit tabiin. Pada masa ini, kemajuan dunia
Islam dalam literasi tercatat dalam sejarah. Kemajuan yang dicapai umat Islam di bidang
ilmu pengetahuan pada masa itu, sangat ditunjang oleh keberadaan perpustakaan. Fasilitas
ini tersebar di kota-kota besar Islam. Fungsinya tak sekadar tempat simpan pinjam buku,
tapi juga merupakan pusat kajian ilmu pengetahuan.

12
Sejarah mencatat, sejumlah kota besar yang pernah menjelma sebagai kutub peradaban
Islam, misalnya Baghdad, Kordoba (Andalusia), Kairo, ataupun Damaskus, sudah memiliki
perpustakaan besar yang representatif. Koleksinya mencapai ribuan buku dan manuskrip
yang sebagian besar adalah karya para ulama, ilmuwan, dan cendekiawan besar pada masa
itu.
Bani Umayyah yang berkuasa dari tahun 661 hingga 750 Masehi, memberi perhatian
besar terhadap perpustakaan. Mereka membangun sebuah perpustakaan besar di Kordoba,
koleksinya mencapai 400 ribu judul. Ini merupakan perpustakaan terbesar pada masa
tersebut. Sedangkan di Baghdad pada masa Khalifah al-Ma'mun dari Bani Abbasiyah, ada
Baitul Hikmah yang dipastikan adalah sebuah perpustakaan besar sekaligus menjadi tempat
kajian dan penerjemahan karya-karya dari peradaban
asing (https://khazanah.republika.co.id).

Di Nusantara
Jejak berkembangkan literasi di Nusantara bisa dilihat dari budaya baca-tulis yang
berkembang dari ulama-ulama Nusantara. Ratusan bahkan mungkin saja ribuan kitab yang
di karang oleh ulama-ulama asli Indonesia (ulama Nusantara) sudah di terbitkan. Karangan
mereka tak hanya tersebar di Indonesia, bahkan sebagian besar telah terbit di timur tengah,
Arab dan Asia.
Di antara yang tercatat adalah:
1. Shalih ibn Mujian al-Batawi al-Tanqarani (1297-1353 H), dari Betawi-Tangerang,
menulis (1) Adab al-‘Alim wal-Muta’allim, (2) Adab al-Qadhi, (3) Risalah fil-Ankihah, (4)
Risalah fil-Falak.
2. Muhammad Mukhtar ibn Atharid al-Buquri al-Jawi (1287-1349 H), dari Bogor, Jawa
Barat, menulis (1) Hasyiah ‘ala ‘Umdah al-Abrar fi Manasik al-Hajj wal-I’timar, (2)
Ta’liqat ‘ala Jami’ at-Tirmidzi, (3) Ta’liqat ‘ala Nuzhum al-Qawaid al-Fiqhiyyah.
3. Muhammad Manshur ibn Abdul Hamid al-Falaki al-Batawi (1290-1387 H), dari Batavia
(Jakarta), menulis (1) Sullam al-Nairain, (2) Khullashah aJ-Jadwal, (3) Risalah fi Shalah
al-KusyUf wal-Khusuf, (4) Mizan al-I’tidal, (5) Washilah at-Thullab, (6) Jadwal al-Faraidh,
(7) al-Lu’lu’ al-ManzhUm fi Mabahits Sittah al-‘UlUm, (8) I’rab al-Ajurumiyyah lil-
Mubtadi’.
4. Muhammad Shalih bin Umar yang di kenal dengan Kyai Sholeh Darat dari semarang,
guru dari KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asy’ari, Kartini, menulis tafsir al-Fatihah
dalam bahasa Jawa yang berjudul Faidur Rahman.

13
5. Hasyim Asy’ari al-Jaumbanji al-Jawi (1282-1366 H), dari Jombang, Jawa Timur. (1)
Adabul-‘Alim wal-Muta’allim, (2) Risalah Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah, (3) al-Tibyan fi
Nahy Muqatha’ah al-Arham, (4) an-Nurul-Mubin fi Mahabbati Sayyidil-Mursalin, (5)
Ziyadah at-Ta’liqat, (6) at-Tanbihat al-Wajibat li Man Yashna’ al-Maulid bil-Munkarat
(http://www.nu.or.id).
Tentu, masih ada beberapa ulama Nusantara lainnya yang memiliki kiprah
cemerlang pada masa itu. Tulisan di atas hanya menggambarkan betapa peradaban Islam
juga memiliki perabadan literasi yang tinggi di zamannya.

C. KEGIATAN GERAKAN LITERASI MADRASAH MELALUI MADRASAH MEMBACA


(MACA) DAN MADRASAH MENULIS (MANIS)
Kegiatan Literasi meliputi 3 kegiatan, yaitu: kegiatan pembiasaan, kegiatan
pengembangan, dan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembiasaan meliputi: penumbuhan
minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca setiap hari, dll. Kegiatan pengembangan
meliputi : menulis komentar singkat, merangkum apa yang dibaca, dll. Kegiatan
pembelajaran merupakan peningkatan kemampuan literasi di semua mata pelajaran,
strategi membaca efektif, dll. dengan menerapkan budaya literat dalam pembelajaran.

Gambar 1: Kegiatan Gerakan Literasi Madrasah

PEMBIASAAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN

ɸ Meningkatkan
kemampuan literasi
melalui kegiatan Meningkatkan
menanggapi buku kemampuan literasi
Penumbuhan minat di semua mata
pengayaan.
baca melalui pelajaran:
kegiatan 15 menit ɸ menunjukkan menggunakan buku
membaca keterlibatan pikiran pengayaan dan
dan emosinya strategi membaca
(Permendikbud
dengan proses dan menulis di
No.23 Tahun 2015)
membaca melalui semua mata
kegiatan produktif pelajaran.
secara lisan
maupun tulisan

(diadopsi dari Ditjen Dikdasmen. 2016. Panduan Gerakan Literasi)

14
Beberapa hal disarankan terkait kegiatan Gelem. Pertama, Menumbuhkan komitmen
kepada guru, karyawan, peserta didik dan seluruh warga madrasah untuk membudayakan
gemar membaca, mendengar, dan menulis. Kedua, membentuk Tim Penggerak Literasi (Tiger).
Tim ini harus benar-benar mempunyai motivasi tinggi bahwa tugas mulia ini akan membangun
bangsa secara komprehensif. Dengan demikian pembuatan program kegiatan, penyiapan guru-
guru, keterlaksanaan program, dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi terkaji secara
optimal. Jika dicermati tim bertanggung jawab membuat desain pelaksanaan Gelem,
menyiapkan guru, dan akan lebih optimal jika monev dilakukan oleh pihak-pihak
tertentu. Ketiga, mengembangkan kegiatan-kegiatan kreatif bagi literasi seperti: a) membuat
perpustakaan layaknya tempat wisata, b) menyediakan buku sesuai hobi anak, c) menuliskan
pengalaman baca buku ke dalam 1-3 paragraf atau lebih sesuai jenjang pendidikan anak, d)
kegiatan berbagi pengalaman membaca, e) guru wajib kaya dengan pengalaman baca buku
untuk model, f) festival baca, cinta buku, dll. g) satu bulan satu cerita menarik atau cerpen
sederhana, h) pemberian penghargaan pada peserta didik pelopor literasi tiap bulan atau tiap
tahun. i) Program Madrasah Menulis (Manis). Kegiatan tersebut masih bisa ditambah dengan
dengan pementasan puisi kreasi teks peserta didik, dan pementasan baca cerpen. Berbagai
kegiatan kreatif ini sangat membantu kesuksesan Gelem. Kreativitas akan menghilangkan
kesan monoton membuat peserta didik cepat jenuh. Adapun kegiatan-kegiatan literasi sesuai
tahapannya sebagaimana berikut:
1. Kegiatan Pembiasaan dalam Gerakan Literasi Madrasah
Pada kegiatan pembiasaan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat baca-tulis dan
terhadap kegiatan membaca dan menulis sederhana dalam diri warga madrasah. Penumbuhan
minat baca-tulis ini merupakan hal fundamental bagi pengembangan kemampuan literasi
peserta didik. Pada tahapan ini, belum ada tagihan, karena titik tekannya adalah penumbuhan
minat baca-tulis. Di antara alternatif kegiatan yang bisa dilakukan adalah:
a. Menumbuhkan Minat Baca melalui Kegiatan 15 menit Membaca
Penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca setiap hari ini sesuai dengan
amanat Permendikbud No. 23 tahun 2015. Kegiatan 15 menit membaca ini dilakukan setiap
hari bisa dilakukan di awal, pertengahan, maupun di akhir kegiatan pembelajaran di madrasah
dengan catatan kegiatan ini tidak boleh ada tagihan. Adapun jenis kegiatan-kegiatan yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Membaca Buku Nonpelajaran
Maksud dari membaca buku nonpelajaran adalah membaca buku bebas sesuai minat
peserta didik dan guru, bisa berupa: cerpen, novel, komik, buku pengetahuan umum

15
dan sains, dll . Kegiatan ini dapat dilakukan jika buku-buku tersebut tersedia baik di
sudut-sudut baca maupun di perpustakaan.
b. 5 menit baca ayat/surat al-Qur’an. (One Day One Ayat)
Kegiatan 15 menit membaca dapat diawali dengan
membaca/melafalkan ayat/surat al-Qur’an selama 5
menit, dengan tujuan agar peserta didik di madrasah
terbiasa membaca al-Qur’an dengan tartil dan tajwid
yang benar.
c. Satu hari satu hadits (One Day One Hadits)
Setiap hari peserta didik dikenalkan satu hadis yang
sesuai dengan tema, dengan cara menirukan guru dan
diulang-ulang, dengan tujuan agar peserta didik
mampu membiasakan diri bersikap dan berperilaku
sesuai dengan tuntunan dari hadis yang dipelajari.
d. Lingkar Pagi (Morning Circle)
Peserta didik diajak melingkar untuk membaca/melafalkan
doa harian, melafalkan surat surat pendek, melafalkan hadis
yang sesuai tema, melafalkan Asmaul Husna dan kalimat
thoyibah, mengenalkan tema dan pilar karakter,
mengenalkan hari dan tanggal hari ini yang ditulis dipapan
tulis oleh guru. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih
pembiasaan berkarakter peserta didik sesuai al-Qur’an dan
Hadis.
e. Jurnal Pagi (Morning Smart)
Peserta didik bebas membaca buku apa saja, menceritakan
kembali isinya di depan kelas. Juga dapat menggambar apa
saja dan hasil gambar diceritakan kembali, membantu
melabel, atau memberi nama dengan menulis apa yang dia
gambar. Peserta didik belajar menggambar, menulis apa
yang dia gambar, menceritakan isi gambar hasil buatannya sendiri dan belajar
mencontoh menulis hari, tanggal, bulan, dan tahun pada buku catatannya.

16
f. Bacaan Berkarakter
Guru membacakan buku yang mengandung muatan moral
sehingga peserta didik dapat membedakan perbuatan baik
dan buruk. Selanjutnya peserta didik dapat menyebutkan
contoh perbuatan baik dan buruk di lingkungannya.
g. Bacaan Literatur Islam
Peserta didik memperkaya dirinya dengan pengetahuan agama Islam melalui bacaan-
bacaan sirah nabawiyyah, sirah ashab, sirah ulama dan fikih, akidah, akhlak dalam
literatur arab maupun terjemahannya.

b. Menata Lingkungan Kaya Teks


Dalam kegiatan pembiasaan, iklim literasi juga diarahkan pada pengembangan lingkungan
fisik. Penyajian lingkungan memberikan stimulus kepada peserta didik atau warga madrasah
terkait dengan literasi. Harapannya semua warga madrasah akan memberikan respon motivasi
sehingga tercipta sebuah iklim belajar sepanjang hayat dengan budaya literasi. Adapun wujud
dari penataan lingkungan kaya teks adalah sebagai berikut:

1) Mengubah Kelas Menjadi Lingkungan Kaya Teks


Kelas merupakan tempat belajar yang harus nyaman
dan mempunyai nilai lebih sebagai tempat sumber
belajar, maka kelas harus kaya akan bahan-bahan teks
seperti: karya peserta didik berupa tulisan, gambar
maupun grafik. Media seperti poster, label nama
peserta didik, jadwal harian, kliping, foto, tugas kelas,
papan buletin, buku, atau sumber belajar lainnya.
2) Pengadaan Buku-Buku Nonpelajaran
Buku-buku nonpelajaran ini dimaksudkan agar anak-anak tumbuh minat bacanya
dengan menyediakan buku-buku yang sesuai minat dan usia mereka. Buku-buku
nonpelajaran ini seperti novel, kumpulan cerpen, buku ilmiah populer, majalah, komik,
dsb.

17
3) Perpustakaan yang Nyaman
Perpustakaan madrasah mempunyai peran penting dalam manajemen pengelolaan
pengetahuan dan sumber belajar di madrasah. Perpustakaan dapat dikelola oleh tim
perpustakaan yang terdiri dari tenaga khusus pustakawan atau guru madrasah yang
merangkap tugas menjadi petugas perpustakaan.
Adapun manajemen perpustakaan bisa menggunakan
manual catatan tulis maupun berbasis aplikasi. Minimal
madrasah sudah mempunyai buku bacaan atau sumber
belajar sesuai dengan jumlah peserta didik di madrasah.
Perlu ditekankan di sini bahwa pengaturan ruang perpustakaan menjadi daya tarik
tersendiri bagi pengunjungnya, maka tata ruang laksana wisata akademik menjadi
pilihan yang bagus dalam menumbuhkan minat baca-tulis di dalamnya.
4) Sudut Baca dan Gerobak baca
Sudut baca merupakan lokasi di kelas yang digunakan
untuk memusatkan peletakan buku. Sudut baca yang
berada di kelas dengan manajemen kelas masing
masing, dari sumber buku, sirkulasi dan
pustakawannya. Sudut baca dapat dilombakan setiap
bulan bahasa pada bulan Oktober. Koleksi sudut baca
berasal dari buku pribadi peserta didik yang dibawa
dari rumah masing masing dengan ketentuan sesuai
dengan tema belajar atau buku sumber belajar
lainnnya. Alternatif dari sudut baca adalah gerobak baca, gerobak baca ini merupakan
media perpustakaan keliling yang bisa.

5) Kafe Baca
Kafe baca merupakan sarana baca buku di luar ruangan
perpustakaan sambil menikmati makan atau minum. Bisa
meminjam buku di perpustakaan dan membacanya di
cafe baca, atau membaca majalah/koran yang disediakan.
Di sini pengunjung/peserta didik juga bisa membaca hasil
karya mereka yang dipajang di pojok karya. Adapun hasil karya yang terpajang di pojok
karya adalah salah satu bentuk penerapan literasi menulis, di antaranya yaitu puisi,
cerpen (cerita pendek), cergam (cerita gambar), poster, dan lain-lain.

18
6) Gubuk Literasi
Gubuk Literasi adalah tempat yang digunakan oleh peserta
didik untuk menggiatkan literasi di luar kelas. Di dalamnya
disediakan buku-buku, majalah, novel, komik, maupun buku
tulis serta pensil yang bisa digunakan peserta didik untuk
membaca maupun menulis serta mengekspresikan dirinya.
Juga bisa digunakan wahana guru mengadakan
pembelajaran di luar kelas (outdoor learning). Namun hal ini
menyesuaikan ketersediaan lahan yang ada di madrasah
masing-masing.

7) Majalah Dinding
Majalah dinding merupakan majalah yang dipasang
menggunakan media dinding atau yang lainnya, yang
berisi karya peserta didik, informasi maupun kreasi
yang menarik dari peserta didik. Dikarenakan media
ini terbatas dan tidak bisa memuat ratusan halaman
maka sebisa mungkin berisikan informasi yang ringkas dan jelas serta unik.

8) Poster–poster Kampanye Membaca Menulis


Madrasah membuat tulisan poster berisikan motivasi,
slogan, dll. Sebagai wujud dukungan kegiatan literasi
madrasah. Peserta didik dilibatkan dalam membuat
poster serta menjadi tutor sebaya dengan temannya
untuk memberikan edukasi terkait gerakan literasi di
madrasah secara istikamah.

19
9) Papan Kosakata
Madrasah menyediakan media untuk memasang kreativitas
kosakata yang menjadi acuan perbendaharaan kosakata
peserta didik. Papan kosakata dikelola oleh guru bahasa
maupun guru kelas yang berkompeten dibidang kosakata.
Dengan tujuan agar peserta didik bisa melihat media papan
kosakata setiap harinya dan menggunakannya dalam
percakapan sehari hari, sehingga nilai (value) pembelajaran
kosakata bisa maksimal dalam penerapannya.

10) Penyediaan koleksi teks cetak, digital, visual yang mudah diakses oleh warga
madrasah;
Penyediaan media baca berupa teks cetak, digital maupun visual yang ditempatkan
pada area yang mudah di jangkau oleh warga madrasah. Sumber baca yang mudah di
jangkau dan menarik untuk dibaca peserta didik sangat bermanfaat sekali guna
penunjang gerakan literasi madrasah.

2. Kegiatan Pengembangan dalam Gerakan Literasi Madrasah


Dalam kegiatan pengembangan, peserta didik didorong untuk menunjukkan keterlibatan
pikiran dan emosinya dengan proses membaca melalui kegiatan produktif secara lisan maupun
tulisan. Pada kegiatan ini, ada tagihan sederhana untuk penilaian non-akademik dan kegiatan
produktif ini tidak dinilai secara akademik.
Juga perlu dipertimbangkan bahwa kegiatan tindak lanjut memerlukan waktu tambahan
di luar 15 menit membaca, madrasah didorong untuk memasukkan waktu literasi dalam jadwal
pelajaran sebagai kegiatan membaca mandiri atau sebagai bagian dari kegiatan kokurikuler.
Bentuk, frekuensi, dan durasi pelaksanaan kegiatan tindak lanjut disesuaikan dengan kondisi
masing-masing madrasah, bisa berupa studi mandiri, literacy ourdoor learning, writing class,
dll. Alternatif kegiatan yang bisa dilakukan dalam kegiatan pengembangan ini adalah sebagai
berikut:

20
a. Menulis komentar pada jurnal harian baca
Jurnal harian membaca digunakan untuk memantau jenis
maupun jumlah buku peserta didik maupun guru yang
dibaca dalam waktu yang di tentukan, bisa 15 menit
sebelum pembelajaran di mulai atau pagi hari sebelum
jam pelajaran pertama. Jurnal harian bisa dibuat secara
sederhana seperti menyebutkan judul buku, pengarang
dan jumlah halaman yang dibaca. Adapun monitoring guru pendamping bisa dilakukan
setiap seminggu sekali maupun dua minggu sekali. Komentar bisa berupa kesan,
tanggapan, resensi, dll.

b. Mengungkapkan kembali
Mengungkapkan kembali apa yang telah didengar, dibaca atau
pengalaman dalam bentuk lisan maupun tulisan Proses ini
menjadi penting, karena menjadikan peserta didik memiliki
keberanian untuk mengungkapkan pengalaman maupun hal-
hal yang pernah ia baca. Hal ini juga mendorong terjadinya literasi aktif-produktif.

c. Pengembangan kosakata 4 bahasa


Peserta didik membaca teks pada halaman yang
ditentukan dan menemukan istilah istilah baru yang belum
diketahui. Selanjutnya peserta didik mencari padanan kata
dalam 4 bahasa (Indonesia, Inggris, Arab dan daerah) serta
menginventarisasi kata baru tersebut.

d. Frayer Model
Peserta didik membaca teks dan menemukan istilah-istilah
yang belum dikenal, kemudian mencari definisinya di
kamus atau internet. Kemudian peserta didik menyusun
kalimat sesuai dengan definisi istilah yang ditemukan serta
membuat ilustrasi dari istilah yang sudah ditemukan.

21
e. Penghargaan Terhadap Literasi
Guna memacu penerapan literasi di madrasah, dapat diadakan penghargaan-
penghargaan bagi pegiat literasi di samping juga untuk memacu warga madrasah untuk
berkarya melalui lomba literasi, antara lain melalui: a) Penganugerahan Pembaca Buku;
b) Penganugerahan Penulis Aktif; c) Lomba Mading; d) Lomba Sudut baca/
perpustakaan; e) Lomba Pohon literasi; f) Lomba Slogan ataupun yel-yel literasi.

f. Pengembangan Literasi Digital dan Teknologi Menggunakan Internet


Literasi Digital dan teknologi menggunakan internet
sangat membantu sekali dalam publikasi terkait literasi.
Hal ini bertujuan untuk memudahkan warga madrasah
untuk mengakses kapan pun dan darimana pun.
Pengembangan literasi digital dan teknologi sangat
dibutuhkan pada saat sekarang ini, yang mana semua
serba mudah dan easy friendly. Banyak aplikasi yang gratis dan open source yang bisa
diterapkan di madrasah seperti program “Slims”. Fitur yang dimilikinya sangat lengkap,
mulai dari data peserta didik, data buku, buku tamu, peminjaman, pengembalian, e-book,
dll.

g. Melibatkan Peserta Didik dalam Pengelolaan Perpustakaan (Pustakawan hebat)


Apresiasi peserta didik yang sering berkunjung dan meminjam buku di perpustakaan
dan mendampinginya menjadi pustakawan hebat.
Pustakawan hebat adalah petugas perpustakaan yang
berasal dari peserta didik. Hal ini sebagai bentuk
apresiasi pustakawan terhadap pemustaka peserta
didik yang paling sering berkunjung dan meminjam
buku. Tugas dari pada pustakawan hebat di
antaranya yaitu membantu pemustaka/pengujung dalam membarcode digital library
card, membantu mencari buku, memberikan informasi, serta membantu sirkulasi
peminjaman dan pengembalian buku. Hal ini ternyata memotivasi peserta didik yang
lain agar masuk sebagai pustakawan hebat madrasah.

22
h. Mengumpulkan Karya-Karya Guru dan Peserta Didik berupa majalah, buku, dll.
Mengumpulkan karya adalah salah satu program
madrasah yang mewadahi sekaligus sebagai apresiasi
atas hasil karya-karya peserta didik dalam hal menulis.
Selain dipajang di pojok karya cafe reading, majalah
dinding, hasil karya peserta didik pilihan berupa
cerpen, cergam, puisi, pantun, dan lain sebagainya bisa dimuat di dalam majalah yang
diterbitkan di majalah madrasah. Majalah madrasah dibuat oleh tim jurnalistik yang
terdiri dari guru dan peserta didik yang tergabung dalam tim jurnalistik. Dengan
harapan karya guru dan peserta didik bisa didokumentasikan dalam bentuk digital
konten dan bisa diakses melalui jaringan internet dari mana saja. Sehingga karya mereka
bisa menjadi motivasi bagi yang lainnya melalui media internet.

3. Kegiatan Pembelajaran dalam Gerakan Literasi Madrasah


Dalam kegiatan pembelajaran, semua kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan tindak
lanjut di kegiatan pengembangan dapat diteruskan sebagai bagian dari pembelajaran dan
dinilai secara akademik Kegiatan literasi dalam pembelajaran dengan tagihan akademik.
Adapun kegiatan dalam kegiatan ini adalah:
a. Integrasi literasi dalam perencanaan pembelajaran
Dalam kegiatan ini, proses literasi harus tercantum dalam perencanaa pembelajaran
Silabus dan RPP yang dirancang oleh guru. Hal ini dilakukan agar ada jaminan bahwa guru
menjalankan proses-proses literasi sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013.
b. Integrasi literasi dalam proses pembelajaran
1) Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua mata pelajaran
(misalnya, dengan menggunakan graphic organizers).
2) Menggunakan proses literasi di semua muatan/mata pelajaran yang termaktub di dalam
langkah-langkah pembelajaran dalam RPP.
3) Menggunakan lingkungan fisik, sosial dan afektif, dan akademik disertai beragam
bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran
untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran.
c. Integrasi literasi dalam penilaian pembelajaran
Setelah perencanaan dan proses pembelajaran mencerminkan literasi, maka hal terpenting
yang harus dilakukan adalah bagaimana proses penilaian juga mencerminkan literasi. Item

23
Soal yang disusun harus memuat di dalamnya proses membaca, menulis, mencari dan
menerima informasi.

D. MODEL-MODEL KEGIATAN MADRASAH MENULIS (MANIS)


Gerakan Literasi Madrasah dijabarkan lebih lanjut melalui kegiatan Madrasah Menulis
(Manis), yaitu sebuah program untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Madrasah dalam
hal menulis, mulai dari RA, MI, MTs, dan MA.
Tujuan kegiatan Madrasah Menulis adalah untuk membudayakan menulis bagi guru,
pegawai, dan peserta didik MI, MTs, dan MA untuk menghasilkan produk tulisan sesuai dengan
jenjang dan kemampuannya. Kegiatan Madrasah Menulis (Manis) meliputi:
1. Guru Menulis (Gelis)
Guru memiliki kewajiban untuk menghasilkan karya tulis yang dipergunakan
meningkatkan kompetensinya dalam hal publikasi ilmiah. Karya-karya tulis yang dimaksud
adalah:
a. Menulis Buku Besar (B2) dan Buku Bacaan Berjenjang (B3)
Big book atau buku besar (B2) merupakan buku yang bisa dicetak oleh penerbit atau
didisain sendiri oleh guru dengan aturan-aturan tertentu dan menyesuaikan dengan
pelajarannya. Big book bisa menjadi media pengajaran alternatif bagi guru, disamping
buku paket, terutama pada kelas awal. Sedangkan Buku Bacaan Berjenjang (B3) adalah
buku nonteks pelajaran yang disesuaikan tingkat kemampuan membaca dan tingkat
kesulitan bacaan (mudah ke sulit). Buku bacaan berjenjang berisi gambar yang
dilengkapi keterangan ataupun cerita singkat.
b. Menulis Esai Praktik Pembelajaran yang Baik (Best Practices Pembelajaran)
Best Practice adalah tulisan yang berisi tentang praktik pembelajaran yang baik di
kelas, yang telah kita lakukan di setiap kita melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Praktik pembelajaran yang baik bisa kita tulis dalam bentuk esai setiap selesai
mengajar dan kita kumpulkan menjadi naskah buku, untuk kegiatan pembelajaran di
tahun berikutnya.
c. Menulis Laporan Ilmiah Praktik Terbaik Pembelajaran (Best Practice Laporan
Ilmiah )
Laporan ilmiah praktik terbaik pembelajaran merupakan karya tulis guru yang berisi
ide/gagasan penulis dalam upaya mengatasi berbagai masalah pendidikan formal dan
pembelajaran yang ada di satuan madrasahnya.
Kerangka isi hasil penelitian sekurang-kurangnya sebagai berikut.

24
1) Bagian Awal
Terdiri dari halaman judul; lembaran persetujuan; kata pengantar; daftar isi,
daftar label, daftar gambar, dan Lampiran; serta abstraksi atau ringkasan.
2) Bagian Isi
Umumnya terdiri dari beberapa bab, yakni:
 Bab Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah,
Perumusan Masalah, Tujuan, dan Manfaat.
 Bab Kajian/Tinjauan Pustaka.
 Bab Pembahasan Masalah yang didukung data berasal dari satuan
pendidikannya. Cara pemecahan masalah yang menguraikan langkah-
langkah atau cara-cara dalam memecahkan masalah, termasuk hambatan
hambatan yang harus diatasi yang dituangkan secara rinci. (Hal yang sangat
perlu disajikan, pada bab ini, adalah keaslian, kejelasan ide/gagasan, dan
kecemerlangan ide terkait dengan upaya pemecahan masalah di madrasah/
madrasahnya. Uraian ini merupakan inti tulisan Best Practice.
3) Bab Kesimpulan.
4) Bagian Penunjang:
Memuat daftar pustaka dan Lampiran data yang digunakan dalam melakukan
tinjauan atau gagasan ilmiah.
d. Menulis Laporan Hasil Penelitian
Laporan hasil penelitian merupakan karya tulis yang didasarkan pada hasil penelitian
yang dilakukan guru pada bidang pendidikan sesuai dengan tugas pokoknya. Laporan
penelitian dapat berupa penelitian tindakan kelas, penelitian eksperimen, penelitian
deskriptif, penelitian perbandingan, penelitian korelasi, dan sebagainya.
Kerangka isi hasil penelitian sekurang-kurangnya sebagai berikut.
1) Bagian Awal:
Terdiri dari halaman judul; lembaran persetujuan; kata pengantar; daftar isi,
daftar label, daftar gambar, dan Lampiran; serta abstrak atau ringkasan.
2) Bagian Isi:
Umumnya terdiri dari beberapa bab yakni:
o Bab Pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan, dan Kemanfaatan hasil penelitian;
o Bab kajian/tinjauan pustaka;
o Bab metode penelitian;

25
o Bab hasil dan diskusi/analisis hasil kajian, serta
o Bab kesimpulan dan saran.
o Bagian Penunjang
Memuat daftar pustaka dan lampiran-lampiran (seperti instrumen yang digunakan,
contoh hasil kerja peserta didik, contoh isian instrumen, foto-foto kegiatan, surat izin
penelitian, rencana pembelajaran, dan dokumen pelaksanaan penelitian lain yang
menunjang keaslian penelitian tersebut).
e. Menulis Buku Populer
Buku ini bisa berupa :
1) Buku Mata Pelajaran berisi materi pelajaran sesuai dengan bidang studi masing-
masing yang merujuk pada Kurukulum 2013
2) Buku Pengayaan/Buku Penunjang
3) Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
4) Buku Otobiografi
5) Antologi Puisi
6) Antologi Cerpen
7) Novel
8) Kamus Bahasa/Bidang Studi
f. Artikel Ilmiah (Jurnal)
Artikel ilmiah dalam bidang pendidikan merupakan tulisan yang berisi gagasan atau
tinjauan ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran di satuan pendidikan
yang dimuat di jurnal ilmiah. Artikel gagasan ilmiah di bidang pendidikan pada
umumnya mengikuti aturan dari jurnal yang akan memuat artikel gagasan ilmiah
tersebut.
Artikel ilmiah sekurang-kurangnya berisi sebagai berikut:
1) Pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan, dan manfaat.
2) Kajian teori, yang menguraikan tentang teori-teori yang relevan.
3) Pembahasan, yang mengemukakan tentang gagasan/ ide penulis dalam upaya
memecahkan masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan dan
pembelajaran di madrasah/madrasahnya. Pembahasan tersebut didukung oleh
teori dan data yang relevan.
4) Kesimpulan.

26
g. Artikel Ilmiah Populer (Opini/Esai)
Tulisan ilmiah populer merupakan tulisan ilmiah yang dipublikasikan di media massa
(koran, majalah, atau sejenisnya). Tulisan ilmiah populer dalam kaitan dengan upaya
pengembangan profesi guru merupakan tulisan yang lebih banyak mengandung isi
pengetahuan, berupa ide, atau gagasan pengalaman penulis yang menyangkut bidang
pendidikan.
Kerangka isi tulisan ilmiah populer disesuaikan dengan persyaratan atau kelaziman dari
media massa yang akan mempublikasikan tulisan tersebut.
h. Modul/Diktat
Definisi/pengertian modul dan diktat adalah sebagai berikut:
1) Modul adalah materi pelajaran yang disusun dan disajikan secara tertulis
sedemikian rupa sehingga pembacanya diharapkan dapat menyerap sendiri
materi tersebut.
2) Diktat adalah catatan tertulis suatu mata pelajaran atau bidang studi yang
dipersiapkan guru untuk mempermudah/memperkaya materi matapelajaran/
bidang studi yang disampaikan olehguru dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Modul/diktat tersebut harus secara jelas menunjukkan nama mata pelajaran atau
materi pokok tertentu yang menjadi isi utamanya, tahun/semester diterbitkan, serta
penjelasan kelas dari peserta didik yang akan menggunakan modul atau diktat tersebut.
Materi pelajaran pada suatu modul/diktat, disusun dan disajikan sedemikian rupa agar
peserta didik secara mandiri dapat memahami materi yang disajikan. Sekurang-
kurangnya terdiri dari:
 Petunjuk untuk peserta didik;
 Isi materi bahasan (uraian dan contoh);
 Lembar kerja peserta didik;
 Evaluasi;
 Kunci jawaban evaluasi; dan
 Pegangan tutor/guru (jika ada).

i. Karya Terjemahan
Karya terjemahan merupakan tulisan yang dihasilkan dari penerjemahan buku
pelajaran atau buku dalam bidang pendidikan dari bahasa asing atau bahasa daerah ke
Bahasa Indonesia atau sebaliknya dari Bahasa Indonesia ke bahasa asing atau bahasa
daerah yang akan digunakan untuk membantu proses pembelajaran.
27
Buku terjemahan tersebut harus dilengkapi dengan surat pernyataan dari kepala
madrasah yang menjelaskan perlunya karya terjemahan tersebut untuk menunjang
proses pembelajaran disertai tanda tangan kepala madrasah dan madrasah
bersangkutan. Kerangka isi karya terjemahan mengikuti kerangka isi dari buku yang
diterjemahkan.
2. Peserta Didik/Siswa Menulis (Sulis)
Pendampingan peserta didik untuk menghasilkan karya literasi bisa berupa antara lain:
a. Cerita Pendek
Cerita pendek adalah karangan pendek yang berbentuk prosa yang menceritakan
berbagai macam peristiwa, baik peristiwa menyenangkan, mengharukan, pertikaian
dan mengandung pesan moral yang berkesan. Cerita pendek merupakan salah satu
karya sastra yang bersifat fiktif yang menggambarkan suatu peristiwa yang dialami dan
diringkas yang disertai konflik dengan penyelesaian masalah yang ada.
Cerita pendek biasanya menggunakan kurang dari 10.000 kata/kurang lebih 3
sampai 5 halaman saja. Penulisan cerita sangat singkat, padat dan menggunakan kata
kata yang sangat ekonomis. Biasanya cerita pendek habis jika dibaca dalam sekali baca.
Karakter dalam tokoh di cerita sangat sederhana dan tidak terlalu rumit mapun
mendalam.
b. Puisi
Puisi merupakan karya sastra/ungkapan pikiran yang menggabungkan bahasa
yang disingkat dengan diberi irama. Biasanya menggunakan kiasan dalam setiap baitnya
sehingga menghasilkan estetika bahasa yg berpadu.
Puisi mempunyai bentuk yang rapi, simetris dan sajak yang teratur, pada umumnya
terbentuk dari 4 seuntai, terdiri dari kesatuan sintaksis dan disetiap sintaksis terdiri
dari 4 sampai 5 suku kata.
c. Novel
Novel adalah bentuk karya sastra yang mana terdapat nilai nilai moral, sosial,
budaya, pendidikan, maupun pengalaman di dalamnya. Biasanya novel memiliki banyak
halaman, setidaknya terdapat 100 halaman atau lebih. Jika dilihat dari jumlah kata bisa
mencapai lebih dari 34.000 kata.
Dalam penulisannya, alur cerita di novel sangatlah kompleks sehingga dalam
membaca sebuah novel saja kita bisa menggunakan waktu sampai dengan 2 jam ataupun
lebih. Dengan kata lain, novel adalah bentuk panjang dari cerita pendek.

28
d. Komik
Komik adalah kumpulan dari banyak frame bergambar yang berurutan dan dapat
disimpulkan oleh pembaca pada akhir frame tersebut. Komik juga mempunyai ciri khas
khusus, bukan seperti lukisan pada umumnya. Karakter tokoh yang digambarkan bisa
menarik perhatian pembaca, sehingga muncul ikatan emosional dengan pelaku cerita.
Bentuk dari komik sendiri sangat menghibur dan menarik, karena beberapa
komik juga ada yang berisikan humor, dengan penggambaran tokoh karakter beraneka
ragam, dari tokoh super hero maupun manusia, binatang, dan animasi.
e. Cerita Bergambar
Cerita bergambar atau biasa disingkat dengan cergam adalah narasi pendek yang
berisikan inti dari sebuah cerita, sedangkan gambar hanya digunakan sebagai media
ilustrasi pelengkap saja.
f. Reportase
Reportase merupakan suatu kegiatan untuk meliput dan mengumpulkan fakta
fakta peristiwa dari berbagai sumber kemudian menuliskan dalam sebuah berita jadi.
Kegiatan ini layaknya seorang jurnalistik yang datang di tempat kejadian dilapangan
kemudian mengumpulkan fakta berita sesuai dengan fakta yang ada.
g. Poster
Poster adalah iklan atau selebaran yang berbentuk tulisan dan gambar yang
menarik yang di pasang di dinding maupun media lain yang strategis agar bisa dilihat
oleh orang lain. Isi konten dari poster beraneka ragam, mulai dari ajakan atau himbauan
untuk melakukan sesuatu sampai dengan iklan suatu produk. Tujuan dibuat poster agar
lebih menarik perhatian orang untuk membaca maupun melihatnya dan mengarahkan
kea rah kegiatan atau tindakan tertentu sesuai dengan isi konten poster itu sendiri.
h. Digital Visual Literacy
Digital visual literasi merupakan karya literasi dalam bentuk digital, dengan
menggunakan media bantu dari aplikasi dan piranti yang tersedia di internet. Digital
Visual Literacy merupakan penggabungan antara materi/konten, fotografi, videografi,
ilustrasi, animasi dan tipografi. Adapun varian digital visual literacy seperti video motion
dan vlog.
Aplikasi pembuatan video motion yang bisa digunakan untuk media pembelajaran,
seperti sparkol video scribe maupun beteable.com. Kedua aplikasi tersebut terdapat versi
free dan dapat digunakan membuat animasi dengan menggunakan simbol atau gambar
dengan di lampirkan audio visual. Sedangkan aplikasi yang digunakan vlog sangat

29
beragam seperti imovie editing untuk iphone, google hangout, screencast(untuk
membuat tutorial) dan masih banyak lagi di playstore, aplikasi live streaming bisa
menggunakan aplikasi youtube yang paling banyak digunakan.
i. Karya Ilmiah Remaja (KIR)
Karya ilmiah remaja merupakan karya tulis hasil penelitian dan pengembangan
dan/atau tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis yang dituangkan
oleh perseorangan atau kelompok yang memenuhi kaidah ilmiah. Kaidah ilmiah bisa
merujuk pada sumber yang kredibel dengan guru pembimbing.
j. Resensi/Sinopsis
Karya tulis yang berisi pertimbangan atau pembicaraan tentang buku atau dalam
bahasa lain ulasan buku.
3. Kepala Madrasah Menulis (Kamis) dan Pengawas Menulis (Panelis)
Kepala Madrasah dan Pengawas juga memiliki kewajiban untuk menghasilkan
karya tulis yang dipergunakan meningkatkan kompetensinya dalam hal publikasi ilmiah.
Karya-karya tulis yang dimaksud adalah:
a. Menulis Laporan Hasil Penelitian
Laporan hasil penelitian merupakan karya tulis yang didasarkan pada hasil penelitian
yang dilakukan Kepala Madrasah atau Pengawas pada bidang pendidikan sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya. Laporan penelitian dapat berupa penelitian
tindakan madrasah (PTM) bagi kepala, penelitian tindakan kepengawasan (PTKP) bagi
pengawas, penelitian eksperimen, penelitian deskriptif, penelitian perbandingan,
penelitian korelasi, dan sebagainya.
b. Menulis Buku Populer
Buku ini bisa berupa :
a. Buku bidang pendidikan terkait pengembangan madrasah
b. Buku bidang pendidikan terkait pengembangan pembelajaran
c. Buku Otobiografi
d. Antologi Puisi atau Cerpen
e. Novel
f. Kamus Bahasa/Bidang Studi
c. Artikel Ilmiah (Jurnal)
Artikel ilmiah dalam bidang pendidikan merupakan tulisan yang berisi gagasan atau
tinjauan ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran di satuan
pendidikan yang dimuat di jurnal ilmiah. Artikel gagasan ilmiah di bidang pendidikan

30
pada umumnya mengikuti aturan dari jurnal yang akan memuat artikel gagasan ilmiah
tersebut.
Artikel ilmiah sekurang-kurangnya berisi sebagai berikut:
1) Pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan, dan manfaat.
2) Kajian teori, yang menguraikan tentang teori-teori yang relevan.
3) Pembahasan, yang mengemukakan tentang gagasan/ ide penulis dalam upaya
memecahkan masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan dan
pembelajaran di madrasah/madrasahnya. Pembahasan tersebut didukung oleh
teori dan data yang relevan.
4) Kesimpulan.
d. Artikel Ilmiah Populer (Opini/Esai)
Tulisan ilmiah populer merupakan tulisan ilmiah yang dipublikasikan di media massa
(koran, majalah, atau sejenisnya). Tulisan ilmiah populer dalam kaitan dengan upaya
pengembangan profesi guru merupakan tulisan yang lebih banyak mengandung isi
pengetahuan, berupa ide, atau gagasan pengalaman penulis yang menyangkut bidang
pendidikan.
Kerangka isi tulisan ilmiah populer disesuaikan dengan persyaratan atau kelaziman
dari media massa yang akan mempublikasikan tulisan tersebut.
e. Karya Terjemahan
Karya terjemahan merupakan tulisan yang dihasilkan dari penerjemahan buku
pelajaran atau buku dalam bidang pendidikan dari bahasa asing atau bahasa daerah ke
Bahasa Indonesia atau sebaliknya dari Bahasa Indonesia ke bahasa asing atau bahasa
daerah yang akan digunakan untuk membantu proses pembelajaran.
Buku terjemahan tersebut harus dilengkapi dengan surat pernyataan dari kepala
madrasah yang menjelaskan perlunya karya terjemahan tersebut untuk menunjang
proses pembelajaran disertai tanda tangan kepala madrasah dan madrasah
bersangkutan. Kerangka isi karya terjemahan mengikuti kerangka isi dari buku yang
diterjemahkan.

E. PIHAK YANG BERPERAN DAN TIM PENGGERAK LITERASI (TIGER)


Gerakan Literasi Madrasah (Gelem) sangat membutuhkan partisipasi semua pemangku
kepentingan dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi, Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota, dan satuan pendidikan di tingkat madrasah bahkan masyarakat (termasuk

31
dunia usaha dan industri). Semuanya memiliki peran yang penting sesuai porsinya masing-
masing.
1. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi dalam hal ini Bidang Pendidikan Madrasah
(Pendma) memiliki peran:
a. Membuat kebijakan daerah untuk mendukung pelaksanaan Gelem berupa panduan
pelaksanaan dan semua dokumen pendukung pelaksanaan Gelem.
b. Melaksanakan sosialisasi Gelem kepada Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota,
satuan pendidikan, dan masyarakat.
c. Merancang dan melaksanakan pelatihan literasi untuk warga sekolah dan
masyarakat.
d. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Gelem di tingkat kabupaten/kota,
dan satuan pendidikan.
e. Membuat rencana tindak lanjut Gelem berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi
pelaksanaan Gelem.
f. Membentuk Tim Penggerak Literasi (Tiger) di tingkat Provinsi yang terdiri dari unsur:
1) Kepala Bidang Pendidikan Madrasah selaku Penanggungjawab
2) Salah satu Kepala Seksi
3) Pegawai/ Pengembang / Staf
4) Unsur Widyaiswara, Madrasah Development Center (MDC), perguruan tinggi,
dan/atau lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam literasi.
5) Unsur Kelompok Kerja Madrasah (KKM), Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP), Kelompok Kerja Guru (KKG), Ikatan Guru RA (IGRA), unsur Kepala
Madrasah.
g. Tugas tim adalah merencanakan, melaksanakan pendampingan, melaporkan, dan
melakukan asesmen serta mengevaluasi pelaksanaan Gelem di tingkat Provinsi.

2. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/ Kota


Kantor Kementerian Agama Kabupaten/ Kota dalam hal ini seksi Pendidikan Madrasah
(Pendma) memiliki peran:
a. Melakukan analisis kebutuhan dan mengkaji isu-isu strategis yang terkait
dengan kemampuan literasi guru dan peserta didik di wilayah masing-
masing.
b. Membuat kebijakan daerah untuk mendukung pelaksanaan Gelem.

32
c. Melakukan sosialisasi konsep, program, dan kegiatan Gelem di satuan pendidikan di
kabupaten/kota masing-masing.
d. Merencanakan dan melaksanakan pendampingan dan pelatihan kepada warga sekolah
untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam memberikan pelayanan pendidikan
terutama pelaksanaan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan literasi
peserta didik.
e. Memantau serta memastikan ketersediaan buku referensi dan buku pengayaan, dan
sarana yang mendukung program Gelem.
f. Melakukan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan Gelem di tingkat
kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan masyarakat.
g. Membuat rencana tindak lanjut berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan
Gelem.
h. Membentuk Tim Penggerak Literasi (Tiger) di tingkat Kabupaten/ Kota yang terdiri dari
unsur:
1) Kepala Seksi Pendidikan Madrasah selaku Penanggungjawab
2) Pegawai / Pengembang / Staf
3) Unsur Pengawas Madrasah
4) Unsur Kelompok Kerja Madrasah (KKM), Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP), Kelompok Kerja Guru (KKG), Ikatan Guru RA (IGRA), unsur Kepala
Madrasah,
5) Unsur perguruan tinggi, dan/atau lembaga swadaya masyarakat yang bergerak
dalam literasi.
i. Tugas tim adalah merencanakan, melaksanakan pendampingan, melaporkan, dan
melakukan asesmen serta mengevaluasi pelaksanaan Gelem di tingkat Kabupaten/
Kota.

3. Satuan Pendidikan
Di tingkat satuan pendidikan, yang menerima perlakuan (intervensi) dari Gerakan Literasi
Madrasah (Gelem) adalah kepala madrasah, pengawas, guru, dan masyarakat (termasuk
dunia usaha dan industri). Di antara perannya adalah
a. Mengidentifikasi kebutuhan madrasah dengan mengacu pada kondisi pemenuhan
indikator Standar Pelayanan Minimal.
b. Melaksanakan kegiatan Gelem yang meliputi pembiasaan, pengembangan dan
pembelajaran.

33
c. Melaksanakan pelatihan guru untuk meningkatkan kemampuan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang mampu meningkatkan
kemampuan literasi peserta didik.
d. Memanfaatkan sarana dan prasarana madrasah dengan maksimal untuk memfasilitasi
pembelajaran.
e. Mengelola perpustakaan sekolah dengan baik.
f. Menginventarisasi semua prasarana yang dimiliki sekolah (salah satunya
buku).
g. Menciptakan ruang-ruang baca yang nyaman bagi warga sekolah.
h. Melaksanakan kegiatan 15 menit membaca sebelum pembelajaran bagi
seluruh warga madrasah.
i. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang melibatkan orang tua dan masyarakat
untuk meningkatkan kesadaran mereka terhadap literasi agar perlakuan yang diberikan
kepada peserta didik di madrasah bisa ditindaklanjuti di dalam keluarga dan di tengah
masyarakat.
j. Merencanakan dan atau bekerja sama dengan pihak lain yang melaksanakan berbagai
kegiatan Gelem.
k. Melakukan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan program kegiatan Gelem yang
dilaksanakan.
l. Membuat rencana tindak lanjut berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan
Gelem.
m. Membentuk Tim Penggerak Literasi (Tiger) di tingkat Satuan Pendidikan yang terdiri
dari unsur:
1) Kepala Madrasah selaku Penanggungjawab
2) Pegawai / Staf Perpustakaan
3) Unsur Guru
4) Unsur Komite / Paguyuban Wali / Masyarakat
Tugas tim adalah merencanakan, melaksanakan pendampingan, melaporkan, dan
melakukan asesmen serta mengevaluasi pelaksanaan Gelem di tingkat Satuan Pendidikan.

34
INSTRUMEN

35
F. MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN
Gerakan Literasi Madrasah ini akan terus dimonitoring dan dievaluasi secara berjenjang
mulai dari Kementerian Agama Kabupaten/Kota sampai Kementerian Agama Provinsi dengan
menggunakan instrumen ketercapaian.
1. Kriteria Ketercapaian Gerakan Literasi Madrasah
Kegiatan Pembiasaan
Skor
No Indikator 5 4 3 2 1 Bukti
(a) (b) (c) (d) (e)
1. Ada kegiatan 15 menit membaca (membaca  Jadwal
dalam hati, membacakan nyaring) yang Kegiatan
dilakukan setiap hari (di awal, tengah, atau  Foto kegiatan
menjelang akhir pelajaran).  Jurnal
A. Kegiatan 15 menit membaca telah berjalan Membaca
selama minimal 3 semester Harian
B. Kegiatan 15 menit membaca telah berjalan
selama minimal 2 semester
C. Kegiatan 15 menit membaca telah berjalan
selama minimal 1 semester
D. Kegiatan 15 menit membaca telah berjalan
selama minimal 3 bulan
E. Kegiatan 15 menit membaca telah berjalan
selama minimal 1 bulan
2. Peserta didik memiliki jurnal membaca harian.  Jurnal
A. 100% Peserta didik memiliki jurnal Membaca
membaca harian. Harian
B. 75% Peserta didik memiliki jurnal
membaca harian.
C. 50% Peserta didik memiliki jurnal
membaca harian.
D. 25% Peserta didik memiliki jurnal
membaca harian.
E. 0% Peserta didik memiliki jurnal membaca

36
harian.
3. Guru, kepala madrasah, dan/atau tenaga  Jurnal
kependidikan menjadi model dalam kegiatan 15 Membaca
menit membaca dengan ikut membaca selama Harian Guru,
kegiatan berlangsung. Kepala,
A. 100% Guru, kepala madrasah, dan/atau Tenaga
tenaga kependidikan ikut membaca dan  Foto Kegiatan
memiliki jurnal membaca harian.
B. 75% Guru, kepala madrasah, dan/atau
tenaga kependidikan ikut membaca dan
memiliki jurnal membaca harian.
C. 50% Guru, kepala madrasah, dan/atau
tenaga kependidikan ikut membaca dan
memiliki jurnal membaca harian.
D. 25% Guru, kepala madrasah, dan/atau
tenaga kependidikan ikut membaca dan
memiliki jurnal membaca harian.
E. 0% Guru, kepala madrasah, dan/atau
tenaga kependidikan ikut membaca dan
memiliki jurnal membaca harian.
4. Ada perpustakaan yang representatif dengan  Bukti fisik
koleksi buku nonpelajaran (terdiri dari 40% perpustakaan
literatur keagamaan, 30% literatur umum,  Bukti fisik
30% literatur kesehatan/lingkungan) . buku non
A. Terdapat perpustakaan dengan koleksi pelajaran dan
buku nonpelajaran lebih dari 2x jumlah jumlahnya
peserta didik
B. Terdapat perpustakaan dengan koleksi
buku nonpelajaran lebih dari 1x jumlah
peserta didik
C. Terdapat perpustakaan dengan koleksi
buku nonpelajaran lebih dari setengah
dari jumlah peserta didik

37
D. Terdapat perpustakaan dengan koleksi
buku nonpelajaran lebih dari seperempat
dari jumlah peserta didik
E. Terdapat perpustakaan tetapi belum ada
koleksi buku nonpelajaran
5. Ada sudut baca di tiap kelas, dan area baca  bukti fisik
yang nyaman dengan koleksi buku dan foto
nonpelajaran. sudut baca
A. sudut baca di tiap kelas, dan 2 area baca  bukti fisik
yang nyaman dengan koleksi buku area baca
nonpelajaran
B. sudut baca di tiap kelas, dan 1 area baca
yang nyaman dengan koleksi buku
nonpelajaran
C. sudut baca di setengah jumlah kelas yang
ada, dan 1 area baca yang nyaman dengan
koleksi buku nonpelajaran
D. sudut baca di seperempat jumlah kelas yang
ada, dan 1 area baca yang nyaman dengan
koleksi buku nonpelajaran
E. sudut baca belum ada di setengah jumlah
kelas, dan belum ada area baca yang
nyaman dengan koleksi buku nonpelajaran
6. Ada poster-poster kampanye membaca di kelas, bukti fisik dan
koridor, dan/atau area lain di madrasah. foto poster
A. Setiap ruang terdapat poster kampanye
membaca
B. 75% dari jumlah ruang terdapat poster
kampanye membaca
C. 50% dari dari jumlah ruang terdapat poster
kampanye membaca
D. 25% dari dari jumlah ruang terdapat poster
kampanye membaca

38
E. 0% dari dari jumlah ruang terdapat poster
kampanye membaca
7. Ada bahan kaya teks yang terpampang di tiap bukti fisik dan
kelas. foto bahan kaya
A. Setiap ruang terdapat bahan kaya teks yang teks yang
terpampang dipampang
B. 75% dari jumlah ruang terdapat bahan kaya
teks yang terpampang
C. 50% dari dari jumlah ruang terdapat bahan
kaya teks yang terpampang
D. 25% dari dari jumlah ruang terdapat bahan
kaya teks yang terpampang
E. 0% dari dari jumlah ruang terdapat bahan
kaya teks yang terpampang
8. Madrasah berupaya melibatkan publik (orang Foto /
tua, alumni, komite dan masyarakat) untuk Dokumen /
mengembangkan kegiatan literasi madrasah. Absensi /
A. Madrasah melibatkan semua elemen orang MOU
tua, alumni, komite dan masyarakat untuk
mengembangkan literasi madrasah
B. Madrasah melibatkan hanya tiga elemen
dari orang tua, alumni, komite dan
masyarakat untuk mengembangkan literasi
madrasah.
C. Madrasah melibatkan hanya dua elemen
dari orang tua, alumni, komite dan
masyarakat untuk mengembangkan literasi
madrasah
D. Madrasah melibatkan satu elemen dari
orang tua, alumni, komite dan masyarakat
untuk mengembangkan literasi madrasah
E. Madrasah belum melibatkan elemen dari
orang tua, alumni, komite dan masyarakat

39
untuk mengembangkan literasi madrasah

9. Kepala madrasah dan jajarannya berkomitmen • RKM


melaksanakan dan mendukung gerakan literasi • Dokumen
madrasah rapat/
A. Terdapat kebijakan menggerakkan literasi • Daftar hadir/
di semua unsur: RKM, dokumen rapat, surat • Surat
keputusan tim penggerak, dan program keputusan
kerja.
B. Terdapat kebijakan menggerakkan literasi
di 3 unsur berikut: RKM, dokumen rapat,
surat keputusan tim penggerak, dan
program kerja.
C. Terdapat kebijakan menggerakkan literasi
di 2 unsur berikut: RKM, dokumen rapat,
surat keputusan tim penggerak, dan
program kerja.
D. Terdapat kebijakan menggerakkan literasi
di 1 unsur berikut: RKM, dokumen rapat,
surat keputusan tim penggerak, dan
program kerja.
E. Belum terdapat kebijakan menggerakkan
literasi di semua unsur: RKM, dokumen
rapat, surat keputusan tim penggerak, dan
program kerja.

Kegiatan Pengembangan
Skor
Bukti/
No Indikator 5 4 3 2 1
Berkas
(a) (b) (c) (d) (e)
Ada berbagai kegiatan tindak lanjut dalam • Berkas
10. bentuk menghasilkan tanggapan tanggapan
secara lisan maupun tulisan secara lisan

40
A. 80% warga madrasah menghasilkan maupun
tanggapan secara lisan maupun tulisan. tulisan
B. 60% warga madrasah menghasilkan • Rekapitulasi
tanggapan secara lisan maupun tulisan.
C. 40% warga madrasah menghasilkan
tanggapan secara lisan maupun tulisan.
D. 20% warga madrasah menghasilkan
tanggapan secara lisan maupun tulisan.
E. 0% warga madrasah menghasilkan
tanggapan secara lisan maupun tulisan.
Terdapat portofolio Jurnal tanggapan membaca • Berkas
yang dipajang di kelas dan/atau koridor Portofolio
Madrasah. • Rekapitulasi
A. 40% portofolio Jurnal tanggapan membaca
dipajang di kelas dan/atau koridor
Madrasah.
B. 30% portofolio Jurnal tanggapan membaca
dipajang di kelas dan/atau koridor
Madrasah.
11.
C. 20% portofolio Jurnal tanggapan membaca
dipajang di kelas dan/atau koridor
Madrasah..
D. 10% portofolio Jurnal tanggapan membaca
dipajang di kelas dan/atau koridor
Madrasah..
E. 0% portofolio Jurnal tanggapan membaca
dipajang di kelas dan/atau koridor
Madrasah.
Tagihan lisan dan tulisan digunakan sebagai • Berkas karya
penilaian nonakademik. literasi warga
12. A. 40% warga madrasah (Kepala, Guru, madrasah
Peserta Didik, Tenaga Kependidikan) • rekapitulasi
menghasilkan karya literasi lisan maupun

41
tulisan.
B. 30% warga madrasah (Kepala, Guru,
Peserta Didik, Tenaga Kependidikan)
menghasilkan karya literasi lisan maupun
tulisan.
C. 20% warga madrasah (Kepala, Guru,
Peserta Didik, Tenaga Kependidikan)
menghasilkan karya literasi lisan maupun
tulisan.
D. 10% warga madrasah (Kepala, Guru,
Peserta Didik, Tenaga Kependidikan)
menghasilkan karya literasi lisan maupun
tulisan.
E. 0% warga madrasah (Kepala, Guru, Peserta
Didik, Tenaga Kependidikan) menghasilkan
karya literasi lisan maupun tulisan.
Ada penghargaan terhadap pencapaian peserta • bukti fisik
didik dalam kegiatan literasi secara penghargaan
berkala. dan foto
A. Pemberian Penghargaan telah berjalan
selama minimal 3 semester
B. Pemberian Penghargaan telah berjalan
13. selama minimal 2 semester
C. Pemberian Penghargaan telah berjalan
selama minimal 1 semester
D. Pemberian Penghargaan telah berjalan
selama minimal 3 bulan
E. Pemberian Penghargaan telah berjalan
selama minimal 1 bulan
Ada kegiatan akademik yang mendukung • Dokumen
budaya literasi madrasah, misalnya: wisata ke kegiatan dan
14.
perpustakaan, kunjungan perpustakaan keliling foto
ke madrasah, studi mandiri di perpustakaan, dll.

42
A. Terdapat 4 kegiatan akademik yang
mendukung budaya literasi madrasah.
B. Terdapat 3 kegiatan akademik yang
mendukung budaya literasi madrasah.
C. Terdapat 2 kegiatan akademik yang
mendukung budaya literasi madrasah.
D. Terdapat 1 kegiatan akademik yang
mendukung budaya literasi madrasah.
E. Belum terdapat kegiatan akademik yang
mendukung budaya literasi madrasah.
Ada kegiatan perayaan hari-hari tertentu yang • Dokumen
bertemakan literasi. kegiatan dan
A. Terdapat 4 perayaan hari-hari tertentu yang foto
bertemakan literasi.
B. Terdapat 3 perayaan hari-hari tertentu yang
bertemakan literasi.
15.
C. Terdapat 2 perayaan hari-hari tertentu yang
bertemakan literasi.
D. Terdapat 1 perayaan hari-hari tertentu yang
bertemakan literasi.
E. Belum Terdapat perayaan hari-hari tertentu
yang bertemakan literasi.
Warga madrasah menggunakan perpustakaan  Bukti fisik
sebagai sumber pegetahuan. perpustakaan
A. Seluruh warga madrasah mengunjungi • Bukti fisik
perpustakaan dalam durasi 1 semester. buku non
B. 75% warga madrasah mengunjungi pelajaran dan
16. perpustakaan dalam durasi 1 semester. jumlahnya
C. 50% warga madrasah mengunjungi
perpustakaan dalam durasi 1 semester.
D. 25% warga madrasah mengunjungi
perpustakaan dalam durasi 1 semester
E. Belum 25% warga madrasah mengunjungi

43
perpustakaan dalam durasi 1 semester.
Madrasah berjejaring dengan pihak eksternal • Dokumen
untuk pengembangan program literasi MOU
madrasah dan pengembangan profesional
warga madrasah tentang literasi.
A. Madrasah berjejaring dengan perguruan
tinggi, perusahaan, lembaga swadaya
masyarakat dalam mengembangkan literasi
madrasah lebih dari 3 semester.
B. Madrasah berjejaring dengan perguruan
tinggi, perusahaan, lembaga swadaya
masyarakat dalam mengembangkan literasi
madrasah lebih dari 2 semester.
17.
C. Madrasah berjejaring dengan perguruan
tinggi, perusahaan, lembaga swadaya
masyarakat dalam mengembangkan literasi
madrasah lebih dari 1 semester.
D. Madrasah berjejaring dengan perguruan
tinggi, perusahaan, lembaga swadaya
masyarakat dalam mengembangkan literasi
madrasah lebih dari setengah semester.
E. Madrasah belum berjejaring dengan
perguruan tinggi, perusahaan, lembaga
swadaya masyarakat dalam
mengembangkan literasi madrasah.
Tim Penggerak Literasi Madrasah melakukan • Dokumen
perencanaan, pelaksanaan, dan asesmen Tim
program literasi madrasah. • Foto kegiatan
A. Perencanaan, pelaksanaan, dan asesmen
18.
telah berjalan selama minimal 3 semester
B. Perencanaan, pelaksanaan, dan asesmen
telah berjalan selama minimal 2 semester
C. Perencanaan, pelaksanaan, dan asesmen

44
telah berjalan selama minimal 1 semester
D. Perencanaan, pelaksanaan, dan asesmen
telah berjalan selama minimal 3 bulan
E. Perencanaan, pelaksanaan, dan asesmen
telah berjalan selama kurang dari 3 bulan

Kegiatan Pembelajaran
Skor BUKTI
No Indikator
1 2 3 4 5
Kegiatan membaca setiap hari diikuti • Dokumen
kegiatan tindaklanjut dengan tagihan non- kegiatan dan
akademik atau akademik berupa lisan foto
maupun tulisan.
A. Kegiatan tindak lanjut bagi peserta didik
telah dilakukan 50% dari jumlah guru
B. Kegiatan tindak lanjut bagi peserta didik
19. telah dilakukan 40% dari jumlah guru
C. Kegiatan tindak lanjut bagi peserta didik
telah dilakukan 30% dari jumlah guru
D. Kegiatan tindak lanjut bagi peserta didik
telah dilakukan 20% dari jumlah guru
E. Kegiatan tindak lanjut bagi peserta didik
telah dilakukan kurang dari 20% dari
jumlah guru
Ada pengembangan berbagai strategi membaca • Dokumen
dan juga strategi untuk memahami teks kegiatan/foto
terutama dalam pembelajaran • RPP/silabus
A. Pengembangan berbagai strategi
20. membaca telah dilakukan 50% dari jumlah
guru.
B. Pengembangan berbagai strategi
membaca telah dilakukan 40% dari jumlah
guru.

45
C. Pengembangan berbagai strategi
membaca telah dilakukan 30% dari jumlah
guru.
D. Pengembangan berbagai strategi
membaca telah dilakukan 20% dari jumlah
guru
E. Pengembangan berbagai strategi
membaca telah dilakukan kurang dari 20%
dari jumlah guru
Peserta didik, guru dan kepala madrasah • Dokumen
menggunakan lingkungan fisik, sosial, afektif, kegiatan/foto
dan akademik disertai beragam bacaan (cetak,
visual, auditori, digital) yang kaya literasi di
luar buku teks pelajaran untuk memperkaya
pengetahuan.
A. Kegiatan telah berjalan selama minimal 3
semester
21.
B. Kegiatan telah berjalan selama minimal 2
semester
C. Kegiatan telah berjalan selama minimal 1
semester
D. Kegiatan telah berjalan selama minimal 3
bulan
E. Kegiatan telah berjalan selama kurang
dari 3 bulan
Ada integrasi literasi dalam perencanaan • Silabus
pembelajaran • RPP
A. Perencanaan pembelajaran terintegrasi
literasi telah dilakukan 80% dari jumlah
22.
guru.
B. Perencanaan pembelajaran terintegrasi
literasi telah dilakukan 60% dari jumlah
guru.

46
C. Perencanaan pembelajaran terintegrasi
literasi telah dilakukan 40% dari jumlah
guru.
D. Perencanaan pembelajaran terintegrasi
literasi telah dilakukan 20% dari jumlah
guru
E. Perencanaan pembelajaran terintegrasi
literasi telah dilakukan kurang dari 20%
dari jumlah guru
Ada integrasi literasi dalam proses • Silabus
pembelajaran • RPP
A. Proses pembelajaran terintegrasi literasi • Foto kegiatan
telah dilakukan 80% dari jumlah guru.
B. Proses pembelajaran terintegrasi literasi
telah dilakukan 60% dari jumlah guru.
23. C. Proses pembelajaran terintegrasi literasi
telah dilakukan 40% dari jumlah guru.
D. Proses pembelajaran terintegrasi literasi
telah dilakukan 20% dari jumlah guru
E. Proses pembelajaran terintegrasi literasi
telah dilakukan kurang dari 20% dari
jumlah guru
Ada integrasi literasi dalam penilaian • Dokumen
pembelajaran penilaian
A. Penilaian pembelajaran terintegrasi • Kisi-kisi soal
literasi telah dilakukan 80% dari jumlah • Soal,dll.
guru.
24. B. Penilaian pembelajaran terintegrasi
literasi telah dilakukan 60% dari jumlah
guru.
C. Penilaian pembelajaran terintegrasi
literasi telah dilakukan 40% dari jumlah
guru.

47
D. Penilaian pembelajaran terintegrasi
literasi telah dilakukan 20% dari jumlah
guru
E. Penilaian pembelajaran terintegrasi
literasi telah dilakukan kurang dari 20%
dari jumlah guru
Ada unjuk karya (hasil dari kemampuan • Dokumen
berpikir kritis dan kemampuan berkomunikasi Kegiatan
secara kreatif secara verbal, tulisan, visual, • Foto kegiatan
atau digital) dalam perayaan hari-hari tertentu
yang bertemakan literasi.
A. Terdapat 4 kegiatan unjuk karya dalam
perayaan hari-hari tertentu bertemakan
literasi.
B. Terdapat 3 kegiatan unjuk karya dalam
perayaan hari-hari tertentu bertemakan
25.
literasi.
C. Terdapat 2 kegiatan unjuk karya dalam
perayaan hari-hari tertentu bertemakan
literasi.
D. Terdapat 1 kegiatan unjuk karya dalam
perayaan hari-hari tertentu bertemakan
literasi.
E. Belum Terdapat kegiatan unjuk karya
dalam perayaan hari-hari tertentu
bertemakan literasi.
Perpustakaan madrasah menyediakan • Dokumen
beragam buku bacaan (buku-buku judul buku
nonpelajaran: fiksi dan nonfiksi) yang • fisik
26. diperlukan peserta didik untuk memperluas
pengetahuannya dalam
pelajaran tertentu.
A. Ragam buku bacaan (buku-buku

48
nonpelajaran: fiksi dan nonfiksi) lebih dari
1000 judul
B. Ragam buku bacaan (buku-buku
nonpelajaran: fiksi dan nonfiksi) lebih dari
750 judul
C. Ragam buku bacaan (buku-buku
nonpelajaran: fiksi dan nonfiksi) lebih dari
500 judul
D. Ragam buku bacaan (buku-buku
nonpelajaran: fiksi dan nonfiksi) lebih dari
250 judul
E. Ragam buku bacaan (buku-buku
nonpelajaran: fiksi dan nonfiksi) kurang
dari 250 judul
Diadopsi dari indikator panduan gerakan literasi ditjen Kemdikbud dengan berbagai
pengembangan

Rumus:
Skor = (Nilai Perolehan : Nilai Maksimal) x 100
Skor = (…………………..: 130) x 100

2. Penganugerahan Madrasah Literasi


Penganugerahan Madrasah Literasi dilakukan dengan melalui penilaian / pemberian skor
instrumen yang dilakukan dengan tahapan:
a. Madrasah Literasi tingkat kabupaten/Kota
1) Madrasah menyampaikan permohonan penilaian sebagai Madrasah Literasi kepada
tim penilai kabupaten/kota.
2) Calon Madrasah Literasi menyampaikan dokumen berdasarkan lembar instrumen
Madrasah Literasi dengan melampirkan bukti fisik berupa kebijakan Madrasah
Literasi.
3) Bagi Madrasah yang memenuhi standar administrasi dilakukan verifikasi dengan
menggunakan lembar instrumen Madrasah Literasi.
4) Tim penilai Literasi kabupaten/kota melakukan verifikasi terkait pencapaian dari 3
(empat) komponen Literasi, yaitu:
a) Kebijakan Literasi;
49
b) Pelaksanaan Literasi di Madrasah;
c) Pengelolaan Sarana Pendukung Literasi.
5) Berdasarkan hasil verifikasi, tim penilai Gelem kabupaten/kota menetapkan nilai
pencapaian Madrasah.
6) Penetapan Madrasah sebagai penerima penghargaan Madrasah Literasi tingkat
kabupaten/kota apabila mencapai nilai paling rendah 56 (lima puluh enam), dari
nilai maksimal 100 (seratus).
7) Madrasah Literasi tingkat kabupaten/kota dapat diusulkan untuk ikut dalam seleksi
penerimaan penghargaan Madrasah Literasi tingkat provinsi, apabila sudah
mencapai nilai paling rendah 64 (enam puluh empat) dari nilai maksimal 100
(seratus).
b. Madrasah Literasi Tingkat Provinsi
1) Tim penilai Gelem provinsi melakukan evaluasi terhadap dokumen hasil penilaian
yang diusulkan oleh kabupaten/kota, dan laporan kegiatan pembinaan.
2) Calon Madrasah Literasi tingkat provinsi yang terpilih, dilakukan verifikasi.
3) Berdasarkan hasil verifikasi, Tim penilai Gelem provinsi menetapkan nilai
pencapaian Madrasah.
4) Penetapan Madrasah sebagai penerima penghargaan Madrasah Gelem tingkat
provinsi apabila mencapai nilai paling rendah 64 (enam puluh empat dari nilai
maksimal 100 (seratus).

3. Monitoring dan Evaluasi Gerakan Literasi Madrasah


Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berjenjang oleh semua
pemangku kepentingan sesuai dengan perannya dalam strategi pelaksanaan literasi pada tiap
jenjang pendidikan.
Masing-masing pemangku kepentingan melaksanakan monitoring dan evaluasi dengan
jangkauan yang berbeda sebagai berikut:
a. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
Melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan literasi
di tingkat provinsi dan di lingkungan kementerian agama kabupaten/ kota.Hal yang
dimonitor dan dievaluasi, meliputi:
1) Apabila ada kebijakan daerah terkait Gelem, maka perlu dilakukan monitoring dan
evaluasi terhadap implementasi kebijakan tersebut (terhadap program dan kegiatan
yang dijabarkan merujuk kebijakan tersebut);

50
2) Dampak pelaksanaan sosialiasi kepada pemangku kepentingan tingkat provinsi dan
kabupaten/kota di wilayahnya masing-masing; dan
3) Dampak pelaksanaan kegiatan-kegiatan terkait Gelem di tingkat provinsi terhadap
kemampuan literasi warga madrasah.
Hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi akan dijadikan masukan untuk memperbaiki
pelaksanaan program di tahap berikutnya, terutama terkait dengan pelaksanaan
program dan kegiatan untuk mengimplementasikan kebijakan pusat dan kebijakan
daerah, pelaksanaan sosialisasi pemangku kepentingan tingkat provinsi dan dinas
pendidikan kabupaten/kota.
b. Kementerian Agama Kabupaten/Kota
Melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan Gelem
di tingkat kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan masyarakat.
Hal yang dimonitor dan dievaluasi meliputi:
1) Kebijakan terkait Gelem, maka perlu dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap
implementasi kebijakan tersebut (terhadap program dan kegiatan yang dijabarkan
merujuk kebijakan tersebut);
2) Dampak pelaksanaan sosialisasi terhadap pemahaman dan dukungan pemangku
kepentingan tingkat kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan masyarakat;
3) Efektivitas kegiatan pendampingan pelatihan guru terutama dampak pelatihan
terhadap kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
yang mampu meningkatkan kemampuan literasi peserta didik; dan
4) Dilaksanakannya kegiatan 15 menit membaca setiap hari (dapat disesuaikan
dengan kondisi madrasah); terbentuknya TLM; dan dilaksanakannya kegiatan
untuk meningkatkan kesadaran orang tua peserta didik terhadap Gelem.
Hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi akan dijadikan masukan untuk memperbaiki
pelaksanaan program di tahap berikutnya, terutama terkait dengan pelaksanaan
program dan kegiatan untuk mengimplementasikan kebijakan pusat dan kebijakan
daerah, pelaksanaan sosialisasi pemangku kepentingan tingkat kabupaten/kota, satuan
pendidikan, dan masyarakat.
c. Satuan Pendidikan
Melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan literasi
di madrasah masing-masing. Hal yang dimonitoring dan dievaluasi meliputi :
1) Pemenuhan indikator terutama ketersediaan buku pelajaran dan buku non-
pelajaran dan prasarana lain, serta pengelolaan dan pemanfaatannya ;

51
2) Keefektifan pelaksanaan pelatihan guru untuk meningkatkan kemampuan guru
dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang mampu meningkatkan
kemampuan literasi peserta didik;
3) Keefektifan dan dampak pemanfaatan sarana dan prasarana madrasah dengan
maksimal untuk memfasilitasi pembelajaran;
4) Keefektifan dan dampak pengelolaan perpustakaan madrasah dengan baik
terhadap pembelajaran dan kemampuan literasi warga madrasah ;
5) Keefektifan dan dampak pelaksanaan inventarisasi semua prasarana yang dimiliki
madrasah (salah satunya buku) terhadap pelayanan madrasah ;
6) Keefektifan dan dampak adanya ruang-ruang baca terhadap kemampuan literasi
warga madrasah dan budaya madrasah ;
7) Keefektifan dan dampak pelaksanaan kegiatan 15 menit membaca sebelum
pembelajaran terhadap minat dan budaya baca warga madrasah ;
8) Keefektifan dan dampak pembentukan dalam pelaksanaan berbagai kegiatan Gelem
yang dilaksanakan madrasah ;
9) Keefektifan dan dampak pelaksanaan kegiatan yang melibatkan orang tua dan
masyarakat dengan melihat tindakan yang diberikan kepada peserta didik oleh
orang tua dan masyarakat untuk menindaklanjuti perlakuan yang diterima peserta
didik di madrasah; dan keefektifan dan dampak pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan dengan pihak lain terhadap kemampuan literasi warga madrasah .

G. PENUTUP
Panduan Gelem ini diharapkan dapat memberikan fondasi dan arahan konseptual untuk
memahami bagaimana sebaiknya Gelem dilaksanakan, mulai dari tingkat provinsi,
kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan.
Panduan ini diharapkan berkembang secara kreatif dan inovatif dari tingkat provinsi,
dan kabupaten/kota hingga masyarakat pegiat literasi. Untuk mendukung panduan ini
dilengkapi dengan petunjuk praktis dalam bentuk media: cetak, elektronik, dan digital
(infografis, poster, dan videografis) untuk memandu guru, tenaga kependidikan, kepala
madrasah, warga madrasah dan pemangku kepentingan lainnya dalam melaksanakan kegiatan
Gelem.
Akhir kata, terbitnya Panduan Gerakan Literasi Madrasah ini, diharapkan dapat memberikan
informasi yang jelas kepada semua pihak untuk berperan aktif dalam menyukseskan Gelem.

52
53
TIM PEYUSUN
GEMI

Adrikah
Bambang Wiyono
Lina Fauziyah, S.Pd.
Fathurrokhman, M.Pd.
Mughni, S.Ag., M.Pd.
Dr. Musfiqon, M.Pd.
Dr. Arifin, M.Pd.
Ida Maimunah
Qomar, S.Pd.I.
Vivin Novaliana, S.Pd.
Dra. Sulastri
Hanik Fauziyah, M.Pd.
Dr. Rinie Susanti, M.Pd.I.
Drs. Adri
Syahril Effendi, M.SA.
Djohan Triosantoso

54
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian inovasi adalah 1) pengenalan hal-
hal yang baru, 2) penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal
sebelumnya (gagasan, ide, metode atau alat). Inovasi adalah ide, produk, kejadian, atau
metode yang dianggap baru bagi seseorang atau sekelompok orang. Berbicara mengenai
inovasi atau pembaharuan yang dimaksud adalah bukan sesuatu yang baru sama sekali, atau
menciptakan sesuatu yang belum ada, melainkan sesuatu yang sudah ada tetapi dianggap
baru oleh seseorang atau sekelompok orang sesuai dengan konteksnya. Pada dasarnya
inovasi dilakukan untuk memecahkan sebuah permasalahan.
Inovasi pendidikan dilakukan dengan tujuan untuk memecahkan permasalahan yang
berhubungan dengan pendidikan baik dalam arti sempit (tingkat lembaga pendidikan)
maupun arti luas (di sistem pendidikan nasional). Inovasi pendidikan dapat diterapkan
dalam berbagai komponen pendidikan sebagai sebuah sistem seperti aspek kurikulum,
aspek pembelajaran, aspek pengelolaan atau manajemen, aspek evaluasi dan aspek lain
sebagai implementasi dari proses sebuah perencanaan. Jadi inovasi di sini merupakan
kemampuan seorang leader dalam memanaj atau mengelola lembaga untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapi sehingga memperoleh solusi yang dianggap atau dinilai
memiliki manfaat dan berhasil secara efektif.
Inovasi dalam pengelolaan pendidikan dapat berwujud bermacam-macam yang mampu
menunjukkan ciri khas dari sebuah lembaga pendidikan tertentu. Sebagai contoh madrasah
yang memiliki ciri khas budaya penelitian oleh guru dan siswa dikenal sebagai madrasah
riset, madrasah yang memiliki ciri khas budaya lingkungan dan pembelajaran yang logis,
ilmiah dan sistematis dikenal sebagai madrasah saintifik, madrasah yang memiliki ciri khas
budaya pemecahan masalah secaara unik, efektif, efisien berdasar regulasi sebagai
madrasah inspiratif, dan madrasah yang memiliki ciri khas budaya pengembangan
wirausaha sebagai madrasah enterpreneur serta Madrasah yang memiliki kepedulian yang
tinggi atas pelestaraia dan pencegahan kerusakan lingkungan dikenal dengan madrasah
Hijau. Dalam Pedoman ini yang akan dibahas adalah kelima ciri khas madrasah tersebut.
2. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 31, Ayat 3: “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang undang.”

55
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar
Sarana dan Prasarana untuk Madrasah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),
Madrasahah Menengah Pertama (SMP/MTs), dan Madrasah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
e. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
f. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik IndonesiaNomor 21
Tahun 2015 tentang Gerakan Pembudayaan Karakter di Madrasah.
g. Rencana Strategis Kementerian Agama RI 2015-2019.
h. Keputusan Dirjen Pendis Nomor 511 Tahun 2019 Tentang Petunjuk Teknis BOS
Pada Madrasah Tahun Anggaran 2019.
3. Tujuan dan Manfaat
a. Tujuan
Panduan Gerakan Madrasah Inovatif (GEMI) ini dimaksudkan untuk menjadi
pedoman bagi pelaksana Gerakan Madrasah Inovatif (GEMI) dalam melaksanakan
kegiatan inovasi sesuai dengan alur yang digariskan. Pengawas, kepala madrasah,
guru, pemangku kebijakan dapat memahami penatalaksanaan Gerakan Madrasah
Inovatif (GEMI) secara benar dan sempurna sehingga tercapai tujuan yang
dikehendaki. Panduan Gerakan Madrasah Inovatif (GEMI) ini merupakan pegangan
bagi para penyelenggara Gerakan Madrasah Inovatif (GEMI) dalam menyusun
standar dan rencana kerja di kabupaten/kota, satuan kerja, madrasah di wilayah
masing-masing.
b. Manfaat
Dengan adanya Panduan Gerakan Madrasah Inovatif (GEMI) ini diharapkan
menjadi bagian dari sebuah gerakan yang utuh dan terpadu pada setiap madrasah
di lingkup Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, tidak
berlangsung parsial, dan muara titik akhirnya adalah terwujudnya harapan besar
mewujudkan suatu gerakan ayo membangun madrasah sebagai sebuah gerakan
nasional di Indonesia

56
4. Sasaran
Sasaran dari Gerakan Madrasah Inovatif ini adalah:
a. Raudaltul Athfal yang selanjutnya disingkat RA adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang
menyelenggarakan program pendidikan dengan kekhasan agama Islam bagi
anak berusia 4 (empat) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun.
b. Madrasah Ibtidaiyah yang selanjutnya disingkat MI adalah satuan pendidikan
formal yang Setara SD dengan kekhasan agama Islam yang terdiri dari 6 (enam)
tingkat pada jenjang pendidikan dasar.
c. Madrasah Tsanawiyah yang selanjutnya disingkat MTs adalah satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan Setara
SMP kekhasan agama Islam yang terdiri dari 3 (tiga) tingkat pada jenjang
pendidikan dasar sebagai lanjutan dari Sekolah Dasar, MI, atau bentuk lain
yang sederajat, diakui sama atau setara Sekolah Dasar atau MI.
d. Madrasah Aliyah yang selanjutnya disingkat MA adalah satuan pendidikan
formal yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan Setara SMA
kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan
dari Sekolah Menengah Pertama, MTs, atau bentuk lain yang sederajat, diakui
sama atau setara Sekolah Menengah Pertama atau SMP.

B. KONSEP DAN IMPLEMENTASI GERAKAN MADRASAH INOVATIF (GEMI)


1. Madrasah Vokasi / Entrepreneur
a. Ruang Lingkup
Pada bagian ini akan dibahas tentang madrasah enterpreneur/kewirausahaan,
hubungan pendidikan karakter dengan kewirausahaan, karakteristik lulusan yang
berjiwa enterpreneur dan kompetitif, dan kewirausahaan berbasis madrasah.
1) Madrasah enterpreneur di sini dibatasi pada upaya yang dilakukan oleh
madrasah baik secara langsung melalui kegiatan intra kurikuler, ko kurikuler
dan ektra kurikuler ataupun secara tidak langsung untuk memberikan bekal
kewirausahaan kepada peserta didik sejak dini bukan membahas enterpreneur
secara terpisah .
2) Hubungan penguatan pendidikan karakter dengan kewirausahaan sangat erat
karena kewirausahaan membentuk jiwa mandiri , kreatif, berani berbeda
dengan tanggung jawab dan berdaya saing sehingga akan mendukung

57
keberhasilan penguatan pendidikan karakter yang dicanangkan oleh
pemerintah.
3) Karakteristik lulusan yang memiliki jiwa kewirausahaan disini akan diulas
secara singkat dan dititik beratkan pada hal-hal yang bersifat aplikatif
bagaimana inovasi dan kreasi madrasah mengelola lembaganya agar mampu
menghasilkan lulusan yang berjiwa enterpreneur da kompetitif.
4) Kewirausahaan berbasis madrasah yang dimaksud adalah upaya kreatif dari
pimpinan madrasah menggali potensi untuk mengembangkan unit usaha dalam
berbagai bidang yang tujuan utamanya adalah membiayai operasional
madrasah sehingga menjadi madrasah yang mandiri dari segi finansial.
b. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dari pedoman yang disusun ini adalah:
1) Sebagai panduan kepala madrasah untuk menyusun rencana kerja dan rencana
kegiatan dan anggaran di madrasah.
2) Sebagai panduan kepala madrasah dalam upaya mengembangkan kurikulum
dan pembelajaran yang mampu memberikan bekal kemandirian sebagai ciri
jiwa enterpreneur kepada peserta didik sehingga lulusannya memiliki
kreatifitas dan kemandirian.
3) Sebagai panduan kepala madrasah dalam mengelola sumber-sumber yang
potensial untuk mengembangkan unit usaha sehingga menjadi madrasah yang
mandiri secara finansial.
4) Sebagai panduan para guru dalam mengembangkan perangkat perencanaan
pembelajaran (silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran) yang
bermuatan enterpreneur sebagai upaya mengintegrasikan penguatan
pendidikan karakter di madrasah.
5) Sebagai panduan pengembangan instrumen penjaminan mutu program
enterpreneur di madrasah.
6) Sebagai panduan untuk keperluan kompetisi madrasah inovatif.
7) Sebagai panduan pengawas madrasah untuk mengembangkan instrumen
kepengawasan dalam rangka membina dan mendampingi madrasah binaan yag
menjadi tanggung jawabnya.
c. Pengertian Madrasah Vokasi / Entrepreneur
Berikut ini akan dibahas tentang pengertian seputar
enterpreneur(kewirausahaan). Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI)

58
yang dimaksud Wirausaha yaitu orang yang pandai atau berbakat mengenali
produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan
produk baru, memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya. Dalam
konteks ini akan dititik beratkan pada aspek enterpreneur.
Menurut Thomas W, yang dimaksud kewirausahaan merupakan penerapan
kretifitas dan keinovasian dalam memecahkan permasalahan dan upaya untuk
memanfaatkan peluang yang dihadapi sehari hari. Kewirausahaan merupakan
suatu nilai yag diperlukan untuk memulai suatu usaha atau suatu proses dalam
mengerjakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Kewirausahaan merupakan gabungan kreatifitas, inovasi dan keberanian
menghadapi resiko yang dilakukan dengan kerja keras untuk membentuk dan
memulai usaha baru. Kewirausahaan menekankan pada aspek sikap dan perilaku
sedang wirausaha menekankan pada orang yang memiliki sikap
kewirausahaan.Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
Kewirausahaan pada dasarnya sifat, watak, ciri seseorang yang memiliki kemauan
dalam mewujudkan gagasan baru, ide kreatif dalam dunia nyata.
d. Tujuan Madrasah Vokasi / Entrepreneur
Tujuan dilaksanakannya kegiatan kewirausahaan di madrasah adalah:
1) Kepala madrasah mampu menggali potensi sumber daya madrasah secara
maksimal untuk mengembangkan budaya wirausaha di lingkungan madrasah.
2) Guru mampu mengembangkan pola pembelajaran yang dapat
mengembangkan potensi wirausaha .
3) Menghasilkan perilaku wirausaha pada peserta didik.
4) Menjadikan peserta didik berjiwa mandiri.
5) Membekali peserta didik agar setelah lulus dapat berusaha atau membuka
peluang kerja secara mandiri.
6) Peserta didik dapat mengaktualisasikan diri dalam perilaku wirausaha sesuai
dengan minat masing-masing.
e. Fungsi
Fungsi adanya madrasah enterpreneur adalah :
1) Menjadi wadah para peserta didik untuk berlatih wira usaha sesuai dengan
minat masing-masing.
2) Menjadi sarana kepala untuk mengembangkan madrasah agar memiliki
kemandirian dengan cara mengoptimalkan semua sumber daya yang dimiliki.

59
3) Menjadi sarana pengelola/yayasan untuk menggali dan mengembangkan
potensi lingkungan agar mendukung secara optimal kepada madrasah.
4) Menjadi sarana guru mengembangkan keterampilan mengajar yang mampu
menanamkan jiwa wirausaha bagi peserta didik.
5) Menjadi sarana guru membuat penelitian pengelolaan madrasah
enterpreneur.
6) Menjadi sarana pengawas mengembangkan instrumen untuk pembinaan
madrasah di wilayah kerjanya.
f. Manajemen Kegiatan
1) Identifikasi
Seorang kepala madrasah diharuskan memiliki lima kompetensi yang akan
menjadi dasar dalam proses kepemimpinannya. Kelima kompetensi itu adalah
Kompetensi kepribadian, Kompetensi manajerial, Kompetensi kewirausahaan,
Kompetensi sosial dan Kompetensi supervisi
Apabila kepala madrasah memiliki kelima kompetensi secara seimbang, sudah
bisa dipastikan akan mampu menjadikan madrasahnya berkembang dengan
maksimal. Realitanya tidak semua kepala madrasah memiliki kelimanya secara
seimbang. Ada yang menonjol dua atau tiga saja dari kompetensi tersebut.
Apabila seorang kepala madrasah ingin mengembangkan aspek enterpreneur
di madrasahnya, mutlak dibutuhkan kompetensi kewirausahaan yang tinggi
atau di atas rata-rata dari kepala madrasah yang bersangkutan. Kompetensi
kewirausahaan terdiri dari :
a) Mampu menciptakan kreatifitas bagi pengembngan madrasah
b) Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan lembaga
c) Memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai prestasi
d) Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi
permasalahan
e) Memiliki naluri kewirausahaan sebagai sumber belajar
Banyak kepala madrasah yang ingin menjadikan lembaganya memiliki
keunggulan tertentu, tetapi terkendala pada kompetensi yang dimiliki dan
mereka cenderung hanya ingin meniru atau mencontoh. Jika ini yang terjadi
maka akan sulit mengembangkan enterpreneur pada lembaga atau
madrasah yang dipimpinnya.
Berikut ini adalah ciri-ciri dari seorang enterpreneur:

60
- Memiliki mimpi besar (menjalankan usahanya karena ada motivasi untuk
mencapai mimpi besar mereka. Mimpi besar menjadi tujuan dari semua
usaha yang dilakukannya, sehingga fokus terarah dan punya target yang
jelas)
- Pandai mengatasi ketakutannya (pandai mengelola ketakutan dan
menumbuhkan keberanian untuk meninggalkan segala kenyamanan
yang ada serta memilih mengambil sebuah resiko dengan perhitungan
yang matang serta bertanggung jawab terhadap pilihannya)
- Mempunyai cara pandang yang berbeda (melihat kejadian, keadaan
sekitar, trend perubahan, dan semua masalah sebagai landasan untuk
memuncuklkan kreatifitas guna menciptakan ide ide dan dijadikan sebgai
peluang usaha)
- Pemasar sejati atau penjual ulung (kemampuan dalam menyusun strategi
pemasaran)
- Menyukai tantangan (suka menggunakan kreatifitasnya untuk
mmenjadikan tantangan sebagai peluang usaha yang menguntungkan)
- Mempunyai keyakinan yang kuat (tidak mengenal kata kegagalan, yang
ada adalah rintangan besar dan kecil untuk dicarikan jalan keluar
sehingga selalu optimis, bahwa rintangan bukan akhir dari segalanya)
- Selalu mencari yang terbaik (selalu berusaha dengan cara terbaik dan
menghasilkan yang terbaik untuk mencapai tujuan yang terbaik)
- Disiplin waktu untuk mencapai target (waktu sangat berharga, hilangnya
waktu berarti telah melenyapkan keempatan untuk berhasil, disipli
waktu menjadi jiwa)
- Memiliki kemampuan untuk memimpin (menjadi pemimpin diri sendiri
dan memimpin orang lain. kegagalan memimpin diri sendiri akan gagal
pula memimpin orang lain. Memberi sesuatu terbaik adalah senbuah
keteladanan)
- Pantang menyerah (memiliki visi dan semangat juang yang tinggi. Enggan
dan pantang menyerah pada hambatan serta selalu mencoba untuk
melakukan yang terbaik bagi konsumen atau pelanggan)
g. Analisis
1) Kekuatan
a) Kepala madrasah memiliki kompetensi kewirausahaan

61
b) Jumlah guru dan tenaga kependidikan mencukupi
c) Dukungan orang tua/yayasan cukup tinggi
d) Jumlahsiswa yang mencukupi
2) Kelemahan
a) Biaya operasional yang tinggi
b) Sarana pembelajaran terbatas
3) Peluang
a) Manajemen berbasis madrasah sebagai bentuk otonomi kepala dalam
mengelola lembaga.
b) Lingkungan mendukung
4) Ancaman
a) Persaingan antar lembaga pendidikan
b) Otonomi pendidikan di kabupaten/kota
Berdasarkan analisis kebutuhantersebut, maka kepala madrasah dapat
mengambil kebijakan yang relevan dengan kondisi masing-masing serta
mengedepankan keputusan partisipatif dari semua komponen yang terlibat dalam
pengelolaan madrasah dalam berbagai tingkatan atau jenjang. Penerapan program
enterpreneur di madrasah disesuaikan dengan jenjang lembaga.
h. Bentuk Kegiatan
NO JENJANG KEGIATAN
a. Kunjungan ke tempat pasar tradisional
b. Kunjungan ke pasar modern
1 RA
c. Kunjungan ke industri makanan, minuman atau mainan
d. Pembelajaran bermain peran melalui sentra
a. Mengadakan pasar tradisional/bazar
b. Mengadakan pameran hasil karya
c. Mengadakan kunjungan ke tempat industri
2. MI makanan/minuman/garmen/ dll
d. Mengundang orang ahli/pelaku usaha sebagai guru sumber
e. Praktik mengolah bahan baku sederhana menjadi barang
jadi
a. Mengintegrasikan muatan wirausaha dalam pembelajaran
3 MTs
b. Melibatkan peserta didik dalam kegiatan usaha madrasah

62
c. Memasarkan hasil karya kepada teman dan guru
d. Mengadakan pameran hasil karya
e. Membuat karya tulis tentang wirausaha
f. Mengadakan kunjungan ke berbagai tempat industri barang
dan jasa
g. Praktik membuat bahan baku menjadi barang jadi dan
memasarkannya
a. Pembelajaran kewirausahaan
b. Menggali informasi kepada sumber tentang kewirausahaan
c. Memproduksi hasil barang atau jasa
d. Membuat karya tulis tentang kewirausahaan
e. Mengadakan pameran hasil karya sendiri
4 MA f. Mengadakan event di bidang sosial, seni dan budaya
g. Bekerjasama dengan perguruan tinggi untuk
pengembangan kewirausahaan
h. Bekerjasama dengan pelaku usaha di lingkungan madrasah
i. Praktik memanfaatkan barang bekas menjadi bernilai
ekonomis

i. Contoh Kewirausahaan Berbasis Madrasah


NO BIDANG JENIS USAHA
Madrasah memiliki unit usaha mengelola lahan pertanian
1 Pertanian
dengan menanam padi, jagung, dan palawija.
Madrasah memiliki unit usaha mengelola lahan perkebunan
2 Perkebunan dengan menanam tanamanbungahias, pohon sengon lautdll
(sesuaidengankarakteristiklokasi/geografis Madrasah)
Madrasah memiliki unit usaha mengelola ternak susu sapi
3 Peternakan
perah, ternak ikan lele, dan ternak hewan kurban.
Madrasah memiliki unit usaha mengelola kantin sehatdan
4 Ekonomi halal, toko kebutuhan sehari-hari, katering, dan alat tulis
kantor
Madrasah memiliki unit usaha mengelola persewaan ruang
5 Jasa
pertemuan, persewaan penginapan, dan persewaan mobil.

63
j. Mekanisme Kegiatan
1) Kriteria
Suatu program dikatakan berhasil apabila dapat merelisasikan atau
mewujudkan tujuan dari setiap kegiatan pada program tersebut. Indikator
keberhasilan program madrasah enterpreneur adalah:
No Kriteria Indikator
1 Program memiliki a. Memiliki visi, misi dan tujuan yang terarah,
sistem yang handal b. Berwawasan bisnis dengan semangat kewirausahaan
c. Organisasi yang adaptif dan fleksibel serta proaktif
terhadap perkembangan global
d. Berorientasi lokal dan global
e. Memiliki jaringan kerja yang luas
f. Berbasis IT dan pemanfaatannnya
g. Berkreasi dan berinovasi terus menerus
h. Menyesuaikan kebutuhan pasar
i. Menguatmakan kepuasan stakeholder
j. Kualitas hasil mampu bersaing.
2 Lulusan memiliki a. Mandiri dengan mempergunakan segala tenaga,
kompetensi pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan/ cita-cita.
kewirausahaan b. Memiliki etos kerja tinggi (kerja keras),
c. Berjiwa tangguh dan memiliki daya juang,
d. Bersikap profesional dalam bidangnya,
e. Kreatif dan inovatif dalam berkarya,
f. Keberanian mengambil keputusan
g. Keberanian mengambil resiko,
h. Menciptakan peluang kerja sendiri, dan
i. Menjadi pembelajar sepanjang hayat.
3 Kegiatan wirausaha a. Menginterintegrasikan muatan wirausaha dalam
bervariasi kegiatan intra kurikuler, ko kurikuler dan ektra
kurikuler
b. Memiliki unit usaha yang mampu mengembangkan
lembaga secara finansial
c. Memiliki muatan lokal untuk pembelajaran wirausaha

64
d. Mengembangkan budaya wirausaha di lingkungan
madrasah
e. Mengembangkan nilai-nilai kewirausahaan secara
berkelanjutan

k. Penetapan Madrasah Vokasi / Entrepreneur


Madrasah hendaknya bersungguh-sungguh mengelola ciri khas yang akan
diunggulkan untuk mendapatkan pengakuan dari stakeholder atau pihak yag
berwenang. Sebelum mengajukan proses pengakuan dari pihak yang berwenang
kepala madrasah harus melakukan evaluasi diri dan melakukan pengukuran
karena ada kriteria yang harus diperhatikan berkaitan dengan proses verifikasi
data. Berikut ini adalah contoh rubrik kriteria penetapan madrasah
No Skor Evaluasi Diri Kriteria Penetapan
1 1-25 Belum layak mengajukan Tidak diverifikasi
2 26-50 Layak mengajukan Perlu pembinaan
Proses verifikasi dan
3 51-75 Layak mengajukan
penetapan
Proses verifikasi dan
4 76-100 Layak mengajukan Mendapat sertifikat
penetapan

l. Evaluasi
Untuk mengukur keberhasilan program madrasah enterpreneur perlu disusun
evaluasi secara menyeluruh mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan hasil.
Kondisi Nilai
No Aspek Implementasi Kegiatan Ket
Ada tidak 4 3 2 1
a. Memiliki visi, misi dan
tujuan
1 Perencanaan b. Memiliki perencanaan
anggaran pengembangan
enterpreneur

65
c. Memiliki program
pengembangan
enterpreneur
d. Memiliki program evaluasi
a. Berwawasan bisnis
dengan semangat
kewirausahaan
b. Memiliki Organisasi yang
adaptif terhadap
perkembangan global,
a. Berorientasi lokal dan
global
c. Memiliki jaringan kerja
2 Pelaksanaan yang luas
d. Berbasis IT
e. Berkreasi dan berinovasi
terus menerus
f. Menyesuaikan kebutuhan
pasar
g. Menguatmakan kepuasan
stakeholder,
h. Kualitas hasil mampu
bersaing
a. Melaksanakan
monitorinng
b. Melaksanakan evaluasi
3 Evaluasi
setiap akhir kegiatan
c. Melaksanakan
tindaklanjut

66
2. Madrasah Riset
a. Konsep Madrasah Riset
Riset (reseach) atau penelitian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2008:1213) adalah penyelidikan (penelitian) suatu masalah secara bersistem, kritis dan
ilmiah untuk meningkatkan pengetahuan dan pengertian, medapatkan fakta yang baru,
atau melakukan penafsiran yang lebih baik. Riset juga sering dideskripsikan sebagai
suatu proses investigasi yag dlakukan dengan aktif, tekun, dan sistematis, yang bertujuan
untuk menemukan, menginterpretasikan, dan merevisi fakta-fakta. Wikipedia
menjelaskan bahwa Riset adalah suatu penyelidikan, pemeriksaan, penermatan,
percobaan yang membutuhkan ketelitian dengan menggunakan metode kaidah tertentu
untuk emperoleh suatu hasil dengan tujuan tertentu.
Kegiatan riset meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, penyajian data yang
dilakukan secara sistematis dan obyektif yang bertujuan untuk memecahkan suatu
masaah. Riset/ penelitian merupakan kegiatan dalam koridor keilmuan yang harus
sesuai dengan bidang akademika/ keilmuan. Riset merupakan suatu kegiatan yang
didasarkan pada obyek permasalahan tertentu, kajian an berlatar belakang keilmuan
dari obyek tersebut penggunaan akta sebagai sebagai dasar kajian, penggunaan metode
ataupun teknik-teknik tertentu, terdapat hasil yang mempunyai dasar dan terkaji,
diperoleh dari kesimpulan akhir.
Ada yang berpendapat bahwa riset merupakan kegiatan yang sulit, membutuhkan
dasar keilmuan yang kuat, peralatan ang canggih dan hanya bisa dilakukan oleh
mahasiswa dan akademisi di perguruan tinggi maupun para peneliti dari lembaga-
lembaga penelitian profesional. Pemahaman ini nampaknya harus ditinjau kembali
dengan merevisi pola pikir (mindset) bahwa riset bisa dimulai di madrasah baik melalui
pembelajaran maupun kegiatan ekstrakurikuler. Riset dalam konsep madrasah bukan
memecahkan masalah-masalah yang rumit namun disesuaikan dengan pola pikir dan
kemampuan siswa sesuai tingkatan pedidikannya. Masalah dapat diperoleh dari
peristiwa sehari-hari di masyarakat dan lingkungan sekitar. Riset bersumber dari
masalah-masalah yang terjadi setiap hari di dalam kehidupannya dan juga yang memiliki
implikasi di dalam kehidupan masyarakat di sekelilingnya. Riset yang dilakukan siswa
itu menggambarkan tentang apa yang sesungguhnya menjadi perhatiannya.
Menurut Nur Syam, Dirjen Pendis Kemenag RI, kemampuan riset siswa tentunya
bukan keahlian riset yang rumit, kompleks dan lengkap layaknya riset di perguruan
tinggi, namun lebih bersifat implementatif dan sesuatu yang terjadi sehari-hari di

67
lingkungan siswa. Riset dilakukan terhadap bidang pendidikan, ilmu keagamaan, ilmu
sosial budaya, sains dan teknologi. Beberapa contoh hasil riset misalnya: “Virus SE NPV
sebagai Agen Hayati Hama Ulat Grayak yang Menyerang Bawang Merah” karya siswa
MAN 2 kota Probolinggo. Riset ini didasarkan pada petani bawang merah di Probolinggo
yang banyak menggunakan pestisida kimia seara berlebihan sehingga perlu upaya
mengimbangi dengan pestisida alami yang lebih aman. Dalam bidang sosial, ada riset
oleh siswa MAN Nglawak Nganjuk tentang Seni Tayub Sebagai Media Kebajikan. Seni
Tayub yang berkonotasi negatif melalui riset siswa bekerjasama dengan dinas terkait,
tokoh masyarakat berusaha menjadikan sebagai sarana penyuluhan sekaligus hiburan.
Riset yang dilakukan beberapa siswa madrasah pada umumnya dilakukan dalam
rangka mengikuti lomba karya tulis ilmiah yang diselenggarakan oleh Instansi atau
Perguruan Tinggi, sehingga terbatas pada beberapa siswa sebagai kelompok peneliti atau
siswa yang mengikuti ekstrkurikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) saja. Guru mata
pelajaran tertentu (misal kelompok Agama, kelompok IPA, Bahasa Indonesia)
menugaskan siswa membuat karya tulis berupa makalah, laporan praktikum/
pengamatan, namun belum dipublikasikan secara ilmiah. Bila mengarah pada
membangun budaya riset/ penelitian di madrasah maka diperlukan upaya untuk
membiasakan jajaran pimpinan madrasah, guru dan siswa melakukan riset, seminar,
maupun orasi ilmiah sehingga menuju terwujudnya Madrasah Riset. Kementerian Agama
melalui Ditjen Pendidikan Islam (Pendis) pada tahun 2013 meluncurkan Madrasah Riset
Nasional (Promadrina) yang akan diberlakukan secara nasional. Menurut Nur Sam,
Dirjen Pendis Kemenag RI menjelaskan program Madrasah riset akan dijalankan di
beberapa perwakilan madrasah di setiap propinsi.
Madrasah riset merupakan marasah yang menjadikan riset sebagai budaya
meneliti bagi guru dan siswanya secara kaffah (menyeluruh). Riset diterapkan oleh
semua guru mata pelajaran melalui model- model pembelajaran dengan pendekatan
Saintifik sehingga dapat memberi kesempatan siswa melakukan penelitian dan
melaporkan hasilnya dalam bentuk karya tulis, makalah, laporan praktikum dan
selanjutnya dapat dikomunikasikan melalui kegiatan diskusi ilmiah, seminar. Dalam
kesempatan tertentu, kepala Madrasah, kepala TU, Komite, guru-guru, ketua panitia
kegiatan juga diprogramkan kegiatan seminar, maupun orasi ilmiah. Berbagai kegiatan
riset tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi secara pribadi, maupun untuk
mensejahterakan masyarakat (hablum minannas). Kemanfaatan dari riset sangat luas
cakupannya, melakukan riset juga merupakan langkah untuk mengikuti perkembangan

68
ilmu pengetahuan, membangun peradaban islam yang lebih arif dan bijaksana
(@muqoddimahngrowo, 2017). Beberapa pemikiran di atas menjadi dasar pelaksanaan
Program Madrasah Riset.
b. Petunjuk Teknis Implementasi Madrasah Riset
Pelaksanaan Madrasah Riset diawali dengan kegiatan sosialisai tentang Madrasah
Riset oleh Kepala Madrasah kepada seluruh guru. Pedoman Madrasah Riset meliputi
pedoman bagi: Guru mata pelajaran, Guru pembina Ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja
(KIR), Waka sarana prasarana.
1) Guru Mata pelajaran
Berdasarkan Kurikulum 2013 pembelajaran berbasis Riset, maka semua guru
melaksanakan pembelajaran berbasis 6 M (Mengamati, Menanya, Mencoba, Menalar,
mengintegrasikan dan mengkomunikasikan) serta menerapkan keterampilan 4 K
(Kreatif, Kritis Kolaborasi, dan Komunikatif). Guru juga menerapkan model-model
pembelajaran yang mengarah pada pelaksanaan riset, diantaranya Inquiri, Discoveri,
Problem Based Learning (PJBL), Project Based Learning (PBL), Group Investigasi (GI)
dan lain-lain.
Lembar Instrumen Pembelajaran Berbasis Riset
Lembar instrumen persiapan dan pelaksanaan pembelajaran berbasis riset
seperti dalam tabel berikut ini:
Tabel 1. Pemetaan Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Riset
MATA MODEL OUTPUT OURCOME
NO GURU
PELAJARAN PEMBELAJARAN (TUGAS) (PRODUK)
1
2
Dst

Pemantauan pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh waka Kurikulum atau Guru


Koordinator Riset/ Guru yang ditunjuk.
2) Guru pembina Ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja
Guru pembina ekstrakurikuler membuat jadwal kegiatan ekstrakurikuler, rencana
kegiatan KIR, sruktur organisasi KIR siswa, rencana pendanaan.
3) Waka Sarana Prasarana pendukung Riset
Sarana pendukung program Riset meliputi koleksi buku-buku penunjang di
perpustakaan, keersediaa Wifi yang mendukung E- Library, lingkungan sekitar untuk
69
mendukung observasi, dan pelaksanaan peneitian. Desain penelitian dan bentuk
pelaporan hasil penelitian dalam bentuk produk hasil penelitian, karya tulis ilmiah
(makaah, artikel, laporan praktikum, dan lain-lain) sesuai dengan petunjuk guru
pelajaran masing-masing.
c. Idikator Implementasi Madrasah Riset
Untuk memudahkan dalam implementasi Madrasah Riset berikut disajikan tabel
indicator implementasinya.

Tabel Indikator Implementasi Madrasah Riset


SKOR
No INDIKATOR 1
4 3 2

1 Kebijakan Madrasah terkait dengan Madrasah Riset (SK, SE, ST,


RKM, Visi Misi).
2 Anggaran Pendanaan Riset dan Publikasi

3 Struktur Organisasi kepengurusan Madrasah Riset (dibawah


Waka Kurikulum )
4 Pedoman Pelaksanaan Madrasah Riset

5 Prosentase laporan hasil riset, Publikasi Ilmiah Guru yang


melaksanakan program Riset melalui model-model
pembelajaran (bukti-bukti produk)
6 Hasil karya Guru & Siswa dibidang Riset

7 Penghargaan dari Madrasah kepada Guru yang berprestasi di


bilang Riset (dokumentasinya)
8 Penghargaan dari Madrasah kepada Siswa yang berprestasi di
bilang Riset (documentasinya)
9 Penghargaan dari pihak lain terhadap guru terkait dengan
Madrasah Riset (bukti-buktinya)
10 Penghargaan dari pihak lain terhadap siswa terkait dengan
Madrasah Riset (bukti-buktinya)
11 Adanya kerja sama Madrasah Riset dengan lembanga lain (PT,
BPOM, Dinas/ Instansi terkait)
12 Orasi Ilmiah /Seminar dengan produk (Proseding) &
dipublikasi oleh Kepala Madrasah, Guru, dan Siswa pada acara
tertentu
13 Diseminasi hasil penelitian guru dan siswa secara berkala

70
Keterangan Skor Nilai :
1. > 40 : Madrasah Riset A
2. 31 - 39 : Madrasah Riset B
3. 20– 38 : Madrasah Riset C
4. < 20 : Madrasah Riset D

3. Madrasah Inspiratif
a. Konsep Dasar Madrasah Inspiratif
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata inspirasiberarti ilham.
Yaitu ilham yang datang pada pikiran manusia dan akhirnya melekat pada jiwa atau hati
manusia, akan tetapi inspirasi biasanya justru datang ketika ada rangsangan dari luar
diri manusia. Sedangkan secaraumum, pengertian inspirasi bisa diartikan sebagai
suatu proses yangmendorong manusia atau merangsang pikiran manusia untuk
melakukansuatu tindakan, terutama untuk melakukan tindakan yang berhubungan
dengan sesuatu yang kreatif. Inspirasi ini biasanya dirangsang untuk melakukan
tindakan setelah kita melihat, mendengar atau merasakan sesuatu yang ada di sekitar
kita, terutama sesuatu yang menyentuh Mudahnya, inspirasi adalah percikan ide-ide
kreatif yang munculdengan sendirinya atau dengan mengamati/melakukan sesuatu di
tempat tertentu yang terkadang waktu dan tempatnya jarang di kenali.Inspirasi berbeda
dengan motivasi. Motivasi merupakan suatu proses yang mendorong atau
mempengaruhi seseorang untuk mendapatkan atau mencapai apa yang diinginkannya.
Sedangkan inspirasi merupakan ide-ide kreatif yang muncul dari dalam diri setelah
ada rangsangan dari luar. Namun inspirasi dapat dijadikan menjadikan sebuah
motivasi bagi seseorang untuk mencapai tujuannya.
Berdasarkan pengertian kata inspirasi di atas, maka Madrasah Inspiratif dapat
dijelaskan sebagai sebuah lembaga pendidikan madrasah yang mampu memberikan
inspirasi bagi lembaga pendidikan lain karena memiliki suatu keunikan pemecahan atas
permasalahan yang dihadapi atau sebagai upaya peningkatan mutu yang telah dilakukan.
Pemecahan atas masalah atau sebagai upaya peningkatan mutu itu tidak hanya sekedar
unik tetapi bersifat efektif dan efisien, dilakukan secara berkesinambungan serta tidak
melanggar aturan yang berlaku.
Keunikan dapat dijelaskan sebagai suatu upaya yang dapat dikategorikan
berpikit out of the box atau di luar dari pemikiran pada umumnya.
Dengan demikian, madrasah inspiratif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

71
1) Tindakan yang Unik
Tindakan yang unik yang dimaksud disini adalah bahwa tindakan yang dilakukan
dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi atau sebagai upaya bersifat
out of the box atau diluar pada umumnya dalam cara pikir.
2) Tindakan bersifat Efektif
Efektif disini memiliki arti bahwa tindakan yang diambil dalam mengatasi
permasalahan tersebut bersifat berhasil dan tepat guna
3) Bersifat Bersifat Efisien
Sedangkan yang dimaksud efisien disini bahwa tindakan yang diambil
memerlukan anggaran yang tidak terlalu besar dibanding dengan hasil yang
didapatkan.
4) Tindakan dilakukan secara kontinyu
Tindakan dalam penyelesaian masalah atau sebagai upaya peningkatan mutu
dilaksanakan secara terus menerus melalui proses manajemen yang tertata rapid
an berkesinambungan.
5) Tindakan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
b. Tujuan
Tujuan dari buku pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi madrasah
dalam melakukan inovasi pengembangan madrasah dalam rangka menetapkan suatu
tindakan pemecahan atas permasalahan yang dihadapi atau sebagai upaya peningkatan
mutu sesuai dengan visi dan misi lembaga yang telah ditetapkan.
c. Pemetaan Permasalahan Madrasah Inspiratif
1) Kurikulum
a) Dinamika perubahan kurikulum
b) Belum tersedianya referensi pendukung impelementasi kurikulum
c) Belum tersosialisasikannya konsep dan implementasi kurikulum
d) Sistem penilaian yang bersifat parsial
2) Ketenagaan
a) Pendidik
 Kompetensi pendidik yang belum memadai
 Sistem pengawasan yang masih belum maksimal
 Lemahnya sistem pengembangan kompetensi
 Kesejahteraan tenaga pendidik yang belum proporsional
72
b) Tenaga Pendidikan
 Keterbatasan penyediaan tenaga pendidikan di satuan pendidikan
madrasah
 Kompetensi tenaga kependidikan yang belum memadai
 Sistem pengawasan yang masih belum maksimal
 Lemahnya sistem pengembangan kompetensi
 Kesejahteraan tenaga kependidikan yang belum proporsional
c) Sarana Prasarana
 Keterbatasan sarana prasarana di satuan pendidikan madrasah
 Keterbatasan kemampuan penyelenggara pendidikan untuk menyediakan
sarana prasarana yang memadai
 Adanya kesenjangan kemampuan penyelenggara pendidikan dalam
menyediakan sarana dan prasarana pendidikan
 Keterbatasan kemampuan para pelaksana pendidikan dalam
mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasaran pendidikan
d) Pembiayaan
 Keterbatasan sumber pendanaan
 Peraturan yang mengikat dalam memperoleh alternative sumber
pendanaan
d. Analisis Manajemen Madrasah Inspiratif
1) Kekuatan
a) Jaminan perlindungan dalam bentuk aturan perundang-undangan dan
regulasi
b) Pencitraan yang semakin dari masyarakat terkait keberadaan madrasah
yang berakibat pada peningakatan kepercayaan dari masyarakat
c) Prestasi secara kelembagaan dari madrasah yang semakin baik
d) Dukungan infrastruktur yang semakin baik terhadap madrasah
e) Rasa memiliki dan loyalitas dari masyarakat sebagai penyelenggara
pendidikan karena madrasah banyak yang tumbuh dan berkembang dari
masyarakat

73
2) Kelemahan
a) Kesenjangan sistem manajemen madrasah yang kental dengan nuansa
kemasyarakatan dengan sistem manajemen pendidikan formal dari
pemerintah
b) Sistem pengawasan yang masih lemah baik secara internal maupun
eksternal
c) Belum adanya lembaga penjamin mutu baik secara internal maupun
eksternal kelembagaan
3) Peluang
a) Optimalisasi peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
antara lain dalam bentuk penyelenggara pendidikan/yayasan dan komite
b) Kerja sama dengan lembaga yang berkompeten dalam bidang penjaminan
mutu pendidikan, misalnya dengan perguruan tinggi
c) Optimalisasi kerja sama anatara satuan pendidikan dengan lembaga yang
memanfaatkan alumni
4) Tantangan
a) Kemajuan teknologi di bidang pendidikan yang mengharuskan pendidik
dan tenaga kependidikan untuk senantiasa mengembangkan
kompetensinya
b) Perkembangan aspek sosial, ekonomi, budaya, teknologi, dan aspek
kehidupan lainnya yang berakibat pada meningkatnya tuntutan daya
saing dari segenap unsur
c) Perkembangan kehidupan yang semakin moderen menuntut adanya
upaya penguatan aspek spiritual
e. Objek /Sasaran Tindakan
Tindakan dalam pemecahan suatu permasalahan atau sebagai upaya
peningkatan mutu dapat diambil dalam kategori madrasah inspiratif ini dapat meliputi
salah satu atau lebih dari 8 standar pendidikan yang terdiri dari :
1) Bidang Standar Kelulusan
2) Bidang Proses
3) Bidang Kurikulum/ Isi
4) Bidang Sarana prasarana
5) Bidang Pendidik dan tenaga kependidikan
6) Bidang pembiayaan

74
7) Bidang Pengelolaan / Manajemen
8) Bidang Penilaian
Catatan : Objek / sasaran dalam madrasah inspirasi ini di luar objek / sasaran
Gerakan Literasi Madrasah ( Gelem) ,Gerakan Madrasah Sehat ( gemes),Gerakan
Furudul ‘Aini ( Gefa) , madrasah Hijau, madrasah Riset, Madrasah Saintifik dan
Madrasah Vokasi/Entrepreneur
f. Kerangka Berpikir Madrasah Inspiratif
Berikut alur atau kerangka berpikir implementasi Madrasah Inspiratif

Bagan Alur/ Kerangka Berpikir Implementasi Madrasah Inspiratif

2
1 IDE YANG UNIK
PERMASA- EFEKTIF EFISIEN
LAHAN DAN
AKUNTABEL

5 3
MONITORING , PERUMUSAN
EVALUASI DAN PERENCANAAN
RTL (POAC)

4
IMPLEMEN-TASI

g. Contoh Best Practice Madrasah Inspiratif

No Bidang Judul Best Practice


Program Kelas Unggulan
Ringkasan Kegiatan:
Program kelas unggulan adalah sebuah program
Kurikulum , sarana
pengembangan madrasah, berupa penyelenggaraan kelas
1 prasarana dan
yang memiliki spesifikasi khusus yang tidak dimiliki oleh
pembiayaan
kelas-kelas yang lain atau yang disebut sebagai kelas
reguler. Spesifikasi yang dimaksud diilhami dari factor-
faktor sekolah unggul yang terdiri dari pengembangan

75
dalam bidang Sumber Daya Manusia, Proses
pembelajaran, kurikulum, manajemen,dan sarana
prasarana.
Lebih lanjut, spesifikasi kelas unggulan Magetan dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Fullday School
2. Multi Media Class
3. Pembelajaran Berkualitas
4. Pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an
5. Program Tahfidz
6. Bhs Inggris Aktif
7. Bahasa Arab Aktif
8. Pembelajaran TIK ( Komputer )
9. Pembinaan Olimpiade MIPA intensif
10. Kegiatan pengembangan Emotional Quotient,
,Social Quotient dan Spiritual Quotient
Program Diversifikasi Kelas pada jenjang MTs / MA
Ringkasan Kegiatan :
Program Diversifikasi kelas merupakan sebuah program
peningkatan mutu melalui layanan pendidikan dengan
memberikan beberapa jenis kelas yang memberikan
layanan yang disesuaikan dengan minat ,bakat dan
Kurikulum dan
2 kompetensi siswa.
Pembiayaan
Jenis layanan kelas yang dimaksud antara lain :
1. Kelas Reguler
2. Kelas Multi Media
3. Kelas Ubudiyah
4. Kelas Olah Raga dan Seni
5. Dll
Program Ekstensi RA
Managemen pengelolaan Ringkasan Kegiatan :
3
dan Standar Kelulusan Mengacu pada pengelolaan madrasah dalam segmen
program pembelajaran ada inti dan ada ekstensi, secara

76
program inti kami mengacu panduan kurikulum
kementerian agama, dan ekstensi mengacu pada KTSP
yang dikembangkan oleh lembaga sesuai dengan
kebutuhan.
1. Pengembangan diri meliputi kegiatan ekstrakulikuler
2. Pendidikan khusus bagi anak ABK penyedian layanan
terapi
3. Taman Baca perpustakaan kecil sebagai sumber
belajar
4. Pojok wahana pemanfaatan sarana prasarana untuk
mengakomodir ketersediaan sarana pembelajaran

Madrasah Prodistik
MoU (Kerja Sama) dengan Perguruan Tinggi :
Madrasah Aliyah bekerja sama dengan Perguruan Tinggi
4 Bidang Kurikulum
pembelajaran IT setara dengan D1 sehingga lulusan
Madrasah mendapatkan Ijasah 2 macam yakni Ijajah MA
dan Diploma 1
Madrasah Siaga Kependudukan
Ringkasan Kegiatan :
1. Mading Kependudukan, mading berisikan sebuat
artikel pandangan positif bagi remaja yang
berkarakter utk menghadapi Indonesia emas.
2. KIR Kependudukan meliputi:
Pembimbingan dan mengikuti lomba, mencari data
Bidang Kurikulum dan
5 kependudukan, menganalisis data kependudukan
pengembangan
dan membuat laporan.
3. Group Musik Kependudukan, penawaran membuat
lagu kependudu kepada keompok band, menciptakan
lagu dan membuat aransemen.
4. Giat Kader Kependudukan, dengan tugas sebagai
tempat konsultasi teman sebaya tentang
permasalahan ditingkat sekolah.

77
5. Sudut Kependudukan, Membuat media dalam
mensosialisasikan dan menginformasikan mengenai
siaga kependudukan
6. Smart Data Kependudukan, membuat desain melalui
Blog yang berisi tentang kegiatan Madrasah Siaga
Kependudukan.
7. Silabus Kependudukan, perencanaan
pembelajarannya disesuaikan dengan materi MSK
kedalam silabus dan RPP.

Madrasah Ramah Anak


Ringkasan Kegiatan :
1. Memiliki Kebijakan Madrasah Ramah Anak
a. Memiliki kebijakan anti kekerasan terhadap
peserta didik
b. Melakukan berbagai upaya untuk
melaksanakan kebijakan anti kekerasan
terhadap peserta didik
2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran yang ramah anak
3. Penilaian hasil belajar mengacu pada hak anak :
4. Minimal memiliki model Kelas Ramah Anak
Bidang Kurikulum,
6 5. Bahan Ajar yang aman dan bebas dari unsur
sarana prasarana dll
pornografi, kekerasan dan radikalisme serta SARA
6. Menciptakan kedekatan antara pendidik, tenaga
kependidikan dengan anak
7. Pendidik dan Tenaga Kependidikan Terlatih Hak-
Hak Anak
8. Sarana dan Prasarana MRA memiliki Persyaratan
Keselamatan , Persyaratan Kesehatan, persyaratan
Kenyamanan, Persyaratan Kemudahan, Persyaratan
Keamanan
9. Partisipasi Anak dalam penyusunan program kerja
madrasah, pelaksanaan dan pengawasan

78
10. Partisipasi Orang Tua/Wali, Lembaga Masyarakat,
Dunia Usaha, Pemangku Kepentingan Lainnya, dan
Alumni
Penguatan Komite Madrasah :
Komite madrasah mengelola badan usaha milik
7 Pembiayaan
madrasah seperti pertokoan, koperasi, kantin, Katering
dan lain-lain
8 Dan lain-lain

h. Tahapan Implementasi Madrasah Inspiratif.


Di dalam melaksanakan tindakan dalam pemecahan suatu permasalahan atau
sebagai upaya peningkatan mutu dalam Madrasah Inspiratif, dilaksanakan dapat melalui
tahapan-tahapan :
1) Perencanaan
Tindakan yang diambil sebagai suatu inspirasi direncanakan dengan matang
menyatu dengan pedoman pelaksanaan madrasah seperti Rencana Kerja Madrasah
( RKM), Rencana Kerja Tahunan, RKAM, Kurikulum dan pedoman teknis.
Perencanaan dapat melalui :
a) Pertemuan steakholder
b) Penetapan karakter madrasah inspiratif
c) Pembentukan team kerja
d) Penyusunan program kegiatan
e) Penetapan lembaga potensial sebagai mitra
f) Sosialisasi secara terpadu
2) Implementasi
1) Penetapan TPKM
2) Penetapan lembaga penjamin mutu internal madrasah
3) Pelaksanaan kurikulum yang mampu menginspirasi segenap komponen
madrasah
4) Rekrutment,pembinaan dan pengawasan terpadu dalam system ketenagaan
termasuk dengan melibatkan lembaga PT
5) Pengembangan sarana prasarana pendidikan dengan melibatkan steakholder
terkait.

79
3) Monitoring dan Evaluasi
Didalam implementasi program tindakan, madrasah melaksanakan monitoring dan
mengevaluasi secara berkala dan berkelanjutan. Dalam pengawasan melaksanakan
pengawasan internal antara lain dalam bentuk peningkatan kualitas supervisi
kepala madrasah. Dan juga pengawasan eksternal antara lain dalam bentuk
peningkatan kualitas supervisi pegawas atau bahkan lembaga auditor.
4) Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil evaluasi, madrasah menyusun rencana tindak tindak lanjut untuk
memperbaiki program selanjutnya. Diantaranya
1) Melaksanakan rekomendasi hasil penilaian dan pengawasan dalam penyusunan
dan pelaksanaan program selanjutnya
2) Melaksanakan kegiatan konsultatif meningkatkan kualitas kegiatan berikutnya
3) Melaporkan segala aktivitas formal secara porposional kepada pihak terkait
sebagai bentuk pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan.

i. Indikator Implementasi Madrasah Inspiratif


Untuk memudahkan implementasi Madrasah Ispiratif di lapangan, berikut Tabel
indikator Implemnetasinya :
Tabel Indikator Implementasi Madrasah Inspiratif
NO KRITERIA INDIKATOR SKOR
Memiliki kekhasan/khusus :
1. Kegiatan memiliki ciri khas dalam hal ide
yang orisinil dan berbeda dengan yang lai
2. Kegiatan memiliki ciri khas dalam hal
1 Kreativitas Maks 25
program yang berbeda dengan lembaga lain.
3. Kegiatan memiliki ciri khas dalam hal sistem
dan kemungkinan hasil yang diharapkan

Memiliki ciri atau unsur kebaruan (kegiatan


harus memiliki karakteristik sebagai sebuah
karya/produk, atau buah pemikiran yang
2 Produk Maks 25
memiliki kadar orsinalitas dan kebaruan):
1. Kegiatan memiliki karya/produk yang
orisinil

80
2. Kegiatan memiliki karya.produk yang
bersifat kebaruan
3. Kegiatan memiliki karya.produk bermanfaat
guna, hasil guna dan berimbas
Memiliki kemampuan untuk menunjukkan hasil
yang lebih baik, lebih cepat atau lebih bermakna
:
1. Memiliki kemampuan memperkokoh pangsa
pasar dalam pengembangan lembaga
2. Memiliki kemampuan menghubungkan
3 Daya Saing program kegiatan dengan memanfaatkan Maks 25
lingkungannya
3. Memiliki kemampuan meningkatkan kinerja
tanpa henti
4. Memiliki strategi kompetisi dengan fokus
dengan penciptaan sesuatu yang berbeda
dan unik
Memiliki program pengembangan yang
mendukung atas ketercapaian visi misi lembaga,
terdiri dari :
1. Memiliki program inspiratif yang
terencana : kegiatan dilakukan melalui
suatu proses yang yang tidak tergesa-
gesa, namun melalui kegiatan yang
dipersiapkan secara matang dengan
4 Manajemen program yang jelas dan direncanakan Maks 25
terlebih dahulu).
2. Memiliki pengorganisasian yang jelas
3. Memiliki struktur pembagian tugas yang
mudah dipahami dan dilaksanakan
4. Memiliki program evaluasi dan
kepengawasan sebagai dasar penyusunan
rencana tindak lanjut atas perbaikan
program,
Kriteria Penilaian Madrasah Inspiratif
Nilai 75 – 100 = Kategori A
Nilai 60 – 74 = Kategori B
Nilai 40 – 59 = Kategori C
Kurang dari 39 = Kategori D
81
j. Instrumen Implementasi Madrasah Inspiratif
N Nilai
Aspek Indikator BUKTI
o 4 3 2 1

1. Kegiatan memiliki Ide sama Ide Ide


Ide diadopsi Pedoman
ciri khas dalam hal sekali baru, diadpsi diadopsi
dengan Teknis
ide yang orisinil dan belum ada dengan utuh dari
tambahan Program
berbeda dengan yang di lembaga beberapa lembaga
yg dominan Inspiratif
lain lain tambahan lain

Program
2. Kegiatan memiliki Program Program Program
sama sekali Pedoman
ciri khas dalam hal diadopsi diadpsi diadopsi
baru, belum Teknis
Kreativita program yang dengan dengan utuh dari
1 ada di Program
s berbeda dengan tambahan beberapa lembaga
lembaga Inspiratif
lembaga lain. yg dominan tambahan lain
lain

Sistem & Sistem & Sistem & Sistem &


3. Kegiatan memiliki hasil sama hasil hasil hasil Pedoman
ciri khas dalam hal sekali baru, diadopsi diadpsi diadopsi Teknis
sistem dan belum ada dengan dengan utuh dari Program
kemungkinan hasil di lembaga tambahan beberapa lembaga Inspiratif
yang diharapkan lain yg dominan tambahan lain

Produk
Produk yg yg Produk yg
Produk yg
dihasilkan dihasilka dihasilkan
1. Kegiatan memiliki dihasilkan Bukti di
diadopsi n diadopsi
karya/produk yang belum ada lapanga
dengan diadpsi utuh dari
orisinil di lembaga n
tambahan dengan lembaga
lain
yg dominan beberapa lain
tambahan

2. Kegiatan memiliki Produk yg


karya produk yang dihasilkan
2 Product bersifat kebaruan
Produk
Produk yg Produk yg yg
Produk yg
dihasilkan dihasilkan dihasilka
3. Kegiatan memiliki dihasilkan
secara cukup n kurang
karya produk tidak
meyakinkan meyakinkan meyakink
bermanfaat guna, berdampa
berdampak berdampak an
hasil guna dan k positif
positif positif berdamp
berimbas terhadap
terhadap terhadap ak positif
lembaga
lembaga lembaga terhadap
lembaga

Program Program Program Program


1. Memiliki Dok
secara cukup kurang tidak
kemampuan PPDB
Daya meyakinkan meyakinkan meyakink berdampa
3 memperkokoh
Saing berdampak berdampak an k kepada Bukti di
pangsa pasar dalam
kepada kepada berdamp antusiasm lapanga
pengembangan
antusiasme antusiasme ak kepada e n
lembaga
masyarakat masyarakat antusias masyarak

82
utk masuk utk masuk me at utk
mjd siswa mjd siswa masyarak masuk
at utk mjd siswa
masuk
mjd siswa

Domnis
2. Memiliki
Prog
kemampuan
Inspirati
menghubungkan
f
program kegiatan
dengan Bukti di
memanfaatkan lapanga
lingkungannya n

3. Memiliki Bukti di
kemampuan lapanga
meningkatkan n
kinerja tanpa henti
4. Memiliki strategi
Prestasi
kompetisi dengan
akademi
fokus dengan
s & non
penciptaan sesuatu
akademi
yang berbeda dan
s
unik

1. Memiliki program
inspiratif yang
terencana : kegiatan
dilakukan melalui
suatu proses yang Program Program Program Program

yang tidak tergesa- minimal minimal minimal sedang RKS,


Manajem
4 gesa, namun melalui telah telah telah berjalan RKT,
en
kegiatan yang berjalan 3 berjalan 2 berjalan 1 dlam 1 Domnis

dipersiapkan secara tahun tahun tahun tahun

matang dengan
program yang jelas
dan direncanakan
terlebih dahulu

2. Memiliki RKS,

pengorganisasian RKT,

yang jelas Domnis

3. Memiliki struktur RKS,

pembagian tugas RKT,

yang mudah Domnis

83
dipahami dan
dilaksanakan
4. Memiliki program
evaluasi dan
kepengawasan
RKS,
sebagai dasar
RKT,
penyusunan
Domnis
rencana tindak
lanjut atas
perbaikan program

4. Madrasah Hijau
a. Konsep Madrasah Hijau
Madrasah Hijau atau Green School adalah madrasah hijau, dalam arti luas
diartikan sebagai madrasah yang memiliki komitmen dan secara sistematis
mengembangkan program-program untuk mengimplementasikan nilai-niai lingkungan
ke dalam seluruh aktivitas pembelajaran (Wikipedia). Mengadaptasi dari konsep
Adiwiyata yang mempunyai pengertian atau makna: tempat yang baik dan ideal dimana
dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat
menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan menuju cita-cita
pembangunan berkelanjutan. Program Adiwiyata merupakan program Kementerian
Lingkungan Hidup untuk sekolah-sekolah di Indonesia. Green School merupakan
pelaksanaan dari Adiwiyata dalam konsep yang disesuaikan di Madrasah.
Program Green School berangkat dari keprihatinan permasalahan lingkungan
hidup misalnya perubahan iklim, keterbatasan energy, Global Warming, pencemaran
tanah, air, udara, banjir. Permasalahan lingkungan hidup tersebut bukan hanya
disebabkan oleh gejala alam semata, namun juga merupakan dampak aktifitas manusia
dalam kehidupan sehari-hari. Jumlah penduduk yang terus meningkat, kebutuhan hidup
juga meningkat dan mengalami pergeseran dalam pemenuhan kebutuhan sandang,
pangan, dan papan sehingga membutuhkan pemanfaatan sumber daya alam sekaligus
dampak yang ditimbulkan. Pembukaan lahan produktif untuk pemukiman, industri,
gedung pertokoan/ perkantoran, pertambangan merupakan kebutuhan social dan
budaya manusia menimbulkan beberapa dampak pada ekosistem sebagaimana
disebutkan di atas. Fenomena ini tentu saja sudah melalui proses pemikiran para ahli,
namun perkembangan jumlah penduduk diiringi perubahan sosial budaya, maka

84
dampak negatif kerusakan lingkungan dapat terjadi. Permasalahan lingkungan hidup
oleh banyak pihak telah diupayakan penanganannya, namun faktor gejala alam yang
sulit diprediksi, sumber daya manusia yang belum memahami dengan benar
permasalahan lingkungan dan solusi pemecahannya, maka diperlukan upaya terpadu
pada masyarakat melalui pendidikan lingkungan hidup. Beberapa pemikiran di atas
mendasari pengembangan Madrasah Hijau
b. Dasar Pelaksanaan Madrasah Hijau
Dasar pelaksanaan program Madrasah Hijau adalah implementasi Pengelolaan
Lingkungan Hidup dalam Islam sebagaimana tersurat dalam beberapa ayat: An-Nahl
:10-11, Ar Rum: 40-42, Al Baqoroh; 10-11, Al A’rof: 56-58. Misalnya dalam surat Al
Baqoroh ayat 11 yang artinya: “Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu
tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
memikirkan”. Dan dalam surat Ar Rum ayat 41 yang artinya: “Telah nampak kerusakan
di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar)”.
Dasar hukum pelaksanaan program Madrasah Hijau adalah UU LH no 32 tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sebagimana kutipan
pasal 65 UU no 32 tahun 2009 berikut ini: “ bab x hak, kewajiban, dan larangan bagian
kesatu hak Pasal 65 (1) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat
sebagai bagian dari hak asasi manusia. (2) Setiap orang berhak mendapatkan
pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan
dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. (3) Setiap orang
berhak mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup.
(4) Setiap orang berhak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (5) Setiap orang
berhak melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengaduan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.
Penjabaran dari dasar pelaksanaan Madrasah Hijau diwujudkan oleh Bagian
Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Propinsi Jawa timur dengan program
“Gerakan Ayo membangun Madrasah” dalam rangka membangun Madrasah Inovasi.

85
c. Tujuan dan Sasaran Madrasah Hijau
Tujuan pelaksanaan program Madrasah Hijau secara umum adalah
implementasi pengelolaan lingkungan hidup oleh makhluk sebagaimana tersurat dalam
Al Qur’an dan tujuan secara khusus meliputi: (1) Meningkatkan Pengetahuan tentang
Lingkungan Hidup, (2) Menanamkan Keterampilan Mengelola Lingkungan Hidup, (3)
Menanamkan Nilai – nilai Lingkungan Hidup, (4) Mengelola Permasalahan Lingkungan
Hidup, (5)Mengembangkan Kesadaran Pentingnya Lingkungan Hidup, dan (6)
Menumbuhkan karakter Cinta dan Peduli Lingkungan.
Sasaran target pelaksanaan program Madrasah Hijau adalah seluruh warga
madrasah meliputi Kepala Madrasah, guru, pegawai, siswa, orang tua siswa, komite,
masyarakat sekitar, sekolah imbas, serta masyarakat pada umumnya. Soaialisasi
Madrasah Hijau diperoleh dari pihak pemerintah yang berwenang, lembaga swadaya
masyarakat, kepala madrasah, guru, bahkan siswa bisa menyampaikan materi Madrasah
Hijau
d. Petunjuk Teknis Implementasi Madrasah Hijau
Secara umum, implementasi Madrasah Hijau sama pelaksanaannya dengan
program Adiwiyata yang mengacu pada 8 standar pendidikan menurut Badan Standar
Nasional Pendidikan (BNSP) yaitu Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar
Proses, Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana,
Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan Pendidikan, dan Standar Penilaian
Pendidikan.
Pelaksanaan Madrasah Hijau mengacu pada Program Adiwiyata Permen LH
nomor 5 tahun 2013 berdasarkan 4 komponen utama yaitu: (1) Kebijakan Sekolah/
Madrasah Peduli dan Berbudaya Lingkungan, (2) Pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Lingkungan Hidup, (3) Kegiatan Berbasis Partisipatif, dan (4) Pengembangan Sarana
dan Prasarana Pendukung Pembelajaran yang Ramah Lingkungan. Penjabarannya
dalam Instrumen Evaluasi Madrasah Hijau

86
INSTRUMEN

87
Berikut Instrumen Implementasi Madrasah Hijau :
Tabel Iinstrumen Implementasi Madrasah Hijau
KOMPONEN STANDAR SKOR
1. Visi Misi Madrasah yang memuat Pelaksanaan
program madrasah Hijau
A. Kebijakan Madrasah Total skor
2. Surat Keputusan, surat edaran, Surat Tugas
Hijau 20
terkait Pelaksanaan program madrasah Hijau
3. Sumber pendanaan Madrasah Hijau (DIPA,
BOS,Komite) sebesar 15 %
1. Struktur Kurikulum
2. Silabus & RPP terintegrasi Lingkungan Hidup
3. Pendekatan, Metode pembelajaran dan
Instrumen Penilaian
4. Isu Lokal dan isu Global
B. Kurikulum Berbasis 5. konsep dan pemeahan permasalahan Total skor
Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup 30
6. Keikutsertaan orang tua, komite dalam
pemecahan masalah lingkungan
7. Publikasi dan Inovasi pembelajaran
8. Karya nyata siswa pemecahan masalah
lingkungan
1. Pemeliharaan lingkungan madrasah
(kebersihan kelas, taman, sanitasi) oleh siswa
2. Ekstrakurikuler berbasis Lingkungan Hidup
3. Publikasi Karya Nyata Siswa
4. Kreatifitas dan Inovasi Kegiatan guru dan
C. Kegiatan Berbasis Total skor
siswa
partisipatif 25
5. Aksi pihak luar bagi tenaga pendidik dan
kependidikan
6. Aksi pihak luar bagi peserta didik
7. Komite dan pihak madrasah sebagai nara
sumber

88
1. Pemanfaatan sarana dan prasarana madrasah
(sampah, energi, makanan, air, dan
keanekaragaman hayati)
2. Pemeliharaan Sarana dan prasarana
madrasah
D. Sarana dan Prasarana
3. Sarana prasana untuk menangani masalah Total skor
Pendukung
lingungkan (Biopori, bank sampah, Sanitasi, 25
Pembelajaran
Komposting, Kolam resapan)
4. Sarana Prasarana untuk media pembelajaran
(Taman, Gasebo, kolam, hutan madrasah)
5. Efisiensi penggunaan sumberdaya energi
listrik dan air

Kriteria Penilaian Madrasah Hijau


Nilai 75 – 100 = Kategori A
Nilai 60 – 74 = Kategori B
Nilai 40 – 59 = Kategori C
Kurang dari 39 = Kategori D

Selanjutnya instrument implementasi madrasah Hijau dirinsi sebagai berikut:


NILAI
NO ASPEK INDIKATOR
4 3 2 1
1. Visi Misi Madrasah yang memuat
Pelaksanaan program madrasah Hijau
2. Surat Keputusan, surat edaran, Surat
KEBIJAKAN
1 Tugas terkait Pelaksanaan program
MADRASAH HIJAU
madrasah Hijau
3. Sumber pendanaan Madrasah Hijau
(DIPA, BOS,Komite) sebesar 15 %
4. Struktur Kurikulum
KURIKULUM 5. Silabus & RPP terintegrasi Lingkungan
2 BERBASIS Hidup
LINGKUNGAN HIDUP 6. Pendekatan, Metode pembelajaran dan
Instrumen Penilaian

89
7. Isu Lokal dan isu Global
8. konsep dan pemeahan permasalahan
Lingkungan Hidup
9. Keikutsertaan orang tua, komite dalam
pemecahan masalah lingkungan
10. Publikasi dan Inovasi pembelajaran
11. Karya nyata siswa pemecahan masalah
lingkungan
12. Pemeliharaan lingkungan madrasah
(kebersihan kelas, taman, sanitasi) oleh
siswa
13. Ekstrakurikuler berbasis Lingkungan
Hidup
14. Publikasi Karya Nyata Siswa
KEGIATAN BERBASIS
3 15. Kreatifitas dan Inovasi Kegiatan guru
PARTISIPATIF
dan siswa
16. Aksi pihak luar bagi tenaga pendidik dan
kependidikan
17. Aksi pihak luar bagi peserta didik
18. Komite dan pihak madrasah sebagai nara
sumber
19. Pemanfaatan sarana dan prasarana
madrasah (sampah, energi, makanan, air,
dan keanekaragaman hayati)
20. Pemeliharaan Sarana dan prasarana
madrasah
SARANA DAN 21. Sarana prasana untuk menangani
PRASARANA masalah lingungkan (Biopori, bank
4 sampah, Sanitasi, Komposting, Kolam
PENDUKUNG
resapan)
PEMBELAJARAN
22. Sarana Prasarana untuk media
pembelajaran (Taman, Gasebo, kolam,
hutan madrasah)
23. Efisiensi penggunaan sumberdaya
energi listrik dan air

90
5. Madrasah Saintifik
a. Konsep Dasar Madrasah Saintifik
Saintifik merupakan sebuah pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013.
Pendekatan ini adalah sebuah pendekatan ilmiah (Saintifik) dimana siswa dituntut aktif
dalam pembelajaran dan berpikir ilmiah. Pendekatan Saintifik adalah proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif
mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan” (Lazim Muhammad, 2013:1).
Karakteristik pendekatan saintifik menurut Kemdikbud (2013) adalah sebagai
berikut :
1) Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang
dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira,
khayalan, legenda atau dongeng semata
2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik
terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif atau penalaran
yang menyimpang dari alur berpikir logis
3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran.
4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
5) Mendorong dan menginspirasi siswa dalam memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
materi pembelajaran.
6) Berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan
7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik system
penyajiannya.
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan
pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
adalah :

91
- Untuk meningkatkan kemampuan intelektual, secara spesial dapat mengasah
kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa
- Untuk membentuk kemampuan menyelesaikan masalah secara sistematik pada
diri siswa
- Untuk menciptakan keadaan dimana siswa merasa bahwa belajar adalah sebuah
kebutuhan
- Diperolehnya hasil belajar pada level yang tinggi
- Untuk melatih siswa dapat mengkomunikasikan pemikiran khususnya dalam
menulis secara ilmiah
- Untuk mengembangkan dan meningkatkan karakter siswa.
(Daryanto, 2014 :54)
Perpaduan antara sains dan Agama di Indonesia sudah lama digaungkan
sebagaimana yang tertuang dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 pasal 30 yang
mewajibkan penyelenggaraan pendidikan Agama pada semua strata pendidikan sebagai
bentuk kesadaran bersama untuk mencapai kualitas hidup yang utuh (Barizi,
Pendidikan Integratif Akar Tradisi dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam, 2011).
Pengertian integrasi sains dan islam tidak hanya berarti menyatukan ilmu agama dan
ilmu pengetahuan umum tetapi juga menjadikan ajaran Islam sebagai paradigma ilmu-
ilmu kemasyarakatan dan kemanusiaan. Islam tidak hanya menjadi sudut pandang atau
pelengkap tetapi menjadi pengawal dari setiap perbuatan/kerja sains (Barizi,
Pendidikan Integratif Akar Tradisi dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam, 2011).
Metode integrasi sains dan Islam diantaranya:
- Menjadikan Alquran dan hadis sebagai sumber ilmu pengetahuan,
- Memperluas materi kajian agama Islam dan menghindari dikotomi ilmu,
- Menumbuhkan pribadi yang berkarakter ulul albab,
- Menelusuri ayat-ayat Alquran yang berbicara tentang Sains,
- Mengembangkan kurikulum pendidikan
(Hamdan Husein Batubara, 2016)
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa Madrasah Saintifik yang
terintegrasi dengan Islam merupakan madrasah yang mengembangkan penanaman
budaya, nilai-nilai islam dan lingkungan pembelajaran yang menekankan pada unsur
logis, ilmiah, sistematis dan mampu mengintegrasikan dengan islam (Integrasi Sains dan
Islam). Madrasah Saintifik menggunakan pembelajaran saintifik terintegrasi dengan

92
islam dalam proses pembelajarannya serta dapat memanfaatkan kegiatan saintifik
dalam proses belajar mengajar maupun ekstrakurikulernya.
Adapun Ciri-ciri Madrasah Saintifik yang Terintegrasi dengan Islam adalah
sebagai berikut :
a. Pembelajaran berbasis saintifik yang terintegrasi dengan islam dengan
menggunakan 3 metode yaitu menggunakan pendekatan 5 M (mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan),
metode pembelajaran saintifik [inquiry, discovery learning, Project Based
learning (PjBL), Problem Based Learning (PBL)], serta pengintegrasian PPK,
literasi, 4C, dan HOTS
b. Memiliki karakteristik pembelajaran saintifik yang terintegrasi dengan islam
c. Memanfaatkan kegiatan saintifik yang terintegrasi dengan islam dalam proses
belajar mengajar dan kegiatan ekstrakurikuler
d. Hasil pembelajaran dapat berupa produk nyata
b. Kriteria Madrasah Saintifik
Adapun criteria marasah Saintifik yang Terintegrasi dengan Islam dilihat dari
beberapa aspek :
a. Kebijakan Madrasah yang mendukung pelaksanaan pembelajaran saintifik yang
terintegrasi dengan islam
b. Pelaksanaan kurikulum berbasis saintifik yang terintegrasi dengan islam
c. Kegiatan saintifik berbasis parsitipatif dan terintegrasi dengan islam
d. Pengelolaan sarana pendukung yang mendukung pembelajaran saintifik yang
terintegrasi dengan islam
c. Tujuan
Tujuan dari pedoman madrasah saintifik adalah sebagai acuan bagi madrasah
dalam menerapkan madrasah saintifik, dalam melaksanakan pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan.
d. Sasaran
Sasaran panduan Madrasah Saintifik ini adalah :
1) Pemangku kebijakan baik pusat maupun daerah
2) Madrasah (MI, MTs, MA) yang terdiri dari pendidik dan tenaga kependidikan

93
e. Hasil
Hasil yang diharapkan :
1) Terwujudnya Madrasah Saintifik yang melakukan pembelajaran Saintifik yang
terintegrasi dengan islam dengan 3 komponen, yaitu menggunakan pendekatan
5 M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan), metode pembelajaran saintifik [inquiry, discovery
learning, Project Based learning (PjBL), Problem Based Learning (PBL)], serta
pengintegrasian PPK, literasi, 4C, dan HOTS
2) Terbentuknya lingkungan pembelajaran yang logis, ilmiah dan sistematis yang
terbiasa menggunakan langkah-langkah metode saintifik
f. Tahapan Implementasi Madrasah Saintifik
1) Persiapan
Persiapan meliputi sosialisasi Madrasah Saintifik kepada seluruh warga
madrasah, penyusunan kebijakan di madrasah, pembentukan tim,
mengidentifikasi potensi madrasah
2) Perencanaan
Perencanaan meliputi penyusunan dokumen KTSP, RKM, RKTM yang memuat
perencanaan penerapan Madrasah Saintifik, dimana sudah termuat dalam 8
Standar Nasional Pendidikan (SNP).
3) Pelaksanaan
Pada tahapan pelaksanaan, seluruh tim dan warga madrasah melaksanakan
program yang telah dibuat untuk melaksanakan madrasah Saintifik.
a) Bidang Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar Madrasah Saintifik hendaknnya
melaksanakan pembelajaran saintifik yang terintegrasi dengan islam dengan
pendekatan 5 M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan), metode pembelajaran saintifik
[inquiry, discovery learning, Project Based learning (PjBL), Problem Based
Learning (PBL)], serta pengintegrasian PPK, literasi, 4C, dan HOTS
b) Bidang Kurikulum
Madrasah menyusun Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dokumen 1, mengawal proses pembelajaran dan evaluasi guru mata
pelajaran serta mensosialisasikan keberadaan madrasah Saintifik kepada

94
semua guru agar dalam proses belajar mengajar menggunakan metode
pengajaran saintifik yang terintegrasi dengan islam.
c) Bidang Kesiswaan
Memberikan motivasi serta mendata siswa yang berperan aktif dalam proses
pembelajaran, mengkoordinir guru ekstrakurikuler untuk memanfaatkan
kegiatan ekstrakurikuler untuk pembelajaran saintifik yang terintegrasi
dengan islam, seperti : karya ilmiah, daur ulang sampah, pemanfaatan energy
alternative, dll
d) Bidang Kehumasan
Membangun kerjasama dengan berbagai pihak luar, seperti Perguruan
Tinggi, Balai Diklat Keagamaan, sekolah lain, orang tua, alumni, media,
instansi pemerintah, dll.
e) Bidang sarana dan prasarana
Memberikan sarana dan prasarana yang mendukung untuk pelaksanaan
Madrasah Saintifik,
f) Siswa
Siswa madrasah yang menerapkan Madrasah Saintifik memiliki pola pikir
yang kritis, logis, ilmiah dan sistematis
Tabel Implementasi Madrasah Saintifik
NO ASPEK IMPLEMENTASI
1) Visi, misi dan tujuan madrasah yang tertuang di
dalam KTSP (dokumen 1) yang memuat tentang
penerapan pembelajaran saintifik yang
terintegrasi dengan islam
2) Struktur kurikulum yang memuat semua
mata pelajaran sudah menerapkan
pembelajaran saintifik yang terintegrasi
dengan islam
1. Kebijakan Madrasah 3) Semua mata pelajaran yang menggunakan
pembelajaran saintifik yang terintegrasi dengan
islam dilengkapi dengan KKM

RKAM memuat program yang mendukung


pembelajaran saintifik yang terintegrasi dengan
islam, meliputi : kesiswaan, kurikulum dan
kegiatan pembelajaran, peningkatan kapasitas
pendidik dan tenaga kependidikan, tersedianya

95
NO ASPEK IMPLEMENTASI
sarpras, budaya saintifik, peningkatan dan
pengembangan mutu

1) Menerapkan pembelajaran saintifik yang


terintegrasi dengan islam berbasis 5M dengan
mengintegrasikan PPK, literasi, 4C, dan HOTS
2) Menyusun rancangan pembelajaran (RPP)
yang lengkap dengan menggunakan metode
inquiry, discovery learning, Project Based
learning (PjBL), Problem Based Learning
(PBL)
3) Mengikutsertakan orangtua, masyarakat
dalam program pembelajaran saintifik yang
terintegrasi dengan islam
4) Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi
Pelaksanaan Kurikulum
pembelajaran saintifik yang terintegrasi
2. berbasis saintifik yang dengan islam
terintegrasi dengan islam 5) Mengaitkan pengetahuan konseptual,
procedural dalam pemecahan masalah serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

1) Menghasilkan karya nyata yang berkaitan


dengan ilmu alam, sosial, bahasa dan agama
2) Menerapkan langkah-langkah metode
saintifik yang terintegrasi dengan islam untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari
3) Mengkomunikasikan hasil pembelajaran
dengan berbagai cara dan media

1) Memanfaatkan lahan dan fasilitas madrasah


untuk pengembangan pembelajaran saintifik
yang terintegrasi dengan islam
2) Mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler
Kegiatan Saintifik berbasis yang berbasis saintifik yang terintegrasi
dengan islam
3. partisipatif dan terintegrasi
3) Mengikuti kegiatan akademik maupun non
dengan islam akademik yang dilakukan oleh pihak luar

1) Memanfaatlkan narasumber untuk


meningkatkan pembelajaran saintifik yang
terintegrasi dengan islam

96
NO ASPEK IMPLEMENTASI
2) Meningkatkan peran komite
3) Menjadi narasumber (guru/siswa)

Menyediakan sarpras untuk menunjang


Pengelolaan Sarana pembelajaran saintifik yang terintegrasi dengan
4.
pendukung islam

g. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan cara :
1) Memberikan kuisioner kepada siswa, pendidik dan tenaga kependidikan tentang
keterlaksanaan madrasah Saintifik.
2) Pengawasan internal yang dapat dilakukan oleh kepala madrasah, maupun
eksternal yang dilakukan oleh pengawas maupun kementerian agama
kabupaten.
h. Penyusunan RTL
Penyusunan rencana tindak lanjut berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan.
Rencana Tindak Lanjut dapat berupa :
1) Melaksanakan hasil rekomendasi
2) Melakukan pelaporan kepaka Kementerian Agama Kabupaten/Propinsi
Menentukan madrasah sasaran yang akan menjadi madrasah binaannya
i. Indikator Pencapaian Madrasah Saintifik
N INDIKATOR SKOR
ASPEK STANDART IMPLEMENTASI
O PENCAPAIAN 1 2 3 4
Kurikulum 1) Visi, misi dan 1) Tersusunnya visi,
Tingkat tujuan madrasah misi dan tujuan
Satuan yang tertuang di madrasah yang
Pendidikan dalam KTSP tertuang di dalam
Kebijakan memuat (dokumen 1) yang KTSP (dokumen
1.
Madrasah pembelajaran memuat tentang 1) yang memuat
Saintifik yang penerapan tentang
terintegrasi pembelajaran penerapan
dengan islam saintifik yang pembelajaran
(Integrasi saintifik yang

97
N INDIKATOR SKOR
ASPEK STANDART IMPLEMENTASI
O PENCAPAIAN 1 2 3 4
Sains dan terintegrasi dengan terintegrasi
Islam) islam dengan islam
dengan
pendekatan 5 M,
metode
pembelajaran
saintifik [inquiry,
discovery
learning, Project
2) Struktur Based learning
kurikulum yang (PjBL), Problem
memuat semua Based Learning
mata pelajaran (PBL)], serta
sudah pengintegrasikan
menerapkan PPK, literasi, 4C,
pembelajaran dan HOTS
saintifik yang 2) Adanya struktur
terintegrasi kurikulum
dengan islam memuat
pembelajaran
saintifik yang
terintegrasi
dengan islam
dengan
pendekatan 5 M,
3) Semua mata metode
pelajaran yang pembelajaran
menggunakan saintifik [inquiry,
pembelajaran discovery
saintifik yang learning, Project
terintegrasi dengan Based learning

98
N INDIKATOR SKOR
ASPEK STANDART IMPLEMENTASI
O PENCAPAIAN 1 2 3 4
islam dilengkapi (PjBL), Problem
dengan KKM Based Learning
(PBL)], serta
pengintegrasikan
PPK, literasi, 4C,
dan HOTS pada
semua mata
pelajaran
3) Adanya KKM pada
semua mata
pelajaran dengan
menggunakan
pembelajaran
saintifik yang
terintegrasi
dengan islam
RKAM RKAM memuat Anggaran
memuat program yang madrasah memuat
program yang mendukung program yang
menerapkan pembelajaran mendukung
dan saintifik yang pembelajaran
memanfaatka terintegrasi dengan saintifik yang
n islam, meliputi : terintegrasi dengan
pembelajaran kesiswaan, islam, meliputi :
saintifik yang kurikulum dan kesiswaan,
terintegrasi kegiatan kurikulum dan
dengan islam pembelajaran, kegiatan
peningkatan pembelajaran,
kapasitas pendidik peningkatan
dan tenaga kapasitas pendidik
kependidikan, dan tenaga

99
N INDIKATOR SKOR
ASPEK STANDART IMPLEMENTASI
O PENCAPAIAN 1 2 3 4
tersedianya kependidikan,
sarpras, budaya tersedianya
saintifik yang sarpras, budaya
terintegrasi dengan saintifik yang
islam, peningkatan terintegrasi dengan
dan pengembangan islam, peningkatan
mutu dan pengembangan
mutu (tertuang
dalam RKAM)

Tenaga 1) Menerapkan 1) 80% tenaga


pendidik pembelajaran pendidik
memiliki saintifik yang menerapkan
kompetensi terintegrasi pembelajaran
dalam dengan islam saintifik yang
mengembang berbasis 5M terintegrasi
Pelaksana
kan kegiatan dengan dengan islam
an
pembelajaran mengintegrasik berbasis 5M
Kurikulu
saintifik yang an PPK, literasi, dengan
m
terintegrasi 4C, dan HOTS mengintegrasika
berbasis
2. dengan islam 2) Menyusun n PPK, literasi, 4C,
saintifik
rancangan dan HOTS
yang
pembelajaran
terintegra
(RPP) yang
si dengan
lengkap dengan 2) 80% tenaga
islam
menggunakan pendidik
metode inquiry, menyusun
discovery rancangan
learning, Project pembelajaran
Based learning (RPP) yang
(PjBL), Problem lengkap dengan

100
N INDIKATOR SKOR
ASPEK STANDART IMPLEMENTASI
O PENCAPAIAN 1 2 3 4
Based Learning menggunakan
(PBL) metode inquiry,
3) Mengikutsertak discovery
an orangtua, learning, Project
masyarakat Based learning
dalam program (PjBL), Problem
pembelajaran Based Learning
saintifik yang (PBL)
terintegrasi
dengan islam

4) Mengkomunika 3) Prosentase
sikan hasil-hasil tenaga pendidik
inovasi yang
pembelajaran mengikutsertaka
saintifik yang n orangtua,
terintegrasi masyarakat
dengan islam dalam program
pembelajaran
saintifik yang
terintegrasi
5) Mengaitkan dengan islam
pengetahuan sebesar 40%
konseptual, untuk MTs dan
procedural 30% untuk MA
dalam 4) Mengkomunikasi
pemecahan kan hasil-hasil
masalah serta inovasi
penerapannya pembelajaran
dalam saintifik yang
terintegrasi

101
N INDIKATOR SKOR
ASPEK STANDART IMPLEMENTASI
O PENCAPAIAN 1 2 3 4
kehidupan dengan islam
sehari-hari melalui majalah,
majalah dinding,
bulletin sekolah,
pameran, web-
site, radio, TV,
surat kabar,
jurnal, dll
5) 80% tenaga
pendidik mampu
mengaitkan
pengetahuan
konseptual,
procedural dalam
pemecahan
masalah serta
dapat
menerapkannya
dalam kehidupan
sehari-hari

Peserta didik 1) Menghasilkan 1) 50% peserta didik


melakukan karya nyata menghasilkan
kegiatan yang berkaitan karya nyata yang
pembelajaran dengan ilmu berkaitan dengan
saintifik yang alam, sosial, ilmu alam seperti
terintegrasi bahasa dan laporan hasil
dengan islam agama praktikum/peneli
tian, ilmu sosial
seperti kunjungan
industry dan

102
N INDIKATOR SKOR
ASPEK STANDART IMPLEMENTASI
O PENCAPAIAN 1 2 3 4
siswa membuat
laporan hasil
observasi, bahasa
seperti laporan
hasil resensi
cerita, dan agama
seperti pada
mapel aqidah
2) Menerapkan akhlak materi
langkah- muamalah, siswa
langkah metode diminta untuk
saintifik untuk menganalisis bagi
memecahkan hasil pada bank
masalah dalam syari’ah
kehidupan 2) 50% peserta didik
sehari-hari mempunyai
kemampuan
3) Mengkomunika memecahkan
sikan hasil masalah dengan
pembelajaran menggunakan
dengan langkah-langkah
berbagai cara metode saintifik
dan media

3) 50% peserta didik


mengkomunikasi
kan hasil
pembelajaran
melalui majalah,
majalah dinding,
bulletin sekolah,

103
N INDIKATOR SKOR
ASPEK STANDART IMPLEMENTASI
O PENCAPAIAN 1 2 3 4
pameran, web-
site, radio, TV,
surat kabar,
jurnal, dll

Melaksanakan 1) Memanfaatkan 1) 80% warga


kegiatan lahan dan madrasah terlibat
saintifik fasilitas dalam
terintegrasi madrasah untuk memanfaatkan
dengan islam pengembangan lahan dan fasilitas
yang pembelajaran madrasah untuk
terencana saintifik yang pengembangan
bagi warga terintegrasi pembelajaran
madrasah dengan islam saintifik yang
Kegiatan terintegrasi
Saintifik dengan islam
berbasis 2) Mengembangka antara lain
partisipati n kegiatan perpustakaan,
3.
f dan ekstrakurikuler laboratorium, dll
terintegra yang berbasis 2) 80% kegiatan
si dengan saintifik yang ekstrakurikuler
islam terintegrasi dimanfaatkan
dengan islam untuk
pembelajaran
yang berbasis
saintifik yang
3) Mengikuti terintegrasi
kegiatan dengan islam,
akademik seperti : karya
maupun non ilmiah, daur ulang
akademik yang sampah,

104
N INDIKATOR SKOR
ASPEK STANDART IMPLEMENTASI
O PENCAPAIAN 1 2 3 4
dilakukan oleh pemanfaatan
pihak luar energy
alternative, dll.
3) Tenaga pendidik
mengikuti
kegiatan yang
berbasis saintifik
yang dilakukan
oleh pihak luar,
seperti : PT, Balai
Diklat
Keagamaan
(BDK), dll

Menjalin 1) Memanfaatlkan 1) 3 mitra yang


kemitraan narasumber dimanfaatkan
dengan untuk sebagai nara
berbagai meningkatkan sumber untuk
pihak pembelajaran meningkatkan
saintifik yang pembelajaran
terintegrasi saintifik yang
dengan islam terintegrasi
dengan islam
antara lain :
Perguruan Tinggi
(PT), Balai Diklat
2) Meningkatkan Keagamaan
peran komite (BDK), sekolah
lain, orang tua,
alumni, media,

105
N INDIKATOR SKOR
ASPEK STANDART IMPLEMENTASI
O PENCAPAIAN 1 2 3 4
instansi
3) Menjadi pemerintah, dll.
narasumber 2) 3 kemitraan yang
(guru/siswa) difasilitasi oleh
komite madrasah
untuk
pelaksanaan
pembelajaran
saintifik yang
terintegrasi
dengan islam
3) 3 kali menjadi
narasumber
dalam rangka
pembelajaran
saintifik yang
terintegrasi
dengan islam,
seperti : sekolah
lain, seminar, dll

Ketersediaan Menyediakan Tersedianya


sarpras yang sarpras untuk sarpras untuk
mendukung menunjang menunjang
Pengelola pembelajaran pembelajaran
an Sarana saintifik yang saintifik yang
4.
pendukun terintegrasi dengan terintegrasi
g islam dengan islam,
seperti : gedung
madrasah, ruang
kelas,

106
N INDIKATOR SKOR
ASPEK STANDART IMPLEMENTASI
O PENCAPAIAN 1 2 3 4
perpustakaan,
laboratorium
IPA,
laboratorium
bahasa,
laboratorium
komputer,
lapangan
olahraga, ruang
terbuka/halama
n madrasah,
toilet, air yang
memadai.

C. PENUTUP
Panduan Gerakan Madrasah Inovatif (GEMI) ini diharapkan dapat memberikan
pondasi dan arahan konseptual untuk memahami bagaimana sebaiknya Gerakan
Madrasah Inovatif (GEMI) dilaksanakan, mulai dari tingkat provinsi, kabupaten/kota,
hingga satuan pendidikan. Panduan ini juga diharapkan berkembang secara kreatif dan
inovatif dari tingkat provinsi, dan kabupaten/kota hingga masyarakat.
Akhir kata, terbitnya Panduan Gerakan Madrasah Inovatif (GEMI) ini, diharapkan
dapat memberikan informasi yang jelas kepada semua pihak untuk berperan aktif dalam
menyukseskan Gerakan Madrasah Inovatif (GEMI) sebagai bagian dari Gerakan Ayo
Membangun Madrasah (GERAMM)

107
108
109
TIM PEYUSUN
GEMES

Wiwik Mamlukhah
Siti Maryam, M.Pd.I.
Mufid, M.Si.
Dra. Siti Fatimah, M.Pd.
Umi Kulsum, M.Pd.
Drs. Susanto
Drs. Agus Irianto
Dr. Erma Rahmawati, M.Pd.I.
Nurul Laili
Imam Sururi, M.Pd.I.
Tri Prasetyo, S.Pd.
Shorihatul Inayah, S.Pd.
Sriwahyuni
M. Yunus Arifn, SH.
Arri Sugantoro

110
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Gerakan Madrasah Sehat (GEMES) merupakan program Kementerian Agama yang
berhubungan langsung dengan Usaha Kesehatan Madrasah. Program ini dilaksanakan
sesuai amanat peraturan bersama 4 kementerian tanggal 17 Oktober 2014 yaitu : Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri
tentang UKS/M. Di tahun 2019 Kementerian Agama Propinsi Jawa Timur mengembangkan
program gerakan madrasah sehat (GEMES).
Program Usaha Kesehatan Madrasah yang dikenal dengan Trias UKS/M yaitu
Pendidikan Kesehatan, Pelayanan Kesehatan dan Pembinaan Lingkungan Madrasah Sehat
merupakan hal yang sangat penting dalam mewujudkan peserta didik yang sehat dan cerdas.
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Madrasah adalah upaya pendidikan
dan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu, terarah dan bertanggung jawab dalam
menanamkan, menumbuhkan dan melaksanakan prinsip hidup sehat dalam kehidupan
sehari-hari.
Dalam Pelaksanaan program UKS/M, yang dilaksanakan di madrasah selama ini masih
dirasakan belum sesuai dengan yang diharapkan, kegiatan pendidikan kesehatan lebih
bersifat pengajaran, penambahan pengetahuan dan kurang menekankan pada segi praktis
yang dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari. Pelayanan kesehatan pada peserta
didik meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan Pembinaan
lingkungan Madrasah sehat lebih ditekankan pada lingkungan fisik, mental dan sosial.
Disamping itu, koordinasi dalam pelaksanaan program belum terjalin dengan baik pada
setiap jenjang Tim Pembina UKS/M. Oleh karena itu perlu pemberdayaan Tim Pembina
UKS/M dan Tim Pelaksana dalam rangka memantapkan pelaksanaan program UKS/M ke
depan.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa
Pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan Jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Diantara tujuan tersebut terdapat
tujuan yang menyangkut kesehatan jasmani maupun kesehatan mental sosial, dimana
keduanya sangat mempengaruhi terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya.

111
Salah satu modal pembangunan nasional adalah sumber daya manusia yang berkualitas
yaitu sumber daya manusia yang sehat fisik, mental dan sosial serta mempunyai
produktivitas yang optimal.
Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang seht fisik, mental dan sosial serta
mempunyai produktivitas yang optimal diperlukan upaya-upaya pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan secara terus menerus yang dimulai sejak dalam kandungan, anak
usia dini sampai dengan usia lanjut.
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Madrasah merupakan salah satu
upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang ditujukan kepada peserta didik
merupakan salah satu mata rantai yang penting dalam meningkatkan kualitas fisik
penduduk.
Dari berbagai hasil evaluasi dan pengamatan yang dilakukan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dapat disimpulkan berbagai kondisi sebagai berikut:
a. Kegiatan Usaha Kesehatan Madrasah, ditinjau dari segi sarana / prasarana,
pengetahuan, sikap peserta didik di bidang kesehatan, warung madrasah, makanan
sehari-hari / gizi, kesehatan gigi, kesehatan pribadi dan sebagainya secara umum
memperlihatkan bahwa prinsip hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik belum
mencapai tingkat yang diharapkan.
b. Sasaran upaya kesehatan ditinjau dari cakupan (coverage) madrasah, peserta didik
dikaitkan dengan wajib belajar, mutu penyelenggaraa, ketenagaan dan sarana
prasarana belum seimbang dengan usaha pencapaian tujuan UKS/M.
c. Perilaku hidup bersih dan sehat belum mencapai tingkat yang diharapkan, disamping
itu ancaman penyakit terhadap peserta didik masih tinggi dengan adanya penyakit
endemis dan kekurangan gizi.
d. Masalah kesehatan yang menimpa peserta didik meliputi:
1) Sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan
- Jamban
- Air bersih
2) Meningkatnya pecandu narkoba
3) Meningkatnya HIV / AIDS melalui hubungan seksual
4) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat seperti: diare, cacingan, gigi berlubang dan lain-
lain

112
e. Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)
1) Kurangnya guru yang mengajar pendidikan kesehatan / guru yang menangani
UKS/M
2) Kader Kesehatan Madrasah perlu dilatih dalam bidang kesehatan (pendidikan dan
pelayanan)
f. Terbatasnya sarana dan prasarana UKS/M, perlu:
1) Pengadaan UKS/M kit, ruang UKS/M
2) Pengadaan media seperti poster, leaflet, lembar balik dan lain-lain.
3) Pengadaan buku pencatatan dan pelaporan
g. Pencatatan dan pelaporan yang masih / kurang terpenuhi:
1) Perlu diaktifkan
2) Setiap TP UKS/M memiliki catatan kegiatan
h. Kurangnya koordinasi dan komitmen dalam pelaksanaan program UKS/M
Mengingat hal tersebut diatas, pembinaan dan pengembangan UKS/M merupakan hal
yang sangat penting dalam upaya meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui
peningkatan derajat kesehatan. Dengan adanya buku ini diharapkan dapat membantu
Tim Pembina, Tim Pelaksana dan semua pihak dalam pelaksanaan program UKS/M.

2. Dasar Hukum
a. Surat keputusan bersama antara Mendikbud Menteri Kesehatan, Menteri Dalam
Negeri dan Menteri Agama tanggal 3 September 1984 tentang pokok kebijakan dan
pengembangan UKS No. 408/aU/1984, No. 3191 / Menkes / SKB VI / 1984, No. 74
/ tahun 1984, No. 61 / 1984
b. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
c. Surat keputusan bersama Mendiknas, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan
Menteri Dalam Negeri Nomor 2/P/SKB/2003, Nomor: MA/230 A/2003, Nomor:
26 Tahun2003 tanggal 23 Juli tentang Pembinaan dan Pengembangan UKS
d. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
e. Peraturan Bersama antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Menteri Agama Republik
Indonesia, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 6/X/PB/2014,
Nomor 73 Tahun 2014, Nomor 41 Tahun 2014, Nomor 81 Tahun 2014 tentang
UKS/M (Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah)

113
3. Definisi Dan Ruang Lingkup
a. GEMES adalah aktifitas mewujudkan madrasah sehat
b. Definisi UKS/M
Upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan
secara terpadu melalui program pendidikan pelayanan kesehatan di Madrasah
serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan
kesehatan di lingkungan madrasah.
Arti Logo UKS/M :
1) Segitiga artinya TRIAS UKS/M adalah Pendidikan Kesehatan, Pelayanan
Kesehatan dan Pembinaan Lingkungan Madrasah Sehat.
2) Lingkaran artinya dilakukan terus menerus
3) Tulisan UKS artinya pelaksanaannya harus didukung secara vertikal dan
horizontal (pembina maupun pelaksana)
Logo Tim Pembina UKS/M, terdiri atas segitiga sama sisi. Di dalam segitiga
tersebut terdapat sebuah lingkaran yang menyinggung ketiga segitiga itu. Dalam
lingkaran tertulis UKS/M (singkatan dari Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah) yang
ditulis mendatar dan vertikal dengan huruf K terletak di tengah-tengah. Segitiga
sama sisi melambangkan lingkaran yeng mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak yaitu lingkungan keluarga, madrasah dan masyarakat.
Disamping itu segitiga juga sekaligus melambangkan Trias UKS/M yaitu
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah
sehat. Lingkaran yang terdapat didalam segitiga melambangkan keterpaduan dan
kegotong-royongan dalam melaksanakan program Usaha Kesehatan
Sekolah/Madrasah (UKS/M).
Singkatan UKS/M, yang sedemikian rupa, yaitu mendatar dan vertikal
melambangkan bahwa pembinaan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M)
adalah usaha yang berkesinambungan yang tiada henti-hentinya, diberikan kepada
semua jenis tingkat pendidikan, mulai dari Raudlatul Athfal (RA) sampai ke tingkat
Madrasah Aliyah (MA).
Dalam melaksanakan program UKS/M kementerian agama propinsi Jawa
Timur melakukan kegiatan secara serentak ke seluruh madrasah yang ada di Jawa
Timur untuk melaksanakan gerakan madrasah sehat yang dikenal dengan sebutan
“GEMES”.

114
c. Ruang Lingkup
1) Pembentukan TP UKS/M meliputi TP UKS/M Tingkat Sekolah / Madrasah,
Tingkat Kecamatan, Tingkat Kota / Kabupaten dan Tingkat Provinsi
2) Penyusunan rencana / program UKS/M yaitu meliputi:
- rencana kegiatan UKS/M tahunan atau rencana yang dilaksanakan selama
satu tahun pelajaran
- rencana kegiatan dan rencana anggaran belanja UKS/M
- rencana pembinaan dan pengembangan UKS/M
- rencana kegiatan yang mengacu pada program UKS/M (kegiatan rutin dan
kegiatan tambahan).
3) Cara pelaksanaan program UKS/M yaitu membahas tentang bagaimana
sebaiknya program tersebut dilaksanakan sesuai dengan sasaran, target,
frekuensi, lokasi, penanggung jawab, dan biaya dengan gerakan secara
serentak dilakukan oleh madrasah se Jawa Timur.
4) Monev dan pelaporan yaitu membahas tentang instrumen monev tentang
sarana dan prasarana madrasah, ruang UKS/M dan perlengkapannya, kantin
madrasah sehat, kegiatan kader UKS/M, lingkungan madrasah serta peran
serta masyarakat dan madrasah.
d. Ruang Lingkup TRIAS UKS/M
1) Pendidikan Kesehatan
- Meningkatkan pengetahuan, perilaku, sikap dan keterampilan hidup
bersih
- Pembudayaan pola hidup sehat
2) Pelayanan Kesehatan
- Penjaringan kesehatan, imunisasi, pemeriksaan gigi dan mulut, PHBS, tes
kebugaran jasmani
- PSN, TOGA, kecacingan, kantin sehat, Gizi, P3K dan P3P, rujukan
3) Lingkungan Madrasah Sehat
- 7K ( Keimanan, Keamanan, Kebersihan, Kekeluargaan, Kerindangan,
Kerapian, Keindahan )
- Pemeliharaan sehat lingkungan: bebas narkoba, bebas asap rokok, bebas
pornografi

115
e. Ruang Lingkup Pembinaan UKS/M
Ruang lingkup pembinaan UKS/M meliputi:
1). Pendidikan kesehatan
2). Pelayanan kesehatan
3). Pemeliharaan lingkungan dan kehidupan madrasah sehat
4). Ketenagaan
5). Sarana Prasarana
6). Penelitian dan pengembangan
7). Manajemen / organisasi
8). Monitoring dan evaluasi

4. Tujuan Dan Manfaat


a. Tujuan
1) Membantu Tim Pelaksana UKS/M dalam menyusun program dan kegiatan
2) Membantu Tim Pelaksana UKS/M dalam memahami berbagai informasi tentang
UKS/M
3) Membantu Tim Pelaksana UKS/M dalam memahami dan menguasai cara
melaksanakan TRIAS UKS/M
4) Pelaksanaan program harus dilaksanakan secara terpadu, terarah, intensif dan
berkesinambungan
5) Membantu Tim Pelaksana UKS/M dalam mempersiapkan sarana dan prasarana
UKS/M di madrasah.
6) Membantu Tim Pelaksana UKS/M dalam memahami memonitoring, evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan UKS/M
b. Manfaat
Program ini diharapkan dapat bermanfaat :
1) Untuk membantu madrasah dalam pembinaan dan pengembangan serta
meningkatkan program GEMES melalui UKS/M
2) Membantu Kementerian Agama dalam melaksanakan pembinaan dan pelayanan
kesehatan terhadap UKS/M
3) Sebagai pedoman / acuan seluruh program dan kegiatan dalam pelaksanaan
UKS/M.

116
5. Sasaran
Sasaran program ini adalah :
1. Tim Pembina UKS/M provinsi Jawa Timur ( Kanwil Kemenag )
2. Tim Pembina UKS/M kabupaten/kota ( Kantor Kemenag )
3. Tim Pembina UKS/M kecamatan ( Kepala KUA/Pengawas madrasah )
4. Tim Pelaksana UKS/M ( RA, MI, MTs, MA)

B. DESKRIPSI KEGIATAN
5. Pengertian
a. Kesehatan Madrasah
Dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 79 menyatakan
bahwa “Kesehatan Sekolah” diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik
belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya menjadi
Sumber Daya Manusia yang berkualitas.
b. Madrasah
Madrasah adalah Raudhatul Atfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah
Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) termasuk Satuan Pendidikan Keagamaan
yang sederajat dan setara.
c. Peserta Didik
Peserta didik ialah semua anak yang mengikuti pendidikan di madrasah.
d. Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah
Usaha Kesehatan Sekolah / madrasah adalah segala usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan peserta didik pada setiap jalur, jenis dan jenjang
pendidikan mulai dari RA, MI, MTs dan MA.
e. Warga Madrasah
Warga madrasah ialah setiap orang yang berperan didalam proses belajar mengajar
di lingkungan madrasah
f. Masyarakat Lingkungan Madrasah
Masyarakat Lingkungan madrasah adalah semua masyarakat yang berada di
lingkungan madrasah.

117
g. Madrasah Sehat
Madrasah Sehat adalah madrasah yang bersih, indah, nyaman, tertib, aman, rapih,
dan kekeluargaan peserta didiknya sehat dan bugar serta senantiasa berperilaku
hidup bersih dan sehat.
h. Pedoman Pembinaan
Acuan bagi Tim Pembina UKS/M untuk melaksanakan dan mengembangkan UKS/M
di wilayahnya
1) Program UKS/M
Program UKS/M tercermin dalam Tiga Program Pokok Usaha Kesehatan
Sekolah/Madrasah (TRIAS UKS/M), yaitu sebagai berikut:
a) Penyelenggaraan Pendidikan Kesehatan, yang meliputi aspek:
 Pemberian pengetahuan dan keterampilan tentang prinsip-prinsip
hidup sehat
 Penanaman perilaku / kebiasaan hidup sehat dan daya tangkal pengaruh
buruk dari luar
 Pelatihan dan penanaman pola hidup sehat agar dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
b) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di sekolah antara lain dalam bentuk:
 Pelayanan kesehatan
 Pemeriksaan penjaringan kesehatan peserta didik
 Pengobatan ringan dan P3K maupun P3P
 Pencegahan penyakit (imunisasi, PSN, PHBS, PKHS)
 Penyuluhan kesehatan
 Pengawasan warung sekolah dan perbaikan gizi
 Pencatatan dan pelaporan tentang keadaan penyakit dan status gizi dan
hal lainnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan
 Rujukan kesehatan ke Puskesmas
 UKGS
 Pemeriksaan berkala
c) Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah Sehat, baik fisik, mental, sosial
maupun lingkungan yang meliputi:
 Pelaksanaan 7K (kebersihan, keindahan, kenyamanan, ketertiban,
keamanan, kerindangan, kekeluargaan)

118
 Pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan
 Pembinaan kerja sama antar masyarakat sekolah (guru, peserta didik,
pegawai sekolah, komite sekolah dan masyarakat sekitar.

1. Pembentukan TP UKS/M
a. Struktur Pembina UKS Provinsi
Struktur organisasi Tim Pembina UKS Provinsi pada dasarnya sepenuhnya
diserahkan kepada kebijakan dan kebutuhan provinsi masing-masing. Namun
sebagai rekomendasi dapat ditetapkan sebagai berikut:
Pembina : Gubernur
Ketua : Wakil Gubernur
Ketua I : Kepala Dinas Pendidikan
Ketua II : Kepala Dinas Kesehatan
Ketua III : Ka. Kanwil Kemenag
Ketua Harian : K Asisten yang relevan
Sekretaris : Kepala biro yang menangani Pendidikan dan Kesehatan
Anggota : 1. Unsur Dinas Pendidikan
2. Unsur Dinas Kesehatan
3. Unsur Kanwil Kemenag
4. Unsur Dinas / Instansi yang dianggap relevan
b. Struktur Pembina UKS Kabupaten / Kota
Struktur organisasi Tim Pembina UKS tingkat Kabupaten / Kota pada dasarnya
sepenuhnya diserahkan kepada kebijakan dan kebutuhan Kabupaten / Kota
masing-masing. Namun sebagai rekomendasi dapat ditetapkan sebagai
berikut:
Pembina : Bupati / Walikota
Ketua : Wakil Gubernur
Ketua I : Kepala Dinas Pendidikan
Ketua II : Kepala Dinas Kesehatan
Ketua III : Ka. Kantor Kemenag
Ketua Harian : Asisten yang membidangi Pendidikan dan Kesehatan
Sekretaris : Kepala Bagian di Pemdayang menengani Pendidikan dan
Kesehatan
Anggota : 1. Unsur Dinas Pendidikan

119
2. Unsur Dinas Kesehatan
3. Unsur Ka Kemenag
4. Unsur PKK
5. Unsur PMI
6. Unsur lainnya yang dianggap relevan
c. Struktur organisasi Tingkat Kecamatan
Struktur organisasi Tim Pembina UKS tingkat Kecamatan pada dasarnya
sepenuhnya diserahkan kepada kebijakan dan kebutuhan Kecamatan masing-
masing. Namun, sebagai rekomendasi dapat ditetapkan sebagai berikut:
Ketua : Camat
Ketua I : UPTD Pendidikan Kecamatan
Ketua II : KepalaPuskesmas
Ketua III : Pendais / PPA / KUA
Ketua IV : Ka TP PKK Kec
Sekretaris : Sekcam
Anggota : 1. Unsur Kantor Kecamatan
2. Unsur Puskesmas
3. Unsur Kemenag
4. Unsur PKK Kec
5. Unsur UPTD Kec
6. Unsur yang dianggap perlu sesuai kebutuhan
d. Struktur Organisasi TP UKS/M
Pembina : 1. Kepala desa / Lurah
2. Ketua yayasan
Ketua : Kepala Sekolah
Sekretaris I : Guru pembina UKS
Sekretaris II : Ketua Komite Sekolah
Anggota : 1. Unsur Komite Sekolah / Wali Murid
2. Unsur Petugas UKS/M dan Puskesmas
3. Unsur Guru
4. Unsur Peserta Didik
5. OSIS, Kader UKS, PKK Desa
6. Unsur yang dianggap perlu sesuai kebutuhan

120
2. Penyusunan Program UKS/M
a. Rencana kegiatan UKS/M tahunan disusun oleh Tim Pelaksana UKS/M dan
dilaksanakan selama 1 tahun pelajaran
b. Rencana kegiatan dan rencana anggaran belanja UKS/M
c. Langkah pelaksanaan :
- Menyusun rencana kegiatan UKS/M dan rencana anggaran belanja (RAB)
- Mengajukan rencana kegiatan UKS/M dan RKM/RKTM UKS/M pada rapat
pengurus komite sekolah untuk dimasukkan pada RKM/RKTM.
- Madrasah dan Komite menetapkan dan mengalokasikan ke dalam
RKM/RKTM.
d. Dalam penyusunan rencana kegiatan UKS/M perlu memperhatikan:
- Kegiatan yang mengacu pada program UKS/M: pendidikan kesehatan,
pelayanan kesehatan, pembinaan lingkungan sekolah sehat, peningkatan
mutu ketenagaan, manajemen dan mekanisme pembinaan, pengadaan
sarana dan prasarana
- Jenis kegiatan: kegiatan rutin dan sudah baku, kegiatan tambahan
- Waktu pelaksanaan kegiatan: disesuaikan dengan kalender pendidikan,
tidak mengganggu proses belajar mengajar dan tidak dilaksanakan pada
masa ujian
- Dana kegiatan
3. Cara Pelaksanaan Program UKS/M
a. Pemanfaatan jam literasi untuk materi kesehatan ( Buku Rapor Kesehatan )
b. Penjaringan kesehatan
c. Sarapan dan Kudapan bersama
d. Pembiasaan PHBS (Cuci tangan pakai sabun dan sikat gigi)
e. Peregangan di sela jam belajar
f. Penerapan suasana menyenangkan di madrasah (5S)
g. Imunisasi
h. Pembinaan kantin dan PKL Sekitar madrasah
i. Pemberantasan sarang nyamuk
j. Penerapan kawasan madrasah bebas rokok, napza dan kekerasan
k. Pemanfaatan Pekarangan madrasah
l. Pembinaan kader kesehatan

121
3.1. Penerapan Pendidikan Kesehatan:
a. Literasi Kesehatan: 1-2 kali seminggu, selama 15 menit sebelum
memulai pelajaran menggunakan Buku Rapor Kesehatanku
b. Sarapan Bersama: 1-2 kali seminggu, membawa bekal dengan menu
bergizi seimbang, kudapan dan buah
c. Pembiasaan PHBS (Cuci Tangan Pakai Sabun dan Sikat Gigi) : 1-2 kali
seminggu merupakan rangkaian kegiatan sarapan/kudapan bersama.
d. Peregangan di sela jam belajar: Dilaksanakan di sela jam pelajaran secara
serentak (kode dari bel sekolah), minimal 1 kali / seminggu
e. Optimalisasi Olahraga: Optimalisasi 4L (Lari, Lompat, Loncat, Lempar)
pada saat jam istirahat / jam pelajaran olahraga
f. Ekskul Wajib Olah Raga: Ekstrakurikuler Olahraga bela diri / seni
minimal 1 X / minggu
g. Pembinaan Kader Kesehatan Madrasah : 1 kali seminggu
(ekstrakurikuler), menggunakan buku KIE Kesehatan Tingkat RA, MI,
MTs, MA oleh guru UKS/M.
h. Pendidikan Kesehatan Reproduksi: Terintegrasi kurikulum /
ekstrakurikulum
i. Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat: Mengajarkan 10 keterampilan
psikososial. Terintegrasi mata pelajaran guru BK.
3.2. Penerapan Pelayanan Kesehatan :
a. Penjaringan Kesehatan dan Pemeriksaan Berkala
Kegiatan pemeriksaan kesehatan peserta didik meliputi pemeriksaan
status gizi, resiko anemia, pemeriksaan tanda-tanda vital, kesehatan gigi
dan mulut, pendengaran, penglihatan, penilaian kesehatan reproduksi,
gaya hidup, mental emosional, intelegensia dan kebugaran jasmani.
Penjaringan Kesehatan dan pemeriksaan berkala untuk peserta didik RA
dan siswa kelas 1 s/d 9 dan 10 s/d 12, dilaksanakan minimal 1 kali setiap
tahun ajaran oleh Puskesmas dan madrasah
2) BIAS (Bulan Imunisasi Anak sekolah)
- Difteri dan Campak / MR bagi peserta didik RA/Madrasah.

122
3) Pemberian Obat Cacing
Kegiatan pencegahan kecacingan melalui pemberian obat cacing bagi
peserta didik madrasah.
4) Pemberian Tablet Tambah Darah
Kegiatan pencegahan anemia bagi remaja putri melalui pemberian tablet
tambah darah 1 tablet/minggu bagi peserta didik perempuan di MTs/MA
setingkat.
3.3. Penerapan Pembinaan Lingkungan Madrasah Sehat:
a. Pelaksanaan Jumat bersih
b. GPS (Gerakan Pungut Sampah)
c. Gerakan Penghijauan
d. Pembinaan Kantin dan PKL Sekitar madrasah : Inspeksi hygine sanitasi
dan keamanan makanan jajanan kantin sekolah dan PKL sekitar
Madrasah, Pembinaan menu kantin madrasah.
e. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Tanpa Napza (KTN) dan Tanpa
Kekerasan (KTK) :
- Penerbitan peraturan dan penerapan KTR, KTN dan KTK
- Sosialisasi Pencegahan merokok dan Napza
- Konseling berhenti merokok
f. Pemanfaatan Pekarangan sekolah: Pemanfaatan pekarangan / lahan
sekolah dengan penanaman tanaman pangan (sayur / buah) dan TOGA
g. Pemberantasan Sarang Nyamuk: Kegiatan pemantauan jentik dan
pemberantasan sarang nyamuk yang dilakukan peserta didik sekolah.
Dilakukan setiap hari oleh Jumantik dan dilaporkan ke guru UKS setiap
minggu 1x/minggu
h. Pengelolaan Sampah: Pelaksanaan pemilahan sampah proses reuse,
reduce, recycle sampah di sekolah

6. Tujuan
a) Tujuan UKS/M
Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/Madrasah) adalah untuk
meningkatkan mutu pendidikn dan prestasi belajar peserta didik dengan
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik
dan menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan

123
perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya.
Sedangkan secara khusus tujuan UKS/M adalah untuk memupuk kebiasaan hidup
sehat dan mempertinggi derajat kesehatan peserta didik yang didalamnya mencakup :
1) Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip
hidup sehat, serta berpartisipasi aktif didalam usaha peningkatan kesehatan di
madrasah dan di perguruan agama, di rumah tangga, maupun di lingkungan
masyarakat
2) Sehat, baik dalam arti fisik, mental, sosial maupun lingkungan
3) Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk,
penyalahgunaan narkoba, alkohol, dan kebiasaan merokok serta hal-hal yang
berkaitan dengan masalah pornografi dan masalah sosial lainnya.
b) Tujuan Pembinaan dan Pengembangan UKS/M
Tujuan pembinaan dan pengembangan UKS/M adalah agar pengelolaan UKS/M
mulai dari pusat sampai ke daerah dan sekolah / madrasah dilaksanakan secara
terpadu, terarah, intensif, berkesinambungan sehingga diperoleh hasil yang
optimal.

7. Tugas dan Fungsi


a. Tugas dan Fungsi Madrasah
1) Tugas
- Menyusun rencana kegiatan, melaksanakan kegiatan, monev dan pelaporan
- Melaksanakan program TRIAS UKS/M
- Menjalin kerjasama dengan komite madrasah dan instansi terkait
- Menyiapkan madrasah menjadi madrasah sehat dan bersih
2) Fungsi: persiapan madrasah melaksanakan program UKS/M dengan syarat
sebagai berikut:
- Mempunyai Tim Pelaksana UKS/M
- Mempunyai guru pembina UKS/M bersertifikat
- Mempunyai ruang UKS/M tersendiri
- Mempunyai kader UKS/M (10% dari jumlah siswa)
- Mengimplementasikan TRIAS UKS/M
- Mempunyai papan nama Tim Pelaksana UKS/M

124
b. Tim Pembina UKS/M Kecamatan
1) Menyusun rencana kerja pembinaan dan pengembangan UKS/M
2) Membina dan melaksanakan UKS/M
3) Mensosialisasikan kebijakan pembinaan dan pengembangan UKS/M
4) Melaksanakan program pembinaan dan pengembangan UKS/M melalui
bimbingan dan penyuluhan
5) Melaksanakan peningkatan kualitas ketenagaan UKS/M dan Sektap UKS/M
6) Melaksanakan program UKS/M sesuai pedoman dan petunjuk Tim Pembina
UKS/M
7) Melaksanakan Monev
8) Menggandakan buku pendidikan kesehatan, UKS/M dan media KIE (Komunikasi,
Informasi, Edukasi) untuk madrasah
9) Membuat laporan pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan UKS/M
10) Melaksanakan ketatausahaan Tim Pembina UKS/M
c. Tim Pembina UKS/M Kabupaten / Kota
1) Menyusun rencana kerja pembinaan dan pengembangan UKS/M
2) Menyusun petunjuk tekhnis UKS/M
3) Mensosialisasikan kebijakan pembinaan dan pengembangan UKS/M di
wilayahnya
4) Melaksanakan pelatihan guru UKS/M, kader kesehatan
5) Melaksanakan program pembinaan dan pengembangan UKS/M
6) Melaksanakan pengembangan ketenagaan UKS/M dan Sektap UKS/M
7) Menjalin hubungan kerjasama dengan lingkungan sehat, pihak swasta dan
LSM
8) Melaksanakan monev
9) Menggandakan buku pendidikan kesehatan, UKS/M dan media KIE untuk
madrasah
10) Membuat laporan berkala
11) Melaksanakan ketatausahaan Tim Pembina UKS/M
12) Melaksanakan rakerda UKS/M Kab/Kota
d. Tim Pembina UKS/M Provinsi
1) Menyusun rencana kerja pembinaan dan pengembangan UKS/M
2) Menyusun petunjuk pelaksanaan UKS/M

125
3) Menyiapkan dan menyusun petunjuk pelaksanaan untuk jenjang pendidikan
SMA
4) Mensosialisasikan kebijakan pembinaan dan pengembangan UKS/M di
wilayahnya
5) Melaksanakan pengembangan ketenagaan UKS/M dan Sektap UKS/M
6) Melaksanakan program pembinaan dan pengembangan UKS/M
7) Menjalin hubungan kerjasama dengan Lintas Sektor, pihak swasta dan LSM
8) Mendorong Tim Pembina UKS/M Kab/Kota untuk melaksanakan program
BIAS, PHBS, P3K, Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut dan Kecacingan
9) Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi
10) Membuat laporan berkala
11) Melaksanakan ketatausahaan Tim Pembina UKS/M
12) Melaksanakan Rakerda UKS/M Provinsi
e. Tugas dan Tanggung Jawab 4 kementerian
1) KEMENDIKBUD
a) Menetapkan kebijakan teknis dalam pembinaan dan pengembangan UKS/M
melalui intrakurikuler dan ekstrakurikuler,
b) Merumuskan dan menyusun standart, prosedur dan pedoman pembinaan
dan pengembangan UKS/M
c) Mendorong pemrintah daerah melaksanakan pelatihan bagi guru Pembina
UKS/M, dan kader kesehatan ( dokter kecil, konselor sebaya, kader
kesehatan remaja, dll )
d) Menyusun pedoman pendidikan kesehatan yang dibutuhkan untuk proses
kegiatan belajar mengajar
e) Mengembangkan methodology pendidikan dan pembudayaan prilaku hidup
bersih dan sehat
f) Membantu pelaksanaan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala di
semua madrasah
g) Melaksanakan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) tentang UKS/M
h) Mendorong pemerintah daerah untuk pengadaan sarana dan prasarana
UKS/M
i) Mengembangkan model madrasah sehat
j) Melaksanakan pengendalian factor resiko lingkungan di madrasah

126
2) KEMENKES
a) Menetapkan kebijakan yang mendukung kegiatan UKS/M
b) Memfasilitasi gerakan masyarakat, sekolah, maupun kampanye kesehatan
yang mendukung pelaksanaan UKS/M
c) Melaksanakan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) tentang UKS/M
d) Menyediakan prototype media KIE, pedoman pembinaan UKS/M bagi tenaga
kesehatan, dan memfasilitasi dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/ kota
untuk penggandaan media KIE
e) Meningkatkan akses terhadap media KIE, pedoman, dan buku- buku tentang
materi kesehatan
f) Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan madrasah
g) Memonitor, mengendalikan, mengelola agar penjaringan kesehatan oleh
tenaga kesehatan dapat terlaksana dengan baik
h) Melakukan persiapan penyelenggaraan dan pelaksanaan bulan imunisasi
anak sekolah ( BIAS )
i) Melaksanakan pembinaan pengendalian factor resiko lingkungan madrasah
j) Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengendalian factor resiko
lingkungan secara terpadu
k) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
peraturan bersama 4 menteri pasal 6
l) Mengembangkan metode promosi kesehatan di madrasah yang mendukung
UKS/M

3) KEMENAG
a) Menetapkan kebijakan teknis dalam pembinaan dan pengembangan UKS/M
melalui intrakurikuler dan ekstrakurikuler,
b) Menetapkan standar, prosedur, Dan Pedoman Pembinaan dan
pengembangan UKS/M
c) Mengembangkan methodology pendidikan dan pembudayaan prilaku hidup
bersih dan sehat melalui pendekatan Agama
d) Menyusun mengandakan, dan mendistribusikan pedoman pendidikan
kesehatan dan buku buku UKS/M lainnya untuk memnuhi kebutuhan

127
Madrasah dan pondok pesantren umum dibawah binaan Kementerian
Agama
e) Menyediakan fasilitas UKS/M yang meliputi sarana prasarana berupa ruang
UKS/M beserta peralatan yang dibutuhkan
f) Membantu pelaksanaan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala
disemua madrasah dan pondok pesanter
g) Melaksanakan pengendalian factor resiko lingkungan di madrasah dan
pondok pesantren
h) Melaksanakan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang lingkungan
madrasah dan pondok pesantren sehat
i) Mengembangkan model madrasah dan pondok pesantren sehat

4) Kemendagri
- Memfasilitasi penyusunan NSPK program UKS/M
- Mendorong Perda tentang penyelenggaraan UKS/M
- Mendorong Pemda untuk memasukkan perencanaan daerah di Tingkat Kec
/ Kab / Kota
- Mendorong daerah untuk mengalokasikan pembiayaan pelaksanaan UKS/M
- Mendorong daerah untuk membentuk dan mengoptimalkan fungsi dan
peran Tim Pembina UKS/M dan Sektap UKS/M

C. MANAJEMEN KEGIATAN
1. Identifikasi
a. Belum terbentuknya tim pelaksana UKS/M di Madrasah
b. Belum tersedianya ruang UKS/M yang memadahi di Madrasah
c. Belum terlaksananya program TRIAS UKS/M secara maksimal
d. Rendahnya kesadaran warga Madrasah berperilaku hidup sehat
e. Minimnya pengetahuan tentang kesehatan
f. Alokasi dana untuk kesehatan Madrasah belum cukup
g. Prestasi akademik dan non akademik siswa masih rendah
h. Belum tersedianya sarana dan prasarana UKS/M yang memadahi

128
2. Analisis
a. Kekuatan meliputi :
1) Adanya Ajaran tentang hidup sehat baik di dalam Al – Qur’an dan Al Hadist
2) Jumlah siswa yang cukup besar
3) Adanya keinginan warga Madrasah untuk hidup sehat
4) Dukungan kebijakan stake holder
5) Tersedianya tenaga pendidik yang kompeten
b. Kelemahan
1) Belum terbentuknya tim pelaksana UKS/M
2) Belum adanya dana yang cukup utk kegiatan UKS/M
3) Belum adanya ruang UKS/M tersendiri
4) Belum tersedia Kantin sehat
5) Belum ada area publikasi kesehatan
6) Guru pembina UKS/M belum kualisikatif
7) Jumlah kader UKS/M belum mencapai 10%
8) Belum tersedia papan nama kawasan bebas asap rokok
9) Belum terpenuhi rasio kamar mandi siswa 25 : PI dan 40: PA
10) Belum terbentuknya pokja-pokja UKS/M yang terampil
11) Belum adanya pengembangan pola kemitraan
12) Belum tersedianya dana khusus program UKS/M
c. Peluang :
1) Kesadaran masyarakat Madrasah untuk hidup sehat
2) Pengembangan akselerasi program GEMES
3) Kerjasama kemitraan antar lembaga
4) Pelatihan guru UKS/M oleh instansi terkait
5) Adanya tuntunan agama tentang kesehatan dan kebersihan.
d. Ancaman :
1) Belum terbentuk tim GEMES (struktur organisasi, program kerja, bentuk
koordinasi dan pengawasan)
2) Tingkat kecerdasan siswa secara umum masih rendah
3) Tingkat siswa sakit di Madrasah menurut data AUS ( Anak Usia Sekolah) di Jawa
Timur masih tinggi
4) Prestasi akademik Madrasah Menurun
5) Akhlakul karimah menurun

129
3. Program GEMES

N NAMA TARGET BENTUK ALOKASI PENANGGUNG


TARGET JUMLAH
O PROGRAM SASARAN KEGIATAN WAKTU JAWAB
1 Sosialisasi 10.000 Madrasah Pengawas Pembinaan MEI TIM PERUMUS
GEMES Kamad dan
Pendik penyuluhan
Guru
Siswa
2. Pelatihan 100 Kepala RA,MI,MTs, Diklat Agustus Kanwil
UKS/M Madrasah MA

3. Lomba 38 Madrasah di RA,MI,MTs, Penilaian Septembe Kanwil


Madrasah setiap jenjang MA Sarpras dan r
Sehat kegiatan
kader beserta
lingkungan
radius 500
meter
4. Jambore 1. Mars UKS/M ( Lomba Oktober Kanwil
UKS MA ) MTs
2. Senam UKS/M ( MA
MTs )
3. Jajanan Sehat (
MA )
4. Lomba Kader (
MA )
5. Lomba Poster (
MTs )
6. KTI tentang 8
GOL UKS/M
(MA)
7. PPGD (MTs)
8. Cerdas Cermat
Kader dan Tim
Pembina (
MTs ).

6 Launching Terbangunnya Kanwil Pembangunan Septembe Kanwil


Sektap kantor sekretariat Kemenag gedung r
UKS/M tetap UKS/M Jatim
Kanwil Kanwil Kemenag
Kemenag Jatim
Rekomendasi :
1. Setiap peserta pemenang lomba UKS/M diharap bisa mendapat Jalur prestasi.

130
4. Rangkaian Kegiatan Madrasah Sehat
Untuk mewujudkan madrasah sehat, diperlukan rangkaian kegiatan sebagai berikut.
N Sasaran/ Sumber
Kegiatan Pelaksana Output
o Peserta Biaya
Orientasi TP UKS Pusat,
1 TP UKS Pusat atau * Peserta pertemuan APBN
pelaksanaan TP
Sekolah/ UKS Provinsi, terorientasi kegiatan
Kementerian
Madrasah Lintas dalam
Sehat Tingkat program dan
model sekolah sehat
Nasional lintas
Sektor * Rencana kegiatan
pengembangan
model
sekolah sehat

* Daftar sekolah/
madrasah
untuk model

Orientasi TP UKS APBN


2 TP UKS Provinsi * Peserta pertemuan
pelaksanaan Provinsi, atau
Sekolah/ Lintas terorientasi kegiatan APBD
atau Dinas Provinsi
Madrasah program dan dalam atau
Sehat Tingkat lintas sektor sumber
model sekolah sehat
Provinsi provinsi, lain
TP UKS Kab,
dan Kab-Kota * Rencana kegiatan yang sah
Sekolah
dan pengembangan
Puskesmas model
terpilih sekolah sehat
Rencana daftar
*
sekolah
model terpilih per
tahun

Orientasi TP UKS APBD


3 TP UKS Kabupaten * Peserta pertemuan
pelaksanaan Kabupaten- atau

131
N Sasaran/ Sumber
Kegiatan Pelaksana Output
o Peserta Biaya
Sekolah/ Kota, Lintas terorientasi model sumber
– Kota atau Dinas
Madrasah program sekolah lain
dan lintas
Sehat Tingkat Kabupaten – Kota sehat yang sah
sektor
kab-kota, TP
Kab/Kota * Rencana kegiatan
UKS
Kecamatan, pengembangan
Sekolah model
dan
sekolah sehat
Puskesmas
Rencana daftar
terpilih *
sekolah
model terpilih per
tahun

Orientasi Guru, Peserta terorientasi APBN


4 TP UKS Kecamatan *
pelaksanaan Masyarakat model atau
Sekolah/ Sekolah dan APBD
atau Puskesmas sekolah sehat
Madrasah Orang atau
Sehat bagi Agenda pelaksanaan sumber
Tua *
sekolah/ Trias lain
UKS yang
madrasah model yang sah
terintegrasi pada
jadwal mata
pelajaran

Penyediaan
5
Sarana
Prasarana

a Tersedianya buku APBN


Buku Raport Peserta didik Sekolah/ Dinas
. raport dekon
atau
Kesehatanku Kab-Kota/ Dinas kesehatanku:
APBD

132
N Sasaran/ Sumber
Kegiatan Pelaksana Output
o Peserta Biaya

atau
Provinsi/ * Seri informasi untuk
sumber
lain yang
Kementerian/ mendapatkan pesan
sah
kesehatan dan
Swasta
digunakan
dalam kegiatan
literasi
Seri catatan
*
kesehatan
untuk
mendokumentasika
n
hasil penjaringan
kesehatan
dan pemeriksaan
berkala

b Sekolah/ Dinas Tersedianya air APBD


Wastafel/Air Peserta Didik
. Kab- mengalir atau
Mengalir di Kota/ Dinas disetiap kelas untuk Swadaya
setiap Provinsi/ digunakan atau
Kementerian/ peserta didik sumber
kelas
swasta praktek mencuci lain
tangan dan sikat gigi
yang sah
disekolah

c Sabun Cuci Sekolah/ Dinas Tersedianya sabun Swadaya


Peserta Didik
. Tangan Kab- cuci tangan atau

Kota/ Dinas disetiap wastafel di sumber


Provinsi/ kelas dan lain

133
N Sasaran/ Sumber
Kegiatan Pelaksana Output
o Peserta Biaya

di toilet untuk digunakan


Kementerian/ swasta yang sah

peserta didk praktek


mencuci
tangan

d Sekolah/ Dinas Tersedianya sikat


Alat Sikat Gigi Peserta didik Mandiri
. Kab- gigi, pasta
Kota/ Dinas gigi dan gelas kumur
Provinsi/ untuk
Kementerian/ digunakan peserta
swasta didk
praktek menyikat
gigi

e Tempat Sekolah/ Dinas Tersedianya tempat Swadaya


Peserta didik
. Sampah di Kab- sampah atau
Kota/ Dinas yang memilahkan sumber
setiap kelas
Provinsi/ sampah lain
Kementerian/ organik dan
yang sah
swasta anorganik di
setiap kelas

f Toilet terpisah Tersedianya toilet APBN


Peserta didik Sekolah/ Dinas
. laki-laki terpisah laki atau
Kab-
dan Kota/ Dinas dan perempuan, APBD
perempuan Provinsi/ dilengkapi atau
Kementerian/ dengan tempat sumber
swasta sampah, lain

134
N Sasaran/ Sumber
Kegiatan Pelaksana Output
o Peserta Biaya
gantungan baju dan
yang sah
cermin

g Sekolah/ Dinas Tersedianya pangan APBN


Kantin Peserta didik
. Kab- yang aman atau
Kota/ Dinas di kantin sekolah APBD
Provinsi/ yang terbina atau
Kementerian/ sumber
dan terawasi
swasta lain
yang sah

h Sekolah/ Dinas Tersedianya poster/ APBN


Media KIE Peserta didik
. Kab- flyer berisi atau
Kota/ Dinas pesan kesehatan APBD
Provinsi/ yang dipasang atau
Kementerian/ di titik strategis di sumber
swasta lingkungan lain
sekolah yang sah

Tersedianya APBN
6 Baseline data Peserta didik, Sekolah, Dinas Kes.
baseline data atau
warga pelaksanaan APBD
Kab/Kota dan Dinas
sekolah sekolah/madrasah atau
sumber
Kesehatan Provinsi sehat
lain
yang sah

Pelaksanaan TP UKS pusat, TP Tersedianya Swadaya


7 Peserta didik,
sekolah/ UKS sekolah/ madrasah atau
warga sehat yang sumber
madrasah sehat provinsi, TP UKS
sekolah menerapkan Trias lain
UKS yang
kab/kota, TP UKS yang sah
terintegrasi dengan
kecamatan, lintas jadwal pelajaran

135
N Sasaran/ Sumber
Kegiatan Pelaksana Output
o Peserta Biaya

sektor terkait
lainnya,
kepala desa
masyarakat sekolah

Dinas Kesehatan Tersedianya APBN


8 Bimbingan Teknis Peserta didik,
Provinsi dan bimbingan atau
warga Kab/kota, Dinas APBD
(koreksi, perbaikan)
sekolah Pendidikan atau
Provinsi dan pelaksanaan Trias sumber
Kab/Kota, Kanwil UKS lain
Agama tingkat
yang sah
Kabupaten/
Kota, Biro Kesra
Kab/Kota,
Dinas Kebersihan
dan
Pertamanan
Kab/Kota, Balai
POM, Pengawas
Sekolah dan
Puskesmas

Puskesmas, Dinas Tersedianya endline APBN


9 Endline Data Peserta didik,
Kesehatan data atau
warga Kab/Kota dan Dinas untuk mengukur APBD
sekolah Kesehatan hasil atau
pelaksanaan sumber
Provinsi
sekolah/ lain
madrasah sehat yang sah

1 Puskesmas, Puskesmas, Dinas Tersedianya hasil APBN


Analisa hasil
0 Dinas Kesehatan analisa atau

136
N Sasaran/ Sumber
Kegiatan Pelaksana Output
o Peserta Biaya

Kab/Kota dan Dinas APBD


baseline dan data perbandingan
Kesehatan atau
baseline dan endline sumber
endline data Provinsi
data lain
pelaksanaan
yang sah
sekolah/
madrasah sehat

1 TP UKS TP UKS Provinsi Pemaparan hasil APBN


Evaluasi *
1 Provinsi, atau Kab-Kota analisa atau
Dinas data pelaksanaan APBD
Pendidikan, UKS/M atau
Kanwil sumber
* Tersedianya rencana
Agama, lain
Biro Kesra, tindak lanjut
yang sah
Lintas sekolah/
program madrasah model
dinas dan
kesehatan rencana replikasi
provinsi, TP
sekolah/ madrasah
UKS
Kab, Sekolah
lainnya
dan
Puskesmas
terpilih

5. Pelaksanaan Madrasah Sehat


Untuk mewujudkan model madrasah sehat, kegiatan pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan dan pembinaan lingkungan sehat (Trias UKS/M) dilaksanakan terintegrasi
dengan kegiatan belajar mengajar. Berikut contoh jadwal pelaksanaan kegiatan UKS/M
disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran di madrasah :

137
Contoh Jadwal Pelajaran Terintegrasi Dengan Pelaksanaan Madrasah Sehat
Jam Hari
Pelajaran Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu
Senyum, Senyum, Senyum, Senyum, Senyum, Senyum,
salam, salam, salam, salam, salam, salam,
sapa, sopan, sapa, sopan, sapa, sopan, sapa, sopan, sapa, sopan, sapa, sopan,
santun (5S) santun (5S) santun (5S) santun (5S) santun (5S) santun (5S)
06.30– Upacara KBM KBM KBM KBM Gerakan PSN
07.05 3M plus
· CTPS Literasi Literasi · CTPS Literasi Pengelolaan
· Sarapan Kesehatan Kesehatan · Sarapan Kesehatan sampah
Bersama Bersama
· CTPS · CTPS
· Sikat Gigi · Sikat Gigi
Bersama Bersama
07.05– KBM KBM KBM KBM KBM KBM
07.40
07.40– KBM KBM KBM KBM KBM KBM
08.15
08.15– KBM KBM KBM KBM KBM KBM
08.50
08.50– KBM KBM KBM KBM KBM KBM
09.25
09.25– Aktivitas Aktivitas Aktivitas Aktivitas Aktivitas Pemanfaatan
10.00 fisik fisik fisik fisik fisik pekarangan
(4L) (4L) (4L) (4L) (4L) Madrasah
Literasi · CTPS · CTPS Literasi · CTPS · CTPS
Kesehatan · Sarapan · Sarapan Kesehatan · Sarapan · Sarapan
Bersama Bersama Bersama Bersama
· CTPS · CTPS · CTPS · CTPS
· Sikat Gigi · Sikat Gigi · Sikat Gigi · Sikat Gigi
Bersama Bersama Bersama Bersama
10.00– KBM KBM KBM KBM KBM KBM
10.35
10.35– KBM KBM KBM KBM KBM KBM
11.10

138
Jam Hari
Pelajaran Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu
11.10 - Peregangan Peregangan Peregangan Peregangan Peregangan Pembinaan
11.15 kader
kesehatan
sekolah:
*Dokter kecil
*Jumantik
*Duta
kebersihan
*Duta gizi, dll
11.15– KBM KBM KBM KBM KBM
11.45
11.45– KBM KBM KBM KBM KBM
12.15
Senyum, Senyum, Senyum, Senyum, Senyum, Senyum,
salam, salam, salam, salam, salam, salam,
sapa, sopan, sapa, sopan, sapa, sopan, sapa, sopan, sapa, sopan, sapa, sopan,
santun (5S) santun (5S) santun (5S) santun (5S) santun (5S) santun (5S)

Dalam mewujudkan sekolah sehat tersebut, puskesmas berperan aktif memberikan


pelayanan kesehatan sebagaimana jadwal terlampir di bawah ini.

Contoh Jadwal Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas


Bln
No Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
Penjaringan:
1 V V
Kelas 1
Pemeriksaan
2 berkala : kelas V V
2–6
Pembinaan dan
3 pengawasan V V V V V V V V V V V V
kantin dan PKL
4 BIAS V V V V

139
Bln
No Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
Pemberian
5 V
obat cacing
Pemberantasan
6 sarang nyamuk V V V V V V V V V V V V
(PSN)
Penyuluhan
7 kesehatan dan V V V V V V V V V V V V
konseling
Pembinaan
8 V V V V V V V V V V V V
Kader

Bulan
No Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Penjaringan
1 V V V
kesehatan
Pemeriksaan
2 kesehatan V V V V V V V V
berkala
Literasi
3 V V V V V V V V V V V V
kesehatan
Penerapan
4 V V V V V V V V V V V V
PKHS
Pendidikan
gizi
5
seimbang
dan PHBS
Pemberian
tablet
6 V V V V V V V V V V V V
tambah
darah

140
Penerapan
7 sekolah V V V V V V V V V V V V
bebas Napza
Penerapan
sekolah
8 V V V V V V V V V V V V
bebas
kekerasan
Pembinaan
kantin dan
9 V V V V V V V V V V V V
PKL sekitar
sekolah
Pemanfaatan
10 pekarangan V V V V V V V V V V V V
sekolah
Pengelolaan
11 V V V V V V V V V V V V
sampah
Pembinaan
kader
12 V V V V V V V V V V V V
kesehatan
remaja

Jadwal Kegiatan Harian


No Jam Kegiatan
- Senyum, salam, sapa, sopan, santun
- Gerakan Literasi
1 06.30-07.05 -Literasi materi
Kesehatan: Buku rapor kesehatanku, pendidikan
keterampilan hidup sehat, dll.
2 07.05-07.40 KBM
3 07.40-08.15 KBM
4 08.15-08.50 KBM
5 08.50-09.25 KBM
Aktifitas fisik (4L)
6 09.25-10.00 -CTPS
-Kudapan Bersama

141
-CTPS
-Sikat gigi bersama
7 10.00-10.35 KBM
8 10.35-11.10 KBM
10 11.10-11.15 Peregangan
11 11.15-11.45 KBM
12 11.45-12-15 KBM

D. PELAKSANAAN KEGIATAN KESEHATAN MADRASAH

I. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah upaya yang diberikan berupa bimbingan dan atau
tuntunan kepada peserta didik tentang kesehatan yang meliputi seluruh aspek kesehatan
pribadi( Fisik, mental dan social) agar kepribadiannya dapat tumbuh adan berkembang
dengan baik melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler
A. Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan diberikan melalui :
a. Kegiatan Kurikuler
Pelaksanaan pendidikan kesehatan dapat dilakukan melalui kegiatan
kurikuler, yaitu melalui pelaksanaan pendidikan pada jam pelajaran, sesuai
kurikulum yang berlaku untuk setiap jenjang yang dapat diintegrasikan ke semua
mata pelajaran khususnya pendidikan jasmani, kesehatan dan agama.
1. Raudlotul Athfal (RA)
Pelaksanaan Pendidikan kesehatan dilakukan melalui pengenalan, pembangkit
minat, dan penanaman kebiasaan hidup sehat, mencakup :
a. Kebersihan dan Kesehatan pribadi;
b. Kebersihan dan kerapihan lingkungan;
c. Makanan, Minuman yang sehat dan halal;
d. Pembiasaan sopan dan santun;
e. Cuci Tangan pakai sabun;
f. Penggunaan Jamban Sehaat;
g. Mengikuti kegiatan Olah Raga di Madrasah;
h. Pemberantasan jentik nyamuk;
i. Pemantauan berat badan secara teratur;
142
j. Membuang sampah pada tempatnya;
k. Etika batuk dan bersin;
l. Kebersihan gigi dan mulut.
2. Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan melalui peningkatan pengetahuan
penanaman nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat dan peningkatan
keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan,
pertolongan, dan perawatan kesehatan, mencakup :
a. Tidak merokok;
b. Cuci tangan pakai sabun;
c. Konsumsi minuman, makanan yang sehat dan halal;
d. Penggunaan jamban sehat;
e. Mengikuti kegiatan Olah Raga di madrasah;
f. Pemberantasan jentik Nyamuk;
g. Pemantauan berat badan secara teratur;
h. Membuang sampah pada tempatnya;
i. Etika batuk dan bersin;
j. Pengelolaan kebersihan saat menstruasi;
k. Kebersihan gigi dan mulut
l. Mengenal bahaya narkoba dan Miras;
m. Pemahaman tentang kesegaran jasmani;
n. Mengenal cara P3K dan P3P
o. Mengenali pentingnya Imunisasi;
p. Mengenal pentingnya sarapan pagi;
q. Mengenal bahaya penyakit diare, DBD dan Influenza;
r. Menjaga kebersihan pribadi;
s. Mengenal makanan sehat;
t. Menjaga kebersihan lingkungan, Madrasah dan Rumah
3. Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Pelaksanaan pendidikan kesehatan dilakukan melalui peningkatan
pengetahuan, keterampilan, penanaman kebiasaan hidup b ersih dan sehat,
terutama melalui pemahaman konsep yang berkaitan dengan prinsip hidup sehat,
mencakup :

143
a. Tidak merokok
b. Cuci tangan pakai sabun;
c. Konsumsi minuman , makanan yang sehat dan halal
d. Penggunaan jamban sehat
e. Mengikuti kegiatan Olah raga di madrasah;
f. Pemberantasan sarang nyamuk;
g. Pemantauan berat badan dan tinggi badan secara teratur
h. Membuang sampah pada tempatnya;
i. Etika batuk dan bersin;
j. Pengelolaan kebersihan saat menstruasi;
k. Kebersihan Reproduksi;
l. Kebersihan gigi dan mulut;
m. Bahaya Narkoba dan Miras
n. Bahaya HIV/Aid
o. Memahami Bahaya Penyakit menular
p. Memahami bahaya Seks bebas;
q. Pemahaman tentang kesegaran jasmani;
r. Perundungan atau bullying
4. Madrasah Aliyah (MA)
Pelaksanaan pendidikan kesehatan dilakukan melalui peningkatan
pengetahuan, keterampilan, penanaman kebiasaan hidup bersih dan sehat,
terutama melalui pemahaman konsep yang berkaitan dengan prinsip hidup sehat,
mencakup :
a. Tidak merokok
b. Cuci tangan pakai sabun;
c. Konsumsi minuman , makanan yang sehat dan halal
d. Penggunaan jamban sehat
e. Merngikuti kegiatan Olah raga di madrasah;
f. Pemberantasan sarang nyamuk;
g. Pemantauan berat badan dan tinggi badan secara teratur
h. Membuang sampah pada tempatnya;
i. Etika batuk dan bersin;
j. Pengelolaan kebersihan saat menstruasi;
k. Kebersihan Reproduksi;

144
l. Kebersihan gigi dan mulut;
m. Bahaya Narkoba dan Miras
n. Bahaya HIV/Aid
o. Memahami Bahaya Penyakit menular
p. Pemahaman tentang kesegaran jasmani
q. Perundungan atau bullying
Pada sekolah kejuruan yang banyak menggunakan mesin mesin,
peralatan tenaga listrik/elektronika bahan kimia untuk pelaksanaan praktek di
bengkel madrasah dapat mengakibatkan resiko atau bahaya kecelakaan bagi
peserta didik. Untuk itu perlu ditanamkan sikap hidup yang selalu mengutamakan
keselamatan kerja. Sehingga pendidikan kesehatan untuk madrasah kejuruan
harus ditekankan juga kepada pendidikan keamanan dan keselamatan kerja.
b. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa (
termasuk kegiatan pada waktu libur ) yang dilakukan di madrasah ataupun di luar
madrasah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan dan ketrampilan peserta
didik serta melengkapi upaya pembinaan manusia Indonesia seutuhnya. Kegiatan
ekstrakurikuler mencakup kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan.
Kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan antara lain:
1. Wisata siswa;
2. Kemah (Persami);
3. Ceramah, diskusi, simulasi, Bermain peran dan Talkshow;
4. Lomba-lomba;
5. Bimbingan hidup sehat
6. Apotik hidup
7. Kebun Madrasah;
8. Kerja Bakti;
9. Majalah didnding;
10. Pramuka;
11. Piket madrasah;
12. Radio UKS/M
13. Area Promosi kesehatan
14. Rumah sehat;
15. Palang merah Remaja;

145
16. Group/Kelompok Keagamaan;
17. Buletin/warta UKS/M
18. Workshoop UKS/M Osis

B. Pendekatan dan Metode


1. Pendekatan
Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam rangka melaksanakan
pendidikan kesehatan antara lain :
a. Pendekatan Individual
b. Pendekatan Kelompok
1) kelompok kelas
2) kelompok Bebas
3) kelompok lingkungan Keluarga
4) teman sebaya
Agar tujuan pendidikan kesehatan bagi para peserta didik dapat tercapai
secara optimal, dalam pelaksanaannya hendaknya memperhaatikan hal-hal sebagai
berikut :
1) Sesuai dengan tingkat kemampuan dan perbedaan individual peserta didik
2) Diupayaakan sebanyak banyaknya melibatkan peran aktif peserta didik
3) Sesuai dengan situasi dan kondisi setempat
4) Selalu mengacu pada tujuan pendidikan kesehatan termasuk upaya alih
tehnologi
5) Memperhatikan kebutuhan dan kemampuan madrasah
6) Mengikuti/memperhatikan perkembangan ilmu pengetaahuan dan tehnologi
7) Dilakukan dalam rangka pembinaan dan pembentukan kepribadian dan akhlak
mulia
2. Metode
Dalam proses belajar mengajar guru dan Pembina dapat menggunakan metode :
a) Belajar kelompok
b) Kerja kelompok/penugasan
c) Diskusi
d) Belajar perorangan
e) Pemberian Tugas
f) Pemeriksaan langsung

146
g) Karya wisata
h) Bermain peran
i) Ceramah
j) Demonstrasi
k) Tanya Jawab
l) Simulasi
m) Dramatisasi
n) Bimbningan (Konseling)
o) Role Playing

II. Pelayanan Kesehatan


A. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan upaya peningkatan kesehatan (Promotif),
pencegahan (Preventif), Pengobatan (Kuratif), dan pemulihan (Rehabilitatif) yang
dilakukan terhadap peserta didik dan lingkungannya.
Adapun kegiatan-kegiatan tersebut meliputi :
1) Peningkatan kesehatan promotif dilaksankan melalui kegiatan penyuluhan
kesehatan dan latihan keterampilan
2) Pencegahan prefentif dilaksanakan melalui kegiatan peningkatan daya tahan
tubuh, kegiatan pemutusan mata frantai penularan penyakit dan kegiatan
penghentian proses penyakit pSada tahap dini sebelum timbul penyakit
3) Penyembuhan dan pemulihan (Kuratif dan Rehabilitatif) dilakukan melalui
kegiatan mencegah komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit atau untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik yang cidera/ cacat agar dapat berfungsi
optimal
4) Membuat area promosi kesehatan di Madrasah

B. Tujuan Pelayanan Kesehatan


Tujuan pelayanan kesehatan adalah :
1) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup sehat
dalam rangka membentuk prilaku hidup bersih dan sehat
2) Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap penyakit dan mencegah
terjadinya penyakit, kelainan dan cacat

147
3) Menghentikaan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat penyakit,
kelainan, pengembalian fungsi dan peningkatan kemampuan peserta didik yang
cidera/ cacat agar dapat berfungsi optimal

C. Tempat pelayanan kesehatan


Pelayanan kesehatan terhadap peserta didik dilakukan :
1) Di Madrasah melalui kegiatan ekstrakurikuler berupa penyuluhan dan latihan
keterampilan, antara lain ;
 Dokter kecil
 Kader kesehatan remaja
 Saka Bhakti Husada
 Palang merah remaja dll
2) Di Puskesmas dan Instansi kesehatan jenjeng berikutnya sesuai kebutuhan

D. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan


1) Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan di madrasah dilakukan sebagai berikut :
a. Sebagian kegiatan pelayanan kesehatan di madrasah perlu didelegasikan
kepada guru, setelah guru di tatar dan kader UKS/M di bimbing oleh petugas
puskesmas. Kegiatan tersebut adalah kegiatan peningkatan (Promotif),
pencegahan (prefentif), dan dilakukan pertolongan pertama, pengobatan
sederhana pada waktu terjadi kecelakaan atau penyakit sehingga selain
menjadi kegiatan pelayanan juga menjadi kegiatan pendidikan
b. Sebagian lagi kegiatan pelayanan kesehatan hanya boleh dilakukan oleh
petugas puskesmas dan dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan secara terpadu (antara kepala madrasah dengan petugas
puskesmas ).
2) Pelayanan kesehatan di Puskesmas
Bagi peserta didik yang dirujuk dari madrasah khusus untuk kasus yang
tidak dapat diatasi oleh madrasah. Untuk itu perlu diadakan kesepakatan dalam
rapat perencanaan tentang pembiayaan peserta didik yang dirujuk ke puskesmas.
Madrasah sebaiknya mengupayakan dana UKS/M untuk pembiayaan yang
diperlukan agar masalah pembiayaan tidak menghambat pelayanan pengobatan

148
yang diberikan. Untuk ini setiap peserta didik harus memiliki buku / kartu rujukan
sesuai tingkat pelayanan kesehatan.
Tugas dan fungsi puskesmas dalam UKS/M adalah pelaksana dan pembina
mencakup :
a. Memberikan pencegahan terhadap suatu penyakit dengan imunisasi dan
lainnya yang dianggap perlu.
b. Merencanakan pelaksanaan kegiatan dengan pihak yang berhubungan dengan
peserta didik ( kepala madrasah, guru, orang tua, komite madrasah, peserta
didik dan lain-lain ).
c. Memeberikan bimbingan teknis medis kepada warga madrasah dalam
melaksanakan Usaha Kesehatan Madrasah.
d. Memberikan penyuluhan tentang kesehatan pada umumnya dan UKS/M pada
khususnya kepada kepala madrasah, guru, kader UKS/M dan pihak lain dalam
rangka meningkatkan peran serta dalam pelaksanaan UKS/M.
e. Memberikan pelatihan / penataran kepada guru UKS/M dan kader UKS/M (
dokter kecil dan kader kesehatan remaja ).
f. Melakukan penjaringan ( tes kesegaran jasmani untuk siswa ) dan pemeriksaan
berkala serta rujukan terhadap kasus-kasus tertentu yang memerlukannya.
g. Memberikan pembinaan dan pelaksanaan konseking.
h. Menginformasikan kepada warga madrasah tentang derajat kesehatan dan
tingkat kesegaran jasmani peserta didik dan cara peningkatannya.
i. Menginformasikan secara teratur keoada tim pembina UKS/M setempat
meliputi segala kegiatan pembinaan kesehatan dan permasalahan yang
dialami.
j. Membina kantin madrasah sehat.
k. Perlu pembinaan bagi pedagang kaki lima dan penjaja makanan yang ada di
sekitar madrasah.
3) Peserta Didik yang Perlu di Rujuk
Adapun peserta didik yang perlu dirujuk adalah :
a. Peserta didik yang sakit sehingga tidak dapat mengikuti pelajaran, dan bila
masih memungkinkan segera disuruh pulang dengan membawa surat
pengantar dan buku/kartu rujukan agar dibawa orang tuanya ke sarana
pelayanan kesehatan yang ditunjuk.

149
b. Bila peserta didik cidera/sakit yang tidak memungkinkan disuruh pulang dan
segera membutuhkan pertolongan secepatnya agar dibawa ke sarana
pelayanan kesehatan yang terdekat untuk mendapatkan pengobatan. Setelah
itu agar segera diberitahukankepada orang tuanya untuk datang ke
puskesmas/sarana pelayanan kesehatan tersebut.
4). Pendekatan
Pendekatan pelayanan kesehatan dikelompokkan sebagai berikut :
a. Intervensi yang ditujukan untuk menyelesaikan atau mengurangi masalah
perorangan, antara lain pencarian, pemeriksaan, dan pengobatan penderita.
b. Intervensi yang ditujukan untuk menyelesaikan atau mengurangi masalah
lingkungan di madrasash, kususnya masalah lingkungan yang tidak mendukung
tercapainya derajat kesehatan optimal.
c. Intervensi yang ditujukan untuk membentuk perilaku hidup bersih dan sehat
masyarakat madrasah
5). Metode yang Diperlukan
a. penataran / pelatihan
b. Bimbingan kesehatan dan bimbingan khusus ( konseling )
c. Penyuluhan kesehatan
d. Pemerikasaan langsung
e. Pengamatan ( observasi )

III. PEMBINAAN LINGKUNGAN MADRASAH SEHAT


1. Lingkungan Madrasah
Lingkungan madrasah adalah bagian dari lingkungan yang menjadi wadah/tempat
kegiatan Pendidikan
Lingkungan madrasah dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Lingkungan fisik meliputi :
Ruang kelas, ruang UKSM, ruang Laboratorium, kantin madrasah, sarana olah
raga, ruang kepala madrasah, guru, pencahayaan, ventilasi, WC, kamar mandi,
kebisingan, kepadatan, sarana air bersih, dan sanitasi, halaman, jarak papan tulis,
vector penyakit, meja, kursi, sarana ibadah dan sebagainya.
b. Lingkungan non fisik
Perilaku membuang sampah pada tempatnya, perilaku mencuci tangan pakai
sabun dan air mengalir, perilaku memilih makanan dan jajanan yang sehat,

150
perilaku tidak merokok, pembinaan masyarakat sekitar madrasah, bebas jentik
nyamuk dan sebagainya
2. Lingkungan Madrasah Sehat
Lingkungan madrasah sehat adalah suatu kondisi lingkungan madrasah yang dapat
mendukung tumbuh kembang peserta didik secara optimal serta membentuk
perilaku hidup bersih dan sehat serta terhindar dari pengaruh negative
3. Pembinaan Lingkungan Madrasah Sehat
Pembinaan lingkungan madrasah sehat adalah usaha untuk menciptakan
kondsi lingkungan madrasah yang dapat mendukung proses Pendidikan sehingga
mencapai hasil yang optimal, baik segi pengetahuan, ketrampilan maupun sikap.
Pembinaan lingkungan madrasah sehat dilaksanakan melalui kegiatan kurikuler dan
kegiatan ekstra kurikurer.
Karena terbatasnya waktu yang tersedia pada kegiatan kurikuler maka
kegiatan pembinaanlingkungan madrasah sehat lebih banyak diharapkan melalui
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menunjang
pembinaan lingkungan madrasah sehat antara lain :
a. Lomba madrasah sehat
b. Lomba kebersihan antar kelas
c. Menggambar/melukis
d. Mengarang
e. Menyanyi
f. Kerja bakti
g. Pembinaan kebersihan lingkungan, pemberantasan sumber penularan penyakit
h. Melaksanakan Jambore UKS/M
i. Membuat Madrasah menjadi wisata UKS/M
j. Membuat madrasah sebagai percontohan bagi masyarakat sekitar
Untuk mempermudah pelaksanaan pembinaan lingkungan madrasah sehat
sebaiknya dilakukan kegiatan identifikasi masalah, perencanaan, intervensi,
pemantauan dan evaluasi serta pelaporan.
a. Identifikasi Faktor Resiko Lingkungan Madrasah
Identifikasi faktor resiko dilakukan dengan cara pengamatan dengan
menggunakan instrument pengamatan dan bila berlu dilakukan program
pengukuran lapangan dan laboratorium.

151
Analisis factor resiko dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengamatan
dengan standart yang telah ditentukan
Penentuan prioritas masalah berdasarkan perkiraan potensi besarnya bahaya
atau gangguan yang ditimbulkan, tingkat keparahan dan pertimbangan lain yang
diperlukan sebagai dasar melakukan intervensi.
b. Perencanaan
Dalam perencanaan sudah dimasukkan rencana pemantauan dan evaluasi serta
indicator keberhasilan. Perencanaan masing masing kegiatan / upaya harus
terinci volume kegiatan, besarnya biaya, sumber biasa, waktu pelaksanaaan,
pelaksana dan penanggung jawab. Zgar rencana kegiatan atau upaya mengatasi
masalah atau menutunkan resiko menjadi tanggung jawab Bersama maka dalam
menyusun perencanaan hendaknya melibatkan masyarakat madrasah, peserta
didik, guru, kepala madrasah, orang tua atau komite madrasah, penjaja makanan
di kantin madrasah, instansi terkait, TIM Pembina UKSM kecamatan
c. Intervensi
Intervensi terhadap factor resiko lingkungan dan perilaku pada prinsipnya
meliputi 3 kegiatan yaitu penyuluhan, perbaikan saran dan pengendalian.
1) Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan bisa dilakukan oleh pihak madrasah sendiri atau dari
pihak luat yang diperlukan
2) Perbaikan sarana
Bila dari hasil identifikasi dan penilaian factor resiko lingkungan ditemukan
kondisi yang tidak sesuai dengan standar teknis, maka segera dilakukan
perbaikan
3) Pengendalian
Untuk menjaga dan meningkatkan kondisi kesehatan lingkungan madrasah,
upaya pengendalian faktor resiko disesuaikan dengan kondisi yang ada,
antara lain sebagai berikut :
a. Pemeliharaan ruang dan bangunan
 Atap dan talang dibersihkan secara berkala sekali dalam sebulan
dari kotoran/sampah yang dapat menimbulkan genangan air
 Pembersihan ruang madrasah dan halaman minimal sekali dalam
sehari

152
 Pembersihan ruang madrasah harus menggunakan kain pel basah
untuk membghilangkan debu atau menggunakan alat penghisap
debu
 Membersihkan lantai dengan menggunakan larutan desinfektan
 Lantai harus disapu terlebih dahulu sebelum dipel
 Dinding yang kotor atau catnya yang sudah pudar harus di cat ulang
 Bila ditemukan kerusakan pada tangga harus segera diperbaiki
b. Pencahayaan dan Kesilauan
 Pencahayaan ruangan harus mempunyai intensitas siang cukup
sesuai dengan luas ruang
 Pencahayaan ruangan harus dilengkapi dengan pencahayaan buatan
 Maka harus disesuaikan tata letak papan tulis dan posisi bangku
peserta didik
 Gunakan papan tulis yang menyerap cahaya
c. Ventilasi
 Ventilasi ruang madrasah harus menggunakan sistim silang agar
udara segar dapat menjangkau setiap sudut ruang
 Pada ruang yang menggunakan AC (Air Conditioner) harus
disediakan candela yang dibuka dan ditutup
 Agar terjadi penyegaran pada ruangan ber AC jendela harus dibuat
terlebih dahulu minimal satu jam sebelum ruangan tersebut
dimanfaatkan
 Filter AC harus dicuci minimal 3 bulan sekali
d. Kepadatan Ruang Kelas
Kepadatan ruang kelas dengan perbandingan minimal setiap peserta
didik mendapat tempat seluas 2m persegi. Rotasi tempat duduk perlu
dilakukan secara berkala untuk menjaga kesembangan otot mata
e. Jartak Papan Tulis
 Hendaknyaa menggunakaan masker
f. Sarana Cuci Tangan
 Tersedia air bersih yang mengalir dan sabun atau cairan anti septik
 Tersedia saluran pembuangan air bekas cuci tangan

153
 Bila menggunakan tempat penampungan air bersih maka harus
dibersihkan minimal seminggu sekali
 Rasio kelas dengan tempat cuci tangan 1:1
g. Kebisingan
Untuk menghindari kebisingan agar tercapai ketenangan dalam proses
belajar, maka dapat dilakukan dengan cara :
 Lokasi jauh dari keramaian, misalnya pasar, terminal, pusat hiburan,
jalan protocol, rel kereta api dan lain lain
 Penghijauan
 Pembuatan pagar tembok yang tinggi yang mengelilingi sekolah
h. Air bersih
 Sarana air bersih harus jauh dari sumber pencemaran (tanki septik,
tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah
 Bila terjadi keretakan pada dinding sumur, atau lantai sumur agar
segera diperbaiki
 Tempat penampungan air harus dibersihkan/ dikuras secara
berkala
i. Toilet / Jamban
 Toilet harus selalu dalam keadaan bersih dan tidak berbau
 Air harus dibersihkan minimal sekali dalam satu minggu, dan bila
tidak digunakan dalam waktu lama (libur Panjang) maka bak air
harus dikosongkan agar tidak menjadi tempat perindukan nyamuk
 Menggunakan disinfektan untuk membersihkan lantai, closet serta
urinoir
 Tersedia sarana cuci tangan, sabun cuci tangan, cermin dan tempat
smapah dalam toilet
 Perbandingan toilet pria dan wanita, pria 1 : 40, wanita 1 : 25
j. Sampah
 Setiap kelas terdapat tempat sampah yang terpilah (organic dan non
organic)
 Pengumpulan sampah dari seluruh ruang dilakukan setiap hari dan
dibuang ke tempat pembuangan sampah sementara yang terpilah
(organic dan non organic)

154
 Pembuangan Sampah dari tempat pembuangan sampah sementara
ketempat pembuangan sampah akhir dilakukan setiap hari
k. Sarana pembuangan air limbah
Membersihkan sarana pembuangan limbah terbuka minimal seminggu
sekali agar tidak terjadi perindukan nyamuk dan tidak menimbulkan bau
l. Vektor ( Pembawa penyakit)
Agar lingkungan macdrasah terbebas dari nyamuk demam berdarah
maka harus dilakukan kegiatan :
 Kerjabakti rutin sekali dalam seminggu dalam rangka
pemberantasan sarang nyamuk
 Menguras bak penampungan air secara rutin minimal seminggu
sekali dan bila libur panjang dikosongkan
 Bila ada kola mikan dirawat agar tidak ada jentik nyamuk
 Pengamatan terhadap jentik nyamuk disetipa penampungan air atau
wadah yang berpotensi adanya jentik nyamuk
 Hasil pengamatan dicatat untuk menghitung container index
m. Kantin Sekolah
 Makanan jajanan harus dibungkus dan atau tertutup sehingga
terhindar dari lalat, binatang lain dan debu
 Makanan tidak kadaluarsa
 Tempat penyimpanan makanan hendaknya dalam keadaan bersih,
terhindar dari debu, terhindar dari bahan berbahaya, serangga dan
hewan lainnya
 Tempat pengolahan atau penyiapan makanan harus bersih dan
memenuhi syarat kesehatan sesuai ketentuan yang berlaku
 Peralatan yang digunakan untuk mengolah, menyajikan dan
peralatan makan harus bersih dan disimpan dalam tempat yang
bebas dari pencemaran
 Peralatan yang digunakan sesuai dengan peruntukannya
 Dilarang menggunakan kembali peralatan yang dirancang
digunakan untuk sekali pakai
 Penyaji makanan harus selalu menjaga personal hygiene (menjaga
kebersihan), mencuci makan sebelum masak dan setelah dari toilet,
memakai celemek dan tutup kepala, tidak berkuku Panjang dan tidak
menggunakan perhiasan)
 Persyaratan makanan yang dijual dikantin tidak mengandung bahan
pengawet, pewarna dan penyedap makanan dan bahan berbahaya
lainnya
 Daftar menu yang disajikan harus memenuhi gizi seimbang
 Bila tidak tersedia kantin disekolah maka harus dilakukan
pembinaan dan pengawasan mulai guru UKSM, terhadap penjajaa
makanan disekitar sekolah dengan memenuhi persyaratan diatas
155
n. Halaman
 Melakukan penghijauan
 Melakukan kebersihan halaman sekolah secara berkala seminggu
sekali
 Menghilangkan genangan air di halaman dengan menutup atau
menguruk atau mengalirkan kesaluran air umum
 ,melakukan pengatutran dan pemeliharaan tanaman
 Memasang pagar keliling yang kuat dan tokoh. Tetapi tetap
memperhatikan aspek keindahan
 Meja dan kursi peserta didik
Desain meja dan kursi harus memperhatikan aspek ergonomis
permukaan meja/bangku memiliki kemiringan kearah pengguna
sebesar 15 % atau sudut 10 derajat
o. Perilaku
 Mendorong peserta didik untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
dengan memberikan keteladanan misalnya memakai/menggunakan
obat obat terlarang disekolah
 Membiasakan membuang sampah pada tempatnya
 Membiasakan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah
buang air sehat sebelum memegang makanan, setelah bermain atau
setelah beraktifitas selainnya
 Membiasakan membuang air kecil yang benar dengan SKS (Siram
Kencing Siram)
 Membiasakan memilih makanan jajanan yang sehat
 Belajar budaya antri
 Membiasakan makan dengan posisi duduk
4. Pelaksana Pembinaan lingkungan Madrasah Sehat
a. Kepala Madrasah
Kepala Madrasah selaku ketua Tim Pelaksana UKS/M di madrasah
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pembinaan lingkungan
madrasah di madrasah masing masing. Dalam melaksanakan
pembinaan, kepala madrasah dibantu oleh guru, pengawas madrasah,
orang tua peserta didik, Kader UKS/M dan lain lain.
b. Guru
Dalam mewujudkan lingkungan madrasah sehat guru mempunyai
peranan penting, antara lain dengan cara memberikan :
1). Pengetahuan praktis tentang pembinaan lingkungan madrasah
sehat
2). Bimbingan, contoh dan teladan, dorongan, serta, melakukan
pengamatan dan pengawasan kepada peserta didik agar terampil
menarapkan segala yang diberikan kedalam kegiatan sehari hari
disekolah, dirumah dan dimasyarakat.

156
3). Mengajak secara Bersama para guru dalam melaksanakan UKSM
c. Peserta Didik
Peserta didik diharapkan ikut secara aktif dalam :
1. Menjaga serta mengawasi kebersihan lingkungan madrasah masing
masing, misalnya dengan ikut mengawasi teman temannya yang
membuang sampah, membersihkan ruangan atau halaman dan
sebagainya
2. Piket kelas yang bertugas menjaga keamanan, ketertiban,
kebersihan, keindahan dan kekeluargaan kelasnya masing masing
3. Menjaga atau memelihara lingkungan sehat di lingkungan
masyarakat, misalnya menyampaiakan pesan tentang manfaat
lingkungan sehat kepada anggota keluarga yang lain, ikut kerja bakti
membersihkan lingkungan, dan sebagainya
4. Masing masing pokja UKS/M melaksanakan tugasnya dengan baik

d. Pegawai sekolah
Pegawai sekolah yang merupakan warga madrasah baik yang tinggal
dilingkungan madrasah atau tidak wajib melaksanakan dan mengawasi
serta memelihara lingkungan sehat terutama pada penyediaan fasilitas
sarana dan prasarana
e. Komite Madrasah
Komite madrasah sebagai wadah organisasi orang tua peserta didik
diharapkan mampu berperan secara aktif dalam melaksanakan
pembinaan lingkungan madrasah sehat terutama dalam penyediaan
dana dan fasilitas yang menunjang kesehatan
f. Masyarakat
Masyarakat disekitar madrasah diharapkan kut berberan serta
melaksanakan pembinaan terutama dalam memelihara dan menjaga
lingkungan madrasah sehat.

E. MEKANISME KEGIATAN
1. Indikator Keberhasilan Secara Khusus
a. Indikator Input
1) SK TP UKS
2) Rencana Kegiatan
3) RAB UKS/M: RKS dan RABS
4) Peran Komite Sekolah
5) Peran Masyarakat dan PKK
6) Peran Puskesmas
b. Indikator Output
1) Terlaksananya Trias UKS
2) Terlaksananya program UKS/M ditangani oleh anak
3) Tersedianya sarana dan prasarana

157
4) Tersedianya air bersih
5) Tersedianya kantin sehat
6) Penerapan PHBS
7) Tempat cuci tangan dengan air mengalir
8) Tersedianya sabun di kamar mandi dan tempat cuci tangan
9) Ventilasi dan pencahayaan kelas yang memadai
10)Rasio kamar mandi /WC dengan peserta didik memenuhi : Laki-laki: 1:40,
sedangkan perempuan 1:25
11)Bebas jentik nyamuk
12)Kepadatan ruang kelas minimal 1,75 m2 / siswa
13)Lapangan / aula untuk pendidikan jasmani
14)Adanya KTR
15)Rapat Tim Pelaksana
16)Mempunyai papan nama UKS/M
c. Indikator Dampak
1) Meningkatnya PHBS
2) Meningkatnya derajat kesehatan peserta didik
3) Meningkatnya pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik tentang hidup
sehat
4) Meningkatnya partisipasi masyarakat dan PKK terhadap UKS/M
5) Terwujudnya UKS/M

2. Penetapan Madrasah Sehat


a. Kegiatan Pada Model Madrasah Sehat
1) 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun)
2) Literasi buku rapor kesehatan
3) PHBS ( Cuci tangan dan sikat gigi bersama)
4) Sarapan bersama (bawa bekal) bergizi seimbang
5) Tablet tambah darah (SMP dan SMA), Obat cacing (SD)
6) Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala
7) Peregangan di sela jam belajar Ekskul olahraga
8) Pendidikan kesehatan reproduksi dan keterampilan hidup sehat
9) Pembinaan kantin sehat
10)Pengelolaan sampah dan pemberantasan sarang nyamuk
11)Kebun sekolah
12)Kawasan tanpa rokok, tanpa kekerasan, tanpa narkoba
b. Indikator Madrasah Sehat
1) Tersedianya air bersih
2) Tersedianya jamban yang memadai
3) Tersedianya sarana cuci tangan yang memadai
4) Tersedianya kantin sehat
5) Adanya kegiatan pengelolaan sampah

158
6) Terlaksananya aktivitas fisik di luar jam pelajaran olahraga
7) Siswi mengkonsumsi tablet tambah darah
8) Terlaksananya penerapan pendidikan kesehatan reproduksi dan pendidikan
keterampilan hidup sehat
9) Diterapkannya senyum, salam, sapa, sopan dan santun
10)Terciptanya kawasan tanpa rokok
11)Terciptanya kawasan tanpa Napza
12)Tidak adanya kasus tawuran dan bullying
13)Meningkatnya jumlah peserta didik dengan status gizi normal
14)Meningkatnya jumlah guru dengan status gizi normal
15)Terlaksananya partisipasi kader kesehatan sekolah
16)Menurunnya jumlah hari absen sakit

3. Evaluasi
Unsur-unsur yang di evaluasi:
a. Perubahan tingkat pengetahuan
b. Perubahan sikap dan penghayatan terhadap prinsip dan pola hidup bersih dan sehat
c. Perubahan tingkah laku kebiasaan hidup sehri-hari dan PKBS (Pendidikan
Keterampilan Hidup Sehat)
d. Kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan yang meningkat pada peserta didik
e. Perubahan keadaan lingkungan (7K)
f. Tingkat keberhasilan maupun ketidakberhasilan pembinaan dan pengelolaan
UKS/M

4. Monitoring
Agar Gerakan Madrasah Sehat (GEMES) berjalan sesuai dengan rencana, dapat
berhasil guna dan berdaya guna maka perlu dilakukan pengendalian dan pengawasan.
Upaya tersebut dapat dilakukan melalui monitoring, evaluasi dan pelaporan yang
dilakukan oleh TIM pelaksana Gerakan Madrasah Sehat (GEMES).
Monitoring adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengawasan,
pengontrolan atau pengendalian terhadap suatu obyek kegiatan yang akan, sedang atau
yang sudah dilaksanakan.
Agar program Gerakan Madrasah Sehat (GEMES) senantiasa sesuai dengan
tuntunan/ kebutuhan setiap waktu maka, umpan balik dari lapangan sangat diperlukan.
Untuk itu perlu diadakan monitoring secara terus menerus, baik terhadap persiapan
maupun proses pelaksanaan sebagai penyempurnaan.
Monitoring dilaksanakan oleh Tim pelaksana Gerakan Madrasah Sehat (GEMES) pada
setiap jenjang dan setiap pendidikan dan pelaksanaan monitoring ini dilakukan dengan
frekwensi sebagai berikut:

159
 Kepala Madrasah selaku ketua TIM pelaksana Gerakan Madrasah Sehat (GEMES)
melakukan monitoring terhadap TRIAS UKS/M secara terus menerus.
 Penjaringan data dan informasi dilakukan dengan wawancara dan pengamatan
yang selanjutnya dicatat pada Instrumen monitoringdan dilakukan oleh Guru,
Pembina, Gerakan Madrasah Sehat (GEMES).
 Melibatkan kader Gerakan Madrasah Sehat (GEMES).

a. Tujuan
Tujuan monitoring evaluasi dan plaporan dalam pelaksanaan pembinaan dan
pengembangan Gerakan Madrasah Sehat (GEMES) adalah untuk mengetahui sampai
sejaumana manfaat maupun keberhasilan dari kegiatan yang telah dilaksanakan, serta
untuk mengetahui kendala-kendala dan hambatan- hambatan, sekaligus untuk
mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi baik pada tahap
perencanaan ,pelaksanaan dan pencapaian dari kegiatan yang dilaksanaka
b. Hasil yang diharapkan
Apabila ada kegiatan yg kurang sesuai atau menyimpang atau dapat dilakukan
atau dikoreksi baik pada perencanaan maupun pada proses pelaksanaan kegiatan,
sehingga pelaksanaan kegiatan dapat sesuai dengan tujuan yang di tetapkan .
c. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup, evaluasi dan pelaporan meliputi semua aspek di dalam
perencanaan kesehatan dan setiap jenjang kesehatan.
d. Sasaran
Sasaran monitoring adalah managemen atau organisasi serta berbagai kegiatan
pembinaan dan pengembangan Gerakan Madrasah Sehat (GEMES yang dilakukan oleh
Tim pelaksana Gerakan Madrasah Sehat (GEMES) termasuk guru, Kepala Madrasah,
peserta didik dan seluruh warga Madrasah serta sarana dan prasarana yang mencakup
pelaksanaan Gerakan Madrasah Sehat (GEMES).
Monitoring hendaknya dilakukan secara berkala untuk mengetahui apakah tujuan
kegiatan sudah tercapai. Hal ini memungkinkan untuk menyesuaikan strategi bagi
pelaksana kegiatan tahap berikutnya.

160
INSTRUMEN

161
e. Instrumen Monitoring
Untuk memudahkan pelaksanakan monitoring oleh kepala madrasah maka
sebaiknya digunakan instrument monitoring sebagai berikut:
1) Instrumen Monitoring

INSTRUMEN PENILAIAN
TIM PEMBINA USAHA KESEHATAN MADRASAH

KABUPATEN / KOTA : ........................


KECAMATAN : ........................
Petunjuk penilaian
Berilah tanda v didepan angka yang anda anggap sesuai dengan kenyataan yang anda lihat
NILAI
KEL KRITERIA / UNSUR YANG DINILAI JUMLAH
1 2 3 4
1. SK. Tim Pembina UKS, personilnya terdiri dari :
a. 1 unsur
b. 2 - 3 unsur
c. 4 – 5 unsur
d. 6 unsur lebih

A. 2. SK. Sekretariat Tetap TP. UKS personilnya terdiri


dari
a. 1 unsur
b. 2 unsur
c. 3 unsur
d. 4 unsur

O 3. Ada SK Pemenang Lomba Lingkungan Sekolah


Sehat
R a. Kepala Dinas
b. Bupati/Walikota, Camat
G

162
A 4. Ada tenaga full timer yang bertugas di Sekretariat
Tetap
N a. Tidak ada
b. Ada
I
5. Struktur organisasi TP. UKS tercantum dalam
S bentuk
a. Tulisan / cetakan pada kertas
A b. Papan yang terpasang didinding

S 6. Struktur organisasi Sekretariat Tetap TP. UKS


tercantum dalam bentuk :
I a. Tulisan / cetakan pada kertas
b. Papan yang terpasang didinding

7. Program kerja TP. UKS yang tercantum dalam


bentuk
a. Tulisan / cetakan pada kertas
b. Papan yang terpasang didinding

8. Program kerja Sekretariat Tetap TP. UKS yang


tercantum dalam bentuk
a. Tulisan / cetakan pada kertas
b. Papan yang terpasang didinding

9. Dana UKS yang diperoleh dari


a. 1 sumber
b. 2 sumber
c. 3 sumber
d. 4 sumber

10. Pengelolaan dana UKS dilakukan dengan


menggunakan

163
a. Ada buku kas
b. Ada buku kas, bukti kas
c. Ada buku kas, bukti kas, tempat penyimpanan
uang

11. Mempunyai Grandesaign UKS.

NILAI
KEL KRITERIA / UNSUR YANG DINILAI JUMLAH
1 2 3 4
1. Rapat kerja daerah TP. UKS diadakan pada tahun
a. 2014
b. 2014 dan 2015

2. Rapat TP. UKS diadakan sebanyak


a. 1 kali
B. b. 2 – 3 kali
c. 4 – 5 kali
d. 6 kali lebih

3. Rapat Sekretariat Tetap TP. UKS diadakan


sebanyak
a. 1 kali
K b. 2 – 3 kali
c. 4 – 5 kali
E d. 6 kali lebih

G 4. Supervisi, pemantauan atau kunjungan kerja ke


TP. UKS kecamatan atau sekolah
I a. 1 kali
b. 2 – 4 kali
A c. 5 – 7 kali

164
d. 8 kali atau lebih
T
5. Mengadakan tabulasi atau analisis hasil
A supervisi, pemantauan dan kunjungan kerja
sebanyak
N a. 1 kali
b. 2 – 4 kali
c. 5 – 7 kali
d. 8 kali atau lebih

6. Mengadakan penataran / pelatihan / penyuluhan


bagi para pembina, kepala sekolah atau guru
sebanyak
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali

7. Dalam penataran / pelatiha / penyuluhan


tersebut melibatkan secara aktif sebanyak
a. 1- 2 unsur
b. 3 unsur atau lebih

8. Membuat laporan penataran / pelatihan /


penyuluhan dalam bentuk
a. Sederhana
b. Baik, dijilid dan kulitnya dicetak

9. Membuat laporan bulanan sebanyak


a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali atau lebih

165
10. Membuat laporan tahunan dalam bentuk buku
laporan, dalam bentuk
a. Sederhana
b. Baik, dijilid dan kulitnya dicetak

KEL KRITERIA / UNSUR YANG DINILAI NILAI JUMLAH


1. Ada papan nama Tim Pembina UKS
a. Sederhana
b. Lengkap sekali

2. Ada papan nama Sekretariat Tetap Tim Pembina


UKS
C. a. Sederhana
b. Lengkap sekali

3. Ruang Sekretariat Tetap TP. UKS dilengkapi


S dengan
a. Kursi / meja untuk kerja
A b. Kursi / meja untuk kerja, mesin ketik /
komputer
R c. Kursi/meja untuk kerja, mesin ketik, mesin
hitung
A d. Kursi/meja untuk kerja, mesin ketik, Laptop,
Komputer, mesin hitung, meja kursi sidang
N
4. Buku notula rapat yang dikerjakan / diisi dengan
A a. Sederhana
b. Lengkap sekali

P 5. Buku agenda surat yang dikerjakan / diisi


a. Sederhana
E b. Lengkap sekali

166
N 6. Buku kas harian yang dikerjakan / diisi dengan
a. Sederhana
U b. Lengkap sekali

N 7. Blanko surat dengan ”Kepala Surat UKS” dalam


bentuk
J a. Belum sesuai dengan keputusan Rakernas UKS
b. Sudah sesuai dengan keputusan Rakernas UKS
A
8. Stempel / cap TP. UKS dalam bentuk
N a. Belum sesuai dengan keputusan Rakernas UKS
b. Sudah sesuai dengan keputusan Rakernas UKS
G
9. Ada papan panel yang berisi data tentang UKS
a. 1 – 2 buah
b. 3 buah lebih

10. Ada album atau papan panel yang berisi kegiatan


UKS
a. 1 – 2 buah
b. 3 buah atau lebih

11. Ada gambar dinding / poster yang ada


kegiatannya UKS
a. 1 – 2 buah
b. 3 buah atau lebih

12. Ada buku tamu.


a. Buku tamu bersama
b. Buku tamu khusus UKS

13. Ada Kamar mandi / WC


a. Bersih

167
b. Bersih, rapi, tidak berbau, cukup ventilasi

14. Ada pesan – pesan UKS


a. 3 pesan
b. 4 pesan lebih

INSTRUMEN PENILAIAN
LOMBA LINGKUNGAN MADRASAH SEHAT
PROVINSI JAWA TIMUR
NILAI
NO KOMPONEN YANG DINILAI KETERANGAN
(0-5)
I A. GEDUNG
1. Ruang Kepala sekolah
a. Bersih tidak ada kotoran / sampah
b. Lantai, meja, dinding dan langit-langit bersih
c. Dinding dan sarana belajar lainnya tidak dicoret
– coret
d. Ventilasi baik, tidak pengap dan lembab
e. Cahaya / penerangan cukup, yaitu dapat untuk
membaca dan menulis tanpa bantuan
penerangan lain bila cuaca terang
f. Sinar datang dari arah kanan / kiri
g. Langit – langit dan dinding masih kuat dan rapi
h. Penataan ruangan rapi
i. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan
langit – langit
j. Tidak ada debu
k. Tidak ada sarang laba – laba

NILAI RATA – RATA I A 1


2. Ruang Guru
a. Bersih tidak ada kotoran / sampah
b. Lantai, meja, dinding dan langit-langit bersih

168
c. Dinding dan sarana belajar lainnya tidak dicoret
– coret
d. Ventilasi baik, tidak pengap dan lembab
e. Cahaya / penerangan cukup, yaitu dapat untuk
membaca dan menulis tanpa bantuan
penerangan lain bila cuaca terang
f. Sinar datang dari arah kanan / kiri
g. Langit – langit dan dinding masih kuat dan rapi
h. Penataan ruangan rapi
i. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan
langit – langit
j. Tidak ada debu
k. Tidak ada sarang laba – laba

NILAI RATA – RATA I A 2


3. Ruang Kelas
a. Bersih tidak ada kotoran / sampah
b. Lantai, meja, dinding dan langit-langit bersih
c. Tidak ada coretan dimeja siswa dan guru
d. Dinding dan sarana belajar lainnya tidak dicoret
– coret
e. Ventilasi baik, tidak pengap dan lembab
f. Cahaya / penerangan cukup, yaitu dapat untuk
membaca dan menulis tanpa bantuan
penerangan lain bila cuaca terang
g. Sinar datang dari arah kanan / kiri
h. Langit – langit dan dinding masih kuat dan rapi
i. Penataan ruangan rapi
j. Buku dan berkas tersusun rapai pada tempatnya
k. Ratio tempat cuci tangan dengan jumlah kelas
l. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan
langit – langit
m. Tidak ada debu

169
n. Tidak ada sarang laba – laba
o. Ada Tempat cuci tangan didepan kelas
p. Dengan air yang mengalir
q. Dilengkapi sabun dan lap tangan
r. Jarak papan tulis dengan kursi terdepan 2 meter
s. Kepadatan ruang kelas
t. Ratio tempat sampah dengan jumlah kelas
(diluar dan didalam kelas)
u. Tempat sampah didalam dan atau diluar kelas
v. Pemilahan sampah diluar kelas dibedakan
NILAI RATA – RATA I A 3
4. Ruang UKS
a. Bersih tidak ada kotoran / sampah
b. Lantai, meja, dinding dan langit-langit bersih
c. Tempat tidur dan seprei bersih
d. Dinding dan sarana belajar lainnya tidak dicoret
– coret
e. Ventilasi baik, tidak pengap dan lembab
f. Cahaya / penerangan cukup, yaitu dapat untuk
membaca dan menulis tanpa bantuan
penerangan lain bila cuaca terang
g. Sinar datang dari arah kanan / kiri
h. Langit – langit dan dinding masih kuat dan rapi
i. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan
langit – langit
j. Tidak ada debu
k. Tidak ada sarang laba – laba
l. Penataan ruangan rapi
m. Peralatan tersusun rapi
n. Buku dan berkas tersusun rapai pada tempatnya
o. Tempat cuci tangan didalam ruang UKS
p. Tersedia tempat sampah yang memenuhi
persyaratan kesehatan

170
q. Ada perabot/ peralatan UKS / P3K
r. Administrasi dan data kegiatan UKS lengkap
s. Dipakai sebagai pusat kegiatan UKS/Saka Bhakti
Husada/tempat proses belajar mengajar yang
terencana
t. Tersedia buku perpustakaan yang menunjang
kegiatan UKS
u. Ruang dan kelengkapan dirawat baik, bersih,
indah dan serasi
v. SK. Tim Pelaksana UKS
w. Bagan Struktur organisasi Tim Pelaksana UKS
x. Program Kerja Tim Pelaksana UKS
y. Perlengkapan ruang UKS
 Tempat tidur
 Alat ukur tinggi badan
 Alat ukur berat badan
 Termometer
 Model rahang dan sikat gigi
 Sarana pelayanan UKGS (kaca mulut, sonde,
pinset)
 Snellen chart / Kartu E
 Lemari
 Senter
 Air minum, gelas dan sendok
z. Bahan dan obat-obatan P3K
 Obat luka
 Kain kasa steril
 Kapas
 Alkohol
 Plester kecil untuk luka
 Elastis verban
 Spalk (penyangga patah tulang)
 Mitela / kain segitiga

171
 Gunting
za. Obat – obatan P3P
 Obat turun panas
 Oralit
 Bedak cair untuk gatal – gatal
Zb. Kartu / buku kegiatan UKS
 Register penimbangan
 Register absensi sakit
 Register pemeriksaan kesehatan
 Rekapitulasi penimbangan
 Rekapitulasi Absensi sakit murid
 Buku rujukan
 Buku pelayanan kesehatan
 Register imunisasi
 KMS
 Buku kegiatan Kader UKS
 Buku tamu
Zc. Jumlah siswa yang sudah mengikuti pelatihan
kader UKS
 Ada guru atau kepala sekolah yang pernah
mengikuti pelatihan tentang UKS
 Ada kader yang mengikuti pelatihan UKS
NILAI RATA – RATA I A 4
5. Ruang Perpustakaan
a. Bersih tidak ada kotoran / sampah
b. Lantai, meja, dinding dan langit-langit bersih
c. Dinding dan sarana belajar lainnya tidak dicoret
– coret
d. Ventilasi baik, tidak pengap dan lembab
e. Cahaya / penerangan cukup, yaitu dapat untuk
membaca dan menulis tanpa bantuan
penerangan lain bila cuaca terang
f. Sinar datang dari arah kanan / kiri

172
g. Langit – langit dan dinding masih kuat dan rapi
h. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan
langit – langit
i. Tidak ada debu
j. Tidak ada sarang laba – laba
k. Buku dan berkas ditata rapi pada tempatnya
l. Ada tempat pembuangan sampah yang
memenuhi syarat kesehatan
NILAI RATA – RATA I A 5
6. Kantin Sekolah
a. Bersih tidak ada kotoran / sampah
b. Lantai, meja, dinding dan langit-langit bersih
c. Dinding dan sarana belajar lainnya tidak dicoret
– coret
d. Ventilasi baik, tidak pengap dan lembab
e. Cahaya / penerangan cukup, yaitu dapat untuk
membaca dan menulis tanpa bantuan
penerangan lain bila cuaca terang
f. Sinar datang dari arah kanan / kiri
g. Langit – langit dan dinding masih kuat dan rapi
h. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan
langit – langit
i. Tidak ada debu
j. Tidak ada sarang laba – laba
k. Bebas dari serangga
l. Tersedia tempat menyimpan bahan makanan
m. Ada tempat pengolahan makanan
n. Tersedia tempat penyimpanan peralatan masak
o. Tersedia tempat cuci tangan
p. Tersedia tempat cuci peralatan makanan
q. Makanan yang dijual mengandung gizi seimbang

173
r. Makanan dan minuman yang dijual tidak
mengadung pewarna, pengawet, pemanis,
pengeyal.
s. Petugas mengenakan tutup kepala dan celemek
t. Tersedia alat pengering perlengkapan makan
u. Pengawasan kantin yang dilakukan oleh: Kader
UKS, Penanggung jawab kantin, guru UKS dan
petugas kesehatan.
v. Ada perabot dan peralatan Kantin yang sesuai
dengan kebutuhan
w. Ada tempat pembuangan sampah dan air
limbah yang memenuhi syarat kesehatan
x. Makanan dan minuman yang disajikan bersih,
bergizi dan memenuhi syarat kesehatan serta
penyajiannya menarik
y. Jauh dari WC, jamban dan tempat penampungan
sampah minimal 20 meter sehingga bebas dari
gangguan bau yang kurang sedap.
z. Penyajian makanan yang dijual semua disajikan
dalam tempat tertutup dan semua makanan
terbungkus
Za. Makanan dalam kemasan yang dijual ada lebel
/ijin BPOM/Depkes, kemasan tidak rusak dan
belum kadaluarsa
NILAI RATA – RATA I A 6
7. Tempat ibadah
a. Bersih tidak ada kotoran / sampah
b. Lantai, meja, dinding dan langit-langit bersih
c. Dinding dan sarana belajar lainnya tidak dicoret
– coret
d. Ventilasi baik, tidak pengap dan lembab

174
e. Cahaya / penerangan cukup, yaitu dapat untuk
membaca dan menulis tanpa bantuan
penerangan lain bila cuaca terang
f. Sinar datang dari arah kanan / kiri
g. Langit – langit dan dinding masih kuat dan rapi
h. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan
langit – langit
i. Tersedia kitab suci dan perlengkapan ibadah
j. Tersedia rak/lemari/meja/kursi
k. Tersedia tempat wudhu
l. Tidak ada debu
m. Tidak ada sarang laba – laba
n. Ada sarana untuk melakukan kegiatan ibadah
NILAI RATA – RATA I A 7
8. Ruang Laboratorium
a. Bersih tidak ada kotoran / sampah
b. Lantai, meja, dinding dan langit-langit bersih
c. Dinding dan sarana belajar lainnya tidak dicoret
– coret
d. Ventilasi baik, tidak pengap dan lembab
e. Cahaya / penerangan cukup, yaitu dapat untuk
membaca dan menulis tanpa bantuan
penerangan lain bila cuaca terang
f. Sinar datang dari arah kanan / kiri
g. Langit – langit dan dinding masih kuat dan rapi
h. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan
langit – langit
i. Tidak ada debu
j. Tidak ada sarang laba – laba
k. Ada tempat cuci tangan diruang laboratorium
l. Peralatan tersusun rapi dan pada tempatnya
m. Ada tempat pembuangan sampah yang
memenuhi syarat kesehatan

175
NILAI RATA – RATA I A 8
9. Ruang Bimbingan Konseling (BK)
a. Ruang tersendiri untuk konseling
b. Bersih tidak ada kotoran / sampah
c. Lantai, meja, dinding dan langit-langit bersih
d. Dinding dan sarana belajar lainnya tidak dicoret
– coret
e. Ventilasi baik, tidak pengap dan lembab
f. Cahaya / penerangan cukup, yaitu dapat untuk
membaca dan menulis tanpa bantuan
penerangan lain bila cuaca terang
g. Sinar datang dari arah kanan / kiri
h. Langit – langit dan dinding masih kuat dan rapi
i. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan
langit – langit
j. Tidak ada debu
k. Tidak ada sarang laba – laba
l. Mempunyai program kerja bimbingan dan
konseling
m. Buku dan berkas tersusun rapi dan pada
tempatnya
n. Ada tempat pembuangan sampah yang
memenuhi syarat kesehatan
o. Mempunyai buku register
p. Tersedia almari untuk menyimpan buku data
siswa
q. Ada poster, leaflet, alat peraga dan buku
pedoman
r. Ada cacatan konseling perorangan
s. Ada buku rujukan
NILAI RATA – RATA I A 9
B. SARANA SANITASI
1. Sumber air bersih dan air minum

176
a. Sumber air bersih dan memenuhi syarat
kesehatan
b. Air memenuhi syarat kesehatan
c. Tersedia air minum yang dimasak dalam jumlah
yang cukup
NILAI RATA – RATA B1
2. Tempat cuci tangan
a. Bersih, tidak kotor dan berlendir
b. Terbuat dari bahan anti karat dan mudah
dibersihkan
c. Dilengkapi dengan sabun dan lap tangan
d. Jumlah sesuai dengan kebutuhan (1 : 1 )
NILAI RATA – RATA B2
3. Kamar mandi, jamban dan peturasan
a. Sumber air bersih tidak nampak kotor
b. Lantai tidak tergenang air dan tidak licin
c. Tidak menimbulkan bau yang tidak sedap
d. Dinding tidak dicoret – coret
e. Bak penampungan air bersih, tidak kotor dan
tidak berlumut serta tidak ada jentik nyamuk
f. Jamban / peturasan tidak tersumbat dan dapat
dipakai dengan baik
g. Ventilasi baik, tidak pengap dan lembab
h. Cahaya atau penerangan cukup, sehingga semua
yang ada diruangan dapat dilihat jelas
i. Langit – langit (bila ada), dinding dan pintu
masih kuat dan rapi
j. Tidak ada bekas bocor lama pada dinding dan
langit – langit
k. Tidak ada debu
l. Tidak ada sarang laba – laba
m. Persediaan air bersih mencukupi kebutuhan

177
n. Tersedia perlengkapan yang terawat baik,
bersih dan tidak membahayakan
o. Jumlah memadai (sesuai dengan kebutuhan)
Pa = 1 : 40, Pi = 1 : 25
p. Tersedia alat dan bahan pembersih.
NILAI RATA – RATA I B 3
4.Pembuangan Sampah
a. Tersedia tempat pembuangan sampah disetiap
ruangan
b. Tersedia bak / tempat penampungan sampah
yang memenuhi syarat kesehatan
c. Tempat pembuangan sampah dan air limbah
tidak mencemari sumber air bersih
NILAI RATA – RATA I B 4
5. Pembuangan Air Limbah
a. Ada saluran air hujan dan air limbah yang lancar
dan tidak tergenang
b. Air limbah tidak mencemari air bersih
c. Tempat penampungan tidak menimbulkan bau,
sarang nyamuk dan letaknya jauh dari sumber air
bersih
NILAI RATA – RATA I B 5
C. HALAMAN DAN PEKARANGAN
1. Halaman
a. Bersih
b. Tidak ada genangan air dan tidak berdebu
c. Tidak menjadi tempat bersarang dan
berkembangbiaknya binatang pengerat
d. Bebas dari bangunan, benda, tumbuhan yang
berbahaya
e. Ada tanaman perindang, penghijauan dan
tanaman hias
f. Halaman ditata dengan baik, bersih, indah dan
serasi
g. Ada bagian yang dipergunakan untuk upacara
bendera, senam pagi dan bermain
h. Ada saluran pembuangan air yang berfungsi

178
NILAI RATA – RATA I C 1
2. Pagar Sekolah
a. Pagar dapat melindungi seluruh sekolah
b. Pintu pagar dapat berfungsi dengan baik
c. Pagar terbuat dari bahan atau tumbuhan yang
kuat
d. Tidak ada bagian yang membahayakan
e. Pagar terawat baik, bersih dan serasi
f. Dilengkapi dengan penerapan kawasan sekolah
tanpa rokok
NILAI RATA – RATA I C 2
3. Kebun Sekolah
a. Kebun ditanami dan ditata secara teratur, bersih
dan rapi minimal 7 jenis
b. Masing – masing tanaman diberi lebel/nama
c. Dapat dimanfaatkan sebagai tempat peternakan,
perkebunan, perikanan, tanaman produktif dan
apotik hidup
d. Dipergunakan sebagai alat peraga untuk
pendidikan
e. Tidak terdapat benda – benda dan tumbuhan
yang membahayakan
f. Tidak menjadi sarang nyamuk
NILAI RATA – RATA I C 3
II. PESERTA DIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
1. Peserta Didik
a. Kebersihan pribadi baik
b. Memiliki pengetahuan tentang UKS dan kebiasaan
hidup sehat
c. Dapat melaksanakan kebiasaan hidup sehat dengan
baik
d. Peserta didik dapat tumbuh dan berkembang baik
NILAI RATA – RATA II.1
2. Kepala Sekolah, Guru dan Pegawai Sekolah
a. Memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk
melaksanakan UKS
b. Penampilan rapi dan serasi

179
c. Tidak melakukan hal – hal yang bertentangan
dengan pola hidup sehat (merokok, minuman keras,
berkelahi, dll)
d. Kesehatan jasmani dan rohani secara umum baik
NILAI RATA – RATA II.2
III. PENGARUH TIMBAL BALIK ANTARA SEKOLAH DAN
MASYARAKAT SEKITARNYA
1. Pengaruh timbal balik antara sekolah dan
masyarakat sekitarnya
a. Adanya motivasi siswa (Kader UKS) terahadap
keluarga dalam melaksanakan usaha kebersihan dan
kesehatan lingkungan rumah dan upaya berperilaku
hidup bersih dan sehat
b. Adanya motivasi siswa (Kader UKS), dirumah sehat
dan Posyandu terhadap keluarga untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat
c. Adanya bantuan dana / termasuk dana UKS, tenaga,
sarana dan lainnya) dari instansi lain / masyarakat
sekitar sekolah dalam melaksanakan program UKS
d. Adanya petugas PKK yang melaksanakan
penyuluhan makanan sehat dan bergizi
NILAI RATA – RATA III.1
IV KEGIATAN
1. Pendidikan Kesehatan
a. Pendidikan kesehatan dilaksanakan sesuai dengan
GBPP secara kurikuler
b. Ada program pendidikan kesehatan kurikuler dan
ekstrakurikuler
c. Guru yang mengajar pendidikan kesehatan membuat
satuan kegiatan harian / mingguan sendiri secara
rutin
d. Ada catatan pelaksanaan kegaiatan kesehatan
kurikuler dan ekstrakurikuler

180
e. Pendidikan kesehatan yang diberikan disekolah :
 Kebersihan perorangan
 Tumbuh kembang
 Penyakit infeksi
 Gizi
 Kesehatan lingkungan
 Rokok dan NAPZA
 Kesehatan Reproduksi
 Kegiatan P 3 K
 Kegiatan P 3 P
f. Mempunyai alat peraga pendidikan kesehatan
g. Pemeriksaan kesehatan pribadi / pemeriksaan rutin
oleh Kader UKS
h. Pemeriksaan kesehatan berkala sekali 6 bulan
dilakukan oleh puskesmas secara teratur
i. Ada kegiatan penyuluhan :
NILAI RATA – RATA IV. 1
2. Pelayanan Kesehatan
a. Adanya penyuluhan kesehatan oleh petugas
kesehatan
b. Penjaringan kesehatan terhadap siswa kelas I oleh
petugas Puskesmas dibantu guru dan Kader UKS
c. Ada kegiatan jumantik
d. Pelaksanaan UKGS (Pemeliharaan, perawatan dan
pembinaan)
e. Imunisasi oleh petugas puskesmas
f. Dilakukan P3K dan P3P oleh Kader UKS
g. Ada pembentukan kader UKS
h. Pelaksanaan rujukan kepuskesmas bagi yang sakit
i. Kegiatan Kader UKS
 Diskusi kelompok
 Pendidikan kecakapan hidup (drama, puisi, dll)
 Majalah dinding, poster kesehatan

181
NILAI RATA – RATA IV. 2
3. Pembinaan Lingkungan
a. Ada program dan pelaksanaan kegiatan 7 K disetiap
kelas / ada jadwal piket siswa
b. Ada patroli keamanan sekolah / pengamanan
sekolah
c. Ada kerja bakti lingkungan termasuk kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk pada waktu – waktu
tertentu yang dilakukan peserta didik bersama –
sama masyarakat sekitar sekolah
NILAI RATA – RATA IV. 3
V MANAGEMEN ORGANISASI
1. Struktur / personalia terdiri dari Tim Pelaksana UKS
Minimal Pembina, Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris
dan anggota yang terdiri dari unsur – unsur Ketua
Yayasan, Kepala Sekolah, Pemerintahan Desa, Guru,
Komite Sekolah, Puskesmas, Siswa / pengurus OSIS,
PKK, Kader UKS.
2. Adanya rencana kegiatan tahunan secara tertulis
3. Tim Pelaksana UKS telah melakukan pertemuan
berkala yang membicarakan kegiatan UKS
4. Adanya catatan pelaksanaan kegiatan yang telah
dilaksanakan oleh peserta didik dan guru
5. Ada laporan kegiatan ke Tim Pembina UKS Ke
camatan dan atasan langsung Kepala Sekolah secara
teratur dan tepat waktu
6. Pembinaan disekolah oleh puskesmas, penilik /
pengawas sekolah dan Tim Pembina UKS Kecamatan
NILAI RATA – RATA V

182
INSTRUMEN NILAI TAMBAHAN
LOMBA LINGKUNGAN MADRASAH SEHAT
PROVINSI JAWA TIMUR

NO KOMPONEN YANG DINILAI NILAI KETERANGAN


I PERANAN SEKOLAH DALAM PEMBINAAN UKS
1. Kegiatan Kurikuler
a. Ada kalender pendidikan
b. Ada persiapan dan pelaksanaan bidang studi Orkes
c. Ada persiapan dan pelaksanaan bidang studi yang
menunjang UKS
d. Pendidikan yang mampu dalam mengintegrasikan
UKS dengan bidang – bidang studi
e. Kegiatan evaluasi belajar dilakukan secara terus
menerus
2. Kegiatan ko –kurikuler
a. Ada tugas mengarang tentang hidup sehat bagi
siswa
b. Ada tugas kliping surat kabar/majalah bagi siswa
tentang kesehatan
c. Ada tugas demonstrasi/penelitian sederhana bagi
siswa tentang hal – hal yang berkaitan dengan
kesehatan / UKS
3. Kegiatan ekstra – kurikuler
a. Ada kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan
kesehatan
 karya wisata, ceramah, diskusi, lomba tentang
kesehatan
b. Ada kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan
kesehatan
 Latihan ketrampilan kader UKS/PMR/Saka
Bhakti Husada
 Penyuluhan kesehatan oleh siswa untuk siswa

183
c. Ada kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan
lingkungan
 Kerja bakti kebersihan lingkungan
 Piket sekolah dalam pelaksanaan 7 K
 Perkemahan
II PARTISIPASI SEKOLAH DALAM MELESTARIKAN
LINGKUNGAN / ALAM SEKITARNYA
1. Pembinaan tentang sadar lingkungan di masyarakat
sekitar sekolah
a. Sekolah mengadakan ceramah untuk masyarakat
sekitar sekolah
b. Sekolah mengadakan pameran
2. Penghijauan disekitar sekolahyang diprakarsai oleh
sekolah
III PENGETAHUAN SISWA TENTANG PEMBINAAN
KESEJAHTERAAN KELUARGA
1. Siswa mengenal masyarakat sekitarnya
2. Siswa mengetahui tentang organisasi pemerintahan
yang berkaitan dengan kesehatan dan pendidikan
3. Siswa mengetahui tentang tata laksana rumah tangga
4. Siswa mengetahui tentang perencanaan keluarga
5. Siswa paham dan mengerti tentang rumah sehat dan
Posyandu
IV KONDISI GEOGRAFIS SEKOLAH/MADRASAH
1. Kondisi tanah setempat yang kering, berdebu dan lain –
lain
2. Seringnya daerah dimana sekolahtersebut berada
terserang banjir
3. Kondisi air setempat
4. Upaya / usaha sekolah dalam melengkapi sarana dan
prasarana UKS
5. Dan lain – lain yang berkaitan dengan UKS

184
MADRASAH IBTIDAIYAH

1. Apa yang dimaksud dengan diare ?

2. Apa yang menyebabkan diare ?

3. Bagaimana mencegah diare ?

4. Bagaimana pertolongan pertama apabila kita diare ?

5. Apa yang dimaksud dengan demam berdarah ?

6. Bagaimana tanda – tanda seseorang terserang demam berdarah ?

7. Bagaimana cara mencegah demam berdarah ?

8. Apa tujuan sekolahmu disediakan kantin sekolah ?

9. Apa gunanya imunisasi bagi anak – anak ?

10. Apa akibatnya bila kita makan tidak menggunakan garam beryodium ?

11. Penyakit apa saja yang dapat dicegah dengan imunisasi ?

12. Apa yang dimaksud dengan 3 M ?

13. Yang dimaksud dengan air bersih adalah ?

14. Anak yang terserang diare dapat ditolong dengan diberi ?

15. Sumber air bersih dapat diperoleh dari ?

185
MA

1. Bagaimana tanda – tanda seorang laki – laki dikatakan dewasa ?

2. Bagaimana tanda – tnda seorang perempuan sudah dikatakan dewasa ?

3. Apa yang dimaksud dengan haid ?

4. Apa yang dimaksud dengan kehamilan ?

5. Sebutkan zat berbahaya yang ada dalam rokok dan apa yang diakibatkan ?

6. Sebutkan langkah – langkah pertolongan pertama pada anak yang mengalami pingsan?

7. Apa yang dimaksud dengan kesehatan jiwa remaja dan permasalahan kesehatan jiwa
apa yang paling banyak dialami oleh remaja ?

8. Apa yang dimaksud dengan kesehatan lingkungan ?

9. Apa yang dimaksud dengan kesehatan pribadi ?

10. Apa yang dimaksud dengan menu seimbang ?

186
KUESIONER TES PENGETAHUAN PESERTA DIDIK MI

1. Tiga program pokok (TRIAS UKS), meliputi :


a. Penyuluhan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan kesehatan mental
b. Pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat
c. Pendidikan jasmani, pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan
d. Pendidikan kesehatan, pendidikan lingkungan hidup dan perindangan sekolah

2. Bahaya atau gangguan yang dapat ditimbulkan oleh sampah, kecuali …..
a. Pengotoran air
b. Menghasilkan pupuk
c. Menyebabkan kebakaran
d. Menyebabkan banjir

3. Ciri – ciri penderita kecacingan, adalah ……..


a. Kulit bersisik
b. Mata berbinar
c. Perut buncit
d. Rambut kemerahan

4. Makanan gizi seimbang, adalah ……….


a. Nasi, tempe, ati ayam, semangka, dan es teh
b. Nasi, daging, tahu, krupuk, dan es jeruk
c. Nasi, ikan, sayur bayam, pisang dan susu
d. Nasi, ikan, telur, papaya dan susu

5. Penyakit gondok disebabkan oleh karena kekurangan ……….


a. Garam
b. Kalsium
c. Natrium
d. Iodium

6. Imunisasi berguna untuk :


a. Menyembuhkan penyakit

187
b. Memberikan kekebalan tubuh terhadap beberapa penyakit
c. Membasmi kuman penyakit dari tubuh
d. Pertumbuhan dan perkembangan badan

7. Agar nyamuk aedes aegypti tidak berkembang biak sebaiknya kita harus melakukan …
a. Menguras bak kamar mandi
b. Mengubur kaleng bekas
c. Menutup tempat air
d. Semua jawaban benar

8. Penyakit diare dapat menular melalui ……..


a. Kotoran / tinja penderita
b. Nyamuk malaria
c. Udara
d. Air liur (ludah)

9. Manfaat olahraga bagi tubuh kita adalah sebagai berikut, kecuali …….
a. Agar tubuh sehat dan kuat
b. Agar tidak mudah terserang penyakit
c. Agar terhindar dari penyakit flu burung
d. Untuk menambah nafsu makan

10. Jenis penyakit dibawah ini yang tidak menular adalah …….
a. Mata
b. Diare
c. Kanker
d. Pilek

11. KMS anak sekolah berguna untuk ………


a. Mengetahui tingkat pertumbuhan anak
b. Mengetahui tingkat kecerdasan anak
c. Mengetahui asal usul anak
d. Mengetahui jenis penyakit anak

188
12. Membuang sampah disembarang tempat dapat mengakibatkan …….
a. Penyakit diare
b. Banjir
c. Sarang tikus
d. Semua jawaban benar

13. Demam berdarah adalah penyakit yang sangat berbahaya karena dapat mengakibatkan
kematian dalam waktu singkat. Upaya yang dapat dilakukan siswa untuk mencegahnya
adalah dengan melalkukan …..
a. 3 M
b. 3 K
c. P 3 K
d. P 3 P

14. Usaha Kesehatan sekolah (UKS) bertujuan agar siswa :


a. Dapat hidup sejahtera lahir dan batin
b. Dapat berperilu hidup sehat yang dimulai dari dirinya sendiri, imbas kepada teman,
keluarga dirumah dan masyarakat radius 500 meter dari sekolah
c. Dapat hidup sehat
d. Semua jawaban benar

15. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih harus dilakukan :
a. Sebelum tidur
b. Sebelum makan
c. Setelah buang air besar
d. Jawaban b dan c benar

SELAMAT MENGERJAKAN

189
KUESIONER TES PENGETAHUAN
PESERTA DIDIK MTs

1. Tiga program pokok (TRIAS UKS), meliputi :


a. Penyuluhan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan kesehatan mental
b. Pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat
c. Pendidikan jasmani, pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan
d. Pendidikan kesehatan, pendidikan lingkungan hidup dan perindangan sekolah

2. Tanda – tanda seseorang telah mengalami kematangan biologis atau menginjak remaja
adalah ……..
a. Usia telah 11 tahun
b. Haid bagi wanita
c. Telah disunat pada laki – laki
d. Telah menikah

3. Agar terhindar dari penularan virus flu burung adalah sebagai berikut, kecuali …
a. Tidak memelihara unggas dipekarangan rumah
b. Memasak makanan yang bersumber unggas dengan suhu diatas 80 C
c. Menjaga kebersihan lingkungan
d. Banyak makan buah – buahan

4. Haid atau menstruasi merupakan tanda ……….


a. Seorang wanita sudah dewasa
b. Kematangan seorang wanita secara mental
c. Membesarnya payudara pada wanita
d. Seorang wanita sudah dapat hamil bila dibuahi

5. Manakah yang bukan tergolong NARKOBA ….


a. Gula dan sus
b. Rokok dan cerutu
c. Ganja dan heroin
d. Teh dan kopi

190
6. HIV dapat ditularkan melalui ……..
a. Batuk dan bersin – bersin
b. Makanan dan minuman
c. Gigitan nyamuk dan serangga
d. Hubungan seksual antara laki – laki dan perempuan

7. Untuk mencegah agar kita tidak tertular HIV, maka sebaiknya kita harus melakukan hal –
hal sebagai berikut, kecuali …….
a. Tidak pakai narkoba
b. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
c. Makan makanan bergizi
d. Meningkatkan iman dan taqwa

8. Yang merupakan dampak dari kehamilan diusia remaja ……..


a. Putus sekolah
b. Gangguan kejiwaan
c. Bayi yang dilahirkan akan meninggal
d. A dan b salah

9. Pada laki – laki yang memasuki masa remaja (pubertas) memiliki tanda – tanda seperti
dibawah ini, kecuali …..
a. Mimpi basah
b. Kecerdasan meningkat
c. Perubahan suara
d. Tumbuh kumis

10. Manfaat melakukan latihan fisik yang benar adalah sebagai berikut, kecuali ……..
a. Meningkatkan daya tahan tubuh
b. Melancarkan peredaran darah
c. Mengurangi nafsu makan
d. Menghindari stress

11. Ciri – ciri pengguna NARKOBA adalah ………


a. Sering bolos sekolah

191
b. Sering mengantuk disekolah
c. Suka mencuri
d. Semua jawaban benar

12. Perokok pasif adalah …….


a. Orang yang menghisap rokok
b. Orang yang berjualan rokok dijalan
c. Berdekatan dengan orang yang sedang merokok
d. Orang yang membeli rokok

13. Nikotin adalah salah satu zat kimia yang ada di ……..
a. Ganja
b. Teh
c. Kopi
d. Rokok

14. Yang termasuk kegiatan UKS adalah :


a. Mengukur ketajaman mata
b. Mengukur tinggi badan, berat badan, LILA dan mengisi KMS
c. Semua jawaban salah
d. Semua jawaban benar

15. Tumbuh kembang anak dapat diketahui dengan cara :


a. Mengukur tinggi badan
b. Mengukur berat badan, LILA
c. Jawaban a dan b benar
d. Jawaban a dn b salah

SELAMAT MENGERJAKAN

192
KUESIONER TES PENGETAHUAN PESERTA DIDIK MA

1. Tiga program pokok (TRIAS UKS), meliputi :


a. Penyuluhan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan kesehatan mental
a. Pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat
c. Pendidikan jasmani, pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan
d Pendidikan kesehatan, pendidikan lingkungan hidup dan perindangan sekolah

2. Alat reproduksi merupakan alat – alat tubuh yang berfungsi dalam …..
a. Proses kekebalan tubuh
b. Menghindari kerusakan hati
c. Proses perkembangbiakan
d. Proses gejala penyakit

3. Kehamilan dapat terjadi apabila ………


a. Melakukan hubungan seksual pada saat mentruasi
b. Sperma tertelan
c. Melakukan hubungan seksual pada saat evolusi
d. Melakukan anal seks

4. Yang merupakan dampak dari kehamilan diusia remaja ……..


a. Putus sekolah
b. Gangguan kejiwaan
c. Bayi yang dilahirkan akan meninggal
d. a dan b salah

5. Pernikahan dibawah usia 20 tahun tidak dianjurkan, karena ………


a. Secara fisik belum matang
b. Secara mental belum siap
c. Secara ekonomi belum mapan
d. a, b, c semuanya benar

6. Merokok dapat menyebabkan ……….


a. Penularan HIV

193
b. Gangguan saluran pernafasan
c. Penurunan kekebalan tubuh
d. Terlihat lebih gaya

7. Perokok pasif adalah …….


a. Orang yang menghisap rokok
b. Orang yang berjualan rokok dijalan
c. Berdekatan dengan orang yang sedang merokok
d. Orang yang membeli rokok

8. Tumbuh kembang anak dapat diketahui dengan cara :


a. Mengukur tinggi badan
b. Mengukur berat badan, LILA
c. Jawaban a dan b benar
d. Jawaban a dn b salah
9. Tindakan pembalutan pada korban kecelakaan dilakukan agar :
a. Mengurangi / menghentikan pendarahan
b. Membatasi pergerakan
c. Jawaban a dan b salah
d. Jawaban a dan b benar

10. Merokok dapat menyebabkan :


a. Gangguan saluran pernafasan c. Penurunan kekebalan tubuh
b. Terlihat lebih gaya d. Penularan HIV

14. Nikotin yang ada pada rokok membuat kita :


a. Serangan jatung c. Impotensi
b. Ketagihan d. Semua jawaban salah

15. Zat paling banyak ada didalam rokok :


a. Nikotin, Tar, Co c. Jawaban a benar
b. Tembakau d. Semua jawaban benar

194
13. Ciri – ciri pengguna narkoba :
a. Suka mencuri dan bolos sekolah
b. Sering mengantuk disekolah
c. Jawaban a dan b benar
d. Jawaban a dan b salah

14 Keadaan berikut ini adalah dampak jasmani dari penyalahgunan narkoba kecuali :
a. Gangguan telinga c. Gangguan fungsi jantung
b. Gangguan paru - paru d. Gangguan sistim syaraf

15.Bila seorang mencoba memakai heroin satu kali, dia akan ketagihan :
a. Benar c. Ragu - ragu
b. Salah d. Tidak tahu

SELAMAT MENGERJAKAN

195
LEMBAR JAWABAN

1. NAMA : …………………………………..
2. KELAS : …………………………………..
3. NAMA SEKOLAH : …………………………………..

Berikan tanda silang pada jawaban yang dianggap benar


1 A B C D
2 A B C D
3 A B C D
4 A B C D
5 A B C D
6 A B C D
7 A B C D
8 A B C D
9 A B C D
10 A B C D
11 A B C D
12 A B C D
13 A B C D
14 A B C D
15 A B C D

196
Alur Monitoring

Tim Pembina Gerakan Madrasah Sehat (GEMES)


Provinsi Jawa Timur

Tim Pembina Gerakan Madrasah Sehat (GEMES)


Kabupaten/ Kota

Tim Pembina Gerakan Madrasah Sehat (GEMES)


RA, MI, MTs, MA

Alur Pembinaan dan Pengembangan Gerakan Madrasah Sehat (GEMES)

Tim Pembina Gerakan Madrasah Sehat (GEMES)


Provinsi Jawa Timur

Tim Pembina Gerakan Madrasah Sehat (GEMES)


Kabupaten/ Kota

Tim Pembina Gerakan Madrasah Sehat (GEMES)


RA, MI, MTs, MA

197
EVALUASI
Evaluasi adalah salah satu pembinaan melalui proses pengukuran hasil yang di
capai dibandingkan dengan sasaran yang ditentukan sebagai bahan penyempurnaan,
perencanaan dan pelaksanaan Gerakan Madrasah Sehat (GEMES) yang akan datang.
1. Tujuan
Evaluasi ini bertujuan untuk:
a. Memberikan umpan balik sebagai dasar penyempurnaan program pembinaan dan
pengembangan.
b. Mengukur keberhasilan seluruh program yang dilaksanakan pada akhir kegiatan
c. Untuk mendapatkan bahan-bahan informasi tentang pelaksanaan program yg
telah disusun
2. Sasaran
Sasaran evaluasi adalah:
a. Peserta didik
b. Lingkungan Madrasah
c. Dampak pembinaan terhadap prilaku peserta didik
d. Pengelolaan kegiatan pada setiap jenjang
e. Manajemen/pengelolaan kegiatan pada semua jenjang
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup evaluasi meliputi seluruh kegiatan Gerakan Madrasah Sehat (GEMES)
proses maupun hasil pelaksanaannya
4. Unsur-unsur yang dievaluasi
a. Perubahan tingkat pengetahuan pada Umumnya yang berhubungan dengan
kesehatan khususnya
b. Perubahan sikap dan penghayatan terhadapprinsip dan pola hidup bersih dan
sehat
c. Perubahan tingkah laku kebiasaan hidup sehari-hari dan keterampilan dalam
melaksanakan prinsip pola hidup bersih dan sehat termasuk peningkatan daya
tangkal terhadap pengaruh buruk dari kebiasaan merokok , penyalahgunaan
narkoba, miras serta kepekaan terhadap kebersihan lingkungan
d. Kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan yang telah terjadi pada peserta
didik karena adanya pelayanan kesehatan di madrasah

198
e. Perubahan keadaan lingkungan khususnya lingkungan madrasah dan lingkungan
tempat tinggal yang meliputi tingkat kebersihan, sanitasi, keindahan, keamanan ,
ketertiban dan sebagainya.
f. Tingkat keberhasilan maupun ketidakberhasilan kegiatan pembinaan dan
pengelolaan Gerakan Madrasah Sehat (GEMES)
5. Prinsip-prinsip Evaluasi
a. Menyeluruh (meliputi seluruh komponen kegiatan Gerakan Madrasah Sehat,
proses serta hasil pelaksanaan) , yang merupakan satu kesatuan
b. Berkesinambungan yaitu secara bertahap sesuai dengan kebutuhan , fungsi dan
tanggung jawab
c. Objektif yaitu berdasarkan kriteria yang jelas dan baku
d. Pedagogis yaitu hasil penilaian dapat digunakan sebagai penghargaan yang
berhasil dan merupakan pendorong bagi yang belum berhasil.
6. Cara dan Teknik Evaluasi
a. Cara evaluasi
Penilaian dapat dilakukan dengan bentuk kualitatf dan atau kuantitatif sesuai
dengan keperluan;
b. Teknik evaluasi penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan:
1. Tes
2. Pengamatan
3. Skala sikap
4. Wawancara/ tatap muka
5. Pemeriksaan
6. Analisis data
7. Penilaian dampak Gerakan Madrasah Sehat (GEMES)

199
ALUR EVALUASI

Tim Pembina Gerakan Madrasah Sehat (GEMES)


Provinsi Jawa Timur

Tim Pembina Gerakan Madrasah Sehat (GEMES)


Kabupaten/ Kota

Tim Pembina Gerakan Madrasah Sehat (GEMES)


RA, MI, MTs, MA

Penkes Yankes Lingkungan Sarana/ Prasarana

Guru-guru

Peserta didik

Keterangan:
Penkes : Pendidikan Kesehatan
Yankes : Pelayanan Kesehatan

PELAPORAN
Pelaporan dalam pelaksanaan Gerakan Madrasah Sehat (GEMES) adalah suatu
kegiatan melaporkan/ menyampaikan secara tertulis segala kegiatan yang telah dilakukan,
mencakup program pelaksanaan Gerakan Madrasah Sehat (GEMES) yang dilakukan tim
pelaksana Gerakan Madrasah Sehat (GEMES)

200
1. Tujuan
Tujuan pelaporan dalam pelaksanaan Gerakan Madrasah Sehat (GEMES)
adalah untuk mengetahui daya guna, hasil guna, dan tepat guna serta penyimpangan-
penyimpangan yang mungkin terjadi pada waktu pelaksanaan kegiatan.
2. Sasaran
Yang menjadi sasaran pelaporan (apa yang perlu dilaporkan) ini pada
dasarnya adalah sama dengan sasaran pada evaluasi. Namun secara spesifik sasaran
pelaporan ini mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Manajemen/pengelolaan kegiatan;
b. Jenis keberhasilan dan ketidakberhasilan kegiatan (termasuk masalah/
hambatan yang ditemui;
c. Upaya-upaya pengembangan yang dilaksanakan (termasuk upaya mengatasi
masalah/hambatan yang ditemui).
3. Waktu
Laporan hasil pelaksanaan GEMES di Madrasah disusun dan disampaikan dua
kali dalam setahun, yaitu berupa:
a. Laporan tengah tahunan yang disampaikan pada bulan Juli (paling lambat tanggal
20);
b. Laporan tahunan disampaikan pada bulan Januari (paling lambat tanggal 20).
4. Hal-hal yang perlu dilaporkan
Pada dasarnya hal-hal yang dilaporkan Tim Pelaksana GEMES kepada Tim
Pembina GEMES Kecamatan adalah segala bentuk kegiatan pembinaan dan
pelaksanaan GEMES di Madrasah terutama yang telah diprogramkan. Namun secara
umum hal yang perlu dilaporkan adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Trias UKS/M
1. Pendidikan Kesehatan
a. Kurikuler
- Mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga kesehatan.
- Mata Pelajaran lain yang mengintegrasikan.
b. Ekstrakurikuler
- Pemeriksaan rutin dan berkala
- Dokter kecil/Kader Kesehatan Remaja
- PKM ( Patroli Keamanan Madrasah)
- Lomba kebersihan kelas, dan lain-lain

201
2. Pendidikan Kesehatan
a. Penjaringan termasuk pemeriksaan kesehatan;
b. Imunisasi dan upaya pencegahan lain;
c. Pengobatan peserta didik yang dirujuk (kalau ada);
d. Pemberantasan sumber infeksi;
e. Alih teknologi pengetahuan kesehatan/pelayanan kesehatan kepada
guru dan peserta didik dan lain-lain.
3. Pembinaan Lingkungan Sekolah
a. Ruang UKS/M
b. Kantin Madrasah
c. Sumber air bersih dan suci
d. Lomba Madrasah Sehat dan lain-lain
b. Dampak pelaksanaan GEMES terhadap peserta didik
Secara sederhana dampak pelaksanaan GEMES terhadap peserta didik dapat
dilihat, melalui
1. Prosentase rata-rata peserta didik yang sakit;
2. Keadaan berat badan/ tinggi badan (keadaan gizi);
3. Kesehatan/ kebersihan peserta didik secara umum;
4. Kreatifitas dan prestasi peserta didik
c. Pengelolaan GEMES
Kegiatan pengelolaan GEMES yang harus dilaporkan meliputi:
1. Rapat-rapat rutin/ rapat kerja
2. Organisasi Tim pelaksana GEMES
3. Bimbingan dan pengarahan terhadap guru serta pelatihan yang telah diikuti
4. Melakukan konsultasi dan dtudi banding dan lain lain

5. Alur Pelaporan
Laporan pelaksanaan GEMES di madrasah di sampaikan ke GEMES kecamatan secara
teratur

202
F. Rencana Tindak Lanjut ( RTL )
Rencana Tindak Lanjut Gerakan Madrasah Sehat (GEMES) Kementerian Agama
Provinsi Jawa Timur
1. Perlunya pertemuan untuk penyerpurnaan program dan pedoman Gerakan Madrasah
Sehat (GEMES) Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur
2. Hasil dari workshop Gerakan Madrasah Sehat (GEMES) Kementerian Agama Provinsi
Jawa Timur perlu didesiminasikan ke madrasah-madrasah se Jawa Timur
3. Terbentuknya Sekretariat Tetap (Sektap) Usaha Kesehatan Madrasah di madrasah-
madrasah se Jawa Timur
4. Terlaksananya program madrasah sehat secara terpadu dan berkesinambungan
5. Adanya koordinasi dengan pihak-pihak terkait secara intensif.
6. Adanya Evaluasi program Gerakan Madrasah Sehat (GEMES) Kementerian Agama
Provinsi Jawa Timur

F. PENUTUP

1. Kesimpulan
a. Gemes adalah upaya pembentukan kebiasaan hidup sehat di lingkungan Kementrian
Agama yang dilaksanakan secara terpadu, terarah dan bertanggung jawab dalam
menanamkan, menumbuhkan dan melaksanakan prinsip hidup sehat dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Program Gemes ini didukung oleh peran serta semua komponen Madrasah dalam
pengembangannya.
c. Keinginan yang kuat dari pemangku kepentingan untuk melakukan GEMES secara
terus menerus sehingga mencapai tingkat yang diharapkan.
d. Cakupan GEMES meliputi : peserta didik pendidik, tenaga pendidikan dan seluruh
civitas akademika.
e. Penangan permaslahan kesehatan yang terjadi pada peserta didik, antara lain :
- Jasmani rahani
- Sanitasi sehat
- Narkoba dan HIV AIDS

203
204
205
TIM PEYUSUN
GEFA

Nurul Hasanah, S.Pd.


Sunarwan
Muhammad As’adi, M.Pd.
Nastain, M.Pd.I.
Wahyu, S.Ag., M.Pd.I.
Fauzi, S.Pd., M.Pd.I.
Dr. Hanun Asrohah, M.Ag.
Drs. Siswo Widodo, M.Pd.
Erva Hariati
Mufidah Lidiana, S.Pd.I.
Moh. Badrus Sholeh, S.Pd.I., M.Pd.I.
Taufik, Lc.
Drs. Syaifuddin MR, M.Pd.I.
Siti Nurfadillah, S.Pd.
Ali Wafa, S.S.
Dra. Endah Suryani

206
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah terutama pada mata pelajaran Al Qur’an-
Hadits, Akidah-Akhlak dan Fikih, memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Al-Qur’an-Hadits, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar,
memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan
kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Akidah-Akhlak menekankan pada kemampuan memahami keimanan dan
keyakinan Islam sehingga memiliki keyakinan yang kokoh dan mampu
mempertahankan keyakinan/keimanannya serta menghayati dan mengamalkan
nilai-nilai al-Asma’ al-Husna. Akhlak menekankan pada pembiasaan untuk
menerapkan dan menghiasi diri akhlak terpuji (mahmudah) dan menjauhi serta
menghindari diri dari akhlak tercela (mazmumah) dalam kehidupan sehari-hari.
c. Fikih menekankan pada pemahaman yang benar mengenai ketentuan hukum
dalam Islam serta kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang
benar dan baik dalam kehidupan sehari-hari.
Dari ketiga karakteristik PAI di Madrasah di atas, tergambar dengan jelas bahwa
tujuan yang akan dicapai dari PAI di Madrasah adalah terbentuknya peserta didik yang;
a. Memiliki kemampuan baca tulis Al Qur’an-Hadits yang baik dan benar,
memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan
kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Memiliki kemampuan memahami keimanan dan keyakinan Islam sehingga
memiliki keyakinan yang kokoh dan mampu mempertahankan
keyakinan/keimanannya serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-Asma’
al-Husna.
c. Memiliki kemampuan pada pembiasaan untuk menerapkan dan menghiasi diri
akhlak terpuji (mahmudah) dan menjauhi serta menghindari diri dari akhlak
tercela (mazmumah) dalam kehidupan sehari-hari.
d. Memiliki pemahaman yang benar mengenai ketentuan hukum dalam Islam serta
kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik
dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan karakteristik dan tujuan PAI di Madrasah di atas, maka diharapkan setiap
lulusan Madrasah memiliki kemampuan yang holistik dan implementatif baik dari aspek

207
sikap, pengetahuan maupun aspek keterampilan sesuai dengan tingkatannya masing-
masing.
Kondisi di lapangan tujuan PAI di Madrasah tersebut belum sepenuhnya tercapai
dengan baik. Indikator dari belum sepenuhnya tercapai tujuan PAI di Madrasah, antara
lain:
a. Dari aspek sikap (Afektif), sebagian lulusan madrasah masih belum memiliki
sikap spiritual dan sikap sosial yang diharapkan.
b. Dari aspek pengetahuan (Kognitif), nilai rata-rata UAMBD dan UAMBN masih di
bawah standar.
c. Dari aspek keterampilan (Psikomotor), sebagian lulusan madrasah belum
terampil melakukan sesuatu yang sudah dipelajari di Madrasah (seperti; praktik
baca tulis Al Qur’an, praktik wudhu, praktik shalat dan praktik ibadah lainnya).
Terkait dengan aspek Sikap dan Psikomotor, diduga hal ini disebabkan karena
kurangnya aspek pembiasaan dan aspek keteladanan dalam penyelenggaraan PAI di
Madrasah. Untuk itu diperlukan suatu gerakan yang dapat menumbuhkan dan
mengembangkan aspek Sikap dan Psikomotor. Gerakan dimaksud merupakan gerakan
yang mensinergikan antara aspek Sikap dan Psikomotor yang dalam panduan ini disebut
dengan Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA).
Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) merupakan gerakan madrasah untuk
pembentukan peserta didik sebagai individu yang berkarakter dan berkepribadian Islam.
Istilah Furudhul Ainiyah berasal dari kata Furudhul dan Ainiyah. Furudhul terambil dari
kata dasar Fardhu yang berarti kewajiban sedangkan Ainiyah terambil dari kata ‘ain yang
berarti individual. Dengan demikian secara etimologis Furudhul Ainiyah berarti
kewajiban-kewajiban yang bersifat individual.
Sebagai gerakan madrasah maka dalam implementasinya Gerakan Furudhul Ainiyah
(GEFA) membutuhkan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi (KIS) antara madrasah, orang
tua peserta didik dan masyarakat sekitar madrasah. Di madrasah Gerakan Furudhul
Ainiyah (GEFA) memerlukan kerjasama dan dukungan dari stakeholder madrasah
(Yayasan penyelenggara madrasah, pengawas madrasah, komite madrasah, kepala
madrasah, guru dan karyawan madrasah). Dengan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi
(KIS) antara madrasah, orang tua peserta didik dan masyarakat sekitar madrasah serta
kerjasama dan dukungan dari stakeholder madrasah, maka Gerakan Furudhul Ainiyah
(GEFA) dapat berjalan dengan baik yang pada gilirannya akan menghasilkan luluasn yang
memenuhi karakteristik PAI di Madrasah.

208
Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) perlu mengintegrasikan, memperdalam,
memperluas, dan sekaligus menyelaraskan berbagai program dan kegiatan Pendidikan
yang sudah dilaksanakan sampai sekarang. Dalam hubungan ini pengintegrasian dapat
berupa pemaduan kegiatan kelas, luar kelas di madrasah dan luar madrasah
(masyarakat/komunitas); pemaduan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler; pelibatan secara serempak warga madrasah, keluarga dan masyarakat;
perdalaman dan perluasan dapat berupa penambahan dan pengintensifan kegiatan-
kegiatan yang berorientasi pada pengembangan karakter siswa, penambahan dan
pemajanan kegiatan belajar siswa, dan pengaturan ulang waktu belajar siswa di madrasah
atau luar madrasah; kemudian penyelerasan dapat berupa penyesuaian tugas pokok guru,
Manajemen Berbasis Madrasah dan fungsi Komite Madrasah dengan kebutuhan Gerakan
Furudhul Ainiyah (GEFA).
Nilai utama Furudhul Ainiyah merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang
yang mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi
(motivations), dan keterampilan (skills) sebagai manifestasi dari nilai, kemampuan,
kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan. Furudhul
Ainiyah mengandung nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik,
nyata berkehidupan baik dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam
diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Furudhul Ainiyah merupakan kemampuan
individu untuk mengatasi keterbatasan fisiknya dan kemampuannya untuk membaktikan
hidupnya pada nilai-nilai kebaikan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) merupakan gerakan pendidikan di madrasah
untuk memperkuat karakter peserta didik melalui proses pembentukan, transformasi,
transmisi dan pengembangan potensi peserta didik dengan cara harmonisasi olah hati (etik
dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga
(kinestetik) sesuai falsafah hidup Pancasila dan ajaran Islam. Untuk itu diperlukan
dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara madrasah, keluarga dan masyarakat
yang merupakan bagian dari Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA).
Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) merujuk pada lima nilai utama yang meliputi; (1)
religius; (2) wathaniyah; (3) mandiri; (4) ta’awun; dan (5) integritas. Strategi implementasi
GEFA di satuan pendidikan dapat dilakukan melalui kegiatan berikut ini.
a. Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh madrasah
secara teratur dan terjadwal, yang wajib diikuti oleh setiap peserta didik. Program
intrakurikuler berisi berbagai kegiatan untuk meningkatkan Standar Kompetensi

209
Lulusan melalui Kompetensi Dasar yang harus dimiliki peserta didik yang
dilaksanakan madrasah secara terus-menerus setiap hari sesuai dengan kalender
akademik.
b. Kegiatan kokurikuler adalah kegiatan pembelajaran yang terkait dan menunjang
kegiatan intrakurikuler, yang dilaksanakan di luar jadwal intrakurikuler dengan
maksud agar peserta didik lebih memahami dan memperdalam materi intrakurikuler.
Kegiatan kokurikuler dapat berupa penugasan, proyek, ataupun kegiatan
pembelajaran lainnya seperti program ma’had, pembiasaan shalat di awal waktu,
pembiasaan shalat berjama’ah, pembiasaan tadarus al Qur’an, pembiasaan do’a dan
dzikir bersama, pesantren Ramadhan (pesantren Kilat) dan kegiatan sejenis yang
berhubungan dengan materi intrakurikuler yang harus diselesaikan oleh peserta didik.
c. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pengembangan karakter yang dilaksanakan
di luar jam pembelajaran (intrakurikuler). Aktivitas ekstrakurikuler berfungsi
menyalurkan dan mengembangkan minat dan bakat peserta didik dengan
memperhatikan karakteristik peserta didik, kearifan lokal, dan daya dukung yang
tersedia.
2. Dasar Hukum
i. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
j. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan;
k. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK);
l. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti;
m. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pada Satuan Pendidikan formal;
n. Peraturan Menteri Agama Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengawas Madrasah dan
Pengawas Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah, sebagaimana telah diubah dalam
Peraturan Menteri Agama Nomor 31 tahun 2013;
o. Peraturan Menteri Agama Nomor 90 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan
Madrasah, sebagaimana telah diubah dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 60 tahun
2013 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 66 tahun 2016;
p. Peraturan Menteri Agama Nomor 29 tahun 2014 tentang Kepala Madrasah,
sebagaimana telah diubah dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 58 tahun 2017;

210
q. Keputusan Menteri Agama Nomor 117 tahun 2014 tentang Implementasi Kurikulum
2013 di Madrasah;
r. Keputusan Menteri Agama Nomor 207 Tahun 2014, tentang Kurikulum Madrasah;
s. Keputusan Menteri Agama Nomor 165 tahun 2014 tentang Pedoman Kurikulum
Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab;
t. Surat Edaran Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Nomor
Kw.13.4/1/HK.00.8/1925/2012 Tahun 2012, tentang Standar Kecakapan Ubudiyah
dan Ahlakul Karimah (SKUA);
u. Surat Edaran Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Nomor
Kw.13.4/1/HK.00.8/1925/2019 Tahun 2019, tentang Gerakan Ayo Membangun
Madrasah (GERAMM);
3. Nilai-Nilai Utama
Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) sebagai gerakan madrasah untuk pembentukan
peserta didik sebagai individu yang berkarakter dan berkepribadian Islam selain
merupakan pengembangan dari Gerakan Nasional Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK) juga merupakan upaya yang hendak mendorong seluruh stakeholder madrasah
untuk mengadakan perubahan paradigma, yaitu perubahan pola pikir dan cara bertindak,
dalam mengelola madrasah. Untuk itu, GEFA menempatkan lima nilai utama yang akan
dikembangkan. Kelima nilai utama dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Religius
Nilai religius mencerminkan keberimanan terhadap Allah SWT yang
diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama Islam, menghargai
perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan
ibadah, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.
Nilai religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan
manusia dengan Allah (hablum minallaah), manusia dengan sesama manusia
(hablum minannas), dan manusia dengan alam semesta (lingkungan). Nilai
religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan
ciptaan.
Subnilai religius antara lain; cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan
agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar
pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan,
ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi
yang kecil dan tersisih.

211
b. Wathaniyah
Nilai wathaniyah (nasionalis) merupakan cara berpikir, bersikap dan
berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa,
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
Subnilai wathaniyah antara lain; apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga
kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul dan berprestasi, cinta tanah
air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya,
suku dan agama.
c. Mandiri
Nilai mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang
lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan
harapan, mimpi dan cita-cita.
Subnilai mandiri antara lain; etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting,
daya juang, profesional, kreatif, keberanian dan menjadi pembelajar sepanjang
hayat.
d. Ta’awun
Nilai ta’awun (gotong royong) mencerminkan tindakan menghargai
semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama,
menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada
orang-orang yang membutuhkan.
Subnilai ta’awun antara lain; menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen
atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong- menolong, solidaritas,
empati, anti diskriminasi, anti kekerasan dan sikap kerelawanan.
e. Integritas
Nilai integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan
pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-
nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral). Nilai integritas meliputi sikap
tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui
konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran.
Subnilai integritas antara lain; kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen
moral, anti korupsi, keadilan, tanggungjawab, keteladanan, dan menghargai martabat

212
individu (terutama penyandang disabilitas).
Kelima nilai utama bukanlah nilai yang berdiri dan berkembang sendiri-
sendiri melainkan nilai yang berinteraksi satu sama lain, yang berkembang secara
dinamis dan membentuk keutuhan pribadi. Dari nilai utama manapun pendidikan
karakter dimulai, individu dan madrasah perlu mengembangkan nilai-nilai utama
lainnya.
4. Prinsip-prinsip Pengembangan Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA)
Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) dikembangkan dan dilaksanakan dengan
menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Spiritual
Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) berfokus pada penguatan nilai-nilai
spiritual (keagamaan) berupa ketaatan mengerjakan perintah Allah SWT.
Nilai spiritual prinsip-prinsipnya dapat didukung oleh segenap individu
peserta didik, guru, orang tua dan masyarakat.
b. Moderasi Islam
Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) berfokus pada penguatan nilai-nilai
moderat (toleran, terbuka, menghargai keberagaman, menghargai perbedaan) yang
prinsip-prinsipnya dapat didukung oleh segenap individu peserta didik,
guru, orang tua dan masyarakat.
c. Universal
Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) berfokus pada penguatan nilai-nilai moral
universal yang prinsip-prinsipnya dapat didukung oleh segenap individu
dari berbagai macam latar belakang sosial dan budaya.
d. Holistik
Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) dilaksanakan secara holistik, dalam arti
pengembangan fisik (olah raga), intelektual (olah pikir), estetika (olah rasa),
etika dan spiritual (olah hati) dilakukan secara utuh-menyeluruh dan serentak,
baik melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler dan
ekstrakurikuler, berbasis pada pengembangan budaya madrasah maupun
melalui kolaborasi dengan komunitas-komunitas di luar lingkungan
pendidikan.
e. Terintegrasi
Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) dikembangkan dan dilaksanakan dengan
memadukan, menghubungkan dan mengutuhkan berbagai elemen

213
pendidikan, bukan merupakan program tambahan dalam proses
pelaksanaan pendidikan.
f. Partisipatif
Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) dilakukan dengan mengikutsertakan dan
melibatkan publik seluas-luasnya sebagai pemangku kepentingan pendidikan
sebagai pelaksana GEFA. Kepala madrasah, pendidik, tenaga kependidikan,
komite madrasah, dan pihak-pihak lain yang terkait dapat menyepakati
prioritas nilai-nilai utama karakter dan kekhasan madrasah yang diperjuangkan
dalam GEFA, menyepakati bentuk dan strategi pelaksanaan GEFA, bahkan
pembiayaan GEFA.
g. Kearifan Lokal
Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) bertumpu dan responsif pada kearifan lokal
Nusantara yang demikian beragam dan majemuk agar kontekstual dan
membumi. GEFA harus bisa mengembangkan dan memperkuat kearifan
lokal nusantara agar dapat berkembang dan berdaulat sehingga dapat
memberi indentitas dan jati diri peserta didik sebagai bangsa Indonesia.
h. Kecakapan Abad 21
Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) mengembangkan kecakapan-kecakapan
yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk hidup pada abad 21, antara lain
kecakapan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking),
kecakapan berkomunikasi (communication skill), termasuk penguasaan bahasa
internasional, dan kerja sama dalam pembelajaran (collaborative learning).
i. Adil dan Inklusif
Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) dikembangkan dan dilaksanakan
berdasarkan prinsip keadilan, non-diskriminasi, non-sektarian, menghargai
kebinekaan dan perbedaan (inklusif), dan menjunjung harkat dan martabat
manusia.
j. Selaras dengan Perkembangan Peserta Didik
Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) dikembangkan dan dilaksanakan selaras
dengan perkembangan peserta didik baik perkembangan biologis,
psikologis, maupun sosial, agar tingkat kecocokan dan keberterimaannya
tinggi dan maksimal. Dalam hubungan ini kebutuhan-kebutuhan
perkembangan peserta didik perlu memperoleh perhatian intensif.

214
k. Terukur
Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) dikembangkan dan dilaksanakan
berlandaskan prinsip keterukuran agar dapat dimati dan diketahui proses
dan hasilnya secara objektif. Dalam hubungan ini komunitas madrasah
mendeskripsikan nilai-nilai utama yang menjadi prioritas pengembangan di
madrasah dalam sebuah sikap dan perilaku yang dapat diamati dan diukur
secara objektif; mengembangkan program-program penguatan nilai-nilai
yang mungkin dilaksanakan dan dicapai oleh madrasah dan mengerahkan
sumber daya yang dapat disediakan oleh madrasah dan pemangku
kepentingan pendidikan.
5. Fokus Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA)
Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) berfokus pada struktur yang sudah ada dalam
sistem pendidikan nasional. Terdapat tiga struktur yang dapat digunakan sebagai
wahana, jalur, dan medium untuk memperkuat pendidikan karakter bangsa, yaitu:
Pertama, Struktur Program, antara lain jenjang dan kelas, ekosistem madrasah,
penguatan kapasitas guru; Kedua, Struktur Kurikulum, antara lain kegiatan pembentukan
karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran(intrakurikuler), kokurikuler, dan
ekstrakurikuler; Ketiga, Struktur Kegiatan, antara lain berbagai program dan kegiatan
yang mampu mensinergikan empat dimensi pengolahan karakter (olah raga, olah pikir,
olah rasa dan olah hati).
a. Struktur Program
Struktur program meliputi jenjang dan kelas (RA, MI, MTs dan MA).
Pelaksanaan GEFA pada tiap jenjang melibatkan dan memanfaatkan
ekosistem pendidikan yang ada di lingkungan madrasah. Pemanfaatan dan
pelibatan ekosistem pendidikan memperkuat dimensi lokal kontekstual
pendidikan di daerah, sehingga GEFA tidak terlepas dari nilai-nilai karakter
yang tumbuh dan berkembang pada ekosistem pendidikan yang sudah ada.
Berbagai pemangku kepentingan yang ada pada ekosistem pendidikan
tersebut ikut serta dan bersama- sama bertanggungjawab dan bersinergi untuk
memperkuat pembentukan karakter sebagai modal dasar untuk mewujudkan
warga masyarakat yang lebih berbudaya dan memiliki jati diri bangsa di masa
mendatang.
Pelaku kunci dalam GEFA adalah kepala madrasah, pendidik, tenaga
kependidikan, komite madrasah, dan pemangku kepentingan lain yang relevan

215
dalam pengembangan GEFA. Masing-masing pihak perlu memahami tugas dan
fungsinya dalam rangka keberhasilan pelaksanaan program GEFA. Lebih dari itu,
kehadiran orang dewasa di lingkungan pendidikan adalah sebagai guru, yaitu
mereka yang digugu (diikuti) dan ditiru (diteladani) oleh para siswa. Ini berlaku
bagi siapapun yang terlibat dalam kegiatan pendidikan.
b. Struktur Kurikulum
Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) tidak mengubah kurikulum yang sudah
ada, melainkan optimalisasi kurikulum pada satuan pendidikan. GEFA perlu
dilaksanakan di satuan pendidikan melalui berbagai cara sesuai dengan kerangka
kurikulum yaitu alokasi waktu minimal yang ditetapkan dalam Kerangka Dasar
dan Struktur Kurikulum, dan kegiatan ekstrakurikuler yang dikelola oleh satuan
pendidikan sesuai dengan peminatan dan karakteristik peserta didik, kearifan
lokal, daya dukung, dan kebijaksanaan satuan pendidikan masing-masing.
Pelaksanaan GEFA disesuaikan dengan kurikulum pada satuan pendidikan
masing-masing dan dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu:
1) Mengintegrasikan pada mata pelajaran yang ada di dalam struktur
kurikulum dan mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok) melalui kegiatan
intrakurikuler dan kokurikuler. Sebagai kegiatan intrakurikuler dan
kokurikuler, setiap guru menyusun dokumen perencanaan pembelajaran
berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai mata
pelajarannya masing-masing. Nilai-nilai utama Furudhul Ainiyah
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran sesuai topik utama nilai yang akan
dikembangkan/dikuatkan pada sesi pembelajaran tersebut dan sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran masing-masing.
2) Mengimplementasikan GEFA melalui kegiatan ekstrakurikuler yang
ditetapkan oleh satuan pendidikan. Pada kegiatan ekstrakurikuler, satuan
pendidikan melakukan penguatan kembali nilai-nilai Furudhul Ainiyah
melalui berbagai kegiatan. Kegiatan ekskul dapat dilakukan melalui kolaborasi
dengan masyarakat dan pihak lain/lembaga yang relevan, sesuai dengan
kebutuhan dan kreativitas satuan pendidikan.
3) Kegiatan pembiasaan melalui budaya madrasah dibentuk dalam proses
kegiatan rutin, spontan, pengkondisian dan keteladanan warga madrasah.
Kegiatan-kegiatan dilakukan di luar jam pembelajaran untuk memperkuat
pembentukan karakter sesuai dengan situasi, kondisi, ketersediaan sarana dan

216
prasarana di setiap satuan pendidikan.
Selain struktur dalam kurikulum, GEFA juga memiliki struktur pendukung
lain yang terdiri atas:
1) Ekosistem dan budaya madrasah; mewujudkan tata kelola yang sehat,
hubungan antarwarga madrasah yang harmonis dan saling menghargai,
lingkungan madrasah yang bersih, ramah, sehat, aman, dan damai.
2) Pendidikan keluarga dan masyarakat; menjalin keselarasan antara
pendidikan di madrasah, lingkungan keluarga, dan masyarakat.
c. Struktur Kegiatan
Struktur kegiatan GEFA merupakan pilihan berbagai macam kegiatan
bagi pembentukan karakter peserta didik yang menyeimbangkan keempat
dimensi pengolahan pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, yaitu olah raga,
olah pikir, olah rasa dan olah hati. Madrasah bisa memilih struktur kegiatan
yang akan mendorong terbentuknya keunikan, kekhasan, dan keunggulan
madrasah (school branding). Pilihan prioritas kegiatan GEFA diharapkan dapat
mendorong madrasah menemukan branding yang menggambarkan kekhasan
dan keragaman budaya masing-masing.
Kegiatan-kegiatan yang mendukung terbentuknya branding madrasah
antara lain: kegiatan akademik, non-akademik seperti olahraga, kegiatan
ekstrakurikuler, pemanfaatan perpustakaan (mengatur jadwal berkunjung,
mengikuti lomba perpustakaan, dan pemberian penghargaan kepada siswa
dan guru yang secara rutin hadir di perpustakaan), dan pemanfaatan potensi
lingkungan, seperti sanggar seni dan museum.
6. Basis Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA)
Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) dapat dilaksanakan dengan berbasis struktur
kurikulum yang sudah ada dan mantap dimiliki oleh madrasah, yaitu pendidikan
berbasis kelas, budaya madrasah, dan masyarakat/komunitas.
a. Gerakan Furudhul Ainiyah Berbasis Kelas
1) Mengintegrasikan proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi kurikulum
dalam mata pelajaran, baik itu secara tematik maupun terintegrasi dalam mata
pelajaran.
2) Memperkuat manajemen kelas, pilihan metodologi dan evaluasi pengajaran.
3) Mengembangkan muatan lokal sesuai dengan kebutuhan daerah.
b. Gerakan Furudhul Ainiyah Berbasis Budaya Madrasah

217
1) Menekankan pada pembiasaan nilai-nilai utama dalam keseharian madrasah.
2) Menonjolkan keteladanan orang dewasa di lingkungan pendidikan.
3) Melibatkan seluruh ekosistem pendidikan di madrasah.
4) Mengembangkan dan memberi ruang yang luas pada segenap potensi siswa
melalui kegiatan ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler.
5) Memberdayakan manajemen dan tata kelola madrasah.
6) Mempertimbangkan norma, peraturan dan tradisi madrasah.
c. Gerakan Furudhul Ainiyah Berbasis Masyarakat
1) Memperkuat peranan Komite Madrasah dan orang tua sebagai pemangku
kepentingan utama pendidikan.
2) Melibatkan dan memberdayakan potensi lingkungan sebagai sumber
pembelajaran seperti keberadaan dan dukungan pegiat seni dan budaya, tokoh
masyarakat, dunia usaha, dan dunia industri.
3) Mensinergikan implementasi GEFA dengan berbagai program yang ada dalam
lingkup akademisi, pegiat pendidikan dan LSM.
4) Mensinkronkan program dan kegiatan melalui kerja sama dengan lembaga
pemerintahan dan masyarakat pada umumnya
7. Tujuan Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA)
Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Mengembangkan blue print GEFA yang meletakkan makna dan nilai utama
sebagai jiwa atau generator utama penyelenggaraan pendidikan.
b. Membangun dan membekali peserta didik madrasah sebagai Generasi Emas
Indonesia 2045 menghadapi dinamika perubahan di masa depan dengan
keterampilan abad 21 dengan nilai-nilai Furudhul Ainiyah .
c. Menjadikan Furudhul Ainiyah sebagai ruh dan fondasi pendidikan melalui
harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir
(literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik).
d. Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan (kepala
madrasah, guru, peserta didik, pengawas dan komite madrasah) untuk
mendukung implementasi GEFA.
e. Membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik) sebagai sumber-sumber
belajar di dalam dan di luar madrasah.

218
8. Manfaat dan Implikasi Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA)
Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) memiliki manfaat dan implikasi sebagai
berikut:
Manfaat Aspek Penguatan
1. Penguatan Furudhul Ainiyah peserta didik 1. Revitalisasi manajemen berbasis
dalam mempersiapkan daya saing siswa madrasah
dengan kompetensi abad 21, yaitu: berpikir
kritis, kreativitas, komunikasi, dan
kolaborasi
2. Pembelajaran dilakukan terintegrasi di 2. Sinkronisasi intra-kurikuler, ko-kurikuler,
madrasah dan di luar madrasah dengan ekstrakurikuler, dan non-kurikuler, serta
pengawasan guru madrasah terintegrasi dengan kegiatan
komunitas seni budaya, bahasa dan
sastra, olahraga, sains, serta keagamaan
3. Revitalisasi peran Kepala Madrasah sebagai 3. Deregulasi penguatan kapasitas dan
manager dan Guru sebagai inspirator GEFA kewajiban Kepala Madrasah/Guru
4. Revitalisasi Komite Madrasah sebagai badan 4. Penyiapan prasarana/sarana belajar
gotong royong madrasah dan partisipasi (misal: pengadaan buku, konsumsi,
masyarakat peralatan kesenian, alat peraga, dll)
melalui pembentukan jejaring kolaborasi
pelibatan publik
5. Kolaborasi antar Keluarga dan ligkungan, 5. Pengorganisasian dan sistem rentang
Pemda, lembaga masyarakat, penggiat kendali pelibatan publik yang transparan
pendidikan dan sumber-sumber belajar dan akuntabel
lainnya

B. TATA KELOLA DAN DAYA DUKUNG


1. Tata Kelola Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA)
Pengorganisasian Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) merupakan mekanisme
koordinasi seluruh pemangku kepentingan atau ekosistem pendidikan yang terkait dengan
penyelenggaraan GEFA. Seluruh pelaku membentuk jejaring dan kolaborasi secara
terintegrasi, sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Gerakan Furudhul Ainiyah diinisiasi oleh Bidang Pendidikan Madrasah Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur yang melakukan koordinasi sektoral
219
dengan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Bidang Pendidikan
Madrasah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur bertugas dan
berperan menetapkan kebijakan Gerakan Furudhul Ainiyah.
Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota melalui Seksi Pendidikan Madrasah
memegang peranan penting dalam mendampingi, membina, dan mengarahkan satuan
pendidikan dalam pelaksanaan GEFA. Kepala madrasah sebagai pengelola satuan
pendidikan bertanggung jawab mengkoordinasikan dan memanfaatkan semua potensi dan
sumber daya pendidikan untuk melaksanakan GEFA.
Gerakan Furudhul Ainiyah dapat dilaksanakan secara integratif dan kolaboratif,
sebagaimana dibahas berikut ini.
a. Integratif adalah pembelajaran yang mengintegrasikan pengembangan Furudhul
Ainiyah dengan substansi mata pelajaran secara kontekstual. Kontekstual yang
dimaksud dimulai dari perencanaan pembelajaran sampai dengan penilaian.
b. Kolaboratif adalah pembelajaran yang mengkolaborasikan dan memberdayakan
berbagai potensi sebagai sumber belajar dan/atau pelibatan masyarakat yang
mendukung Gerakan Furudhul Ainiyah.
2. Sarana Prasarana dan Pembiayaan Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA)
Madrasah menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam rangka
mendukung pelaksanaan Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) secara utuh dan
menyeluruh. Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang menjadi kewajiban
pemerintah tetap perlu ditingkatkan. Sedangkan peningkatan kualitas sarana dan
prasarana madrasah yang dapat dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan konteks madrasah perlu dikembangkan. Adapun sarana dan
prasarana yang diperlukan dalam pengembangan GEFA antara lain: masjid/mushalla,
ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang kegiatan keagamaan, ruang
keterampilan, ruang kesenian, fasilitas olah raga, dan peralatan pendidikan lainnya.
Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) tidak dimaksudkan untuk memberikan beban
biaya tambahan pada madrasah dan orang tua. Pembiayaan pelaksanaan GEFA dapat
melibatkan seluruh pemangku kepentingan secara mandiri dan gotong royong.
Pembiayaan pelaksanaan GEFA menjadi tanggung jawab bersama antara satuan
pendidikan dan komite madrasah. Satuan pendidikan dapat juga bermitra dengan
perguruan tinggi, asosiasi profesi, komunitas masyarakat, serta Dunia Usaha dan Dunia
Industri (DUDI) melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). Sumber-sumber
pembiayaan madrasah untuk pengembangan GEFA di luar pemasukan rutin madrasah

220
perlu dikembangkan dengan memperhatikan prinsip transparansi dan akuntabilitas serta
memperhatikan peraturan-peraturan terkait dengan sumbangan pendidikan yang berlaku.
3. Pelaksana dan Pemangku Kepentingan Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA)
Pelaksanaan Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) yang menjadi tanggung jawab
Bidang Pendidikan Madrasah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa
Timur sampai dengan satuan pendidikan dapat melibatkan berbagai pelaksana dan
pemangku kepentingan pendidikan berdasarkan kedudukan, fungsi dan peranan
masing-masing. Fungsi dan peranan masing-masing pihak dideskripsikan sebagai
berikut:
a. Kanwil Kemenag Jatim (Bidang Pendma)
1) Membuat peraturan tentang pelaksanaan Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA);
2) Menyusun kebijakan pelaksanaan GEFA;
3) Melakukan sinergi dan implementasi kebijakan GEFA dengan lembaga terkait;
4) Menyusun dan mengembangkan materi GEFA;
5) Melakukan sosialisasi dan menumbuhkan inisiasi pelaksanaan GEFA;
6) Melaksanaan pengembangan SDM GEFA;
7) Memberikan dukungan sarana dan prasarana program GEFA;
8) Memberikan pendampingan pelaksanaan program GEFA; dan
9) Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program GEFA.
b. Kantor Kemenag Kabupaten/Kota (Seksi Pendma)
1) Melaksanakan koordinasi implementasi pelaksanaan program GEFA dengan
Pokjawas, KKM/MKKM dan satuan pendidikan;
2) Melakukan sinergi dan implementasi kebijakan GEFA dengan pihak terkait di
tingkat kabupaten/kota;
3) Memberikan dukungan pelaksanaan program GEFA pada satuan pendidikan;
4) Memberikan dukungan sarana dan prasarana program GEFA pada satuan
pendidikan;
5) Memberikan pendampingan pelaksanaan program GEFA pada satuan
pendidikan; dan
6) Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program GEFA di satuan
pendidikan.
c. Pengawas Madrasah
1) Memberikan keteladanan kepada seluruh komunitas madrasah sebagai
perwujudan dari pelaksanaan program GEFA;

221
2) Mengidentifikasi dan mengoptimalkan berbagai potensi/keunggulan
madrasah binaan dalam implementasi GEFA;
3) Memetakan branding implementasi GEFA di madrasah-madrasah binaan untuk
dijadikan rujukan bagi madrasah binaan lain;
4) Mendampingi dan mendukung kepala madrasah, guru, dan peserta didik untuk
mengimplementasikan nilai-nilai GEFA sesuai dengan branding madrasah;
5) Mengevaluasi implementasi GEFA di madrasah binaan;
6) Mendampingi penyusunan tindak lanjut hasil evaluasi implementasi GEFA di
madrasah binaan;
7) Membantu menjelaskan secara komprehensif kepada pihak
terkait/komunitas madrasah tentang konsep, tujuan, dan manfaat GEFA; dan
8) Memastikan GEFA diterapkan secara utuh dan menyeluruh melalui
implementasi kurikulum dan metode pembelajaran di madrasah binaan.
d. Satuan Pendidikan
1) Kepala Madrasah/Ketua Yayasan
Kepala Madrasah/Ketua Yayasan bersama dengan komunitas madrasah
lainnya:
a) Memberikan keteladanan kepada seluruh komunitas madrasah sebagai
perwujudan dari pelaksanaan program GEFA;
b) Menyusun danmengimplementasikanVisi,Misi Madrasah;
c) Menetapkan branding madrasah terkait pelaksanaan program GEFA;
d) Menyusun RKS dan RKAS yang mengakomodasi program GEFA;
e) Melaksanakan sosialisasi program GEFA di satuan pendidikan;
f) Mewujudkan budaya madrasah yang mendukung pelaksanaan program
GEFA;
g) Memfasilitasi pendidik dan tenaga kependidikan dalam
mengimplementasikan program GEFA;
h) Mendampingi pendidik dan peserta didik dalam pelaksanaan program
GEFA;
i) Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program GEFA;
j) Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi
pelaksanaan program GEFA; dan
k) Membuat dokumentasi pelaksanaan kegiatan GEFA.

222
2) Pendidik
a) Memberikan keteladanan kepada seluruh komunitas madrasah sebagai
perwujudan dari pelaksanaan program GEFA;
b) Menyusun RPP, melaksanakan pembelajaran, dan penilaian yang
mengintegrasikan nilai-nilai utama GEFA;
c) Menggunakan metode pembelajaran yang mengembangkan kemampuan
berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif;
d) Memberikan keteladanan kepada seluruh komunitas madrasah sebagai
perwujudan dari pelaksanaan program GEFA;
e) Mendukung terbentuknya relasi yang baik antarpendidik, peserta didik,
dan seluruh komunitas madrasah di dalam kelas maupun di luar kelas;
f) Membangun lingkungan belajar yang mengapresiasi dan menghargai
keunikan individu;
g) Mengoptimalkan fungsi KKG dan MGMP untuk pengembangan
pembelajaran berbasis GEFA;
h) Mengembangkan kegiatan kokurikuler berbasis GEFA;
i) Melaksanakan program ekstrakurikuler berbasis GEFA;
j) mengoptimalkan peran dan fungsi bimbingan dan konseling dalam
pelaksanaan program GEFA; dan
k) Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program GEFA.
3) Tenaga Kependidikan
a) Memberikan keteladanan kepada seluruh komunitas madrasah sebagai
perwujudan dari pelaksanaan program GEFA;
b) Mendukung terbentuknya relasi yang baik antar tenaga kependidikan,
pendidik, peserta didik dan seluruh komunitas madrasah di dalam
lingkungan satuan pendidikan; dan
c) Mendukung pelaksanaan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan
ekstrakuri-kuler berbasis GEFA.
4) Komite Madrasah
a) Memberikan keteladanan kepada seluruh komunitas madrasah sebagai
perwujudan dari pelaksanaan program GEFA;
b) Mendukung pelaksanaan program GEFA secara mandiri dan gotong royong;
c) Mendukung pelaksanaan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan
ekstrakuri-kuler berbasis GEFA;

223
d) Mendukung pelaksanaan kebijakan lima hari madrasah;
e) Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program GEFA; dan
f) Menciptakan suasana rumah yang kondusif dalam penanaman nilai-nilai
furudhul ainiyah.
g) Komunitas Masyarakat dan Organisasi Profesi
5) Memberikan keteladanan kepada seluruh komunitas madrasah sebagai
perwujudan dari pelaksanaan program GEFA;
6) Memberikan dukungan pada satuan pendidikan dalam pelaksanaan program
GEFA;
7) Menjadi mitra dan/atau relawan satuan pendidikan dalam pelaksanaan program
GEFA sesuai dengan kompetensi dan profesi masing-masing; dan
8) Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program GEFA.
e. Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI)
1) Memberikan keteladanan kepada seluruh komunitas madrasah sebagai
perwujudan dari pelaksanaan program GEFA;
2) Mendukung pelaksanaan GEFA di satuan pendidikan melalui program CSR
(CorporateSocialResponsibility);
3) Menjadi mitra dan/atau relawan satuan pendidikan dalam pelaksanaan
program GEFA sesuai dengan kapasitas dan ruang lingkup DUDI masing-
masing; dan
4) Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengenal dunia kerja
dalam rangka menumbuhkan jiwa kemandirian.
f. Media Massa (Cetak dan Elektronik)
1) memberikan keteladanan kepada seluruh komunitas madrasah dan masyarakat
sebagai perwujudan dari dukungan pelaksanaan program GEFA;
2) Sosialisasi dan informasi yang mendukung pelaksanaan program GEFA;
3) Mendukung kegiatan dan menyebarluaskan praktik-praktik baik gerakan GEFA
kepada masyarakat;
g. Perguruan Tinggi
1) Memberikan keteladanan kepada seluruh komunitas madrasah, perguruan
tinggi, dan masyarakat sebagai perwujudan dari dukungan pelaksanaan program
GEFA;
2) Melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi terutama melalui program
pengabdian masyarakat yang berbasis GEFA;

224
3) Memberikan dukungan pada satuan pendidikan sesuai dengan kompetensi
masing-masing perguruan tinggi; dan
4) Menjalin kerja sama dengan satuan pendidikan untuk peningkatan kualitas dan
kapasitas pendidik dalam program GEFA.
h. Ikatan Alumni Satuan Pendidikan
1) Memberikan keteladanan kepada seluruh komunitas madrasah dan masyarakat
sebagai perwujudan dari dukungan pelaksanaan program GEFA;
2) Menjadi mitra dan/atau relawan satuan pendidikan dalam pelaksanaan
program GEFA sesuai dengan kapasitas dan kompetensi masing-masing; dan
3) Memberikan dukungan pada satuan pendidikan dalam pelaksanaan program
GEFA.
4. Pengembangan Sumber Daya Manusia Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA)
Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) perlu dilakukan secara terpadu dan
berkesinambungan oleh berbagai pihak terkait sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan
kewenangannya. Untuk itu, perlu dilakukan upaya penyiapan dan pengembangan SDM
GEFA secara terencana dan terpadu. Salah satu upaya yang dilakukan melalui
pengembangan kapasitas SDM pendidikan, antara lain dalam bentuk pelatihan dan
bimbingan teknis. Komponen SDM yang diperlukan dalam GEFA meliputi: (1)
narasumber, (2) fasilitator, (3) tim pendamping kabupaten/kota, (4) pengawas, (5)
kepala madrasah, (6) guru, dan (7) komite madrasah.
a. Mekanisme Pengembangan Kapasitas SDM
Pengembangan kapasitas SDM GEFA dilakukan melalui sistem pelatihan berjenjang
dengan mempertimbangkan aspek jumlah sasaran, luas wilayah, serta biaya yang
tersedia. Penjenjangan SDM untuk GEFA adalah narasumber, fasilitator provinsi,
dan fasilitator madrasah.
b. Tugas Komponen Tim Pengembang Kapasitas SDM GEFA
Setiap tim dalam komponen pengembangan memiliki tugas pokok berbeda sebagai
bagian dari satu kesatuan pengembangan kapasitas SDM GEFA, antara lain:
1) Narasumber
Narasumber pusat bertanggung jawab dalam: (1) melatih fasilitator di tingkat
provinsi;(2) mendampingi fasilitator di tingkat provinsi pada saat melakukan
pelatihan kepada pengawas dan satuan pendidikan (kepala madrasah, guru,
komite madrasah); dan/atau (3) mendampingi pelaksanaan GEFA di tingkat
satuan pendidikan terutama di madrasah piloting.

225
2) Fasilitator Kabupaten/Kota
Fasilitator bertanggung jawab dalam; (1) melatih pengawas, kepala madrasah,
guru, dan komite madrasah; (2) mendampingi pelaksanaan GEFA di tingkat satuan
pendidikan; dan (3) melaksanakan pendampingan di madrasah mandiri.
3) Fasilitator Madrasah
Fasilitator madrasah bertanggung jawab dalam; (1) pengembangan tindak lanjut
pasca- pelatihan di tingkat satuan pendidikan; (2) pengembangan program GEFA
di satuan pendidikan imbas; dan (3) pendampingan di madrasah mandiri.

C. IMPLEMENTASI GERAKAN FURUDHUL AINIYAH


1. Gerakan Furudhul Ainiyah Berbasis Kelas
a. Pengintegrasian GerakanFurudhul Ainiyah dalam Kurikulum
Pengintegrasian Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) dalam kurikulum
mengandung arti bahwa pendidik mengintegrasikan nilai-nilai utama GEFA ke
dalam proses pembelajaran dalam setiap mata pelajaran. Pembelajaran yang
mengintegrasikan nilai-nilai utama GEFA dimaksudkan untuk menumbuhkan dan
menguatkan pengetahuan, menanamkan kesadaran, dan mempraktikkan nilai-nilai
utama GEFA. Pendidik dapat memanfaatkan secara optimal materi yang sudah
tersedia di dalam kurikulum secara kontekstual dengan penguatan nilai-nilai
utama GEFA.
Langkah-langkah menerapkan GEFA melalui pembelajaran terintegrasi dalam
kurikulum, dapat dilaksanakan dengan cara:
1) Melakukan analisis KD melalui identifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam
materi pembelajaran;
2) Mendesain RPP yang memuat fokus penguatan karakter dengan memilih metode
pembelajaran dan pengelolaan (manajemen) kelas yang relevan;
3) Melaksanakan pembelajaran sesuai skenario dalam RPP;
4) Melaksanakan penilaian otentik atas pembelajaran yang dilakukan; dan
5) Melakukan refleksi dan evaluasi terhadap keseluruhan proses pembelajaran.

b. Pengintegrasian GerakanFurudhul Ainiyah Melalui Manajemen Kelas


Manajemen kelas (pengelolaan kelas) adalah momen pendidikan yang
menempatkan para guru sebagai individu yang berwenang dan memiliki otonomi
dalam proses pembelajaran untuk mengarahkan, membangun kultur pembelajaran,

226
mengevaluasi dan mengajak seluruh komunitas kelas membuat komitmen bersama
agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan berhasil. Pendidik memiliki
kewenangan dalam mempersiapkan (sebelum masuk kelas), mengajar, dan setelah
pengajaran, dengan mempersiapkan skenario pembelajaran yang berfokus padanilai-
nilai utama karakter. Manajemen kelas yang baik akan membantu peserta didik
belajar dengan lebih baik dan dapat meningkatkan prestasi belajar.
Dalam proses pengelolaan dan pengaturan kelas terdapat momen penguatan
nilai-nilai Furudhul Ainiyah. Contohnya, sebelum memulai pelajaran pendidik
bisa mempersiapkan peserta didik untuk secara psikologis dan emosional
memasuki materi pembelajaran, untuk menanamkan nilai kedisiplinan dan
komitmen bersama, guru bersama peserta didik membuat komitmen kelas yang
akan disepakati pada saat peserta didik belajar. Aturan ini dikomunikasikan,
didialogkan, dan disepakati bersama dengan peserta didik. Tujuan pengaturan
kelas adalah agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan membantu setiap
individu berkembang maksimal dalam belajar. Pengelolaan kelas yang baik dapat
membentuk penguatan Furudhul Ainiyah. Berikut ini contoh pengelolaan kelas
yang berusaha memberikan penguatan Furudhul Ainiyah.
1) Peserta didik menjadi pendengar yang baik atau menyimak saat guru
memberikan penjelasan di dalam kelas (dapat menguatkan nilai saling
menghargai dan toleransi).
2) Peserta didik mengangkat tangan/mengacungkan jari kepada guru sebelum
mengajukan pertanyaan/tanggapan, setelah diizinkan oleh guru ia baru
boleh berbicara (dapat menguatkan nilai saling menghargai dan percaya
diri).
3) Pemberian sanksi yang mendidik kepada peserta didik sebagai konsekuensi
dan bentuk tanggung jawab bila terjadi keterlambatan dalam mengerjakan
atau mengumpulkan tugas (dapat menguatkan nilai disiplin, bertanggung
jawab, dan komitmen diri).
4) Guru mendorong peserta didik melakukan tutor teman sebaya, siswa yang
lebih pintar diajak untuk membantu temannya yang kurang dalam belajar
dan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru (dapat
menguatkan nilai gotong royong, kepedulian sosial, percaya diri, dan
bertanggung jawab).
Pengelolaan kelas tidak bisa diredusir sekadar sebagai pengaturan tatanan

227
lingkungan fisik di kelas, melainkan perlu lebih berfokus pada bagaimana
mempersiapkan peserta didik agar memiliki kesiapan fisik, mental, psikologis, dan
akademis untuk menjalani proses pembelajaran secara lebih produktif.

c. Pengintegrasian GerakanFurudhul Ainiyah Melalui Pilihan dan Penggunaan


Metode Pembelajaran
Gerakan Furudhul Ainiyah terintegrasi dalam kurikulum dilakukan melalui
pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat.
Guru harus pandai memilih agar metode pembelajaran yang digunakan secara
tidak langsung menanamkan pembentukan karakter peserta didik. Metode
pembelajaran yang dipilih harus dapat membantu guru dalam memberikan
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan peserta didik. Melalui metode
tersebut diharapkan siswa memiliki keterampilan yang dibutuhkan pada abad XXI,
seperti kecakapan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative
thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skill), termasuk penguasaan
bahasa internasional, dan kerja sama dalam pembelajaran (collaborative learning).
Beberapa metode pembelajaran yang dapat dipilih guru secara kontekstual,
antara lain:
1) Metode pembelajaran saintifik (scientific Llearning), sebagai metode pembelajaran
yang didasarkan pada proses keilmuan dengan langkah kegiatan mulai dari
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis
data, dan menarik simpulan.
2) Metode inquiry/discovery learning, yaitu penelitian/penyingkapan. Dalam
Webster’s Collegiate Dictionary inquiry didefinisikan sebagai “bertanya
tentang” atau “mencari informasi dengan cara bertanya”, sedangkan dalam
kamus American Heritage, discovery disebut sebagai “tindakan menemukan”,
atau “sesuatu yang ditemukan lewat suatu tindakan”.
3) Metode pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning),yaitu metode
pembelajaran yang memfokuskan pada identifikasi serta pemecahan masalah
nyata, praktis, kontekstual,berbentuk masalah yang strukturnya tidak jelas atau
belum jelas solusinya(ill-structured) atau open ended yang ada dalam kehidupan
siswa sebagai titik sentral kajian untuk dipecahkan melalui prosedur ilmiah dalam
pembelajaran, yang kegiatannya biasanya dilaksanakan secara berkelompok.

228
4) Metode pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), yaitu
pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai media dalam proses
pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivitas siswa untuk
menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis,
membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan
pengalaman nyata.
5) Metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning),yaitu suatu model
pembelajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil (umumnya
terdiri dari 4-5 orang siswa) dengan keanggotaan yang heterogen (tingkat
kemampuan, jenis kelamin, dan suku/ras berbeda). Dalam menyelesaikan tugas
kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami
suatu bahan pembelajaran.
6) Metode pembelajaran berbasis teks (text-based instruction/genre- based
instruction), yaitu pembelajaran yang berorientasi pada kemampuan siswa untuk
menyusun teks. Metode pembelajaran ini mendasarkan diri pada pemodelan teks
dan analisis terhadap fitur-fiturnya secara eksplisit serta fokus pada hubungan
antara teks dan konteks penggunaannya. Perancangan unit-unit pembelajarannya
mengarahkan siswa agar mampu memahami dan memproduksi teks baik lisan
maupun tulis dalam berbagai konteks. Untuk itu, siswa perlu memahami fungsi
sosial, struktur, dan fitur kebahasaan teks.
Pilihan dan penggunaan metode-metode pembelajaran tersebut dapat
dilaksanakan dengan beberapa strategi, antara lain:
1) Pembelajaran kolaboratif (collaborative learning)
Melalui pembelajaran ini, peserta didik berlatih bagaimana bekerja sama dengan
orang lain untuk menyelesaikan sebuah proyek bersama. Fokus nilai dan
keterampilan yang menjadi sasaran dalam strategi pembelajaran kolaboratif adalah
kemampuan bekerja sama.
2) Presentasi
Peserta didik diminta untuk mempresentasikan hasil pemikiran, tulisan, dan
kajiannya di depan kelas. Nilai yang dibangun dengan strategi ini adalah rasa
percaya diri, kemampuan berkomunikasi dan menyampaikan gagasan, serta
kemampuan untuk mempertahankan pendapat dalam berargumentasi. Bagi peserta
didik yang mempresentasikan, ia akan berlatih berargumentasi dengan baik. Bagi

229
teman-teman sekelas, mereka akan belajar mengkritisi sebuah argumentasi dengan
memberikan argumentasi lain yang lebih rasional dan berdasarkan data/fakta.
Strategi ini akan memperkuat kemampuan untuk berpikir kritis dan meningkatkan
kemampuan berkomunikasi peserta didik.
3) Diskusi
Dalam pembelajaran, peserta didik perlu dilibatkan secara aktif bersama teman-
temannya secara berkelompok, berintegrasi secara verbal, saling bertukar pikiran
dan informasi, saling mempertahankan pendapat, mengajukan usulan dan gagasan
yang lebih baik, serta bersama-sama memecahkan masalah tertentu dalam
pembelajaran. Fokus Gerakan Furudhul Ainiyah pada strategi ini adalah
kemampuan berpikir kritis, kemampuan berkomunikasi, menghargai pendapat
orang lain, percaya diri, dan mempengaruhi orang lain melalui tata cara
berargumentasi yang baik.
4) Debat
Peserta didik perlu diberi kesempatan untuk beradu argumentasi dalam sebuah
perdebatan yang topiknya dipilih secara aktual dan kontekstual, agar mereka dapat
mempertahankan argumentasinya secara logis, rasional, dengan bahasa yang
komunikatif dan memikat perhatian pendengar (audiens). Fokus Gerakan
Furudhul Ainiyah pada strategi ini adalah kemampuan berpikir kritis, kemampuan
berkomunikasi, percaya diri dan mempengaruhi orang lain melalui tata cara
berargumentasi yang baik.
5) Pemanfaatan TIK
Dalam pembelajaran, peserta didik dapat memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) dalam rangka menyelesaikan tugas-tugas madrasah. Dengan
memanfaatkan TIK untuk pembelajaran, diharapkan kemampuan peserta didik
dalam menggunakan sarana TIK lebih baik, pembelajaran pun lebih efektif dan
menarik. Fokus pada kegiatan ini adalah literasi digital.
d. Pengintegrasian GerakanFurudhul Ainiyah Melalui Pembelajaran Tematis
Gerakan Furudhul Ainiyah melalui pembelajaran tematis adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh satuan pendidikan dengan
mengalokasikan waktu khusus untuk mengajarkan nilai-nilai tertentu. Tema-tema
yang mengandung nilai utama GEFA diajarkan dalam bentuk pembelajaran di kelas
ini diharapkan semakin memperkaya praksis GEFA di madrasah. Satuan
pendidikan mendesain sendiri tema dan prioritas nilai utama apa yang akan mereka
tekankan. Satuan pendidikan dapat menyediakan guru khusus atau
memberdayakan guru yang ada untuk mengajarkan materi tentang nilai-nilai
tertentu untuk memperkuat Gerakan Furudhul Ainiyah.

230
INSTRUMEN

231
e. Pengintegrasian GerakanFurudhul Ainiyah Melalui Pembiasaan Standar
Kecakapan Ubudiyah dan Akhlakul Karimah (SKUA)
Gerakan Furudhul Ainiyah melalui pembiasaan Standar Kecakapan Ubudiyah
dan Akhlakul Karimah (SKUA) merupakan penguatan dari pelaksanaan Standar
Kecakapan Ubudiyah dan Akhlakul Karimah (SKUA) yang telah berjalan di madrasah
sebagaimana Surat Edaran Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur
Nomor: Kw.13.4/1/HK.00.8/1925/2012, tentang Standar Kecakapan Ubudiyah dan
Akhlakul Karimah (SKUA). Dalam Gerakan Furudhul Ainiyah, Standar Kecakapan
Ubudiyah dan Akhlakul Karimah (SKUA) yang meliputi kecakapan Al Qur’an-Hadits,
Aqidah-Akhlak, Fiqih, Dzikir dan Doa disempurnakan dan disesuaikan dengan
kurikulum yang berlaku (Kurikulum 2013) mulai dari Raudhatul Athfal (RA),
Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA).
Secara berurutan berikut ini disajikan pengintegrasian Gerakan Furudhul Ainiyah
melalui pembiasaan Standar Kecakapan Ubudiyah dan Akhlakul Karimah (SKUA):
1) Raudhatul Athfal (RA)
Kelompok A (Usia 4-5 Tahun)
Kompetensi Inti 1: Menerima ajaran yang dianutnya

KD 1.1: Mempercayai adanya Allah melalui Ciptaan-Nya


KD 1.2: menghargai diri sendiri. orang lain dan lingkungan sekitar sebagai rasa syukur kepada Allah

Asmaul Husna
Dawwamul Mutiara Mutiara
No. Doa Dzikir
Qur`an Al Qur`an Hadits
Senandung Aplikasi

Doa sebelum
Menyebarkan
1 Al Fatihah Al An`am:54 dan sesudah Tasbih Ar Rosyiid
salam
belajar

Sesama Sebelum dan


Ali
2 An Naas muslim sesudah Tahmid 99 Al Khooliq
Imron:103
bersaudara makan
Asmaul
Masuk dan Husna
Al Al
3 Al Falaq kebersihan keluar kamar Tahlil
Baqarah:222 Qowiyyu
mandi

Sebelum dan
4 Al Ikhlas Al Ashr: 3 Menjaga lisan Takbir Ar Razzaq
sesudah tidur

232
Tidak boleh Kedua orang Ash
5 Al Lahab Al A`raf:199 Istighfar
marah tua Shobbuur

Al Mendirikan Kebahagiaan
6 An Nashr An Naafi`
Ankabut:45 sholat dunia akhirat

Rumah orang
Masuk keluar
7 Al Kaafiruun An Nissa:59 yang As Samii`
rumah
bertaqwa

Al Doa naik
8 Al Kautsar Kasih sayang Al Basyir
Anbiya`:107 kendaraan

Doa masuk
9 Al Mauun Azzalzalah:7 Al Jaami`
keluar masjid

Doa
10 Quraisy Al Maidah:2 Berbuat baik
Bercermin

Memakai dan
11 Al Fiil Al Alaq:1 Mencari ilmu melepas
pakaian

Ketika turun
12 Al Ashr A Taubah:40 Tersenyum
hujan

Kelompok B (Usia 5-6 Tahun)


Kompetensi Inti 1: Menerima ajaran yang dianutnya

KD 1.1: Mempercayai adanya Allah melalui Ciptaan-Nya


KD 1.2: menghargai diri sendiri. orang lain dan lingkungan sekitar sebagai rasa syukur kepada Allah

Asmaul Husna
Dawwamul Mutiara Mutiara
No. Doa Dzikir
Qur`an Al Qur`an Hadits
Senandung Aplikasi

Doa sebelum
Menyebarkan
1 Al Lahab Al An`am:54 dan sesudah Tasbih Ar Rosyiid
salam 99
belajar
Asmaul
Sesama Sebelum dan
Ali Husna
2 An Nasr muslim sesudah Tahmid Al Khooliq
Imron:103
bersaudara makan

233
Masuk dan
Al Al
3 Al Kaafiruun kebersihan keluar kamar Tahlil
Baqarah:222 Qowiyyu
mandi

Sebelum dan
4 Al Kautsar Al Ashr: 3 Menjaga lisan Takbir Ar Razzaq
sesudah tidur

Tidak boleh Kedua orang Ash


5 Al Maauun Al A`raf:199 Istighfar
marah tua Shobbuur

Al Mendirikan Kebahagiaan
6 Quraisy Ta`jub An Naafi`
Ankabut:45 sholat dunia akhirat

Masuk keluar
7 Al Fiil An Nissa:59 Tersenyum Hawqola As Samii`
rumah

Al Doa naik
8 Al Humazah Kasih sayang Istirja Al Basyir
Anbiya`:107 kendaraan

Doa masuk
9 Al Ashr Azzalzalah:7 Al Jaami`
keluar masjid

10 At Takatsur Al Maidah:2 Berbuat baik Doa Adzan

Sabar dan
11 Al Qooriah Al Alaq:1
memaafkan

Doa
12 Al Aadiyaat A Taubah:40 mendengar
petir

Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran Al Qur’an, Hadist, doa dan dzikir

No. Materi Kegiatan Sub Kegiatan Tujuan Waktu

1. Kegiatan 1. Anak terbiasa


mendengarkan mendengar Al Di pagi hari

1.Morning bacaan Al Qur`an sehingga (jurnal pagi)


Al minimal 30
1 Al Qur`an Qur`an saat akan cepat hafal
Qur`an menit
kedatangan 2. Membangun
anak, guru ketertarikan
sebagai dengan Al Qur`an

234
modeling 3. Membangun
kemudian anak kepercayaan diri
mengikuti membaca Al
2. Surah yang Qur`an
dibaca mulai Al 4. Mencintai Al
Fatihah s/d Qur`an sebagai
surah terakhir pedoman dalam
yang hidupnya
dikenalkan di 5. Membangun
kelompoknya pemikiran saintifik
dalam mengkaji Al
Qur`aan sesuai
tahap
perkembangannya
1. Memberi contoh 1. Satu surah
bacaan Al Qur`an dikenalkan
Kegiatan
kepada anak baik dalam waktu
menyimak
secara tajwid, satu bulan
bacaan Al Qur`an
makhrijul huruf 2. Kegiatan RA
secara bersama-
dan sifatul huruf bertadarus
sama dan
2. Membiasakan dalam
individual
mendengar bacaan kegiatan satu
dimulai satu ayat
2.RA Al Qur`an yang hari
satu hari atau
bertadarus dikenalkan 3. Saat setelah
satu surah jika
sehingga menjadi kegiatan ikrar
telah selesai
hafal dan kegiatan
surahnya
3. Mengetahui arti motorik kasar
(disesuaikan
surah, jumlah ayat, 4. Sebelum
dengan
isi kandungan kegiatan inti
kemampuan
surah yang 5. Sebelum
anak)
dikenalkan secara kegiatan
sederhana penutup

235
6. Ketika sholat
berjama`ah
1. Satu mutiara
Al Qur`an
dikenalkan 1
bulan sekali
2. Di waktu dan
waktu yang
tepatdalam
KBM
1. Menghafal ayat Al Contoh:
Qur`an yang ketika anak tidak
berkaitan dengan suka dengan
Ungkapan ayat Al
kehidupan sehari- suatu makanan
3.Mutiara Qur`an tentang
hari tertentu, guru
Al Qur`an kehidupan
2. Anak dapat memotifasi
sehari-hari
mengaplikasikan dengan
dalam kehidupan mengungkapkan
sehari-hari mutiara Al
Qur`an “Kullu
washrobu
mirrizqilah”
makan dan
minumlah rezeki
dari Allah (Al
Baqarah:60)

Kegiatan 1. Membangun
4.ACHRA menampilkan keberanian dan
(Aksi Cilik kemampuan kepercayaan diri Dilakukan 1 x

Hafidz/ anak dalam anak selama satu

Hafidzah menghafal Al 2. Mengevaluasi bulan

RA) Qur`an dan kemampuan


Hadist yang hafalan Al Qur`an

236
diinstruksikan dan hadist kepada
oleh guru di anak
depan teman-
temannya
1. Anak mengenal
Mengenalkan
huruf-huruf Dilakukan setiap
huruf hijaiyah
hijaiyah secara hari dengan
menggunakan
5. Mari benar waktu yang
metode sesuai RA
belajar Al 2. Anak dapat disesuaikan
masing-masing
Qur`an menirukan bacaan dengan jadwal
seperti: Metode
Al Qur`an kegiatan di RA
Tilawati, Iqro,
3. Meniru menulis
Ummi dll
huruf Hijaiyah
1. Saat ikrar
2. Saat
waktu/kondisi
yang tepat
dalam KBM
1. Anak dapat
Contoh:
mengenal dan hafal
Ketika anak atau
hadist nabi yang
Menirukan orang dewasa
berkaitan dengan
bacaan satu minum sambil
kehidupan sehari-
Mutiara hadits yang berdiri, Guru dan
2 Hadits hari
Hadist berkaitan dengan anak
2. Anak dapat
kehidupan mengingatkan
mengaplikasikan
sehari-hari dengan
hadist nabi dalam
mengucapkan
kehidupan sehari-
“La yashrobanna
hari
ahadaminkum
qooimah”
Janganlah kamu
makan dan
minum sambil

237
berdiri (HR
Muslim)

1. Saat Ikrar
2. Saat waktu
dalam kondisi
yang tepat
dalam KBM
Contoh:
1. Anak dapat Ketika anak
menghafal 99 dapat melakukan
Asma`ul Husna kegiatan
Bersenandung 99
1. Asma`ul 2. Anak dapat menjumlah
3 Dzikir Asmaul Husna
Husna mengaplikasikan secara sederhana
dan aplikasinya
Asmaul Husna , guru
dalam kehidupan mengucapkan
sehari-hari ”Alhamdulillah,
Allah Ar Rosyid
telah
memberikan
kepandaian
kepada dinda”

1. Berdzikir
1. Kegiatan dzikir dilakukan
harian setelah
dilakukan 1. Anak senang melaksanakan
setelah sholat berdzikir sholat
2. Dzikir
berjamaah 2. Anak dapat 2. Anak dapat
Harian
2. Dilakukan berdzikir sesuai berdzikir saat
pada kejadian- kejadian kejadian yang
kejadian yang sesuai seperti:
sesuai Ketika
melakukan

238
kesalahan anak
mengucapkan
istighfar

1. Satu doa
1. Anak dapat
Kegiatan dikenalkan
menghafal doa
menirukan dalam satu
sehari-hari
bacaan doa yang bulan
2. Anak dapat
4 Doa Doa Harian dilakukan secara 2. Doa
memahami saat
aplikatif dan dibaca pada
yang tepat untuk
sesuai dengan waktu dan
membacakan doa
kondisi kondisi yang
tersebut
sesuai

2) Madrasah Ibtidaiyah (MI)


Kelas I Semester Ganjil
Kegiatan
Nilai Nilai-Nilai
No Intra/Ko Waktu
Utama Furudhul Ainiyah Uraian
/Ekstra
1 Al Qur’an Peserta didik dapat:
1. Menghafal dengan benar, Ko Pembiasaan Setiap hari
fasih, dan lancar surat-surat: sebelum dan (10 menit)
a. An-Nas sesudah
b. Al-Falaq pelajaran
c. Al-Ikhlas
d. Al-Lahab
e. An-Nashr
2. Menulis huruf Hijaiyah Ko Pembiasaan Setiap hari
minimal 1 kata dan maksimal sebelum (5 menit)
1 ayat menurut cara penulisan pelajaran
yang benar
2 Aqidah- Peserta didik dapat
Akhlak menyebutkan dengan urut dan Intra Dilaksanakan Setiap hari
benar dengan kuis

239
1. Rukun Islam
2. Rukun Iman
3 Fiqh/ Peserta didik dapat Ko Praktek Setiap hari
Amaliyah mempraktekkan cara mensucikan
mensucikan najis najis
4 Do’a- Peserta didik menghafal dengan
Do’a benar lafal dan do’a-do’a:
Harian
a. Kalimat Syahadatain
Ko Pembiasaan Setiap hari
b. Lafal Ta’awwudz
dan tagihan
c. Lafal Basmalah
d. Do’a untuk kedua orang tua
e. Do’a kebaikan dunia akhirat

Kelas I Semester Ganjil


Kegiatan
Nilai Nilai-Nilai
No Intra/Ko Waktu
Utama Furudhul Ainiyah Uraian
/Ekstra
1 Al Qur’an Peserta didik dapat:
1. Menghafal dengan benar, Ko Pembiasaan Setiap hari
fasih, dan lancar surat- sebelum dan (10 menit)
surat: sesudah
a. Al-Kafirun pelajaran
b. Al-Kausar
c. Al-Ma’un
d. Quraisy
e. Surah Al-Fil Ko Pembiasaan Setiap hari
2. Menulis huruf hijaiyah sebelum (5 menit)
minimal 2 kata dan pelajaran
maksimal 2 ayat menurut
cara penulisan yang benar
dan rapi
2 Aqidah- Peserta didik dapat Praktek adab
Akhlak menjelaskan dengan benar: belajar, adab Setiap hari

240
1. Adab belajar Ko bermain adab
2. Adab bermain makan, dan
3. Adab makan dan minum minum
3 Fiqh/ Peserta didik dapat Praktek wudlu Setiap hari
Amaliyah mempraktekkan Tata Cara Ko beserta
wudlu dan lafal niatnya niatnya
4 Do’a-Do’a Peserta didik menghafal
Harian dengan benar lafal dan do’a-
do’a:
1. Do’a sebelum dan Ko Pembiasaan Setiap hari
sesudah belajar dan tagihan
2. Do’a sebelum makan
3. Do’a sesudah makan
4. Do’a sesudah wudlu
5. Do’a keluar rumah

Kelas II Semester Ganjil


Kegiatan
Nilai Nilai-Nilai
No Intra/Ko Waktu
Utama Furudhul Ainiyah Uraian
/Ekstra
Peserta didik dapat:
1. Menghafal dengan benar, Pembiasaan Setiap hari
fasih, dan lancar surat- Ko sebelum dan (10 menit)
surat: sesudah
a. Al-Humazah pelajaran
1 Al Qur’an b. Al-'Asr
c. At-Takasur
d. Al-Qari'ah Pembiasaan Setiap hari
2. Menulis suratAl-'Asr Ko sebelum (5 menit)
menurut cara penulisan pelajaran
yang benar dan rapi
Aqidah- Peserta didik dapat Praktek
2
Akhlak mempraktekkan: Ko berpakaian Setiap hari

241
1. Adab berpakaian dan adab
2. Adab bersin ketika bersin
Peserta didik dapat:
1. Melafalkan Adzan dan Ko Praktek dan Setiap hari
Fiqh/ Iqamah tagihan
3
Amaliyah 2. Mempraktekkan Kaifiah
shalat fardlu dan Lafal
niatnya
Peserta didik menghafal
dengan benar do’a-do’a:

1. Do’a setelah Adzan


Do’a-Do’a 2. Do’a berpakaian Ko Pembiasaan Setiap hari
4 3. Do’a bersin dan
Harian dan tagihan
jawabanyya
4. Do’a Iftitah
5. Do’a Ruku’
6. Do’a I’tidal

Kelas II Semester Genap


Kegiatan
Nilai Nilai-Nilai
No Intra/Ko Waktu
Utama Furudhul Ainiyah Uraian
/Ekstra
1 Al Qur’an Peserta didik dapat:
1. Menghafal dengan benar, Ko Pembiasaan Setiap hari
fasih, dan lancar surat-surat: sebelum dan (10 menit)
a. Al-'Adiyat sesudah
b. Az-Zalzalah pelajaran
c. Al-Bayyinah
d. Al-Qadr
2. Menulis surat Al-Qadr Ko Pembiasaan Setiap hari
menurut cara penulisan sebelum (5 menit)
yang benar dan rapi pelajaran
2 Aqidah- Peserta didik dapat
Akhlak mempraktekkan: Praktek adab Setiap hari
1. Adab Tilawatil Qur’an Ko Tilawatil

242
2. Adab Tidur Qur’an dan
dab Tidur
3 Fiqh/ Peserta didik dapat Ko Praktek shalat Setiap hari
Amaliyah mempraktekkan Kaifiah berjamaah
shalat berjamaah dan lafal dan lafal
niatnya niatnya
4 Do’a-Do’a Peserta didik menghafal
Harian dengan benar lafal dan do’a-
do’a: Ko Pembiasaan, Setiap hari
praktek dan
1. Lafal Tasbih
tagihan
2. Do’a sujud
3. Do’a duduk di antara 2
sujud
4. Do’a Tahiyat Awal
5. Do’a Tahiyat Akhir
6. Do’a setelah membaca Al
Qur’an
7. Doa’ sebelum dan sesudah
tidur

Kelas III Semester Ganjil


Kegiatan
Nilai Nilai-Nilai
No Intra/Ko Waktu
Utama Furudhul Ainiyah Uraian
/Ekstra
1 Al Qur’an Peserta didik dapat:
1. Menghafal dengan benar, Ko Pembiasaan Setiap hari
fasih, dan lancar surat-surat: sebelum dan (10 menit)
a. Al-'Alaq sesudah
b. At-Tin pelajaran
c. Al-Insyirah
2. Menulis surat Al-Insyirah Ko Pembiasaan Setiap hari
menurut cara penulisan sebelum (5 menit)
yang benar dan rapi pelajaran

243
2 Aqidah- Peserta didik dapat
Akhlak melafalkan dan
menyebutkan: Ko Pembiasaan Setiap hari
1. Lafal Subhanallah (beserta dan tagihan
artinya)
2. Lafal Masya’alllah
(beserta artinya)
3. Nama-nama Malaikat dan
tugasnya
3 Fiqh/ Peserta didik dapat
Amaliyah mempraktekkan Praktek shalat
1. Kaifiah shalat sunnah Ko sunnah Satu
rowatib dan lafal niatnya rowatib, Semester
2. Kaifiah shalat jama’ qasar shalat jama’
dan lafal niatnya qasar, shalat
3. Kaifiah shalat dalam dalam
keadaan sakit keadaan sakit
4. Tata Cara tayamum dan dan lafal
lafal niatnya niatnya serta
tata cara
tayamum
4 Do’a-Do’a Peserta didik menghafal
Harian dengan benar do’a-do’a:

1. Do’a Qunut Nazilah


Ko Pembiasaan Setiap hari
2. Do’a masuk kamar
dan tagihan
mandi/kecil
3. Do’a keluar kamar
mandi/kecil

244
Kelas III Semester Genap
Kegiatan
Nilai Nilai-Nilai
No Intra/Ko Waktu
Utama Furudhul Ainiyah Uraian
/Ekstra
1 Al Qur’an Peserta didik dapat:
1. Menghafal dengan benar, Ko Pembiasaan Setiap hari
fasih, dan lancar surat-surat: sebelum dan (10 menit)
a. Ad-Duha sesudah
b. Al-Lail pelajaran
c. Asy-Syams
2. Menulis surat Ad Dhuha Ko Pembiasaan Setiap hari
menurut cara penulisan sebelum (5 menit)
yang benar dan rapi pelajaran
2 Aqidah- Peserta didik dapat
Akhlak melafalkan dan
mempraktekkan:
1. Lafal Salam beserta Ko Pembiasaan Setiap hari
artinya dan praktek
2. Adab Memberi dan
Menjawab salam
3. Adab berjabat tangan
3 Fiqh/ Peserta didik dapat
Amaliyah mempraktekkan dan
melafalkan: Ko Praktek shalat Satu
1. Lafal niat puasa dan shalat tarawih Semester
artinya dan shalat
2. Kaifiah shalat tarawih dan witir
lafal niatnya
3. Kaifiah shalat witir dan
lafal niatnya
4 Do’a-Do’a Peserta didik mampu
Harian menghafal dengan benar
dzikir dan do’a-do’a: Ko Setiap hari

245
1. Dzikir ba’da shalat Pembiasaan,
2. Do’a ba’da shalat praktek dan
3. Do’a berbuka puasa tagihan

Kelas IV Semester Ganjil


Kegiatan
Nilai Nilai-Nilai
No Intra/Ko Waktu
Utama Furudhul Ainiyah Uraian
/Ekstra
1 Al Qur’an Peserta didik dapat:
1. Menghafal dengan benar, Ko Pembiasaan Setiap hari
fasih, dan lancar surat-surat: sebelum dan (10 menit)
a. Al-Balad sesudah
b. Al-Fajr pelajaran
c. Al-Gasyiyah
2. Menulis surat Al Fajr Ko Pembiasaan Setiap hari
menurut cara penulisan sebelum (5 menit)
yang benar dan rapi pelajaran
2 Aqidah- Peserta didik dapat
Akhlak melafalkan dan
menyebutkan: Ko Pembiasaan Setiap hari
1. Lafal Istirja’beserta dan praktek
artinya
2. Nama-nama Kitab Allah
dan Nabi penerimanya
3 Fiqh/ Peserta didik dapat
Amaliyah mempraktekkan dan Praktek Satu
melafalkan: Ko membayar Semester
1. Lafal niat zakat zakat dan
2. Adab Membayar zakat tagihan
4 Do’a-Do’a Peserta didik mampu
Harian menghafal dan
mempraktekkan dengan
benar do’a-do’a: Ko Setiap hari

246
1. Do’a mohon kesabaran Pembiasaan,
2. Do’a perlindungan dari praktek dan
akhlak tercela tagihan
3. Do’a naik kendaraan

Kelas IV Semester Genap


Kegiatan
Nilai Nilai-Nilai
No Intra/Ko Waktu
Utama Furudhul Ainiyah Uraian
/Ekstra
1 Al Qur’an Peserta didik dapat:
1. Menghafal dengan benar, Ko Pembiasaan Setiap hari
fasih, dan lancar surat-surat: sebelum dan (10 menit)
a. Al-A’la sesudah
b. At-Tariq pelajaran
c. Al-Buruj
2. Menulis surat Al A’la Ko Pembiasaan Setiap hari
menurut cara penulisan sebelum (5 menit)
yang benar dan rapi pelajaran
2 Aqidah- Peserta didik dapat
Akhlak mempraktekkan dan
menyebutkan:
1. Nama-nama Rasul yang Ko Pembiasaan, Setiap hari
25 tagihan, dan
2. Sifat-sifat Rasul praktek
3. Akhlak terpuji terhadap
teman
3 Fiqh/ Peserta didik dapat
Amaliyah mempraktekkan dan
melafalkan:
1. Lafal niat shalat Ied Ko Praktek shalat Satu
dengan artinya Ied, shalat Semester
2. Kaifiah shalat ied Jum’at dan
3. Lafal niat shalat Jum’at tagihan
dengan artinya
4. Kaifiah shalat Jum’at
5. Puasa sunnah
4 Do’a-Do’a Peserta didik mampu
Harian melafalkan dan
mempraktekkan dengan
benar do’a-do’a: Ko Pembiasaan, Setiap hari
praktek dan
1. Lafal Takbir
tagihan

247
2. Do’a sholat ied
3. Do’a Kafaratul Majelis
4. Do’a Bercermin

Kelas V Semester Ganjil


Kegiatan
Nilai Nilai-Nilai
No Intra/Ko Waktu
Utama Furudhul Ainiyah Uraian
/Ekstra
1 Al Qur’an Peserta didik dapat:
1. Menghafal dengan benar, Ko Pembiasaan Setiap hari
fasih, dan lancar surat-surat: sebelum dan (10 menit)
a. Al-Insyiqaq sesudah
b. Al Muthoffifin pelajaran
2. Menulis sebagian surat Al Ko Pembiasaan Setiap hari
Muthoffifin menurut cara sebelum (5 menit)
penulisan yang benar dan pelajaran
rapi
2 Aqidah- Peserta didik dapat
Akhlak mempraktekkan dan
menyebutkan: Ko Pembiasaan, Setiap hari
1. Tanda-tanda hari kiamat tagihan, dan
2. Adab masuk masjid praktek
3. Adab masuk pasar
3 Fiqh/ Peserta didik dapat
Amaliyah mempraktekkan dan
melafalkan:
1. Lafal niat mandi wajib dan Ko Praktek dan Satu
artinya tagihan Semester
2. Kaifiah mandi wajib
3. Khitan
4 Do’a-Do’a Peserta didik mampu
Harian melafalkan dan
mempraktekkan dengan
benar do’a-do’a: Ko Pembiasaan, Setiap hari
praktek dan
1. Do’a masuk masjid
tagihan
2. Do’a keluar masjid
3. Do’a mensyukuri nikmat

248
Kelas V Semester Genap
Kegiatan
Nilai Nilai-Nilai
No Intra/Ko Waktu
Utama Furudhul Ainiyah Uraian
/Ekstra
1 Al Qur’an Peserta didik dapat:
1. Menghafal dengan benar, Ko Pembiasaan Setiap hari
fasih, dan lancar surat-surat: sebelum dan (10 menit)
a. Al-Infitar sesudah
b. At-Takwir pelajaran
c. 'Abasa
2. Menulis sebagian surat Ko Pembiasaan Setiap hari
‘Abasa menurut cara sebelum (5 menit)
penulisan yang benar dan pelajaran
rapi
2 Aqidah- Peserta didik dapat
Akhlak mempraktekkan: Ko Pembiasaan Setiap hari
1. Adab bertetangga dan praktek
2. Adab bermasyarakat
3 Fiqh/ Peserta didik dapat
Amaliyah mempraktekkan dan
melafalkan:
1. Tata cara berqurban Ko Praktek dan Satu
2. Lafal Do’a menyembelih tagihan Semester
binatang qurban
3. Kaifiah ibadah haji dan
lafal niatnya.
4. Kaifiah ibadah umroh dan
lafal niatnya.
4 Do’a-Do’a Peserta didik mampu
Harian melafalkan dan
mempraktekkan dengan
benar do’a-do’a: Ko Setiap hari

1. Lafal talbiyah

249
2. Do’a menjenguk orang Pembiasaan,
sakit praktek dan
3. Do’a memasuki/ melewati tagihan
makam

Kelas VI Semester Ganjil


Kegiatan
Nilai Nilai-Nilai
No Intra/Ko Waktu
Utama Furudhul Ainiyah Uraian
/Ekstra
1 Al Qur’an Peserta didik dapat:
1. Menghafal dengan benar, Ko Pembiasaan Setiap hari
fasih, dan lancar surat-surat: sebelum dan (10 menit)
a. An-Nazi’at sesudah
b. An-Naba’ pelajaran
2. Menulis 10 ayat surat ‘An Ko Pembiasaan Setiap hari
Naba’ menurut cara sebelum (5 menit)
penulisan yang benar dan pelajaran
rapi
2 Aqidah- Peserta didik dapat
Akhlak mempraktekkan:
1. Keutamaan istighfar dan Ko Pembiasaan Setiap hari
taubat dan praktek
2. Akhlak terhadap binatang
3 Fiqh/ Peserta didik dapat
Amaliyah mempraktekkan dan
melafalkan:
1. Jenis atau contoh makanan Ko Praktek dan Satu
dan minuman yang halal tagihan Semester
2. Jenis atau contoh makanan
dan minuman yang haram
3. Tata cara jual beli
4. Tata cara pinjam-
meminjam

250
5. Luqatah
4 Do’a-Do’a Peserta didik mampu
Harian menghafalkan dan
melafalkan dengan benar
do’a-do’a: Ko Pembiasaan, Setiap hari
praktek dan
1. Do’a Sayyidul Istigfar
tagihan
2. Do’a shalat dluha
3. Do’a Kafarotul Majlis
4. Lafal Asmaul husna (99)

3) Madrasah Tsanawiyah (MTs)


Kelas VII Semester Ganjil
Kegiatan Waktu
Bidang Kecakapan
Ko./Ektra Uraian
Al Qur’an 1. Peserta didik dapat
membaca Al-Qur’an
dengan benar
2. Peserta didik dapat
menulis dengan imla;
surat al-Fatihah
3. Peserta didik hafal
surat-surat pendek:
1) Surah An-Nas Uji praktikum Satu
2) Surah Al-Falaq Ko./Ektra individual melalui semester
3) Surah Al-Ikhlas setoran
4) Surah Al-Lahab
5) Surah An-Nasr
6) Surah Al-Kafirun
7) Surah Al-Kausar
8) Surah Al-Ma’un
9) Surah Quraisy
10) Surah Al-Fil
11) Surah Al-Humazah

251
12) Surah Al-'Asr
13) Surah At-Takasur

Aqidah 1. Peserta didik dapat


menjelaskan tiga pilar
aqidah (Islam, Iman Satu
Uji praktikum melalui
dan Ihsan) In/kokurikuler semester
setoran
2. Peserta didik dapat
menyebutkan 20 sifat
wajib Allah
Akhlak 1. Peserta didik dapat
memahami adab yang 1. Pembiasaan dan
baik terhadap orang pengamatan/jounal
tua guru
2. Peserta didik dapat 2. Buku komunikasi
memahami adab yang dengan wali murid
baik terhadap guru 3. Peraturan/tata
Satu
3. Peserta didik dapat kokurikuler tertib/ketentuan
semester
memahami adab yang yang mengatur
baik terhadap teman adab terhadap
4. Peserta didik dapat guru, teman, orang
memahami adab yang yang lebih tua dan
baik terhadap orang orang yang lebih
yang lebih tua dan muda
orang yang lebih muda
Fiqh/ 1. Peserta didik dapat 1. Uji praktikum
Amaliyah menjelaskan melalui setoran
pengertian taharah 2. Pembiasaan shalat
2. Peserta didik dapat In/ berjamaah Satu
menyebutkan macam- Kokurikuler 3. Penjadwalan semester
macam alat-alat petugas adzan,
bersuci iqomah dan imam
shalat

252
3. Peserta didik dapat
menjelaskan
pembagian hukum air
4. Peserta didik dapat
menjelaskan difinisi
najis
5. Peserta didik dapat
menjelaskan macam-
macam najis
6. Peserta didik dapat
mepraktekan tata cara
bersuci dari najis
7. Peserta didik dapat
menjelaskan
pengertian hadats
8. Peserta didik dapat
menyebutkan macam-
macam hadats
9. Peserta didik dapat
menyebutkan hal-hal
yang menyebabkan
hadats kecil
10. Peserta didik dapat
mempraktekkan
wudhu
11. Peserta didik dapat
menyebutkan hal-hal
yang menyebabkan
hadats besar
12. Peserta didik dapat
mempraktekkan
mandi besar

253
13. Peserta didik dapat
menjelaskan syarat-
syarat shalat
14. Peserta didik dapat
menyebutkan rukun-
rukun shalat
15. Peserta didik dapat
memahami waktu-
waktu shalat
16. Peserta didik hafal
bacaan-bacaan dalam
shalat
17. Peserta didik mampu
menyebutkan sunnah-
sunnah shalat
18. Peserta didik dapat
menjelaskan hal-hal
yang membatalkan
shalat
19. Peserta didik dapat
menjelaskan
keutamaan shalat
20. Peserta didik dapat
mengetahui dampak
negatif meninggalkan
shalat
21. Peserta didik dapat
mengumandangkan
adzan dan iqomah
22. Peserta didik dapat
menjadi imam shalat

254
Do’a- Peserta didik hafal:
Do’a 1. Doa untuk kedua orang
Harian tua
2. Doa masuk dan keluar
1. Buku panduan doa-
kamar mandi
Kokurikuler doa Satu
3. Do’a setelah wudlu
2. Uji praktikum semester
4. Do’a setelah adzan
melalui setoran
5. Do’a qunut nazilah
6. Do’a sujud sahwi
7. Dzikir dan do’a setelah
sholat
8. Asmaul Husna 1-20

Kelas VII Semester Genap


Kegiatan Waktu
Bidang Kecakapan
Ko./Ektra Uraian
1. Peserta didik mampu
membaca Al-Qur’an
dengan benar dan
lancar
2. Peserta didik mampu
menulis dengan imla’
surat Al-Ikhlas, Al-
Falaq dan An-Nas
Uji praktikum Satu
3. Peserta didik hafal
Al Qur’an Ko./ektra individual melalui semester
surat-surat pendek:
setoran
1) Surah Al-Qari'ah
2) Surah Al-'Adiyat
3) Surah Az-Zalzalah
4) Surah Al-Bayyinah
5) Surah Al-Qadr
6) Surah Al-'Alaq
7) Surah At-Tin
8) Surah Al-Insyirah

255
9) Surah Ad-Duha
10) Surah Al-Lail
11) Surah Asy-Syams

Peserta didik dapat


Uji praktikum Satu
Aqidah menyebutkan nama-
In/Kokurikuler individual melalui semester
nama malaikat dan
setoran
tugasnya
1. Peserta didik dapat
memahami adab
salam dan izin
2. Peserta didik dapat
memahami adab
berbicara
3. Peserta didik dapat
1. Pembiasaan dan
memahami adab tidur
pengamatan/jounar
4. Peserta didik dapat
guru
memahami adab di
2. Buku komunikasi
asrama
dengan wali murid
5. Peserta didik dapat
3. Peraturan/
memahami adab Satu
Akhlak Ko.kurikuler ketentuan yang
dalam majlis/saat semester
mengatur tata tertib
KBM
siswa di madrasah
6. Peserta didik dapat
4. Program home
memahami adab
visit/kunjungan ke
dalam masjid
siswa sakit
7. Peserta didik dapat
memahami adab
dalam kamar mandi
8. Peserta didik dapat
memahami adab
bertamu
9. Peserta didik dapat
memahami adab

256
menjenguk orang
sakit
10. Peserta didik dapat
memahami adab
bermain
11. Peserta didik dapat
memahami adab
membaca Al-Qur’an
12. Peserta didik dapat
memahami adab
berdoa
1. Peserta didik dapat
mempraktekkan tata
cara shalat jum’at dan
lafal niatnya
2. Peserta didik dapat 1. Uji praktikum
mempraktekkan tata melalui setoran
cara khutbah 2. Melaksanakan salat
3. Peserta didik dapat jamak qosar dalam
mempraktekkan tata kegiatan studi
cara shalat jamak dan tour/karya wisata
Fiqh/ lafal niatnya In/ 3. Pembiasaan shalat Satu
Amaliyah 4. Peserta didik dapat Kokurikuler rawatib semester
mempraktekkan tata 4. Pembiasaan shalat
cara shalat qashar dhuha
dan lafal niatnya 5. Kartu kendali
5. Peserta didik dapat pelaksanaan sholat
mempraktekkan tata tarawih dan witir
cara shalat jamak-
qashar dan lafal
niatnya
6. Peserta didik dapat
mempraktekkan tata

257
cara shalat dalam
keadaan sakit
7. Peserta didik dapat
mempraktekkan tata
cara shalat di atas
kendaraan
8. Peserta didik dapat
mempraktekkan tata
cara shalat sholat
sunnah rawatib
9. Peserta didik dapat
mempraktekkan tata
cara shalat sholat
tahajjud
10. Peserta didik dapat
mempraktekkan tata
cara shalat sholat
tarawih dan witir
11. Peserta didik dapat
mempraktekkan tata
cara shalat sholat
dhuha
12. Peserta didik dapat
mempraktekkan tata
cara shalat sholat
hajat
13. Peserta didik dapat
mempraktekkan tata
cara shalat sholat
idain
14. Peserta didik dapat
mempraktekkan tata

258
cara shalat sholat
husuf dan khusuf
15. Peserta didik dapat
mempraktekkan tata
cara shalat sholat
istiharoh
16. Peserta didik dapat
mempraktekkan tata
cara shalat sholat
istisqo’
Peserta didik hafal:
1. Do’a sholat jenazah
takbir ketiga
2. Do’a sholat jenazah
takbir keempat
3. Do’a masuk dan

Do’a- keluar masjid 1. Buku panduan doa-

Do’a 4. Do’a menjenguk Kokurikuler doa Satu

Harian orang sakit 2. Uji praktikum semester


5. Doa sholat tahajjud melalui setoran
6. Doa sholat tarawih
dan witir
7. Doa sholat dhuha
8. Doa sholat hajat
9. Doa sholat istiharoh
10. Asmaul Husna 1-40

259
Kelas VIII Semester Ganjil
Kegiatan Waktu
Bidang Kecakapan
Ko./Ektra Uraian
Al Qur’an 1. Peserta didik Kokurikuler 1. Pembiasaan dan Satu Semester
mampu membaca pembinaan Al-
Al-Qur’an dengan Qur’an
fasih 2. Tagihan
2. Peserta didik Hafalan/setoran
hafal:
1) Surah Al-Buruj
2) Surah At-Tariq
3) Surah Al-A’la
4) Surah Al-
Gasyiyah
5) Surah Al-Fajr
6) Surah Al-Balad
Aqidah Peserta didik dapat In/Kokurikuler 1. Pembiasaan baca Menyesuaikan
memahami hakikat Al-Qur’an baik
beriman kepada kitab- dengan tadarrus
kitab Allah SWT 2. Penguatan Al-
Qur’an melalui
pemahaman
tafsir Al-Qur’an
Akhlak Peserta didik dapat Kokurikuler Pembiasaan dan satu semester
memahami adab pengamatan
makan dan minum
Fiqh/ 1. Peserta didik dapat In/ 1. Praktek sujud Satu semester
Amaliyah mempraktekkan: Kokurikuler syukur dan tilawah
1) tata cara sujud
syukur
2) tata cara sujud 2.1 Kegiatan Pondok
tilawah Romadhon

260
2. Peserta didik dapat 2.2 Panduan
menyebutkan kegiatan
1) syarat-syarat pondok
puasa Romadhon
ramadhan 2.3 Buku monitoring
2) rukun-rukun kegiatan
puasa romadhan
ramadhan
3) sunnah-sunnah
puasa
ramadhan
4) hal-hal yang
membatalkan
puasa
ramadhan
5) macam-macam
puasa
ramadhan
3. Peserta didik
dapat melafalkan
niat puasa
ramadhan
4. Peserta didik
dapat
menjelaskan
pengertian zakat
5. Peserta didik
dapat
menyebutkan
1) macam-
macam puasa
2) waktu zakat
fitrah

261
6. Peserta didik dapat
mempraktekkan
tata cara zakat dan
lafal niatnya
Do’a- Peserta didik hafal: kokurikuler buku panduan doa- Satu semester
Do’a 1. do’a sujud syukur doa
Harian 2. do’a sujud tilawah uji praktikum
3. do’a berbuka melalui setoran
puasa
4. do’a sebelum dan
sesudah makan
5. do’a khotmil
qur’an
6. do’a berbuka
puasa
7. Asmaul Husna 1-
60

Kelas VIII Semester Genap


Kegiatan Waktu
Bidang Kecakapan
Ko./Ektra Uraian
Al Qur’an Peserta didik hafal: Ko./Eks 1. Pembiasaan tadarus Al- Satu
1. Surah 'Abas Qur’an sebelum KBM semester
2. Surah At-Takwir 2. Uji praktikum melalui
3. Surah Al-Infitar setoran
4. Surah Al-Tatfif
5. Surah Al-Insyiqaq
Aqidah Peserta didik dapat In/ Uji praktikum melalui Satu
menyebutkan dengan Kokurikuler setoran semester
benar Nama-nama 25
Rasul

262
Akhlak 1. Peserta didik dapat Kokurikuler 1. Pembiasaan dan Satu
memahami adab pengamatan/jounal guru semester
berpakaian 2. Peraturan/ketentuan
2. Peserta didik dapat yang mengatur adab
memahami adab berpakaian/berhias
berhias 3. Praktek adab
3. Peserta didik dapat bepergian dalam kegiatan
memahami adab tour/karya wisata
safar/bepergian
Fiqh/ 1. Peserta didik In/ 1. Praktek manasik haji satu
Amaliyah mampu kokurikuler. 2. Kegiatan pembiasaan semester
mempraktekkan sedekah melalui jum’at
tata cara haji dan amal/Santunan anak
umrah dan lafal yatim/kunjungan ke
niatnya panti jompo/bakti sosial
2. Peserta didik 3. Sosialisasi bahaya
mampu Memahami narkoba dan miras/
ketentuan sedekah,
sosialisasi pendidikan
hibah, dan hadiah
3. Peserta didik dapat anti korupsi
memahami
ketentuan halal-
haram makanan
dan minuman
Do’a- Perserta didik hafal: kokurikuler Buku panduan doa-doa satu
Do’a 1. Lafal Talbiyah Uji praktikum melalui semester
Harian 2. Doa bercermin setoran
3. Do’a keluar rumah
4. Do’a naik
kendaraan
5. Do’a naik kapal laut
6. Do’a sampai tujuan
safar
7. Asmaul Husna 1-80

263
Kelas IX Semester Ganjil
Kegiatan Waktu
Bidang Kecakapan
Ko./Ektra Uraian
Al Qur’an Peserta didik hafal surat- Ko/eks Pembiasaan satu
surat pendek: AlQquran sebelum semester
1. Surah An-naba’ KBM
2. Surah An Nazi’at Uji praktikum
melalui setoran
Aqidah Mampu menyebutkan In/Kokurikuler Uji prkatikum satu
tanda-tanda kiamat melalui setoran semester

Akhlak Adab pergaulan pria dan Kokuriker Pembiasaan dan satu


wanita pengamatan semester
Peraturan/ketentuan
yang mengatur
pergaulan pria dan
wanita
pembiasaan dan
pengamatan
Adab bertamu dan
pembinaan melalui
menerima tamu
kegiatan upacara
maupun kultum dll
Fiqh/ Siswa Mampu In/ Praktek satu
Amaliyah mempraktekkan dengan Kokurikeler memandikan janazah semester
benar: secara berkala
1. Tata cara memandikan Praktek mengkafani
jenazah janazah
2. Tata cara mengkafani Praktek cara
jenazah menguburkan
3. Tata cara menguburkan janazah
jenazah kegiatan ziarah
Tata cara ziarah kubur kubur atau tour
religi

264
Do’a- Pesertan didik hafal Kokurikuler Buku panduan do’a- satu
Do’a dengan benar dan fasih: doa semester
Harian 1. Do’a menguburkan Uji praktikum
jenazah melalui system
2. Do’a melewati atau setoran
masuk lokasi makam
3. Do’a kafaratul majelis
4. Do’a untuk kaum
muslimin
5. Asmaul Husna 1-99

4) Madrasah Aliyah (MA)


Kelas X Semester Ganjil
Kegiatan Waktu
Bidang Kecakapan
Ko./Ektra Uraian
Al Qur’an Peserta didik mampu Kokurikuler Praktik mencari Satu
mempraktikkan cara mencari ayat al Qur’an semester
surat dan ayat Al-Qur’an dengan dengan
memakai kitab Fathurrahman, menggunakan
al Mu’jamul Mufahras li Alfadhil kitab
Qur’an atau yang sejenis. Fathurrahman, al
Mu’jamul
Peserta didik mampu menghafal Mufahras li
dengan baik: Alfadhil Qur’an
1. QS. Al Fatihah atau yang sejenis.
2. QS. An-Nas
3. QS. Al-Falaq, Uji praktikum
4. QS. Al-Ikhlash individual melalui
5. QS. Al-Lahab setoran
6. QS. An-Nashr
7. QS. Al-Kafirun
8. QS. Al-Kautsar

265
9. QS. Al-Maun
10. QS. Al-Quraisy
11. QS. Al- Fiel
12. QS. Al-Huzamah
13. QS. Al-Ashr
14. QS. At-Takatsur
15. QS. Al-Qari’ah
16. QS. Al-‘Adiyat
17. QS. Az-Zalzalah
18. QS. Al-Bayyinah
19. QS. Al-Qadr
Aqidah Peserta didik mampu Kokurikuler Pembiasaan di Satu
Akhlak menjelaskan dan kelas dengan semester
mempraktikkan: pengamatan
1. Adab belajar / menuntut ilmu Pembiasaan di
2. Adab terhadap orang tua rumah dalam
3. Adab menjenguk orang sakit bentuk laporan
4. Adab takziah Praktik ketika ada
5. Adab ziarah kubur teman sakit
Praktik atau
simulasi
Praktik atau
simulasi
Fiqh/ Peserta didik mampu Kokurikuler Satu
Amaliyah memperaktikkan dengan benar: semester
1. Lafal niat mengeluarkan dan
menerima zakat Simulasi
2. Lafal niat haji dan umrah
3. Lafal menyembelih qurban
dan aqiqah Simulasi
4. Pengurusan jenazah:
Praktik

266
a. Cara mendampingi orang Simulasi
yang sedang sakaratul
maut
b. Hal-hal yang perlu
dilakukan terhadap
orang yang baru
meninggal
c. Cara memandikan
jenazah
d. Cara mengkafani jenazah
e. Cara menshalati jenazah
f. Cara mengubur jenazah
Dzikir Peserta didik menghafal dengan Kokurikuler Uji praktikum Satu
dan Do’a benar dan fasih: individual melalui semester
1. Do’a al iftitah setoran
2. Do’a ruku’
3. Do’a i’tidal
4. Do’a qunut
5. Dzikir dan do’a ba’da sholat
fardlu
6. Lafal talbiyah
7. Do’a sholat jenazah takbir
ketiga
8. Do’a sholat jenazah takbir
keempat
9. Do’a ziarah/melewati
makam
10. Do’a setelah adzan
11. Do’a terhadap orang sakit
12. Asmaul husna 1-25 Dengan
Artinya

267
Kelas X Semester Genap
Kegiatan Waktu
Bidang Kecakapan
Ko./Ektra Uraian
Al Qur’an Peserta didik mampu menghafal Kokurikuler Uji praktikum Satu
dengan benar: individual melalui semester
1. QS. Al-Alaq setoran
2. QS. At-Tien
3. QS. Al-Insyirah
4. QS. Adl-Dluha
5. QS. Al-Lail
6. QS. Asy-Syams
7. QS. Al-A’la
8. QS. Ath-Thariq
Aqidah Peserta mampu Kokurikuler Satu
Akhlak mempraktekkan: Praktik semester
1. Adab berada di masjid Praktik
2. Adab dalam majelis Praktik
3. Adab qadaul-hajah
Fiqh/ Peserta didik mampu Kokurikuler Satu
Amaliyah mempraktikkan dengan benar: semester
1. Shalat dluha dan lafal niatnya
Praktik
2. Shalat tahajjud dan lafal
Praktik
niatnya
Praktik
3. Shalat witir dan lafal niatnya
Dzikir Peserta didik mampu menghafal Kokurikuler Satu
dan Do’a dengan benar dan fasih: semester
1. Do’a sujud
2. Do’a duduk di antara 2 sujud Uji praktikum
3. Do’a tahiyyat ula individual melalui
4. Do’a tahiyyat akhirah setoran
5. Do’a Sujud sahwi
6. Do’a masuk dan keluar
masjid

268
7. Do’a kafaratul majelis
8. Do’a selesai wudlu
9. Do’a masuk dan keluar
kamar kecil
10. Do’a ba’da shalat dluha
11. Do’a ba’da shalat tahajud
12. Do’a ba’da shalat witir
13. Asmaul husna 1-50 Dengan
Artinya

Kelas XI Semester Ganjil


Kegiatan Waktu
Bidang Kecakapan
Ko./Ektra Uraian
Al Qur’an Mampu menghafal dengan Kokurikuler Uji praktikum Satu
benar: individual melalui semester
setoran
1. QS. Al-Buruj
2. QS. Al-Fajr
3. QS. Al-Ghasyiyah
4. QS. Al-Insyiqaq
5. QS. Al-Muthaffifin
6. QS. Al-Infithar
Aqidah Mampu menjelaskan tentang: Kokurikuler Satu
Akhlak 1. Adab berpakaian dan Adab Praktik semester
berhias
2. Adab dalam perjalanan Simulasi
(musafir) Simulasi
3. Adab bertamu dan
menerima tamu
Fiqh/ Mampu mempraktikkan dengan Kokurikuler Satu
Amaliyah benar: semester
1. Shalat jamak taqdim dan lafal Simulasi
niatnya

269
2. Shalat jamak ta’khir dan lafal Simulasi
niatnya
3. Shalat jamak qashar dan lafal
niatnya
Simulasi
4. Shalat gerhana dan lafal
niatnya
5. Shalat istisqa’ dan lafal
niatnya
Dzikir Menghafal dengan benar dan Kokurikuler Uji praktikum Satu
dan Do’a fasih: individual melalui semester
1. Do’a bercermin setoran
2. Do’a naik kendaraan
3. Do’a keluar rumah
4. Do’a ba’da shalat gerhana
5. Do’a ba’da Shalat istisqa
6. Asma’ul Husna 1-75 Dengan
Artinya

Kelas XI Semester Genap


Kegiatan Waktu
Bidang Kecakapan
Ko./Ektra Uraian
Al Qur’an Mampu menghafal dengan Kokurikuler Uji praktikum Satu
benar: individual melalui semester
setoran
1. QS. At-Takwier
2. QS. An-Nazi’at
3. QS. Abasa
4. QS. An-Naba’
Aqidah Mampu menjelaskan dan Kokurikuler Satu
Akhlak mempraktikkan : semester
1. Adab memberi dan Simulasi
menjawab salam
2. Adab mengundang dan Simulasi
menerima undangan

270
3. Adab pergaulan pria dan Praktik
wanita Simulasi
4. Adab makan dan minum
Fiqh/ Mampu mempraktikkan dengan Kokurikuler Satu
Amaliyah benar: semester
1. Prosesi aqdun-nikah
Simulasi
2. Shalat hajat dan lafal niatnya
Praktik
3. Shalat istikharah dan lafal
Praktik
niatnya
Praktik
4. Sujud Tilawah
5. Sujud Syukur Praktik
Dzikir Menghafal dengan benar dan Kokurikuler Uji praktikum Satu
dan Do’a fasih: individual melalui semester
1. Do’a keluarga sakinah (QS. Al setoran
Furqan ayat 74)
2. Lafal ijab dan qabul
3. Do’a tahniah manten
4. Do’a ba’da shalat hajat
5. Do’a ba’da shalat istikharah
6. Do’a sujud tilawah
7. Do’a sujud syukur
8. Asmaul Husna 1-99 dengan
artinya

Kelas XII Semester Ganjil


Kegiatan Waktu
Bidang Kecakapan
Ko./Ektra Uraian
Al Qur’an Mampu menghafal dengan Kokurikuler Uji praktikum Satu
benar: individual melalui semester
setoran
1. Yasin
2. Ar Rahman
3. Al Waqi’ah

271
Aqidah Mampu menjelaskan : Kokurikuler Satu
Akhlak 1. Adab musyawarah Praktik semester
2. Adab Tilawatil Qur’an Praktik
3. Adab berdo’a Praktik
Fiqh/ Mampu menjelaskan dengan Kokurikuler Satu
Amaliyah benar: Simulasi semester
1. Shalat di atas kendaraan Simulasi
2. Shalat dalam keadaan sakit
3. Shalat khouf Simulasi
4. Shalat tasbih dan lafal niatnya
Praktik
5. Shalat tarawih dan lafal
niatnya
Dzikir Menghafal dengan benar dan Kokurikuler Uji praktikum Satu
dan Do’a fasih: individual melalui semester
1. Do’a akhir majelis setoran
2. Do’a diberi kemudahan
3. Do’a khotmil Qur’an
4. Do’a ba’da shalat tasbih
5. Do’a ba’da shalat tarawih
6. Asmaul Husna dan Artinya 1-
99

f. Pengintegrasian GerakanFurudhul Ainiyah Melalui Gerakan Literasi


Gerakan literasi merupakan kegiatan mengasah kemampuan mengakses,
memahami, mengolah dan memanfaatkan informasi secara kritis dan cerdas
berlandaskan kegiatan membaca, menulis, menyimak dan berbicara untuk
menumbuhkembangkan karakter seseorang menjadi tangguh, kuat dan baik.
Berbagai kegiatan tersebut dilaksanakan secara terencana dan terprogram
sedemikian rupa, baik dalam kegiatan-kegiatan berbasis kelas maupun kegiatan-
kegiatan berbasis budaya madrasah, dan komunitas masyarakat. Dalam konteks
kegiatan GEFA berbasis kelas, kegiatan-kegiatan literasi dapat diintegrasikan ke
dalam kegiatan pembelajaran dan mata pelajaran yang ada dalam struktur kurikulum.
Setiap guru dapat mengajak peserta didik membaca, menulis, menyimak dan
mengomunikasikan secara teliti, cermat dan tepat tentang suatu tema atau topik yang
272
ada di berbagai sumber, baik buku, surat kabar, media sosial, maupun media-media
lain. Dalam hubungan ini diperlukan ketersediaan sumber-sumber informasi di
madrasah, antara lain buku, surat kabar dan internet. Oleh sebab itu, keberadaan dan
peranan pojok baca, perpustakaan madrasah dan jaringan internet menjadi penting
untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran.
Kreativitas guru merupakan faktor penting dalam menyajikan program dan
kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara secara cerdas, agar peserta
didik dapat menginternalisasi nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya.
Pembiasaan membaca buku non-pelajaran selama lima belas menit sebelum pelajaran
dimulai, sebagaimana diatur dalam Permendikbud No. 23 tentang Penumbuhan Budi
Pekerti perlu menjadi salah satu alternatif untuk menumbuhkan dan memulai
gerakan literasi di madrasah.
g. Pengintegrasian Gerakan Furudhul Ainiyah Melalui Layanan Bimbingan
Konseling
Gerakan Furudhul Ainiyah bisa dilakukan secara terintegrasi melalui
pendampingan siswa dalam melalui bimbingan dan konseling. Peranan guru BK
tidak terfokus hanya membantu peserta didik yang bermasalah, melainkan
membantu semua peserta didik dalam pengembangan ragam potensi, meliputi
pengembangan aspek belajar/akademik, karier, pribadi, dan sosial. Bimbingan dan
konseling di madrasah dilaksanakan secara kolaboratif dengan para guru mata
pelajaran, tenaga kependidikan, maupun orang tua dan pemangku kepentingan
lainnya. Keutuhan layanan bimbingan dan konseling diwujudkan dalam landasan
filosofis bimbingan dan konseling yang memandirikan, berorientasi perkembangan,
dengan komponen-komponen program yang mencakup (1) layanan dasar, (2)
layanan responsif, (3) perencanaan individual dan peminatan, dan (4) dukungan
sistem (sesuai Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan
Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah).
Lima nilai utama GEFA yaitu religius, wathaniyah, ta’awun, mandiri dan
integritas sangat sejalan dengan filosofi bimbingan dan konseling yang
memandirikan. Peran dan tanggung jawab bimbingan dan konseling dalam GEFA
adalah pengembangan perilaku jangka panjang yang menyangkut lima nilai utama
tersebut sebagai kekuatan nilai pada pribadi individu di dalam mengembangkan
potensi di bidang belajar, karier, pribadi, dan sosial.

273
Penguatan pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan dan konseling
dapat diselenggarakan melalui layanan-layanan berikut.
1) Layanan Dasar
Layanan dasar adalah pendampingan yang diperuntukkan bagi seluruh
peserta didik (konseli) melalui kegiatan pengalaman terstruktur secara
klasikal atau kelompok untuk mengembangkan perilaku jangka panjang dalam
pengembangan perilaku belajar, karier, pribadi, dan sosial. Nilai-nilai utama
GEFA diidentifikasi dan diintegrasikan ke dalam pengembangan perilaku
belajar/akademik, karier, pribadi dan sosial yang dikemas ke dalam topik atau
tema tertentu dan dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Layanan
Bimbingan dan Konseling (RPLBK). Layanan dasar merupakan momen utama
BK yang paling memungkinkan integrasi nilai-nilai utama GEFA ke dalam
layanan bimbingan dan konseling. Integrasi nilai-nilai utama GEFA ke dalam
pengembangan perilaku belajar, karier, pribadi dan sosial dapat ditempuh
dengan langkah-langkah berikut.
a) Kembangkan dan pilih nilai utama (atau unsur-unsur nilai utama) yang
relevan dengan bidang pengembangan belajar, karier, pribadi atau
sosial.
b) Kembangkan topik-topik atau tema satuan layanan yang mengandung
perilaku nilai utama GEFA dan perilaku belajar, karier, pribadi, atau sosial.
Petakan ke dalam program semester/tahunan.
c) Kembangkan RPLBK sesuai standar dan kebutuhan secara kontekstual.
d) Implementasikan RPLBK bermuatan nilai-nilai utama GEFA melalui sistem
peluncuran (delivery systems) bimbingan dan konseling. Di dalam
implementasi RPLBK bisa berkolaborasi dan/atau dikolaborasikan dengan
kegiatan GEFA berbasis lainnya.
2) Layanan Responsif
Layanan responsif adalah kegiatan yang diperuntukkan bagi peserta didik
tertentu, baik individual maupun kelompok, yang memerlukan bantuan segera
agar peserta didik tidak terhambat dalam pencapaian tugas-tugas
perkembangannya. Bantuan diberikan melalui konseling,konsultasi,
kolaborasi, kunjungan rumah, dan alih tangan (pengalihan penanganan
konseli pada ahli lain karena sudah di luar kewenangan konselor/guru BK).
Nilai-nilai utama GEFA diinkorporasikan dalam proses pemberian bantuan

274
baik secara individual maupun kelompok.
3) Layanan Perencanaan Individual dan Peminatan
Layanan ini dimaksudkan untuk membantu setiap peserta didik dalam
pengembangan bakat dan minatnya, melalui pemahaman diri, pemahaman
lingkungan, dan pemilihan program yang cocok dengan bakat dan
minatnya. Nilai-nilai utama GEFA diinkorporasikan dalam proses
pemahaman diri dan penguatan pilihan serta pembelajaran dalam
pengembangan bakat dan minat. Pembelajaran sebagaimana disebutkan, lebih
merupakan tanggung jawab guru mata pelajaran atau bidang yang sesuai
dengan minat peserta didik.
4) Dukungan Sistem
Dukungan sistem terkait dengan aspek manajemen dan kepemimpinan
madrasah dalam mendukung layanan bimbingan dan konseling untuk
memperkuat GEFA. Dukungan sistem ini termasuk di dalamnya kebijakan,
ketenagaan, dana dan fasilitas.

2. Gerakan Furudhul Ainiyah Berbasis Budaya Madrasah


Gerakan Furudhul Ainiyah berbasis budaya madrasah merupakan sebuah kegiatan
untuk menciptakan iklim dan lingkungan madrasah yang mendukung praksis GEFA
mengatasi ruang-ruang kelas dan melibatkan seluruh sistem, struktur, dan pelaku
pendidikan di madrasah. Pengembangan GEFA berbasis budaya madrasah termasuk di
dalamnya keseluruhan tata kelola madrasah, desain Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), serta pembuatan peraturan dan tata tertib madrasah.
Gerakan Furudhul Ainiyah berbasis budaya madrasah berfokus pada pembiasaan
dan pembentukan budaya yang merepresentasikan nilai-nilai utama GEFA yang menjadi
prioritas satuan pendidikan. Pembiasaan ini diintegrasikan dalam keseluruhan kegiatan di
madrasah yang tercermin dari suasana dan lingkungan madrasah yang kondusif.
Langkah-langkah pelaksanaan GEFA berbasis budaya madrasah, antara lain dapat
dilaksanakan dengan cara:
a. Menentukan Nilai Utama GEFA
Madrasah memulai program GEFA dengan melakukan asesmen awal. Salah
satu kegiatan asesmen awal adalah bahwa satuan pendidikan memilih nilai utama
yang akan menjadi fokus dalam pengembangan pembentukan dan penguatan GEFA
di lingkungan mereka. Pemilihan nilai utama ini didiskusikan, dimusyawarahkan,

275
dan didialogkan dengan seluruh pemangku kepentingan madrasah (kepala
madrasah, pendidik, tenaga kependidikan, komite madrasah dan peserta didik).
Bersamaan dengan itu, dirumuskan pula sejumlah nilai pendukung yang dipilih dan
relevan. Madrasah mendeskripsikan bagaimana jalinan antarnilai utama tersebut,
yaitu antarnilai utama yang dipilih dengan nilai pendukung. Seluruh pemangku
kepentingan menyepakati nilai utama yang menjadi prioritas serta nilai pendukung,
dan jalinan antarnilai dalam membentuk karakter warga madrasah dan sekaligus
tertuang dalam visi dan misi madrasah.
Nilai utama yang dipilih oleh satuan pendidikan menjadi fokus dalam rangka
pengembangan budaya dan identitas madrasah. Seluruh kegiatan, program, dan pengembangan
karakter di lingkungan satuan pendidikan berpusat pada nilai utama tersebut, dan berlaku bagi
semua komunitas madrasah.
Satuan pendidikan menjabarkan nilai utama ini dalam indikator dan bentuk perilaku
objektif yang bisa diamati dan diverifikasi. Dengan menentukan indikator, satuan pendidikan
dapat menumbuhkan nilai-nilai pendukung yang lain melalui fokus pengalaman komunitas
madrasah terhadap implementasi nilai tersebut.
Dari nilai utama dan nilai-nilai pendukung yang sudah disepakati dan ditetapkan oleh
satuan pendidikan, madrasah bisa membuat tagline yang menjadi moto satuan pendidikan
tersebut sehingga menunjukkan keunikan, kekhasan dan keunggulan madrasah.
Contoh: “Membentuk Pemimpin Berintegritas”, “Madrasah Cinta”, “Madrasah Budaya”
dan lain-lain. Satuan pendidikan dapat pula membuat logo madrasah, himne, dan mars
madrasah yang sesuai dengan branding-nya masing-masing.
b. Menyusun Jadwal Harian/Mingguan
Satuan pendidikan dapat menyusun jadwal kegiatan harian atau mingguan untuk
memperkuat nilai-nilai utama GEFA yang telah dipilih sebagai upaya penguatan secara
habituasi dan terintegrasi.
Contoh Kegiatan Mingguan
Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Ahad
Nilai Penguatan Nilai-Nilai Utama Gerakan Furudhul Ainiyah Kegiatan
GEFA* (Religius, Wathaniyah, Mandiri, Ta’awun, Integritas) GEFA
Bersama
Kegiatan Pembiasaan
Orang Tua
Memulai hari dengan Doa Bersama, Tadarus Al Qur’an, Interaksi

276
Hafalan Surat-Surat Pilihan dan/atau Hafalan Do’a-Do’a dengan
Pilihan, sebelum kegiatan pembelajaran dimulai orang tua,
lingkungan
dan sesama
Waktu Kegiatan Intrakurikuler, Layanan Belajar Mengajar,
Belajar** Layanan Bimbingan Konseling
Kegiatan Kokurikuler dan Ekstrakurikuler
Sesuai dengan minat dan bakat peserta didik yang dilakukan
di bawah bimbingan guru/pelatih atau dapat juga melibatkan
orang tua dan masyarakat
Kegiatan Pembiasaan
Sebelum menutup hari peserta didik melakukan refleksi
dan berdoa bersama, sebelum kegiatan pembelajaran ditutup
Keterangan:
*) Nilai Utama GEFA disesuaikan dengan visi dan misi madrasah.
**) Durasi waktu tidak mengikat, disesuaikan dengan kondisi madrasah masing-masing.

c. Mendesain Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


Kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-
masing satuan pendidikan diwujudkan dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). KTSP tersebut memuat dan/atau mengintegrasikan nilai-nilai
utama GEFA serta nilai-nilai pendukung lainnya. Langkah-langkah yang perlu
dilakukan antara lain sebagai berikut:
Langkah 1
Memeriksa kelengkapan dokumen kurikulum yang terdiri dari:
1) Dokumen1 yang disebut dengan Buku I Kurikulum Madrasah, berisi sekurang-
kurangnya visi, misi, tujuan, muatan, pengaturan beban belajar dan kalender
pendidikan. Contoh:
Memasukkan nilai-nilai utama GEFA pada visi dan misi madrasah. Nilai-nilai
GEFA imaksud dapat diambil dari lima nilai utama dan/atau subnilai lainnya
yang relevan dengan kearifan dan budaya madrasah.
2) Dokumen 2 yang disebut dengan Buku II Kurikulum Madrasah, berisi silabus.
Contoh:
Silabus merupakan rencana pembelajaran dan dikembangkan oleh satuan
277
pendidikan, yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi
pokok/pelajaran, kegiatan pembelajaran, dan seterusnya. Silabus sebaiknya
dipastikan diberi muatan nilai-nilai GEFA yang dituangkan secara eksplisit,
meskipun dalam implementasinya dapat dikembangkan secara relevan dan
kontekstual.
3) Dokumen 3 yang disebut dengan Buku III Kurikulum Madrasah, berisi rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP),yang disusun sesuai kompetensi dasar, potensi,
minat, bakat, dan kemampuan peserta didik di lingkungan belajar. Contoh:
RPP yang dibuat sebaiknya secara sengaja memuat nilai-nilai GEFA. Hal ini dapat
dilakukan dengan bukan sekadar menambahkan komponen “fokus penguatan
GEFA” setelah indikator atau tujuan dalam RPP tersebut, yang berfungsi sebagai
“pengingat”, melainkan juga menuliskan pada kompetensi dasar mana
pembentukan nilai utama GEFA itu akan diajarkan, disadarkan dan dibahas, dan
bagaimana mengajarkannya.
4) Penyusunan/pengembangan KTSP tersebut menjadi tanggung jawab satuan
pendidikan, dan dilakukan oleh tim pengembang KTSP, di bawah koordinasi dan
supervisi dinas pendidikan atau kantor kementerian agama provinsi dan
kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan masing-masing. Contoh:
Madrasah dapat melakukan Penguatan GEFA melalui dokumen KTSP dengan:
a) melakukan penyesuaian nilai-nilai Furudhul Ainiyah yang sudah dilaksanakan
di madrasah dengan nilai-nilai utama GEFA;
b) menyesuaikan visi dan misi madrasah sesuai dengan keadaan sekolah;
c) menyesuaikan program kurikulum, terutama program di siang dan sore hari
yang dimasukkan dalam dokumen kurikulum madrasah; dan
d) membuat rancangan jadwal pelaksanaan kegiatan GEFA dan menyesuaikan
dengan kalender akademik madrasah.
Langkah 2
Melaksanakan sosialisasi penguatan GEFA kepada seluruh komunitas
madrasah (kepala madrasah, pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, serta
komite madrasah dan semua komponen yang ada di madrasah).
Langkah 3
Membuat dan menyepakati komitmen bersama antar semua pihak (kepala
madrasah, pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, serta komite madrasah dan
semua komponen yang ada di madrasah), serta para pemangku kepentingan pendidikan

278
untuk mendukung dan melaksanakan GEFA sesuai dengan strategi implementasi yang
sudah direncanakan, baik secara intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler.
d. Evaluasi Peraturan Madrasah
Budaya madrasah yang baik terlihat dalam konsep pengelolaan madrasah yang
mengarah pada pembentukan dan penguatan GEFA. Sebagai sebuah gerakan, setiap
lembaga pendidikan wajib melakukan koreksi dan evaluasi atas berbagai peraturan
yang mereka miliki dan menyelaraskannya dengan nilai-nilai yang ingin diarahkan
pada penguatan GEFA. Salah satu contoh peraturan yang wajib dievaluasi adalah
peraturan kedisplinan tentang sakit, izin, dan alpa, penerapan kebijakan kriteria
ketuntasan minimal (KKM), dan peraturan terkait kegiatan mencontek.
Penguatan GEFA perlu mempergunakan sarana yang sudah ada dan memiliki
indikator yang jelas, terukur dan objektif tentang penguatan GEFA. Evaluasi praksis
pemanfaatan peraturan madrasah tentang kehadiran dibutuhkan agar peraturan ini
dapat menjadi sarana efektif dalam pembentukan karakter disiplin peserta didik.
Selain peraturan tentang kedisiplinan, madrasah juga perlu mengadakan evaluasi
atas peraturan-peraturan lain, untuk melihat apakah peraturan madrasah yang ada
telah mampu membentuk karakter peserta didik atau justru malah melemahkannya.
Upaya telaah, analisis, dan revisi pada berbagai bentuk aturan ini sangat penting dalam
rangka menghadirkan kultur pembentukan dan penguatan GEFA yang mendorong
peserta didik menjadi pembelajaran otentik, dimana peserta didik dapat belajar dari
pengalaman yang mereka lalui/rasakan sesuai dengan tahapan perkembangan
masing-masing.
Dalam upaya pelaksanaan GEFA berbasis budaya madrasah, madrasah dapat
membuat atau merevisi peraturan dan tata tertib madrasah secara bersama-sama
dengan melibatkan semua komponen madrasah yang terkait. Dengan demikian,
semangat menegakkan peraturan tersebut semakin besar karena dibangun secara
bersama.
e. Pengembangan Tradisi Madrasah
Satuan pendidikan dapat mengembangkan GEFA berbasis budaya madrasah
dengan memperkuat tradisi yang sudah dimiliki oleh madrasah. Selain
mengembangkan yang sudah baik, satuan pendidikan tetap perlu mengevaluasi dan
merefleksi diri, apakah tradisi yang diwariskan dalam satuan pendidikan tersebut
masih relevan dengan kebutuhan dan kondisi sekarang atau perlu direvisi kembali,
agar dapat menjawab tantangan yang berkembang, serta selaras dengan upaya

279
penguatan karakter di satuan pendidikan tersebut.
f. Pengembangan Kokurikuler
Kegiatan kokurikuler dilakukan melalui serangkaian penugasan yang sesuai
dengan target pencapaian kompetensi setiap mata pelajaran yang relevan dengan
kegiatan intrakurikuler. Kegiatan kokurikuler dapat dilaksanakan baik di dalam
lingkungan madrasah maupun di luar madrasah, tetapi kegiatan yang dilakukan
harus sesuai dengan perencanaan pembelajaran (silabus dan RPP) yang telah
disusun guru. Hal itu dimaksudkan agar kegiatan siswa di luar lingkungan
madrasah menjadi tanggung jawab dan pengawasan guru yang bersangkutan. Jenis-
jenis kegiatannya antara lain berupa tugas-tugas, baik dilaksanakan secara
individu maupun kelompok. Contohnya, dapat berupa kegiatan proyek, penelitian,
praktikum, pengamatan, wawancara, latihan-latihan seni dan olah raga, atau
kegiatan produktif lainnya.
g. Ekstrakurikuler (Wajib/Pilihan)
Penguatan nilai-nilai utama GEFA sangat dimungkinkan dilaksanakan melalui
kegiatan ekstrakurikuler (ekskul). Kegiatan ekskul tersebut bertujuan untuk
mengembangkan kepribadian dan bakat peserta didik, sesuai dengan minat dan
kemampuannya masing-masing.
Kegiatan ekskul ada dua jenis, yaitu ekskul wajib (pendidikan kepramukaan) dan
ekskul pilihan (sesuai dengan kegiatan ekskul yang dikembangkan oleh masing-masing
satuan pendidikan). Semua kegiatan ekskul yang dikembangkan tersebut harus
memuat dan menegaskan nilai-nilai Furudhul Ainiyah yang dikembangan dalam
setiap bentuk kegiatan yang dilakukan. Meskipun secara implisit kegiatan ekskul
sudah mengandung nilai-nilai Furudhul Ainiyah, namun tetap harus diungkap
secara eksplisit serta direfleksikan dan ditegaskan kembali di akhir kegiatan, agar
peserta didik sadar dan paham.
3. Gerakan Furudhul Ainiyah Berbasis Masyarakat
Satuan pendidikan tidak dapat menutup diri dari kemungkinan berkolaborasi
dengan lembaga, komunitas dan masyarakat lain di luar lingkungan madrasah.
Pelibatan publik dibutuhkan karena madrasah tidak dapat melaksanakan visi dan
misinya sendiri. Karena itu, berbagai macam bentuk kolaborasi dan kerja sama
antarkomunitas dan satuan pendidikan di luar madrasah sangat diperlukan dalam
penguatan GEFA.

280
Satuan pendidikan dapat melakukan berbagai kolaborasi dengan lembaga,
komunitas dan organisasi lain di luar satuan pendidikan yang dapat menjadi mitra
dalam Penguatan GEFA. Yang dimaksud dengan komunitas yang berada di luar satuan
pendidikan diantaranya adalah sebagai berikut:
a. komunitas orang tua-peserta didik atau paguyuban orang tua, baik itu per-kelas
maupun per-madrasah;
b. komunitas pengelola pusat kesenian dan budaya, yaitu berbagai perkumpulan,
kelompok hobi, sanggar kesenian, bengkel teater, padepokan silat, studio musik,
bengkel seni, dan lain-lain, yang merupakan pusat-pusat pengembangan
kebudayaan lokal dan modern;
c. lembaga-lembaga pemerintahan (BNN, Kepolisian, KPK, Kemenkes, Kemenpora, dan
lain-lain);
d. lembaga atau komunitas yang menyediakan sumber-sumber pembelajaran
(perpustakaan, museum, situs budaya, cagar budaya, paguyuban pecinta
lingkungan, komunitas hewan piaraan, dan lain- lain);
e. komunitas masyarakat sipil pegiat pendidikan;
f. komunitas keagamaan;
g. komunitas seniman dan budayawan lokal (pemusik, perupa, penari, pelukis dan
lain-lain);
h. lembaga bisnis dan perusahaan yang memiliki relevansi dan komitmen dengan
dunia pendidikan;
i. lembaga penyiaran media, seperti televisi, koran, majalah, radio, dan lain-lain.
Beberapa prinsip pengembangan program Gerakan Furudhul Ainiyah melalui kerja
sama/kolaborasi dengan komunitas antara lain:
a. Penanggung jawab utama dalam setiap program dan kegiatan GEFA di lingkungan
madrasah adalah kepala madrasah;
b. Kolaborasi bertujuan untuk memperkuat GEFA bagi seluruh anggota komunitas
madrasah;
c. Fokus kolaborasi GEFA dengan komunitas terutama diperuntukkan bagi peserta
didik;
d. Rasional atau alasan mengapa madrasah melakukan kolaborasi dengan komunitas
tertentu perlu didiskusikan dan dikomunikasikan pada seluruh komunitas
madrasah;
e. Satuan pendidikan wajib membuat dokumentasi kegiatan mulai dari pembuatan

281
proposal, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan;
Prinsip kolaborasi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip umum GEFA, tidak
melanggar nilai-nilai moral, dan tidak menjadikan madrasah sebagai objek pemasaran
produk tertentu.

D. PENILAIAN DAN EVALUASI PROGRAM


Pogram Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA) perlu dinilai dan dievaluasi secara
terukur dan komprehensif. Kegiatan penilaian dilakukan secara berkesinambungan
dan teratur untuk memberi jaminan bahwa GEFA telah memberikan dampak signifikan
pada perubahan perilaku, budaya madrasah dan prestasi peserta didik. Penilaian dan
evaluasi GEFA bertujuan untuk mengukur keberhasilan implementasi nilai-nilai utama
GEFA sebagai sebuah gerakan dalam lembaga pendidikan.
Penilaian kegiatan GEFA mengacu pada tahapan-tahapan penerapan GEFA yang
selaras dengan prinsip-prinsip implementasi GEFA serta indikator-indikator objektif
yang menyertainya. Penilaian GEFA dilakukan secara berkesinambungan, komprehensif,
objektif, jujur dan transparan, serta melibatkan para pemangku kepentingan pendidikan.
1. Penilaian Gerakan Furudhul Ainiyah (GEFA)
Tujuan kegiatan penilaian adalah untuk mendapatkan data tentang tingkat
keberhasilan pelaksanaan GEFA pada satu satuan pendidikan sesuai target waktu
yang telah ditetapkan, misalnya per tiga bulan dan enam bulan atau satu semester yang
dilanjutkan secara berkesinambungan untuk waktu-waktu berikutnya.
Yang melakukan evaluasi dan penilaian atas pelaksanaan GEFA adalah kepala
madrasah (internal) dan pihak luar madrasah (eksternal). Penilaian secara internal
dilakukan oleh warga madrasah (kepala madrasah, guru, wali murid, komite madrasah).
Penilaian secara eksternal dilakukan oleh pihak-pihak dari luar madrasah yang memiliki
kepentingan bersama untuk menyukseskan pelaksanaan gerakan PPK, misalnya tim
penilai dari Kementerian Agama, pengawas, perguruan tinggi, komunitas-komonitas yang
bekerja sama dengan madrasah dan lain-lain. Penilaian dilakukan dengan mendasarkan
diri pada Panduan Penilaian Keberhasilan GEFA.
Penilaian GEFA dimulai dengan mengevaluasi asesmen awal yang dilakukan oleh
madrasah. Asesmen dimaksudkan untuk mempelajari kondisi awal dan memastikan taraf
kesiapan madrasah dalam menyusun perencanaan dan pelaksanaan GEFA. Dengan
mengetahui kondisi awal yang ada di madrasah, dapat disusun GEFA yang lebih realistik,
sesuai dengan kearifan lokal, budaya setempat, mendapatkan sumber daya yang sesuai

282
dengan kebutuhan, dan program-program yang dilaksanakan bisa tepat sasaran.
Aspek-aspek yang perlu dilakukan assesmen antara lain kondisi-kondisi yang
dapat mendukung dan tidak mendukung implementasi GEFA di madrasah, baik kondisi
yang berkaitan dengan siswa, guru, kepala madrasah, tenaga kependidikan, iklim yang
kondusif di madrasah, kebutuhan untuk menjadi lebih baik dari warga madrasah dan
dukungan yang diperoleh dari pemangku kepentingan; misalnya dari pemerintah
(Kementerian Agama), perguruan tinggi, komunitas, perusahaan, dan perkumpulan atau
organisasi yang ada di masyarakat.
Metode penilaian adalah melalui observasi (pengamatan langsung), wawancara,
dan verfikasi data-data dan dokumentasi yang mendukung proses penilaian GEFA.
Observasi yang dilakukan terhadap lingkungan fisik madrasah, lingkungan sosial
madrasah dan budaya karakter madrasah. Unsur-unsur tersebut dapat diamati pada
sarana dan prasarana madrasah, proses belajar-mengajar di kelas, kegiatan kokurikuler,
ekstrakurikuler, dan kegiatan nonkurikuler lain di komunitas. Penilai juga dapat melihat
dokumen madrasah yang mendukung penilaian pada lembar observasi. Data observasi
dan data-data administratif digabungkan untuk memberikan skor pada penilaian GEFA.
Data administrasi berupa dokumen-dokumen pendukung (tertulis dalam dokumen, atau
dokumentasi dalam bentuk digital, seperti video, foto, dan lain-lain).
Kepala madrasah, komite madrasah, perwakilan komunitas, pengawas dan Seksi
Pendidikan Madrasah Kabupaten/Kota melakukan evaluasi Pogram Gerakan Furudhul
Ainiyah (GEFA) dengan cara mengisi lembar penilaian diri (self-assessment) dengan
mempergunakan Panduan Penilaian Keberhasilan GEFA.
Aspek-aspek yang diukur dalam penilaian keberhasilan GEFA adalah:
1. Asesmen awal,
2. Sosialisasi GEFA kepada para pemangku kepentingan pendidikan,
3. Visi, misi, dan perumusan,
4. Desain kebijakan GEFA,
5. Desain program,
6. GEFA berbasis kelas,
7. Pengembangan budaya madrasah,
8. Partisipasi masyarakat,
9. Implementasi nilai-nilai utama, dan
10. Evaluasi GEFA.

283
2. Evaluasi Program
Evaluasi adalah kegiatan mandiri yang dilakukan oleh Kementerian Agama
terhadap program yang berkaitan dengan GEFA. Evaluasi ini dilakukan oleh tim yang
mengadakan program GEFA, sesuai dengan tugas dan fungsi dari masing-masing.
Evaluasi dilakukan berdasarkan skema yang telah disetujui oleh tim GEFA.
Tujuan kegiatan evaluasi adalah untuk mendapatkan data tentang taraf
keberhasilan pelaksanaan GEFA pada satu satuan target waktu yang telah ditetapkan,
misalnya per tiga bulan dan enam bulan atau satu semester yang dilanjutkan secara
berkesinambungan untuk waktu- waktu berikutnya. Dari kegiatan ini dapat diketahui
seberapa berhasil tujuan dari GEFA tercapai, seberapa efektif program yang dilakukan
dan bahan masukan untuk meningkatkan efektivitas program GEFA ke depannya
Tujuan dari evaluasi program adalah :
a. Mendapatkan data dan informasi yang diperlukan untuk mengetahui
efektivitas program GEFA;
b. Mendapatkan gambaran tentang capaian dari tujuan GEFA;
c. Mendapatkan informasi tentang adanya kesulitan-kesulitan dan hambatan-
hambatan selama pelaksanaan program GEFA;
d. Menilai keberhasilan pelaksanaan GEFA;
e. Menentukan kendala dan hambatan dalam pelaksanaan GEFA; dan
f. Mengidentifikasi sustainability program GEFA.
Sasaran pelaksanaan evaluasi program GEFA adalah madrasah yang melaksanakan
kegiatan GEFA. Sedangkan sasaran evaluasi dari GEFA disesuaikan dengan peserta atau
target dari masing- masing jenis kegiatan program GEFA. Pelaksanaan evaluasi program
GEFA harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Berorientasi pada Proses
Evaluasi dilakukan untuk mengukur kemajuan yang dicapai. Hasil evaluasi
digunakan sebagai bahan untuk peningkatan mutu pelaksanan GEFA di
madrasah.
b. Mengacu pada Kriteria Keberhasilan
Evaluasi seharusnya dilaksanakan mengacu pada kriteria keberhasilan
program yang telah ditetapkan sebelumnya. Penentuan kriteria
keberhasilan disesuaikan dengan prinsip-prinsip pelaksanaan GEFA.
c. Mengacu pada Asas Manfaat
Evaluasi sudah seharusnya dilaksanakan dengan tidak mencari-cari kesalahan

284
akan tetapi justru mencari solusi yang dapat mempermudah pelaksanaan
GEFA di madrasah. Dengan kata lain, kegiatan evaluasi harus berorientasi
pada kegunaan dan manfaat yang bisa digunakan sekolah untuk mengelola
pelaksanaan GEFA di madrasah.
d. Dilakukan secara Objektif
Evaluasi harus dilaksanakan secara objektif sesuai dengan apa yang terjadi
dan melaporkan hasil temuannya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
Evaluasi program GEFA dilakukan melalui observasi (pengamatan langsung),
analisis dokumen, survei, wawancara maupun diskusi data untuk mengumpulkan
data, baik data-data administratif maupun catatan- catatan pendukung untuk menilai
sebuah program atau kegiatan. Metode yang digunakan disesuaikan dengan jenis data
yang diperoleh dan target dari evaluasi tersebut.
Observasi yang dilakukan meliputi observasi lingkungan fisik madrasah,
lingkungan sosial madrasah dan budaya karakter madrasah. Unsur-unsur tersebut dapat
diamati pada sarana dan prasarana madrasah, proses belajar-mengajar di kelas, kegiatan
kokurikuler, ekstrakurikuler dan kegiatan nonkurikuler lain di komunitas. Penilai juga
dapat melihat dokumen madrasah yang mendukung penilaian pada lembar observasi.
Selain observasi, analisis dokumen dapat juga dapat digunakan jika sumber data
yang dimaksud dalam evaluasi adalah dokumen regulasi atau kebijakan. Metode lain yang
bisa digunakan adalah mengadakan diskusi terpumpun dalam mengevaluasi efektivitas
program dengan mengundang target peserta dari program tersebut.
Beberapa dimensi penilaian yang dapat digunakan untuk melakukan monitoring
dan evaluasi adalah sebagai berikut:
1) Materi
Materi adalah segala bahan, dokumen atau panduan yang digunakan untuk
memperlancar pelaksanaan program atau kegiatan GEFA.
2) Metode
Metode adalah segala aktivitas dalam kegiatan atau program yang diadakan dalam
menyebarluaskan kemampuan atau informasi mengenai GEFA. Terdapat delapan
kegiatan atau aktivitas yang teridentifikasi masuk ke dalam metode yaitu sosialisasi
GEFA, komunikasi GEFA, training oft rainers (TOT), pelatihan GEFA tingkat
kabupaten/kota dan satuan pendidikan, pola pendampingan, literasi, penilaian
GEFA dan sinkronisasi program antarunit di Kemenag.
3) Sumber daya Manusia
Sumber daya manusia (SDM) adalah segala pelaku yang terlibat dalam aktivitas
penyelenggaraan program GEFA atau pelaksanaan GEFA di lapangan. Terdapat empat
aktor yang telah diidentifkasi berkontribusi terhadap pelaksana suksesnya program
atau kegiatan GEFA yaitu dukungan warga madrasah, orang tua, masyarakat dan
Pemerintah Daerah.

285
4) Kepemimpinan
Kepemimpinan terfokus pada fungsi kepemimpinan madrasah yang di dalamnya
terdapat kepala madrasah dan guru dalam menggerakkan GEFA di madrasah.
Indikator yang dimasukkan dalam aspek ini adalah:
a) sinkronisasi GEFA dengan tata tertib madrasah/kelas,
b) infusi nilai GEFA dalam Kurikulum (intra-,ko-, dan ekstra-),
c) infusi nilai GEFA Dukungan Regulasi (tata tertib),
d) infusi nilai GEFA dalam visi misi,
e) infusi nilai GEFA dalam program,
f) infusi nilai GEFA pada budaya madrasah, dan
g) sosialisasi, koordinasi dan integrasi program madrasah.
5) Sumber Dana
Sumber dana merupakan aspek yang tidak kalah penting dari aspek lainnya.
Ketersediaan sumber dana bisa dikatakan merupakan komitmen dalam
menyelenggarakan GEFA di segala tingkat. Terdapat tiga aspek yang teridentikasi
dalam hal sumber dana, yaitu dukungan pemerintah pusat, pemerintah daerah, orang
tua dan masyarakat.
6) Hasil
Hasil merupakan ketercapaian tujuan dari pelaksanaan program GEFA. Ada dua
aspek yang masuk dalam komponen hasil yaitu perubahan positif perilaku peserta
didik secara individual dan perubahan positif pada budaya madrasah di satuan
pendidikan.

286
287
TIM PEYUSUN
KATA SI GURU

Siti Maisaro, S.HI., M.Pd.I.


Dra. Alminiyati, M.Pd.
Akhmad Yahya, S.Ag., M.Pd.I.
Masfufah, M.Pd.
Drs. Syaiful Ghozi, M.Pd.I.
Dr. Solehuddin, M.Ag.
Rohmatullah, S.Sos., MM.
Suhartini, M.Pd.
Dr. Abd. Aziz Tata Pangarsa
Luluk Hariroh
M. Heri Prianto, S.Pd.I., MA.
Drs. Sartono, M.Si.
Dr. Hamim Tohari
Dr. Muhammad Ikhsan
Abbasi, S.Kom., M.Ikom.
Sudiono, SE., MM.

288
A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dalam dunia pendidikan, guru merupakan orang yang sangat dominan dan paling penting,
karena bagi siswa guru dijadikan tokoh tauladan (panutan), bahkan cenderung dijadikan tokoh
identifikasi diri. Agar guru dapat berperilaku dan kemampuan untuk mengembangkan siswa
secara utuh, maka hendaknya guru menguasai berbagai hal sebagai kompetensi dasar
keguruan. Hal ini dibutuhkan mengingat jabatan guru merupakan pekerjaan profesi, dimana
kompetensi guru sangatlah dibutuhkan dalam proses belajar mengajar, hal ini sejalan dengan
penjelasan Arifin yang mengartikan profesi,sebagai berikut :

Seperangkat fungsi dan tugas dalam lapangan pendidikan berdasarkan keahlian


yang diperoleh melalui pendidikan dan keahlian khusus di bidang pekerjaan yang
mampu mengembangkan kekaryaannya itu secara ilmiyah disamping mampu
menekuni bidang profesinya selama hidupnya, mereka itu adalah para guru yang
profesional yang memiliki kompetensi keguruan berkat pendidikan atau latihan di
lembaga pendidikan guru dalam jangka waktu tertentu 1

Agar profesi guru dapat memenuhi persyaratan yang sesuai dengan maksud diatas, salah
satu usaha yang dilakukan adalah dengan memahami kompetensi guru terutama kompetensi
untuk melaksanakan proses belajar mengajar. Seorang guru perlu mengorganisasi ide-ide yang
dikembangkan di kalangan peserta didiknya sehingga dapat menggerakkan minat gairah serta
semangat belajar mereka.
Selain pengorganisasian ide, proses belajar mengajar selalu ditekankan pada pengertian
terjadinyainteraksi yaitu hubungan aktif dua orang (timbal balik) antara guru dengan murid
(two way traffic/double way traffic). Hubungan interaksi antara guru dengan murid harus
diikuti oleh tujuan pendidikan. Usaha guru dalam membantu murid untuk mencapai tujuan,
guru harus memilih bahan atau materi pendidikan yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
serta menentukan metode dan sarana yang paling tepat dan sesuai dalam penyampaian bahan
dengan mempertimbangkan faktor situasional.
Saat kegiatan evaluasi dilaksanakan, maka pada akhir proses, kita mengenal kegiatan
evaluasi lengkaplah siklus belajar-mengajar sebagai suatu proses yang interaktif edukatif,
mulai dari perumusan tujuan sampai kepada penyediaan sarana pedukung interaksi. Dari
siklus proses belajar-mengajar tersebut dapat terlihat bahwa guru merupakan salah satu
komponen yang paling penting dalam menentukan proses belajar-mengajar. Untuk itu

1
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum (Jakarta : PT Bumi Aksara, 1991), hal. 106.

289
kualifikasi guru sangat penting diperhatikan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan
dengan prestasi belajar murid sebagai salah satu indikatornya.3
Dengan demikian seorang guru dituntut menjadi seorang guru yang professional dan
berkompeten, baik itu kompetensi personal, sosial maupun kompetensi profesional.
Kompetensi personal adalah bahwa ia mampu menjalankan tugas terhadap dirinya sendiri.
Sosial adalah hubungan dengan kehidupan bersama atau adanya kemampuan untuk
berinteraksi dengan sesama, yang intinya mengajar dan mendidik merupakan tugas
pemanusiaan manusia, dan kompetensi profesional bertugas memberikan ilmu pengetahuan,
kecakapan kepada siterdidik yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh aspek pribadinya.
Selain hal yang diuraikan diatas, seorang guru juga haruslah berkompetensi, baik itu
berupa pengetahuan (knowledge), pemahaman, kemampuan (skiil), nilai, sikap dan minat
(interest), agar proses belajar mengajar berjalan secara kondusif dan peserta didik akan lebih
termotivasi dalam pembelajaran.4 Dari aspek-aspek tersebut, mencakup dua bidang
kompetensi pokok seorang guru, yaitu kompetensi personal dan kompetensi profesional.
Bidang Pendidikan Madrasah (Pendma) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
Jawa Timur berupaya meningkatkan kompetensi dan kinerja guru madrasah dan tenaga
kepedidikan, melalui Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang dimulai sejak
tahun 2016 secara bertahap, berjenjang, dan berkelanjutan yang akan menjadi program
nasional. Dasar utama pelaksanaan PKB adalah profil guru yang berasal dari Asesmen
Kompetensi Guru Madrasah (APKGM) dan Penilaian Kinerja Guru (PKG). Adapun hasil APKGM
dan PKG yang dilaksanakan pada tahun 2018 (Pada Bab 3 pada buku pedoman ini)
menunjukkan kondisi aktual kualitas guru madrasah di Provinsi Jawa Timur yang rata-rata
masih di bawah 70, sehingga perlu upaya kebijakan untuk meningkatkan kompetensi guru
madrasah. Berdasarkan hal tersebut, Bidang Pendma menginisiasi suatu program Gerakan Ayo
Membangun Madrasah (GERAMM) yang diantaranya ada program Peningkatan Kompetensi
Guru (KATASI GURU).
KATASI GURU memiliki tiga komponen kegiatan, yaitu; 1) Rekrutmen, 2) Pembinaaan dan
Pengembangan Diri, 3) Perlindungan dan Kesejahteraan. Ketiga komponen tersebut
merupakan upaya meningkatkan kompetensi guru terhadap tugas utama guru dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran serta sebagai perwujudan
mengimplementasikan amanat Kurikulum 2013 yang memuat kompetensi abad 21, yaitu
Keterampilan 4C (Comunication, Collaboration, Critical Thingking and Problem Solving dan

3
Abdul Ghofir, Proses Belajar-Mengajar, (Malang : IAIN Sunan Ampel Fak. Tarbiyah Malang, 1987) hal. 7
4
E. Muljasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2003). hal. 38-39

290
Creativity and Innovation), Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa (PPKB), Literasi dan
Kewirausahaan.
Melalui evaluasi diri guru yang dilakukan setiap awal tahun, yang merupakan refleksi
terhadap kinerja guru dapat dijadikan rujukan awal dalam meningkatkan kompetensi dan
kinerjanya, melalui program KATASI GURU sebagai bagian upaya untuk mengimplementasikan
Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang standar kompetensi guru terdiri dari 4 dimensi
kompetensi guru, yaitu; pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

2. DASAR HUKUM
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4301);
b. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4586);
c. Peraturan Pemerintah No. 19/2005 Tentang Kompetensi Guru,
d. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 194, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4941);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Profesi Guru dan
Dosen;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional
Pendidikan;
g. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Kompetensi Guru;
h. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2010 tentang Program
Induksi bagi Guru Pemula;
i. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk
teknis Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya;
j. Permendikbud Nomor 16 Tahun 2019 tentang Penataan Linieritas Guru
Bersertifikat Pendidik;
k. Peraturan Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah;
l. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2016 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kemeterian Agama;

291
m. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2018 Tentang PKB
Guru;
n. SK Dirjen Pendis 5163 Tahun 2018 tentang Petunjuk Teknis Pengembangan
Pembelajaran Pada Madrasah;
o. SK Dirjen Pendis 5164 Tahun 2018 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran pada Madrasah.

3. TUJUAN
Buku Pedoman Program Peningkatan Kompetensi Guru (KATASI GURU) ini disusun untuk
dijadikan rujukan dalam penyelenggaraan kegiatan peningkatan kompetensi guru madrasah
yang meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik, professional, dan sosial. di lingkungan
Bidang Pendidikan Madrasah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur.

4. MANFAAT
Pedoman Peningkatan Kompetensi Guru (KATASI GURU) ini sebagai bagian integrasi dari
Gerakan Ayo Membangun Madrasah (GERAMM) diharapkan dapat dijadikan panduan dalam
mewujudkan kesamaan pemahaman dan pandangan serta membangun sinergi program bagi
pengambil kebijakan dan semua pemangku kepentingan dalam melaksanakan program
Peningkatan Kompetensi Guru (KATASI GURU) di lingkungan Bidang Pendidikan Madrasah
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur. Diharapkan kepada guru madrasah
untuk selalu berupaya mengembangkan kompetensi dirinya, dalam melakukan tugas pokok
dan fungsinya dengan baik, sebagaimana diatur oleh Undang-Undang, sehingga berimplikasi
positif terhadap peningkatan mutu madrasah.

5. SASARAN
a. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur
b. Balai Diklat Keagamaan (BDK) Provinsi Jatim
c. Madrasah Development Center (MDC) Provinsi Jawa Timur
d. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/ Kota
e. Penyelenggara Pendidikan Madrasah
f. Pengawas Madrasah
g. Kepala Madrasah
h. Guru Madrasah
i. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)/ Kelompok Kerja Guru (KKG)/ Ikatan Guru
Raudlatul Athfal (IGRA)

292
B. KONSEP DASAR
1. KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI GURU
a. Kedudukan Guru
Di dalam masyarakat, dari yang terbelakang sampai yang paling maju, guru memegang
peranan penting hampir tanpa terkecuali, guru merupakan satu diantara pembentukan-
pembentukan utama calon warga masyarakat.2 Ada beragam julukan yang diberikan kepada
sosok seorang guru. Salah satu yang paling terkenal adalah “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”.
Julukan ini mengindikasikan betapa besarnya peran dan jasa yang dilakukan guru sehingga
guru disebut sebagai pahlawan.Guru adalah sosok yang rela mencurahkan sebagian besar
waktunya untuk mengajar dan mendidik siswa, sementara penghargaan dari sisi material,
misalnya,sangat jauh dari harapan.3
Guru sangat berperan dalam membantu peserta didik untuk mewujudkan tujuan
hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk yang
lemah, yang dalam perkembanganya masih membutuhkan orang lain,sejak lahir, bahkan
pada saat meninggal.4

Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003, dikemukakan bahwa:

Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, pasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. 5

Ahmad Tafsir (1992) mengemukakan pendapat bahwa guru ialah “Orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan
perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, kognitif maupun
psikomotorik.”6
Sardiman AM. (2000) memberikan pengertian guru adalah, “Tenaga profesional di
bidang kependidikan yang memiliki tugas “mengajar”, “mendidik” dan “membimbing” anak
didik agar menjadi manusia yang berpribadi (Pancasila)”. 7
Jabatan guru adalah suatu “profesi” Profesi yang dimaksud adalah keahliannya dalam
bidang pendidikan. Ia bekerja atau melakukan pekerjaan mendidik orang-orang yang

2
W.James Pophanm-eva L.Baker, Teknik Belajar Secara Sistematis, (Jakarta: Rineka Cipta,2005), hal. 12.
3
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif,(Yogyakarta : Pustaka Belajar,2011), hal.13.
4
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 35.
5
Dedi Hamid, Undang-undang No. 20 Tahuun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta, Asokadikta Daruru Bahagia,
2003), hal. 3.
6
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 1992), hal. 74-75
7
Sardiman, AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 148.

293
menjadi peserta didiknya. Yang tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar
bidangnya pekerjaan ini cukup berat. Karena meliputi tiga komponen, yakni mendidik,
mengajar dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar dapat
diartikan sebagai upaya meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Sedangkan
melatih adalah mengembangkan keterampilan-keterampilan pada peserta didik.
Islam adalah agama yang sangat menghargai pengetahuan, karena pengetahuan yang
dimiliki oleh guru itulah, maka guru berada di tempat satu tingkat di bawah kedudukan Nabi.
Tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan bukti nyata. Firman Allah dalam Surat
Al-Mujadalah ayat 11:
ۡ‫ٱَّللهُ ٱلهذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلهذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ َدرَجَۡتۡۡ وَٱَّللهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِير‬
Artinya :
“Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan. Dan Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.”8

Dari penjelasan dan ayat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kedudukan orang
yang berpengetahuan itu sangat mulia di hadapan Allah maupun sesama manusia. Adapun
konskuensi bagi orang yang memiliki pengetahuan adalah mengamalkan dan mengajarkan
pengetahuan kepada orang lain.

2. Tugas Guru
Dalam paradigma Jawa, pendidik yang diidentikkan dengan “guru” mempunyai makna
"digugu dan ditiru" artinya mereka yang selalu dicontoh dan dipanuti. Oleh karena itu profil
seorang guru sampai saat ini masih ditempatkan pada kedudukan yang terhormat oleh
murid maupun masyarakat, kecuali jika seorang guru telah melanggar kode etik guru.
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang pendidik dan tenaga kependidikan pasal 39
dipaparkan dua tugas seorang guru yakni:
a) Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan tugas administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan.

8
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta Yayasan Penyelenggara Penerjemah dan Penafsir
Al Qur’an, 1983) hal. 910.

294
b) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. 9
Sedangkan baik yang terikat dinas maupun di luar dinas dalam bentuk
pengabdian sebagai anggota masyarakat menurut Daoed Yoesoef dalam bukunya Moh.
Uzer Usman (1996) ada beberapa tugas yang dimiliki oleh seorang guru, yaitu:
a) Tugas profesi
b) Tugas kemanusiaan
c) Tugas kemasyarakatan10
d) Tugas Profesi
Guru merupakan suatu profesi yang artinya, suatu jabatan atau pekerjaan yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini mestinya tidak dilakukan
oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan. Itulah sebabnya jenis profesi ini
paling mudah terkena pencemaran. Adapun tugas guru sebagai suatu profesi meliputi :
1) Guru sebagai pengajar
Guru sebagai pengajar lebih menekankan pada tugas merencanakan dan
melaksanakan pengajaran serta mengevaluasi program pengajaran yang telah
dilakukan maupun mengevaluasi hasil belajar siswa, yaitu untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
2) Sebagai pendidik
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Dalam hal
ini tugas seorang guru sebagai pendidik lebih banyak diarahkan membimbing
pembentukan kepribadian anak didik, sehingga anak didik memiliki sopan santun yang
tinggi, dapat menghargai orang lain, memiliki rasa sosial terhadap sesama, yang pada
intinya untuk mengembangkan dan meneruskan nilai – nilai hidup.
3) Sebagai pemimpin
Pemimpin di sini diartikan memimpin diri sendiri, memimpin murid maupun
orang lain. Seorang guru berkewajiban mengelola kehidupan lembaganya, yang meliputi
pengelolaan personal anak didik, pengelolaan material atau sarana, dan pengelolaan
operasional atau tindakan yang dilakukan menyangkut metode mengajar dan
pelaksanaan mengajar.

9
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hal 197-198.
10
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 1996), hal. 6.

295
Sedangkan tugas guru sebagi suatu profesi dalam implementasi pengelolaan
proses belajar mengajar menurut Suryosubroto adalah :
(a) Menyusun program pengajaran:
- Program tahunan pelaksanaan kurikulum
- Program semester
- Program satuan pelajaran
- Perencanaan program mengajar
(b) Menyajikan atau melaksanaan pengajaran:
- Menyampaikan materi
- Menggunakan metode mengajar
- Menggunakan media atau sumber
- Mengelola kelas atau interaksi belajar mengajar
(c) Melaksanakan evaluasi belajar:
- Menganalisis hasil evaluasi belajar
- Melaporkan hasil evaluasi belajar
- Melaksanakan program perbaikan dan pengayaan11

a) Tugas Kemanusiaan
Dalam menjalankan tugasnya dalam mendidik, seorang guru seorang guru memiliki dua
fungsi yakni kedinasan dan moral. Tugas kemanusiaan inilah yang merupakan salah satu
wujud nyata dari fungsi moral. Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak
didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-
baiknya.12 Guru berperan sebagai orang tua kedua, yang bekerja secara suka rela dan
tanpa pamrih. Bentuk pengabdian ini dilaksanakan guru karena beberapa alasan yaitu:
1) Merasa terpanggil.
2) Mempunyai rasa tanggung jawab secara penuh dan sadar mengenai tugasnya.
3) Mencintai dan menyayangi anak didik.
Melalui tugas kemanusiaan guru seharusnya mampu membantu anak didik untuk
mengembangkan daya berpikir atau penalaran sedemikian rupa sehingga sehingga
dapat menjadi manusia dewasa yang memiliki kemampuan menguasai ilmu
pengetahuan dan mengembangkannya untuk kesejahteraan hidup umat manusia. 13

11
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1997), hal. 19
12
http://edukasi.kompasiana.com/2012/01/04/tugas-dan-tanggung-jawab-seorang-guru/, diakses 20 Mei 2019.
13
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Rosda Karya, 1984), hal. 78

296
b) Tugas kemasyarakatan
Saat ini sebagian besar masyarakat menempatkan guru pada kedudukan yang
lebih terhormat di lingkungannya karena pengetahuan yang dimiliki oleh guru. Dengan
pengetahuan yang dimiliki guru inilah diharapkan masyarakat memperoleh
pengetahuan darinya. Ini berarti bahwa seorang guru berkewajiban mencerdaskan
bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan
Pancasila.14
Dari ketiga tugas guru tersebut, yang paling dominan dilakukan oleh guru adalah
tugas profesi. Disamping menguasai pengetahuan profesi sebagai guru dituntut untuk
memiliki kepribadian guru, norma keagamaan dan kemanusiaan. Seperti yang
dikatakan Sardiman A M :
Seorang dikatakan sebagai seorang guru tidak cukup tahu sesuatu materi yang akan
diajarkan, tetapi pertama kali ia harus merupakan seorang yang memiliki
“kepribadian guru” dengan segala ciri tingkat kedewasaan. Dengan kata lain bahwa
untuk menjadi pendidik atau guru, seseorang harus berpribadi. 15

Ketiga tugas di atas jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus
memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa
yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi.

3. Fungsi Guru
Dalam kegiatan belajar mengajar pada dasarnya merupakan suatu interaksi
antara siswa dan guru. Yakni siswa sebagai pihak yang belajar sedangkan guru sebagai
pihak yang mengajar. Namun disadari atau tidak guru merupakan bagian terpenting
dalam proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan peran guru yang sangat kompleks
dalam suatu kegiatan pembelajaran yaitu “mengajar, memberi dorongan, memuji,
menghukum, memberi contoh, membiasakan dan sebagainya.” 16
Beberapa fungsi guru dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar
meliputi beberapa hal sebagaimana dikemukakan oleh Moon yaitu sebagai berikut: Guru
sebagai Perancang Pembelajaran (Designer Of Instruction), guru sebagai pengelola
pembelajaran (Manager of Instruction), guru sebagai pengarah pembelajaran, guru

14
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 1996), hal. 7
15
Sardiman A M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 135
16
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Rosda Karya, 1984), hal. 78

297
sebagai evaluator (Evaluator of Student Learning), guru sebagai konselor, guru sebagai
pelaksana kurikulum.17
John P. Dececco William Crowfort, dalam bukunya The Psychology of Learning and
Instruction Educational Psychology menyatakan pendapat Bugelsky bahwa, “Guru dalam
proses belajar mengajar berfungsi sebagai motivator (pendorong), reinforce
(pemberdaya) dan instructor (pelatih).”18
Sedangkan menurut Adam dan Decley fungsi guru dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut: “Guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur
lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, penanya,
evaluator dan konselor.” 19
Menurut Akhyak dalam bukunya profil pendidik sukses peran dan fungsi guru
meliputi banyak hal yaitu, “Guru sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator,
evaluator, educator, instruktur, innovator, motivator, pekerja sosial, ilmuwan, orang tua,
teladan, pencari keamanan, psikolog dalam pendidikan, dan pemimpin. 20
Adapun fungsi guru dalam program Gerakan Ayo Membangun Madrasah yang
yang meliputi:
a) Gerakan Literasi Madrasah [GELEM]
Dalam program Gerakan Literasi Madrasah (Gelem) guru melaksanakan pembiasaan
gerakan literasi madrasah, pengembangan literasi madrasah dan proses
pembelajaran berbasis literasi
b) Gerakan Madrasah Inovasi [GEMI]
Dalam program Gerakan Inovasi Madrasah (Gemi) guru mendukung upaya
mencetak madrasah entrepreneur, memberikan penguatan pendidikan karakter
dengan kewirausahaan dan membantu kepala madrasah dalam menggali potensi
untuk mengembangkan unit usaha dalam berbagai bidang.
c) Gerakan Madrasah Sehat [GEMES]
Dalam program Gerakan Madrasah Sehat (Gemes) guru harus ikut serta mendukung
budaya hidup bersih dan sehat agar mampu melindungi diri terhadap pengaruh
napza, kenakalan remaja, penyakit menular, HIV/AIDS, sanitasi lingkungan

17
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta, PT.
Bumi Aksara, 2007), hal. 23
18
Marasudin Siregar, Didaktik, Metodik, dan Kedudukan dalam Proses Belajar Mengajar, (Yogyakarta,
Sumbangsih, 1985), hal. 8
19
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 1996), hal. 9
20
Akhyak, Profil Pendidik Sukses, (Surabaya, eLKAF,2005) , hal.11

298
madrasah, menumbuhkan sikap mandiri, perilaku dan keterampilan hidup sehat,
menumbuhkan peran siswa terhadap kesehatan lingkungan madrasah dan rumah.
d) Gerakan Furudul ‘Ainiyah [GEFA]
Dalam program Gerakan Furudhul ‘Ainiyah (Gefa) guru melakukan pengintegrasian
furudhul ‘ainiyah dalam belajar mengajar, pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler dan
program-program pembiasaan furudhul ‘ainiyah di madrasah.

2. KOMPETENSI GURU
Dalam undang-undang Guru dan Dosen NO. 14/2005 dan Peraturan Pemerintah No.
19/2005 dinyatakan bahwa “kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian,
pedagogik professional, dan sosial”. 21 Keempat jenis kompetensi guru beserta
subkompetensi dan indikator esensialnya diuraikan sebagai berikut:
a. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan “kemampuan yang mencerminkan
kepribadian mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik dan berakhlak mulia”.22 kompetensi pribadi yaitu perangkat perilaku
yang berkaitan dengan kemampuan individu daam mewujudkan dirinya sebagai
pribadi yang mandiri untuk melakukan transformasi diri, identitas diri, adentitas
diri dan pemahaman diri. Kompetensi pribadi meliputi “kemampuan-kemampuan
dalam memahami diri, mengelola diri, mengendalikan diri dan menghargai
diri”.23Secara rinci subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Subkompetensi kepribadian yang mantab dan stabil memiliki indikator esensial:
bertindak sesuai dengan norma hukum , bertindak sesuai dengan norma sosial,
bangga sebagai guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan
norma.
2) Subkompetensi kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial:
menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos
kerja sebagai guru.

21
Sarimaya, Farida, Sertifikasi Guru. (Bandung: CV. Yrama Widya, 2008) hal. 17.
22
Ibid., hal. 18
23
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam
Sertifikasi Guru. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 55

299
3) Subkompetensi kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan
tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan
masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak.
4) Subkompetensi kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial:
memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki
perilaku yang disegani.
5) Subkompetensi akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator
esensial: bertindak sesuai norma religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka
menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
6) Subkompetensi evaluasi diri dan pengembangan diri memiliki indikator esensial:
memilki kemampuan untuk berintropeksi, dan mampu mengembangkan potensi
diri secara optimal.24

Kompetensi pribadi adalah “sikap pribadi guru berjiwa pancasila yang


mengutamakan budaya bangsa indonesia, yang rela berkorban bagi kelestarian
bangsa dan negara”.25 Dalam kompetensi pribadi, guru sering dianggap sebagai
sosok yang memiliki kepribadian ideal, oleh karena itu, pribadi guru sering dianggap
sebagai model atau panutan (yang harus di-gugu dan ditiru). Sebagai seorang model,
guru harus memiliki kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan
kepribadian (personal competencies).26
Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan
dan perkembangan pribadi peserta didik. Kompetensi kepribadian ini memiliki
peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna
menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta
mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada umumnya. 27
Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan
pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat
berperan dalam pembentukan pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena
manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh pribadi
gurunya dalam membentuk kepribadiannya. Semua itu menunjukkan bahwa

24
Sarimaya, Sertifikasi Guru..., hal. 18
25
Kunandar, Guru Profesional…, hal. 56
26
Akhyak. Profil Pendidik Sukses. (Surabaya. Elkaf . 2005), hal. 19
27
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru. (Bandung: Remaja Rosdakarya,2007), hal. 117

300
kompetensi personal atau kepribadian guru sangat dibutuhkan oleh peserta didik
dalam proses pembentukan pribadinya.

b. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik dijelaskan dalam Standar Nasional Pendidikan pasal 26
ayat 3 butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah:
Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.28

Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik,


perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator
esensial sebagai berikut:
1) Subkompetensi memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator
esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
perkembangan kognitif, memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-
prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal awal peserta didik.
2) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial:
memahami landasan pendidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran,
menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik,
kompetensi yang ingin dicapai dan materi ajar, serta menyusun rancangan
pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
3) Subkompetensi melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator
esensial: menata latar (setting) pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran
yang kondusif.
4) Subkompetensi merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki
indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (asessement) proses
dan hasil belajar dengan menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery

28
Ibid., hal. 75

301
learning), dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan
kualitas program pembelajaran secara umum.
5) Subkompetensi mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai kompetensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik
untuk mengembangkan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi peserta
didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi
peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non akademik. 29

c. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah “kompetensi atau kemampuan yang
berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan”. 30Kompetensi ini
merupakan kompetensi yang sangat penting, oleh sebab langsung berhubungan
dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh sebab itu tingkat keprofesionalan seorang
guru dapat dilihat dari kompetensi ini.

Kompetensi profesional adalah kemampuan dalam penguasaan akademik


(mata pelajaran/bidang studi) yang diajarkan dan terpadu dengan
kemampuan mengajarnya sekaligus sehingga guru memiliki wibawa
akademik.31

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir c


dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah:
Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. 32

Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara


luas dan mendalam, yang mencangkup penguasaan materi kurikulum mata
pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi materinya, serta
penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi
tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:

29
Sarimaya, Sertifikasi Guru..., hal. 19-20
30
Munardji, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004), hal. 7-8
31
Kunandar, Guru Profesional…, hal. 56
32
E. Mulyasa, Standar Kompetensi…, hal. 135

302
1) Subkompetensi menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi
memiliki memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam
kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang
menaungi atau koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antar
mata pelajaran terkait, dan menerapkan konsep keilmuan dalam kehidupan
sehari-hari.
2) Subkompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator
esensial menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian untuk memperdalam
pengetahuan materi bidang studi secara profesional dalam kontek global. 33

d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kepandidikan,
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi sosial yaitu perangkat perilaku tertentu yang merupakan dasar
dari pemahaman diri sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan
sosial serta tercapainya interaksi sosial secara efektif. 34

Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai


berikut:
a) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik.,
subkompetensi ini memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif
dengan peserta didik.
b) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan
tenaga pendidik.
c) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta
didik dan masyarakat sekitar.35

Guru adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak bisa terlepas dari
kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya, oleh karena itu guru
dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama dalam

33
Sarimaya, Sertifikasi Guru..., hal. 21
34
Kunandar, Guru Profesional…, hal. 56
35
Sarimaya, Sertifikasi Guru..., hal. 22

303
kaitannya dengan pendidikan yang tidak terbatas pada pembelajaran di
sekolah tetapi juga pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung di
masyarakat.36

Guru merupakan tokoh dan tipe makhluk yang diberi tugas dan
tanggungjawab, membina dan membimbing masyarakat ke arah norma yang
berlaku. Untuk itu maka guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat
dalam rangka menyelenggarakan proses belajar mengajar yang efektif. Karena
dengan kemampuan sosial yang dimiliki guru tersebut, secara otomatis hubungan
sekolah dengan masyarakat akan berjalan beriringan dengan lancar. Sehingga bila
ada permasalahan antara sekolah dan masyarakat (orang tua atau wali) tidak
merasa kesulitan dalam mencari jalan penyelesaiannya.
Perlu dijelaskan bahwa sebenarnya keempat kompetensi (kepribadian,
pedagogik, professional, dan sosial) tersebut dalam praktiknya merupakan satu
kesatuan yang utuh (holistik) yang dapat diperoleh melalui pendidikan akademik
sarjana atau diploma empat, pendidikan profesi ataupun melalui pembinaan dan
pengembangan profesi guru. Pembinaan dan pengembangan profesi guru dalam
jabatan dapat dimanfaatkan baik untuk pengembangan potensi maupun untuk
pengembangan karir guru.

3. PENINGKATAN KOMPETENSI GURU


a. Prinsip Peningkatan Kompetensi Guru
Secara umum program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan
menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini.
1) Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa.
2) Satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.
3) Suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan guru yang berlangsung
sepanjang hayat.
4) Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas
guru dalam proses pembelajaran.

36
E. Mulyasa, Standar Kompetensi…, hal. 173

304
5) Memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

Secara khusus program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan


dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini.
1) Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam
kompetensi dan indikator harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara
keilmuan.
2) Relevan, rumusannya berorientasi pada tugas dan fungsi guru sebagai tenaga
pendidik profesional yakni memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,
dan profesional.
3) Sistematis, setiap komponen dalam kompetensi jabatan guru berhubungan
secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
4) Konsisten, adanya hubungan yang ajeg dan taat asas antara kompetensi dan
indikator.
5) Aktual dan kontekstual, yakni rumusan kompetensi dan indikator dapat
mengikuti perkembangan Ipteks.
6) Fleksibel, rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan jaman.
7) Demokratis, setiap guru memiliki hak dan peluang yang sama untuk
diberdayakan melalui proses pembinaan dan pengembangan profesionalitasnya,
baik secara individual maupun institusional.
8) Obyektif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya dengan
mengacu kepada hasil penilaian yang dilaksanakan berdasarkan indikator-
indikator terukur dari kompetensi profesinya.
9) Komprehensif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya untuk
mencapai kompetensi profesi dan kinerja yang bermutu dalam memberikan
layanan pendidikan dalam rangka membangun generasi yang memiliki
pengetahuan, kemampuan atau kompetensi, mampu menjadi dirinya sendiri, dan
bisa menjalani hidup bersama orang lain.
10)Memandirikan, setiap guru secara terus menerus diberdayakan untuk mampu
meningkatkan kompetensi guru secara berkesinambungan, sehingga memiliki
kemandirian profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsi profesinya.

305
11)Profesional, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan
dengan mengedepankan nilai-nilai profesionalitas.
12)Bertahap, dimana pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru
dilaksanakan berdasarkan tahapan waktu atau tahapan kualitas kompetensi
yang dimiliki oleh guru.
13)Berjenjang, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan
secara berjenjang berdasarkan jenjang kompetensi atau tingkat kesulitan
kompetensi yang ada pada standar kompetensi.
14)Berkelanjutan, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru
dilaksanakan sejalan dengan perkembangan ilmu pentetahuan, teknologi dan
seni, serta adanya kebutuhan penyegaran kompetensi guru;
15)Akuntabel, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dapat
dipertanggungjawabkan secara transparan kepada publik;
16)Efektif, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru harus
mampu memberikan informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan yang tepat oleh pihak-pihak yang terkait dengan profesi dan karir
lebih lanjut dalam upaya peningkatan kompetensi dan kinerja guru.
17)Efisien, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru harus
didasari atas pertimbangan penggunaan sumberdaya seminimal mungkin untuk
mendapatkan hasil yang optimal.

b. Komponen Peningkatan Kompetensi Guru


Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional mengembangkan standar kompetensi guru yang meliputi 3 (tiga)
komponen. Komponen tersebut meliputi:
a) Komponen Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran dan Wawasan
Kependidikan
Kompetensi ini merupakan perpaduan antara kompetensi professional dan
pedagogik. Kompetensi pengelolaan pembelajaran artinya adalah kemampuan guru
dalam merencanakan, melaksanakan, menilai hasil belajar, dan melakukan tindak
lanjut terhadap hasil penilaian hasil belajar siswa.
Kompetensi pengelolaan pembelajaran diperoleh dari kompetensi guru dalam
menguasai wawasan kependidikan. Wawasan kependidikan yang harus dikuasai
guru meliputi:

306
 Penguasaan landasan kependidikan, yang meliputi ilmu-ilmu dan ketrampilan
pendidikan pendidikan.
 Pemahaman terhadap kebijakan pendidikan, yaitu berbagai aturan dan kebijakan
pendidikan baik yang ditetapkan oleh pemerintah maupun kebijakan yang
diambil oleh sekolah.
 Pemahaman terhadap tingkat perkembangan siswa yang didasarkan atas
konsep-konsep psikologi.
 Pemahaman terhadap pendekatan pembelajaran sesuai materi pembelajaran,
yang berarti pula ketrampilan dalam menerapkan konsep-konsep didaktik-
metodik. Guru terampil menerapkan pendekatan-pendekatan pembelajaran
yang memungkinkan pembelajaran berlangsung efektif, dalam arti siswa berhasil
mencapai kompetensi yang ditetapkan.
 Ketrampilan memanfaatkan berbagai kemajuan teknologi dalam pembelajaran.
b) Kompetensi Akademik/Vokasional sesuai materi pembelajaran
Kompetensi ini pada dasarnya merupakan bagian dari kompetensi profesi.
Penguasan kompetensi ini ditandai dengan penguasaan materi pembelajaran secara
optimal oleh guru, baik secara teoretik maupun praktik.
c) Pengembangan Profesi.
Kompetensi ini menunjuk pada kemampuan guru dalam mengembangkan diri
sesuai bidang profesinya. Guru merupakan profesi ganda, yaitu sebagai ilmuwan
sekaligus praktisi. Sebagai praktisi, guru jelas dituntut mampu melaksanakan
pembelajaran yang efektif. Sedangkan sebagai ilmuwan guru dituntut mampu
melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah, melakukan penelitian dan penulisan karya
ilmiah, mempublikasikan hasil karyanya, menjadi prasaran seminar dan pelatihan
serta menulis buku dan bahan ajar sendiri.
Penjabaran ke-3 komponen kompetensi guru di atas adalah sebagai berikut:
a) Komponen Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran
1) Menyusun rencana pembelajaran
 Mendeskripsikan tujuan pembelajaran
 Menentukan materi sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan
 Mengorganisasikan materi berdasarkan urutan dan kelompok
 Mengalokasikan waktu
 Menentukan metode pembelajaran yang sesuai
 Merancang prosedur pembelajaran

307
 Menentukan media pembelajaran/peralatan praktikum (dan bahan) yang
akan digunakan
 Menentukan sumber belajar yang sesuai (berupa buku, modul, program
komputer dan sejenisnya)
 Menentukan teknik penilaian yang sesuai
2) Melaksanakan Pembelajaran
 Membuka pelajaran dengan metode yang sesuai
 Menyajikan materi pelajaran secara sistematis
 Menerapkan metode dan prosedur pembelajaran yang telah ditentukan
 Mengatur kegiatan siswa di kelas
 Menggunakan media pembelajaran/peralatan praktikum (dan bahan) yang
telah ditentukan
 Menggunakan sumber belajar yang telah dipilih (berupa buku, modul,
program komputer dan sejenisnya)
 Memotivasi siswa dengan berbagai cara yang positif
 Melakukan interaksi dengan siswa menggunakan bahasa yang komunikatif
 Memberikan pertanyaan dan umpan balik, untuk mengetahui dan
memperkuat penerimaan siswa dalam proses pembelajaran
 Menyimpulkan pembelajaran
 Menggunakan waktu secara efektif dan efisien
3) Menilai prestasi belajar
 Menyusun soal/perangkat penilaian sesuai dengan indikator/kriteria unjuk
kerja yang telah ditentukan
 Melaksanakan penilaian
 Memeriksa jawaban/memberikan skor tes hasil belajar berdasarkan
indikator/kriteria unjuk kerja yang telah ditentukan
 Menilai hasil belajar berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditentukan
 Mengolah hasil penilaian
 Menganalisis hasil penilaian (berdasarkan tingkat kesukaran, daya pembeda,
validitas dan reliabilitas)
 Menyimpulkan hasil penilaian secara jelas dan logis (misalnya : interpretasi
kecenderungan hasil penilaian, tingkat pencapaian siswa dll)
 Menyusun laporan hasil penilaian
 Memperbaiki soal/perangkat penilaian

308
4) Melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik
 Mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian
 Menyusun program tindak lanjut hasil penilaian
 Melaksanakan tindak lanjut
 Mengevaluasi hasil tindak lanjut hasil penilaian
 Menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian
b) Komponen Kompetensi Wawasan Kependidikan
1) Memahami landasan kependidikan
 Menjelaskan tujuan dan hakekat pendidikan
 Menjelaskan tujuan dan hakekat pembelajaran
 Menjelaskan konsep dasar pengembangan kurikulum
 Menjelaskan struktur kurikulum
2) Memahami kebijakan pendidikan
 Menjelaskani visi, misi dan tujuan pendidikan nasional
 Menjelaskan tujuan pendidikan tiap satuan pendidikan sesuai tempat
bekerjanya
 Menjelaskan sistem dan struktur standar kompetensi guru
 Memanfaatkan standar kompetensi siswa
 Menjelaskan konsep pengembangan pengelolaan pembelajaran yang
diberlakukan (Misal : life skill, BBE/Broad Based Education, CC/Community
College, CBET/Competency-Based Education and Training dan lain-lain).
 Menjelaskan konsep pengembangan manajemen pendidikan yang
diberlakukan (Misal : MBS /Manajemen Berbasis Sekolah, Dewan
Pendidikan, Komite Sekolah dan lain-lain)
 Menjelaskan konsep dan struktur kurikulum yang diberlakukan (Misal :
Kurikulum berbasis kompetensi)
3) Memahami tingkat perkembangan siswa
 Menjelaskan psikologi pendidikan yang mendasari perkembangan siswa
 Menjelaskan tingkat-tingkat perkembangan mental siswa
 Mengidentifikasi tingkat perkembangan siswa yang dididik
4) Memahami pendekatan pembelajaran yang sesuai materi pembelajarannya
 Menjelaskan teori belajar yang sesuai materi pembelajarannya
 Menjelaskan strategi dan pendekatan pembelajaran yang sesuai materi
pembelajarannya

309
 Menjelaskan metode pembelajaran yang sesuai materi pembelajarannya
 Menerapkan kerja sama dalam pekerjaan
5) Kompetensi Menerapkan Kerja Sama dalam Pekerjaan
 Menjelaskan arti dan fungsi kerjasama dalam pekerjaan
 Menerapkan kerjasama dalam pekerjaan
6) Memanfaatkan kemajuan IPTEK dalam pendidikan
 Menggunakan berbagai fungsi internet, terutama menggunakan e-mail
dan mencari informasi
 Menggunakan komputer terutama untuk word processor dan spread
sheet (Contoh: Microsoft Word, Excel)
 Menerapkan bahasa Inggris untuk memahami literatur asing/memperluas
wawasan kependidikan.
c) Komponen Kompetensi Akademik/Vokasional sesuai materi pembelajaran
Menjelaskan dan menerapkan materi pelajaran sesuai bidang keilmuan atau mata
pelajaran yang diajarkan.

d) Komponen Kompetensi Pengembangan Profesi


 Menulis karya ilmiah hasil penelitian/ pengkajian/ survei/evaluasi di bidang
pendidikan
 Menulis karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri di bidang
pendidikan sekolah
 Menulis tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan sekolah pada media massa
 Menulis prasaran/makalah berupa tinjauan, gagasan atau ulasan ilmiah yang
disampaikan pada pertemuan ilmiah
 Menulis buku pelajaran/modul/diktat

C. Gambaran Umum Guru


1. Deskripsi Kebutuhan Guru
a. Peta Sebagai Guru
Secara umum berdasarkan rekap data dari Simpatika pada bulan Juni 2019, peta
sebaran guru di madrasah negeri terdapat 11.591 guru PNS dan 4.319 guru Non PNS
dengan total jumlahnya 15.910 guru. Sedangkan di madrasah swasta terdapat 5.394 guru
PNS dan 158.267 guru Non PNS dengan total guru 179.571 guru. Berikut ini tabel 3.1.
tentang guru madrasah berdasarkan status madrasah.

310
Tabel 3.1.
Guru Madrasah Berdasar Status Madrasah
GURU
No. MADRASAH JUMLAH
PNS Non PNS
1 Negeri 11.591 4.319 15.910

2 Swasta 5.394 158.267 163.661

JUMLAH TOTAL 16.985 162.586 179.571

Sumber: Data Simpatika Bulan Juni 2019


Dari data tabel 3.1. di atas kiranya perlu dilakukan konsep mutasi yang proporsional,
dikarenakan ada beberapa madrasah negeri yang masih kekurangan guru PNS, padahal
penyebaran guru PNS banyak yang ada di madrasah swasta. Seperti tabel 3.2. tentang
kebutuhan guru PNS mata pelajaran Agama dan umum pada MIN di bawah ini dapat
diketahui bahwasanya masih dibutuhkan proses rekrutmen untuk memenuhi kebutuhan
guru Penjaskes di MIN.
Tabel 3.2.
Kebutuhan Guru PNS Mapel Agama Dan Umum Pada MIN
YANG
PNS SELISIH
KEBUTUHA ADA KEKURANGA PEMENUHA
NO MAPEL DI KURANG
N DI MIN DI N DI MIN N DI MIN
MIS LEBIH
MIN
1 Penjaskes 313 77 236 95 236 -141
2 Agama 626 255 371 503 371 132
3 Kelas 1879 2153 -274 3684 -274 3958

Sumber: Data Simpatika Bulan Juni 2019


Pada tabel 3.3. tentang kebutuhan guru PNS mata pelajaran Agama dan umum pada
MTsN di bawah ini dapat diketahui bahwasanya masih dibutuhkan proses rekrutmen untuk
memenuhi kebutuhan guru PKn dan Guru Bahasa Indonesia di MTsN.

311
Tabel 3.3.
Kebutuhan Guru PNS Mapel Agama Dan Umum Pada MTsN
YANG SELISIH
KEBUTUHAN KEKURANGAN PNS DI PEMENUHAN
NO MAPEL ADA DI KURANG
DI MTsN DI MTsN SWASTA DI MTsN
MTsN LEBIH
1 PKn 480 294 186 67 186 -119
2 IPS 642 613 29 156 29 127
3 IPA 802 649 153 155 153 2
Bahasa
24 117
4 Inggris 642 618 24 141
Bahasa
367 -247
5 Indonesia 962 595 367 120
6 Matematika 802 775 27 175 27 148
7 Agama 1283 1217 66 1004 66 938

Sumber: Data Simpatika Bulan Juni 2019

Pada tabel 3.3. tentang kebutuhan guru PNS mata pelajaran Agama dan umum pada
MAN di bawah ini dapat diketahui bahwasanya masih dibutuhkan proses rekrutmen untuk
memenuhi kebutuhan guru Biologi, Kimia dan Fisika di MAN.

Tabel 3.4.
Kebutuhan Guru PNS Mapel Agama Dan Umum Pada MAN
SELISIH
KEBUTUHAN YANG ADA KEKURANGAN PNS DI PEMENUHAN
NO MAPEL KURANG
DI MAN DI MAN DI MAN SWASTA DI MAN
LEBIH
1 Penjaskes 182 116 66 115 66 49
2 Biologi 431 220 211 20 211 -191
3 PKn 182 125 57 60 57 3
4 Kimia 431 195 236 9 236 -227
5 Fisika 431 177 254 14 254 -240
Bahasa
38 96
6 Inggris 365 327 38 134

312
Bahasa
100 14
7 Indonesia 365 265 100 114
8 Matematika 365 366 -1 170 -1 171
9 Agama 729 512 217 916 217 699

Sumber: Data Simpatika Bulan Juni 2019

Peta sebaran guru madrasah di lingkungan Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur
meliputi jenjang RA, MI, MTs, dan MA, baik madrasah negeri maupun madrasah swasta
dengan berbagai status guru. Pada jenjang RA terdapat 472 guru dengan status PNS
sedangkan dengan status Non PNS sejumlah 25.632 guru, jadi total guru RA adalah 26.104
guru. Pada jenjang MI terdapat 6.427 guru dengan status PNS dan 71.940 guru dengan
status Non PNS, jadi total guru MI adalah 78.367 guru. Pada jenjang MTs terdapat 6.486
guru dengan status PNS dan 42.860 guru dengan status Non PNS, jadi total guru MTs adalah
49.346 guru. Pada jenjang MA terdapat 3.597 guru dengan status PNS dan 22.154 guru
dengan status Non PNS, jadi total guru MA adalah 25.751 guru. Berikut ini tabel 3.5. tentang
data guru PNS dan Non PNS Madrasah di Jawa Timur.

Tabel 3.5.
Data guru PNS dan Non PNS Madrasah
STATUS
No. JENJANG JUMLAH
PNS Non PNS
1 MA 3.597 22.154 25.751
2 MTS 6.486 42.860 49.346
3 MI 6.427 71.940 78.367
4 RA 472 25.632 26.104
JUMLAH TOTAL 16.982 162.586 179.568
Sumber: Data Simpatika Bulan Juni 2019

Data tabel 3.5. di atas sebagai acuan dalam pemberian Tunjangan Profesi Guru,
Tunjangan Kinerja Guru, Tunjangan Insentif Guru dan Tunjangan Khusus. Pemberian
tunjangan tersebut dalam rangka pelaksanaan program kesejahteraan guru. Disamping
itu, data tersebut dibawah ini menjadi acuan dalam penentuan kebijakan program
pembinaan guru.

313
Jumlah guru berdasarkan status impassing adalah 129.104 guru yang belum
inpassing dan 33.482 guru yang sudah impassing dengan total guru 162.586 guru, seperti
pada tabel 3.6. di bawah ini.
Tabel 3.6.
Guru Berdasarkan Status Impassing

No. STATUS IMPASSING JUMLAH

1 Belum Inpassing 129.104


2 Sudah Inpassing 33.482
JUMLAH TOTAL

Sumber: Data Simpatika Bulan Juni 2019

Data yang dipaparkan di atas sangat penting dalam penentuan kebijakan program
inpassing ke depan. Sebab masih banyak guru yang belum terdata sebagai guru yang
disetarakan (inpassing). Data ini sebagai acuan dalam penganggaran tunjangan profesi
guru bagi guru yang disetarakan (inpassing). Data guru yang belum inpassing akan menjadi
acuan dalam menyusun usulan program guru yang akan disetarakan (inpassing) ke
Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia.

1. Analisis Kebutuhan Guru


Setiap madrasah membutuhkan sumber daya manusia (guru) dalam hal ini guru
dengan jumlah yang berbeda-beda dan tidak selalu sama meskipun madrasah tersebut
berada dalam jenjang dan jenis pendidikan yang sama. Untuk dapat mengetahui berapa
kebutuhan guru dalam suatu madrasah maka diperlukan kegiatan analisis kebutuhan guru.
Melalui analisis kebutuhan dapat teridentifikasi kebutuhan pendidikan nyata di lapangan
dan sekaligus dapat diketahui urutan prioritas dari kebutuhan- kebutuhan tersebut.
Kebutuhan pada mulanya merupakan konsep yang sering digunakan dalam ilmu
ekonomi dan telah banyak dikembangkan untuk berbagai keperluaan dalam kegiatan
manusia yang berbeda. Dalam ilmu ekonomi kebutuhan disebut “demand”. Kebutuhan ini
dapat diartikan sebagai sesuatu yang diharapkan ada untuk memenuhi apa yang diperlukan.
Apabila hal tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi kondisi ketidakseimbangan atau
kesenjangan.

314
Kebutuhan adalah istilah dalam perencanaan yang memperlihatkan adanya gap
kesenjangan antara hasil yang dicapai sampai saat sekarang dengan hasil yang diinginkan.
Untuk memperbaiki hasil yang diperoleh sekarang sehingga mendapatkan hasil yang lebih
baik, maka diperlukan adanya suatu tambahan, tambahan itulah yang dimaksud dengan
kebutuhan. Kebutuhan dalam pendidikan bukan dipandang sebagai gap atau kesenjangan
tetapi apa yang harus terpenuhi dalam menjalankan pendidikan tersebut.
Dalam konteks pendidikan kebutuhan merupakan kondisi yang menuntut
terpenuhinya sesuatu hal untuk menjalankan proses pendidikan dengan baik. Seperti halnya
ketersediaan guru, fasilitas pembelajaran, kurikulum dan lain sebagainya. Kebutuhan tenaga
guru mengandung makna sejumlah orang yang dibutuhkan untuk mengerjakan sesuatu
pada lembaga tertentu dan pada periode tertentu. Kebutuhan tenaga guru adalah tuntutan
pemakaian jasa professional guru untuk memberikan pelayanan pendidikan terhadap anak
didik pada lembaga pendidikan pemakai jasa guru itu. Kebutuhan guru tidak bersifat tetap
tetapi mengalami perubahan- perubahan. Perubahan kebutuhan guru ini dapat disebabkan
oleh berbagai faktor. Mengelompokkan penyebab perubahan kebutuhan tenaga guru
sebagai berikut:
1) Perubahan terhadap jumlah murid yang disebabkan oleh:
1) Perubahan struktural dalam pendidikan, seperti batas usia yang diperbolehkan
untuk tingkat pendidikan tertentu, termasuk jumlah murid wajib belajar untuk usia
tertentu dan perubahan lamanya waktu belajar untuk menyelesaikan tingkat
pendidikan tertentu, perubahan jumlah penduduk dan persebarannya, perubahan
ratio enrolment jumlah penduduk usia sekolah yang mengikuti pendidikan dengan
jumlah usia sekolah secara keseluruhan.
2) Perubahan rasio antara guru-murid yang disebabkan oleh perubahan jumlah murid
rata- rata per kelas yang mungkin disebabkan oleh kebijaksanaan pempinan dan
kebijaksanaan nasional, perubahan fasilitas, perluasan gedung, metode belajar
mengajar yang digunakan, perubahan gari efektif sekolah, perubahan jam pelajaran
per minggu, dan perubahan jam wajib mengajar guru.
2) Perubahan yang disebabkan oleh adanya penggantian guru yang tidak memenuhi
syarat baik karena ijazah kualifikasi pendidikan, bidang studi yang diajarkan,
penggantian guru asing, dan lain sebagainya.
3) Perubahan yang disebabkan oleh adanya penggantian guru kerena meninggal dunia,
pensiun, berhenti dan lain- lain. Kebutuhan guru sangat berkaitan dengan
pertumbuhan jumlah murid, kurikulum, keadaan guru, kebijakan baru dan

315
sebagainya. Laju pertumbuhan murid dan populasi usia melanjutkan merupakan
yang dominan dalam perhitungan kebutuhan guru di masa yang akan datang. Adanya
perubahan kebutuhan guru yang disebabkan berbagai faktor ini menuntut adanya
analisis kebutuhan yang dilakukan dengan baik dan tidak asal- asalan. Hal ini karena
analisis kebutuhan merupakan langkah yang penting agar perencanaan yang
dilakukan benar-benar sesuai dengan tujuan atau keadaan sesungguhnya. Bila
analisis dan perencanaan hanya dilakukan asal-asalan, maka keputusan yang diambil
terkait dengan pengangkatan guru tidak berguna dan tidak mampu mengubah ke
keadaan yang diharapkan. Untuk dapat menghitung kebutuhan guru sangat
diperlukan data-data agar hasilnya benar-benar dapat mengambarkan kebutuhan
guru sesuai kondisi bukan hanya sekedar menebak.

B. Deskripsi Kompetensi Guru


1. Hasil APKGM
Hasil Assesmen Penilaian Kinerja Guru Madrasah (APKGM) yang dilaksanakan oleh
Bidang Pendidikan Madrasah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur pada
tahun 2018 pada jenjang RA, nilai tertinggi adalah 72 dan nilai terendah adalah 12, dengan
nilai rata-rata 45.
Dari data tersebut bisa menjadi acuan dalam menentukan model pembinaan terhadap
guru Raudlatul Athfal. Penentuan model pembinaan sangat penting untuk menyesuaikan
dengan kapasitas guru yang akan dibina. Berikut ini hasil APKGM Guru RA pada tabel 3.7.

Tabel 3.7.
Hasil APKGM Guru RA

NILAI NILAI NILAI


NO MAPEL JENJANG
TERTINGGI TERENDAH RATA-RATA

1 GURU RA 72 12 45 RA

Sumber: Data Hasil APKGM 2018 Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag
Jatim
Sedangkan Hasil Assesmen Penilaian Kinerja Guru Madrasah (APKGM) pada
jenjang MI, guru kelas nilai tertinggi adalah 96 dan nilai terendah 8, dengan nilai rata-rata 42.
Pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadist nilai tertinggi adalah 86 dan nilai terendah adalah 12,

316
dengan nilai rata-rata 61. Pada mata pelajaran Aqidah Akhlak nilai tertinggi adalah 62 dan
nilai terendah adalah 12, dengan nilai rata-rata 40. Pada mata pelajaran SKI nilai tertinggi
adalah 73 dan nilai terendah adalah 18, dengan nilai rata-rata 48. Pada mata pelajaran Bahasa
Arab nilai tertinggi adalah 66 dan nilai terendah adalah 10, dengan nilai rata-rata 35. Pada
mata pelajaran Fiqh nilai tertinggi adalah 80 dan nilai terendah adalah 16, dengan nilai rata-
rata 55. Pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani nilai tertinggi adalah 96 dan nilai terendah
adalah 22, dengan nilai rata-rata 67.
Data hasil APKGM guru MI dapat dijadikan acuan dalam menentukan model
pembinaan yang akan dilaksanakan untuk peningkatan kapasitas dan profesionalitas guru
MI. Berikut ini hasil APKGM Guru MI selengkapnya pada tabel 3.8.
Tabel 3.8.
Hasil APKGM Guru MI

NILAI NILAI NILAI


NO MAPEL JENJANG
TERTINGGI TERENDAH RATA-RATA
1 GURU KELAS 96 8 42 MI
AL-QURAN MI
2 86 12 61
HADIST
AQIDAH MI
3 62 12 40
AKHLAK
4 SKI 73 18 48 MI
5 B. ARAB 66 10 35 MI
6 FIQIH 80 16 55 MI
PENDIDIKAN MI
7 96 22 67
JASMANI
Sumber: Data Hasil APKGM 2018 Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag
Jatim

Hasil Assesmen Penilaian Kinerja Guru Madrasah (APKGM) pada jenjang MTs, pada
mata pelajaran Aqidah Akhlak nilai tertinggi adalah 60 dan nilai terendah adalah 12, dengan
nilai rata-rata 35. Pada mata pelajaran Bahasa Arab nilai tertinggi adalah 68 dan nilai
terendah adalah 10, dengan nilai rata-rata 36. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia nilai
tertinggi adalah 82 dan nilai terendah adalah 18, dengan nilai rata-rata 58. Pada mata
pelajaran Bahasa Inggris nilai tertinggi adalah 68 dan nilai terendah adalah 10, dengan nilai
317
rata-rata 40. Pada mata pelajaran Fiqh nilai tertinggi adalah 84 dan nilai terendah adalah 11,
dengan nilai rata-rata 56. Pada mata pelajaran IPA nilai tertinggi adalah 86 dan nilai terendah
adalah 20, dengan nilai rata-rata 58. Pada mata pelajaran Matematika nilai tertinggi adalah
78 dan nilai terendah adalah 4, dengan nilai rata-rata 42. Pada mata pelajaran Al-Qur’an
Hadits nilai tertinggi adalah 88 dan nilai terendah adalah 19, dengan nilai rata-rata 65.
Data hasil APKGM Guru MTs sangat penting dalam pengambilan kebijakan penentuan
model pembinaan dalam meningkatkan kualitas dan kapasitas guru MTs. Penentuan model
pembinaan menjadi penting dalam upaya menyesuaikan kapasitas guru MTs sebagaimana
nilai APKGM guru MTs. Berikut ini hasil APKGM Guru MTs selengkapnya pada tabel 3.9.

Tabel 3.9.
Hasil APKGM Guru MTs
NILAI
NILAI NILAI
NO MAPEL RATA- JENJANG
TERTINGGI TERENDAH
RATA
1 AKIDAH AKHLAQ 60 12 35 MTs
2 B. ARAB 68 10 36 MTs
3 B. Indonesia 82 18 58 MTs
4 B. INGGRIS 68 10 40 MTs
5 FIQH 84 11 56 MTs
6 IPA 86 20 58 MTs
7 MATEMATIKA 78 4 42 MTs
8 QURAN HADIST 88 19 65 MTs
9 SKI 64 14 37 MTs
Sumber: Data Hasil APKGM 2018 Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag
Jatim
Hasil Assesmen Penilaian Kinerja Guru Madrasah (APKGM) pada jenjang MA, pada
mata pelajaran Aqidah Akhlak nilai tertinggi adalah 70 dan nilai terendah adalah 16, dengan
nilai rata-rata 40. Pada mata pelajaran Bahasa Arab nilai tertinggi adalah 66 dan nilai
terendah adalah 12, dengan nilai rata-rata 40. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia nilai
tertinggi adalah 82 dan nilai terendah adalah 18, dengan nilai rata-rata 58. Pada mata
pelajaran Bahasa Inggris nilai tertinggi adalah 74 dan nilai terendah adalah 6, dengan nilai
rata-rata 42. Pada mata pelajaran Bahasa Inggris nilai tertinggi adalah 54 dan nilai terendah

318
adalah 14, dengan nilai rata-rata 31. Pada mata pelajaran Biologi nilai tertinggi adalah 80 dan
nilai terendah adalah 18, dengan nilai rata-rata 49. Pada mata pelajaran Ekonomi nilai
tertinggi adalah 62 dan nilai terendah adalah 8, dengan nilai rata-rata 36. Pada mata
pelajaran Fiqh nilai tertinggi adalah 85 dan nilai terendah adalah 14, dengan nilai rata-rata
61.
Pada mata pelajaran Fisika nilai tertinggi adalah 62 dan nilai terendah adalah 14,
dengan nilai rata-rata 34. Pada mata pelajaran Geografi nilai tertinggi adalah 62 dan nilai
terendah adalah 18, dengan nilai rata-rata 39. Pada mata pelajaran Kimia nilai tertinggi
adalah 86 dan nilai terendah adalah 14, dengan nilai rata-rata 54. Pada mata pelajaran
Matematika nilai tertinggi adalah 70 dan nilai terendah adalah 8, dengan nilai rata-rata 34.
Pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits nilai tertinggi adalah 92 dan nilai terendah adalah 18,
dengan nilai rata-rata 67. Pada mata pelajaran SKI nilai tertinggi adalah 64 dan nilai terendah
adalah 16, dengan nilai rata-rata 39. Pada mata pelajaran Sosiologi nilai tertinggi adalah 72
dan nilai terendah adalah 14, dengan nilai rata-rata 40.
Data hasil APKGM Guru MA sangat penting dalam pengambilan kebijakan penentuan
model pembinaan dalam meningkatkan kualitas dan kapasitas guru MA. Penentuan model
pembinaan menjadi penting dalam upaya menyesuaikan kapasitas guru MA sebagaimana
nilai APKGM guru MA. Berikut ini hasil APKGM Guru MA selengkapnya pada tabel 3.10.

Tabel 3.10.
Hasil APKGM Guru MA
NILAI NILAI NILAI
NO MAPEL JENJANG
TERTINGGI TERENDAH RATA-RATA
1 AQIDAH AKHLAK 70 16 40 MA
2 B. ARAB 66 12 40 MA
3 B. Indonesia 74 6 42 MA
4 B. INGGRIS 54 14 31 MA
5 BIOLOGI 80 18 49 MA
6 EKONOMI 62 8 36 MA
7 FIQH 85 14 61 MA
8 FISIKA 62 14 34 MA
9 GEOGRAFI 62 18 39 MA
10 KIMIA 86 14 54 MA

319
11 MATEMATIKA 70 8 34 MA
12 QURAN HADIST 92 18 67 MA
13 SKI 64 16 39 MA
14 SOSIOLOGI 72 14 40 MA

Sumber: Data Hasil APKGM 2018 Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Jatim

Data hasil nilai tertinggi PKG jenjang MA sebesar 95, nilai terendah 75 dan nilai rata-rata
85. Hasil nilai tertinggi PKG jenjang MTs yaitu 95, nilai terendah 45 dan nilai rata-rata 70. Hasil
nilai PKG tertinggi jenjang MI yaitu 97, nilai terendah 50 dan rata-rata nilai 74. Nilai tertinggi
PKG jenjang RA 97, nilai terendah 40 dan nilai rata-rata yaitu 69. Penentuan model pembinaan
menjadi penting dalam upaya menyesuaikan kapasitas guru Madrasah sebagaimana nilai PKG
guru Madrasah. Berikut ini hasil PKG Guru madrasah selengkapnya pada tabel 3.11.
Tabel 3.11.
Hasil PKG Guru Madrasah
NO. JENJANG NILAI NILAI RATA-RATA KET.
TERTINGGI TERENDAH NILAI
1 RA 97 40 69
2 MI 97 50 74
3 MTs 95 45 70
4 MA 95 75 85

2. PETA KOMPETENSI GURU


Adapun klasifikasi guru madrasah di Provinsi Jawa Timur berdasarkan jenjang
pendidikan adalah guru lulusan SD sejumlah 102 guru, lulusan SMP sejumlah 1.363 guru,
lulusan SMA sejumlah 17.680 guru, lulusan SMK sejumlah 1.173 guru, lulusan D1 sejumlah
189 guru, lulusan D2 sejumlah 1.543 guru, lulusan D3 sejumlah 511 guru, lulusan D4
sejumlah 163 guru, lulusan S1 sejumlah 149.785 guru, lulusan S2 sejumlah 7.081 guru dan
lulusan S3 sejumlah 21 guru. Di bawah ini tabel 3.12. tentang klasifikasi guru madrasah
berdasarkan tingkat pendidikan.

320
Tabel 3.12.
Klasifikasi Guru Madrasah Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH


1 SD 102
2 SMP 1.363
3 SMA 17.680
4 SMK 1.173
5 D1 189
6 D2 1.543
7 D3 511
8 D4 163
9 S1 149.785
10 S2 7.081
11 S3 21
JUMLAH TOTAL 179.611

Sumber: Data Hasil APKGM 2018 Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag
Jatim

Dari data 3.12. di atas dapat diketahui tingkat kualifikasi pendidikan guru madrasah di
Provinsi Jawa Timur yang notabene-nya masih banyak memiliki kualifikasi pendidikan di
bawah S1, sehingga dapat dijadikan rujukan bagi pemegang kebijakan untuk melakukan
pembinaan karir sebagai upaya peningkatan kualifikasi akademik guru madrasah. Misalnya
melalui kegiatan upgrading guru dan beasiswa kuliah.
Hasil APKGM jenjang RA, MI, MTs dan MA seluruh mata pelajaran belum mencapai 70.
Menurut ketentuan hasil APKGM dibawah 70 dilakukan pembinaan melalui pengembangan
diri, sedangkan yang di atas nilai 70 dilakukan pengembangan melalui publikasi ilmiah dan
karya inovatif.
Demikian juga hasil PKG tahun 2018 di jenjang RA dan MTs baru mencapai nilai maks
70 sehingga perlu dilakukan pembinaan, sedangkan jenjang MI dan MA yang nilai PKG sudah
melampaui 70 diakukan prioritas pengembangan tapi tetap perlu ada pembinaan untuk
kontrol mutu.

321
D. Manajemen Peningkatan Kompetensi Guru
1. Rekuitmen Guru
a. Rekrutmen
Dalam rangka memiliki guru yang berkualitas sangat tergantung pada kualitas proses
rekrutmennya. Semakin baik prosesnya, semakin besar pula kemungkinan didapatkannya
individu-individu yang sangat memenuhi kualifikasi sesuai dengan yang diharapkan oleh
madrasah. Rekrutmen atau penerimaan tenaga kependidikan merupakan kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan pada lembaga pendidikan, baik jumlah maupun
kualitasnya, untuk kegiatan tersebut diperlukan kegiatan penarikan yang proses
rekrutmennya melibatkan fungsi manajemen untuk mencapai rekrutmen yang efektif dan
efisien.
Rekrutmen atau penerimaan guru merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
tenaga kependidikan pada lembaga pendidikan, baik jumlah maupun kualitasnya. Untuk
kegiatan tersebut diperlukan kegiatan penarikan. Menurut T. Hani Handoko (2001)
mengemukakan bahwa “Penarikan (rekrutmen) adalah proses pencarian dan pemikatan
para calon karyawan (pelamar) yang mampu untuk melamar sebagai karyawan“ 37.
Menurut Stoner yang dikutip oleh Sadili Samsudin (2006) mengemukakan, ”The
recruitment is the development of a pool of job candidates in accordance with a human
resource plan”, Rekrutmen adalah proses pengumpulan calon pemegang jabatan yang sesuai
dengan rencana sumber daya manusia untuk menduduki suatu jabatan atau pekerjaan
tertentu.38
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2004) rekrutmen adalah suatu proses atau
tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan tambahan pegawai yang
melalui tahapan yang mencakup indentifikasi dan sumber-sumber penarikan pegawai,
menentukan kebutuhan pegawai yang dibutuhkan perusahaan, proses seleksi, penempatan
dan orientasi pegawai.39
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rekrutmen adalah proses mencari,
menentukan, mengajak dan menetapkan sejumlah orang dari dalam maupun dari luar
perusahaan sebagai calon tenaga kerja dengan karakteristik tertentu seperti yang telah

37
T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: BPFE, 2001), cet. 15, hal.
69.
38
Sadili Samsudin, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: Pustaka setia, 2006), cet. 1, hal. 81.
39
A.A Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2004), cet. 5, hlm. 33

322
ditetapkan dalam perencanaan SDM. Jadi manajemen rekrutmen adalah proses rekrutmen
yang melibatkan fungsi manajemen untuk mencapai rekrutmen yang efektif dan efisien.

b. Pola Rekrutmen
Pola atau proses rekrutmen guru bisa dilakukan melalui empat kegiatan yaitu sebagai
berikut:
1) Persiapan rekrutmen guru
Kegiatan pertama, dalam proses rekrutmen guru baru, adalah melakukan persiapan
rekrutmen guru baru. Persiapan rekrutmen guru baru harus matang sehingga melalui
rekrutmen tersebut sekolah bisa memperoleh guru yang baik. Kegiatan persiapan
rekrutmen guru baru ini meliputi: (1) Pembentukan panitia rekrutmen guru baru, (2)
Pengkajian berbagai undang-undang atau peraturan pemerintah, peraturan yayasan
yang berkenaan dengan peraturan penerimaan guru, walaupun akhir-akhir ini telah
diberlakukan otonomi daerah, (3 )Penetapan persyaratan-persyaratan untuk melamar
menjadi guru baru, (4) Penetapan prosedur pendaftaran guru baru, (5) Penetapan
jadwal rekrutmen guru baru, (6) Penyiapan fasilitas yang diperlukan dalam proses
rekrutmen guru baru, seperti media pengumuman penerimaan guru baru, format
rekapitulasi pelamar, dan format rekapitulasi pelamar yang diterima, (7) Penyiapan
ruang atau tempat memasukan lamaran guru baru, (8) Penyiapan bahan ujian seleksi,
pedoman pemeriksaan hasil ujian dan tempat ujian.
2) Penyebaran pengumuman penerimaan guru baru
Begitu persiapan telah selesai dilakukan, maka kegiatan berikutnya penyebaran
pengumuman dengan melalui media yang ada seperti brosur, siaran radio, surat kabar
dan sebagainya. Sudah barang tentu yang digunakan sebaiknya media yang dapat
dengan mudah dibaca dan didengar oleh masyarakat. Pengumuman penerimaan guru
baru yang baik berisi tentang waktu, tempat, persyaratan, dan prosedur mengajukan
lamaran.
3) Penerimaan lamaran guru baru
Begitu pengumuman Penerimaan lamaran guru baru telah disebarkan tentu
masyarakat mengetahui bahwa dalam jangka waktu tertentu, sebagaimana tercantum
dalam pengumuman, ada penerimaan guru baru disekolah. Mengetahui ada penerimaan
guru baru itu, lalu masyarakat yang berminat memasukkan lamarannya.
Panitia pun mulai menerima lamaran tersebut. Kegiatan yang harus dilakukan panitia
meliputi: (1) Melayani masyarakat yang memasukkan lamaran kerja, (2 )Mengecek

323
semua kelengkapan yang harus disertakan bersama surat lamaran, (3) Mengecek semua
isian yang terdapat didalam surat lamaran,seperti nama pelamar, alamat pelamar, (4)
Merekap semua pelamar dalam format rekapitulasi pelamar. Untuk melamar, seseorang
diharuskan mengajukan surat lamaran. Surat lamaran tersebut harus dilengkapi dengan
berbagai surat keterangan, seperti ijazah, surat keterangan kelahiran yang menunjukan
umur pelamar, surat keterangan warga Negara Indonesia (WNI), surat keterangan
kesehatan dari dokter, surat keterangan kelakukan baik dari kepolisian.
4) Seleksi pelamar
Setelah pendaftaran atau pelamaran guru baru ditutup, kegiatan berikutnya adalah
seleksi atau penyaringan terhadap semua pelamar. seleksi merupakan suatu proses
pembuatan perkiraan mengenai pelamar yang mempunyai kemungkinan besar untuk
berhasil dalam pekerjaanya setelah diangkat menjadi guru. Ada lima teknik dalam hal
ini yaitu inventaris biografis, wawancara, pemeriksaan badan, teknik tes, dan penilaian
oleh pusat penilaian.40

c. Fungsi Rekrutmen
Rekrutmen dilaksanakan dalam suatu organisasi karena kemungkinan adanya
lowongan (varancy) dengan beraneka ragaman alasan, antara lain:
1) Berdirinya organisasi baru
Berdirinya kelas baru atau penambahan kelas karena meningkatnya jumlah siswa,
jadi membutuhkan guru baru pula.
2) Adanya perluasan kegiatan
Yang dimaksud perluasan kegiatan seperti halnya kegiatan les atau ekstrakurikuler
baru.
3) Terciptanya pekerjaan-pekerjaan dan kegiatan-kegiatan baru
Adanya rancangan program baru sehingga membutuhkan tenaga baru pula. Adanya
pekerja yang pindah ke organisasi lain Mutasi atau pekerja yang pindah ke organisasi
lain biasanya dikarenakan pindah rumah atau ikut suami/istri ke daerah lain.
4) Adanya pekerja yang berhenti, baik dengan hormat maupun tidak dengan hormat
sebagai tindakan punitive. Pekerja yang berhenti karena cuti hamil atau karena telah
melanggar peraturan sehingga diberhentikan oleh pihak lembaga/instansi yang terkait.
5) Adanya pekerja yang berhenti karena memasuki usia pensiun

40
Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar, op.cit, hal. 30-32.

324
Usia pensiun atau usia lanjut sudah tidak mungkin melakukan proses belajar mengajar.
6) Adanya pekerja yang meninggal dunia
Dari uraian alasan-alasan rekrutmen diatas lembaga pendidikan melakukan
rekrutmen guru baru karena berbagai alasan seperti halnya terciptanya kegiatan baru,
tenaga yang pensiun, meninggal, cuti, dan ada pula yang pindah karena ikut pindah
suami/istri. Sehingga lembaga pendidikan membutuhkan tenaga baru (guru) untuk
memperlancar kegiatan belajar mengajar sebagaimana biasanya.
d. Outcome Rekrutmen
Dengan program rekrutmen yang proporsional dan profesional, maka dapat memperoleh
guru-guru yang berkompeten dan berkualitas, sehingga secara umum guru hasil rekrutmen
tersebut mampu meningkatkan prestasi madrasah dan siswa. Secara khusus, guru-guru
tersebut dapat mendukung dan mensukseskan Gerakan Ayo Membangun Madrasah dapat
berjalan sebagaimana yang diharapkan, terutama pada Gerakan Literasi Madrasah (GELEM),
Gerakan Madrasah Inovasi (GEMI), Gerakan Madrasah Sehat (GEMES), Gerakan Furudul
‘Ainiyah (GEFA).

2. Pembinaan dan Pengembangan Guru


a. Pengertian Pembinaan dan Pengembangan Guru
Pembinaan berasal dari kata bina yang artinya membangun, mendirikan. 41Pembinaan
menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah proses atau sistem cara membina. 42Secara
terminologis, pembinaan guru sering diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan kepada
guru, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala
madrasah, pemilik madrasah, pengawas madrasah dalam rangka untuk meningkatkan proses
dan hasil belajar.
Menurut Zakiyah Dradjat pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal atau non
formal yang dilaksanakan secara sadar, terencana, terarah dan bertanggung jawab dalam
rangka memperkenalkan, menumbuhkan dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang
seimbang dan selaras.Secara lebih luas, pembinaan dapat diartikan sebagai serangkaian
upaya, pengendalian profesional terhadap semua unsur organisasi agar berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga dapat terlaksana secara efektif dan efisien.

41
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, hal. 134.
42
AmranYS Chaniago, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Pustaka Setia, Bandung, 2002, hal. 76.

325
Pembinaan guru berarti serangkaian usaha atau pun bantuan yang diberikan kepada
guru. Terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala
madrasah, pengawas serta pembina lainnya untuk meningkatkan proses mengajar dan hasil
belajar siswa. Jadi, pengertian pembinaan guru yang telah disampaikan di atas adalah
serangkaian bantuan yang berwujud layanan profesional agar dapat meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar sehingga tujuan pendidikan yang direncanakan dapat tercapai.Dalam
perkembangannya, ada dua kriteria dalam metode pengajaran, yaitu metode modern dan
tradisional. Secara umum metode pengajaran dapat digolongkan kedalam dua jenis, yaitu
metode interaksi ssecara individual dan metode interaksi secara kelompok. 43
Tujuan pembinaan guru adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru
dalam meningkatkan proses dan hasil belajar melalui pemberian bantuan yang terutama
bercorak layanan profesional kepada guru. Jika dalam proses belajar meningkat maka hasil
belajar diharapkan juga meningkat. Dengan demikian, rangkaian usaha pembinaan
profesional guru akan memperlancar pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar. Secara
umum, pembinaan guru atau supervisi bertujuan untuk memberikan bantuan dalam
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui usaha peningkatan
profesional mengajar, menilai kemampuan guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang
masing-masing guna membantu mereka melakukan perbaikan dan bila mana diperlukan
dengan menunjukkan kekurangan-kekurangan untuk diperbaiki sendiri.
Tugas utama guru sebagai pendidik profesional adalah mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur
pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas
tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang
memenuhi standar mutu dan norma etik tertentu.
Secara formal, guru profesional harus memenuhi kualifikasi akademik minimum S-
1/D-IV dan bersertifikat pendidik sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Guru-
guru yang memenuhi kriteria profesional inilah yang akan mampu menjalankan fungsi
utamanya secara efektif dan efisien untuk mewujudkan proses pendidikan dan
pembelajaran sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, yakni mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat,

43
Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah, Laksana, Yogyakarta, 2011, Hlm.
1165HamzahB. Uno, Op. Cit, hal. 171.

326
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggungjawab.
Di dalam UU Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dibedakan antara pembinaan dan
pengembangan kompetensi guru yang belum dan yang sudah berkualifikasi S-1 atau D-IV.
Pengembangan dan peningkatan kualifikasi akademik bagi guru yang belum memenuhi
kualifikasi S-1 atau D-IV dilakukan melalui pendidikan tinggi program S-1 atau program D-
IV pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan tenaga kependidikan
dan/atau program pendidikan non kependidikan.
Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki sertifikat
pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan/atau olah raga (PP
Nomor 74 Tahun 2008). Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan
melalui sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang
dikaitkan dengan perolehan angka kredit jabatan fungsional.

b. Pembinaan dan Pengembangan guru melalui PKB


Pembinaan dan Pengembangan guru melalui Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB) Guru adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan, bertahap, dan berkelanjutan. PKB guru dilaksanakan sesuai
‘kebutuhan” artinya bahwa setiap upaya pengembangan kompetensi guru harus berbasis
kebutuhan. Kebutuhan PKB berasal dari kebutuhan individu guru, kebutuhan pemerintah,
dan kebutuhan penyelenggara pendidikan bagi guru non PNS yang bekerja di Lembaga
Pendidikan yang diselenggarakan masyarakat. Kebutuhan indivisu guru berasal dari hasil
asesmen guru melalui Asesmen Kebutuhan Guru (AKG) dan Penilaian Kinerja Guru (PKG).
Kebutuhan Pemerintah, artinya kebutuhan di didasarkan prioritas program pemerintah.
Jika pemerintah memiliki kebijakan untuk peningkatan kompetensi guru, maka kebijakan
pemerintah juga bisa menjadi dasar pelaksanaan PKB. Kebutuhan penyelenggara
pendidikan, artinya kebutuhan yang didasarkan atas prioritas program yang dikehendaki
oleh penyelenggara Pendidikan/yayasan, khususnya untuk guru – guru swasta. Jika
penyelenggara pendidikan memiliki visi dan misi untuk meningkatankan kompetensi guru
pada bidang – bidang tertentu, maka dan hal ini juga dijadikan dasar pelaksanaan PKB.
Bertahap, artinya PKB guru harus dilaksanakan secara sadar dan terencana agar
terjadi pentahapan peningkatan kompetensi. Berkelanjutan artinya bahwa upaya
peningkatan kompetensi guru harus terjadi selama karir guru. Oleh karena itu, guru

327
sebagai tenaga profesional mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat penting
dalam mencapai visi pendidikan Indonesia 2025 yaitu menciptakan insan Indonesia cerdas
dan kompetitif.
Kementerian Agama Republik Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang No 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, telah melahirkan Peraturan Menteri Agama Nomor
38 Tahun 2018 tentang PKB Guru agar guru dapat mengembangkan keprofesiannya secara
berkelanjutan. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) ini diarahkan untuk dapat
memperkecil jarak antara pengetahuan, keterampilan, kompetensi sosial dan kepribadian
yang mereka miliki sekarang dengan apa yang menjadi tuntutan ke depan berkaitan dengan
profesinya.
Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) guru adalah proses dan kegiatan
yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional
guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuha, bertahap, dan berkelanjutan dalam
rangka meningkatkan kompetensi dan kinerja guru madrasah. Pengembangan keprofesian
berkelanjutan meliputi pengembangan diri (PD), publikasi ilmiah (PI), dan karya inovatif
(KI).
Kegiatan PKB guru ini dikembangkan atas dasar Asesmen Kompetensi Guru (AKG) dan
hasil Penilaian Kinerja Guru (PKG). Bagi guru-guru yang hasil AKG dan PKG mereka di bawah
standar kompetensi atau dengan kata lain berkompetensi dan berkinerja rendah diwajibkan
mengikuti PKB yang diorientasikan untuk mencapai standar tersebut. Sementara itu, bagi
guru-guru yang telah mencapai standar kompetensi dan kinerja yang disyaratkan, kegiatan
PKB-nya diarahkan kepada peningkatan keprofesian agar dapat memenuhi tuntutan ke
depan dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya sesuai dengan kebutuhan madrasah
dalam rangka memberikan layanan pembelajaran yang berkualitas kepada peserta didik.
1. Prinsip – Prinsip PKB
Pelaksanaan PPKB harus dapat mematuhi prinsip – prinsip sebagai berikut :
a) Komprehensif, bahwa PKB guru dilaksanakan secara menyeluruh meliputi
kompetensi pedagogic, professional, kepribadian, dan social.
b) Mandiri, penyelenggaraan pengembangan kompetensi guru dilaksanakan dengan
kesadaran dan inisiatif guru dan pemangku kependingan.
c) Terukur, hasil pngembangan kompetensi guru harus dapat diukur, dipantau, dan di
evaluasi.

328
d) Terjangkau; penyelenggaraan pengembangan kompetensi harus mudah dijangkau
baik pembayaan maupun tempat penyelenggaraan..
e) Multipendekatan; penyelanggaran pengembangan kompetensi guru
menggunakan metode,pendekatan, dan modus yang bergam.
f) Inklusif; pengembangan kompetensi guru dilakukan tanpa diskriminasi tanpa
menmbedakan latar belakang.

2. Komponen PKB
PKB adalah program pengembangan keprofesian berkelanjutan yang dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan guru untuk mencapai standar kompetensi profesi dan/atau
meningkatkan kompetensinya di atas standar kompetensi profesinya yang sekaligus
berimplikasi kepada perolehan angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan fungsional
guru bagi guru – guru di madrasah. PKB mencakup tiga hal; yakni pengembangan diri,
publikasi ilmiah, dan karya inovatif.
a) Pengembangan Diri
Pengembangan diri adalah upaya untuk meningkatkan profesionalisme diri agar
memiliki kompetensi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni. Kegiatan pengembangan
diri meliputi pendidikan dan pelatihan (diklat) fungsional dan kegiatan pengembangan
diri lainnya yang dilakukan sendiri oleh guru, forum kerja guru, atau asosiasi/organisasi
profesi guru.
Jenis Kegiatan Pengembangan Diri, meliputi:
 Diklat Fungsional dan Diklat Teknis
(a) Diklat Fungsional
Diklat fungsional adalah kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan dan
pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang
bersangkutan dalam kurun waktu tertentu.
Pelaksanaan diklat pada Kementerian Agama menjadi kewenangan
Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaaan dan Balai Diklat
Keagamaan sesuai dengan pasal 1 Peraturan Menteri Agama Nomor 75 Tahun
2015 yang berbunyi Pendidikan dan Pelatihan yang selanjutnya disebut Diklat
adalah penyelenggaraan pembelajaran dan pelatihan dalam rangka
mengembangkan kompetensi pegawai sesuai persyaratan jabatan masing-masing
pada Kementerian Agama yang dilaksanakan paling sedikit 40 (empat puluh) jam

329
pelajaran, dengan durasi tiap jam pelajaran adalah 45 (empat puluh lima) menit.
Selain itu, diklat dapat dilaksanakan dalam bentuk kerja sama oleh lembaga
penyelenggara dengan lembaga lain yang ditunjuk Kementerian Agama.
Setiap peserta diklat yang lulus akan mendapatkan sertifikat/Surat Tanda
Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) dan akan mendapatkan angka kredit
sesuai dengan lamanya pendidikan dan pelatihan, bagi peserta yang tidak lulus
akan mendapatkan surat keterangan telah mengikuti diklat.
Dalam diklat fungsional yang didasarkan pada jenjang jabatan terdiri dari
4 (empat) jenis diklat, yaitu Diklat Dasar, Diklat Lanjut, Diklat Menengah, dan
Diklat Tinggi.
- Diklat Dasar
Diklat Dasar adalah Diklat fungsional yang diperuntukkan bagi guru
untuk mencapai persyaratan kompetensi inti jabatan fungsionalnya
(kompetensi professional, kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian,
dan kompetensi sosial).
Kriteria guru yang dikelompokkan untuk mengikuti Diklat Dasar ini
adalah: guru dengan hasil Asesmen Kompetensi Guru (AKG) bidang
profesional dan atau pedagogisnya di bawah batas kelulusan yang ditetapkan,
dan hasil Penilaian Kinerja Guru (PKG) Gurunya mendapatkan sebutan
“Cukup/ Sedang/Kurang”.
- Diklat Lanjut
Diklat Lanjut adalah diklat fungsional yang diperuntukkan bagi guru
untuk mencapai persyaratan kompetensi inti jabatan fungsionalnya dan
pengembangannya dalam meningkatkan prestasi peserta didik dan mengelola
madrasah.
Kriteria guru yang dikelompokkan untuk mengikuti Diklat Lanjut ini
adalah guru yang memperoleh hasil AKG bidang profesional dan atau
pedagogisnya mencapai batas kelulusan yang ditetapkan, dan hasil PKG nya
mendapatkan sebutan “Baik“ atau “Amat Baik”
- Diklat Menengah
Diklat Menengah adalah diklat fungsional yang diperuntukkan bagi guru
untuk mencapai persyaratan kompetensi inti jabatan fungsionalnya dan
pengembangannya dalam meningkatkan prestasi peserta didik, mengelola
dan mengembangkan sekolah.
Kriteria guru yang dikelompokkan untuk mengikuti Diklat Menengah ini

330
adalah guru jenjang jabatan fungsional Madya dan Utama yang memperoleh
hasil AKG bidang profesional dan atau pedagogisnya mencapai batas kelulusan
yang ditetapkan, dan hasil PKG nya mendapatkan sebutan “Baik“ atau “Amat
Baik”.
- Diklat Tinggi
Diklat Tinggi adalah diklat fungsional yang diperuntukkan bagi guru
untuk mencapai persyaratan kompetensi inti jabatan fungsionalnya dan
pengembangannya dalam meningkatkan prestasi peserta didik, mengelola
dan mengembangkan madrasah serta melakukan pengembangan profesi.
Kriteria Diklat Tinggi ini diperuntukkan bagi guru jenjang jabatan
fungsional Madya yang hasil pelaksanaan AKG telah memenuhi standar
minimal yang ditetapkan, demikian juga dengan hasil PKG nya telah mendapat
nilai dengan sebutan “baik” atau “amat baik”. Bagi guru dalam kondisi ini
Diklat Pengembangan ini ditekankan pada pengembangan karir
profesionalnya.
Guru Utama yang hasil pelaksanaan AKG telah memenuhi standar
minimal yang ditetapkan, dan demikian juga dengan hasil PKG nya telah
mendapat nilai dengan sebutan “Baik” atau “Amat Baik”. Bagi guru dalam
kondisi ini Diklat Pengembangan ini ditekankan pada pengembangan karir
profesionalnya.

(b) Diklat Teknis Substantif Pendidikan


Diklat Teknis Substantif merupakan diklat yang diselenggarakan untuk
memberikan pengetahuan dan keterampilan yang bersifat substantif dalam
rangka pencapaian kompetensi yang terkait dengan pekerjaan yang
bersangkutan, sehingga mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya
secara profesional.
Hasil diklat teknis ini digunakan untuk kenaikan jabatan fungsional.
Kegiatan ini dapat berupa kursus, pelatihan, penataran dengan durasi minimal 30
jam dan maksimal 40 jam pelajaran yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Penyelenggara Pendidikan, Forum Kerja Guru,
Asosiasi/Organisasi Profesi Guru, dan atau Lembaga atau Organisasi terkait.
Dengan mengikuti diklat-diklat tersebut, maka diharapkan guru dapat
menunjang peningkatan kompetensi guru, khususnya dalam mewujudkan dan

331
mengembangkan Gerakan Literasi Madrasah (GELEM), Gerakan Madrasah
Inovasi (GEMI), Gerakan Madrasah Sehat (GEMES), Gerakan Furudul ‘Ainiyah
(GEFA).
 Kegiatan Kolektif Guru
Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti kegiatan
pertemuan ilmiah atau mengikuti kegiatan bersama yang dilakukan guru baik di
madrasah maupun di luar madrasah (seperti MGMP/ MGBK/ KKGMI/ KKGRA, KKM
/KKRA, asosiasi profesi lainnya) yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesian
guru yang bersangkutan.
Kegiatan kolektif guru dapat menjadi wadah learning community bagi guru
Sekolah/Madrasah baik yang PNS ataupun Bukan PNS, dimana guru Bukan PNS
jumlahnya jauh lebih banyak.
Kegiatan kolektif guru dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut.
a) Mengikuti lokakarya atau kegiatan di kelompok/ musyawarah kerja guru.
b) Mengikuti in house training di madrasah untuk penyusunan perangkat kurikulum
dan/atau kegiatan pembelajaran berbasis TIK, penilaian, pengembangan media
pembelajaran, dan/atau kegiatan lainnya.
c) Sebagai pembahas atau peserta dalam seminar, koloqium, diskusi panel, atau
bentuk pertemuan ilmiah lainnya.
d) Mengikuti kegiatan kolektif lainnya yang sesuai dengan tugas dan kewajiban guru
terkait dengan pengembangan keprofesiannya.
Dengan mengikuti kegiatan kolektif guru tersebut, maka diharapkan guru dapat
menunjang peningkatan kompetensi guru, khususnya dalam mewujudkan dan
mengembangkan Gerakan Madrasah Inovasi (GEMI) terutama dalam
mengembangkan inovasi pembelajaran.
 Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada
masyarakat sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses
pembelajaran di madrasah dan pengembangan dunia pendidikan secara umum.
Publikasi ilmiah terdiri dari 10 jenis yaitu;
(a) Presentasi pada Forum Ilmiah
Presentasi dalam forum ilmiah adalah makalah yang dipresentasikan
guru dalam forum ilmiah yang berisi ringkasan laporan hasil penelitian,
gagasan, ulasan, atau tinjauan ilmiah.

332
Untuk memperoleh angka kredit dalam kegiatan presentasi pada forum
ilmiah, isi makalah harus membahas mengenai permasalahan pada bidang
pendidikan formal pada madrasah sesuai tugas guru yang bersangkutan.
(b) Laporan Hasil Penelitian
Laporan hasil penelitian adalah karya tulis ilmiah berisi laporan hasil
penelitian yang dilakukan guru pada bidang pendidikan yang telah dilaksanakan
guru di madrasahnya dan sesuai dengan tugas pokoknya. Laporan penelitan
dapat berupa penelitian tindakan kelas, penelitian eksperimen, penelitian
deskriptif, penelitian perbandingan, penelitian korelasi, dan sebagainya.
Laporan hasil penelitian tersebut, dibedakan berdasarkan pada jenis
publikasinya sebagai berikut:
- Laporan hasil penelitian yang diterbitkan / dipublikasikan dalam bentuk
buku ber-ISBN dan telah mendapat pengakuan BSNP,
- Laporan hasil penelitian yang disusun menjadi artikel ilmiah diterbitkan /
dipublikasikan dalam majalah ilmiah/jurnal ilmiah diedarkan secara
nasional dan terakreditasi,
- Laporan hasil penelitian yang disusun menjadi artikel ilmiah diterbitkan /
dipublikasikan dalam majalah / jurnal ilmiah tingkat provinsi,
- Laporan hasil penelitian yang disusun menjadi artikel ilmiah diterbitkan
/dipublikasikan dalam majalah / jurnal ilmiah tingkat kabupaten/kota,
- Laporan hasil penelitian yang diseminarkan di madrasahnya dan disimpan
di perpustakaan.
(c) Tinjauan Ilmiah/Best Practice
Makalah tinjuan ilmiah adalah karya tulis guru yang berisi ide/gagasan
penulis dalam upaya mengatasi berbagai masalah pendidikan formal dan
pembelajaran yang ada di madrasah. Sedangkan best practice adalah karya tulis
guru yang berisi pengalaman terbaik dalam proses pembelajaran
(d) Tulisan Ilmiah Populer
Karya ilmiah populer adalah tulisan yang dipublikasikan di media masa
(koran, majalah, atau sejenisnya), mengandung isi pengetahuan, berupa ide, atau
gagasan pengalaman penulis dalam bidang pendidikan.

333
(e) Artikel Ilmiah dalam Bidang Pendidikan
Artikel ilmiah dalam bidang pendidikan adalah tulisan yang berisi gagasan
atau tinjauan ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran di
madrasah yang dimuat di jurnal ilmiah
(f) Buku Pelajaran
Buku teks pelajaran adalah buku berisi pengetahuan untuk bidang ilmu
atau mata pelajaran tertentu dan diperuntukkan bagi siswa pada suatu jenjang
pendidikan tertentu atau sebagai bahan pegangan mengajar guru, baik sebagai
buku utama atau pelengkap. Buku dapat ditulis guru secara individu atau
berkelompok
(g) Modul/Diktat
Modul adalah materi pelajaran yang disusun dan disajikan secara tertulis
sedemikian rupa sehingga pembacanya diharapkan dapat menyerap sendiri materi
tersebut
Diktat adalah catatan tertulis suatu mata pelajaran atau bidang studi yang
dipersiapkan guru untuk mempermudah/ memperkaya materi mata pelajaran/
bidang studi yang disampaikan oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Pada hakikatnya diktat adalah buku pelajaran yang 'masih' mempunyai
keterbatasan, baik dalam jangkauan penggunaannya maupun cakupan isinya.
Dengan demikian kerangka isi diktat yang baik seharusnya tidak berbeda dengan
buku pelajaran, namun karena masih digunakan di kalangan sendiri (terbatas),
beberapa bagian isi seringkali ditiadakan
(h) Buku dalam Bidang Pendidikan
Perbedaan antara buku pelajaran dan buku dalam bidang pendidikan
adalah sebagai berikut:

Buku dalam Bidang


Aspek Buku Pelajaran
Pendidikan
Berisi penge-tahuan Berisi pengetahuan yang
untuk bidang ilmu terkait dengan bidang
Isi
atau mata pelajaran kependidikan
Tertentu

334
Tidak hanya pada siswa
Sasaran Siswa pada jenjang
pada jenjang pendidikan
Pembaca pendidikan tertentu
tertentu
Tidak hanya mem-bantu
siswa dalam memahami
Membantu siswa
mata pelajaran tertentu,
dalam memahami
atau sebagai bahan
mata pelajaran
pegangan mengajar guru,
tertentu,
baik pegangan utama
Tujuan atau sebagai bahan
maupun pelengkap namun
pegangan mengajar
dimaksudkan juga untuk
guru, baik pegangan
memberikan
utama maupun
informasi pengetahuan
pelengkap
dalam bidang
kependidikan
Penulis Guru atau Guru atau kelompok
kelompok guru yang guru yang berkemampuan
bertugas dan atau terhadap isi buku
berkemampuan
terhadap isi buku

(i) Karya Terjemahan


Karya terjemahan adalah tulisan yang dihasilkan dari penerjemahan buku
pelajaran atau buku dalam bidang pendidikan dari bahasa asing atau bahasa
daerah ke Bahasa Indonesia, atau sebaliknya dari Bahasa Indonesia ke bahasa
asing atau bahasa daerah.
Buku yang diterjemahkan tersebut diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang dilakukan guru bersangkutan. Untuk itu, perlu adanya surat
pernyataan dari kepala madrasah yang menjelaskan perlunya karya terjemahan
tersebut untuk menunjang proses pembelajaran guru bersangkutan.
Buku yang diterjemahkan adalah keseluruhan isi buku secara lengkap dan
bukan merupakan bagian dari buku, atau suatu tulisan pendek, artikel, atau jenis
tulisan lain di luar guru.

335
(j) Buku Pedoman Guru
Buku Pedoman Guru adalah buku tulisan guru yang berisi rencana kerja
tahunan guru. Isi rencana kerja tersebut paling tidak meliputi upaya dalam
meningkatkan dana tau memperbaiki kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi proses pembelajaran. Pada rancangan itu harus pula disajikan rencana
kegiatan PKB yang akan dilakukan.
Melalui rencana kerja tersebut, guru mempunyai pedoman untuk
mengembangkan profesinya. Buku ini juga dapat dipakai kepala madrasah dan/atau
pengawas madrasah untuk mengevaluasi kinerja guru bersangkutan.
Dengan mengikuti kegiatan publikasi ilmiah, maka diharapkan guru dapat
menunjang peningkatan kompetensi guru, khususnya dalam mewujudkan dan
mengembangkan Gerakan Literasi Madrasah (GELEM).
 Karya Inovatif
Karya inovatif adalah karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau
penemuan baru sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses
pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan, sains/teknologi, dan
seni. Karya inovatif ini mencakup:
a) Pengembangan atau Penemuan Teknologi Pembelajaran.
Pengembangan memuat dua pengertian, yaitu pengembangan potensi
manusia berupa identifikasi, pengorganisasian dan pemanfaatan berbagai macam
sumber belajar serta dengan pengelolaan atas keseluruhan proses pembelajaran
dan pengembangan dari Teknologi Pembelajaran itu sendiri, yang mencakup :
perancangan, produksi, penggunaan dan penilaian teknologi untuk pembelajaran.
b) Pembuatan Media dan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh peserta
didik untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai. Sumber belajar dapat berupa manusia, bahan, lingkungan, alat dan
perlengkapan, serta aktivitas.
Media belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
bahan pembelajaran sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan
perasaan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jenis media belajar
dapat berupa audio, visual, dan audiovisual.

336
c) Penyusunan Pedoman Pembelajaran dan Instrumen Penilain.
Kegiatan ini meliputi penyusunan standar/pedoman/soal yang
diselenggarakan oleh instansi tingkat nasional atau provinsi. Guru yang telah
mengikuti penyusunan standar/pedoman/ soal dan sejenisnya harus dibuktikan
dengan:
● Laporan kegiatan;
● Naskah standar soal/pedoman tingkat nasional/ provinsi;
● Surat keterangan kepala madrasah/madrasah bahwa guru yang bersangkutan
aktif mengikuti kegiatan tersebut;
● Surat keterangan panitia/penyelenggara penyusunan standar/soal/pedoman.
Dengan mengikuti kegiatan pengembangan karya inovatif tersebut, maka
diharapkan guru dapat menunjang peningkatan kompetensi guru, khususnya dalam
mewujudkan dan mengembangkan Gerakan Literasi Madrasah (GELEM) dan Gerakan
Madrasah Inovasi (GEMI).
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) guru dilaksanakan secara
bertahap agar semua pihak terkait bisa melaksanakan dengan baik. Tahapan
penyelenggaraan PKB guru memliki 4 tahapan yaitu; perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi, dan pelaporan. Berikut ini adalah penjelasan dari masing -
masing tahapan penyelenggaraan PKB guru;
3. Perencanaan PKB
Guru yang melaksanakan PKB harus memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan
tersebut sangat dibutuhkan agar tujuan PKB bisa berjalan dengan baik dan mampu
menngkatkan kompetensi dan kinerja guru.
Perencanaan PKB guru dilaksanakan secara berjenjang mulai dari satuan Pendidikan,
Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, Kantor Wilayah Kementerian Agama,
Sekretariat Jenderal, dan Direktorat Jenderal. Bagan berikut ini menjelaskan mekanisme
perencanaan PKB guru;

337
AKG

Satuan Pendidikan Kemenag Kanwil Sekjen Dirjen


Kab/Kota Kemenag

Pendma

Guru Kamad Pengawas

PKG

Profile
Guru

Perencanaan PKB

Rekomendasi PKB Rekap Kab/Kota Rekap Prov Rekap Laporan


Nasional

Gambar 1. Alur Perencanaan PKB


Keterangan;
AKG : Asesmen Kompetensi Guru
PKG : Penilaian Kinerja Guru
PKB : Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

Peran masing-masing pihak dalam perencanaan PKB guru diuraikan sebagai berikut;
1. Satuan Pendidikan
Data perencanaan PKB dilakukan pertama kali di satuan Pendidikan antara Guru
yang bersangkutan dan Kepala Madrasah. Guru memperoleh data hasil Asesmen
Kompetensi Guru yang dilakukan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi.
Hasil AKG dipadukan dengan hasil Penilaian Kinerja Guru yang dilakukan oleh Kepala
Madrasah menjadi profile guru. Profile guru merupakan gambaran capaian kopetensi
guru dan kinerja guru yang diperoleh oleh guru dalam satu tahun. Profile guru ini
menggambarkan kompetensi dan kinerja guru (pedagogik, sosial, professional, dan
kepribadian) yang sudah baik dan yang perlu ditingkatkan. Dari profil guru ini juga ada
rekomendaasi jenis PKB apa yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam meningkatkan
kompetensi dan kinerjanya.

338
2. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
Rekomendasi rencana PKB guru di rekap oleh Pengawas Pembina dan dilaporkan
ke Kasi Pendma Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. Kasi Pendma melaporkan
rekap rencana PKB guru di Kabupaten/Kota, dan mengirimkan hasil rekap ke Kabid
Pendma Kanwil Kementerian Agama Provinsi.

3. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi


Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi melalui Kepala Bidang Pendidikan
Madrasah (Kabid Pendma) bersama Kepala Seksi (Kasi) Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (PTK) dan Kasi lain yang relevan, melakukan rekap rencana PKB guru di
wilayah provinsi untuk dijadikan dasar rujukan penyusunan anggaran pelaksanaan PKB
guru di wilayahnya. Selanjutkan rekap rencana kebutuhan PKB guru di provinsinya
dikirim ke Sekretariat Jenderal Kementerian Agama.

4. Sekretaris Jenderal
Sekretaris Jenderal melakukan rekap rencana PKB guru sebagai bahan
menentukan alokasi dana dari Kementerian Agama untuk peningkatan kompetensi
guru. Sekretaris Jenderal juga memberikan laporan kepada Direktorat jenderal terkait
terhadap rencana PKB guru.

5. Direktorat Jenderal
Direktorat Jenderal menggunaan data rencana PKB untuk menentukan priorotas
peningkatan kompetensi guru sesuai dengan renstra Dirjen dan Visi dan Misi
Kementerian Agama Republik Indonesia.

Penjelasan istilah dalam alur di atas dijelaskan sebagai berikut;


1. Asesment Kompetensi Guru (AKG)
Asesmen Kompetensi Guru adalah penilaian terhadap kompetensi guru rangka
pembinaan karir kepangkatan dan jabatannya. Asesmen kompetensi guru berfungsi
sebagai pemetaan kompetensi guru (kompetensi pedagogik dan profesional), sebagai
dasar Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) guru.
Tujuan AKG sebagai berikut.
a) Memperoleh informasi tentang gambaran kompetensi guru, khususnya kompetensi
pedagogik dan profesional sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

339
b) Mendapatkan peta kompetensi guru yang akan menjadi bahan pertimbangan dalam
menentukan jenis pendidikan dan pelatihan yang harus diikuti oleh guru dalam
program pembinaan dan pengembangan profesi guru dalam bentuk kegiatan
pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB).
c) Memperoleh hasil AKG yang menjadi bahan pertimbangan penyusunan kebijakan
dalam memberikan penghargaan dan apresiasi kepada guru.

2. Penilaian Kinerja Guru (PKG)


a. Pengertian PKG
PKG adalah penilaian terhadap kegiatan tugas utama guru dalam merencanakan,
melaksanakan, dan melaporkan pelaksanaan tugas utamanya dalam rangka pembinaan
karir, kepangkatan, dan jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat
dipisahkan dari kemampuan seorang guru dalam penguasaan pengetahuan, penerapan
pengetahuan dan keterampilan terhadap kompetensi yang diamanatkan.
b. Tujuan PKG sebagai berikut;
a) Untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan semua kompetensi dan
keterampilan yang diperlukan pada proses pembelajaran, pembimbingan, atau
pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi madrasah. Dengan
demikian, profil kinerja guru sebagai gambaran kekuatan dan kelemahan guru akan
teridentifikasi dan dimaknai sebagai analisis kebutuhan atau audit keterampilan
untuk setiap guru, yang dapat dipergunakan sebagai basis untuk merencanakan
PKB.
b) Untuk menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran,
pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
madrasah yang dilakukannya pada tahun tersebut. Kegiatan penilaian kinerja
dilakukan setiap tahun sebagai bagian dari proses pengembangan karir dan
promosi guru untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsionalnya.
c) Profil Guru
Profil guru diketahui dari analisis hasil AKG dan PKG guru. Profil guru meliputi
profil kompetensi dan kinerja guru yang akan melaksanakan PKB. Profil ini menjadi
bahan bagi kepala madrasah maupun pengawas madrasah untuk memberikan
rekomendasi kepada guru untuk menentukan prioritas yang akan dilaksanakan oleh
guru dalam melaksanakan PKB tahun itu.

340
c. Fungsi PK Guru:
Hasil pelaksanaan PK Guru memiliki dua fungsi yaitu;
 digunakan sebagai dasar pembuatan perencanaan Pengembangan
KeprofesianBerkelanjutan (PKB) guru sebagai guru pembelajar;
 digunakan untuk pemenuhan angka kredit guru dalam kenaikan pangkat dan jabatan.

d. Prinsip Pelaksanaan PKG


PK Guru dilaksanakan secara konsisten dan teratur setiap tahun anggaran dengan
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: obyektif, adil, akuntabel, transparan,
partisipatif, terukur, komitmen dan berkelanjtan.

e. Komponen PKG
Komponen yang dinilai dalam PK Guru difokuskan pada penguasaan 4 (empat)
kompetensi guru, yaitu: pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional yang dikaitkan
dengan pelaksanaan tugas utama guru.
Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 mengisyaratkan bahwa berdasarkan
kekhususan karakteristik proses pembelajaran serta layanan pendidikan yang diberikan
oleh guru dibagi atas tiga jenis, yakni guru mata pelajaran, guru kelas, dan guru
bimbingan. Guru mata pelajaran meliputi guru mata pelajaran MI, MTs, MA, MAK. Guru
Kelas terdiri atas guru kelas MI. Guru pembimbing adalah guru bimbingan konseling.
Tugas utama guru mata pelajaran/kelas mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian pembelajaran; tugas utama guru BK/Konselor mencakup perencanaan,
elaksanaan, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut pembimbingan. Sedangkan tugas
utama guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah merencanakan, melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, pelatihan,
pengasuhan dan perlindungan.

f. Waktu Pelaksanaan
PK Guru dilaksanakan oleh penilai kinerja guru dengan ketentuan sebagai berikut.
1) Proses pelaksanaan dilakukan selama 1 (satu) tahun.
2) PK Guru formatif dilaksanakan pada awal tahun anggaran/ kalender dan hanya
untuk tahun pertama, guru baru, dan guru mutasi.
3) PK Guru sumatif dilaksanakan 8 (delapan) minggu sebelum akhir tahun anggaran.
Dianjurkan laporan PK Guru sudah diselesaikan pada pertengahan bulan Desember

341
karena akan dijadikan sebagai bahan penilaian Capaian Sasaran Kinerja Pegawai
(CSKP).
4) PK Guru dengan masa penilaian 1 (satu) semester diberikan kepada:
 guru yang kekurangan sedikit angka kredit untuk kenaikan pangkat/ jabatan
 Guru yang mendapat tugas tambahan (kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
kepala perpustakaan, kepala laboratorium/bengkel, kepala program keahlian)
hanya satu semester.

g. Perangkat PK Guru
Perangkat yang diperlukan pada proses PK Guru di madrasah meliputi dokumen
sebagai berikut:
1) Pedoman Pengelolaan PK Guru
2) Instrumen Penilaian Kinerja Guru
3) Suplemen Instrumen meliputi : teman sejawat, orang tua dan peserta didik dan
kehadiran guru

Proses Perencanaan PKB guru meliputi; seleksi peserta, asesmen guru, analisis
kebutuhan pengembangan profesi, rencana pengembangan profesi, dan pengembangan
bahan dan pedoman. Berikut ini penjelasan proses perencanaan PKB guru;
1. Seleksi Peserta
Guru yang melaksanakan PKB harus memenuhi persyaratan tertentu.
Persyaratan tersebut sangat dibutuhkan agar tujuan PKB bisa berjalan dengan baik
dan mampu menngkatkan kompetensi dan kinerja guru.
Peserta PKB guru berasal dari guru yang memenuhi persyaratan sebagai berikut;
a) Memiliki kualifikasi akademik paling rendah sarjana (S1) atau diploma empat (D-
IV);
b) Terdaftar dalam sistem data dan informasi manajemen guru yang dikembangkan
oleh kementerian (SIMPATIKA);
c) Menunjukkan surat tugas dari pimpinan satuan Pendidikan
d) Persyaratan tersebut di atas dikecualikan bagi guru dalam jabatan dan guru yang
bertugas di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal.

2. Asesmen Guru
Asesmen guru bertujuan untuk mengetahui kompetensi dan kinerja guru. Bentuk
asesmen untuk mengetahui kompetensi guru disebut Asesmen Kompetensi Guru

342
disingkat AKG, sedangkan asesmen untuk mengetahui kinerja guru disebut Penilaian
Kinerja Guru disingkat PKG.

3. Analisis Kebutuhan Pengembangan Profesi


Penggabungan AKG dan PKG akan menghasilkan profil kompetensi dan kinerja
guru. Dari profil guru, antara guru, kepala madrasah, dan pengawas madrasah Bersama
sama menyusun analisis kebutuhan pengembangan profesi guru. Analisis
pengembangan profesi ini di dasarkan pada bebepa indikator sebagai berikut;
a) Kebutuhan Pribadi
Kebutuhan pribadi guru merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan analisis kebutuhan pengembangan profesi. Kebutuhan pribadi guru
misalnya; terkait dengan rencana pembelajaran, penguasaan materi, metodologi
pembelajaran, kenaikan pangkat/gologan, penelitian tindakan kelas, dll yang
merujuk pada hasil AKG dan PKG.

b) Kebutuhan Madrasah
Kebutuhan madrasah juga perlu dipertimbangan dalam melakukan analisis
kebutuhan pengembangan profesi guru. Kepala madrasah memiliki wewenang
untuk mengarahkan pengembangan profesi guru agar selaras dengan visi, misi, dan
tujuan madrasah. Seorang guru juga harus mempertimbangkan kebutuhan jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang untuk mencapai visi dan misi
madrasah. Kebutuhan madrasah misalnya; setiap guru diharapkan mampu
menguasai informasi dan teknologi dalam pembelajaran, karena di madrasah
tersebut, setiap pembelajaran harus berbasi informasi dan teknologi, maka
kebutuhan pengembangan profesi guru juga harus mengarah pada kemampuan
informasi teknologi.

c) Kebutuhan Peserta Didik


Kebutuhan peserta didik juga perlu dipertimbangkan dalam melakukan
analisis kebutuhan pengembangan profesi guru. Seorang guru yang baik adalah yang
mampu memberikan bekal hidup kepada peserta didiknya untuk hidup di masa yang
akan datang. Peserta didik yang tinggal di pedesaan, memiliki kebutuhan yang
berbeda dengan peserta didik di perkotaan.

343
d) Kebutuhan Pemerintah
Kebutuhan pemerintah sebagai regulator dalam peningkatan kompetensi dan
kinerja guru, memiliki kebutuhan yang perlu dipertimbangkan dalam
pengembangan profesi guru. Pemerintah dalam hal ini merupakan instansi
struktural kementerian agama mulai Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota,
Kantor Wilayah Kementerian Agama, Balai Diklat Keagamaan (BDK), Pusat
Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat), Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan,
Sekretaris Jenderal, dan Direktorat Jenderal Kementerian Agama Republik
Indonesia. Apabila pemerintah memandang perlu bahwa guru harus meningkatkan
kompetensi pada bidang bidang yang menjadi prioritas pemerintah, maka guru juga
harus mengikuti rencana pengembangan profesi yang diprogramkan oleh
pemerintah.

e) Kebutuhan Penyelenggara Pendidikan/Yayasan


Khusus bagi guru – guru yang berstatus non PNS di Lembaga Pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat, maka kebutuhan penyelenggara Pendidikan juga
perlu dipertimbangkan dalam rencana pengembangan profesinya. Misalnya,
pimpinan di sebuah yayasan mengharapkan guru – gurunya menguasai kemampuan
dasar robotic, karena yayasan tersebut memiliki visi menjadi madrasah model
dengan kemampuan robotic bagi peserta didiknya, maka guru juga harus menyusun
analias kebutuhannya sesuai dengan harapan pimpinan yayasan.

4. Rencana Pengembangan Profesi


Hasil analis kebutuhan pengembangan profesi, disusunlah rencana
pengembangan profesi guru. Ada rencana jangka pendek (satu semester atau catur
wulan), rencana jangka menengah (rencana tahunan), dan rencana jangka Panjang ( 4
– 5 tahun).

5. Pengembangan Bahan dan Pedoman


Rencana pengembangan profesi guru melalui PKB, direkap oleh KKG – MGMP –
KKM untuk menyusun pengembangan bahan dan pedoman peningkatan kompetensi
guru. Bagi penyelenggara diklat, rencana KB ini juga bisa dijadikan rujukan dalam
melaksanakan DIklat dan Bahan yang harus disiapkan.

344
Dengan mengikuti kegiatan Peningkatan Kompetensi Guru (PKG) tersebut,
maka diharapkan guru dapat menunjang peningkatan kompetensi guru, khususnya
dalam mewujudkan dan mengembangkan Gerakan Literasi Madrasah (GELEM) dan
Gerakan Madrasah Inovasi (GEMI).

1. Pelaksanaan PKB
Berdasarkan analisis kebutuhan peningkatan kompetensi guru dan ketentuan yang
berlaku pada praktik-praktik pelaksanaan PKB yang ada, maka dikembangkan mekanisme
PKB yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan guru untuk meningkatkan
profesionalismenya. Dalam pelaksanaan PKB guru diatur tentang strategi pelaksanaan,
penyelenggara, dan penjaminan mutu PKB.
a) Strategi
Kementerian Agama Republik Indonesia mengembangkan beberapa strategi
pelaksanaan agar setiap guru memiliki kesempatan yang sama dimana pun dan kapan pun
guru berada.
b) Tatap Muka
Strategi tatap muka masih sangat diperlukan oleh guru dalam melaksanakan PKB.
Metode ini mempertemukan antara narasumber dan guru secara langsung dalam
peningkatan komepetensinya. Keunggulan strategi ini antara lain, bisa terjadi interaksi
secara langsung, sehingga jika guru dalam proses belajar mengalami kesulitan, dapat
bertanta secara langung kepada narasumber. Metode ini juga dianggap efektif karena ada
interaksi fisik, dan emosional dalam mengembangkan kompetensinya.
c) Dalam Jaringan
Strategi dalam jaringan (On line) adalah strategi pelaksanaan PKB guru yang
menggunakan media internet dalam pelaksanaannya. Metode ini dilaksanakan oleh guru –
guru yang memiliki pengetahuan dan kemampuan informasi dan teknologi yang baik.
Metode ini tidak mengharuskan ketemu secara langsung antara narasumber dan guru.
Narasumber bisa berinterkasi secara on line dengan guru. Jika guru mengalami kesulitan,
maka guru bisa menuliskan kesulitannya secara on line dan dibalas oleh narasumber
secara online juga.

d) Campuran (Blended)
Strategi ini memadukan antara tatap muka dengan on line. Strategi campuran ini
mengharuskan guru dan narasumber untuk bertemu secara langsung pada waktu tertentu,

345
namun di waktu yang lain bisa dilakukan secara on line. Guru Bersama narasumber
memiliki kesepakatan yang disusun bersama kapan harus bertemu secara langung dan
kapan bertemu secara on line. Moderator akan mengatur lalulintas komunikasi antara guru
dan narasumber.
e) Penyelenggara
Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 38 Tahun 2018 tentang PKB guru
pasal 11 butir b, menyatakan bahwa penyelenggara PKB diselenggarakan oleh;
1) Pemerintah
Pemerintah dengan kewenangannya bisa menyelenggarakan PKB guru.
Pemerintah dalam hal ini kementerian agama republik Indonesia yang memiliki
kewenangan menyelenggarakan PKB guru adalah;
(a) Direktorat Guru dan Tenaga kependidikan;
(b) Direktorat Kurikulum Sarana Prasarana, Kesiswaan, dan Kelembagaan;
(c) Direktorat Pendidikan Agama Islam,
(d) Pusat Pendidikan dan Pelatihan,
(e) Balai Diklat Keagamaan,
(f) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi, dan
(g) Kantor Kementerian Agama Kabupaten//Kota.
2) Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah melalui lembaga terkait yang memiliki kewenangan bisa
menyelenggarakan PKB guru. Pemerintah daerah bekerjasama dengan Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota bisa
menyelengarakan PKB. Misalnya, Dinas Pendidikan Provinsi atau Dinas Pendidikan
Kabupaten Kota bisa bekerjasama dengan Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota untuk menyelenggerakan
PKB Guru di Kementerian Agama.
3) Penyelenggara Pendidikan
Penyelenggara Pendidikan yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan
oleh Kementerian Agama, bisa menyelenggarakan PKB. Penyelenggara Pendidikan
dapat berupa yayasan, lembaga diklat non pemerintah, perguruan tinggi, organisasi
masa yang komitmen terhadap Pendidikan (LP Maarif, Dikdasmen Muhammadiyah,
Nahdatul Wathan, AL Wasliyah ) dan pihak lain yang memiliki komitmen dalam
peningkatan kompetensi guru.
4) Forum Kerja Guru

346
Forum kerja guru dapat berupa Kelompok Kerja Guru (KKG), Musawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP), dan Kelompok Kerja Kepala Madrasah (KKM). Forum ini
memiliki bisa menyelenggarakan PKB guru bagi yang sudah memenuhi syarat yang
diatur dalam Juknis KKG-MGMP-KKM. Kementerian Agama mendorong pelaksanaan
PKB guru digerakkan oleh forum kerja guru agar berjalan secara efektif dan efisien.
5) Asosiasi/Organisasi Profesi Guru
Asosiasi/Organisasi profesi seperti Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI),
Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA), Asosiasi Pengawas Madrasah (APM), dan Pusat
Pengembangan Madrasah (PPM) bisa menyelenggarakan PKB guru.
6) Lembaga atau Organisasi Terkait.
Lembaga atau organisasi terkait yang langsung maupun tidak langsung memiiki
komitmen untuk meningkatkan kompetensi guru, seperti Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), Badan Narkotika Nasional (BNN), Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), dan pihak lain yang memiliki komitmen memperbaiki kondisi bangsa secara
umum.
Penyelenggara PKB di atas, memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh
Kementerian Agama seperti yang diatur dalam Petunjuk Teknis (Juknis)
Penyelenggaraan PKB Guru. Secara umum penyelenggara PKB guru harus;
(a) Menyusun rencana pelaksanaan program
(b) Menyususun kurikulum
(c) Melakukan penilaian kemajuan dan hasil belajar peserta
(d) Menerbitkan sertifikat pelatihan dana tau sertifikat kompetensi
(e) Membangun komunitas belajar di lingkungannya untuk meningkatkan
kompetensi guru.
7) Pembinaan Karir
Sementara itu, pembinaan dan pengembangan karir meliputi penugasan,
kenaikan pangkat, dan promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karir guru ini
harus sejalan dengan jenjang jabatan fungsional mereka. Pola pembinaan dan
pengembangan profesi dan karir gurutersebut, sebagaimana disajikan pada Gambar
3.1., diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi terkait dalam
melaksanakanpembinaan profesi dan karir guru.
Pengembangan profesi dan karir diarahkan untuk meningkatkan kompetensi dan
kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran di kelas
dan di luar kelas. Inisiatif meningkatkankompetensi dan profesionalitas ini harus

347
sejalan dengan upaya untuk memberikan penghargaan, peningkatan kesejahteraan
dan perlindungan terhadap guru.

1. K. Kepala Madrasah 1. Penugasan 1. K. Pedagogik


2. K. Kepegawaian 2. Kenaikan Pangkat 2. K. Kepribadian
3. K. Lain 3. Promosi 3. K. Profesional
4. Persyaratan Lain 4. K. Sosial

PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN
KARIR PROFESI

PENGEMBANGAN
GURU

Gambar 4.1.
Alur Pengembangan
Profesi dan Karir Guru

Guru tetap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum serta kemajuan IPTEK. Di sinilah esensi pembinaan dan pengembangan
profesional guru. Kegiatan ini dapat dilakukan atas prakarsa institusi, seperti
pendidikan dan pelatihan, workshop, magang, studi banding, dan lain-lain. Prakarsa ini
menjadi penting, karena secara umum guru masih memiliki keterbatasan, baik
finansial, jaringan, waktu, akses,dan sebagainya. Peraturan Pemerintah (PP) No.74
Tahun 2008 membedakan antara pembinaan dan pengembangan kompetensi guru
yang belum dan yang sudah berkualifikasi S-1 atau D-IV. Pengembangan dan
peningkatan kualifikasi akademik bagi guru yang belum memenuhi kualifikasi S-1 atau
D-IV dilakukan melalui pendidikan tinggi programS-1 atau program D-IV pada
perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan tenaga kependidikan
dan/atau program pendidikan nonkependidikan yang terakreditasi.

348
Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki
sertifikat pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya
tetap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni,dan budaya
dan/atau olah raga. Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan
melalui sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang
dikaitkan dengan perolehan angka kredit jabatan fungsional.
Pembinaan dan pengembangan keprofesian guru meliputi pembinaan
kompetensi-kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Sementara
itu, pembinaan dan pengembangan karier meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan
promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karir guru ini harus sejalan dengan
jenjang jabatan fungsional mereka.
Pola pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru tersebut,
sebagaimana disajikan pada Gambar 1.3., diharapkan dapat menjadi acuan bagi
institusi terkait dalam melaksanakan pembinaan profesi dan karir
guru.Pengembangan profesi dan karir diarahkan untuk meningkatkan kompetensi dan
kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran di kelas
dan di luar kelas. Inisiatif meningkatkankompetensi dan profesionalitas ini harus
sejalan dengan upaya untuk memberikan penghargaan, peningkatan kesejahteraan
dan perlindungan terhadap guru Semua guru memiliki hak yang sama untuk mengikuti
kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi.
Program ini berfokus pada empat kompetensi di atas. Namun demikian,
kebutuhan guru akan program pembinaan dan pengembangan profesi beragam
sifatnya. Kebutuhan dimaksuddikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu
pemahaman tengtang konteks pembelajaran, penguatan penguasaan materi,
pengembangan metode mengajar, inovasi pembelajaran, dan pengalaman tentang
teori-teori terkini.Kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi dapat dilakukan
oleh institusi pemerintah, lembaga pelatihan (training provider) nonpemerintah,
penyelenggara, atau satuan pendidikan. Di tingkat satuan pendidikan, program ini
dapat dilakukan oleh guru pembina, guru inti, koordinator guru kelas, dan sejenisnya
yang ditunjuk dari guru terbaik dan ditugasi oleh kepala sekolah. Analisis kebutuhan,
perumusan tujuan dan sasaran, desain program, implementasi dan layanan, serta
evaluasi program pelatihan dapat ditentukan secara mandiri oleh penyelenggara atau
memodifikasi/mengadopsi program sejenis.

349
Pembinaan dan pengembangan karir guru terdiri dari tiga ranah, yaitu
penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Sebagai bagian dari pengembangan karir,
kenaikan pangkat merupakan hak guru. Dalam kerangka pembinaan dan
pengembangan, kenaikan pangkat ini termasuk ranah peningkatan karir. Kenaikan
pangkat ini dilakukan melalui dua jalur. Pertama, kenaikan pangkat dengan sistem
pengumpulan angka kredit. Kedua, kenaikan pangkat karena prestasi kerja atau
dedikasi yang luar biasa.

KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN


GURU (PROFESIONAL,
BERMARTABAT DAN SEJAHTERA)

1 2 3 4
1. Kualifikasi Rekruitmen, Rekonstruksi Standar dan
2. Kompetensi Distribusi Pendidikan Pola Rekrutmen
3. Kinerja jumlah dan Akademik dan Mahasiswa
4. Kenaiakan
kualitas Profesi Guru Calon Guru
pangkat
(Demand
5. Karir
6. PKBG Driven)
7. Harlindung Intelektual,
8. Tunjangan Minat Bakat dan
Sikap

PENJAMINAN MUTU

Gambar 4.2.
Kebijakan Dan Pengembangan Guru

Penilaian kinerja guru (teacher performance appraisal) merupakan salah satu


langkah untuk merumuskan program peningkatan kompetensi guru secara efektif dan
efisien. Hal ini sesuai dengan amanat yang tertuang pada Permenneg PAN dan RB No.

350
16 Tahun 2009. Penilaian kinerja dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan guru
yang sebenarnya dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan penilaian kinerja
ini juga akan diketahui tentang kekuatan dan kelemahan guru-guru, sesuai dengan
tugasnya masing-masing, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan
konseling. Penilaian kinerja guru dilakukan secara periodik dan sistematis untuk
mengetahui prestasi kerjanya, termasuk potensi pengembangannya
Disamping keharusan menjalani penilaian kinerja, guru-guru pun perlu diketahui
tingkat kompetensinya melalui uji kompetensi. Uji kompetensi dimaksudkan untuk
memperoleh informasi tentang kondisi nyata guru dalam proses pendidikan dan
pembelajaran. Berdasarkan hasil uji kompetensi dirumuskan profil kompetensi guru
menurut level tertentu, sekaligus menentukan kelayakannya. Dengan demikian, tujuan
uji kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru sudah kompeten atau
belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan. Dengan demikian, kegiatan
peningkatan kompetensi guru memiliki rasional dan pertimbangan empiris yang kuat.
Penilaian kinerja dan uji kompetensi guru esensinya berfokus pada keempat
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru.
Kebijakan pembinaan dan pengembangan profesi guru dengan segala cabang
aktifitasnya perlu disertai dengan upaya memberi penghargaan, perlindungan,
kesejateraan, dan pemartabatan guru. Karena itu, isu-isu yang relevan dengan masa
depan manajemen guru, memerlukan formulasi yang sistemik dan sistematik terutama
sistem penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi,
sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan
perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan keprofesian
berkelanjutan, pengawasan etika profesi, serta pengelolaan guru di daerah khusus.

351
PROFESI

Pembinaan
Guru Profesional
dan
dengan Aksesibiltas
Pengembangan
Pengembangan
Profesi Guru
Karir

KARIR
Gambar 4.3.

Alur Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru

3. PERLINDUNGAN HUKUM DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN GURU


a. PERLINDUNGAN HUKUM GURU
Guru mengabdikan diri untuk mencerdaskan dan meningkatkan kualitas manusia
Indonesia menjadi manusia beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang berkemajuan, adil,
makmur, dan beradab. Keinginan besar para pejuang kemerdekaan negara ini, terabadikan
pada alinea ke IV Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, yakni “melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.
Guru sebagai pendidik profesional dalam melaksanakan tugasnya akan bersinggungan
dengan subyek yang bernama peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat pemerhati.
Subyek tersebut pada saat guru melaksanakan tugas profesi dimungkinkan akan terjadi
beda tafsir antara guru profesional dengan fihak lain, organisasi profesi secepat mungkin
berperan secara profesional, karena tidak jarang guru profesional harus bertanggungjawab
diluar apa yang menjadi tanggungjawabnya secara profesional. Guru secara normatif,
memang telah mendapatkan perlindungan, sebagaimana ketentuan pasal 39 Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2005 (1) “Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi
profesi, dan/atau satuan pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap guru dalam
pelaksanaan tugas”. Rumusan undang-undang tersebut telah memberikan dan
mewajibkan adanya perlindungan kepada guru dalam tugasnya. Juga pada ayat

352
(2)nya menjelaskan ruang lingkup perlindunginya yang meliputi “Perlindungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi hukum, perlindungan profesi, serta
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja” Ketentuan ini membedakan secara tegas
tentang perbedaan antara perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan
keselamatan kerja dan perlindungan kesehatan kerja.
Pemerintah dengan tegas menjelaskan Perlindungan terhadap profesi guru sendiri
sudah diakui dalam PP Nomor 74 Tahun 2008. Dalam PP itu, guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Dalam mendidik, mengajar, membimbing hingga mengevaluasi siswa, maka guru
diberikan kebebasan akademik untuk melakukan metode-metode yang ada. Selain itu, guru
juga tidak hanya berwenang memberikan penghargaan terhadap siswanya, tetapi juga
memberikan punishment kepada siswanya tersebut.
"Guru memiliki kebebasan memberikan sanksi kepada peserta didiknya yang
melanggar norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, peraturan tertulis maupun
tidak tertulis yang ditetapkan guru, peraturan tingkat satuan pendidikan, dan peraturan
perundang-undangan dalam proses pembelajaran yang berada di bawah kewenangannya,"
bunyi Pasal 39 ayat 1.
Dalam ayat 2 disebutkan, sanksi tersebut dapat berupa teguran dan atau peringatan,
baik lisan maupun tulisan, serta hukuman yang bersifat mendidik sesuai dengan kaedah
pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan.
"Guru berhak mendapat perlindungan dalam melaksanakan tugas dalam bentuk rasa
aman dan jaminan keselamatan dari pemerintah, pemerintah daerah, satuan pendidikan,
organisasi profesi guru, dan atau masyarakat sesuai dengan kewenangan masing-masing,"
papar Pasal 40.
Rasa aman dan jaminan keselamatan tersebut diperoleh guru melalui perlindungan
hukum, profesi dan keselamatan dan kesehatan kerja. "Guru berhak mendapatkan
perlindungan hukum dari tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi,
atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat,
birokrasi, atau pihak lain," tegas Pasal 41.
Berlandaskan UUD 1945 dan UU No 9 tahun 1999 Pasal 3 ayat 2 tentang Hak Asasi Manusia
(HAM), bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum
yang adil serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama di depan hukum. Sesuai

353
dengan politik hukum UU tersebut, bahwa manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa yang mengemban tugas mengelola dan memelihara alam semesta dengan penuh ketakwaan
dan tanggung jawab untuk kesejahteraan umat manusia. Oleh pencipta-Nya, manusia dianugerahi
hak asasi untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat, kemuliaan dirinya serta keharmonisan
lingkungan.
Bahwa hak asasi manusia, termasuk hak-hak guru, merupakan hak dasar yang secara koderati
melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng. Oleh karena itu hak-hak manusia,
termasuk hak-hak guru harus dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan,
dikurangi atau dirampas oleh siapapun. Bahwa bangsa Indonesia sebagai anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemban tanggung jawab moral dan hukum untuk
menjunjung tinggi dan melaksanakan deklarasi universal tentang hak asasi manusia yang
ditetapkan oleh PBB serta berbagai instrumen internasional lainnya mengenai HAM yang telah
diterima oleh Indonesia. Di samping hak asasi manusia juga dikenal kewajiban dasar manusia
yang meliputi: (1) kepatuhan terhadap perundang-undangan, (2) ikut serta dalam upaya
pembelaan negara, (3) wajib menghormati hak-hak asasi manusia, moral, etika dan tata tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selanjutnya, sebagai wujud tuntutan
reformasi (demokrasi, desentralisasi, dan HAM), maka hak asasi manusia dimasukkan dalam UUD
1945.
Salah satu hak guru adalah hak memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan
hak atas kekayaan intelektual. Pada Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
Bagian 7 tentang Perlindungan, disebutkan bahwa banyak pihak wajib memberikan
perlindungan kepada guru, berikut ranah perlindungannya seperti berikut ini.
1) Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan/atau satuan
pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap guru dalam pelaksanaan tugas.
2) Perlindungan tersebut meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi dan
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
3) Perlindungan hukum mencakup perlindungan terhadap tindak kekerasan, ancaman,
perlakuan diskriminatif, diskriminatif, intimidasi atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta
didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain.
4) Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap PHK yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam
penyampaian pandangan, pelecehan terhadap profesi dan pembatasan/pelarangan lain
yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas.
5) Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlindungan terhadap

354
resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana
alam, kesehatan
Berdasarkan amanat Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
seperti disebutkan di atas, dapat dikemukakan ranah perlindungan hukum bagi guru. Frasa
perlindungan hukum yang dimaksudkan di sini mencakup semua dimensi yang terkait dengan
upaya mewujudkan kepastian hukum, kesehatan, keamanan, dan kenyamanan bagi guru dalam
menjalankan tugas-tugas profesionalnya.

1) Perlindungan hukum
Semua guru harus dilindungi secara hukum dari segala anomali atau tindakan semena-mena
dari yang mungkin atau berpotensi menimpanya dari pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab. Perlindungan hukum dimaksud meliputi perlindungan yang muncul akibat
tindakan dari peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain,
berupa:
1) tindak kekerasan,
2) ancaman, baik fisik maupun psikologis
3) perlakuan diskriminatif,
4) intimidasi, dan
5) perlakuan tidak adil

2) Perlindungan profesi
Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap pemutusan hukubungan kerja
(PHK) yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang
tidak wajar, pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan terhadap profesi dan
pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas. Secara
rinci, subranah perlindungan profesi dijelaskan berikut ini.
a) Penugasan guru pada satuan pendidikan harus sesuai dengan bidang keahlian, minat, dan
bakatnya.
b) Penetapan salah atau benarnya tindakan guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional
dilakukandenganmempertimbangkanpendapat DewanKehormatanGuruIndonesia.
c) Penempatan dan penugasan guru didasari atas perjanjian kerja atau kesepakatan kerja
bersama.
d) Pemberian sanksi pemutusan hubungan kerja bagi guru harus mengikuti prosedur
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau perjanjian kerja atau

355
kesepakatan kerja bersama.
e) Penyelenggara atau kepala satuan pendidikan formal wajib melindungi guru dari praktik
pembayaran imbalan yang tidak wajar.
f) Setiap guru memiliki kebebasan akademik untuk menyampaikan pandangan.
g) Setiap guru memiliki kebebasan untuk:
 mengungkapkan ekspresi,
 mengembangkan kreatifitas, dan
 melakukan inovasi baru yang memiliki nilai tambah tinggi dalam proses pendidikan dan
pembelajaran.
h) Setiap guru harus terbebas dari tindakan pelecehan atas profesinya dari peserta didik,
orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.
i) Setiap guru yang bertugas di daerah konflik harus terbebas dari pelbagai ancaman, tekanan, dan
rasa tidak aman.
j) Kebebasan dalam memberikan penilaian kepada peserta didik, meliputi:
 substansi,
 prosedur,
 instrumen penilaian, dan
 keputusan akhir dalam penilaian.
k) Ikut menentukan kelulusan peserta didik, meliputi:
 penetapan taraf penguasaan kompetensi,
 standar kelulusan mata pelajaran atau mata pelatihan, dan
 menentukan kelulusan ujian keterampilan atau kecakapan khusus.
l) Kebebasan untuk berserikat dalam organisasi atau asosiasi profesi, meliputi:
 mengeluarkan pendapat secara lisan atau tulisanatas dasar keyakinanakademik,
 memilih dan dipilih sebagai pengurus organisasi atau asosiasi profesi guru, dan
 bersikap kritis dan obyektif terhadap organisasi profesi.
m) Kesempatanuntukberperandalam penentuankebijakanpendidikanformal,meliputi:
 akses terhadap sumber informasi kebijakan,
 partisipasi dalam pengambilan kebijakan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan
formal, dan
 memberikan masukan dalam penentuan kebijakan pada tingkat yang lebih tinggi atas
dasar pengalaman terpetik dari lapangan.

356
3) Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlindungan terhadap
resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana
alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau resiko lain. Beberapa hal krusial yang terkait
dengan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk rasa aman bagi guru dalam
bertugas, yaitu:
a) Hak memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas
harus mampu diwujudkan oleh pengelola satuan pendidikan formal, pemerintah dan
pemerintah daerah.
b) Rasa aman dalam melaksanakan tugas, meliputi jaminan dari ancaman psikis dan fisik dari
peserta didik, orang tua/wali peserta didik, atasan langsung, teman sejawat, dan masyarakat
luas.
c) Keselamatan dalam melaksanakan tugas, meliputi perlindungan terhadap:
 resiko gangguan keamanan kerja,
 resiko kecelakaan kerja,
 resiko kebakaran pada waktu kerja,
 resiko bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau
 resiko lain sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai
ketenagakerjaan.
d) Terbebas dari tindakan resiko gangguan keamanan kerja dari peserta didik, orang tua peserta
didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.
e) Pemberian asuransi dan/atau jaminan pemulihan kesehatan yang ditimbulkan akibat:
 kecelakaan kerja,
 kebakaran pada waktu kerja,
 bencana alam,
 kesehatan lingkungan kerja, dan/atau
 resiko lain.
f) Terbebas dari multiancaman, termasuk ancaman terhadap kesehatan kerja, akibat:
 bahaya yang potensial,
 kecelakaan akibat bahan kerja,
 keluhan-keluhan sebagai dampak ancaman bahaya,
 frekuensi penyakit yang muncul akibat kerja,
 resiko atas alat kerja yang dipakai, dan

357
 resiko yang muncul akibat lingkungan atau kondisi tempat kerja.

4) Perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual


Pengakuan HaKI di Indonesia telah dilegitimasi oleh peraturan perundang-undangan,
antara lain Undang-Undang Merk, Undang-Undang Paten, dan Undang-Undang Hak Cipta. HaKI
terdiri dari dua kategori yaitu: Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri. Hak Kekayaan Industri
meliputi Paten, Merek, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Rahasia Dagang
dan Varietas Tanaman. Bagi guru, perlindungan HaKI dapat mencakup:
a) hak cipta atas penulisan buku,
b) hak cipta atas makalah,
c) hak cipta atas karangan ilmiah,
d) hak cipta atas hasil penelitian,
e) hak cipta atas hasil penciptaan,
f) hak cipta atas hasil karya seni maupun penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni, serta sejenisnya, dan;
g) hak paten atas hasil karya teknologi

b. PENINGKATAN KESEJAHTERAAN GURU


Untuk meningkatkan mutu pendidikan, banyak faktor yang memengaruhinya, salah
satunya adalah peningkatan kesejahteraan guru. Apalagi Undang-undang No 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen mengamanatkan guru berhak memperoleh penghasilan di atas
kebutuhan minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Karena itu tidak heran jika pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah peduli dan merasa perlu memberi penghargaan dan
meningkatkan kesejahteraan guru dengan memberikan tunjangan khusus kepada guru yang
bertugas di daerah khusus maupun pemberian subsidi tunjangan fungsional bersumber dari
dana APBN dan insentif guru berasal dana dari APBD.
Sebagai tenaga profesional, guru memiliki hak yang sama untuk mendapatkan
penghargaan dan kesejahteraan. Penghargaan diberikan kepada guru yang berprestasi,
berprestasi luar biasa, berdedikasi luar biasa, dan/atau bertugas di daerah khusus.
Penghargaan kepada guru dapat diberikan pada tingkat satuan pendidikan, desa/kelurahan,
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, dan/atau internasional. Penghargaan itu beragam
jenisnya, seperti satyalancana, tanda jasa, bintang jasa, kenaikan pangkat istimewa, finansial,
piagam, jabatan fungsional, jabatan struktural, bintang jasa pendidikan, dan/atau bentuk
penghargaan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
358
Pada sisi lain, peraturan perundang-undangan mengamanatkan bahwa pemerintah
kabupaten wajib menyediakan biaya pemakaman dan/atau biaya perjalanan untuk pemakaman
guru yang gugur di daerah khusus. Guru yang gugur dalam melaksanakan pendidikan dan
pembelajaran di daerah khusus, putera dan/atau puterinya berhak mendapatkan beasiswa
sampai ke perguruan tinggi dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Kesejahteraan guru menjadi perhatian khusus pemeritah, baik berupa gaji maupun
penghasilan lainnya. Guru memiliki hak atas gaji dan penghasilan lainya. Gaji adalah hak yang
diterima oleh guru atas pekerjaannya dari penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan dalam
bentuk finansial secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Di luar gaji pokok,
guru pun berhak atas tunjangan yang melekat pada gaji.
Gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji bagi guru yang diangkat oleh pemerintah dan
pemerintah daerah diberikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan peraturan
penggajian yang berlaku. Gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji bagi guru yang diangkat
oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat diberikan berdasarkan perjanjian
kerja dan/atau kesepakatan kerja bersama. Penghasilan adalah hak yang diterima oleh guru dalam
bentuk finansial sebagai imbalan melaksanakan tugas keprofesian yang ditetapkan dengan prinsip
penghargaan atas dasar prestasi dan mencerminkan martabat guru sebagai pendidik profesional.
Ringkasnya, guru yang memenuhi persyaratan sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 14
Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008, serta peraturan lain yang menjadi ikutannya, memiliki hak
atas aneka tunjangan dan kesejahteraan lainnya. Tunjangan dan kesejahteraan dimaksud mencakup
tunjangan profesi, tunjangan khusus, tunjangan fungsional, subsidi tunjangan fungsional, dan
maslahat tambahan.
Peningkatan Kesejahteraan guru terus diupayakan dalam berbagai bentuk. Mulai dari
pemberian Tunjangan Profesi Guru (TPG), Pemberian Tunjangan Kinerja Guru, Pemberian Insentif
Guru Non Sertifikasi sampai dengan pemberian Tunjangan Khusus bagi guru yang mengajar
didaerah terpencil. Mekanisme pelaksanaannya dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Tunjangan Profesi Guru
Tunjangan Profesi Guru sebagai upaya penghargaan kepada guru madrasah yang mempunyai
sertifikat pendidik dan keprofesionalannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
a) Tunjangan Profesi guru diberikan kepada:
- Guru Madrasah yang berstatus sebagai Pegawai negeri Sipil yang melaksanakan tugas
mengajar di madrasah negeri dan/atau madrasah yang diselenggarakan oleh
masyarakat, yang memiliki sertifikat pendidik dan Nomer Register Guru (NRG),

359
memenuhi beban kerja, dan melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional
sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan
- Guru madrasah yang berstatus sebagai Bukan Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan
tugas mengajar di madrasah negeri dan/atau madrasah yang diselenggarakan oleh
masyarakat, yang memiliki sertifikat pendidik dan Nomer Register Guru (NRG),
memenuhi beban kerja, dan melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional
sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan
b) Besaran Tunjangan Profesi
Guru Madrasah yang berhak mendapatkan tunjangan profesi guru (TPG) ditetapkan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen dan disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) pada
satuan kerja Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota atau Madrasah Negeri. Dengan
besaran Tunjangan Profesi Guru sebagai berikut:
- Guru PNS diberikan sebesar gaji pokok per bulan
- Guru bukan PNS yang sudah disetarakan (Inpassing) diberikan tunjanga sebebsar 1 kali
gaji pokok per bulan disesuaikan dengan memperhatikan pangkat, golongan dan jabatan
dan kulaifikasi akademik yang berlaku bagi guru PNS sebasgaimana tercantum pada SK
Inpassing, tidak memperhatikan masa kerja sesuai ketentuan peraturan perundang
undangan yang berlaku
- Guru Bukan PNS yang belum disetarakan (Non Inpassing) diberikan tunjangan
ketentuan peraturan perundangan undang yang berlaku
c) Prinsip Tunjangan Profesi Guru
- Efisien, harus diusahakan dengan dana dan daya yang ada untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggung jawabkan
- Efektif, harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan bisa memberi manfaat
yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan
- Transparan, menjamin adanya keterbukaan yang memungkinkan masyarakat
mengetahui dan memperoleh informasi mengenai pembayaran tunjangan profesi
- Akuntabel, pelaksanaan pembayaran tunjangan profesi bisa dipertanggung jawabkan
- Kepatutan, pelaksanaan program/kegiatan yang sejalan dengan prioritas nasional
secara riil dapat dirasakan manfaatnya dan berdaya guna bagi guru dan masyarakat.
d) Prosedur pembayaran
- Pembayaran tunjangan profesi dilakukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) masing-
masing satuan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku

360
- Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota dan Kepala Madrasah Negeri
melakukan verifikasi atas usulan dan kelengkapan berkas pengajuan tunjangan profesi
guru dengan berpedoman pada kriteria dan persyaratan sesuai dengan petunjuk teknis
yang berlaku
- Dalam hal terdapat tunggakkan atau kekuranga bayar atas tunjangan profesi tahun
sebelumnya, tunjangan profesi guru bisa dibayarkan sepanjang pagu DIPA tersedia
tanpa melakukan revisi tahun berjalan
- Dalam hal terdapat kekurangan bayar tunjangan profesi guru akibat dari kenaikan
pangkat atau gaji berkala dan/atau inpassing, pembayaran dapat dibayarkan sepanjang
pagu DIPA tahun berjalan tersedia
- Ketentuan pembayaran tunggakan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
• Memiliki surat keterangan kekurangan pembayaran tunjangan profesi guru yang
diterbitkan oelh pimpinan satuan kerja terkait
• Mendapat surat rekomendasi dari Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan,
Inspektorat Jenderal Kementerian Agama atau lembaga Pengawasan lainnya yang
ditetapkan oelh pemerintah
• Kekurangan tunjangan profesi guru tahun sebelumnya diusulkan oleh pimpinan
masing-masing satuan kerja kepada Dirjen Pendidikan Islam Cq. Sekretaris Ditjen
Pendidikan Islam melalui Kanwil Kementerian Agama Provinsi dengan
melengkapi dokumen yang dibutuhkan
- Tunjangan profesi guru dapat diberikan secara bertahap atau tiap bulan sesuai dengan
kondisi masing-masing satuan kerja
- Pembayaran tunjangan profesi guru tidak menghalangi guru menerima tunjangan
kependidikan (fungsional), bantuan tunjangan fungsional, bantuan tunjangan khusus,
tunjangan lainnya sesuai peraturan perundang-uandangan yang berlaku
- Dokumen persyaratan tunjangan profesi guru ditujuhkan kepada PPK pada masing-
masing satuan kerja berupa:
• Cetak asli analisa kelayakan tunjangan profesi guru dari Simpatika
• Cetak asli Surat Keterangan Melaksanakan Tugas (SKMT) atau form S29a dari
Simpatika
• Daftar kehadiran guru sesuai dengan periode pembayaran tunjangan profesi guru
yang dicetak secara digital dari Simpatika
• Cetak asli surat keterangan memenuhi beban kerja (SKBK) / Form S29e dari
Simpatika, sengan ketentuan sebagai berikut:

361
o Guru PNS yang satuan administrasi pangkalnya madrasah negeri, SKBK nya
diterbitkan dari Simpatika oleh Kepala madrasah Negeri yang bersangkutan
o Guru selain poin diatas, SKBK diterbitkan oleh Kepala kantor Kementerian
Agama Kabupaten/Kota
o SKBK atau SKMT diterbitkan enam bulan sekali atau sesuai dengan kalender
akademik yang berlaku
o Dalam hal guru mengajar di beberapa Satminkal, SKBK diterbitkan
berdasarkan SKMT yang diterbitkan oleh Kepala madrasah satminkal atau
non satminkal diketahui oleh pengawas sekolah pada madrasah, jika dalam
kondisi tertentu sulit memperoleh tanda tangan dari pengawas sekolah pada
madrasah, SKMT cukup ditanda tangani oleh Kepala madrasah. Adapun SKMT
bagi pengawas ditanda tangani oleh Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota yang bersangkutan
- SK penetapan penerima tunjangan profesi guru yang diterbitkan dari Simpatika
- Pemenuhan syarat yang menjadi syarat kelengkapan pembayaran tunjangan profesi
guru pada satuan kerja tidak dibenarkan diluar ketentuan yang diatur dalam petunjuk
teknis
e) Perencanaan Tunjangan Profesi Guru
Perencanaan Tunjangan Profesi Guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Apabila terjadi kekurangan atau kelebihan anggaran tunjangan profesi guru pada
tahun berjalan, maka untuk meminimalkan adanya anggaran terhutang, Kanwil atau
Kankemenag kabupaten/Kota segera melakukan analisis pendistribusiannya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku
- Penyusunan kebutuhan alokasi anggaran diusulkan berdasarkan data usulan (byname)
calon penerima tunjangan profesi guru yang diterima tahun berjalan
f) Pemantauan dan evaluasi
Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala, menyeluruh dan berjenjang agar
tunjangan profesi guru bagi guru PNS dan guru bukan PNS yang sudah disetarakan
(Inpassing) dapat terlaksana tepat sasaran, tepat jumlah dan tepat waktu. Pemantauan
dilakukan oleh Ditjen Pendidikan Islam, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi,
Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota sesuai kewenangan masing-masing.
Pemantauan dan evaluasi meliputi, sasaran, proses dan mekanisme penetapan, penyaluran
dan penerimaan tunjangan profesi guru Guru PNS dan Guru bukan PNS yang sudah
disetaraka.

362
b) Tunjangan Kinerja Guru
1) Prinsip dasar Tunjangan Kinerja
Prinsip dasar pemberian Tunjangan Kinerja guru PNS pada Madrasah:
(a) Tunjangan Kinerja diberikan setiap bulan kepada guru madrasah yang berstatus
PNS atau CPNS
(b) Tunjangan Kinerja tidak diberikan kepada:
- guru yang bukan PNS atau bukan CPNS :
- guru yang sedang menjalani cuti di luar tanggungan negara:
- guru yang diberhentikan sementara atau dinonaktifkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan:
- guru yang diperbantukan/ dipekerjakan pada badan /instansi lain di luar
lingkungan Kementerian Agama:
- guru yang dikenakan hukuman disiplin Pemberhentian Dengan Hormat Tidak
Atas Permintaan Sendiri (PDHTAPS), Pemberhentian Tidak Dengan Hormat
(PTDH), atau dalam proses keberatan atas kedua hukuman disiplin tersebut
ke Badan Pertimbangan Kepegawaian.
- guru yang sedang menjalani hukuman penjara berdasarkan putusan
Pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap, atau ditahan aparat
hukum karena dugaan tindak pidana:
(c) Pengurangan Tunjangan Kinerja diberlakukan kepada:
- guru yang tidak masuk kerja:
- guru yang terlambat masuk kerja:
- guru yang pulang sebelum waktunya:
- guru yang tidak berada di tempat kerja tanpa penugasan atau izin tertulis
dari atasan langsung.
- guru yang tidak melakukan rekam kehadiran elektronik masuk kerja
dan/atau pulang kerja atau tidak mengisi daftar hadir:
- guru yang dijatuhi hukuman disiplin:
- guru yang nilai capaian kinerja tahunannya dibawah nilai baik.
- Pengurang Tunjangan Kinerja sebagaimana dimaksud dinyatakan dalam %
(persen).
(d) Besaran Tunjangan Kinerja Guru disesuaikan dengan juknis yang berlaku.
Besaran Tunjangan guru PNS pada madrasah dibayarkan sebagai berikut:

363
- Tunjangan Kinerja guru CPNS yang belum bersertifikat pendidik dibayarkan
sebesar 80 (delapan puluh persen) dari jumlah Tunjangan Kinerja pada kelas
jabatan 5 (lima).
- Tunjangan Kinerja guru PNS yang belum bersertifikat pendidik dibayarkan
sebesar jumlah Tunjangan Kinerja pada kelas jabatan 5 (lima).
- Tunjangan Kinerja bagi guru PNS yang dibebaskan dari jabatan karena
melaksanakan tugas belajar dibayarkan sebesar 100% (seratus persen) dari
jumlah tunjangan kinerja yang diterima dalam jabatannya sampai bulan ke-6
(enam) sejak melaksanakan tugas belajar.
- Tunjangan Kinerja guru PNS yang diangkat dalam golongan II (dua)
dibayarkan sebesar jumlah Tunjangan Kinerja kelas jabatan fungsional
terampil atau kelas jabatan 3 (tiga).
- Tunjangan Kinerja bagi guru PNS yang berasal dari luar instansi Kementerian
Agama dengan status dipekerjakan di lingkungan Kementerian Agama dan
tidak dibayarkan tunjangan kinerja (tunjangan perbaikan penghasilan,
tunjangan kinerja daerah, atau sejenisnya) dari instansi induknya, dibayarkan
100% (seratus persen) dari kelas jabatannya.
- Tunjangan Kinerja guru PNS yang mendapatkan tunjangan profesi, dibayarkan
sebesar selisih antara tunjangan kinerja kelas jabatannya dengan tunjangan
profesi pada jenjangnya.
Misalnya: Seorang guru PNS yang mendapatkan tunjangan profesi memiliki
golongan ruang IV/a dengan masa kerja golongan ruang adalah 6 tahun, maka
besaran Tunjangan Kinerja guru sebesar Rp4.519.000,00 sedangkan besaran
Tunjangan Profesi Guru tersebut adalah Rp3.085.000,00.
Perhitungan Selisih Tunjangan Kinerja adalah:
STK - TK - TPG
4.519.0 — 3.085.000
= 1.434.000
Sehingga Selisih Tunjangan Kinerja guru tersebut adalah
Rp1.434.000,00.
Keterangan:
STK - Selisih Tunjangan Kinerja
TK - Tunjangan Kinerja
TPG - Tunjangan Profesi Guru

364
Apabila tunjangan profesi yang diterima sebagaimana dimaksud pada huruf
(f) lebih besar daripada tunjangan kinerja pada kelas jabatannya, yang dibayar
tunjangan profesi pada jenjangnya. Misalnya: Seorang guru PNS yang
mendapatkan tunjangan profesi memiliki golongan ruang IN/ b dengan masa
kerja golongan ruang adalah 12 tahun, maka besaran Tunjangan Kinerja guru
sebesar Rp2.927.000,00 sedangkan besaran Tunjangan Profesi guru tersebut
adalah Rp3.084.000,00. Karena Tunjangan Profesi lebih besar dari Tunjangan
Kinerja maka tidak diberikan Selisih Tunjangan Kinerja.
- Tunjangan Kinerja guru CPNS yang mendapatkan tunjangan profesi,
dibayarkan sebesar 80x (delapan puluh persen) dari selisih antara tunjangan
kinerja kelas jabatannya dengan tunjangan profesi pada jenjangnya.
- Tunjangan kinerja bagi guru PNS atau CPNS yang memiliki beban kerja kurang
dari 24 (dua puluh empat) jam tatap muka (termasuk tugas tambahan yang
diekuivalensikan dengan jam tatap muka) dibayarkan sebesar proporsi dari
jumlah beban kerja yang dimilikinya dengan faktor pembagi 24 (dua puluh
empat) jam tatap muka dikalikan dengan jumlah Tunjangan Kinerja pada kelas
jabatannya.
Misalnya: Seorang guru CPNS yang belum bersertifikat pendidik dan memiliki
golongan ruang INI/a dengan masa kerja golongan ruang adalah 1 tahun, dan
beban kerja 16 (enam belas) jam tatap muka perpekan, maka perhitungan besaran
Tunjangan Kinerjanya adalah:
Kelas jabatan guru tersebut adalah 5 (lima) dengan tunjangan kinerja sebesar
Rp2. 199.000,00.
TK = 80% x 16/24 x 2.199.000
TK = 1.319.400
Jadi Tunjangan Kinerja guru tersebut adalah Rp 1.319.400
(e) Pengurangan Tunjangan Kinerja Guru
Pengurangan Tunjangan kinerja guru PNS pada madrasah sebagai berikut:
- Keterlambatan
- Pulang sebelum waktunya
- Tidak hadir dengan keterangan atau tanpa keterangan
- Tidak hadir karena tugas atau diklat
- Tidak hadir karena sakit
- Capaian kinerja dibawah baik

365
(f) Alokasi anggaran tunjangan kinerja
Anggaran pembayaran tunjangan kinerja guru madrasah dialokasikan pada DIPA
masing-masing satuan kerja pengelola keuangan pada program Pendidikan Islam
(g) Prosedur pembayaran tunjangan kinerja guru
Tata cara pembayaran tunjangan kinerja guru madrasah sebagai berikut
1. Pembayaran Tunjangan Kinerja Guru PNS pada Madrasah dilakukan melalui
dokumen pelaksanaan anggaran/DIPA Satker dengan melengkapi persyaratan
administrasi sebagai berikut :
a. Surat Pernyataan Guru Atas Penerimaan Tunjangan Kinerja:
b. Daftar Pengurangan Tunjangan Kinerja Guru per bulan:
c. Daftar Nominatif Pembayaran Tunjangan Kinerja guru per bulan:
d. Rekapitulasi Daftar Pembayaran Tunjangan Kinerja guru:
e. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJ M),
f. Surat Setoran Pajak Penghasilan Pasal 21 (SSP PPh Ps 21)
2. Pembayaran tunjangan kinerja guru melalui beberapa tahap
a) Penghitungan Tunjangan Kinerja
1) Pelaksana penghitungan Tunjangan Kinerja guru pada masing- masing
Satker menyusun Daftar Pemberian, Penambahan, dan Pengurangan
Tunjangan Kinerja guru per bulan:
2) Pelaksana penghitungan Tunjangan Kinerja guru kemudian
menyampaikan Daftar Pemberian, Penambahan, dan Pengurangan
Tunjangan Kinerja guru per bulan kepada Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK), dengan melampirkan:
- Keputusan penetapan kelas jabatan masing-masing guru, dan
- Surat Pernyataan Guru Atas Penerimaan Tunjangan Kinerja.
3) Berdasarkan Daftar Pemberian, Penambahan, dan
PenguranganTunjangan Kinerja Guru per bulan yang diterima PPK,
PPABP membuat daftar nominatif pembayaran tunjangan kinerja guru
per bulan termasuk perhitungan pajak
b) Tata cara pencairan tunjangan kinerja
1) Pengajuan SPP-LS Tunjangan Kinerja
- PPK mengajukan Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS)
Pembayaran Tunjangan Kinerja guru kepada Pejabat Penandatangan
Surat Perintah Membayar (PPSPM) dengan melampirkan:

366
- Daftar Nominatif Pembayaran Tunjangan Kinerja guru per bulan:
- Rekapitulasi Daftar Pembayaran Tunjangan Kinerja guru per bulan:
- SPTJM yang ditandatangani PPK: dan S5) SSP PPh Ps 21.
2) Penerbitan SPM-LS oleh PPSPM
Atas dasar SPP-LS Pembayaran Tunjangan Kinerja guru yang diajukan
oleh PPK, PPSPM menerbitkan Surat Perintah Membayar Langsung
(SPM-LS) Pembayaran Tunjangan Kinerja guru, kemudian
menyampaikan SPM-LS dimaksud kepada Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) dengan melampirkan:
- Rekapitulasi Daftar Pembayaran Tunjangan Kinerja guru per bulan:
- SSP PPh PS 21.
3) Pembayaran Tunjangan Kinerja guru dibuat dengan daftar tersendiri
dan diajukan terpisah dari belanja Pegawai lainnya.
4) Pejabat Pembuat Komitmen pada masing-masing satuan kerja
bertanggungjawab atas pembayaran Tunjangan Kinerja guru.
(h) Pengendalian Tunjangan Kinerja
Pengendalian pembayaran Tunjangan Kinerja guru PNS pada Madrasah
dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut:
1. Sosialisai pembayaran Tunjangan Kinerja guru oleh Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam kepada Kanwil Kementerian Agama Provinsi, selanjutnya
Kanwil Kementerian Agama Provinsi mensosialisasikan kepada Satker di
wilayahnya sesuai dengan kewenangannya.
2. Pemantauan dan evaluasi dilakukan oleh unit organisasi Kementerian Agama
sesuai kewenangannya.
3. Penyelesaian atas permasalahan yang terjadi dalam proses pembayaran
Tunjangan Kinerja guru PNS pada Madrasah.
4. Pendataan yang lebih akurat terhadap guru yang berhak menerima
pembayaran Tunjangan Kinerja guru beserta besarannya.
5. Madrasah Negeri, Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota berkoordinasi
dengan Kanwil Kementerian Agama Provinsi untuk membuat perencanaan
anggaran yang cermat agar semua guru yang telah memenuhi syarat dapat
menerima pembayaran Tunjangan Kinerja guru

367
2) Pemantauan dan evaluasi
Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala, menyeluruh dan berjenjang agar
tunjangan kinerja bagi guru PNS dapat terlaksana tepat sasaran, tepat jumlah dan tepat
waktu. Pemantauan dilakukan oleh Ditjen Pendidikan Islam, Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi, Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota sesuai kewenangan
masing-masing. Pemantauan dan evaluasi meliputi, sasaran, proses dan mekanisme
penetapan, penyaluran dan penerimaan tunjangan kinerja Guru PNS.

c) Tunjangan Insentif
Tunjangan insentif dialokasikan untuk menambah kesejahteraan guru bukan PNS yang
mengajar pada madrasah
1) Kriteria Penerima tunjangan insentif
(a) Guru bukan PNS yang masih activ mengajar di RA, MI, MTs dan MA yang terdaftar di
Simpatika
(b) Guru madrasah yang belum lulus program sertifikasi
(c) Memiliki NPK dan/atau NUPTK
(d) Aktif selama 2 tahun berturut sebagai guru yang mengajar pada satuan administrasi
pangkal binaan Kementerian Agama
(e) Memenuhi kulaifikasi akademik S1 atau D IV
(f) Bertugas pada madrasah yang memiliki ijin penyelenggaraan dari Kementerian Agama
(g) Bukan penerima bantuan tunjangan sejenis yang sumber dananya dari DIPA
Kementerian Agama
(h) Belum memasuki usia pansiun
(i) Tidak terikat sebagai tenaga tetap pada instansi selain madrasah Kementerian Agama
(j) Tidak merangkap pada jabatan di eksekutif, legislatif dan yudikatif
2) Sumber dana
Tunjangan Insentif dianggarkan pada DIPA Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
Jawa Timur atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
3) Mekanisme Pelaksanaan
(a) Penetapan Penerima
 Kepala madrasah mengidentifikasi, menghimpun dan mengusulkan guru dalam
lingkup tugasnya yang memenuhi syarat untuk mendapatkan tunjangan insentif
dengan melampirkan

368
- Bukti keaktifan sebagai guru pada semester berjalan berupa print out format
S25A atau Kartu PTK yang tercetak secara digital pada Simpatika
- Bukti Surat Keputusan Layak Tunjangan Insentif guru bukan PNS dengan
mencetak format S39a
 Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota melakukan verifikasi atas
usulan dari Kepala madrasah sebagaimana kriteria dan persyaratan dan ketentuan
yang berlaku
 Jika Anggaran Insentif tidak mencukupi pada satuan kerja, maka harus
diprioritaskan :
- Berdasarkan prioritas usia yang lebih tua
- Yang lebih lama masa tugasnya
- Bukan penerim tunjangan khusus
 Berdasarkan hasil verifikasi, Kepaloa Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
menetapkan para penerima tunjangan insentif berupa Surat Keputusan (SK) yang
ditanda tangani oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
 Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota wajib mengirimkan salinan SK kepada
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur
 Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) membuat Surat Pertanggungjawaban mutlak
(SPTJM) atas penetapan nama-nama penerima tunjangan insentif guru bukan PNS
 Tunjangan insentif guru bukan PNS diberikan/disalurkan kepada guru yang berhak
menerima
(b) Penyaluran Tunjangan Kinerja
a) Tunjangan insentif guru bukan PNS diberikan/disalurkan kepada guru yang berhak
menerima secara langsung melalui rekening guru yang bersangkutan
b) Pembayaran tunjangan insentif disalurkan secara periodik; bulanan, triwulan dan 6
bulan (semesteran) sesuai kondisi satuan kerja pelaksananya
(c) Nominal Tunjangan Insentif
a) Besaran tunjangan insentif sebesar Rp. 250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)
atau sesuai dengan juknis pelaksanaan yang berlaku saat periode pembayaran
b) Tiap guru yang memenuhi kriteria dan persyaratan sebagai penerima tunjangan
insentif, hanya bisa menerima tunjangan insentif sebesar Rp. 250.000 walaupun
mengajar pada dua madrasah yang berbeda

369
(d) Penghentian tunjangan insentif
Penghentian tunjangan insentif
a) Meninggal dunia
b) Berusia 60 tahun
c) Tidak lagi menjalankan sebagai guru madrasah
d) Diangkat sebagai CPNS baik sebagai guru ataupun sebagai lainnya di Kementerian
Agama ataupun Instansi lainnya
e) Berhalangan tetap sehingga tidak bisa menjalankan tugas sebagai guru di madrasah
f) Tidak lagi memenuhi kriteria ataupun persyaratan yang telah diatur dalam petunjuk
teknis
(e) Pemantauan dan evaluasi
Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala, menyeluruh dan berjenjang agar
tunjangan insentif guru bukan PNS non sertifikasi dapat terlaksana tepat sasaran, tepat
jumlah dan tepat waktu. Pemantauan dilakukan oleh Ditjen Pendidikan Islam, Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi, Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
sesuai kewenangan masing-masing. Pemantauan dan evaluasi meliputi, sasaran, proses
dan mekanisme penetapan, penyaluran dan penerimaan tunjangan insentif Guru Bukan
PNS non sertifikasi

d) Tunjangan Khusus
Tunjangan khusus diberikan sebagai upaya perbaikan kesejahteraan bagi guru PNS dan guru
bukan PNS untuk mendorong peningkatan profesionalisme dan kinerja guru yang mengajar
pada madrasah di daerah khusus yang pemberiannya tidak bersifat permanen. Daerah khusus
adalah daerah yang telah ditentutak melalui peraturan Presiden Republik Indonesia.
1) sasaran Tunjangan khusus
Tunjangan khusus diberikan kepada guru PNS yang ditugaskan oleh pemerintah atau
pemerintah daerah dan guru bukan PNS yang bertugas di daerah khusus, bagi guru bukan
PNS harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
(a) Berstatus sebagai guru tetap madrasah, yaitu guru bukan Pegawai Negeri Sipil yang
diangkat oelh penyelenggara pendidikan untuk jangka waktu paling singkat 2 tahun
terus menerus dan tercatat di Satuan Administrasi Pangkal di satuan pendidikan yang
memiliki ijin operasional dari Kementerian Agama serta melaksanakan tugas pokok
sebagai guru

370
(b) Guru tetap yang melaksanakan tugasnya pada madrasah swasta diangkat oleh
penyelenggara pendidikan dan diketahui oleh Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota
(c) Memiliki NUPTK dan atau NPK
(d) Bukan penerima bantuan sejenis yang sumber dananya dari Kementerian Agama, guru
penerima tunjangan fungsional ataupun tunjangan profesi dapat menerima tunjangan
khusus asalkan memenuhi kriteria dan ketentuan sebagai penerima tunjangan khusus
sebagaimana aturan yang berlaku
(e) Aktif melaksanakan tugas pembelajaran pada madrasah yang memenuhi kriteria
sebagai daerah khusus sebagaimana aturan yang berlaku
2) Sumber dana
Sumber dana tunjangan khusus dianggarkan pada DIPA Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota atau pada satuan kerja
yang relevan
3) Mekanisme Pelaksanaan
(a) Penetapan Penerima
 Kepala Madrasah mengidentifikasikan, menghimpun dan mengusulkan dalam unit
kerjanya yang memenuhi syarat kepada Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota sebagai calon penerima tunjangan khusus
 Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota menerima dan memverifikasi usulan
dari Kepala Madrasah untuk selanjutnya diusulkan kepada Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi
 Berdasarkan hasil verifikasi, Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
mengusulkan calon penerima tunjangan khusus yang ditanda tangani oleh Kepala
Kantor Kementerian Kabupaten/Kota kepada Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi
 Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi melakukan verifikasi usulan
dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota untuk selanjutnya ditetapkan
sebagai penerima tunjangan khusus dengan membuat Surat Keputusan (SK)
penerima tunjangan khusus
 Salinan SK disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam u.p Direktorat
Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah sebagai laporan, Kepala Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota, satuan kerja terkait untuk dijadikan acuan
pemberian tunjangan kinerja
(b) Penyaluran dan pembayaran
 Tunjangan khusus disalurkan atau dibayarkan secara langsung kepada rekening
penerima tunjangan khusus
 Penyaluran atau pembayaran tunjangan khusus dilakukan secara periodik 3 bulan,
6 bulan sesuai kondisi daerah masing-masing
 Setiap guru yang menerima tunjangan khusus wajib menjalankan pembelajaran
kepada peserta didik minimal 1 (satu) tahun pelajaran, dan wajib mengisi dan
menanda tangani surat pernyataan kinerja sebagai form yang ada

371
 Teknis lebih lanjut tentang penyaluran tunjangan khusus dibahas sebagaimana
petunjuk teknis yang berlaku
(c) Nominal Tunjangan Khusus
 Besaran nominal tunjangan guru bukan PNS adalah Rp. 1.350.000 (satu juta tiga
ratus lima puluh ribu rupiah) per orang per bulan berlaku selama 12 bulan atau satu
tahun, sehingga penerimaan satu tahun sebesar Rp. 16.200.000 (enam belas juta
dua ratus ribu rupiah)
 Besaran nominal tunjangan guru PNS adalah Rp. 2.300.000 (dua juta tiga ratus ribu
rupiah) per orang per bulan berlaku selama 12 bulan atau satu tahun, sehingga
penerimaan selama satu tahun adalah Rp. 27.600.000 (dua puluh tujuh juta enam
ratus ribu rupiah)
 Jika alokasi anggaran tunjangan khusus tidak mencukupi sebagaimana tertera pada
poin diatas, maka disesuaikan dengan isian DIPA masing-masing satuan kerja
 Tunjangan tersebut diberikan selama 12 bulan penuh kepada penerima tunjangan
khusus dan tidak dibenarkan adanya pemotongan atau pungutan dengan alasan
apapun kecuali potongan pajak sebagaimana aturan yang berlaku
 Tiap guru penerima tunjangan khusus hanya berhak menerima satu porsi tunjangan
khusus walaupun mengajar pada dua madrasah yang berbeda, dan tidak dibenarkan
menerima lebih dari satu porsi tunjangan khusus
(d) Pemantauan dan evaluasi
Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala, menyeluruh dan berjenjang
agar tunjangan khusus bagi guru PNS dan guru bukan PNS dapat terlaksana tepat sasaran,
tepat jumlah dan tepat waktu. Pemantauan dilakukan oleh Ditjen Pendidikan Islam,
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi, Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota sesuai kewenangan masing-masing. Pemantauan dan evaluasi meliputi,
sasaran, proses dan mekanisme penetapan, penyaluran dan penerimaan tunjangan
khusus bagi guru PNS dan Guru Bukn PNS.
Dengan kesejahteraan guru yang meningkat, maka diharapkan guru dapat
menunjang pembiayaan secara mandiri upaya peningkatan kompetensi guru.
Sehingga secara khusus juga dapat berkontribusi dalam mewujudkan dan
mengembangkan Gerakan Literasi Madrasah (GELEM), Gerakan Madrasah Inovasi
(GEMI), Gerakan Madrasah Sehat (GEMES), Gerakan Furudul ‘Ainiyah (GEFA).

E. Monev, laporan, & penjaminan mutu


1. Monitoring & evaluasi kegiatan
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilaksanakan saat perencanaan, proses
pelaksanaan, dan pelaporan kegiatan peningkatan kompetensi guru madrasah baik yang
dilaksanakan di tingkat Provinsi maupun di Kabupaten/ Kota oleh Ketua Tim Pengembang
yang membentuk panitia pelaksana kegiatan. Tim monitoring dan evaluasi dapat dibentuk
oleh Ketua Tim Pengembang GERAMM Provinsi dan Kabupaten/ Kota bila dipandang perlu

372
sesuai dengan tingkatan pelaksanaan kegiatan. Pelaporan monitoring dan evaluasi disusun 2
kali dalam 1 tahun oleh Tim penjamin mutu GERAMM Kabupaten/ Kota atau Provinsi.(contoh
format monev terlampir).
2. Penjaminan Mutu
Dalam proses dan pelaksanakan Kegiatan Peningkatan Kompetensi Guru (KATA
SIGURU) ini harus dibangun sebuah sistem penjaminan mutu program secara inheren dan
terintegrasi antar lembaga, baik Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi Jawa Timur,
Kabupaten/ Kota, Lembaga Penyelenggara Pendidikan maupun Satuan Pendidikan.
Standar mutu program harus tercermin sejak dalam perencanaan, prosedur dan
proses tatalaksana, pelaksanaan program, dan evaluasi kegiatan. Standar mutu pelaksanaan
kegiatan mencakup: Aplikasi, system penunjang dan peralatan penunjang, Instrumen
Assesment, penangungjawab kegiatan dan pelaksana program, langkah-langkah pelaksanaan,
lokasi dan sarana pelaksanaan, dan waktu serta durasi kegiatan yang memadai.
Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam membangun sistem penjamin mutu
dalam Kegiatan Peningkatan Kompetensi Guru (KATASI GURU) ini adalah:
a. Kanwil Kementerian Agama bekerjasama dengan Madrasah Development Centre (MDC)
selaku koordinator lembaga penjamin mutu.
b. Kanwil harus menunjuk konsultan, pengawas madrasah, akademisi dan guru ahli
kompeten yang mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam penjaminan mutu
sebagai Tim Ahli.
c. Tim Ahli penjamin mutu menyusun pelaporan dan evaluasi program penjaminan mutu
Kegiatan Peningkatan Kompetensi Guru (KATASI GURU), serta rekomendasi untuk
meningkatkan program Kegiatan Peningkatan Kompetensi Guru (KATASI GURU) pada
waktu selanjutanya.
d. Penjaminan mutu kegiatan dilaksanakan sebelum, selama, dan setelah pelaksanaan
kegiatan Kegiatan Peningkatan Kompetensi Guru (KATASI GURU) oleh penyelenggarara
kegiatan, terutama pada pelaksanaan pembinaan atau pelatihan peningkatan kompetensi
guru dengan menggunakan instrument yang dirancang oleh penyelenggara kegiatan
(contoh instrument terlampir). Tugas penyelenggara kegiatan adalah memastikan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan kegiatan peningkatan kompetensi
guru berjalan sesuai dengan tujuan pelaksanaan program KATASI GURU.
3. Laporan
Pelaporan pelaksanaan kegiatan peningkatan kompetensi guru (KATASI GURU)
dilaksanakan di akhir pelaksanaan kegiatan oleh penyelenggara kegiatan.

373
F. Hasil gerakan ayo membangun madrasah
Peningkatan mutu pendidikan pada RA dan Madrasah perlu dilakukan secara terus
menerus melalui berbagai program dan kegiatan, termasuk melalui peningkatan kinerja dan
kualitas guru sebagai salah satu upaya mendukung Gerakan Ayo Membangun Madrasah
(GERAMM) melalui Peningkatan Kompetensi Guru (KATA SI GURU) dalam rangka
pengimplementasian Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang standar kompetensi guru
terdiri dari 4 dimensi kompetensi guru, yaitu; pedagogik, profesional, kepribadian, dan
sosial. Sehingga guru madrasah dapat menjadi garda terdepan dalam upaya menuju
terwujudnya madrasah yang hebat bermartabat.
Untuk itu, maka perlu dibuat buku panduan kegiatan Peningkatan Kompetensi Guru
(KATA SIGURU) sebagai bahan acuan dan rujukan dalam melaksanakan berbagai kegiatan
untu meningkatkan kompetensi guru madrasah. Dimana diharapkan dengan adanya
panduan ini para stakeholders madrasah di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Jawa Timur mempunyai persepsi yang sama dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi serta rencana tindak lanjut hasil analisis kegiatan.
Semoga buku panduan ini bisa menjadi bahan acuan bagi seluruh stakeholders
madrasah dalam peningkatan kompetensi guru.
1. Sosialisasi dan pendampingan kepada guru terkait upaya peningkatan kompetensi guru
adalah hal yang sangat diperkukan dan wajib dilakukan oleh Kepala Madrasah dan
Pengawas Madrasah, agar secara kontinyu terkontrol dan selalu termotivasi untuk
berinovasi dan meningkatkan kualitasnya.
2. Pembentukan tim pendamping guru yang beranggotakan Pengawas, Kepala madrasah,
dan guru berprestasi untuk melakukan pendampingan dan mengimbaskan
pengalamannya kepada guru-guru madrasah.
Pemberdayaan organisasi pendidikan MGMP/ KKG/ IGRA perlu ditingkatkan dalam upaya
menjalankan kegiatan peningatan kompetensi guru.

374
INSTRUMEN

375
INSTRUMEN PENILAIAN GURU
SUPERVISI ADMINISTRASI PERENCANAAN PEMBELAJARAN
(Berdasarkan Standar Proses)

Nama Madrasah : …………………………………………………….


Nama Guru : …………………………………………………….
Mata Pelajaran : .............................................. ....
Kecamatan : …………………………………………………….
Hari / Tanggal : …………………………………………………….

Ketersediaan Skor Nilai


No Komponen Administrasi Pembelajaran
Ada Tdk 4 3 2 1
1 SK Pembagian Tugas Mengajar
2 Jadwal KBM (Cetak Berbasis Simpatika)
3 Kalender Pendidikan
4 Penentuan Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM)
5 Analisis Rincian Pekan Efektif
6 Program Tahunan
7 Program Semester
8 Pemetaan KI dan KD
9 Silabus
10 RPP
11 Buku Administrasi Kelas
12 Jurnal Kelas
13 Buku Kumpulan Kisi dan Master UH/PH
14 Buku Daftar/ Kumpulan Nilai Siswa
15 Buku Catatan Supervisi/ Buku Agenda Rapat
Jumlah Skor

Keterangan : Skor Perolehan 4 = Baik Sekali 3 = Baik


NilaiAkhir = x 100% 2 = Cukup 1 = Kurang
Skor Maksimal

Ketercapaian : 86 – 100 % = Baik Sekali Nilai Akhir


71 – 85 % = Baik
55 – 70% = Cukup
Dibawah 55 % = Kurang

Tindak Lanjut :

Mengetahui, ,
Guru Yang Dinilai Kepala Madrasah Pengawas Madrasah

…………………………………. …………………………………. ………………………………….


NIP. …………………………….. NIP. …………………………….. NIP. ……………………………..

376
SUPERVISI KEGIATAN PEMBELAJARAN
(Sesuai Dengan Standar Proses)
Nama Madrasah : ...........................................................
Nama Guru : ........................................................... Kelas : ...............................
Pangkat Golongan : ........................................................... Jumlah Jam Tatap Muka : ...... jam

Sub Komponen dan Butir komponen Skor Nilai


No ( Tatap Muka ) Keterangan
4 3 2 1
1 Kegiatan Pembukaan Pembelajaran 4= Baik
a. Menyiapkan peserta didik Sekali
3= Baik
b. Melakukan Apersepsi 2= Cukup
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran 1= Kurang
d. Penampilan guru
2 Kegiatan Inti Pembelajaran
a. Kemampuan guru merumuskan tujuan pembelajaran secara
operasional
b. Menguasai Materi pelajaran

c. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan


dicapai
d. Ketrampilan dan kreatifitas penggunaan APE serta media
pembelajaran
e. Menggunakan bahasa yang baik dan benar
f. Ketrampilan mengelola dan memanfaatkan alam, lingkungan
sebagai alat dan sumber belajar
g. Sikap dan gaya mengajar guru

h. Kemampuan mengorganisir siswa dan mengelola kelas.

i. Menunjukkan sikap terbuka , menumbuhkan dan merespon positif


partisipasi aktif siswa.

j. Memahami kepribadian dan perkembangan siswa.

k. Melaksanakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan


menyenangkan.
3 Kegiatan Penutup Pembelajaran
a. Mendiskusikan kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan.

b. Melakukan penilaian dan


refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan.

JUMLAH SKOR

Keterangan : Skor Perolehan X 100%


Nilai Akhir = Skor maximal NILAI AKHIR
Ketercapaian : 86 % - 100 % = Baik Sekali
70% - 85 % = Baik
55% - 69 % = Cukup
Dibawah 55% = Kurang

Kepala Madrasah ..................................................

(Supervisor) Guru Kelas/ Mata Pelajaran

(…………………….………) (……………………..…………)
NIP. …………………….……….. NIP. ………………….…………..

377
SUPERVISI ADMINISTRASI PENGELOLAAN KELAS

Nama Madrasah : ...........................................................


Nama Guru : ........................................................... Kelas : ..........................................
Pangkat Golongan : ........................................................... Jumlah Jam Tatap Muka : ...... jam

Komponen Administrasi Kondisi Skor Nilai Keterangan


No
Pembelajaran Ada tidak 4 3 2 1 Kesesuaian
1. Buku Data Kelas/Absensi Siswa
2. Buku Penyerahan Raport
3. Papan Absensi Harian
4. Buku Keuangan Kelas
5. Buku Notulen Rapat
6. Buku Inventaris Kelas
7. Kartu Inventaris Ruang (KIR)
8. Buku Penghubung

JUMLAH SKOR

Keterangan : Skor Perolehan X 100%


Nilai Akhir = Skor maximal

Ketercapaian : 86 % - 100 % = Baik Sekali


70% - 85 % = Baik
55% - 69 % = Cukup
Dibawah 55% = Kurang
NILAI AKHIR

TINDAK LANJUT :

Kepala Madrasah ..................................................


(Supervisor) Guru Kelas/Mata Pelajaran

(……………………….………) (……………………..…………)
NIP. …………………….……….... NIP. …………………………………

378
Instrumen Monev Pelaksanaan Kegiatan Diseminasi di Kabupaten/ Kota

INSTRUMEN MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN DISEMINASI


(ON JOB LEARNING )

Kemenag Kab/Kota : …………………………………………..


Alamat kantor : ……………………………………………..
Nama Master Trainer : ……………………………………………..
Jumlah Peserta Diseminasi :………………………………………..

Kelengkapan/
No Jenis Kegiatan kesesuaian Catatan
Ya Tidak
1. Koordinasi Master Trainer dengan Kepala
Kantor/ Kasi Pendma:
a. TOR/ Proposal kegiatan In-1
b. Daftar peserta kegiatan In-1
2. Sosialisai rencana kegiatan diseminasi In
Service Learning 1)
a. Undangan
b. Daftar hadir peserta
3. Pelaksanaan diseminasi (In Service
Learning 1)
a. Jadwal kegiatan
b. Daftar hadir peserta
c. Kesesuaian Materi kegiatan
d. Penggunaan metode pelaksanaan
kegiatan

379
FORMAT
Formulir Pendaftaran Peserta

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU

1. No. Peserta : ..............................................................................


2. Nama Lengkap dengan Gelar : ...............................................................................
3. Pola Sertifkasi : ...............................................................................
4. Bidang Studi Sertifikasi : ...............................................................................
5. NUPTK : ...............................................................................
6. NIP : ...............................................................................
7. Pangkat /Gol (untuk PNS) : ...............................................................................
8. Masa Kerja sebagai Guru : ...............................................................................
9. Jenis Kelamin : ...............................................................................
10. Tempat ,Tgl. Lahir : ...............................................................................
11. Pendidikan Terakhir / Bid. Studi : ...............................................................................
Nama Perguruan Tinggi : ...............................................................................
12. Mengajar Satuan Pendidikan : ...............................................................................
13. Mata Pelajaran : ...............................................................................
14. Beban Mengajar : ...............................................................................
15. Tugas Tambahan : ...............................................................................
16. Madrasah / Tempat Tugas :
a. Nama Madrasah : ...............................................................................
b. Alamat Madrasah : ...............................................................................
c. Kecamatan : ...............................................................................
d. Kabupaten : ...............................................................................
e. Propinsi : ...............................................................................
f. No. Telp. Madrasah : ...............................................................................
g. NSS : ..............................................................................
.................., .....................................

Nama lengkap peserta

380
PAKTA INTEGRITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
NIP :
Tempat/ tanggal lahir :
Unit Kerja :
Alamat :
Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Sanggup untuk mentaati dan mengikuti seluruh ketentuan yang berlaku sebagaimana yang
diatur dalam pelatihan
2. Berkomitmen untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan agar dapat
melaksanakan tugas sebagai trainer secara profesional.
3. Sanggup untuk melaksanakan pengimbasan kepada Kepala Madrasah di Kabupaten/ Kota
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
4. Bersedia menjadi Tim Pengembang Mutu Madrasah (TPMM) di Kemenag Kabupaten/ Kota
5. Berkomitmen untuk melaksanakan program pengembangan mutu Madrasah melalui Gerakan
Ayo Membangun Madrasah (GERAMM)

Surabaya, .............2019
Peserta pelatihan

materai

………………………..

381
Penilaian terhadap peserta

REKAPITULASI HASIL PENILAIAN SIKAP SETIAP


MATERI KEGIATAN PENINGKATAN KOMPETENSI
GURU

Materi : ..............................................................................
Kelas : ..............................................................................
...........
Hari/Tanggal ..............................................................................
...........
: ...........

Nilai Setiap Aspek


Nama Peserta
No Instansi Nilai
Kedisiplinan Tanggung Kerjasama Sikap
jawab dan
Perilak
1. u
2.
3.
4.
5.
Dst

.........................., ..............20 ..
Narasumber,

(........................................)

382
INSTRUMEN MONITORING DAN EVALUASI

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROV. JAWA TIMUR
Jalan Raya Bandara Juanda No. 26 Sidoarjo
INSTRUMEN MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MADRASAH
Kemenag Kab/Kota : ……………………………………………………..
Alamat kantor : ……………………………………………………..
Nama Kegiatan : ……………………………………………………..
Jumlah Peserta Kegiatan : ……………………………………………………..
a. Madrasah Ibtidaiyah : ……………………………………………………..
b. Madrasah Tsanawiyah : ……………………………………………………..
c. Madrasah Aliyah : ……………………………………………………..
Kelengkapan/
No Jenis Kegiatan kesesuaian Catatan
Ya Tidak
1. Perencanaan pelaksanaan kegiatan
pelatihan:
a. TOR/ Proposal kegiatan
b. Daftar peserta kegiatan
2. Persiapan Pelaksanaan kegiatan
a. Undangan
b. Daftar hadir peserta
c. Biodata
d. Pakta integritas peserta
3. Pelaksanaan kegiatan
a. Jadwal kegiatan
b. Daftar hadir nara sumber
c. Kesesuaian Materi kegiatan
d. Penggunaan metode pelaksanaan
kegiatan
e. Instrument penjaminan mutu
PERMASALAHAN:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
PEMECAHAN:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
MASUKAN:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………, …………
Petugas Monev, Kasi Pendma

………………………. ……………………………….
NIP. …………………………. NIP. ………………………….

383
SAMPUL LAPORAN

LAPORAN PELATIHAN PENINGKATAN KOMPETENSI PENGAWAS MADRASAH


MELALUI PROGRAM GERAKAN AYO MEMBANGUN MADRASAH

KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN ....................

........................., .................

DISUSUN OLEH:
………………………….

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


KANTOR KEMENTERIAN AGAMA
KABUPATEN…………….
TAHUN 2019

384
SISTEMATIKA LAPORAN
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................... i
Halaman pengesahan .......................................................................................... ii
Daftar Isi …………………………………………………………………….... iii
Kata Pengantar ..………………………………………………………………. iv
Bab I. Pendahuluan …………………………………………………………… 1
A. Latar belakang

B. Dasar Hukum

C. Tujuan

D. Manfaat

Bab II. Kerangka pikir


A. Pengertian pelaksanaan Pelatihan

B. Sasaran dan target pelaksanaan pelatihan

Bab III. Laporan Hasil kegiatan


A. Nama Kegiatan

B. Tempat dan waktu kegiatan

C. Jadwal dan naras umber

D. Hasil pelaksanaan kegiatan

E. Penjaminan mutu kegiatan

F. Rencana tindak lanjut

Bab IV. Penutup


A. Kesimpulan

B. Saran

Lampiran-lampiran

385
386
387
TIM PEYUSUN
KATA SI KAMAD

Dra. Mukarromah, M.Pd.I.


Santoso, S.Ag., M.Pd.
Muhammad Holis, S.Ag, M.Si
Dr. Tirmidi
Dra. Muniarti, M.Pd.I.
M. Makinul Karim, M.Pd.I.
Dr. Khoriul Anam
Najib Kusnanto, M.Si.
Mahsusi
Munawarih, M.Pd.I.
Erick Kemal, M.Pd.
Yusna Afandi, M.Pd.
Dr. Abdul Muhid, M.Pd.I.
Rahmawaty, SE., MA.
Anung Hendri Pramono, S.Kom., MM.

388
A. Kepala Madrasah sebagai Top Leader

1. Pengertian Kepala Madrasah

Kepala madrasah merupakan top leader pada satuan pendidikan yang berada di
madrasah, yang memiliki peran penting dalam membangun keunggulan, karena ia
sebagai penentu kebijakan sebagaimana dipahami, segala tata kelola, aktivitas, dan
output kegiatan sangat ditentukan oleh kepala madrasah. Terkait kondisi ini agar efektif
dalam mengelola lembaga pendidikan diperlukan kepemimpinan transformasional, yaitu
kepemimpinan yang berupaya mentransformasikan nilai-nilai yang dianut oleh baahan
untuk mendukung visi dan tujuan organisasi. Melalui transformasi nilai-nilai tersebut,
diharapkan hubungan baik antar anggota organisasi di madrasah dapat dibangun
sehingga muncul iklim saling percaya diantara anggota organisasi tersebut.
Sekali lagi kepala madrasah memegang peran yang sangat strategis dalam
peningkatan mutu dan pengembangan madrasah. Peran kepala madrasah tidak dapat
tergantikan secara keseluruhan oleh teknologi, karena pengelolaan madrasah menjadi
tanggung jawabnya. Oleh karena itu Peraturan Menteri Agama (PMA) 58 tahun 2017
mengamanatkan seorang kepala madrasah harus memenuhi standar kompetensi
kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan kompetensi sosial.
Berdasarkan data SIMPATIKA tahun 2019 di Wilayah Kantor Kementerian Agama
Jawa Timur terdapat 19.150 kepala madrasah dengan rincian kepala madrasah negeri
sejumlah 438 dan kepala madrasah swasta 18.712. Namun dari sejumlah kepala
madrasah tersebut masih ditemukan beberapa kelemahan, antara lain: masih adanya
pengangkatan kepala madrasah yang masih belum memenuhi persyaratan, produktivitas
dan motivasi kepala madrasah masih rendah dalam upaya mewujudkan 8 SNP (Sumber
pilot project PKKM), masih banyaknya kepala madrasah yang belum memiliki Surat
Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) Kepala Madrasah, dan rendahnya
produktifitas kepala madrasah dalam penulisan karya tulis ilmiah hal ini dibuktikan ada
kegiatan Gerakan Ayo Membangun Madrasah (GERAMM) dalam rangka meningkatkan
kompetensi kepala madrasah melalui Pegembangan Kompetensi Berkelanjutan (PKB)
dimana data yang diperoleh adalah dari 40 peserta hanya 4 peserta yang memiliki karya
tulis ilmiah. Dengan kelemahan-kelemahan tersebut terlihat urgensi untuk dilakukan
upaya peningkatan Kompetensi Kepala Madrasah (Kata Si Kamad) melalui Gerakan Ayo
Membangun Madrasah (GERAMM). Kepala madrasah yang ideal tidak hanya memiliki 5
kompetensi yang tercantum dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 58 Tahun 2017

389
Tentang Kepala Madrasah, tetapi juga harus memiliki 3 (tiga) kemampuan wawasan,
yaitu (1) wawasan konseptual berupa kemampuan kepala madrasah dalam memandang
madrasah yang dipimpinnya melalui aspek sosial, budaya, politis, dan geografis yang
mengelilingi madrasahnya; (2) wawasan teknis berupa kemampuan kepala madrasah
untuk menggerakkan sumber daya manusia di madrasahnya untuk menciptakan kondisi
madrasah yang lebih inovatif dan kreatif; dan (3) wawasan kemanusiaan berupa
pengetahuan untuk memahami sumber daya manusia yang dipimpinnya (madrasah akan
maju jika memiliki sumber daya manusia yang maju). Diharapannya melalui peningkatan
kompetensi kepala madrasah (KATA SI KAMAD) kepala madrasah di Jawa Timur mampu
menjadi pemimpin transformasional bagi lembaga yang dipimpinnya.
Avolio dkk. (Stone et al, 2004) karakteristik pemimpin transformasional adalah
sebagai berikut:
a. Idealized influence (or charismatic influence)
Idealized influence mempunyai makna bahwa seorang pemimpin
transformasional harus memiliki kharisma yang mampu “menyihir” bawahan
untuk bereaksi mengikuti pimpinan. Dalam bentuk konkrit, kharisma ini
ditunjukan melalui perilaku pemahaman terhadap visi dan misi organisasi,
mempunyai pendirian yang kukuh, komitmen dan konsisten terhadap setiap
keputusan yang telah diambil, dan menghargai bawahan. Dengan kata lain,
pemimpin transformasional menjadi role model yang dikagumi, dihargai, dan
diikuti oleh bawahannya.
2. Inspirational motivation
Inspirational motivation berarti karakter seorang pemimpin yang mampu
menerapkan standar yang tinggi akan tetapi sekaligus mampu mendorong bawahan
untuk mencapai standar tersebut. Karakter seperti ini mampu membangkitkan
optimisme dan antusiasme yang tinggi dari para bawahan. Dengan kata lain,
pemimpin transformasional senantiasa memberikan inspirasi dan memotivasi
bawahannya.
3. Intellectual stimulation
Intellectual stimulation karakter seorang pemimpin transformasional yang
mampu mendorong bawahannya untuk menyelesaikan permasalahan dengan
cermat dan rasional. Selain itu, karakter ini mendorong para bawahan untuk
menemukan cara baru yang lebih efektif dalam menyelesaikan masalah. Dengan kata

390
lain, pemimpin transformasional mampu mendorong (menstimulasi) bawahan
untuk selalu kreatif dan inovatif.
4. Individualized consideration
Individualized consideration berarti karakter seorang pemimpin yang mampu
memahami perbedaan individual para bawahannya.Dalam hal ini, pemimpin
transformasional mau dan mampu untuk mendengar aspirasi, mendidik, dan melatih
bawahan. Selain itu, seorang pemimpin transformasional mampu melihat potensi prestasi
dan kebutuhan berkembang para bawahan serta memfasilitasinya. Dengan kata lain,
pemimpin transformasional mampu memahami dan menghargai bawahan berdasarkan
kebutuhan bawahan dan memperhatikan keinginan berprestasi dan berkembang para
bawahan.Gaya kepemimpinan transformasional diyakini oleh banyak pihak sebagai gaya
kepemimpinan yang efektif dalam memotivasi para bawahan untuk berperilaku seperti
yang diinginkan. Menurut Bernard Bass (NN, 2009), dalam rangka memotivasi pegawai,
bagi pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan transformasional, terdapat tiga
cara sebagai berikut:
a. Mendorong karyawan untuk lebih menyadari arti penting hasil usaha
b. Mendorong karyawan untuk mendahulukan kepentingan kelompok
c. Meningkatkan kebutuhan karyawan yang lebih tinggi seperti harga diri dan
aktualisasi diri.
Pemahaman akan pentingnya hasil usaha harus diterapkan kepada para pegawai.
Dengan kata lain, orientasi proses mendapat prioritas dibandingkan dengan sekedar
hasil. Kemudian, penekanan untuk mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan
dengan kepentingan pribadi menjadi krusial mengingat hubungan yang baik dan iklim
kerja yang kondusif menjadi perhatian utama dalam penerapan gaya kepemimpinan ini.
Selanjutnya, mengingat kebutuhan bawahan bukan hanya materi, maka seorang
pimpinan harus mampu mendorong pegawai untuk mempunyai kebutuhan yang lebih
tinggi sesuai dengan kapasitas mereka. Seorang kepala madrasah yang ingin secara efektif
menerapkan gaya kepemimpinan transformasional, harus mampu melakukan beberapa
hal berikut:
a. Memahami visi dan misi organisasi;
b. Memahami lingkungan organisasi melalui analisis lingkungan strategis (SWOT);
c. Merumuskan rencana strategis organisasi;
d. Menginternalisasikan visi, misi, kondisi lingkungan strategis, dan rencana strategis
pada seluruh anggota organisasi;

391
e. Mengendalikan rencana strategis melalui manajemen pengawasan yang tepat;
f. Memahami kebutuhan para pegawai;
g. Memahami kapasitas para pegawai;
h. Mendistribusikan pekerjaan sesuai dengan kapasitas pegawai; dan
i. Mengapresiasi hasil pekerjaan pegawai.
Kepemimpinan senantiasa menarik untuk didiskusikan, dari dulu hingga sekarang
dan tidak pernah berhenti, karena kepemimpinan senantiasa berkembang seiring
perkembangan waktu dan tuntutan perubahan. Kepala Madrasah yang menunjukkan
komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar
mengajar di madrasahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang
dimiliki.
Terkait dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam telah
meluncurkan grand design peningkatan mutu madrasah. Salah satu bagian penting dalam
roadmap peningkatan mutu madrasah tersebut adalah keharusan Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB) bagi guru, kepala madrasah, dan pengawas madrasah.
Dalam rangka mengimplementasikan PMA nomor 58 tahun 2017 dan PMA nomor 24 tahun
2018 tentang kepala madrasah, maka bidang Pendidikan Madrasah Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur menyusun Panduan Program Peningkatan
Kompetensi Kepala madrasah (KATA SI KAMAD) untuk dijadikan panduan dan arah dalam
mensukseskan program kerja bidang Pendma tahun 2019 yaitu Program Gerakan Ayo
Membangun Madrasah (GERAMM) yang akan di laksanakan secara terstruktur, sistematis
dan massif. Pedoman Kata Si Kamad ditujukan untuk meningkatkan kompetensi kepala
madrasah dalam pengembanagn madrasah serta memfasilitasi dan pendampinga
pelaksanaan asessment terhadap kepala madrasah sebagai Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB) dengan
menitikberatkan pada penguasaan konsep, prinsip-prinsip dan mekanisme pengembangan
kompetensi dan kinerja kepala madrasah.

5. Dasar Hukum
a. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
b. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan;

392
d. Peraturan Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan
Madrasah;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
f. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2012 Tentang Kerangka Nasional Pengembangan
Kapasitas Pendidikan Kabupaten/Kota;
g. Permenpan Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya;
h. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah;
i. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2007
tentang Standar Pengelolaan Sekolah;
j. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2009
tentang Penjaminan Mutu Pendidikan;
k. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru
sebagai Kepala Sekolah/Madrasah;
l. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 29 Tahun 2014 tentang Kepala
madrasah;
m. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2010 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Agama;
n. Peraturan Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan
Madrasah ;
o. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 345 Tahun 2004 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan;
p. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2017 tentang kepala
madrasah;
q. PMA Nomor 24 Tahun 2018 tentang perubahan atas PMA Nomor 58 Tahun 2017
tentang kepala madrasah;
r. Peraturan Menteri Agama Nomor 38 Tahun 2018 tentang PKB Guru;
s. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Agama Islam No. 5851 tahun 2018 tentang
Petunjuk Teknis Pengangkatan Kepala madrasah.
t. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Agama Islam No. 1111 Tahun 2019 tentang
Petunjuk Teknis Penilaian Kinerja Kepala madrasah

393
u. Permendikbud No. 10 Tahun 2017 tentang perlindungan bagi pendidik dan tenaga
kependidikan.
6. Tujuan
Tujuan disusunnya buku pedoman ini adalah untuk memberikan panduan yang jelas
bagi penyelenggara yang ditujukan:
a. Menyiapkan kebutuhan kepala madrasah yang sesuai standar kompotensi yang telah
ditetapkan.
b. Menyiapkan kepala madrasah yang berkualitas.
c. Menyiapkan perencanaan penjaminan mutu kegiatan kepala madrasah sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
d. Menyiapkan kegiatan penghargaan dan perlindungan hukum kepala madrasah.
e. Memperoleh deskripsi capaian Peningkatan Kompetensi Kepala Madrasah sesuai
indikator yang telah ditetapkan.
7. Manfaat
Manfaat buku pedoman ini adalah dapat diwujudkannya madrasah berkualitas
melalui: disusunnya Program Peningkatan Kompetensi Kepala Madrasah adalah:
a. Terpenuhinya kebutuhan kepala madrasah yang sesuai standar kompotensi yang
telah ditetapkan.
b. Tersedianya kepala madrasah yang berkualitas.
c. Terpenuhinya perencanaan penjaminan mutu kegiatan kepala madrasah sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
d. Terlaksananya kegiatan penghargaan dan perlindungan kepala madrasah.
e. Terdeskripsikannya capaian Peningkatan Kompetensi Kepala Madrasah sesuai
indikator yang telah ditetapkan.
8. Sasaran
Sasaran dari disusunnya buku pedoman pelaksanaan Program Peningkatan Kompetensi
Kepala Madrasah adalah:
a. Pejabat pembina kepegawaian pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa
Timur dan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota Se-Jawa Timur.
b. Kepala Madrasah mulai jenjang RA, MI, MTs, dan MA baik negeri maupun swasta di Jawa
Timur.

394
B. Definisi dan Konsep Kepala Madrasah

1. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kepala Madrasah

Kepala madrasah menduduki dua jabatan sekaligus untuk dapat menjamin


keberlangsungan kegiatan pendidikan seperti yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang.
Pertama, kepala madrasah adalah pengelola pendidikan di madrasah secara keseluruhan.
Kedua, kepala madrasah adalah pemimpin formal pendidikan di madrasahnya. Sebagai
pengelola pendidikan, kepala madrasah bertanggung jawab terhadap keberhasilan
penyelenggaraan kegiatan pendidikan dengan cara melaksanakan administrasi madrasah
dengan semua substansi di dalamnya.
Kepala madrasah juga bertanggung jawab terhadap mutu sumberdaya manusia yang ada,
supaya mampu menjalankan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu
sebagai pengelola, kepala madrasah memiliki tugas untuk mengembangkan kinerja para
stakeholders (terutama guru) ke arah profesionalisme. Sebagai pemimpin formal, kepala
madrasah bertanggung jawab dalam mencapai tujuan pendidikan, melalui upaya
menggerakkan para stakeholders ke arah pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Dalam hal ini, kepala madrasah bertugas melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, baik
fungsi yangberhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan maupun penciptaan iklim
madrasah yang kondusif bagi terlaksananya proses belajarmengajar secara efektif dan efisien.
Menurut Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 58 Tahun 2017 tentang Kepala Madrasah
pada Pasal 3 (tiga), tugas kepala madrasah meliputi:
a. Kepala Madrasah melaksanakan tugas manajerial, mengembangkan kewirausahaan, dan
melakukan supervisi kepada guru dan tenaga kependidikan.
b. Kepala Madrasah dapat melaksanakan tugas pembelajaran atau pembimbingan untuk
memenuhi kebutuhan guru Madrasah.
Pekerjaan kepala madrasah dalam pelaksanaannya adalah pekerjaan berat yang menuntut
kemampuan lebih. Kepala madrasah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai:
educator, manager, administrator, dan supervisor (EMAS). Dalam perkembangan selanjutnya,
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman, kepala madrasah juga harus
mampu berperan sebagai leader, innovator, dan motivator di madrasahnya. Dengan demikian,
dalam paradigma baru manajemen pendidikan, kepala madrasah sedikitnya harus mampu
berfungsi sebagai educator, manager, administrator, supervisor, leader, innovator, motivator
(EMASLIM).

395
Pelaksanaan peran, fungsi, dan tugas tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain,
karena saling terkait dan saling memengaruhi, serta menyatu dalam pribadi kepala madrasah
profesional. Kepala madrasah yang demikianlah yang akan mampu mendorong visi menjadi
aksi dalam paradigma baru manajemen pendidikan. Berdasarkan peran kepala madrasah
sebagaimana disampaikan di atas di bawah ini diuraikan beberapa fungsi kepala madrasah.
a. Fungsi Edukator (Pendidik)
Kepala madrasah berfungsi sebagai edukator harus memiliki strategi yang tepat untuk
meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik di madrasahnya, menciptakan iklim
madrasah yang kondusif, memberikan nasihat kepada warga madrasah, memberikan
dorongan kepada seluruh tenaga pendidik serta melaksanakan model pembelajaran yang
menarik. Kepala madrasah harus berusaha menanamkan, memajukan, dan meningkatkan
sedikitnya empat macam nilai, yaitu pembinaan mental, moral, fisik, dan artistik. Sebagai
edukator, kepala madrasah hendaknya terus berupaya melakukan peningkatan
mutu/kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Faktor pengalaman dalam hal
ini akan sangat mendukung terbentuknya pemahaman kepala madrasah terhadap
implementasi pelaksanaan tugasnya. Pengalaman ketika menjadi guru, wakil kepala
madrasah, atau anggota organisasi kemasyarakatan, penataran, dan pelatihan yang pernah
diikuti tentu sangat berpengaruh terhadap kemampuan seorang kepala madrasah dalam
upaya melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.
Upaya yang bisa dilakukan oleh kepala madrasah dalam meningkatkan tugasnya sebagai
edukator, khususnya dalam peningkatkan kinerja guru, tenaga kependidikan, dan prestasi
belajar peserta didik dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama, mengirim guru-guru untuk
ikut sertadalam pelatihan, penataran, atau workshop sebagai upaya menambah wawasan
dan pengetahuan para guru. Kepala madrasah juga memberikan kesempatan kepada guru-
guru untuk belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan tujuan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan guru. Misal, memberikan kesempatan kepada para guru
yang belum sarjana untuk mengikuti kuliah dengan jurusan pendidikan di universitas
terdekat agar pelaksanaan kuliah tidak mengganggu kegiatan pembelajaran. Kepala
madrasah berusaha mencarikan beasiswa bagi guru yang melanjutkan pendidikan dengan
cara memberikan bantuan biaya pendidikan dari madrasah, bekerjasama dengan organisasi
pemerintah, dan masyarakat atau dengan dunia usaha/swasta.
Kedua, kepala madrasah hendaknya berusaha memberi motivasi kepada tim evaluasi
hasil belajar siswa untuk lebih giat bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara
transparan dan terbuka di website madrasah dan papan pengumuman. Hal ini bertujuan

396
untuk memotivasipara siswa agar lebih semangat dan giat belajar sehingga prestasinya pun
mengalami peningkatan.
Ketiga, menggunakan waktu belajar secara efektif dan efisien di madrasah dengan cara
memerintahkan para guru untuk memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien untuk
kepentingan pembelajaran dengan cara memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai
waktu yang telahditentukan. Sebagai pendidik, kepala madrasah memiliki tugas
untukmelaksanakan tujuh aspek penting; membimbing guru, membimbing peserta didik,
mengajar di kelas, membimbing karyawan, mengembangkan staf, memberi contoh
bimbingan konseling/karier yang baik,serta mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
b. Fungsi Manajer
Sebagai manager pendidikan, kepala madrasah bertanggung jawab penuh me-manage
madrasah. Manage berarti mengatur seluruh potensi madrasah agar berfungsi secara
optimal untuk mencapai tujuan madrasah. Kepala madrasah juga bertanggung jawab
melaksanakan administrasi madrasah dengan seluruh substansinya, merencanakan dan
mengevaluasi program, memobilisasi sumber daya madrasah, mengelola personalia,
melaksanakan kurikulum dan pembelajaran, mengadministrasikan keuangan,
memberdayakan sarana dan sumber belajar melakukan pelayanan siswa, mengelola
hubungan dengan masyarakat, dan menciptakan iklim madrasah yang kondusif.
Kepala madrasah bertanggung jawab terhadap mutu/kualitas pemberdayaan dan
pengembangan sumber daya manusia di madrasah agar mereka mampu melaksanakan
seluruh tugas kependidikan secara baik dan efektif. Dengan kata lain, kepala madrasah
sebagai pengelola pendidikan memiliki tugas mengembangkan kinerja para guru dan
pegawai, menjadi guru dan pegawai yang profesional. Kepala madrasah sebagai pengelola
pendidikan, mempunyai tugas untuk mengembangkan kinerja para guru dan tenaga
pendidikan, menjadi guru dan tenaga pendidikan yang profesional.
c. Fungsi Administrator
Kepala madrasah berfungsi sebagai administrator yaitu melakukan kegiatan
administrasi yang ada di madrasah yang dikerjakan oleh seluruh komponen atau personel
madrasah. Sudut pandang administrasi madrasah ada dua, yaitu sudut pandang sempit dan
sudut pandang luas. Administrasi dilihat dari sudut pandang luas adalah kegiatan yang luas
sehingga tidak dapat dirangkum dalam satu makalah atau satu sub bahasan. Jika dipandang
dari sudut pandang sempit, maka terdapat empat bagian pembahasan administrasi
madrasah. Bidang pembahasan tersebut antara lain: Pertama, administrasi tata laksana

397
madrasah, yang meliputi: (1) otorisasi dan rencana anggaran belanja madrasah (RAPBM);
(2) organisasi dan struktur pegawai tata usaha; (3) masalah kepegawaian; (4) masalah
kesejahteraan personalia madrasah; (5) masalah perlengkapan dan perbekalan
madrasah;(6) keuangan dan pembukuannya; (7) laporan kegiatan korespondensi atau surat
menyurat; (8) penempatan dan pemberhentian pegawai; (9) pengangkatan dan pemindahan
pegawai, dan (10) pengisian buku induk dan rapor.
Kedua, administrasi guru dan pegawai madrasah, yang meliputi: (1) seleksi calon guru dan
pegawai madrasah; (2) pengangkatan dan penempatan guru; (3) rencana orientasi bagi guru
baru; (4) penilaian guru; (5)in service training dan up grading guru-guru; (6) jaminan
kesejahteraan guru dan pegawai madrasah. Untuk guru PNS, pengangkatan dan
pembinaannya oleh Pemerintah, sedangkan untuk guru swasta, oleh yayasan atau lembaga
penyelenggara madrasah tersebut.
Ketiga, supervisi pendidikan, yang terdiri dari: (1) menilai dan membina guru dan
semua staf madrasah dalam bidang teknis administratif dan edukatif; (2) usaha mencari,
mempergunakan dan mengembangkan berbagai metode belajar-mengajar yang baik sebagai
upaya mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa; (3) mengembangkan
dan mengusahakan kerja sama yang baik antara kepala madrasah, guru, pegawai madrasah
dan siswa; (4) mengembangkan kerja sama antar organisasi guru; (5) upaya meningkatkan
mutu/ kualitas kepala madrasah dan guru melalui penataran, pelatihan, orientasi, workshop
dan up grading.
Keempat, pembinaan dan pelaksanaan kurikulum, yang terdiri dari: (1) memedomani
dan menerapkan yang tercantum pada kurikulum kedalam kegiatan belajar mengajar; (2)
melaksanakan kurikulum beserta materi-materi, sumber-sumber dan metode yang
disesuaikan dengan perubahan dan pembaharuan kurikulum, termasuk dalam penerapan
Kurikulum 2013; (3) kurikulum merupakan pedoman umum bagi kepala madrasah dan guru
dalam melaksanakan berbagai program pengajaran. Guru, dengan prinsip inovasi dan
kreativitas, memiliki kewajiban memilih dan menambah sumber, materi, dan metode yang
sesuaidengan kebutuhan siswa, masyarakat, dan kondisi lingkungan sekitar madrasah.
d. Fungsi Supervisor
Kepala Madrsah sebagai supervisor bertugas untuk mengarahkan perhatiannya kepada
cara-cara belajar, dasar-dasar pendidikan serta perkembangannya dalam upaya mencapai
tujuan pendidikan. Kepala madrasah juga bertugas untuk membina guru, termasuk di
dalamnya, pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran kegiatan belajar mengajar,
peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru-guru, pemilihandan penggunaan metode

398
mengajar, pemberian bimbingan dan pembinaan dalam hal impelementasi kurikulum, media
dan alat-alat pelajaran, teknik dan prosedur evaluasi pengajaran, dan sebagainya.
Kepala madrasah juga harus bisa melakukan berbagai pengendalian dan pengawasan
untuk meningkatkan kinerja guru. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya tindakan preventif
untuk mencegah agar para gurutidak melakukan penyimpangan dan hati-hati dalam
melaksanakan tugasnya. Untuk memahami pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru, secara berkala kepala madrasah melaksanakan kegiatan supervisi, yang meliputi
berbagai kegiatan di antaranya, kunjungan kelas untuk mengobservasi proses pembelajaran
secara langsung, terutama dalam penggunaan dan pemilihan metode, media yang digunakan
dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dari hasil supervisi ini, bisa diketahui
kekurangan dan kelemahan sekaligus juga kelebihan dan keunggulan guru dalam
melaksanakan pembelajaran serta tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan.
Sehingga dapat diupayakan solusi, tindak lanjut, dan pembinaan tertentu, sehingga guru
dapat memperbaiki kekurangan dan kelemahan yang ada, sekaligus mempertahankan
kelebihan dan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran yang lebih profesional.
e. Fungsi Leader (Pemimpin)
Kepemimpinan merupakan inti daripada manajemen, dikarenakan kepemimpinan
adalah motor atau penggerak bagi sumber dan alatalat, baik yang bersifat human resources
maupun non human resources dalam sebuah organisasi. Dengan demikian pentingnya peran
kepemimpinan dalam proses pencapaian tujuan organisasi, sehingga dapatdianggap bahwa
sukses tidaknya kegiatan organisasi sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan
yang dimiliki oleh orang-orang yang diserahi tugas dalam memimpin atau mengelola
organisasi.
f. Fungsi Inovator (Pencipta Iklim Kerja)
Kepala madrasah menjadi seorang inovator, maka kepala madrasah harus mempunyai
kemauan dan keberanian untuk mengambil langkah strategis. Beberapa langkah lain guna
membiasakan diri untuk menjadi kepala madrasah yang inovatif, diantaranya:
1) Memiliki visi;
2) Terbuka terhadap perubahan;
3) Langgar aturan main;
4) Mencari alternatif;
5) Siap menghadapi kegagalan;
6) Ujicobakan inovasi;
7) Selalu bersemangat.

399
Kepala madrasah yang inovatif memiliki ciri sebagai berikut: (1) Menyusun program,
melaksanakandan mengevaluasi; (2) Melaksanakan manajemen berbasis madrasah; (3)
Mengembangkan lingkungan madrasah yang kondusif; (4) Mengembangkan inovasi
pembelajaran; (5) Menggalang partisipasi masyarakat; dan (6) Mengembangkan profesional
guru dan tenaga kependidikan.
g. Fungsi Motivator
Kepala madrasah sebagai motivator (pencipta iklim kerja) memiliki ciri sebagai berikut:
(1) Mampu mengatur lingkungan kerja baik fisik maupun non fisik; (2) Menetapkan prinsip
penghargaan (reward) dan hukuman (punishment); (3) Menciptakan hubungan kerja yang
demokratis, (4) Harmonis dan dinamis diantara guru, karyawan dan siswa, lingkungan
masyarakat; (5) Menanamkan nilai-nilai nasionalisme.
Adapun fungsi kepala madrasah dalam Gerakan Ayo Membangun Madrasah (GERAMM)
adalah:
1) Dalam program Gerakan Literasi Madrasah (Gelem) kepala madrasah menjadi
motivator dalam pelaksanaan program Gerakan Literasi Madrasah (Gelem), meliputi:
pembiasaan gerakan literasi madrasah, pengembangan literasi madrasah dan proses
pembelajaran berbasis literasi.
2) Dalam program Gerakan Inovasi Madrasah (Gemi) kepala madrasah berperan sebagai
inovator dalam mencetak madrasah entrepreneur, memberikan penguatan pendidikan
karakter dengan kewirausahaan dan menggali potensi untuk mengembangkan unit
usaha dalam berbagai bidang
3) Dalam program Gerakan Madrasah Sehat (Gemes) kepala madrasah harus berperan
aktif dalam mewujudkan budaya hidup bersih dan sehat agar mampu melindungi diri
terhadap pengaruh napza, kenakalan remaja, penyakit menular, HIV/AIDS, sanitasi
lingkungan madrasah, menumbuhkan sikap mandiri, perilaku dan keterampilan hidup
sehat, menumbuhkan peran siswa terhadap kesehatan lingkungan sekolah dan rumah
4) Dalam program Gerakan Furudhul Ainiyah (Gefa) kepala madrasah harus melakukan
pengawasan terhadap pengintegrasian dalam belajar mengajar, pelaksanaan kegiatan
ekstra kulikuler dan program-program pembiasaan
5) Dalam program peningkatan kompetensi guru (kata siguru) kepala madrasah
melakukan supervisi, pembinaan dan melaksanakan PKG guru, melakukan evaluasi
terhadap guru, menganalisis dan menindaklanjuti hasil PKG dan APKGM.

400
2. Kompetensi Kepala Madrasah
Kompetensi kepala madrasah merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak pada
sebuah tugas/pekerjaan. Kompetensi juga merujuk pada kecakapan seseorang dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab yang diamanatkan kepadanya dengan hasil baik dan
piawai/mumpuni (Margono, 2003). Dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.
045/U/2002 disebutkan bahwa kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh
tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu. Erat
hubungannya antara mutu kepala madrasah dengan berbagai aspek kehidupan madrasah
seperti disiplin madrasah, iklim budaya madrasah, dan menurunnya perilaku nakal peserta
didik. Oleh karena itu, kepala madrasah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan
secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di madrasah.
Kepala madrasah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,
administrasi madrasah, pembinaan, tenaga kependidikan lainnya dan pemberdayagunaan
serta pemeliharaan sarana dan prasarana. Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka yang
dimaksud dengan kompetensi kepala madrasah adalah seperangkat kemampuan yang harus
ada dalam diri kepala madrasah agar dapat mewujudkan kemampuan diri sebagai kepala
madrasah. Berdasarkan PMA Nomor 58 Tahun 2017 tentang Kepala Madrasah ada 5 (lima)
kompetensi yang harus di miliki yaitu:
a. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah integritas pribadi yang kuat, berkeinginan
mengembangkan diri, terbuka dan minat dalam menjalankan jabatan sebagai kepala
madrasah. Kompetensi kepribadian bagi kepala madrasah terdiri dari:
1) Mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia dan menjadi teladan bagi komunitas
madrasah;
2) Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin;
3) Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala madrasah;
4) Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya;
5) Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah sebagai kepala madrasah; dan
6) Memiliki bakat dan minat sebagai pemimpin madrasah.
b. Kompetensi Manajerial
Kompetensi Manajerial adalah kemampuan kepala madrasah dalam mengembangkan
sumber daya madrasah untuk mengembangkan lingkungan belajar yang efektif dan
eifisien. Kompetensi Manajerial bagi kepala madrasah terdiri dari:

401
1) Menyusun perencanaan madrasah dalam berbagai skala perencanaan;
2) Mengembangkan madrasah sesuai dengan kebutuhan;
3) Memimpin madrasah untuk mendayagunakan secara optimal;
4) Mengelola perubahan dan pengembangan madrasah menuju organisasi pembelajar
yang efektif;
5) Menciptakan budaya dan iklim madrasah yang kondusif dan inovatif bagi
pembelajaran peserta didik;
6) Mengelola guru dan staf dalam rangka mengelola sumber daya manusia secara
optimal;
7) Mengelola sarana dan prasarana madrasah dalam rangka pendayagunaan secara
optimal;
8) Mengelola hubungan dengan masyarakat dalam rangka mencari dukungan ide,
sumber belajar dan pembiayaan;
9) Mengelola peserta didik untuk penerimaan peserta didik baru dan pengembangan
kapasitas peserta didik;
10) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah
dan tujuan nasional;
11) Mengelola keuangan madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel,
transparan dan efisien;
12) Mengelola ketatausahaan madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan madrasah;
13) Mengelola unit layanan khusus dalam mendukung pembelajaran peserta didik di
madrasah;
14) Mengelola sistem informasi madrasah untuk menyusun program dan pengambilan
keputusan;
15) Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan
manajemen madrasah; dan
16) Melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan
madrasah sesuai prosedur dan pelaksanaan tindak lanjutnya.
c. Kompetensi Kewirausahaan
Kompetensi kewirausahaan kepala madrasah adalah kemampuan kepala madrasah
dalam mewujudkan aspirasi kehidupan mandiri yang dicirikan dengan kepribadian kuat
dan bermental wira usaha. Kompetensi kewirausahaan bagi kepala madrasah terdiri dari:
1) Menciptakan inovasi yang bermanfaat dan tepat guna bagi madrasah;

402
2) Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan madrasah sebagai organisasi
pembelajaran yang efektif;
3) Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
sebagai pemimpin madrasah;
4) Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang
dihadapi madrasah; dan
5) Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/ jasa madrasah
sebagai sumber pembelajaran bagi peserta didik.
d. Kompetensi Supervisi
Kompetensi supervisi kepala madrasah adalah pengentahuan dan kemampuan kepala
madrasah dalam merencanakan, melaksanakan, dan menindaklanjuti supervisi dalam
upaya meningkatkan kualitas madrasah. Kompetensi supervisi bagi kepala madrasah
terdiri dari:
1) Merencanakan supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru;
2) Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan
dan supervisi yang tepat; dan
3) Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru untuk peningkatan
profesionalisme guru.
e. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial kepala madrasah adalah kemampuan seorang kepala madrasah
dalam bekerja sama dengan orang lain, peduli sosial, dan memiliki kepekaan sosial.
Kompetensi sosial bagi kepala madrasah terdiri dari:
1) Bekerjasama dengan pihak lain guna kepentingan madrasah;
2) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan; dan
3) Memiliki kepekaan sosial terhadap individu atau kelompok.

3. Prinsip-prinsip Peningkatan Kompetensi Kepala Madrasah


Secara umum program peningkatan kompetensi kepala madrasah diselenggarakan dengan
menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini.
a. Prinsip-prinsip Umum
1) Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
2) Satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.

403
3) Suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan kepala madrasah yang berlangsung
sepanjang hayat.
4) Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas kepala
madrasah dalam proses pembelajaran.
5) Memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

b. Prinsip-pinsip Khusus
1) Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam kompetensi
dan indikator harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2) Relevan, rumusannya berorientasi pada tugas dan fungsi kepala madrasah sebagai
tenaga pendidik profesional yakni memiliki kompetensi kepribadian, sosial,
manajerial, kewirausahaan, dan supervisi.
3) Sistematis, setiap komponen dalam kompetensi jabatan kepala madrasah
berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
4) Konsisten, adanya hubungan yang teratur, konsisten dan taat asas antara
kompetensi dan indikator.
5) Aktual dan kontekstual, yakni rumusan kompetensi dan indikator dapat mengikuti
perkembangan IPTEK.
6) Fleksibel, rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan zaman.
7) Demokratis, setiap kepala madrasah memiliki hak dan peluang yang sama untuk
diberdayakan melalui proses pembinaan dan pengembangan profesionalitasnya,
baik secara individual maupun institusional.
8) Obyektif, setiap kepala madrasah dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya
dengan mengacu kepada hasil penilaian yang dilaksanakan berdasarkan indikator-
indikator terukur dari kompetensi profesinya.
9) Komprehensif, setiap kepala madrasah dibina dan dikembangkan profesi dan
karirnya untuk mencapai kompetensi profesi dan kinerja yang bermutu dalam
memberikan layanan pendidikan dalam rangka membangun generasi yang memiliki
pengetahuan, kemampuan atau kompetensi, mampu menjadi dirinya sendiri, dan
bisa menjalani hidup bersama orang lain.
10) Memandirikan, setiap kepala madrasah secara terus menerus diberdayakan untuk
mampu meningkatkan kompetensinya secara berkesinambungan, sehingga

404
memiliki kemandirian profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsi
profesinya.
11) Profesional, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir kepala madrasah
dilaksanakan dengan mengedepankan nilai-nilai profesionalitas.
12) Bertahap, dimana pembinaan dan pengembangan profesi dan karir kepala
madrasah dilaksanakan berdasarkan tahapan waktu atau tahapan kualitas
kompetensi yang dimiliki oleh kepala madrasah.
13) Berjenjang, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir kepala madrasah
dilaksanakan secara berjenjang berdasarkan jenjang kompetensi atau tingkat
kesulitan kompetensi yang ada pada standar kompetensi.
14) Berkelanjutan, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir kepala madrasah
dilaksanakan sejalan dengan perkembangan ilmu pentetahuan, teknologi dan seni,
serta adanya kebutuhan penyegaran kompetensi kepala madrasah.
15) Akuntabel, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir kepala madrasah dapat
dipertanggungjawabkan secara transparan kepada publik.
16) Efektif, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir kepala
madrasah harus mampu memberikan informasi yang bisa digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak-pihak yang terkait dengan profesi
dan karir lebih lanjut dalam upaya peningkatan kompetensi dan kinerja kepala
madrasah.
17) Efisien, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir kepala
madrasah harus didasari atas pertimbangan penggunaan sumberdaya seminimal
mungkin untuk mendapatkan hasil yang optimal.

4. Komponen Peningkatan Kompetensi Kepala Madrasah


Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di madrasah baik itu prestasi akademis dan
non akademis, dibutuhkan kompetensi kepala madrasah yang sangat mumpuni. Dengan
kompetensi tersebut apa yang dinginkan oleh masyarakat dan orangtua murid yakni
tercapainya keberhasilan pendidikan di madrasah dapat terwujud. Adapun komponen kepala
madrasah dalam peningkatan kompetensinya :
a. Keahlian Kepemimpinan (Leadership)
Sebagai pemimpin, kepala madrasah harus mampu memimpin diri sendiri dan orang
lain. Seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan biasanya memiliki mental yang teguh,
memegang prinsip dan tidak mudah menyerah.Potensi tersebut ada pada setiap orang

405
tergantung pada kemauan dan kesempatan untuk mengembangkan diri. Seseorang yang
mampu mengembangkan potensi tersebut akan muncul kewibawaannya saat memimpin,
sehingga kata-katanya didengar dan arahannya diikuti oleh orang lain.
b. Keahlian Mendidik (Edukatif)
Idealnya, kepala madrasah berasal dari guru, orang yang memiliki pengalaman
pendidikan dan/atau pekerjaan sebagai pengajar atau pendidik. Pengalaman tersebut
memungkinkan kepala madrasah menghayati peran, fungsi dan tugas-tugas pendidik.
Dengan begitu, dia dapat membimbing dan mengarahkan guru dan siswa dalam konteks
mendidik. Itulah sebabnya, seorang kepala madrasah dituntut mampu berperan sebagai
pendidik.
c. Keahlian Managemen
Proses pembelajaran di madrasah dibatasi oleh waktu, tenaga, sarana dan biaya,
padahal wali murid sebagai konsumen memiliki tuntutan yang harus dipenuhi melalui
proses tersebut. Karena itulah, kepala madrasah dituntut mampu berperan sebagai
manager, yaitu pengelola seluruh program, asset, tenaga, dan keuangan madrasah agar
mampu mengantarkan pada target-target kerja secara efektif.Kunci keberhasilan kepala
madrasah dalam mengelola managemen madrasah terletak pada kemampuan
perencanaan (planning skill). Dalam konteks managemen bahkan dinyatakan bahwa
ketepatan perencanaan adalah separo keberhasilan.
Melalui perencanaan, kepala madrasah, guru dan semua pihak memahami target-
target kerja yang harus dicapai dalam kurun waktu tertentu. Untuk mencapai target
tersebut, kepala madrasah mengorganisasikan program madrasah, program pembelajaran,
tenaga guru dan pegawai, sarana, dan keuangan madrasah.
d. Keahlian Administrasi
Administrasi merupakan ruh kerja dalam organisasi modern. Bahkan saat ini diyakini
bahwa kalitas administrasi mencerminkan kualitas kerja seseorang. Melalui administrasi
yang baik kepala madrasah mampu memonitor keberhasilan dan kegagalan, peningkatan
atau penurunan kinerja, keuntungan dan kerugian. Sebagai seorang manager, kepala
sekolah dituntut menguasai administrasi madrasah dan administrasi pembelajaran. Atas
data-data administrasi itulah kepala madrasah mengambil sikap dan kebijakan madarsah.
e. Keahlian Supervisi
Sebagai manager pelaksana, kepala madrasah harus mampu melakukan pengawasan
atau kontrol (supervisi) terhadap cara kerja dan hasil kerja bawahannya. Supervisi
berperan melengkapi pemahaman terhadap data-data administrasi. Supervisi berperan

406
penting sebagai pengendali mutu pembelajaran dan layanan pendidikan. Sebagai
supervisor kepala madrasah dengan sendirinya mutlak harus mampu melakukan tugas-
tugas supervisi.
f. Keahlian Motivasi
Sebagai pemimpin, kepala madrasah harus pribadi yang motivatif. Dia mampu
berperan sebagai motivator, yang menyemangati dan membesarkan hati guru, pegawai,
siswa dan wali murid agar bekerja dan mendukung tercapainya tujuan madrasah.
Oleh karena itu, kepala madrasah harus terdiri dari orang-orang yang memiliki positif
thinking, baik terhadap dirinya, orang lain dan keadaan yang dihadapi. Kepala madrasah
tak akan mampu berperan sebagai motivator bilamana dia hanya seorang yang suka
berkeluh-kesah dan penuh prasangkan buruk (negative thinking).

C. Deskripsi Kepala Madrasah


1. Deskripsi Kebutuhan Kepala Madrasah
a. Peta Sebaran Kepala Madrasah
Kepala madrasah memegang peran yang sangat strategis dalam peningkatan mutu dan
pengembangan madrasah, peran kepala madrasah tidak dapat tergantikan walaupun
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang sangat cepat, karena
pengelolaan madrasah menjadi tanggung jawabnya. PMA 58 Tahun 2017 mengamanatkan
seorang kepala madrasah harus memenuhi standar kompetensi kepribadian, manajerial,
kewirausahaan, supervisi dan kompetensi sosial.
Berdasarkan data SIMPATIKA tahun 2019 di Wilayah Kantor Kementerian Agama Jawa
Timur memiliki kekuatan 19.150 kepala madrasah dengan rincian kepala madrasah negeri
sejumlah 428 (12 madrasah negeri baru belum memiliki akun SIMPATIKA) dan
kepala madrasah swasta 18.722. Namun dari sejumlah kepala madrasah tersebut masih
ditemukan beberapa kelemahan antara lain pengangkatan kepala madrasah yang masih
belum memenuhi persyaratan kepala madrasah, produktivitas dan motivasi kepala
madrasah masih rendah dalam upaya mewujudkan 8 SNP dan dalam mewujudkan madrasah
bermutu. Penyebaran kepala madrasah berdasarkan kualifikasi pendidikan dapat dilihat
pada data di bawah ini:

407
Tabel 1.1. Data Per Jenjang Kepala Madrasah Menurut Kualifikasi Pendidikan

Grafik 1.1 Data sebaran kepala madrasah menurut kualifikasi Pendidikan

Menurut data sebaran kepala madrasah sesuai kualifikasi pendidikan setiap jenjang yaitu :
1) Total kepala madrasah jenjang MA 1.740 orang meliputi 91 kepala madrasah negeri
dengan kualifikasi pendidikan S3 = 2 orang, S2 = 91 orang, S1 = 10 orang, sedangkan

408
1.649 kepala madrasah swasta dengan kualifikasi pendidikan S3 = 1 orang, S2 = 310 orang,
S1 = 1.325 orang, belum S1 = 13 orang.
2) Total kepala madrasah jenjang MTs 3.567 orang meliputi 190 kepala madrasah
negeri dengan kualifikasi pendidikan S3 = 1 orang, S2 = 137 orang, S1 = 52 orang,
sedangkan 3.377 kepala madrasah swasta meliputi S3 = 1 orang, S2 = 455, S1 = 2.873
orang , belum S1 = 48 orang.
3) Total kepala madrasah jenjang MI7.194 orang meliputi 147 kepala madrasah negeri
dengan kualifikasi pendidikan S3 = belum ada, S2 = 91 orang, S1 = 56 orang, sedangkan
7.047 kepala madrasah swasta meliputi : S3 = belum ada, S2 = 594 orang, S1 = 6.144
orang , belum S1 = 309 orang.
4) Total kepala RA 6.649 orang dengan kualifikasi pendidikan S3 = 1 orang, S2 = 90
orang, S1 = 5.541, belum S1 = 1.017.

Berdasarkan uraian data diatas maka dapat dilihat untuk jenjang MA prosentase
kualifikasi pendidikan kepala madrasah jenjang MA paling banyak memiliki ijazah S1
sebanyak 76,72 % selebihnya S2 sebanyak 22,36 %, S3 sebanyak 0,17 %,dan yang belum lulus
S1 sebanyak 0,75%. Prosentase kualifikasi pendidikan kepala madrasah jenjang MTs paling
banyak memiliki ijazah S1 sebanyak 82 %, S2 sebanyak 16,6 %, S3 sebanyak 0,06 %, danyang
belum S1 sebanyak 1,35 %. Prosentase kualifikasi pendidikan kepala madrasah jenjang MI
paling banyak memiliki ijazah S1 sebanyak 86,18 %, S2 sebanyak 9,52 %,yang belum S1
sebanyak 4,3 %, dan untuk ijazah S3 sesuai data yang tersedia belum ada yang memiliki
kualifikasi pendidikan S3. Untuk kepala RA prosentase kualifikasi pendidikan tertinggi juga
pada ijazah S1 sebanyak 83,34%, belum S1 sebanyak 15,3 %, S2 sebanyak 1,35 % dan S3
sebanyak 0,02 %. Kesimpulan sebaran kepala madrasah di jawa timur baik kepala madrasah
negeri dan swasta menurut kualifikasi pendidikan mayoritas pada ijazah S1 dan yang
memiliki ijazah S3 sangat minim. Untuk sebaran kepala madrasah menurut masa tugas dan
status madrasah sesuai data SIMPATIKA yaitu :

409
Grafik 1.2 Data sebaran kepala madrasah menurut masa tugas

JENJ TAHUN JABATAN


ANG
17- 21-
0 1 2 3 4 5-8 9-12 13-16 20 24 > 24
NEG 2 130 135 29 52 37 17 3 1
ERI 4
MI 3 55 26 12 16 16 15 3 1
1 60 60 12 26 14 2
MTs
6
MA 5 15 49 5 10 7 -

8 1.382 1.663 1.764 2.099 4.114 3.020 1.729 908 465 683
SWA
9
STA
2

3 539 612 686 806 1.480 1.141 673 344 168 247
MI
5
0

2 316 398 343 446 783 435 204 112 43 87


MTs
0
9

1 178 192 193 262 387 158 82 33 21 40


MA
0
3

410
2 349 461 542 585 1.464 1.286 770 419 233 309
RA
3
0
TOT
AL 9
(N+S 1
) 6 1.512 1.798 1.793 2.151 4.151 3.037 1.732 909 465 683
Tabel 1.2. Data Kepala Madrasah Menurut Tahun Jabatan

Berdasarkan data grafik dan tabel diatas maka dapat di uraikan sebaran kepala
madrasah baik di madrasah negeri dan swasta di Jawa Timur banyak yang memiliki masa
jabatan 1 periode (4 tahun) keatas sehingga jika melihat pada petunjuk teknis penilaian
kinerja kepala madrasah (PKKM) Nomor 111 Tahun 2019 maka penilaian kinerja kepala
madrasah di lakukan tahun ini bagi yang memasuki 1 (satu) periode /(4 tahun) sedangkan
yang memiliki masa jabatan lebih dari 2 periode (8 tahun) maka akan di lakukan penilaian
dengan membentuk tim penilai sesuai aturan dan konsekuensi regulasi tersebut. Berikut
data penyebaran kepala madrasah menurut usia sesuai data SIMPATIKA sebagai berikut :

Tabel 1.3. Data sebaran kepala madrasah menurut usia

411
Untuk penyebaran kepala madrasah secara detil berdasarkan usia pada madrasah
negeri dan swasta dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.4 Data Kepala Madrasah Status PNS pada Madrasah Negeri

412
Tabel 1.5 Prosentase Kepala Madrasah Negeri Berdasarkan Usia

Tabel 1.6. Data Kepala Madrasah pada Madrasah Swasta

413
Tabel 1.7. Prosentase Kepala Madrasah Swasta Berdasarkan Usia

Sesuai data di atas maka dapat dilihat penyebaran guru status pegawai negeri sipil (PNS)
yang di beri tugas tambahan kepala madrasah pada madrasah negeri berdasarkan usia di
masing masing jenjang maka untuk MIN paling banyak pada usia 45 – 50 tahun sebanyak 59
orang (13,79%), usia 50 – 55 tahun sebanyak 47 orang (10,98 %), usia 35 – 40 tahun
sebanyak 7 orang (1,64%), dan pada usia 56 – 58 tahun sebanyak 12 orang (1,40 %),
sedangkan kepala madrasah dengan usia lebih 60 tahun sebanyak 1 orang (0,23%).
Madrasah swasta jenjang MIS dapat dilihat kepala madrasah paling banyak pada usia 45 -
50 tahun sebanyak 1.563 (8,35%), usia 40 – 45 tahun sebanyak 1.451 (7,75%), dan usia 35
– 40 tahun sebanyak 1. 295 (6,92%). Usia kepala madrasah jenjang MTsN paling banyak pada
usia 50 – 55 tahun sebanyak 105 orang (24,53%), usia 45 – 50 tahun sebanyak 36 orang
(8,41%), usia 55 – 56 tahun sebanyak 13 orang (3,04%), usia 56 – 57 tahun sebanyak 11
orang (2,57%), usia 59 – 60 tahun sebanyak 5 orang (1,17%), dan usia lebih 60 tahun
sebanyak 1 orang (0,23 %), sedangkan usia kepala madrasah pada MTsS paling banyak
berada di usia 35 – 40 tahun sebanyak 702 orang (3,75%), usia 40 – 45 tahun sebanyak
649 orang (3,47%), usia 45 – 50 tahun sebanyak 614 orang (3,28%), usia 50 – 55 tahun
sebanyak 519 orang (2,77%), usia 30 – 35 tahun sebanyak 479 orang (2,56%), usia 25 – 30
tahun sebanyak 145 orang (0,77%). Jenjang MAN usia kepala madrasah paling banyak
414
berada usia 35 – 40 tahun sebanyak 342 orang (1,83%), usia 40 – 45 tahun sebanyak 306
orang (1,63%), usia 45 – 50 tahun sebanyak 286 orang (1,53 %), usia 30 – 35 tahun
sebanyak 256 orang (1,37%), usia 50 – 55 sebanyak 232 orang (1,24%), usia 25 – 30
sebanyak 75 orang (0,40%), usia 59 – 60 tahun sebanyak 14 orang (0,07%), sedangkan usia
lebih 60 tahun sebanyak 33 orang (0,18%).

Jenjang MAS usia kepala madrasah paling banyak berada pada usia 35 – 40 tahun 342
orang (1,83%) , usia 40 45 tahun sebanyak 306 orang (1,63%), usia 45 – 50 tahun sebanyak
286 orang (1,53%), usia 30 -35 tahun sebanyak 256 orang (1,24 %), usia 59 -60 tahun
sebanyak 14 orang ( 0,07%) sedangkan pada usia lebih 60 tahun sebanyak 33 orang (0,18%).
Sesuai uraian data sebaran kepala madrasah berdasarkan usia maka dapat dilihat untuk
kepala madrasah negeri yang mendekati urutan masa pensiun 2 – 3 tahun kedepan paling
banyak pada jenjang MI sebanyak 12 orang (1,40%) pada usia 56 - 58 tahun, jenjang MTs
pada usia 56 – 60 tahun sebanyak 17 orang (3,97%), sedangkan jenjang MA sebanyak 6
orang (1,40%) pada usia 59 - 60 tahun. Adapun untuk melihat data sebaran kepala madrasah
yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) berada di madrasah swasta yaitu :

415
Tabel 1.8 Data Kepala Madarasah Status PNS di Madrasah Swasta

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa kepala madrasah status pegawai negeri sipil
(PNS) yang berada di madrasah swasta paling banyak pada jenjang MI sebanyak 237 orang
(20,14 %) di usia 45 – 50 tahun. Sesuai data kepala madrasah

b. Analisis Kebutuhan Kepala Madrasah


Sesuai peraturan direktorat jenderal pendidikan islam nomor 5851 Tahun 2018 tentang
pengangkatan kepala madrasah maka perlu di lakukan tahapan sebagai berikut :
a. Penyiapan Calon Kepala Madrasah
Kebutuhan pengangkatan kepala madrasah di suatu wilayah (kota/kabupaten)
harus didasarkan pada kebutuhan jabatan atau formasi yang tersedia, yang ditentukan
berdasarkan banyaknya satuan pendidikan yang memerlukan kepala madrasah baru,
karena kepala madrasah lama telah habis masa tugasnya tetapi belum ada kepala
madrasah definitif yang memenuhi persyaratan dan kriteria yang ada. Proyeksi
kebutuhan kepala madrasah dapat dibuat berdasarkan berapa banyak madrasah yang
ada, berapa banyak tambahan madrasah baru dalam kurun waktu dua tahun ke depan,
berapa banyak madrasah yang merger, sehingga jumlah madrasah berkurang, dikurangi
dengan jumlah kepala madrasah yang ada, dan dengan memperhitungkan pengurangan
kepala madrasah yang disebabkan oleh (1) berhenti atas permohonan sendiri, (2)
berakhir masa tugas, (3) mencapai usia pensiun, (4) promosi jabatan, (5) terkena
hukuman disiplin, (6) tidak memenuhi standar kinerja, (7) berhalangan tetap, (8) tugas
belajar yang lamanya lebih dari enam bulan, dan (9) meninggal dunia, dan (10) berhenti
karena sebab-sebab lain yang belum diprediksi. Adapun alur proses penyiapan calon
kepala sekolah/madrasah, seperti tertuang pada diagram 1.1 di bawah ini, menyatakan
bahwa penyiapan kepala madrasah dimulai dengan menghitung proyeksi kebutuhan
kepala sekolah/madrasah. Dilanjutkan dengan seleksi administratif dan seleksi
akademik untuk menjadi peserta diklat calon kepala madrasah; mereka yang
berpotensi diakomodir untuk mengikuti Diklat calon kepala madrasah, yang
diselenggarakan oleh Pusdiklat/Balai Diklat Kementerian Agama RI . Mereka yang lulus
akan menerima Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) selanjutnya
416
mengikuti assesment kepala madrasah yang di selenggarakan oleh Sub Bagian Ortala
Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Timur dan kemudian masuk ke dalam daftar tunggu
untuk mendapat kesempatan diangkat menjadi kepala madrasah, setelah melalui
proses penilaian akseptabilitas dari warga madrasah yang akan dipimpinnya.

PEROLEHAN STTPP

PROYEKSI

KEBUTUHAN

TUNGGU
PESERTA

TIDAK

AKADEMIK
TIDAK

SELESAI

Diagram Alur 1.1 Proses Penyiapan Calon Kepala Madrasah

Sesuai Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 58 Tahun 2017 terkait


pengangkatan kepala madrasah Bab III Pasal 6 terkait tata cara pengangkatan calon
ASSESMENT
kepala madrasah, dan Peraturan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam NomorKAMAD
: 5851
Tahun 2018 tentang Petunjuk Teknis Pengangkatan Kepala Madrasah. Proses
penyiapan kepala madrasah dilakukan melalui proyeksi kebutuhan kepala madrasah
2 (dua) tahun kedepan yang di rinci per 1 tahun. Tahapan tersebut sebagai berikut :
a) Bidang pendidikan madrasah kanwil kementerian agama prov. Jatim ber
koordinasi dengan kementerian agama kabupaten/kota melakukan proyeksi 2
(dua) tahun kedepan yang di perinci per 1 tahun, untuk kepala madrasah negeri
kewenangan berada di Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, artinya

417
kanwil dalam hal bidang pendidikan madrasah melakukan analisis kebutuhan
kepala madrasah negeri yang ada di jawa timur.
b) Kementerian Agama Kabupaten/ Kota berkoordinasi dengan lembaga/madrasah
swasta masyarakat untuk menganalisa kebutuhan kepala madrasah swasta
proyeksi 2 (dua) tahun kedepan yang diperinci per tahun 1 tahun.
c) Analisis Kebutuhan Kepala Madrasah, dilakukan dengan menghitung proyeksi
kebutuhan kepala madrasah 2 (dua) tahun kedepan :
 Proyeksi penambahan (a), kepala kantor kementerian agama kabupaten
/kota memiliki data rencana penambahan madrasah baru dalam kurun
waktu 2 tahun kedepan, pertambahan jumlah kepala madrasah baru 2 tahun
kedepan sama dengan pertambahan madrasah baru pada tahun (n+1) dan
(n+2) .
 Proyeksi pengurangan kepala madrasah (b), bahwa kantor kementerian
agama kabupaten/kota dalam memproyeksi kebutuhan pengangkatan
kepala madrasah perlu memiliki data tentang rencana pengurangan
madrasah dikarenakan merger atau penutupan karena sudah tidak
beroperasi lagi atau disebabkan hal lain. Pengurangan jumlah kepala
madrasah sama dengan pengurangan jumlah madarasah pada tahun (n+1)
(n+2)
 Proyeksi pemberhentian kepala madrasah (c), pemberhentian kepala
madrasah dikarenakan mengundurkan diri, hasil PKKM dibawah predikat
baik (B), tugas belaar 6 bulan berturut turut/lebih, tidak mampu
melaksanakan tugas jasmani dan rohani, diangkat pada jabatan lain,
menjalani hukuman penjara, menjadi anggota partai politik,mencapai usia
pensiun guru, meninggal dunia. Penambahan jumlah kepala madrasah sama
dengan proyeksi pemberhentian kepala madrasah pada tahun (n+1) dan
(n+2). Adapun rumus yang digunakan dalam menghitung proyeksi
kebutuhan kepala madrasah 2 periode yaitu :

PKM = a – b + c

Proyeksi kebutuhan pengangkatan kepala madrasah di suatu wilayah


(kabupaten/kota) didasarkan pada kebutuhan jabatan atau formasi yang ada, yang
ditentukan berdasarkan banyaknya satuan pendidikan yang memerlukan adanya

418
kepala madrasah tetapi belum terdapat kepala madrasah definitif yang memenuhi
persyaratan dan kriteria. Proyeksi dapat dibuat berdasarkan berapa banyak madrasah
yang ada, berapa banyak madrasah tambahan yang baru untuk dua tahun ke depan, dan
berapa banyak madrasah yang merger, sehingga jumlah madrasah menjadi berkurang,
kemudian dikurangi dengan jumlah kepala madrasah yang ada, dan telah
memperhitungkan pengurangan kepala madrasah yang disebabkan oleh (1)
permohonan sendiri, (2) berakhir masa jabatan, (3) pensiun, (4) promosi, (5) hukuman
disiplin, (6) tidak memenuhi standar kinerja, (7) berhalangan tetap, (8) tugas belajar,
dan (9) meninggal dunia, dan (10) berhenti karena sebab-sebab lain yang belum
diprediksi.
 Pemetaan jumlah madrasah, dalam rangka memproyeksikan kebutuhan
pengangkatan kepala madrasah kementerian agama kabupaten/kota/provinsi
perlu memiliki data akurat tentang jumlah madrasah berdasarkan jenjang
madrasah per kecamatan di kabupaten/kota/provinsi pada tahun n. Berikut data
jumlah madrasah di Jawa Timur Tahun 2018 :
Tabel Data Jumlah Madrasah Di Jawa Timur Tahun 2018
No JENJANG JUMLAH
1 RA 6.884
2 MI 7.245
3 MTs 3.589
4 MA 1.700
JUMLAH 19.418
 Proyeksi penambahan atau pengurangan jumlah madrasah, dalam rangka
memproyeksikan kebutuhan pengangkatan kepala madrasah kementerian agama
kabupaten/ kota/provinsi juga perlu memiliki data akurat tentang prediksi
penambahan madrasah baru untuk dua tahun mendatang. Data ini akan
menentukan prediksi jumlah madrasah dan prediksi jumlah kebutuhan
pengangkatan kepala madrasah untuk dua tahun mendatang. Pertambahan
jumlah kepala madrasah sama dengan jumlah madrasah tahun n ditambah dengan
penambahan madrasah baru pada tahun (n+1) dan (n+2). Selain adanya
penambahan madrasah, dimungkinkan juga ada madrasah merger atau berhenti
beroperasi. Hal ini akan berpengaruh pada berkurangnya jumlah kebutuhan kepala
madrasah. Berdasarkan Data EMIS untuk Jawa Timur penambahan/ penegerian

419
madrasah ada 16 (enam belas) lembaga dan untuk pengurangan madrasah pada
tahun ini sebanyak 14 (empat belas) madrasah.
 Keadaan Kepala Madrasah menurut Usia (X3), berdasarkan permendiknas
nomor 28 Tahun 2010 tentang penugasan guru menjadi kepala madrasah,
dikemukakan bahwa batas usia pensiun guru adalah 60 tahun, juga berlaku untuk
masa jabatan kepala madrasah. Dengan demikian, dari dokumen tentang usia
kepala madrasah dapat diketahui jumalah kepala madrasah yang akan memasuki
usia pensiun dalam dua tahun terakhir yaitu dengan mengelompokkan kepala
sekolah yang berusia 58-59 tahun, maka dapat diprediksi jumlah kepala madrasah
yang akan memasuki usia pensiun dalam dua tahun yang akan datang. Berikut ini
data tentang kepala madrasah yang pada tahun 2019 berusia 58 - 59 tahun,
sehingga mereka akan pensiun pada tahun 2020 dan 2021.
Tabel
JUMLAH KEPALA MADRASAH YANG MEMASUKI MASA USIA PENSIUN
PADA TAHUN 2020 – 2021

No JENJANG Usia Kepala Madrasah (2019) Jumlah


58 59 Tahun
Tahun
1 RA 0 3 3
2 MI 58 44 103
3 MTs 24 36 60
4 MA 16 20 36
JUMLAH 98 103 202
 Prediksi Mutasi Jabatan/Pemberhentian kepala madrasah, dapat disebabkan
oleh adanya alasan pemberhentiaan permohonan sendiri, berakhir masa
jabatannya, pensiun, promosi jabatan, hukuman disiplin, tidak memenuhi standar
kinerja kepala sekolah, berhalangan tetap, tugas belajar, meninggal dunia, dan/atau
oleh sebab-sebab lainnya. Asumsi-asumsi mutasi jabatan dan pemberhentian
kepala madrasah dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :
 Berhenti atas permintaan sendiri (X4) , dalam dua tahun kedepan dapat
diprediksi berapa banyak kepala madrasah yang berhenti atas permohonan sendiri
berdasarkan pada asumsi berapa banyak kepala madrasah yang berhenti atas

420
permohonan sendiri selama dua tahun terakhir. Jika datanya ada maka gunakanlah
jumlah data tersebut sebagai angka pengurangan kepala madrasah dengan notasi.
 Berakhir masa jabatan (X5), data berahirnya periode masa jabatan kepala
madrasah dapat diprediksi dengan cara mengetahui jumlah kepala madrasah yang
akan mengakhiri masa jabatannya dalam dua tahun ke depan. Untuk penilaian
kinerja kepala madrasah 4 tahunan dapat diangkat kembali apabila bernilai Baik
(B), jika kurang dari (B) maka diberhentikan jadi kepala madrasah, demikian pada
penilaian 8 (delapan) tahunan. Sedangkan pada penilaian 12 tahunan penilaian
kepala madrasah dilakukan melaui tahapan uji kompetensi dengan membentuk Tim
dan dilaksanakan di |Kanwil Provinsi , dan memiliki standar nilai Sangat Baik (A)
maka dapat diangkat kembali untuk masa jabatan berikutnya tetapi harus
ditempatkan di madrasah yang berbeda, supaya tetap produktif. Berikut data kepala
madrasah menurut masa tugas :
Tabel
JUMLAH KEPALA MADRASAH DALAM MASA TUGAS PERIODE I
PROV. JATIM TAHUN 2019

NO JENJANG PERIODE 1 MASA TUGAS Jumlah


Th 3 Th 4 Jml 50 %
1 RA 1.127
542 585 512
564
2 MI 698 1.480 1.520 1097 760
3 MTs 355 472 827 414 413
4 MA 198 272 470 235 235
JUMLAH 1.793 2.151 3.841 2309 2309

Tabel
JUMLAH KEPALA MADRASAH DALAM MASA TUGAS PERIODE II
PROV. JATIM TAHUN 2019

Jumlah
No Jenjang
Th 5- 8 50 % Jumlah
1 RA 1.464 732 732

2 MI 1.496 748 748

3 MTs 797 398 398

421
4 MA 394 197 197

JUMLAH 4.151 2.075 2.075

Tabel
JUMLAH KEPALA MADRASAH DALAM MASA TUGAS PERIODE III
PROV. JATIM TAHUN 2019

Jumlah
No Jenjang
Th 9 - 12 50 % Jumlah
1 RA 1.286 643 643

2 MI 1.156 578 578

3 MTs 437 219 219

4 MA 158 79 79

JUMLAH 3.037 1.520 1.519

Berdasarkan data kepala madrasah menurut masa jabatan yang bertugas pada
periode I tahun ke 3- 4 diprediksi tidak dapat ditugaskan kembali pada periode II
sebanyak 2.309 orang, atau 1.154 orang setiap tahunnya. Kepala madrasah yang
bertugas pada periode II tahun ke 5 - 8 diprediksi tidak dapat ditugaskan kembali pada
periode III sebanyak 2.075 orang atau 1.038 orang setiap tahunnya. Sedangkan kepala
madrasah yang berada pada masa tugas periode III yang tidak dapat ditugaskan
kembali sebanyak 1.519 orang atau 760 orang setiap tahunnya. Sehingga dalam dua
tahun ke depan diperlukan Diklat Calon Kepala Madrasah dan seleksi penyiapan calon
kepala madrasah yang sesuai dengan persyaratan hal ini dikarenakan tidak dapat
dipromosikan ke masa tugas berikutnya sebanyak 5.903 orang, atau sebanyak 2.951
orang setiap tahunnya.
 Promosi Jabatan (X6), seorang kepala madrasah dimungkinkan untuk promosi
jabatan menjadi pengawas madrasah ataupun jabatan lain yang mempunyai nilai
lebih tinggi, misalnya menjadi pengawas madrasah, atau jabatan lain yang nilainya
lebih tinggi dari jabatan kepala madrasah. Jumlah kepala madrasah yang akan
dipromosikan pada dua tahun mendatang dapat diprediksi dengan jalan

422
menghitung jumlah kepala madrasah yang dilaporkan telah dipromosikan ke
jabatan yang lebih tinggi dalam dua tahun terakhir.
 Hukuman disiplin (X7), hukuman disiplin jarang terjadi. Jika ada data tentang
pemberhentian kepala madrasah atas dasar hukuman disiplin dalam dua tahun
terakhir, maka data tersebut dapat digunakan untuk memprediksi hukuman
disiplin untuk dua tahun yang akan datang. Jika tidak ada tersebut, boleh
diasumsikan dengan sebanyak-banyaknya 0,5% dari jumlah kepala madrasah
diberhentikan karena hukuman disiplin.
 Berhalangan tetap (X8), dapat disebabkan oleh sakit menahun, kecelakaan atau
alasan-alasan pribadi dan alasan organisasi yang menyebabkan seorang kepala
madrsah dinilai tidak produktif lagi untuk menjalankan tugas-tugas kepala
madrasah. Data jumlah kepala madrasah yang berhalangan tetap dalam dua tahun
terkahir dapat digunakan untuk memprediksi jumlah kepala madrasah yang
mungkin berhalangan tetap untuk dua tahun yang akan datang.
 Tugas Belajar (X9), kepala madrasah yang mendapat tugas belajar selama kurang
dari 6 bulan dapat menunjuk pelaksana harian untuk menggantikannya secara
sementara. Namun bila lebih dari 6 bulan seorang kepala madrasah harus
meletakkan jabatannya dan digantikan oleh yang lain. Sedangkan sepulang dari
tugas belajar dapat diangkat kembali dengan syarat apabila ada formasi kepala
sekolah yang kosong. Data jumlah kepala madrasah yang ditugas-belajarkan dalam
dua tahun terakhir dapat digunakan untuk memprediksi jumlah kepala madrasah
yang diperkirakan ditugas-belajarkan dalam dua tahun kedepan.
 Meninggal dunia (X10), tak ada yang tahu kapan seorang kepala sekolah akan
meninggal, tetapi berdasarkan data tentang kepala madrasah yang meninggal
dalam 2 tahun terakhir dapat digunakan untuk memprediksi berapa banyak
diperkirakan kepala madrasah meninggal dalam 2 tahun yang akan datang.
 Berhenti karena sebab sebab lainnya, dimungkinkan ada penyebab lain yang dapat
menyebabkan berhentinya seorang kepala madrasah. Prediksi dan proyeksi data
tentang jumlah kepala madrasah yang berhenti atas alasan mutasi jabatan dan
pemberhentian penugasan sebagai kepala madrasah .
Dengan demikian dapat di proyesikan kebutuhan kepala madrasah di Jawa Timur
untuk tahun 2020 – 2021

423
Tabel
PROYEKSI KEBUTUHAN PENGANGKATAN KEPALA MADRASAH JAWA TIMUR
TAHUN 2020 - 2021.
No Jenjang Madrasah Variabel Pengurang Kepala Madrasah Jml
A B X1 Pr.1 Pr.2 Pr. X3 X X5 X6 X7 X8 X9
3 4
1 RA 0 0 0 512 732 643 3 0 0 0 0 0 0 1.890
2 MI 0 1 0 760 748 578 103 0 0 0 0 0 0 2.190
3 MTs 15 13 0 413 398 219 60 0 0 0 0 0 0 1.118
4 MA 1 0 0 235 197 79 36 0 0 0 0 0 0 548
Jumlah 16 14 0 2.309 2.075 1.51 202 0 0 0 0 0 0 5.746
9

Dalam rangka memenuhi kebutuhan kepala madrasah yang terlatih dengan baik untuk
masa 2 (dua) tahun ke depan perlu dipersiapkan calon kepala sekolah sebanyak 5.746 orang.
Masing - masing untuk jenjang RA sebanyak 1.890 orang, jenjang MI sebanyak 2.190 orang,
MTs sebanyak 1.118 orang, dan MA sebanyak 548 orang. Berdasarkan pengalaman dalam
menyeleksi calon kepala madrasah dan pengawas, tingkat kegagalan dalam seleksi dapat
mencapai 50%. Atau, jika perlu didiklat 5.746 orang secara bertahap, maka kemenag kab/kota
diharapkan dapat mengusulkan calon peserta seleksi sebanyak 11.492 orang. Sehingga
diharapkan akan terjaring calon yang potensial sebanyak 5.746 orang. Mereka yang berhasil
lolos dalam sistem seleksi, akan mengikuti Diklat calon kepala madrasah, dan mereka yang
berhasil dalam Diklat calon kepala madrasah akan mengisi formasi kosong, dan berada dalam
sistem daftar tunggu untuk diangkat menjadi kepala madrasah. Mereka yang ada dalam daftar
tunggu akan diuji aksesabilitasnya untuk mengisi formasi yang kosong pada saat yang tepat dan
di tempat yang tepat.

b. Analisis SWOT
Kekuatan (strength)
a. Memiliki kepala madrasah yang berkualitas dan mampu bersaing dalam meningkatkan
mutu madrasah.
b. Mengembangkan kurikulum madrasah yang inovatif dalam memenuhi tuntutan global.
c. Terwujudnya wadah melalui KKM sebagai sarana komunikasi dan peningkatan
kompetensi kepala madrasah.

424
d. Terdapat regulasi yang mengatur tentang kepala madrasah.
e. Kualifikasi pendidikan kepala madrasah negeri berijazah S2 dan S3 (data simpatika S2
= 302, S3= 3), kepala madrasah swasta kualifikasi S2 dan S 3 ( S2 = 1413, s3 = 3)
f. Sebagian kepala madrasah memiliki penguasaan IT.

Kelemahan (weakness)
a. Keberadaan usia kepala madrasah negeri diatas 50 tahun, sesuai data simpatika :
Usia Negeri Swasta
20 – 30 0 650
30-40 8 5681
40 – 50 101 7358
50- 60 311 4338
60 – 70 15 374
70 – 80 0 45
80 – 90 0 1

Jumlah 435 18.447

Menurut BPS definisi produktif adalah tindakan kreatif yang dapat menghasilkan
sesuatu. BPS membedakan usia produktif menjadi 2 (dua) kategori yaitu : usia sangat
produktif ( 15 – 49 tahun), dan usia produktif (50 – 64 tahun). Adapun ciri ciri
usia produktif yaitu :
 Memiliki karya
 Aktif
 Energik dalam bekerja
 Kerja keras
 Kerja Cerdas
 Bersikap mandiri
 Tidak mengabaikan spiritualitas dan religiusitas
 Memiliki pandangan hidup dan wawasan kedepan
b. Kurangnya kontrol dan pengawasan terhadap kinerja kepala madrasah baik dari
internal maupun eksternal.
c. Rendahnya motivasi dan kreativitas kepala madrasah dalam meningkatkan dan
mengembangkan mutu madrasah.

425
d. Kurangnya pemahaman kepala madrasah mengenai konsep mutu, sehingga berdampak
pada kurangnya mutu pelayanan dan produktivitas madrasah.
e. Terdapat proses rekrutmen kepala madrasah yang tidak melalui asesmen.
f. Mayoritas masa tugas kepala madrasah melebihi regulasi.
g. Hasil pengembangan keprofesionalan lemah dalam tindak lanjut.
h. Masih banyak kepala madrasah yang belum memahami program jangka menengah
maupun tahunan serta Rencana Tindak Lanjut (RTL).
i. Kurangnya kepekaan kepala madrasah dalam kegiatan penelitian dan publikasi ilmiah.
j. Lemahnya literasi kepala madrasah.
k. Memfigurkan tokoh tertentu.

Peluang (opportunities)
1. Terbuka peluang untuk mengembangkan potensi dan kompetensi kepala madrasah
yang ideal.
2. Penataan rekrutmen atau pengangkatan kepala madrasah sesuai regulasi.
3. Penataan dan peninjauan masa tugas kepala madrasah sesuai regulasi.
4. Terbangunnya networking pengembangan madrasah.
5. Revolusi industri 4.0 berdampak besar terhadap perubahan pengembangan madrasah.
6. Penghargaan kepala madrasah.
7. Tertibnya manajemen dalam pengelolaan madrasah.
8. Peningkatan terhadap inovasi madrasah.
9. Kompetisi antar lembaga pendidikan.
10. Regenerasi kepemimpinan madrasah.

Ancaman (threat)
1. Merit system
2. Manajemen Kepegawaian rekrutmen kepala madrasah.
3. Kompetisi antar lembaga pendidikan
4. Perubahan global
5. Rekrutmen kepala madrasah sesuai regulasi.
6. Pemberlakuan punishment sesuai keputusan Dirjen Pendis No : 1111 Tahun 2019
7. Memenuhi tuntutan stakeholders terhadap kualitas madrasah
8. Pengembangan kurikulum di era millenial
9. Menghasilkan karya tulis dan publikasi ilmiah

426
10. Mewujudkan madrasah inovatif
11. Perubahan sosial kultur kepemimpinan lembaga pendidikan.

Berdasarkan hasil Teori SWOT (Strengths- Weaknesses- Opportunities- Threats) menurut


Wheelen dan Hunger (2012: 16) merupakan sebuah langkah untuk dapat mengidentifikasi
faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan.Lingkungan
eksternal berisi variabel peluang dan ancaman (oppoturnities and threats) yang berada di
luar organisasi dan bukan merupakan hal yang dapat dikontrol oleh pimpinan organisasi
dalam jangka waktu dekat. Lingkungan internal organisasi terdiri dari variabel kekuatan
dan kelemahan (strenghts and weaknesses) yang berada dalam tubuh organisasi itu sendiri
dan biasanya tidak dalam kontrol pimpinan organisasi dalam waktu dekat. Yang termasuk
dalam variabel ini adalah struktur, budaya, dan sumber daya organisasi. Sehingga hasil
analisi SWOT berdasarkan i dentifikasi peluang eksternal kepala madrasah, identifikasi
ancaman eksternal kepala madrasah, kekuatan internal kepala madrasah, kelemahan
internal kepala madrasah adalah sebagai berikut :
a. Analisis Lingkungan Internal : Pencermatan dan identifikasi terhadap kondisi intenal
organisasi, menyangkut organisasi, efektifitas organisasi, sumber daya manusia, budaya
dan kepatuhan organisasi serta sarana prasarana yang tersedia. Pencermatan dilakukan
dengan mengelompokkan atas hal-hal yang merupakan kekuatan (strength) atau
kelemahan (weakness) organisasi dalan rangka mewujudkan tujuan dan sasaran.
Lingkungan internal merupakan roh dalam sebuah lembaga untuk menjamin
keberlangsungan proses pendidikan yang sedang belangsung oleh karena itu
dibutuhkan manjemen pengelolaan yang baik. Hasil analisis lingkungan internal
meliputi :
1) Penataan rekruitmen/ pengangkatan kepala madrasah belum sesuai regulasi;
2) Mayoritas masa tugas kepala madrasah melebihi kriteria dalam regulasi;
3) Pentingnya punishment sesuai regulasi
4) Rendahnya motivasi kepala madrasah
5) Pentingnya Literasi Kepala Madrasah dalam Karya Tulis Ilmiah
6) Perubahan sosial kultur kepemimpinan lembaga.
b. Analisis Lingkungan Eksternal : berupa pencermatan dan identifikasi terhadap
kondisi lingkungan di luar organisasi yang dapat terdiri dari lingkungan ekonomi,
teknologi, sosial, budaya, politik, pencermatan ini akan menghasilkan indikasi
menangani peluang. Hasil analisis lingkungan eksternal meliputi :

427
1) Revolusi industri 4.0 berdampak besar pada pengembangan madrasah,
revolusi industri 4.0 sering pula disebut revolusi industri generasi keempat yang
ditandai dengan kemunculan super komputer, robot pintar, kendaraan tanpa awak,
editing genetik dan perkembangan neuroteknologi yang memungkinkan manusia
dapat mengoptimalkan fungsi otak.Sejak tahun 2011 kita telah memasuki industri
4.0 yang ditandai meningkatnya konektivitas, interaksi dan batas antara manusia,
mesin dan sumber daya lainnya yang semakin konvergen melalui teknologi
informasi dan komunikasi. Pada revolusi industri keempat terjadi lompatan besar
teknologi bagi sektor industri dimana teknologi informasi dan komunikasi
dimanfaatkan sepenuhnya secara optimal. Tidak hanya dalam proses produksi saja
melainkan juga di seluruh rantai nilai industri sehingga melahirkan model bisnis
yang baru berbasis digital guna mencapai efisiensi yang tinggi dan kualitas produk
yang lebih baik. Pemerintah meluncurkan gerakan “Making Indonesia 4.0” yang
merupakan komitmen pemerintah memasuki era revolusi industri 4.0 ini. Beberapa
pihak mengungkapkan bahwa dunia pendidikan di Indonesia perlu juga
mempersiapkan diri memasuki revolusi 4.0 ini dengan melakukan beberapa
perubahan dalam menerapkan metode pembelajaran di sekolah, pertama yang
fundamental adalah merubah sifat dan pola pikir peserta didik, kedua bisa mengasah
dan mengembangkan bakat anak dan yang ketiga lembaga pendidikan harus mampu
mengubah model belajar disesuaikan dengan kebutuhan jaman. Menurut
Mendikbud Muhadjir Effendy, bidang pendidikan perlu merevisi kurikulum dengan
menambahkan 5 (lima) kompetensi peserta didik dalam memasuki era revolusi 4.0
ini yaitu : (1) Memiliki kemampuan berpikir kritis, (2) Memiliki kreatifitas dan
kemampuan yang inovatif, (3) Memiliki kemampuan dan keterampilan
berkomunikasi, (4) Bisa bekerjasama dan berkolaborasi, (5) Memiliki kepercayaan
diri, selain itu agar lulusan pendidikan nantinya bisa kompetitif maka kurikulum
memerlukan orientasi baru tidak hanya cukup memahami literasi lama (membaca,
menulis, matematika) melainkan (6) perlu memahami literasi era revolusi industri
4.0 yaitu literasi data dengan kemampuan untuk membaca, menanalisis dan
menggunakan informasi di dunia digital.
2) Pengembangan kurikulum yang inovatif, dengan adanya perubahan/tuntutan
global sehingga di perlukan kepala madrasah yang memiliki pemikiran maju,
motivasi kuat, serta inovasi yang tinggi dalam pengembangan kualitas dan mutu
madrasah, sehingga kepala madrasah sebagai leader harus mampu untuk

428
mengembangkan diri dan memotivasi dirinya sebagai bentuk peningkatan kualitas
diri.
3) Kualitas Kepala Madrasah, dengan adanya penataan rekruitmen dan
pengangkatan kepala madrasah sesuai dengan kriteria pada regulasi dan melalui
tahapan mulai dari seleksi calon peserta diklat cakamad,peserta diklat cakamad,
asessmet cakamad, hingga pengangkatan kepala madrasah, serta penataan rotasi,
mutasi kepala madrasah sesuai prosedur dan regulasi maka akan menunjang
kualitas kepala madrasah.
4) Kompetisi lembaga, kualitas sumber daya pada madrasah sangat menentukan
kemajuan dan keberhasilan madrasah sehingga peningkatan sumber daya madrasah
baik kualitas SDM, program, sarana prasarana akan mampu meningkatkan layanan
pada madrasah yang berdampak pada kompetitif madrasah itu sendiri. Madrasah
harus mampu mengevaluasi diri secara terus menerus untuk memenuhi kebutuhan
atau permintaan publik sebagai pengguna layanan pendidikan, sehingga harus
mampu untuk terus berinovasi, dan kreatif agar menghasilkan output yang
terbaik.Faktor-faktor kekuatan dalam lembaga pendidikan adalah kompetensi
khusus atau keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai plus atau
keunggulan komparatif lembaga pendidikan tersebut.Hal ini bisa dilihat jika sebuah
lembaga pendidikan memiliki skill atau keterampilan yang bisa disalurkan bagi
perserta didik, lulusan terbaik/hasil andalan, maupun kelebihan-kelebihan lain yang
membuatnya unggul bagi pesaing-pesaing serta dapat memuaskan steakholder
maupun pelanggan (peserta didik, orang tua, masyarakat dan bangsa).
c. Pemetaan
Berdasarkan hasil analisa kepala madrasah melalui lingkungan internal dan eksternal,
maka pemetaan kegiatan bagi peningkatan kompetensi kepala madrasah :
a. Adanya persamaan persepsi standar rekruitmen calon kepala madrasah, pengangkatan
kepala madrasah, rotasi, mutasi dan demosi kepala madrasah di Tingkat Provinsi hingga
ke Kabupaten/Kota.
b. Memotivasi kepala madrasah melalui kegiatan :
- Bimbingan Teknis Penulisan Karya Tulis Ilmiah,
- Implementasi Kewirausahaan Bagi Kepala Madrasah,
- Pemberian Penghargaan/Reward Bagi Kepala Madrasah,
- Manajemen Pengembangan Kurikulum Bagi Kepala Madrasah,
- Sosialisasi Regulasi Terkait Kepala Madrasah,

429
- Pemetaan Sarana Prasana Madrasah,
- Pemberian Informasi terkait Beasiswa Bagi Kepala Madrasah.
- Strategi Pengembangan madrasah yang unggul dan kompetitif.
- Strategi Benchmarking (Patok duga) Bagi Lembaga
d. Mendatangkan narasumber yang berkualitas dan pakar di bidangnya sesuai kebutuhan
e. Melakukan penjaminan mutu kegiatan kepala madrasah
f. Penerapan punishment kepala madrasah sesuai regulasi.
g. Rekruitmen Calon Kepala Madrasah yang muda yang berprestasi, memiliki visi dan
misi kuat dalam pengembangan madrasah.

D. MANAJEMEN PENINGKATAN KOMPETENSI KEPALA MADRASAH


1. Penyiapan Calon Kepala Madrasah
a. Uji kompetensi, kompetensi menurut Spencer Dan Spencer dalam Palan (2007) adalah
sebagai karakteristik dasar yang dimiliki oleh seorang individu yang berhubungan
secara kausal dalam memenuhi kriteria yang diperlukan dalam menduduki suatu
jabatan. Undang-Undang No.13 Tahun 2003 kompetensi adalah kemampuan kerja
setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Sutrisno (2010) mengemukakan manfaat atau
alasan pentingnya uji kompetensi adalah:
 Kejelasan standar kerja dan harapan yang akan dicapai
 Sebagai alat seleksi karyawan/pengisian jabatan
 Produktivitas menjadi maksimal
 Memberikan kemudahan adaptasi terhadap perubahan
 Menyelaraskan perilaku kerja dengan nilai-nilai organisasi
Dalam penyiapan calon kepala madrasah maka bidang pendidikan madrasah kanwil
kementerian agama provinsi jawa timur melakukan pendataan kebutuhan calon
kepala madrasah melalui uji kompetensi bagi peserta diklat calon kepala madrasah.
Hasil uji kompetensi peserta diklat calon kepala madrasah nantinya di jadikan
persyaratan untuk mengikuti diklat calon kepala madrasah, mengingat kepala
madrasah memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan fungsi dan peran EMASLIM (
Edukator, Manajer, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator, Motivator) dalam hal
keterkaitan dengan Gerakan Ayo Membangun Madrasah maka kepala madrasah
bertanggung jawab menjadi :
o Emaslim dalam Gemi
430
o Emaslim dalam Gelem
o Emaslim dalam Gemes
o Emaslim dalam Furudhul ‘Ainiyah
o Emaslim dalam Kata Siguru.
b. Asesmen Calon Kepala Madrasah, merupakan peserta yang telah memiliki Surat Tanda
Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP); tujuan untuk pemetaan dalam perekrutan
calon kepala madrasah dalam pemenuhan kreteria.
c. Rekrutmen Kepala Madrasah, merupakan proses pengangkatan kepala madrasah yang
sudah memiliki STTPP, Sertifikat Pendidik dan telah di asssesment oleh Sub Bagian
Ortala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur. Bertujuan untuk
mendapatkan kepala madrasah yang memenuhi persyaratan administrasi sesuai
regulasi, memiliki visi dan misi dan memiliki kompetensi.

2. Pembinaan dan Pengembangan Kepala Madrasah


a. Pembinaan Kepala Madrasah
Untuk meningkatkan profesionalisme kepala madrasah maka perlu adanya pembinaan
kepala madrasah. Tahapan pembinaan yang dimaksud dalam program ini meliputi :
o Asesmen Peningkatan Kompetensi Kepala Madrasah (APKKM) merupakan
penilaian terhadap kompetensi kepala madrasah dan capaian kepala madrasah
dalam memenuhi standar kompetensi sesuai dengan peraturan
yangberlaku.Standar kompetensi kepala madrasah sesuai PMA nomor 58 Tahun
2017 meliputi : manajerial, kepribadian, entrepreneurship, sosial, dan supervisi.
Indikator dari APKKM meliputi 5 kompetensi sesuai standar yang berlaku.
o Supervisi manajerial, berupa kegiatan pemantauan, pembinaan dan pengawasan
terhadap kepala madrasah dan seluruh elemen madrasah lainnya di dalam
mengelola, mengadministrasikan dan melaksanakan seluruh aktivitas madrasah,
sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan
madrasah serta memenuhi standar pendidikan nasional.
Indikator supervisi manajerial meliputi:
 Mampu menyusun perencanaan madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan:
 Mampu mengembangkan organisasi madrasah sesuai dengan kebutuhan:
 Mampu memimpin guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya
manusia secara optimal:

431
 Mampu mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya
manusia secara optimal:
 Mampu mengelola sarana dan prasarana madrasah dalam rangka pendayagunaan
secara optimal:
 Mampu mengelola hubungan madrasah - masyarakat dalam rangka pencarian
dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan madrasah:
 Mampu mengelola kesiswaan, terutama dalam rangka penerimaan siswa baru,
penempatan siswa, dan pengembangan kapasitas siswa:
 Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan
arah dan tujuan pendidikan nasional:
 Mampu mengelola keuangan madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang
akuntabel, transparan, dan efisien:
 Mampu mengelola ketatausahaan madrasah dalam mendukung kegiatan-kegiatan
madrasah:
 Mengelola unit layanan khusus madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran
dan kegiatan kesiswaan di madrasah:
 Mampu menerapkan prinsip-prinsip kewirausahaan dalam menciptakan inovasi
yang berguna bagi pengembangan madrasah:
 Mampu menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif bagi pembelajaran
siswa:
 Mampu mengelola sistem informasi madrasah dalam mendukung penyusunan
program dan pengambilan keputusan:
 Terampil dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan
pembelajaran dan manajemen madrasah:
 Terampil mengelola kegiatan produksi/jasa dalam mendukung sumber pembiayaan
madrasah dan sebagai sumber belajar siswa:
o Mampu melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan madrasah
sesuai standar pengawasan yang berlaku.

Sistem Karier, dalam Undang-Undang nomor 43 tahun 1999 tentang pokok-pokok


kepegawaian, pembinaan Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan berdasarkan sistem
karier dan prestasi kerja. Tujuan program sistem karir untuk mengatur sistem
kepegawaian yang didalamnya mengatur tentang promosi, mutasi dan demosi atas

432
dasar kecakapan yang bersangkutan, masa kerja, pengalaman, kesetiaan, pengabdian
dan syarat-syarat objektif lainnya yang turut menentukan.Menurut mengenai sistem
karier yang dilaksanakan oleh suatu organisasi, maka harus dimulai dari konsep dasar
mengenai karir itu sendiri. Ada beberapa konsep karir yang dapat diajukan dalam hal
ini yaitu:
1) Karier sebagai suatu urutan promosi atau pemindahan (transfer) lateran ke
jabatan-jabatan yang lebih menuntut tanggung jawab atau ke lokasi-lokasi yang
lebih baik dalam atau menyilang hirarki hubungan kerja selama kehidupan kerja
seseorang.
2) Karier sebagai penunjuk pekerjaan-pekerjaan yang membentuk suatu pola
kemajuan yang sistematik dan jelas jalur karir.
3) Karier sebagai sejarah pekerjaan seseorang atau serangkaian posisi yang
dipegangnya selama kehidupan kerja.Berikut adalah sistem karir kepala
madrasah:
a) Promosi, Persyaratan promosi pada umumnya sebagai berikut: (1) kejujuran,
(2) disiplin, (3) prestasi kerja, (4) kerjasama, (5) kecakapan, (6) loyalitas, (7)
kepemimpinan, (8) komunikatif, (9) pendidikan
b) Demosi, adalah penurunan jabatan dalam suatu instansi yang biasa
dikarenakan oleh berbagai hal, contohnya adalah keteledoran dalam bekerja.
Indikator terjadinya demosi antara lain:
 Hasil penilaian kinerja di bawah predikat baik
 Tidak mampu melaksanakan kewajiban secara jasmani dan rohani
 Bermasalah dengan hukum.
 Terlibat langsung dalam politik praktis
c ) Mutasi, tujuan mutasi adalah sebagai berikut: (1) untuk meningkatkan
produktivitas dan mendorong spirit kerja kepala madrasah, (2) untuk
memperluas atau menambah pengetahuan kepala madrasah, (3) untuk
penyegaran lingkungan kerja, (4) untuk memberikan perangsang agar
karyawan mau berupaya meningkatkan karir yang lebih tinggi.

b. Pengembangan Kompetensi Kepala Madrasah.


Bentuk pengembangan kompetensi bagi kepala madrasah berupa Program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), yaitu proses dan kegiatan yang
dirancang untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional
433
yang dilaksanakan berjenjang, bertahap, dan berkesinambungan. Pengembangan
keprofesian berkelanjutan meliputi 3 komponen yaitu:
1. Pengembangan Diri, adalah upaya-upaya untuk meningkatkan profesionalisme
diri agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Tujuannya agar mampu melaksanakan tugas pokok dan kewajibannya dalam
pembelajaran/ pembimbingan termasuk pelaksanaan tugas-tugas tambahan yang
relevan dengan fungsi madrasah. Kegiatan pengembangan diri terdiri dari
Pendidikan dan Pelatihan fungsional atau workshop dan kegiatan kolektif yang
tujuannya untuk mencapai dan/atau meningkatkan kompetensi profesi. Diklat
fungsional adalah kegiatan kepala madrasah dalam mengikuti pendidikan atau
latihan yang bertujuan untuk mencapai standar kompetensi profesi yang ditetapkan
dan/atau meningkatkan keprofesian untuk memiliki kompetensi di atas standar
kompetensi profesi dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan kegiatan kolektif adalah
kegiatan kepala madrasah dalam mengikuti kegiatan pertemuan ilmiah atau kegiatan
bersama yang bertujuan untuk mencapai standar atau di atas standar kompetensi
profesi yang telah ditetapkan. Kegiatan kolektif mencakup: (1) kegiatan lokakarya,
seminar (2) pembahas atau peserta pada seminar, kolokium, diskusi panel atau
bentuk pertemuan ilmiah yang lain; dan (3) kegiatan kolektif lain yang sesuai dengan
tugas dan kewajiban kepala madrasah.

2. Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada
masyarakat sebagai bentuk kontribusi kepala madrasah terhadap peningkatan
kualitas proses pembelajaran di madrasah dan pengembangan dunia pendidikan
secara umum. Publikasi ilmiah mencakup 2 kelompok kegiatan, yaitu:
1. Presentasi pada forum ilmiah; sebagai pemrasaran/narasumber pada
seminar, lokakarya ilmiah, kolokium atau diskusi ilmiah;
b. publikasi ilmiah hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang
pendidikan formal. Publikasi ilmiah ini mencakup pembuatan.

3. Karya Inovatif
Karya inovatif adalah karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau
penemuan baru sebagai bentuk kontribusi pengawas terhadap peningkatan

434
kualitas proses pembelajaran di madrasah dan pengembangan dunia
pendidikan, sains/teknologi, dan seni. Karya inovatif ini mencakup:
a. Penemuan teknologi tepat guna kategori kompleks dan/ atau sederhana.
b. Penemuan/penciptaan atau pengembangan karya seni kategori kompleks
dan/atau sederhana.
c. Pembuatan/ pemodifikasian alat pelajaran/ peraga/ praktikum kategori
kompleks dan/ atau sederhana.
d. Penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya pada tingkat nasional
maupun provinsi.

4. Networking, adalah usaha yang secara kreatif diusahakan oleh kepala madrasah
dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan madrasah.
Networking adalah upaya untuk membangun jaringan dengan pihak luar baik lingkup
lokal, nasional, maupun internasional. Tujuan program ini untuk membangun
jaringan pengetahuan terbuka dan terpadu (Knowledge Network) dalam mendukung
peningkatan kualitas dan pemberdayaan kepala madrasah serta lembaga
pendidikan.Indikator program ini adalah: (1) penguatan program dengan pihak
ketiga, (2) sharing knowledge, (3) sharing culture.

c. Perlindungan Hukum dan Peningkatan Kesejahteraan Kepala Madrasah.


1. Perlindungan Hukum Kepala Madrasah, merupakanperlindungan hukum
terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau
perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat,
birokrasi, atau pihak lain. Perlindungan hukum kepala madrasah meliputi :
Perlindungan Profesi meliputi : perlindungan terhadap pemutusan hubungan
kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan
yang tidak wajar, pembatasan dalam menyampaikan pandangan, pelecehan
terhadap profesi, dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat kepala
madrasah dalam melaksanakan tugas.
Perlindungan Keselamatan meliputi : perlindungan terhadap risiko gangguan
keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam,
kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko lain.

435
Perlindungan HaKI meliputi : pengakuan atas kekayaan intelektual sebagai karya
atau prestasi yang dicapai oleh guru dengan cara melegitimasinya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Dasar hukum Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 36: Guru yang
berprestasi, berdedikasi luar biasa dan atau bertugas di daerah khusus berhak
memperoleh penghargaan. Guru yang gugur dalam melaksanakan tugas di daerah
khusus memperoleh penghargaan dari pemerintah, pemerintah daerah, dan atau
masyarakat. Selain itu juga dasar hukum Penghargaan dan perlindungan bagi guru
sebagai implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 melalui :
 Pemberian penghargaan atas prestasi dan dedikasi guru
 Sistem remunerasi dan jaminan sosial bagi guru
 Jaminan kesejahteraan bagi guru
 Perlindungan hukum, profesi, keselamatan dan kesehatan kerja, serta
perlindungan HaKI bagi guru

b. Perhargaan Kepala Madrasah, merupakan pengakuan atas prestasi yang dicapai


maupun pengabdian serta dedikasi luar biasa yang telah dilaksanakannya dan/atau
bertugas di daerah khusus. Kepala madrasah berprestasi adalah :
 memiliki kompetensi dan kinerja serta menjalankan tugas dan kewajiban
sebagai kepala madrasah dengan dedikasi yang baik melampaui target yang
ditetapkan satuan pendidikan;
 menghasilkan invensi dan inovasi pembelajaran yang diakui pada tingkat
daerah, nasional dan/atau internasional;
 menghasilkan tenaga pendidik dan peserta didik yang memenangkan kejuaraan
tingkat daerah, nasional, dan/atau internasional.

Penghargaan kepala madrasah berupa: (1). Gaji, (2) Tunjangan Kepala Madrasah, (3)
Tunjangan Profesi Guru, (4) Penghargaan Kinerja, (5) kepala madrasah award. Kepala
madrasah yang memiliki prestasi kerja luar biasa baiknya dan dedikasi luar biasa dapat
diberikan kenaikan pengkat prestasi kerja luar biasa. Kepala madrasah yang bertugas di
daerah khusus dapat diberikan tambahan angka kredit setara untuk kenaikan pangkat
setingkat lebih tinggi 1 (satu) kali selama masa kerjanya sebagai kepala madrasah. Kepala
madrasah yang gugur dalam melaksanakan tugas pendidikan memiliki hak untuk mendapatkan
penghargaan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Pemerintah kabupaten/kota
wajib menyediakan biaya pemakaman dan/atau biaya perjalanan untuk pemakaman kepala
madrasah yang gugur di daerah khusus.
436
E. Penjamin Mutu Sebuah Kegiatan
1) Penjaminan Mutu, yang di maksud dalam pembahasan ini adalah penjaminan mutu
kegiatan kepala madrasah dengan tujuan sebagai standar pengukuran pelaksanaan
kegiatan kepala madrasah, artinya kegiatan tersebut apakah sudah tepat fungsi dan
tepat sasaran serta memiliki unsur ekonomis, efektivitas, dan efisien sehingga memiliki
output yang jelas. Penjaminan Mutu Kegiatan meliputi :
a. Perencanaan Mutu Kegiatan (Quality Planning)
Mutu Perencanaan yaitu mengidentifikasi standar kualitas untuk pelaksanaan
kegiatan Kepala Madrasah dan bagaimana memenuhinya. Perencanaan Mutu
minimal harus memenuhi hal-hal berikut :
1) Sesuai dengan Sasaran Mutu (quality objective) dan sejalan dengan persyaratan
kegiatan lain;
2) Menerjemahkan kegiatan yang berbasis kebutuhan bagi kepala madrasah
3) Membentuk Tim kegiatan
4) Berisikan persyaratan teknis, administrasi, keuangan maupun ketentuan lain
seperti yang dipersyaratkan dalam Perencanaan Kegiatan;
5) Mencakup kebutuhan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dalam
rangka memenuhi mutu kegiatan yang diinginkan.
6) Mencakup kebutuhan dokumen kegiatan (meliputi: Pedoman Kegiatan, Manual
Kegiatan, Prosedur Kegaitan, petunjuk teknis, dan cek list kegiatan) dalam rangka
mencapai kesesuaian mutu kegiatan yang diinginkan.
7) Mencakup aktivitas verifikasi, validasi, pemantauan, inspeksi dan pengujian yang
diperlukan beserta kriteria penerimaannya.
8) Mencakup Catatan Mutu (quality records) berupa hasil asesment yang
dibutuhkan untuk menunjukkan bukti bahwa perencanaan kegiatan memenuhi
persyaratan mutu yang telah ditetapkan.

b. Pengendalian Mutu Kegiatan (quality control), merupakan implementasi


program penjaminan mutu terkait kegiatan yang di laksanakan. Pengendalian
mutu disini berbicara tentang kualitas efisiensi mengurangi kemungkinan
perubahan perubahan, kesalahan kesalahan yang selanjutnya menimbulkan
kendala, pengendalian mutu kegiatan di perlukan untuk mengetahui tahap tahap
pelaksanaan kegiatan sehingga terpenuhinya atau tidak terpenuhinya persyaratan
atau spesifikasi akan terlihat. Aktivitas dalam quality control terdiri dari :
1) Pengecekan keakuratan data / informasi kegiatan, meliputi : nama
peserta,narasumber peserta, tempat kegiatan, spesifikasi kegiatan yang akan di
laksanakan,proses pre test dan post test peserta kegiatan, pembuatan laporan
kegiatan dll.
2. Kontrol kualitas kegiatan sebelum, selama, dan setelah proses berlangsung,
sehingga pengendalian mutu kegiatan dapat diartikan sebagai tekni dan kegiatan
untuk memantau, mengevaluasi dan menindak lanjuti agar persyaratan mutu
yang tealh di tetapkan dapat tercapai.

437
c. Peningkatan Mutu Kegiatan (Quality Improvement), proses inovasi yang
dilakukan terus menerus dalam melakukan pembaharuan untuk mencapai target
dan sasaran yang di tentukan. Beberapa hal yang dilakukan dalam quality
improvement yaitu :
1) Monitoring dan evaluasi, menurut Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006,
disebutkan bahwa monitoring merupakan suatu kegiatan mengamati secara
seksama suatu keadaan atau kondisi, termasuk juga perilaku atau kegiatan
tertentu, dengan tujuan agar semua data masukan atau informasi yang diperoleh
dari hasil pengamatan tersebut dapat menjadi landasan dalam mengambil
keputusan tindakan selanjutnya yang diperlukan. Tindakan tersebut diperlukan
seandainya hasil pengamatan menunjukkan adanya hal atau kondisi yang tidak
sesuai dengan yang direncanakan semula. Tujuan Monitoring meliputi :
untuk mengamati/mengetahui perkembangan dan kemajuan, identifikasi dan
permasalahan serta antisipasinya/upaya pemecahannya. Definisi Evaluasi
menurut OECD, disebutkan bahwa Evaluasi merupakan proses menentukan nilai
atau pentingnya suatu kegiatan, kebijakan, atau program. Evaluasi merupakan
sebuah penilaian yang seobyektif dan sesistematik mungkin terhadap sebuah
intervensi yang direncanakan, sedang berlangsung atau pun yang telah
diselesaikan. Hal-hal yang harus dievaluasi yaitu proyek, program, kebijakan,
organisasi, sector, tematik, dan bantuan negara. Kegunaan Evaluasi, adalah
untuk:
 Memberikan informasi yang valid tentang kinerja kebijakan, program &
kegiatan yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai & kesempatan telah dapat
dicapai;
 Memberikan sumbangan pada klarifikasi & kritik terhadap nilai - nilai yang
mendasari pemilihan tujuan & target;
 Melihat peluang adanya alternatif kebijakan, program, kegiatan yang lebih
tepat, layak, efektif, efisien;
 Memberikan umpan balik terhadap kebijakan, program dan proyek
 Menjadikan kebijakan, program dan proyek serta mampu mempertanggung
jawabkan penggunaan dana public;
 Mambantu pemangku kepentingan, belajar lebih banyak mengenai
kebijakan, program dan proyek;
 Mengidentifikasi problem/permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan mulai
dari perencanaan, pelayanan hingga proses kegiatan;
 Mengukur dan menganalisa proses yang akurat agar dapat mendukung
performance kegiatan;
 Tidak anti terhadap perubahan;
 Mendokumentasikan aktivitas kegiatan sebagai bahan evaluasi kegiatan
selanjutnya.

438
INSTRUMEN

439
INSTRUMEN KATA SIKAMAD

Instrumen adalah merupakan alat untuk mengetahui dan mengukur tingkat keberhasilan
sebuah program baik dari segi persiapan, pelaksanaan maupun evaluasi.Hasil dari evaluasi
menjadi bahan informasi untuk perbaikan dan pengembangan. Instrumen ini
dipergunakan oleh madrasah, Kementerian Agama dan tim penjaminan mutu untuk bahan
pertimbangan menilai keberhasilan kepala madarasah.

Pedoman pen skor an


Angka Kriteria Penjelasan
1 kurang Bukti fisik dan bukti pedukung tidak terpenuhi
2 Cukup Bukti fisik dan bukti pedukung terpenuhi
Bukti fisik dan bukti pedukung terpenuhi tetapi kurang
3 Baik
lengkap
4 Baik Sekali Bukti fisik dan bukti pedukung terpenuhi dan sangat lengkap

Nilai akhir = Skor perolehan x 100


Skor maksimal

No Nilai Predikat
1 91-100 Baik Sekali
2 81-90 Baik
3 71-80 Cukup
4 61-70 Kurang
5 0-60 Kurang sekali

440
A. Usaha Pengembangan Madrasah
Unsur Tugas Indikator Data yang Skor
No Bukti fisik
Utama Kinerja diharapkan 1 2 3 4
Melalui observasi
dan studi
dokumen :
- Bagan/struktur
1. Mampu organisasi
Mengembang- - Notulen rapat
kan struktur Dokumen yng berisi
organisasi yang struktur keputusan
sesuai dengan madrasah tentang
kebutuhan penyusunan
program struktur
organisasi
- Dokumen
Mengembang- sosialisasi
kan madrasah - Daftar Hadir
1.1
sesuai dengan Melalui studi
kebutuhan dokumen:
- Dokumen
penetapan/
pengesahan
2. Mampu
susunan
menempatkan Dokumen
organisasi
personalia uraian tugas
madrasah
yang sesuai personalia di
- Rincian tugas
dengan madrasah
setiap personil
kebutuhan
pada struktur
organisasi
madrasah
- SOP Personalia
- Sertifikat

441
3. Mampu
Melalui observasi
mengembang-
Pedoman dan dokumen SOP
kan pedoman
prosedur kerja madrasah atau
dan prosedur
organisasi pedoman system
kerja
madrasah informasi
organisasi
Madrasah`
madrasah
Melalui observasi
Dokumen dan studi dokumen:
4. Mampu
Struktur - Bagan/struktur
membentuk
organisasi organisasi
tim penggerak
penggerak - Rencana kerja
literasi
literasi gerakan literasi

1.2 Mengelola Program


perubahan pengembangan
dan madrasah
pengembanga mengandung
n madrasah target Melalui studi
menuju 1. Mampu pencapaian dokumen:
organisasi mengembang- pada indikator - Visi dan misi
pembelajaran kan program keuangan khas madrasah
yang efektif baru untuk satuan - Data prestasi
meningkatkan pendidikan madrasah
pencapaian kerjasama tim - Data hasil UN 3
target yang dan data tahun terakhir
lebih tinggi. realisasi target - Data alumni
yang - RKJM
meningkat dari
pada
pencapaian
sebelumnya

442
Melalui observasi
dan studi dokumen:
2. Mampu dan
Terdapat - Bagan/stuktur
terampil dalam
struktur organisasi
mengembangk
organisasi yang - SK
an tim kerja
dilengkapi - Tugas dan
yang efektif
dengan fungsi
untuk
distribusi dan - Pedoman
mendapatkan
diskripsi monitoring dan
produk kinerja
pembagian evaluasi kerja
yang lebih
tugas - Pedoman
unggul
reward dan
punishment
Melalui studi
dokumen:
- Kurikulum
3. Mampu
Terdapat - Kalender
menerapkan
penerapan pendidikan
berbagai
strategi - Perangkat
teknis
pembaharuan pembelajaran
pembaharuan
dengan strategi - Penilaian
dalam
yang - Peraturan
pengelolaan
terprogram akademik
pembelajaran
- Notulen diskusi
evaluasi rutin
pembelajaran
4. Mampu Dokumen bukti Melalui studi
mengembang- perkembangan dokumen:
kan potensi potensi dan - Data prestasi
dan prestasi madrasah 1
meningkatkan peserta didik, tahun terakhir
prestasi yang - Data hasil UN 1
madrsah meningkatkan tahun terakhir

443
dari waktu ke - Dokumen
waktu akreditasi
- Program
ekstrakurikuler
- Program
unggulan
madrasah

1.3 Melalui studi


Mengelola dokumen:
hubungan - SK Komite
antara madrasah
madrasah dan - AD/ART komite
masyarakat madrasah
dalam rangka - Program kerja
pencairan 1. Merencanakan Data kerjasama komite
dukungan ide, kerjasama dengan madrasah
sumber dengan lembaga - Laporan
belajar, dan lembaga pemerintah, kegiatan komite
pembiayaan pemerintah, swasta dan madrasah
swasta dan masyarakat - Dokumen
masyarakat tertulis kerja
sama (MOU)
- Foto-foto
- Sertifikat/plaka
t kerja sama
- Laporan
kegiatan
1. Melakukan Dokumen Melalui studi
pendekatan- program dokumen:
pendekatan kerjasama - Program
dalam rangka dengan kegiatan
mendapatkan pemerintah, kerjasama

444
dukungan dari swasta dan - Foto kegiatan
lembaga masyarakat - Jadwal kegiatan
pemerintah, - Laporan
swasta dan kegiatan
masyarakat
Melalui studi
2. Memanfaatkan dokumen:
dan - Laporan
Data hasil
memelihara kegiatan kerja
kerjasama
hubungan sama
dengan
kerjasama - Laporan
lembaga
dengan monitoring/eval
pemerintah,
lembaga uasi kegiatan
swasta dan
pemerintah, - Dokumentasi
masyarakat
swasta dan foto/video
masyarakat pelaksanaan
kerjasama
Melalui studi
dokumen:
- Kurikulum
- Kalender
1.4 Mengelola pendidikan
1. Mengaplikasi-
proses - Perangkat
kan
pencapaian Dokumen pembelajaran
pengembanga
SNP sesuai analisis SNP - Pedoman
n kurikulum
dengan arah dalam hal ini penilaian
yang mengacu
dan tujuan standard isi - Peraturan
kepada
pendidikan akademik
standar isi
nasional - Buku kerja guru
- Dokumen rapat
penyusunan
kurikulum
(daftar hadir,

445
daftar peserta,
foto)
Melalui studi
dokumen:
- Dokumen
pengembangan
silabus
- RPP
- Struktur
kurikulum
- Pembagian jam
mengajar
- Jadwal mengajar
2. Mengaplikasi-
- RPE
kan pengem- Dokumen
- Buku teks
bangan proses analisis SNP
- Jurnal mengajar
pembelajaran dalam hal
guru
yang mengacu standard
- Data siswa
kepada proses
perkelas
standar proses
- Dokumen
supervisi
(laporan
pemantauan
pembelajaran
laporan
supervisi,
laporan evluasi
pembelajaran
dan rencana
tindak lanjut
3. Mengaplikasi- Dokumen
Melalui studi
kan system analisis SNP
dokumen:
penilaian dalam hal

446
pembelajaran standar - Instrumen
yang mengacu penilaian penilaian
kepada - Kisi-kisi soal
standard - Kumpulan
penilaian naskah soal
- Analisis butir
soal
- Dokumen
analisis hasil
belajar siswa
- Laporan hasil
belajar siswa
- tindak lanjut
hasil penilaian
- dokumen
pelaksanaan
PAS
- dokumen
pelaksanaan
PAT

Melalui studi
dokumen:
- dokumen
3. melaksanakan
Dokumen program
penjaminan
analisis SNP kegiatan
mutu
dalam hal kesiswaan
pencapaian
standar - laporan
standard
kompetensi kegiatan
kompetensi
luusan kesiswaan
kelulusan
- dokumen
kegiatan
kesiswaan

447
- laporan
kegiatan
pembiasaan
siswa
- dokumen
krgiatan literasi
- data rata-rata
hasil ujian 2
tahun terakhir
- data prestasi
akademik 2
tahun terakhir
- data prestasi
non akademik 2
tahun terakhir
1.5 Mengelola unit Observasi studi
layanan 1. mampu dokumen:
khusus mengelola - luas sesuai
madrasah laboratorium Adanya bukti standar
dalam madrasah agar pemanfaatan - sarana
mendukung dapat di laboratorium pendukung
kegiatan manfaatkan dalam laboratorium
pembelajaran secara optimal pembelajaran, - jurnal dan
dan kegiatan untuk jadwal, laporan
peserta didik kepentingan kegiatan, dll pengelolaan
di madrasah pembelajaran laboratorium
peserta didik - program kerja
laboratorium
2. Mampu Adanya bukti
Observasi studi
mengelola pemanfaatan
dokumen:
perpustakaan perpustakaan
- Luas sesuai
madrasah dalam
standar
dalam pembelajaran,

448
menyiapkan jadwal, - Sarana
sumber belajar kegiatan dll pendukung
yang di - Daftar buku
perlukan oleh Mengidentifika induk
peserta didik si kebutuhan perpustakaan
dan dan - Laporan
menfasilitasi pemenuhan pengelolaan
pembelajaran sarana perpustakaan
dalam prasarana - Laporan
mendukung gerakan literasi program kerja
gerakan madrasah perpustakaan
literasi - Tersedianya
madrasah runag baca yang
nyaman
- Jumlah buku
yang mencukupi
3. Mampu
mengelola
usaha - Melalui studi
madrasah dokumen
Adanya bukti
untuk data/laporan
kegiatan usaha
pembelajaran kegiatan usaha
madrasah - - - -
peserta didik madrasah
dalam
dan - Dokumentasi
pembelajaran
pemasukan kegiatan
tambahan (foto/Video)
dana bagi
madrasah
4. Mampu Observasi studi
Adanya bukti
mengelola dokumen:
pemanfaatan
koprasi - Instrumen hasil
koperasi dalam
madrasah baik praktek
pembelajaran,
sebagai media pembelajaran

449
praktik jadwal, - Foto kegiatan
maupun kegiatan, dll Praktik
sebagai - AD ART
sumber belajar Koperasi
bagi peserta - Laporan RAT
didik
Mengelola Observasi, studi
sistem dokumen dan
informasi wawancara:
Adanya bukti
madrasah 1. Memanfaatkan - Fasilitas
pemanfaatan
dalam teknologi teknologi dan
teknologi
mendukung informasi dan informasi
informasi dan
penyusunan komunikasi - Sumberdaya
komunikasi
program dan dalam informasi
1.6 dalam
pengambilan manajemen - Website
manajemen
keputusan madrasah madrasah
madrasah
- Pedoman sistem
Informasi
madrasah
Observasi
2. Memanfaatkan lingkungan
teknologi madrasah dan
Adanya bukti
informasi dan wawancara:
pemanfaatan
komunikasi - Ketersediaan
teknologi
dalam Komputer
informasi dan
pembelajaran, - Jaringan
komunikasi
baik sebagai Internet
sebagai sumber
sumber belajar - Website
belajar dan
maupun madrasah
media
sebagai - Alamat email
pembelajaran
alat/media madrasah
pembelajaran - Pemanfaatan
TIK untuk

450
pembelajaran(o
bservasi dan
wawancara)
Observasi
lingkungan
madrasah,
wawancara dan
3. Memanfaatkan Adanya bukti
studi dokumen:
teknologi pemanfaatan
- Pengelolaan SIM
informasi dan teknologi
- Fasilitas SIM
komunikasi informasi dan
- Surat tugas
dalam komunikasi
Pengelolaan SIM
menjalin dalam menjalin
- Pelaporan data
kerjasama kerjasama
dan informasi
dengan pihak dengan pihak
- Program
lain lain
kerjasama
- MOU
- Observasi dan
wawancara
Observasi
lingkungan,
Adanya bukti
4. Memanfaatkan madrasah
pemnfaatan
teknologi wawancara dan
teknologi
informasi dan studi dokumen:
informasi dan
komunikasi - Pengelolaan SIM
komunikasi
dalam promosi - Fasilitas SIM
dalam promosi
program - Surat tugas
program
madrasah dan Pengelolaan SIM
madrasah dan
prestasi yang - Pelaporan data
prestasi yang
telah dicapai dan informasi
dicapai
- Program
promosi

451
- Observasi dan
wawnacara
1.7 Memanfaatkan Observasi
kemajuan lingkungan
teknologi madrasah dan
Terdapat
informasi bagi wawancara:
penerapan TIK
peningkatan - Jumlah
1. Mampu (berbasis
pembelajaran komputer dan
mengembangk komputer, CD,
dan LCD yang cukup
an sistem jejaring
manajemen - Memiliki
adminitrasi internet,
madrasah jaringan
pengelolaan internet) dalam
Internet
secara efektif pengelolaan
- Memiliki web
dengan adminitrasi
Sekolah
dukukngan persuratan,
- Memiliki e-mail
penerapan sarana
madrasah
teknologi prasarana,
- Laporan absensi
informasi dan kepegawaian,
eloktronik
komunikasi kepeserta
- Dokumen lain
didikan dan
pemanfaatan
keuangan
TIK untuk
adminitrasi
madrasah
2. Mengelola Model Observasi
adminitrasi penerapan TIK lingkungan
pembelajaran dalam madrasah dan
secara efektif pengelolaan wawancara:
dengan adminitrasi - Jumlah
dukungan kurikulum dan komputer dan
penerapan pembelajaran LCD yang cukup
teknologi misalnya, - Memiliki
informasi dan pengelolaan jaringan
komunikasi kurikulum Internet

452
berbasis - Pemanfaatan
komputer, TIK untuk
intranet dan pembelajaran
internet (Edmodo,
Google
Classroom, dll)
- Pengelolaah
pemilihan
secara online
3. Mampu
mengembang- Model
Observasi dan studi
kan sistem pemanfaatan
dokumen:
pengelolaan TIK dalam
- Katalog digital
perpustakaan sistem
- BSE
secara efektif pengelolaan
- Akses internet
dengan perpustakaan
- Komputer
dukungan berbasis
- Dokumen
penerapan, komputer
aplikasi layanan
teknologi intranet, atau
- Perpustakaan
informasi dan internet
komunikasi

B. Pelaksanaan Tugas Manajerial


Unsur Tugas Data yang Skor
No Indikator Kerja Bukti Fisik
Utama diharapkan 1 2 3 4
2.1 Menyusun 1. Mampu Dokumen RKJM, Melalui studi
perencanaan mengembang- RKT/RKAM dokumen:
madrasah kan RKJM, yang meliputi - Dokumen
untuk RKT/RKAM SNP evaluasi diri
berbagai dengan madrasah
tingkat program (EDM)
perencanaan lainnya
berdasarkan

453
data hasil - Dokumen
evaluasi dalam RKJM dan RKT
pemenuhan Berbasis EDM
SNP
2. Mampu Visi-misi Melalui studi
merumuskan madrasah dokumen
visi-misi merupakan - Visi-misi yang
sebagai arah rumusan hasil telah
pengembanga keputusan ditetapkan
n program bersama oleh kamad
RKJM, - Berita acara
RKT/RKAS dan dan daftar
program hadir kegiatan
lainnya perumusan/pe
ninjauan
kembali dan
penetapan visi
dan misi
3. Mampu Dokumen Melalui studi
menentukan program yang dokumen:
strategi memuat strategi - Program kerja
pencapaian pencapaian - RKJM dan
tujuan Tujuan RKTM
madrasah, Madrasah
dilengkapi
dengan
indikator
pencapaian
yang terukur
4. Mampu Dokumen Melalui studi
menyusun rencana evaluasi dokumen RKJM
program keterlaksana dan RKTM
dengan

454
rencana dan capaian
evaluasi program
terlaksanaan
dan
pencapaian
program
5. Menyusun Program stategi Dokumen RKTM
rencana kerja dan penguatan Gefa dan RKAM
rencanaanggaran
yang meng-
akomodasi
program
GEFA;
2.2 Memimpin 1. Mampu Dokumen daftar Obserfasi
madrasah memberi hadir semua wawancara dan
dalam rangka contoh kegiatan studi dokumen:
pendayaguna- berdisiplin; madrasah - Daftar hadir
an sumber hadir tepat elektronik
daya waktu, disiplin kamad
madrasah menggunakan - Daftar hadir
secara optimal waktu dan pada kegiatan
tepat waktu di madrasah
mengakhiri
pekerjaan
2. Mampu Menjadi contoh - Wawancara, - - - -
melaksanakan dan dengan warga
peraturan mengarahkan madrasah
sesuai dengan guru, staf - Laporan
ketentuan adminitrasi, dan kehadiran
yang berlaku peserta didik - Notulensi
melaksanakan rapat/briefing
kegiatan sesuai pengarahan
kegiatan

455
dengan
peraturan
3. Mampu Memecahkan - Wawancara, - - - -
menunjukkan masalah dengan warga
keteladanan madrasah secara madrasah
dalam bersama-sama, - Dokumen
memanfaatkan merencanakan monitoring
sumber daya pemanfaatan dan evaluasi
secara efektif sumber belanja pemanfaatan
dan efesien dan sumber sumber belajar
informasi, - Notulensi
memantau rapat/diskusi
penggunaan pemanfaatan
sumberdaya, sumber belajar
dan menilai
pemanfaatan
sumberdaya
4. Mampu Rajin membaca Wawancara
menunjukkan dan pendengar observasi:
kedisiplinan yang baik, - Koleksi buku
sebagai insan mengekspresika referensi/ilmu
pembelajar n pikiran secara pengetahuan
tertulis, - Karya tulis
mengkomunikas yang
ikan ilmu diterbitkan
pengetahuan atau tidak
baru dan - Majalah/koran
menyediakan madrasah
berbagai media - Webside
untuk madrasah
mengembangka - Blog pribadi
n gagasan warga
madrasah

456
2.3 Menciptakan 1. Mampu Dokumen Wawancara dan
budaya dan menjadi peningkatan studi dokumen;
iklim contoh dan KKM, target - Peningkatan
madrasah berbudaya hasil ulangan, KKM
yang kondusif mutu yang hasil UN dan - Hasil UN
dan inovatif kompetitif target - Program
bagi dalam keunggulan non keunggulan
pembelajaran mendorong akademik dan inovasi
peserta didik peningkatan peserta didik baik akademik
prestasi yang maupun non
akademik dan terprogram akademik
non akademik terlaksana dan - Data prestasi
peserta didik meningkat akademik dan
hasilnya non akademik
2. Mampu Suasana Observasi
melengkapi lingkungan lingkungan
sarana dan madrasah yang madrasah:
prasarana asri, bersih, Suasana
untuk rindang, aman lingkungan yang
menciptakan dan asri, bersih
suasana menyenangkan rindang, aman dan
belajar peserta didik menyenangkan
kondusif dan peserta didik
inovatif bagi
peserta didik
3. Mampu Data kunjungan Observasi
memfasilitasi perpustakaan, wawancara dan
kegiatan- peminjaman studi dokumen:
kegiatan untuk buku oleh - Rencana dan
meningkatkan peserta didik, laporan
budaya baca pembaharuan pelaksanaan
dan budaya buku dan bahan kegiatan
bacaan, literasi

457
tulis peserta ketersediaan - Dokumen
didik sumber belanja kegiatan
berbasis TIK dan pengembanga
sarana publikasi n budaya baca
karya tulis dan - Dokumen /
mengembangka pajangan hasil
n kompetisi karya tulis
karya tulis siswa
peserta didik - Data
tingkat kunjungan dan
madrasah peminjam
buku
perpustakaan
4. Mampu Dokumen Obsevasi dan studi
memfasilitasi penyelenggaraa dokumen:
kegiatan- n kegiatan - Dokumen
kegiatan kompetisi yang penyelenggara
lomba di dimulai dari -an kegiatan
bidang tingkat kompetisi yang
akademik dan madrasah, di mulai dari
non akademik perolehan tingkat
bagi peserta piagam madrasah
didik penghargaan, - Daftar
piala, trofi perolehan
perlombaan piagam,
bidang penghargaan,
akademik dan piala, trofi
non akademik perlombaan
disemua
jenjang
2.4 Mengelola 1. Mampu Dokumen Studi dokumen
guru dan staf menyusun program dan wawancara:
dalam rangka perencanaan pembinaan

458
pendayaguna- pengembanga pendidik dan - Program kerja
an n pendidikan tenaga kepala
sumberdaya dan tenaga kependidikan di madrasah
manusia kependidikan madrasah - Laporan
secara optimal kegiatan
workshop/
pelatihan
kompetisi guru
- Dokumentasi
(foto/Video)
kegiatan
workshop /
pelatihan guru
2. Mampu Dokumen Studi dokumen
melakukan pelaksanaan dan wawancara:
pembinaan kegiatan - Buku / catatan
berkala untuk pembinaan guru pembinaan
meningkatkan guru dan
mutu SDM tendik
madrasah (notulen dan
daftar hadir
rapat
pembinaan)
- Laporan
kinerja kepala
madrasah
3. Memfasilitasi Data dukungan Studi
guru dan staf Kepala dokumentaasi dan
adminitrasi Madrasah dalam wawancara:
untuk memfasilitasi - Buku / catatan
meningkatkan staf adminitrasi pembinaan
kegiatan untuk guru dan
tendik

459
pembinaan meningkatkan (notulen dan
kompetensi mutu profensi daftar hadir
pembinaan)
- Laporan
kinerja kepala
madrasah
-
4. Memantau dan Dokumen Observasi dan
menilai program studi dokumen:
penerapan evaluasi - Program
hasil pelatihan pelatihan atau pelatihan
dalam pengembangan pengembanga
pekerjaan di profesi n profesi guru
madrasah pendidikan dan dan tendik
tenaga - Laporan
kependidikan pelaksanaan
pelatihan
pengembanga
n profesi guru
dan tendik
2.5 Mengelola 1. Mampu Data prasarana, Obserfasi dan
saran dan mengelola perabot dan studi dokumen:
prasarana fasilitas sarana - Buku
madrasah prasarana madrasah inventaris
dalam rangka perabotan dan dikelola dengan - Buku
pendayaguna- sarana baik pemeliharaan
an secara madrasah sarana dan
optimal (gedung, prasarana
bangunan dan
lahan, meja,
kursi, lemari,
peralatan

460
kantor dan alat
kebersihan)
2. Mampu Data Obserfasi fisik dan
mengelola perpustakaan studi dokumen:
perpustakaan dikelola dengan - Buku induk
madrasah baik perpustakaan
- Buku/data/
grafik layanan
perpustakaan
3. Mampu Data Obserfasi fisik dan
mengelola laboratorium studi dokumen:
laboratorium dikelola dengan - Daftar
madrasah baik inventaris
laboratorium
- Buku / jurnal /
data / grafik
layanan
laboratorium
4. Mampu Data fasilitas Obserfasi fisik,
mengelola penunjang wawancara dan
fasilitas terkelola dengan studi dokumen:
penunjang baik - Data fasilitas
madrasah penunjang
lainnya wirausaha
(bengkel, toko, yang di kelola
koperasi, oleh madrasah
kebun dsb)
2.6 Mengelola 1. Menyusun Dokumen Studi dokumen:
peserta didik perencanaan program - Dokumen
dalam rangka penerimaan, penerimaan program
penerimaan pengelolaan peserta didik penerimaan
peserta didik dan bau, kriteria peserta didik
baru dan pengembanga penerimaan baru

461
penempatan n kompetensi peserta didik, - Brosur
dan peserta didik data hasil - Data hasil
pengembanga analisis bekal analisis
n kapasitas ajar peserta kemampuan
peserta didik didik awal peserta didik
baru
- Hasil psikotes
minat bakat
peserta didik
baru
2. Memiliki Dokumen Observasi dan
program program studi dokumen:
pengembanga pengembangan - Program
n potensi diri potensi diri dan pengembangan
dan prestasi prestasi peserta diri peserta
peserta didik didik didik baik
akademik
maupun non
akademik
- Laporan
pengembangan
diri peserta
didik (akademik
dan non
akademik)
3. Menfasilitasi Data program Observasi
kegiatan- kegiatan lingkungan
kegiatan untuk akademik dan aktivitas siswa,
meningkatkan non akademik wawancara dan
pembiasaan melalui studi dokumen:
melalui penanaman - Program
penanaman nilai-nilai kegiatan
nilai-nilai akademik dan

462
non akademik
dan laporan
pelaksanaanny
a
- Laporan
kegiatan
pembiasaan
diri peserta
didik
- Dokumen
kegiatan
4. Manfaat Data Observasi
kegiatan keterlaksanaan lingkungan
pengembanga program aktivitas siswa
n diri bagi pengembangan dan guru,
peserta didik, diri peserta wawancara studi
pendidik, dan didik, pendidik dokumen:
tenaga dan tenaga - Program
kependidikan kependidikan kegiatan
lainya secara pengembanga
optimal n diri
- Dokumentasi
kegiatan
- Data prestasi
siswa, guru
dan tendik
2.7 Mengelola 1. Mampu Dokumen hasil Studi
pengembanga mengarahkan pengembangan dokumentasi:
n kurikulum secara efektif kurikulum yang - Dokumen
dan kegiatan dalam disusun melalui kurikulum
pembelajaran menerapkan rapat kerja IHT, yang berlaku
sesuai dengan prinsip- workshop, rakor
arah dan prinsip

463
tujuan pengembanga atau kegiatan - SK tim
pendidikan n kurikulum MGMP/KKG pengembanga
nasioal yang berlaku n kurikulum
dalam - Dokumen
kegiatan IHT, penyusunan
workshop, dokumen
rapat kurikulum
kordinasi dan (daftar hadir,
kegiatan berita acara,
MGMP/KKG notulen)
2. Mampu Pelaksanaan Struktur
mengendalika kurikulum dokumen:
n pelaksanaan sesuai dengan - Struktur
kurikulum kalender kurikulum
berlandaskan pendidikan - Jadwal
kalender tingkat pelajaran
pendidikan, madrasah, surat - Daftar hadir
penerbitkan keputusan guru
surat pembagian - Peraturan
keputusan tugas mengajar akademik
pembagian dan aturan
tugas akademik
mengajar, dan
menetap-kan
aturan
akademik
3. Memfasilitasi Bukti Studi dokumen:
efektivitas tim pelaksanaan - Program
kerja guru kerjasama guru KKG/MGMP di
dalam rangka pasa tingkat madrasah
meningkatkan satuan - Laporan
mutu belajar pendidikan, pelaksanaan
antara satuan KKG/MGMP

464
pendidikan - Dokumentasi
dalam kegiatan
meningkatkan (foto/video)
mutu
perencana-an,
proses
pembelajaran
4. Mampu Bukti - Observasi - - - -
mengembangk penggunaan kelas, studi
an pelayanan metode hasil dokumen
belajar yang pelatihan paling wawancara
inovatif akhir, dengan siswa
melalui memanfaatkan dan guru
pengembanga teknologi - Menelaah
n perangkat informasi dan ragam metode,
dan sumber komunikasi, media dan
belajar yang penggunaan alat sumber
terbarukan peraga, teknik belanja yang
evaluasi baru digunakan
yang dalam RPP
menghasilkan
produk belajar
peserta didik
yang di publikasi
di lingkungan
madrasah atau
media lain
5. Memfasilitasi Data kegiatan Wawancara dan
peserta didik kolaborasi dan studi dokumen:
dalam kompetisi - Program
mengembang- peserta didik laporan dan
kan kolaborasi tingkat dokumen
dan kompetisi madrasah, baik kegiatan

465
bidang akademik dan kesiswaan
akademik dan non akademik (kegiatan
non akademik akademik
maupun non
akademik)
- Data prestasi
akademik
maupun non
akademik
2.8 Mengelola 1. Mampu Dokumen RKJM Studi dokumen:
keuangan merencanakan dan RKTM - RKJM dan
madrasah kebutuhan RKTM
sesuai dengan keuangan - Rencana
prinsip madrasah anggaran
pengelolaan sesuai dengan - Laporan
yang rencana keuangan
akuntabel, pengembanga - Buku kas
transparan n madrasah,
dan efisien baik jangka
pendek
maupun
jangka
panjang
2. Mampu Dokumen RKJM Studi dokumen
mengupayaka dan RKTM RKJM, RKTM
n sumber- laporan keuangan
sumber
keuangan
terutama dari
luar madrasah
dan dari unit
usaha
madrasah

466
3. Mampu Dokumen RKJM Studi dokumen
mengkoordina dan RKTM RKJM, RKTM
-sikan laporan keuangan
pembelajaran
keuangan
sesuai dengan
peraturan dan
perundang-
undangan
berdasarkan
asas prioritas
dan efesiensi
4. Mampu Dokumen RKJM Studi dokumen:
membuat dan RKTM - RKJM dan
laporan dan RKTM
evaluasi - Rencana
pengelolaan anggaran
keuangan - Laporan
madrasah keuangan
sesuai dengan - Buku kas
prinsip
efesien,
transparan
dan akuntabel
2.9 Pengelolaan 1. Mampu Adanya bukti Melalui studi
ketatausahaa mengelola dokumen surat dokumen surat
n madrasah adminitrasi masuk dan masuk dan keluar
dalam surat masuk keluar
mendukung dan surat
pencapaian keluar sesuai
tujuan dengan
madrasah pedoman

467
persuratan
yang berlaku
2. Mampu Adanya bukti Melalui studi
mengelola dokumen dokumen
adminitrasi adminitrasi madrasah
madrasah madrasah (akademik,
yang meliputi kesiswaan,
adminitrasi sarana/prasarana,
akademik, keuangan dan
kesiswaan hubungan
sarana/ madrasah dengan
prasarana masyarakat)
keuangan dan
hubungan
madrasah
dengan
masyarakat
3. Mampu Adanya bukti Melalui studi
mengelola dokumen dokumen
adminitrasi adminitrasi madrasah
kearsipan madrasah
madrasah baik
arsip dinamis
maupun arsip
lainnya
4. Mampu Adanya bukti Melalui studi
mengelola dokumen dokumen
adminitrasi adminitrasi madrasah
akreditasi madrasah pemenuhan SNP
madrasah madrasah
sesuai dengan
prinsip-
prinsip

468
tersedianya
dokumen
pendukung
dan bukti fisik
2.1 Melakukan 1. Menyusun Dokumen SKP Melalui studi
0 monitoring standar yang terukur dokumen SKP
evaluasi dan kinerja yang terukur
pelaporan program
pelaksanaan pendidikan
program yang dapat
kegiatan diukur dan
madrasah dinilai
dengan 2. Melakukan Dokumen Melalui studi
prosedur yang minitoring dan pelaksanaan dokumen
tepat, serta evaluasi monitoring dan pelaksanaan
melaksanakan kinerja evaluasi yang monitoring dan
tindak program sesuai evaluasi yang
lanjutnya pendidikan sesuai
dengan
menggunakan
teknik yang
sesuai
3. Menyusun Dokumen Melalui studi
laporan sesuai laporan dokumen lapoan
dengan pelaksanaan pelaksanaan
standar monitoring dan monitoring dan
pelaporan evaluasi evaliasi
monitoring
dan evaluasi
4. Menyusun Dokumen Melalui studi
laporan sesuai laporan dokumen lapoan
dengan pelaksanaan pelaksanaan
standar

469
pelaporan monitoring dan monitoring dan
monitoring evaluasi evaliasi
dan evaluasi
5. Merumuskan Dokumen Melalui studi
program program tindak dokumen program
tindak lanjut lanjut tindak lanjut
berdasarkan berdasarkan berdasarkan hasil
hasil evaluasi hasil monitoring monitoring dan
pelaksanaan dan evaluasi evaluasi
program
sebelumnya

C. Pengembangan Kewirausahaan
Unsur Tugas Data yang Skor
No Indikator Kinerja Bukti fisik
Utama diharapkan
1 2 3 4
3. Menciptakan 1. Memahami dan Adanya bukti Melalui studi
1 inovasi yang menghayati arti perubahan dokumen program
bermanfaat dan tujuan madrasah yang pengembangan
dan tepat bagi perubahan lebih baik dari kewirausahaan
pengembanga (inovasi) tahun ke tahun
n madrasah madrasah
2. Mengunakan Adanya bukti Melalui observasi:
metode, teknik strategi dalam - Pemanfaatan
dan proses perubaan hasil inovasi
perubahan madrasah yang dan kreatifitas
madrasah lebih baik - Membudayaka
n hasil inovasi
dan kreatifitas
- Pengembanga
n
pembudayaan

470
inovasi dan
kreatifitas
3. Menumbukan Adanya bukti Melalui observasi
iklim yang iklim yang dan studi
mendorong mendorong dokumen
kebebasan kebebasan - Data jenis
berfikir untuk berfikir kreatif usaha
menciptakan dan inovatif produktif yang
kreativitas dan dimiliki
inovasi - Program
pengelolaan
dan
pendayagunaa
n hasil usaha
4. Mendorong Adanya bukti Melalui observasi
warga warga dan studi
madrasah madrasah yang dokumen
untuk memiliki - Data jenis
melakukan keberanian usaha
prakarsa/ untuk produktif yang
keberanian melakukan hal- dimiliki
moral untuk hal baru - Program
melakukan hal- pengelolaan
hal baru dan pendaya-
gunaan hasil
usaha
3. Bekerja keras 1. Mampu Adanya bukti Mulalui observasi
2 untuk bertindak kegiatan yang dokumen:
mencapai kreatif dan kreatif dan - RPP yang
keberhasilan inovatif dalam inovatif dalam memuat
madrasah melaksanakan melaksanakan rencana
sebagai pekerjaan pekerjaan pembelajaran
organisasi melalui cara melalui cara untuk

471
pembelajaran berfikir dan berfikir dan menumbuhkan
yang efektif cara bertindak cara bertindak keterampilan
berfikir dan
bertindak
kreatif,
produktif dan
komunikatif
- Hasil kerja dan
karya siswa
- Foto-foto
aktifitas
pembelajarn
siswa
2. Mampu Adanya bukti Melakukan
memberdayaka kegiatan observasi
n potensi pemberdayaan wawancara, dan
madrasah potensi studi dokumen:
secara optimal madrasah - Rencana
kedalam secara optimal Pengembanga
berbagai kedalam n Madrasah
kegiatan- berbagai (RPM)
kegiatan kegiatan- - Dokumen
produktif yang kegiatan penanganan
menguntungka produktif yang permasalahan
n Madrasah menguntungka / kasus
n madrasah - Dokumen hasil
kegiatan
sekolah
- Dokumen hasil
kegiatan
- Pengembanga
n madrasah

472
3. Mampu Adanya bukti Melakukan
membubuhkan kegiatan yang observasi
jiwa menumbuhkan wawancara, dan
kewirausahaan jiwa studi dokumen:
(kreatif, kewirausahaan - Rencana
inovatif dan (kreatif, Pengembanga
produktif) inovatif dan n Madrasah
dikalangan produktif) (RPM)
warga dikalangan - Dokumen
madrasah warga penanganan
madrasah permasalahan
/ kasus
- Dokumen hasil
kegiatan
sekolah
- Dokumen hasil
kegiatan
- Pengembanga
n madrasah
4. Mampu Adanya bukti Melalui observasi
mencatat ide- kegiatan wawancara dan
ide baru, mencatat ide- studi dokumen:
kemudian ide baru, - Rencana
mengembang- kemudian Pengembanga
kannya mengembangk n Madrasah
anya (RPM)
3. Memiliki 1. Bersedia Adanya bukti Melalui observasi
3 motivasi yang belajar dengan keinginan wawancara dan
kuat untuk orang tua selalu studi dokumen:
sukses dalam melakukan - Forum
melaksanakan yang terbaik komunikasi
tugas pokok dengan
dan fungsi lembaga

473
sebagai pendidikan
pemimpin lain dan orang
madrasah tua siswa
pertingkat
kelas / kelas /
angkatan
- Foto-foto
kegiatan
2. Ingin selalu Adanya bukti Melalui observasi,
melakukan keinginan wawancara dan
yang terbaik selalu studi dokumen:
melakuakan - Dokumen /
yang terbaik foto
pelaksanaan
kegiatan
- Keikut sertaan
dalam lomba-
lomba
pembelajaran
/ pendidikan
maupun
menajemen
- Prestasi dalam
lomba guru,
tenaga
kependidikan
dan kepala
madrasah
3. Menciptakan Adanya bukti Melalui observasi
perubahan keinginan dan studi
yang kuat untuk dokumen:
melakukan - Program
inovasi

474
perubahan madrasah atau
yang kuat rencana
pengembanga
n Madrasah
(RPM)
- Laporan target
yang dicapai
3. Pantang 1. Mampu Adanya bukti Melalui observasi,
4 menyerah dan melibatkan kegiatan yang wawancara dan
selalu mencari tokoh agama melibatkan studi dokumen:
solusi terbaik masyrakat dan tokoh agama, - MoU dengsn
dalam pemerintah masyarakat pihak lain
menghadapi dalam dan - Sistem school
kendala yang memecahkan pemerintah - Kemitraan
dihadapi masalah dalam dengan
madrasah kelembagaan memecahkan sekolah lain
masalah
kelembagaan
2. Mampu Adanya bukti Dokumen
bersikap kegiatan yang kegiatan dan foto
obyektif / tidak menunjukkan
memihak sikap obyektif /
dalam tidak memihak
mengatasi dalam
konflik internal mengatasi
madrasah konflik internal
madrasah
3. Mampu Adanya bukti Melalui studi
bersikap sikap simpatik dokumen kegiatan
simpatik / / tenggang rasa dan foto
tenggang rasa terhadap orang
terhadap orang lain
lain

475
3. Memiliki naluri 1. Mampu Dokumen Melalui studi
5 kewirausahaa merencanakan perencanaan dokumen laporan
n dalam kegiatan kegiatan yang memuat
mengelola produksi / jasa produksi sesuai pelasanaan dan
kegiatan sesuai dengan potensi hasil program
produksi/jasa potensi madrasah pengembangan
madrasah madrasah unit produksi
sebagai kewirausahaan
sumber 2. Mampu Adanya Melalui studi
pembelajaran membina dokumen dokumen laporan
peserta didik kegiatan pembinaan yang memuat
produksi / jasa kegiatan pelasanaan dan
sesuai dengan produksi / jasa hasil program
prinsip-prinsip sesuai dengan pengembangan
pengelolaan prinsip-prinsip unit produksi
yang pengelolaan kewirausahaan
professional yang
dan akuntabel professional
dan akuntabel
3. Mampu Adanya bukti Melalui studi
mengelola usah kegiatan usaha dokumen data /
madrasah madrasah laporan kegiatan
untuk dalam Usaha madrasah
pembelajaran pembelajaran
peserta didik
dan pemasukan
tambahan dana
bagi madrasah
4. Mampu Adanya Melalui
melaksanakan dokumen wawancara dan
pengawasan pelaksanaan studi dokumen:
kegiatan pengawasan - Laporan hasil
produksi / jasa kegiatan evaluasi

476
dan menyusun produksi / jasa program
laporan dan menyusun pengembanga
laporan n
kewirausahaa
n yang memuat
hasil evaluasi
- Program
pengembanga
n jiwa
kewirausahaa
n
- Program
pengembanga
n unit produksi
kewirausahaa
n
5. Mampu Adanya Melalui
mengembang- dokumen wawancara dan
kan kegiatan pengembangan studi dokumen:
produksi / jasa kegiatan - Laporan hasil
dan produksi / jasa evaluasi
pemasarannya dan pemasaran program
pengembanga
n
kewirausahaa
n yang memuat
hasil evaluasi
- Program
pengembanga
n jiwa
kewirausahaa
n

477
- Program
pengembanga
n unit produksi
kewirausahaa
n

D. Supervisi kepada guru dan tenaga kependidikan


Unsur Tugas Data yang Skor
No Indikator Kinerja Bukti fisik
Utama diharapkan
1 2 3 4
4.1 Menyusun 1. Mengidentifi- Terdapat Melaksanakan
program kasi masalah umusan studi dokumen:
supervisi yang guru masalah yang - Program
akademik hadapi dalam kepala pengawasan
dalam rangka pelaksanaan madrasah pembelajaran
peningkatan pembelajaran peroleh dari / supervisi
profesionalism pemantauan pembelajaran
e guru perencanaan, - Jadwal
pelaksanaan pelaksanaan
dan penilaian supervisi
pembelajaran - SK tim
supervisor
2. Mampu Terdapat Malakukan studi
merumuskan rumusan tujuan dokumen:
tujuan yang supervisi yang - Program
dilengkapi dilengkapi pengawasan
dengan target dengan target pembelajaran
pencapaian pencapaian / supervisi
yang terukur yang terukur - pembelajarn
- Jadwa
pelaksanaan
supervisi

478
3. Mampu Instrument Melakukan studi
mengembang- yang digunakan dokumen
kan instrument relevan dengan instrument
supervisi target indikator supervisi
pencapaian pembelajaran
tujuan
madrasah
4.2 Melaksanakan 1. Mengadakan Terdapat data Melalui
supervisi pertemuan hasil wawancara dan
akademik awal untuk pertemuan studi dokumen
terhadap guru menjaring data awal seperti program
dengan rencana masalah, pengawasan
menggunakan pembelajaran tujuan, fokus pembelajaran /
pendekatan dan utama supervisi
dan teknik menetapkan supervisi dan pembelajaran
supervisi yang fokus kegiatan instrumen yang
tepat supervisi disepakati
2. Melaksanakan Dokumen hasil Melalui
kegiatan observasi wawancara dan
pemantauan pembelajaran, studi dokumen:
pembelajaran lengkap, - Instrument
dan membuat obyektif dan supervisi
catatan yang selektif serta pembelajaran
obyektif dan relevan dengan - Dokumen
slektif sebagai masalah yang laporan hasil
bahan menjadi fokus supervisi
pemecahan supervisi pembelajaran
masalah
supervisi
3. Melakukan Dokumen Melakukan
pertemuan catatan wawancara dan
refleksi, pelaksanaan studi dokumen
menganalisis kegiatan, analisis hasil

479
catatan hasil melaksanakan supervisi
observasi, dan refleksi pembelajaran
menyimpulkan himpunan data
hasil observasi hasil supervisi,
analisis data,
penafsiran,
penilaian
keunggulan dan
kelemahan,
serta
rekomendasi
perbaiakan
4. Bersama guru Data tidak Melalui
menyusun lanjut wawancara dan
rekomendasi pelaksanaan studi dokumen:
tindak lanjut supervisi - Dokumen hasil
perbaikan penilaian, bukti analisis dan
dalam bentuk analisis butir tindak lanjut
kegiatan soal, kegiatan supervisi
analisis butir remedial dan pembelajaran
soal, remedial pengayaan - Program
dan pengayaan kegiatan
workshop /
diklat untuk
guru
- Hasil analisis
butir soal
- Program
remedial dan
pengayaan
4.3 Menilai dan 1. Memfasilitasi Terdapat bukti Melalui
menindak guru dalam tindak lanjut wawancara dan
lanjuti merencanakan perbaikan studi dokumen:

480
kegiatan tindak lanjut sistem - Dokumen hasil
supervisi perbaikan penilaian hasil analisis dan
akademik sistem belajar tindak lanjut
dalam rangka penilaian hasil supervisi
peningkatan belajar pembelajaran
profesionalism - Program
e guru kegiatan
workshop /
diklat untuk
guru
- Data dan
piagam hasil
pelatihan
2. Mengecek Dokumen Melalui
ulang rekomendasi wawancara dan
keterlaksanaan perbaikan studi dokumen
rekomendasi sistem rekomendasi hasil
oleh guru penilaian hasil perbaikan system
belajar secara penilaian hasil
berkala belajar
3. Melaksanakan Terdapat bukti, - Laporan tindak - - - -
pembinaan dan berupa laporan lanjut
pengembangan tindak lanjut supervisi
guru sebagai hasil supervisi - Program PKB
tindaklanjut sebagai dasar Guru
kegiatan pelaksanaan - Laporan
supervisi pembinaan kegiatan
guru pembinaan
guru
- Daftar hadir
notulen, foto
kegiatan PKB
guru

481
E. Hasil Kinerja Kepala Madrasah
Unsur Tugas Data yang Skor
No Indikator Kinerja Bukti fisik
Utama Diharapkan 1 2 3 4
5.1 Prestasi 1. Prestasi Terdapat Melalui studi
peserta didik akademik prestasi piagam dan piala
peserta didik akademik prestasi
peserta didik akademik
pada berbagai
tingkat
2. Prestasi non Terdapat Melalui studi
akademik prestasi non piagam dan piala
peserta didik akademik prestasi non
peserta didik akademik
pada berbagai
tingkat
5.2 Prestasi 1. Prestasi Terdapat Melalui studi
peserta didik akademik prestasi piagam dan piala
dan Tenaga pendidik dan akademik prestasi
Kependidikan tenaga pendidik dan akademik
pendidik tenaga pendidik dan
kependidikan tenaga
pada berbagai kependidikan
tingkat
2. Prestasi non Terdapat Melalui studi
akademik prestasi non piagam dan piala
pendidik dan akademik prestasi non
tenaga pendidik dan akademik
pendidik tenaga pendidik dan
kependidikan tenaga
pada berbagai kependidikan
tingkat
5.3 Prestasi 1. Kelebihan Terdapat bukti Melalui studi
madrasah prestasi keunggulan piagam, piala
prestasi dan laporan

482
akademik dari akademil kegiatan lomba
madrasah / madrasah akademik yang
diikuti
sekolah lainnya
2. Kelebihan Terdapat bukti Melalui studi
prestasi non keunggulan piagam, piala
prestasi non dan laporan
akademik dari
akademil kegiatan lomba
madrasah / madrasah non akademik
sekolah lainnya yang diikuti

5.4 Prestasi 1. Ijazah yang Terdapat bukti Bukti dokumen


Kepala dimiliki kepala ijazah kepala ijasah kepala
Madrasah madrasah madasah madrasah
2. Pendidikan Terdapat bukti Bukti dokumen
dan pelatihan keikutsertaan sertifikat diklat
yang pernah dalam diklat
diikuti oleh
kepala
madrasah
3. Penguasaan Terdapat bukti Praktik
ICT kepala penguasaan penggunaan ICT
madrasah ICT
4. Prestasi Terdapat bukti Bukti piagam,
(akademik prestasi kepala mendali, piala,
maupun non madrasah
SK
akademik)
yang diraih
oleh kepala
madrasah
5. Kegiatan Terdapat bukti Bukti karya
penelitian karya ilmiah hasil
kependidikan penelitian
penelitaian
yang telah kependidikan
dilakukan oleh bidang
kepala pendidikan
madrasah
6. Kegiatan Terdapat bukti Bukti dokumen
pelibatan pelibatan pelibatan komite
masyarakt komite - Program
(komite madrasah kegiatan
madrasah) dalam

483
dalam mendukung - Laporan
mendukung program kegiatan
program madrasah - Notulen
madrasah rapat-rapat
dengan
komite
madrasah
7. Kegiatan Terdapat bukti Bukti dokumen
kemitraan kerjasama kegiatan,
dengan kemitraan perjanjian
stakeholder untuk kerjasama,
pendidik dalam peningkatan kemitraan
meningkatkan guru madrasah
kompetensi
guru madrasah

Peningkatan kompetensi kepala madrasah sangat penting dalam pengembangan


lembaga yang di pimpinnya sehingga perlu terus dilakukan pengembangan keprofesian
berkelanjutan bagi kepala madrasah melalui peningkatan kompetensi kepala madrasah,
penilaian kinerja kepala Madrasah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh seorang kepala
madrasah telah melaksanakan tugas pokoknya sesuai dengan Petunjuk Teknis Nomor 1111
Tahun 2019 Tentang Penilaian Kinerja Kepala Madarsah dan Peraturan Menteri Agama Nomor
58 Tahun 2017 serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara yaitu melaksanakan
tugas supervisi guru, manajerial pada satuan pendidikan, Kewirausahaan ,kompetensi
kepribadian dan sosial. Pelaksanaan Penilaian kinerja Guru oleh kepala madrasah,
pembimbingan dan pelatihan profesional guru, evaluasi hasil pelaksanaan program, hasil
penilaian ini sangat berguna untuk bahan refleksi, peningkatan kinerja serta peningkatan
profesionalisme kepala madrasah.
Untuk memperkuat kinerja dan capaiannya, maka perlu dibuat pedoman gerakan
peningkatan kompetensi kepala madrasah sebagai bahan acuan dan rujukan dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Dimana diharapkan dengan adanya pedoman ini
kepala madrasah di lingkungan kantor wilayah kementerian agama provinsi jawa timur punya
persepsi yang sama dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi serta rencana tindak
lanjut hasil analisis.
Semoga Pedoman ini bisa menjadi bahan atau acuan bagi seluruh stakeholder dalam
peningkatan mutu kepala madrasah.

484
485
TIM PEYUSUN
KATA SI AWAS

Wiwin Fauziah
Sutrisno, S.Ag., MM.
Drs. Tarib, M.Pd.
Basuki Rahmat, M.Pd.
Dra. Ida Safiaturahma, M.Pd.I.
Drs. Zurni, S.Pd., M.Pd.
Dr. M. Munir
Dr. Sutrisno, M.Pd.
Siti Rokayyah, S.Ag., M.Pd.
Sunarwan, S.Pd.I., M.Pd.I.
Tursiwi Nurijani
Drs. Praptono, M.Pd.
Ali Mustofa, M.Pd.
Ucik Christina, SE., MM.
Umar Tajuddin, SE., MM.

486
Pengawas Madrasah sebagai tenaga kependidikan memiliki peran membina
kemampuan profesional tenaga pendidik dan kependidikan dalam rangka meningkatkan
kinerja madrasah. Peran pengawas madrasah sangat dibutuhkan dalam rangka peningkatan
kualitas pendidikan madrasah, dan telah diperkuat kedudukannya melalui Peraturan Menteri
Agama No. 2 tahun 2012 dan Peraturan Menteri Agama No. 31 tahun 2014. Dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya, pengawas diharuskan untuk memiliki kompetensi yang
lebih unggul dari guru maupun kepala m a d r a s a h . Keunggulan kompetensi tersebut
meliputi tiga kompetensi pokok yaitu supervisi akademik, evaluasi pendidikan, penelitian dan
pengembangan.

Sebagai supervisor akademik, pengawas berkewajiban untuk membantu tenaga


pendidik agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Sedangkan sebagai supervisor
manajerial, pengawas berkewajiban membantu tenaga kependidikan agar mencapai madrasah
yang efektif. Selain itu, pengawas juga memiliki peran evaluator pendidikan di mana pengawas
harus memiliki kompetensi untuk mengevaluasi kinerja tenaga pendidik dan kependidikan.
Semua kompetensi ini dibutuhkan untuk menjaga mutu pendidikan serta untuk meningkatkan
mutu pendidikan di madrasah yang dibinanya.

Sehubungan dengan dinamika profesi pengawas madrasah yang berkembang dari


waktu ke waktu, maka kompetensinya pun harus selalu ditingkatkan. Peraturan Menteri
Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 pada pasal
7 b menjelaskan tentang peningkatan dan pengembangan kualifikasi dan kompetensi pengawas
yang berbunyi: “meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni”.
Oleh karena itu, peningkatan kompetensi Pengawas Madrasah menjadi prioritas Kementerian
Agama dimana yang dalam pelaksanaannya didukung oleh beberapa peraturan perundang-
undangan antara lain, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar
Pengawas Sekolah/Madrasah, dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan
Angka Kreditnya, Untuk merealisasikan amanah undang-undang sebagaimana dimaksud,
Kementerian Agama ikut serta mengembangkan dan melaksanakan program peningkatan
kompetensi bagi semua pengawas m a d r a s a h

Mengawali program tersebut, telah dilakukan pemetaan kompetensi pengawas


madrasah yang diperoleh dari data Uji Kompetensi Pengawas Madrasah pada tahun 2013. Hasil

487
uji kompetensi pengawas tersebut menggambarkan kondisi objektif pengawas madrasah
dalam wujud profil kompetensi pengawas madrasah bahwa rata-rata nilai kompetensi
pengawas pada skala 0-100, adalah 42,25. Gambaran profil kompetensi pengawas madrasah
tersebut diukur melalui uji kompetensi 4 dimensi kompetensi, yakni kompetensi supervisi
akademik, supervisi manajerial, evaluasi pendidikan, dan penelitian pengembangan.
Rendahnya kompetensi pengawas madrasah tersebut juga berimplementasi secara langsung
terhadap rendahnya kompetensi kepala madrasah dan guru, bahwa hasil rata-rata Penilaian
Kinerja Kepala Madrasah (PKKM) di Jawa Timur pada tahun 2018 yaitu rata-rata dibawah 80
dan rata-rata nilai hasil Asesmen Peningkatan Kompetensi Guru Madrasah (APKGM) tahun
2018 yaitu rata-rata 41 untuk guru MA , 47 untuk guru MTs, 50 untuk guru MI.

Dalam rangka meningkatkan kompetensi pengawas madrasah Bidang Pendidikan


Madrasah melalui seksi Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Madrasah Kementerian
Agama Provinsi Jawa Timur membuat Program Peningkatan Kompetensi Pengawas Madrasah
(Kata SiAwas). Disusunnya pedoman Program Gerakan Peningkatan Kompetensi Pengawas
Madrasah ini dimaksudkan sebagai panduan dan arah dalam menyukseskan program kerja
bidang Pendma tahun 2019 yaitu Program Gerakan Ayo Membangun Madrasah (GERAMM).
Adapun isi pedoman ini menitikberatkan kepada penguasaan konsep dan gambaran tentang
tugas pokok dan fungsi Pengawas Madrasah, prinsip-prinsip pengembangan profesi, serta
penekanan pada rencana keterlaksanaan program peningkatan kompetensi Pengawas
Madrasah yang akan dilakukan Kemeterian Agama Provinsi Jawa Timur.
Kegiatan ini diselenggarakan berdasarkan pada:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas
Sekolah/Madrasah.
5. Permenpan RB Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan
Angka Kreditnya.
6. PMA Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama
Islam pada sekolah.

488
7. PMA Nomor 31 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Agama Nomor 2
Tahun 2012 tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama Islam pada
Sekolah.
8. Surat edaran bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kepala Badan Kepegawaian
Negara Nomor 1/SE/XII/2016 dan Nomor 1 Tahun 2016 tentang Penjelasan atas
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Jabatan fungsional Pengawas Sekolah/Madrasah dan Angka Kreditnya
Buku pedoman Program Peningkatan Kompetensi Pengawas Madrasah (KATA SI AWAS)
ini disusun untuk dijadikan acuan dalam penyelenggaraan kegiatan peningkatan kompetensi
Pengawas Madrasah yang meliputi kompetensi supervisi akademik, kompetensi supervisi
manajerial, kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian dan pengembangan
di lingkungan Kementerian Agama
Sasaran Pedoman:
1. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur
2. Balai Diklat Keagamaan (BDK) Provinsi Jatim
3. Madrasah Development Center (MDC) Provinsi Jawa Timur
4. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
5. Penyelenggara Pendidikan Madrasah
6. Kelompok Kerja Pengawas ( Pokjawas) Madrasah
7. Pengawas Madrasah
8. Organisasi Pendidikan di Masyarakat
Pedoman Gerakan Peningkatan Kompetensi Pengawas Madrasah ini sebagai bagian
integral dari Gerakan Ayo Membangun Madrasah (GERAMM) yang diharapkan sebagai
referensi dan manual book, dalam mewujudkan kesamaan pemahaman dan pandangan serta
membangun sinergi program bagi pengambil kebijakan dan semua pemangku kepentingan
dalam melaksanakan Program Peningkatan Kompetensi Pengawas Madrasah di Jawa Timur.
Diharapkan kepada semua pengawas madrasah dalam melakukan tugas pokok dan fungsinya
sebagaimana diatur oleh undang –undang mempunyai perspektif yang sama dan berimplikasi
positif terhadap peningkatan mutu madrasah

489
A. Pengertian, Kedudukan, Peran, Tugas, dan fungsi Pengawas Madrasah
1. Pengertian Pengawas Madrasah

Dilihat dari segi bahasa, pengawas madrasah terdiri dari dua kata, yaitu pengawas dan
madrasah. “Pengawas” adalah orang yang melakukan pengamatan dengan melihat secara
langsung atau tidak langsung. Sedangkan “madrasah” adalah lembaga atau tempat
diselenggarakannya kegiatan belajar mengajar di bawah naungan Kementerian
Agama. Sehingga pengawas madrasah dapat diartikan sebagai orang yang mengamati dengan
melihat secara langsung ataupun tidak langsung sebuah lembaga atau tempat
diselenggarakannya kegiatan belajar mengajar. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor: 74 tahun
2008 juga menyebutkan bahwa pengawas madrasah adalah guru pegawai negeri sipil yang
diangkat dalam jabatan pengawas Madrasah. Selain itu, Permen PAN & RB No. 21 Tahun
2010 Pasal 4 menugaskan bahwa pengawas madrasah/sekolah adalah Pegawai Negeri Sipil
(PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan
pendidikan.

Selain itu Patrick (2009) merinci definisi pengawasan adalah sebagai berikut:
supervision means to direct, oversee, guide or to make sure that expected standards are met.
Thus, supervision in a school implies the process of ensuring that principles, rules, regulations
and methods prescribed for purposes of implementing and achieving the objectives of education
are effectively carried out. Supervision therefore involves the use of expert knowledge and
experiences to oversee, evaluate and coordinate the process of improving teaching and learning
activities in schools (Edo Journal of Counselling, Strategies For Improving Supervisory Skills For
Effective Primary Education In Nigeria, Vol. 2, No. 2, 2009).

Pernyataan Patrick (2009) ini dapat diartikan bahwa pengawasan merupakan


mengawasi secara langsung, membimbing atau untuk memastikan bahwa standar yang
diharapkan dapat terpenuhi. Dengan demikian, pengawasan di madrasah/sekolah
menyiratkan proses untuk memastikan bahwa prinsip, aturan, peraturan, dan metode
yang ditentukan untuk melaksanakan dan mencapai tujuan pendidikan yang efektif. D a r i
uraian di atas terlihat bahwa seorang pengawas dituntut untuk
mempunyai pengetahuan yang luas dan pengalaman untuk mengawasi, mengevaluasi, dan
mengkoordinasikan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah .

490
2. Kedudukan Pengawas Madrasah
Sebagai jabatan karier, pengawas merupakan jabatan yang strategis dalam
penyelenggaraan pendidikan. Pengawas madrasah berkedudukan sebagai pelaksana teknis
fungsional di bidang pengawasan yang mencakup pengawasan di bidang akademik dan
manajerial pada satuan pendidikan yang telah ditetapkan. Untuk itu pengawas madrasah dalam
melaksanakan tugasnya, berfungsi sebagai perpanjangan tangan bidang Pendidikan Madrasah
di Kementerian Agama.
Selanjutnya jika ditinjau dari struktur keorganisasian, kedudukan pengawas merupakan
jabatan karier fungsional yang langsung di bawah garis komando Kepala Kantor Kementerian
Agama. Tugas dan tanggung jawab pembinaan secara langsung di bawah naungan Kepala
Kantor Kementerian Agama.

3. Peran Pengawas Madrasah


a. Dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2012 Peran Pengawas secara umum
adalah:
• Memberikan masukan, saran, dan bimbingan dalam penyusunan, pelaksanaan, dan
evaluasi program pendidikan dan/atau pembelajaran kepada Kepala Madrasah dan
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota atau Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi.
• Memantau dan menilai kinerja kepala madrasah serta merumuskan saran tindak lanjut
yang diperlukan.
• Melakukan pembinaan terhadap pendidik dan tenaga kependidikan di madrasah.
• Memberikan pertimbangan dalam penilaian pelaksanaan tugas dan penempatan Kepala
Madrasah serta guru kepada Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.

b. Peran Pengawas Madrasah dalam pelaksanaan Gerakan Ayo Membangun Madrasah


(GERAMM) adalah:

 Dalam program Peningkatan Kompetensi Kepala Madrasah (Kata Sikamad) pengawas


madrasah sesuai dengan tupoksinya melakukan pendampingan mulai dari rekruitmen
calon kepala madrasah, pembinaan terkait hasil analisis APKKM dan PKKM, supervise
manajerial, system karir kepala madrasah , pemantauan 8 SNP dan melakukan evaluasi
terhadap kinerja kepala madrasah dalam rangka meningkatkan kompetensi dan kinerja
kepala madrasah
o Dalam program Peningkatan Kompetensi Guru (Kata Siguru) sesuai dengan tupoksinya
pengawas madrasah melakukan supervise akademik, pembinaan pendampingan PKB
491
guru, melakukan evaluasi terhadap kinerja guru, menganalisis dan menindaklanjuti
hasil PKG dan APKGM.
o Dalam program Gerakan Literasi Madrasah (Gelem) pengawas madrasah ikut serta
memantau dalam pelaksanaan pembiasaan gerakan literasi dimadrasah, pengembangan
literasi madrasah dan proses pembelajaran berbasis literasi di madrasah binaannya
mengacu pada buku Pedoman Gerakan Literasi Madrasah (Gelem)
o Dalam program Gerakan Madrasah Sehat (Gemes) pengawas madrasah ikut perperan
aktif dalam memantau dan membina budaya hidup bersih dan sehat agar peserta didik
mampu melindungi diri terhadap pengaruh napza, kenakalan remaja, penyakit menular,
HIV/AIDS, memantau sanitasi lingkungan madrasah, menumbuhkan sikap mandiri ,
perilaku dan keterampilan hidup sehat serta menumbuhkan peran siswa terhadap
kesehatan lingkungan sekolah dan rumah mengacu pada buku Pedoman Gerakan
Madrasah sehat (Gemes)
o Dalam program Gerakan Furudhul Ainiyah (Gefa) pengawas madrasah harus melakukan
pendampingan dan pemantauan terhadap pengintegrasian dalam belajar mengajar,
pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler dan program-program pembiasaan mengacu pada
buku Pedoman Gerakan Furudhul Ainiyah (Gefa)
o Dalam program Gerakan Madrasah Inovasi (Gemi) pengawas harus mendampingi
madrasah dalam mencetak madrasah entrepreneur, memberikan penguatan
pendidikan karakter dengan kewirausahaan dan medampingi kepala madrasah dalam
menggali potensi untuk mengembangkan unit usaha dalam berbagai bidang mengacu
pada buku Pedoman Gerakan Madrasah inovasi

4. Tugas pokok dan Fungsi Pengawas Madrasah

Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional
Pengawas Madrasah/Sekolah dan angka kreditnya, menyatakan bahwa Pengawas
madrasah/sekolah adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab, dan
wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan
akademik dan manajerial pada satuan pendidikan. Tugas pokok Pengawas Madrasah adalah
melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang
meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan
pelaksanaan 8 (delapan) standar nasional pendidikan, penilaian, pembimbingan dan

492
pelatihan professional guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan, dan
pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, pengawas madrasah melaksanakan
fungsinya sebagai pengawas yaitu fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun
supervisi manajerial.
Supervisi akademik adalah fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek pembinaan
dan pengembangan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran
dan bimbingan di sekolah.
Sasaran supervisi akademik antara lain membantu guru dalam: (1) merencanakan
kegiatan pembelajaran dan atau bimbingan, (2) melaksanakan kegiatan pembelajaran/
bimbingan, (3) menilai proses dan hasil pembelajaran/ bimbingan, (4) memanfaatkan hasil
penilaian untuk peningkatan layanan pembelajaran/bimbingan, (5) memberikan umpan balik
secara tepat dan teratur dan terus menerus pada peserta didik, (6) melayani peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar, (7) memberikan bimbingan belajar pada peserta didik, (8)
menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, (9) mengembangkan dan memanfaat-
kan alat bantu dan media pembelajaran dan atau bimbingan, (10) memanfaatkan sumber-
sumber belajar, (11) mengembangkan interaksi pembelajaran/bimbingan (metode, strategi,
teknik, model, pendekatan dll.) yang tepat dan berdaya guna, (12) melakukan penelitian
praktis bagi perbaikan pembelajaran/bimbingan, dan (13) mengembangkan inovasi pem-
belajaran/bimbingan.

Dalam melaksanakan fungsi supervisi akademik seperti di atas, pengawas madrasah


hendaknya berperan sebagai:
a. Mitra guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran dan bimbingan
di madrasah binaannya.
b. Inovator dan pelopor dalam mengembangkan inovasi pembelajaran dan bimbingan di
madrasah binaannya.
c. Konsultan pendidikan di madrasah binaannya.
d. Konselor bagi kepala madrasah, guru dan seluruh staf madrasah.
e. Motivator untuk meningkatkan kinerja semua staf madrasah.

Supervisi manajerial adalah fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan
madrasah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas madrasah yang
mencakup: (1) perencanaan, (2) koordinasi, (3) pelaksanaan, (3) penilaian, (5) pengembangan

493
kompetensi SDM kependidikan dan sumberdaya lainnya. Sasaran supervisi manajerial adalah
membantu kepala madrasah dan staf madrasah lainnya dalam mengelola administrasi
pendidikan seperti: (1) administrasi kurikulum, (2) administrasi keuangan, (3) administrasi
sarana prasarana/perlengkapan, (4) administrasi personal atau ketenagaan, (5) administrasi
kesiswaan, (6) administrasi hubungan madrasah dan masyarakat, (7) administrasi budaya dan
lingkungan madrasah, serta (8) aspek-aspek administrasi lainnya dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan. Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial, pengawas hendaknya
berperan sebagai:
a. Kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan
manajemen madrasah.
b. Asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi madrasah
binaannya.
c. Pusat informasi pengembangan mutu pendidikan di madrasah binaannya.
d. Evaluator/judgement terhadap pemaknaan hasil pengawasan.

B. Kompetensi Pengawas Madrasah

Dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2012 dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah
menyebutkan bahwa kompetensi yang harus dimilki pengawas meliputi: kompetensi
kepribadian, kompetensi supervisi akademik, kompetensi supervisi manajerial,
kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian dan pengembangan
kompetensi sosial. Setiap dimensi kompetensi memiliki sub-sub sebagai kompetensi dasar
yang harus dimiliki seorang pengawas. Secara rinci kompetensi-kompetensi dasar tersebut
adalah sebagai berikut.

C. Peningkatan Kompetensi Pengawas Madrasah


1. Prinsip pelaksanaan peningkatan kompetensi Pengawas Madrasah
Peningkatan kompetensi pengawas merupakan kegiatan dalam rangka mewujudkan
kualifikasi pengawas madrasah sesuai peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13
Tahun 2007 melalui kegiatan Pengembangan Profesi Pengawas dan Pengembangan
Kompetensi Pengawas (PKP) antara lain meliputi kegiatan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat),
Bimbingan Teknis (Bimtek), workshop dan lain-lain. Peningkatan kompetensi Pengawas
Madrasah diharapkan dapat berdampak terhadap peningkatan kinerja dan peningkatan

494
kompetensi kepala madrasah, guru serta kualitas madrasah yang secara tidak langsung juga
akan meningkatkan prestasi peserta didik pada madrasah yang dibinanya. Prinsip dasar
pelaksanaan peningkatan kompetensi Pengawas Madrasah yaitu:
a. Taat Azas
Pelaksanaan peningkatan kompetensi pengawas madrasah dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk semua penyelenggara baik yang
terkait dengan pengelolaan kegiatan maupun pelaporan keuangan.
b. Berbasis Kompetensi
Program Peningkatan kompetensi pengawas madrasah dilaksanakan berbasis
kompetensi yang merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan kompetensi Pengawas
Madrasah yang berpedoman pada standar kompetensi Pengawas Madrasah berdasarkan
Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar Kompetensi Pengawas Sekolah.
c. Terstandar
Pengelolaan pelaksanaan peningkatan kompetensi pengawas madrasah harus memenuhi
standar program yang ditetapkan meliputi: penyelenggaraan pelatihan, komitmen
penyelenggara, waktu pelaksanaan, kompetensi pengelola pembelajaran, kompetensi
supervisor program, sarana dan prasarana pelatihan, mekanisme penilaian, alat evaluasi
kompetensi (soal dan kunci jawaban), dan sertifikat/surat keterangan.
d. Terencana
Program pelaksanaan peningkatan kompetensi pengawas madrasah disusun berdasarkan
hasil analisis kebutuhan serta dituangkan dalam skenario pembimbingan secara jelas,
sistematis, dan dengan mempertimbangkan keterjangkauan, keberterimaan, kejelasan fokus,
keluasan jejaring mitra, dan kualitas hasil akhir.
e. Berkelanjutan
Pelaksanaan peningkatan kompetensi pengawas madrasah dilakukan secara terus menerus
selama seorang Pengawas Madrasah tersebut masih memangku jabatan sebagai pengawas
madrasah dan memiliki madrasah binaan serta guru binaan.
f. Profesional
Program pelaksanaan peningkatan kompetensi pengawas madrasah dikelola oleh pihak-
pihak yang memahami dan memiliki kemampuan, kredibel, serta berkomitmen dalam
melaksanakan program peningkatan kompetensi pengawas madrasah.
g. Transparan
Proses pelaksanaan peningkatan kompetensi pengawas dilakukan secara terbuka serta
dapat diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan.

495
h. Akuntabel
Proses dan hasil dari program pelaksanaan peningkatan kompetensi pengawas dapat
dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan pendidikan secara administratif,
akademik, dan finansial. Proses dan hasil pelaksanaan program harus dapat dipercaya oleh
semua pihak.
i. Berkeadilan
Program peningkatan kompetensi pengawas dilaksanakan dengan memberi kesempatan
kepada setiap pengawas madrasah secara adil dan sama untuk mengikuti program peningkatan
kompetensi sesuai dengan ketentuan.
j. Terintegrasi Pendidikan Karakter
Program pelaksanaan peningkatan kompetensi pengawas dilaksanakan dengan
menguatkan karakter pengawas madrasah dalam menjadi teladan bagi kepala madrasah, guru
maupun tenaga kependidikan lainnya. Oleh karena itu, setiap kegiatan dalam program ini tidak
terlepas dari usaha penguatan pendidikan karakter tersebut.

2. Dimensi Kompetensi Pengawas Madrasah


Dalam meningkatkan kompetensinya pengawas madrasah harus memahami dimensi
pada setiap kompetensi yang harus dimiliki oleh pengawas madrasah dalam melaksanakan
tugas. Pokok dan fungsinya sebagai pengawas yaitu:
a. Dimensi Kompetensi Kepribadian
1) Memiliki tanggungjawab sebagai pengawas satuan pendidikan.
2) Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah baik yang berkaitan kehidupan
pribadinya maupun tugas-tugas jabatannya.
3) Memiliki rasa ingin tahu akan hal-hal yang baru tentang pendidikan dan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni yang menunjang tugas pokok dan tanggung jawabnya.
4) Menumbuhkan motivasi kerja pada dirinya dan pada stakeholder pendidikan.
b. Dimensi Kompetensi Supervisi Manajerial
1) Menguasai metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan di madrasah.
2) Menyusun program kepengawasan berdasarkan visi, misi, tujuan, dan program
pendidikan di madrasah.
3) Menyusun metode kerja dan instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
pokok dan fungsi pengawasan di madrasah.

496
4) Menyusun laporan hasil-hasil pengawasan dan menindaklanjutinya untuk perbaikan
program pengawasan berikutnya di madrasah.
5) Membina kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi satuan pendidikan
berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di madrasah.
6) Membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan konseling di
madrasah.
7) Mendorong guru dan kepala madrasah dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya
untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya di
madrasah.
8) Memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan dan memanfaatkan hasil-hasilnya
untuk membantu kepala madrasah dalam mempersiapkan akreditasi madrasah.
c. Dimensi Kompetensi Supervisi Akademik
1) Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan
perkembangan tiap bidang pengembangan di RA atau mata pelajaran di madrasah.
2) Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakteristik, dan kecenderungan
perkembangan proses pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan di RA atau
mata pelajaran di madrasah.
3) Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang pengembangan di RA atau mata
pelajaran di madrasah berlandaskan standar isi, standar kompetensi, dan kompetensi
dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP.
4) Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik
pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa melalui
bidang pengembangan di RA atau mata pelajaran di madrasah.
5) Membimbing guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk
tiap bidang pengembangan di RA atau mata pelajaran di madrasah.
6) Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan (di kelas,
laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk mengembangkan potensi siswa pada tiap
bidang pengembangan di RA atau mata pelajaran di madrasah.
7) Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan
media pendidikan dan fasilitas pembelajaran/ bimbingan tiap bidang pengembangan di
RA atau mata pelajaran di madrasah.
8) Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran/
bimbingan tiap bidang pengembangan di RA atau mata pelajaran di madrasah.

497
d. Dimensi Kompetensi Evaluasi Pendidikan
1) Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan dalam bidang pengembangan
di RA dan pembelajaran/bimbingan di madrasah.
2) Membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek yang penting dinilai dalam
pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan di RA atau mata pelajaran di
madrasah.
3) Menilai kinerja kepala madrasah, guru, dan staf madrasah dalam melaksanakan tugas
pokok dan tanggung jawabnya untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di
madrasah.
4) Memantau pelaksanaan pembelajaran/bimbingan dan hasil belajar siswa serta
menganalisisnya untuk perbaikan mutu pembelajaran/bimbingan tiap bidang
pengembangan di RA atau mata pelajaran di madrasah.
5) Membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan mutu pendidikan
dan pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan di RA atau mata pelajaran di
madrasah.
6) Mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja kepala madrasah, kinerja guru,
dan staf madrasah.
e. Dimensi Kompetensi Penelitian dan Pengembangan
1) Menguasai berbagai pendekatan, jenis, dan metode penelitian dalam pendidikan.
2) Menentukan masalah kepengawasan yang penting diteliti baik untuk keperluan tugas
pengawasan maupun untuk pengembangan kariernya sebagai pengawas.
3) Menyusun proposal penelitian pendidikan baik proposal penelitian kualitatif maupun
penelitian kuantitatif.
4) Melaksanakan penelitian pendidikan untuk pemecahan masalah pendidikan, dan
perumusan kebijakan pendidikan yang bermanfaat bagi tugas pokok tanggung jawabnya.
5) Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian pendidikan baik data kualitatif maupun
data kuantitatif.
6) Menulis karya tulis ilmiah (PTS) dalam bidang pendidikan dan atau bidang kepengawasan
dan memanfaatkannya untuk perbaikan mutu pendidikan.
7) Menyusun pedoman/panduan dan/atau buku/modul yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas pengawasan di sekolah/madrasah.
8) Memberikan bimbingan kepada guru tentang penelitian tindakan kelas, baik perencanaan
maupun pelaksanaannya di sekolah/madrasah.

498
f. Dimensi Kompetensi Sosial
1) Bekerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan kualitas diri untuk
dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
2) Aktif dalam kegiatan asosiasi pengawas satuan pendidikan atau forum komunikasi
pengawas.

3. Gambaran Umum Pengawas Madrasah di Jawa Timur


A. Deskripsi Kebutuhan Pengawas Madrasah
a. Peta Sebaran Pengawas Madrasah
1) Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan
Pengawas Madrasah dapat diartikan sebagai orang yang mengamati dengan
melihat secara langsung ataupun tidak langsung sebuah lembaga atau tempat
diselenggarakannya kegiatan belajar mengajar.Di dalam Permen PAN & RB No. 21 Tahun
2010 Pasal 4 disebutkan pengawas madrasah merupakan pejabat karier yang hanya
dapat di duduki oleh guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil, maka kualifikasi
Pendidikan mempunyai pengaruh besar terhadap tinggi rendahnya kompetensi
pengawas madrasah, berikut data pengawas madrasah berdasarkan kualifikasi
Pendidikan di Jawa Timur pada tahun 2019:

Tabel 1.1. Data Pengawas Madrasah berdasarkan Kualifikasi Pendidikan

Tingkatan Jenjang kepengawasan


Pendidikan Dasar Menengah
S-1 359 99
S-2 373 250
S-3 2
Total 732 351

Berdasarkan dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan


pengawas madrasah di Jawa Timur sebanyak 70 % yang berlatar belakang Pendidikan
S-2 sehinggan sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12
tahun 2007 bahwa kualifikasi pengawas sekolah/madrasah, dimana pengawas
sekolah/madrasah minimal berpendidikan S-1 untuk pengawas TK/RAdan SD/MI,
sedangkan pengawas tingkat SMP/MTS, SMA/MA, dan SMK/MAK diutamakan
berpendidikan S-2. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa pengawas madrasah yang
499
memiliki tingkat pendidikan magister (S-2) diharapkan dapat meningkatkan kompetensi
ke jenjang S-3 sehingga dapat peningkatan kompetensi dan kinerjanya yang berdampak
terhadap mutu pendidikan madrasah

2) Berdasarkan Usia Pengawas Madrasah

Salah satu factor yang mempengaruhi tingkat kompetensi pengawas adalah usia,
selain itu dengan mengetahui pemetaan usia pengawas madrasah maka akan
memudahkan dalam perekrutan pengawas sesuai dengan kebutuhan.

Berdasarkan usia pengawas Madrasah di jawa timur pada tahun 2019 dapat
dilihat pada uraian tabel dibawah ini:

Tabel 1.2 Karakteristik Pengawas Madrasah berdasarkan Usia

Jenjang Pendidikan
Usia
MA, MTs MI, RA

35 - 45 Tahun 54 Orang 104 Orang

46- 50 Tahun 76 Orang 162 Orang

51- 55 Tahun 132 Orang 260 Orang

> 55 Tahun 155 Orang 69 Orang

Jumlah 417 595

Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh data bahwa pengawas madrasah yang
akan mendekati masa pensiun untuk jenjang MA dan MTs terdapat 155 orang dan pada
jenjang pendidikan MI dan RA terdapat 69 orang maka data tersebut akan menjadi dasar
bagi kementerian Agama tentang proyeksi kebutuhan pengawas untuk tahun yang akan
datang.

3) Berdasarkan Pangkat/Golongan Jabatan Pengawas Madrasah


Selain dari factor usi dan kualifikasi Pendidikan pengawas madrasah, pangkat dan
golongan juga akan berpengaruh langsung karena tingkatan pangkat dan golongan
mencerminkan prestasi kerja dalam melaksanakan keprofesiannya. Dengan demikian
kualifikasi pengawas madrasah berdasarkan Pangkat/Golongan jabatan yang harus
ditingkatkan kompetensinya pada pangkat/golongan III/c di masing-masing jenjang.

500
Berdasarkan Golongan/Jabatan Pengawas Madrasah dapat dilihat pada uraian tabel
dibawah ini:
Tabel 1.3 Karakteristik Pengawas Madrasah berdasarkan Pangkat/Golongan

Jenjang Pendidikan
Pangkat /Golongan
MA, MTs MI, RA
III/c 29 107
III/d 69 139
IV/a 170 343
IV/b 49 85
IV/c 11 7
IV/d 3
Total 331 681

Dari table diatas menjelaskan bahwa kualifikasi pengawas madrasah di jawa timur
berdasarkan Pangkat/Golongan jabatan yang harus ditingkatkan kompetensinya pada
pangkat/golongan III/c di masing-masing jenjang.
b. Analisis Kebutuhan Pengawas Madrasah
Untuk melakukan analisis Kebutuhan Pengawas Madrasah yang digunakan adalah
analisis deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kebutuhan pengawas
madrasah dijawa timur dalam rangka program reruitmen pengawas madrasah di jawa
timur.
1) Jumlah Kebutuhan Pengawas Madrasah di Jenjang menengah

Berdasarkan rasio antara jumlah madrasah jenjang MTs dan MA dapat dihitung
dari jumlah ideal pengawas yang dibutuhkan, maka berdasarkan data jumlah riil yang
ada saat ini dapat disimpulkan berapa kebutuhan pengawas dijawa timur saat ini

Tabel 1.3 Data Kebutuhan Pengawas Madrasah di Jenjang menengah

Jumlah Jumlah riil Jumlah


Jumlah
Kab/Kota ideal pengawas kebutuhan
MTs & MA
pengawas pengawas
Kab. Bangkalan 198 30 13 17
Kab. Banyuwangi 153 25 10 15

501
Jumlah Jumlah riil Jumlah
Jumlah
Kab/Kota ideal pengawas kebutuhan
MTs & MA
pengawas pengawas
Kab. Blitar 81 12 8 4
Kab. Bojonegoro 175 34 8 26
Kab. Bondowoso 188 28 3 25
Kab. Gresik 211 31 9 22
Kab. Jember 367 66 11 55
Kab. Jombang 222 33 18 15
Kab. Kediri 152 24 9 15
Kab. Lamongan 274 41 13 28
Kab. Lumajang 173 27 5 22
Kab. Madiun 59 10 2 8
Kab. Magetan 52 8 4 4
Kab. Malang 257 41 12 29
Kab. Mojokerto 138 22 5 17
Kab. Nganjuk 108 16 8 8
Kab. Pacitan 76 12 7 10
Kab. Pamekasan 309 47 2 31
Kab. Pasuruan 263 42 16 22
Kab. Ponorogo 145 21 20 16
Kab. Probolinggo 276 51 5 40
Kab. Sampang 377 68 11 56
Kab. Sidoarjo 103 18 12 9
Kab. Situbondo 167 25 9 20
Kab. Sumenep 492 91 5 82
Kab. Trenggalek 39 6 9 2
Kab. Tuban 138 39 4 37
Kab.
66 17 2
Tulungagung 16

Kota Surabaya 63 15 1 13

502
b. Jumlah Kebutuhan Pengawas Madrasah di Jenjang dasar

Tabel 1.4 Data Kebutuhan Pengawas Madrasah di Jenjang dasar


Jumlah Jumlah riil Jumlah
Jumlah
Kab/Kota ideal pengawas kebutuhan
dasar
pengawas pengawas
Kab. Bangkalan 294 34 15 19
Kab. Banyuwangi 402 50 19 31
Kab. Blitar 347 37 21 16
Kab. Bojonegoro 596 71 34 37
Kab. Bondowoso 278 29 15 14
Kab. Gresik 562 57 25 32
Kab. Jember 866 103 28 75
Kab. Jombang 698 88 38 50
Kab. Kediri 612 75 32 43
Kab. Lamongan 833 94 54 40
Kab. Lumajang 406 48 11 37
Kab. Madiun 211 29 3 26
Kab. Malang 751 83 6 59
Kab. Mojokerto 497 63 24 47
Kab. Nganjuk 304 34 16 28
Kab. Pacitan 204 25 6 17
Kab. Pamekasan 1045 142 10 116
Kab. Pasuruan 1036 137 8 116
Kab. Ponorogo 351 36 26 19
Kab. Probolinggo 862 101 21 69
Kab. Sampang 982 137 17 98
Kab. Sidoarjo 540 67 32 40
Kab. Situbondo 240 27 39 11
Kab. Sumenep 1200 150 27 109
Kab. Trenggalek 316 42 16 26
Kab. Tuban 426 49 41 20

503
Jumlah Jumlah riil Jumlah
Jumlah
Kab/Kota ideal pengawas kebutuhan
dasar
pengawas pengawas
Kab.
266 32 16 18
Tulungagung
Kota Madiun 22 2 29 -1
Kota Pasuruan 46 8 14 7
Kota Surabaya 347 45 4 28

504
Deskripsi Peta Kom Kompetensi Pengawas Madrasah di Jawa Timur
a. Hasil Uji Kompetensi
Hasil pelaksanaan uji kompetensi pengawas madrasah di Jawa Timur yang pernah
dilaksanakan pada tahun 2013, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1.1 Hasil Uji Kompetensi Pengawas Madrasah Tahun 2013

No Dimensi Kompetensi Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rata-rata

1 Supervisi Manajerial 21 41 32
2 Supervisi Akademik 45 80 57
Penelitian dan
3 20 43 34
Pengembangan
4 Evaluasi Pendidikan 32 43 46

Tabel 1.2 Rentang Skor ke Nilai

505
Rentang Skor Nilai ( Huruf) Kualifikasi Prestasi Kinerja

91 – 100 A Amat Baik

76 – 90 B Baik

61 – 75 C Cukup

51 – 60 D Sedang

0 – 50 E Kurang

Peta Kompetensi hasil uji kompetensi Pengawas Madrasah di Jawa Timur adalah:
a. Supervisi Manajerial
Berdasarkan hasil pada Tabel 1.1 diketahui bahwa kompetensi supervisi manajerial
memiliki nilai rata-rata 32 dalam hal ini termasuk pada kategori kurang. Dengan demikian
Uji kompetensi supervisi manajerial harus ditingkatkan karena pengawas harus memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam membimbing guru untuk melakukan penelitian
khususnya PTK agar dapat dijadikan bahan perbaikan proses belajar mengajar guru di
Madrasah binaannya
b. Supervisi Akademik
Berdasarkan hasil pada Tabel 1.1 diketahui bahwa kompetensi supervisi akademik yang
dimiliki pengawas madrasah terdiri dari 8 item memiliki rata-rata 57 dalam hal ini termasuk
kategori sedang, dengan demikian maka kompetensi supervisi akademik pengawas masih
perlu ditingkatkan sehingga mutu kinerja pengawas dapat tercapai secara optimal melalui
pelatihan dan pendidikan formal sesuai dengan Permendiknas No 12 tahun 2007
c. Penelitian dan Pengembangan
Berdasarkan hasil pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa kompetensi pengawas Madrasah
dalam penelitian dan pengembangan memiliki rata-rata 34 ternyata kompetensinya masih
termasuk kategori kurang. Dengan demikian Kompetensi inipun harus ditingkatkan dalam
upaya untuk melakukan penelitian dan membimbing dikaitkan dengan tugas dan fungsi
pokok pengawas madrasah dalam hal ini pengawasan pendidikan pembinaan profesional
Pengawas Madrasah dan pembinan karier kepangkatan dan Jabatannya.
d. Evaluasi dan Pendidikan
Berdasarkan hasil pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa kompetensi pengawas Madrasah
dalam Evaluasi dan Pendidikan memiliki rata-rata 46 ternyata kompetensinya masih
termasuk kategori kurang.

506
4. MANAJEMEN PENINGKATAN KOMPETENSI PENGAWAS MADRASAH
Sejalan dengan diberlakukannya Permenpan RB no 21 Tahun 2010 tentang Jabatan
Fungsional Pengawas, angka kredit, rekrutmen pengawas harus dilakukan sesuai ketentuan
yang berlaku. Hal tersebut juga diatur dalam PMA No 31 Tahun 2013 tentang pengawas
madrasah, bahwa pengawas harus memiliki sejumlah kompetensi sebagai pengawas yang
dibuktikan dengan sertifikat calon pengawas. Pengawas madrasah yang kompeten hanya bisa
diwujudkan dimulai dari penyiapan awal yang tepat yaitu dimulai dari rekruitmen yang
meliputi tahap proyeksi, seleksi, uji kompetensi dan diklat, dari pengawas yang sudah diangkat
dan telah melaksanakan tupoksinya maka perlu dilakukan pengukuran terhadap
kompetensinya secara continue melalui penilaian kinerja Pengawas Madrasah (PKPM) dan
Asesmen Peningkatan Kompetensi Pengawas Madrasah (PKPM) dan hasilnya akan menjadi
dasar pelaksanaan pembinaan dalam rangka peningkatan kompetensinya, sesuai dengan
sistematika berikut:

Sistematika penyiapan pengawas profesional

Persiapan Pemetaan Pembinaan


Pendidikan Kualifikasi
Rekruitmen

Kompetensi Profesi Pengawas


PKPM
Pelaksanaan Profesional
dan
Kepengawas APKPM
an Kepangkatan Karir

KELOMPOK KERJA PENGAWAS (POKJAWAS

PUSDIKLAT/ BALAI DIKLAT & PERGURUAN TINGGI

KANTOR KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI & KABUPATEN/KOTA

c. Rekrutmen Pengawas Madrasah


Pelaksanaan rekruitmen calon pengawas madrasah harus dilakukan sebagai persyaratan
seorang guru atau kepala madrasah PNS untuk menjadi pengawas madrasah, hal tersebut
diatur dalam PMA nomor 2 tahun 2012, adapun tahapan rekruitmen pengawas madrasah
dimulai dari:

507
a) Proyeksi
Proyeksi kebutuhan Pengawas Madrasah 2 (dua) tahun mendatang dilakukan
dengan memperhatikan jumlah pengawas madrasah yang memasuki usia
pensiun/mutasi pada jabatan lain, pembangunan unit madrasah baru, jumlah satuan
pendidikan, jumlah guru, kesesuaian jenjang dan jenis satuan pendidikan. Hasil proyeksi
kebutuhan Pengawas Madrasah menjadi dasar jumlah calon Pengawas Madrasah yang
harus disiapkan oleh Kantor Kementerian Agama. Proyeksi harus dilakukan secara
cermat agar kebutuhan pengawas madrasah dapat terpenuhi agar tidak terjadi kelebihan
atau kekurangan calon pengawas madrasah.
Rasio Kebutuhan Pengawas Madrasah
Rasio Pengawas dengan:
No. Bidang Pengawasan Satuan Pendidikan Guru

1. RA 1:10 1: 60
2. MI 1:10 1:60
3. MTs 1:7 1:40
4. MA 1:7 1:40
5. MAK 1:7 1:40

Data proyeksi kebutuhan pengawas madrasah di Jawa Timur pada tahun 2019
adalah sebagai berikut:
Proyeksi Kebutuhan Pengawas Madrasah di Jawa Timur tahun 2019
Jenjang Kebutuhan Proyeksi
No Kondisi Riil
Pendidikan Riil Kebutuhan

1 RA/MI 1554 688 866

2 MTs/MA 760 258 502

b) Seleksi
Seleksi administrasi merupakan penyaringan calon pengawas madrasah melalui
pemeriksaan kelengkapan dokumen yang akan dijadikan bahan penilaian sebagai bukti
bahwa calon pengawas madrasah bersangkutan telah memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas
Sekolah dan Angka Kreditnya.

508
Untuk dapat diangkat sebagai pengawas madrasah berdasarkan PMA No. 02
Tahun 2012, bahwa PNS yang diangkat dalam Jabatan Pengawas harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
 Masih berstatus sebagai guru PNS dengan pengalaman mengajar paling sedikit 6
(enam) tahun dan diberi tugas tambahan sebagai wakil kepala madrasah paling
sedikit 4 (empat) tahun dan/atau guru PNS yang diberi tugas sebagai Kepala
Madrasah;
 Memiliki sertifikat pendidik;
 Berijazah paling rendah Sarjana (S-1)/Diploma IV;
 Memiliki keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan bidang pengawasan;
 Memiliki pangkat paling rendah Penata Tingkat I, golongan ruang III/d;
 Usia paling tinggi 55 (lima puluh lima) tahun;
 Lulus Seleksi calon Pengawas Madrasah;
 Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan calon pengawas madrasah dan
memperoleh STTPP;
 Setiap Aspek penilaian perilaku kerja pada Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri
Sipil paling rendah bernilai Baik dalam 2 (dua) tahun terakhir.

Prosedur Seorang Guru/Kepala Madrasah yang ingin menjadi Pengawas adalah sebagai
berikut
 Mengajukan Surat Permohonan untuk menjadi pengawas yang ditujukan kepada
kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi melalui Kementerian Agama
Kab/Kota.
 Diusulkan oleh Kepala Kantor Kementerian Kab/Kota dengan melampirkan
persyaratan sebagai berikut:
- Data Riwayat Hidup ( DRH)
- Foto kopi Ijazah yang telah dilegalisasi
- Prestasi Kerja PNS 2 Tahun terakhir
- Sertifikat Pendidik
- Sertifikat Karpeg
- Rekomendasi dari Kepala Kantor Kementerian Agama/Kota atas pertimbangan
pengawas

509
 Pelaksanaan Seleksi Administrasi tersebut dilakukan oleh Kementerian Agama
Kabupaten/Kota dan Provinsi. Dalam melaksanakan seleksi administrasi,
Kementerian Agama Kabupaten/Kota dan Provinsi melibatkan Pengawas Madrasah
pembina calon pengawas yang bersangkutan. Berdasarkan rekapitulasi hasil seleksi
administrasi, calon Pengawas Madrasah yang dinyatakan memenuhi persyaratan
diberi Surat Rekomendasi oleh Kantor Kementerian Agama bahwa yang
bersangkutan dinyatakan berhak mengikuti proses seleksi calon pengawas
madrasah tahap selanjutnya yaitu seleksi akademik bidang tugas pengawasan atau
uji kompetensi.

c) Uji Kompetensi Calon Pengawas Madrasah/seleksi akademik


Seleksi calon pengawas madrasah meliputi seleksi administrasi dan seleksi
akademik. Seleksi akademik terdiri atas tes tertulis, wawancara, penilaian karya tulis,
dan persentasi, komponen pelaksanaan uji kompetensi meliputi:
1) Aspek yang dinilai dalam uji kompetensi calon Pengawas Madrasah meliputi:
- Kompetensi Kepribadian
- Kompetensi Supervisi Manajerial
- Kompetensi Supervisi Akademik
- Kompetensi Evaluasi Pendidikan
- Kompetensi Penelitian Pengembangan
- Kompetensi Sosial
2) Jenis Penilaian:
Dalam penilaian aspek kompetensi digunakan berbagai jenis penilaian di antaranya
adalah:
d. Penilaian Tertulis.
Materi tes tertulis terdiri dari kebijakan dalam bidang pendidikan, kompetensi
paedagogik, profesional, dan studi kasus. Bentuk soal tes tertulis sesuai dengan Kisi-kisi
yang telah ditentukan ( lampiran 1)
1) Tes objektif terdiri atas:
• pilihan ganda
• asosiasi pilihan ganda
• dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
• menjodohkan
• sebab-akibat

510
2) Tes uraian terdiri atas:
• isian atau melengkapi
• jawaban singkat atau pendek
• uraian terstruktur
• uraian bebas
• esai
e. Penilaian Tidak Tertulis
Jenis penilaian ini dilakukan melalui test tidak tertulis meliputi:

4) Wawancara
Wawancara merupakan jenis penilaian tidak terlulis/non-test secara lisan.
Pertanyaan yang diungkapkan umumnya menyangkut segi-segi sikap dan kepribadian
calon pengawas madrasah. Jenis ini dilakukan secara langsung dengan maksud untuk
memperoleh bahan-bahan penilaian bagi calon pengawas madrasah. Penilaian yang dapat
dilaksanakan menggunakan wawancara adalah kompetensi kepribadian dan kompetensi
sosial sesuai dengan kisi-kisi tes wawancara ( lampiran 2)

5) Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap kualitas suatu produk. Penilaian
produk meliputi penilaian kemampuan calon pengawas madrasah membuat produk
karya tulis ilmiah serta dalam mempresentasikannya.
a) Penilaian Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Untuk penilaian karya tulis ilmiah memiliki indikator sebagai berikut:
(kriteria penilaian KTI lampiran 3)
 Orisinalitas karya tulis;
 Berapian pada tata aturan penulisan karya tulis ilmiah;
 Ketepatan teori yang digunakan;
 Bobot permasalahan atau konsep yang dipaparkan;
 Sumber pustaka
b) Presentasi KTI.
Untuk presentasi karya tulis memiliki indikator sebagai berikut: (kriteria
presentasi KTI lampiran 4)
 Penguasaan materi;
 Kemampuan pemaparan;

511
 Kemampuan argumentasi

6) Prosedur Penilaian
a) Penilaian Berkas/Dokumen
b) Kantor Kementerian Agama Kota/Kabupaten mengirimkan berkas-berkas
penilaian calon pengawas madrasah kepada Kanwil Kementerian Agama Provinsi.
c) Berkas-berkas yang dikirimkan adalah sebagai berikut:
• Kelengkapan persyaratan dan berkas yang telah lulus penilaian di tingkat Kantor
Kementerian Agama Kota/kabupaten.
• Karya tulis ilmiah yang disusun sesuai ketentuan sistematika penulisan disertai
dengan bukti fisik yang relevan (sesuai lampiran).
• Hasil Pengamatan Lapangan (jika diperlukan).
d) Penilaian
Penilaian dilakukan secara komprehensif terhadap 4 (empat) komponen yaitu: tes
tertulis, wawancara, berkas tertulis (KTI), presentasi KTI.
7) Tim Penilai
Dalam pelaksanaan penilaian Akademik bagi Calon Pengawas Madrasah diharapkan
dinilai oleh orang yang berkompeten dan menguasai hal-hal yang terkait dengan
pengawasan pendidikan. Unsur-unsur penilai dimaksud adalah:
a) Unsur-unsur Tim Penilai:
 Unsur Akademisi
 Unsur Pusat Pendidikan dan Latihan/Balai Diklat
 Unsur Pengawas
 Unsur Pejabat Kependidikan dan Kepegawaian Kementerian Agama
b) Persyaratan Tim Penilai
 Unsur akademisi minimal Lektor Kepala dan berpendidikan S-3
 Unsur Pendidikan dan Latihan/Balai Diklat adalah widyaiswara dengan golongan
paling rendah IV/a dan memiliki spesialisasi kepengawasan
 Unsur Pengawas golongan paling rendah IV/a
 Unsur Pejabat struktural paling rendah eselon IV

8) Pendidikan dan pelatihan calon Pengawas Madrasah


Tahapan selanjutnya apabila telah lulus mengikuti uji kompetensi maka calon Pengawas
Madrasah mengikuti Diklat Calon Pengawas Madrasah adalah diklat prasyarat bagi guru

512
PNS yang pernah diberi tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah/madrasah
dan/atau guru PNS yang diberi tugas sebagai kepala madrasah untuk dapat diangkat
dalam jabatan fungsional pengawas madrasah yang bertujuan untuk memberikan
pembekalan kompetensi inti yang diperlukan seorang pengawas madrasah dalam
menjalankan tugasnya. Diklat ini diikuti oleh calon pengawas madrasah yang telah
memenuhi persyaratan administrasi dan lulus seleksi akademik bidang pengawasan. yang
meliputi tahapan pelatihan dalam jabatan atau On the job Training-1 (OJT-1), In the Job
Training (IJT), dan On the Job Training-II (OJT-II). Calon pengawas madrasah yang telah
memenuhi persyaratan dan telah memenuhi persyaratan diklat calon pengawas madrasah
serta memperoleh STTPP dari instansi pelaksana pelatihan dapat diusulkan untuk
diangkat dalam jabatan pengawas madrasah.

B. Tahapan Pelaksanaan Kepengawasan


Pengawas madrasah memiliki tugas pokok untuk melakukan pengawasan
akademik dan manajerial pada satuan Pendidikan, maka Pengawas madrasah perlu
melakukan tahapan-tahapan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan
program pengawasan, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan, serta
pembimbingan dan pelatihan profesional guru
1. Penyusunan Program Pengawasan
Penyusunan program pengawasan adalah kegiatan pengawas madrasah dalam
menyusun program pengawasan akademik dan manajerial, program pembinaan guru
dan/atau kepala madrasah, program pemantauan pelaksanaan Standar Nasional
Pendidikan dan program penilaian kinerja guru dan/atau kepala madarsah, serta
program pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala madrasah, adapun
tentang format dan penjelasan penyusunan program kepengawasan dapat dipelajari dari
buku pedoman kepengawasan
2. Pelaksanaan Program Kepengawasan
Pelaksanaan program pengawasan meliputi tiga hal, yaitu: (1) pelaksanaan
pembinaan guru dan/atau kepala sekolah; (2) memantau pelaksanaan Delapan SNP;
dan (3) melaksanakan penilaian kinerja guru dan/atau kepala sekolah. adapun tentang
format instrumen dan penjelasan pelaksanaan program pelaksanaan kepengawasan dapat
dipelajari dari buku pedoman kepengawasan
3. Melaksanakan Penilaian Kinerja Guru dan/atau Kepala Madrasah
a. Materi penilaian kinerja guru meliputi kompetensi pedagogis dan profesional,

513
yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan melaksanakan
penilaian hasil pembelajaran.
b. Materi penilaian kinerja kepala madrasah meliputi kompetensi kepribadiandan sosial,
kepemimpinan pembelajaran, pengembangan madrasah,
c. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan penilaian kinerja guru dan/atau
kepala madrasah adalah sebagai berikut.
1) Mencermati RPA/RPM untuk kegiatan penilaian kinerja guru dan/atau
kepala madrasah
2) Melaksanakan pemantauan keterlaksanaan penilaian kinerja guru dan/atau kepala
madrasah sesuai dengan skenario kegiatan yang telah direncanakan dalam
RPA/RPM
3) Membuat surat keterangan pelaksanaan pemantauan pelaksanaan penilaian kinerja
guru dan/atau kepala madrasah yang dilampiri dengan daftar hadir
4) Mengolah nilai kinerja guru dan kepala madrasah sesuai dengan format yang
telah ditentukan
4. Evaluasi Hasil Pelaksanaan Program Pengawasan
Evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan adalah kegiatan menilai
keberhasilan pelaksanaan program pengawasan yang wajib dilaksanakan oleh setiap
pengawas madrasah. Evaluasi hasil pelaksanaan meliputi empat hal, yaitu (1)
melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaanpembinaan guru dan/atau kepala madrasah;
(2) melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan pemantauan SNP; (3) melaksanakan
evaluasi pelaksanaan penilaian kinerja guru dan/atau kepala madrasah; dan (4)
melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program dikabupaten/ kota
5. Pembimbingan dan Pelatihan Profesional Guru dan/atau Kepala Madrasah
Pembimbingan dan pelatihan profesional guru di KKG/MGMP/MGBK pada setiap jenis
dan jenjang pendidikan serta di semua madrasah binaan berupa kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutan (PKB) guru dan/atau kegiatan lainnya. PKB guru berupa
pengembangan diri, karya tulis ilmiah, dan karya inovatif. Pengembangan diri dapat
dilakukan melalui Pembimbingan dan pelatihan profesional kepala madrash di KKM
pada semua jenis dan jenjang pendidikan berupa kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan (PKB) kepala sekolah dan/atau kegiatan lainnya. PKB kepala sekolah
berupa pengembangan diri, karya tulis ilmiah, dan karya inovatif. Pengembangan diri
dilakukan melalui diklat fungsional dan kegiatan kolektif kepala sekolah.

514
C. Sistem analisis peserta pembinaan Pengawas Madrasah melalui Pelaksanaan
Penilaian Kinerja Pengawas Madrasah (PKPM) dan Asesmen Peningkatan Kompetensi
Pengawas Madrasah (APKPM)
Pemetaan peserta pembinaan dilakukan berdasarkan profil Pengawas Madrasah yang
diperoleh dari hasil analisis antara lain:
a. Penilaian Kinerja Pengawas Madrasah (PKPM) yaitu penilaian dari tiap butir kegiatan
tugas utama/pokok pengawas madrasah yang dikembangkan menjadi indikator
penilaian kinerja dalam rangka pembinaan utama, pembinaan karier, kepangkatan
dan jabatan pengawas madrasah yang dilaksanakan akhir tahun anggaran oleh atasan
langsung ( Kepala Kemenag Kab/Kota).
Aspek yang dinilai pada penilaian kinerja pengawas madrasah mengacu kepada
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan RB Nomor 21 Tahun 2010
yang meliputi:
1) Penyusunan program pengawasan
2) Pelaksanaan program pengawasan
3) Evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan
4) Pembimbingan dan Pelatihan profesional guru dan/ atau kepala madrasah
Jenis penilaian yang digunakan dalam menilai kinerja pengawas madrasah adalah
penilaian tahunan yang dilaksanakan secara periodik setiap tahun disesuaikan
dengan kalender pengawasan madrasah

b. Asesmen Peningkatan Kompetensi Pengawas Madrasah (APKPM), yaitu suatu


kegiatan yang dilakukan sebagai upaya meningkatkan kemampuan profesional
dengan tujuan untuk memetakan kompetensi yang dimiliki oleh pengawas madrasah
yaitu meliputi kompetensi supervisi akademik, kompetensi supervisi manajerial,
kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian dan pengembangan, yang
dilaksanakan setiap akhir tahun anggaran oleh Tim Pengembang Provinsi.
Tujuan dan manfaat dari pelaksanaan PKPM dan APKPM adalah:
1) Mengembangkan analisis kekuatan dan kelemahan proses dan hasil pelaksanaan
tugas pengawas sekolah sebagai dasar pengembangan dan perbaikan mutu
profesi.
2) Bagi pemangku kepentingan, proses dan hasil penilaian kinerja pengawas ini
dapat dijadikan dasar pembinaan pengawas sekolah, khususnya sebagai analisi

515
kebutuhan peningkatan kompetensi pengawas melalui program pendidikan dan
latihan serta pengembangan profesi pengawas madrasah lainya
Dari hasil analisis nilai APKPM dan PKPM maka akan tersusun profil pengawas madrasah
melalui dua pemetaan yakni:
1) Pengawas madrasah yang nilai kompetensi dan kinerjanya kategori baik dan amat
baik maka perlu melakukan kegiatan pengembangan profesi lanjutan yang meliputi
pembuatan karya tulis dan/atau karya ilmiah di bidang pendidikan
formal/pengawasan, penerjemahan/penyaduran buku dan/atau karya ilmiah di
bidang pendidikan formal/ pengawasan dan pembuatan karya inovatif, namun tetap
dilakukan pembinaan kompetensi sebagai upaya kontrol mutu.
2) Pengawas madrasah yang nilai kompetensi dan kinerjanya kategori kurang, sedang
dan cukup maka akan dilakukan pembinaan sesuai dengan yang tercantum dalam
Permendiknas nomor 12 tahun 2007 yaitu melalui pembinaan peningkatan
kompetensi pengawas.

D. Program Pembinaan Kualifikasi, Kompetensi/ Profesi dan pembinaan Karir


pengawas Madrasah
Pembinaan Pengawas Madrasah adalah proses untuk membantu Pengawas
dalam membentuk, meningkatkan, mengembangkan dan mengubah pengetahuan,
keterampilan sikap dan tingkah lakunya agar dapat mencapai standar tertentu sesuai
dengan apa yang dituntut oleh jabatannya, dengan tujuan meningkatnya kualifikasi, profesi,
dan karier pengawas madrasah sehingga dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
sebagai pengawas profesional.
Dengan kata lain, pembinaan mempunyai arah untuk mendayagunakan semua
sumber daya sesuai dengan rencana dalam rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
1. Tujuan pembinaan adalah meningkatkan kualifikasi, profesi, dan karier pengawas
madrasah sehingga dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pengawas
profesional. Adapun tujuan khusus pembinaan pengawas madrasah adalah agar
Pengawas mampu: (1) melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam melaksanakan
pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang dibinanya; (2)
Meningkatkan kompetensi kepribadian, supervisi akademik, supervisi manajerial,
evaluasi pendidikan, penelitian dan pengembangan, dan sosial, sehingga dapat
mempengaruhi kinerjanya; (3) melakukan inovasi pendidikan dalam rangka

516
meningkatkan mutu pendidikan di madrasah binaannya; (4) Mengembangkan karier
jabatan pengawas.
2. Manfaat Pembinaan
Manfaat pembinaan pengawas madrasah adalah (1) Mewujudkan kualifikasi
pengawas madrasah sesuai peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun
2007; (2) Meningkatnya kompetensi pengawas madrasah diharapkan berdampak
terhadap peningkatan kinerja dan hasil kerjanya. (3) Meningkatkan karier pengawas
madrasah diharapkan berdampak terhadap kesejahteraannya.
3. Prinsip Pembinaan
Pembinaan Pengawas madrasah mengedepankan prinsip sebagai berikut:
a. Persamaan Hak adalah prinsip dasar dimana pembinaan pengawas harus diberikan
kepada setiap pengawas madrasah, sejak dari pangkat terendah sampai pada pangkat
tertinggi, tanpa membedakan masa kerja.
b. Transparansi adalah prinsip keterbukaan yang perlu ditumbuh kembangkan melalui
aturan formal yang dapat diterima oleh semua pihak dan telah disosialisasikan.
c. Objektif adalah prinsip proses pengambilan keputusan yang tepat, tidak mengandung
nilai subjektivitas, karena faktor kedekatan, kekerabatan, kedaerahan serta
kekeluargaan dan lain-lain.
d. Akuntabel yakni prinsip pertanggung jawaban secara hukum; tidak mengandung
cacat hukum dalam proses, mekanisme, prosedur, dan administrasi agar terhindar
dari kesalahan yang berakhir di ranah hukum.
e. Terukur adalah diterapkannya indikator kinerja yang dapat dihitung kepada setiap
pengawas. Ukuran kinerja dapat disesuaikan dengan penilaian hasil kinerja
pengawas madrasah.
4. Kategori Pembinaan Pengawas Madrasah meliputi: pembinaan yang berhubungan
dengan pengetahuan dan pembinaan yang berhubungan dengan mental, yakni
menumbuhkan kesadaran yang mengarah kepada pencapaian profesionalisme
5. Instansi Pembinaan Pengawas Madrasah adalah Instansi yang kapasitasnya sesuai
dengan kapasitas sebagai pembina sebagaimana Peraturan Menteri Agama No. 2 tahun
2012 Bab XII pasal19 ayat (2) meliputi: “Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi melalui Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/ Kota, dapat juga
melibatkan: (1) Unsur Akademisi (PerguruanTinggi); (2) Unsur Birokrasi (Pejabat atasan
langsung Pengawas); dan (3) Unsur Pokjawas.

517
6. Ruang Lingkup Pembinaan
Ruang lingkup pembinaan mencakup:
a. Peningkatan kualifikasi akademik
Pembinaan kualifikasi ditujukan agar para pengawas dapat meningkatkan tingkat
pendidikan formal sampai minimal berpendidikan Sarjana (SI) bagi yang
berpendidikan diploma, dan berpendidikan S-2 bagi pengawas yang berpendidikan
S1.
b. Pengembangan Kompetensi diarahkan pada peningkatan kompetensi pengawas
mencakup kompetensi pribadi, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik dan
kompetensi profesional.
c. Pembinaan Karier
Pembinaan karier pengawas diarahkan untuk mempercepat kenaikan pangkat dan
jabatan pengawas sesuai dengan ketentuan yang berlaku melalui pengumpulan
angka kredit. Jenjang Jabatan pengawas mulai dari pengawas pertama sampai pada
pengawas utama.
7. Materi Pembinaan Pengawas Madrasah
Materi pembinaan terbagi menjadi tiga kategori, sebagai berikut:
a. Kelompok Dasar:
1) Perundang Undangan dan Kebijakan Pendidikan dan kebudayaan
2) Peraturan Kementerian Agama di Bidang Pendidikan
3) Filosofi dan Landasan Pendidikan
4) Peraturan Menteri Tentang Pengawas
b. Kelompok Inti:
1) Kompetensi Kepribadian: a. Pengembangan Diri b. Motivasi
2) Kompetensi Supervisi Manajerial:
3) Metode, teknik, dan Prinsip Supervisi Manajerial
4) Program Pengawas
5) Program Tahunan, Semesteran, dan Kunjungan kelas
6) Laporan Hasil Kepengawasan
7) MPMBS
8) Administrasi Pendidikan
9) TQM dan Sistem Manajemen Mutu
10) Konsep Bimbingan Konseling
11) Penyusunan Rencana Kerja Madrasah

518
12) Akreditasi Madrasah
13) Evaluasi Diri Madrasah
c. Kompetensi Supervisi Akademik:
1) Konsep, prinsip, teori dasar, dan karakteristik mata pelajaran dan proses
pembelajaran mata pelajaran yang diampu
2) Pengembangan kurikulum (KTSP)
3) Penyusunan silabus
4) Strategi/metode/teknik Pembelajaran
5) Penyusunan RPP
6) Administrasi Keguruan
7) Media Pembelajaran
8) Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran
d. Kompetensi Evaluasi Pendidikan:
1) Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
2) Penilaian Kinerja Kepala Madrasah
3) Penilaian Kinerja Guru
4) Penilaian Kinerja Staf Madrasah
5) Supervisi Klinis
6) Analisis butir soal
e. Kompetensi Penelitian dan Pengembangan:
1) Penelitian Tindakan Sekolah/Madrasah
2) Penelitian Tindakan Kelas
3) Konsep Penyusunan Modul dan Buku Pelajaran
f. Kompetensi Sosial:
1) Dinamika Kelompok
2) Peran dan Fungsi Kelompok Kerja Pengawas (pokjawas)
g. Kelompok Penunjang
1) Penilaian Angka Kredit Guru
2) Penilaian Angka Kredit Pengawas
3) Penguasaan Komputer Dasar
4) Konsep Coaching dan Mentoring

519
8. .Macam-macam pembinaan Pengawas Madrasah
Pelaksanaan pembinaan kompetensi Pengawas dikutip dari buku pedoman pembinaan
pengawas madrasah yang disusun oleh Dirjen Pendis Kementerian Agama RI bahwa
pembinaan pengawas meliputi:
a. Pembinaan Kualifikasi
Pembinaan kualifikasi pengawas yang dilakukan untuk mencapai standar kualifikasi yang
telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 12 tahun 2007 tentang
kualifikasi pengawas sekolah/madrasah, di mana pengawas sekolah/madrasah minimal
berpendidikan S-1 untuk pengawas RA dan MI, sedangkan pengawas tingkat MTs, MA, dan MAK
diutamakan berpendidikan S-2. Pembinaan kualifikasi dapat ditempuh melalui:
1) Beasiswa Pemerintah Pusat
2) Bantuan Biaya Pendidikan
3) Izin belajar untuk Pendidikan lanjutan secara mandiri

b. Pembinaan Kompetensi/ Profesi pengawas madrasah dilakukan dalam rangka


melaksanakan program Kemenetrian Agama Provinsi Jawa Timur yaitu Gerakan Ayo
membangun Madrasah (GERAMM) dengan tujuan untuk meningkatkan Kompetensi pengawas
madrasah yang meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi supervisi manajerial,
kompetensi supervisi akademik, kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian
pengembangan, dan kompetensi sosial.
Kegiatan pembinaan pengawas madrasah dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
No Bentuk Kegiatan Tujuan Pelaksana
1 Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
yaitu aktivitas pengawas madrasah
yang dilaksanakan melalui
pembelajaran dengan melibatkan Pusdiklat/
narasumber untuk berbagi gagasan Balai Diklat
dan keahlian melalui kegiatan- Keagamaan
kegiatan yang berbasis kelompok (BDK)
baik dalam skala besar atau kecil.
Hal-hal yang dikaji melalui diklat
dapat berupa eksplorasi teori,

520
pemodelan atau pendemonstrasian
keterampilan, simulasi praktik,
pemberian balikan terhadap kinerja,
atau coaching dan mentoring di
tempat kerja.

2 Pelaksanaan TOT master trainer


yaitu dengan pendekatan In On In
yaitu In service learning 1 (in-1), on
the job Learning (on), dan in service
learning 2 (In-2). In-1 merupakan
Kegiatan pelatihan dengan
menggunakan sistem tatap muka,
peserta dikumpulkan pada suatu
tempat dan diberi
Mencetak Tim
bimbingan/informasi oleh
trainer pengembang
narasumber, serta diakhiri dengan
Provinsi (P1) provinsi
penyusunan rencana tindak lanjut.
On adalah Kegiatan pelatihan di
mana peserta melakukan kegiatan di
tempat kerjanya sesuai dengan
rencana tindak lanjut yang disusun
pada In-1, Sedangkan In-2 adalah
peserta diklat dikumpulkan kembali
untuk mempresentasikan laporan
kegiatan yang dilakukan pada On 1.
2 Pengembangan training regular
Melatih
untuk pengawas madrasah di
narasumber
kabupaten/kota yang dilakukan Tim pengembang
(P2) pada
secara mandiri melalui Pokjawas kabupaten/kota
kegiatan
oleh Trainer yang sudah dilatih di
ilmiah
tingkat Provinsi (P1)

521
3 Workshop peningkatan kompetensi
pengawas, Materi yang dibahas
berkisar pada: - meningkatkan
(a) peningkatan kompetensi kemampuan
pengawas, (b) tugas pokok dan profesional di
fungsi pengawas, (c) kinerja dan bidang
hasil kerja pengawas, (d) kepengawasan
penyusunan program kerja - Melatih
Tim pengembang
pengawas, (e) pelaporan hasil kerja, pengawas dalam
kabupaten/kota
(g) inovasi pendidikan dan melaksanakan
dan pokjawas
pembelajaran/bimbingan, (h) sistem tupoksinya,
evaluasi, (i) pengembangan - mengembangka
kurikulum, (j) manajemen n kompetensi
madrasah, (k) administrasi dibidang KTI
madrasah dan (l) kegiatan akademik dan karya
lainnya sesuai dengan inovasi
kebutuhan.(m) KTI dan karya
inovasi
4 Mapping kinerja pengawas Pokjawas
5 Pembimbingan Sejawat, Mentoring
dilaksanakan oleh pengawas utama
Melaksanakan
(Golongan IV/d atau IV/e), dan bila
Tugas Pokok dan
tidak ada maka dibina oleh
Fungsi Pengawas
pengawas yang golongannya berada Mandiri/
yaitu
setingkat di bawahnya. kelompok/
pembimbinganter
Pendampingan terutama difokuskan pokjawas
hadap pengawas
pada pelaksanaan tugas
muda kurang dari
kepengawasan di madrasah
3 tahun
binaannya

6 Forum Group Discussion (FGD), untuk


Forum di mana setiap pengawas bisa memecahkan Pokjawas
setiap

522
bertukar pikiran berdasarkan permasalahan
pengalamannya masing-masing kepengawasan
yang dilakukan di
madrasah binaan
7 Menjalin kerja sama dengan Membangun
perguruan tinggi dalam mitra kerja
Tim pengembang
pengembangan profesi pengawas dalam
kabupaten/kota
(penulisan dan penerbitan KTI) menyalurkan
dan pokjawas
kompetensin
ya
6 Pemberdayaan organisasi Untuk
profesi pengawas madrasah memfasilitasi
Pokjawas provinsi
pengawas
dan
dalam
kabupaten/kota
melaksanaka
n tupoksinya
7 Pendampingan dan untuk
pengembangan sistem karier membantu
Tim
pengawas para
pengembang
pengawas
kabupaten/k
dalam
ota dan
kenaikan
pokjawas
pangkat dan
jabatannya

c. Pembinaan Karier Pengawas


Pembinaan dan pengembangan karier pengawas dilaksanakan dalam rangka kenaikan
pangkat dan jabatan fungsionalnya yang di dalamnya melekat kemampuan professional dan
penampilan kinerjanya.
Pembinaan dan pengembangan karier pengawas adalah upaya terencana untuk membantu
para pengawas dalam kenaikan pangkat dan jabatannya melalui pengumpulan angka kredit
jabatan fungsional. Pembinaan dilakukan agar kenaikan pangkat dan jabatan pengawas bisa
tepat waktu

523
Mekanisme Pembinaan karier kepangkatan pengawas, sebagai berikut:
1) Pendataan Jenjang dan Golongan Pengawas.
Kegiatan ini dilakukan oleh Pokjawas Tingkat Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan
Kantor Kementerian Agama setempat.
2) Rekapitulasi Hasil Pendataan.
Pokjawas Kabupaten/Kota merekap hasil pendataan jenjang/golongan pengawas dan
diserahkan ke pokjawas provinsi.
3) Rekapitulasi Jenjang dan Golongan Pengawas di Tingkat Provinsi.
Pengurus Pokjawas Provinsi merekap pendataan jenjang/golongan di tingkat provinsi
berdasarkan rekapitulasi pendataan tingkat kabupaten/Kota.
4) Pembentukan Tim Bimbingan sejawat.
Kantor Wilayah Kementerian Agama Membentuk tim pembimbing yang beranggotakan
Pengawas Utama dan/atau Pengawas yang kompeten.
5) Pelaksanaan Bimbingan Sejawat.
Tim Pembimbing mendampingi para pengawas dalam pembinaan karier agar tercapai
angka kredit sesuai yang dipersyaratkan
6) Pembentukan Tim Penilai.
Kementerian Agama Pusat Membentuk Tim Penilai Angka Kredit.
7) Pembentukan Tim Pembinaan Karier Pengawas Madrasah.
Kementerian Agama membentuk Tim pembinaan karier pengawas madrasah, untuk
memberikan pengetahuan tentang pengembangan karier pengawas.
8) Pembentukan Forum Kolaborasi pengawas tingkat wilker yang difasilitasi Kementerian
Agama untuk mengembangkan karya ilmiah dan Karya Inovatif lainnya.

9. Strategi pelaksanaan pembinaan kompetensi Pengawas Madrasah di Jawa Timur


Strategi pelaksanaan pembinaan kompetensi pengawas madrasah melalui kegiatan
pengembangan diri pada kegiatan kolegial di kelompok kerja pengawas yang dilaksanakan di
Kementerian Agama Jawa Timur adalah melalui strategi Multi Level Asistance (MLA), dimana
pengawas yang sudah menerima pembinaan/ pelatihan di tingkat Jawa Timur akan
melatih/membina pengawas sejawat di tingkat kabupaten/kota. Pada pelaksanaan kegiatan di
tingkat provinsi perekrutan peserta kegiatan diutamakan bagi pengawas madrasah yang
memiliki nilai kompetensi dan kinerja minimal baik serta memiliki komitmen tinggi yang
dibuktikan dengan penandatanganan pakta integritas kesanggupan untuk melaksanakan
pengimbasan terhadap teman sejawat dan mengembangkan hasil pelatihan, bersama-sama

524
dengan tim pengembang kabupaten/kota. Pengawas yang sudah melaksanakan kegiatan
pengimbasan di tingkat kabupaten selanjutnya akan menyusun laporan yang akan diverifikasi
oleh pelaksana kegiatan ditingkat provinsi untuk diberikan sertifikat dengan kategori lulus
mengikuti kegiatan. (contoh pakta integritas pada lampiran 7)

E. Perlindungan Hukum Hak , Peningkatan Kesejahteraan dan Penghargaan Pengawas


Terbaik
1. Perlindungan hukum, perlindungan profesi dan perlindungan kesehatan, serta
keselamatan kerja melalui:
a. Gerakan sadar hukum Advokasi pengawas Madrasah.
b. Perlindungan hak atas kekayaan intelektual (Perlindungan hak cipta madrasah,
Perlindungan program inovasi, hak cipta atas hasil karya).
c. Pendidikan antikorupsi bagi Pengawas Madrasah.
d. Optimalisasi perlindungan profesi.
e. MoU dengan lembaga penjamin.
f. (BPJS/Jamsostek).

2. Hak yang seharusnya diperoleh pengawas madrasah yang profesional adalah:

a. Menerima gaji sebagai pegawai negeri sipil sesuai dengan pangkat dan golongannya.

b. Memperoleh tunjangan fungsional sesuai dengan jabatan pengawas yang dimilikinya,

c. Memperoleh biaya operasional/rutin untuk melaksanakan tugas-tugas kepengawasan


seperti transportasi, akomodasi, dan biaya untuk kegiatan kepengawasan.

d. Memperoleh tunjangan kinerja/tunjangan profesi pengawas.

e. Menerima subsidi dan insentif untuk menunjang pelaksanaan tugas dan pengembangan
profesi pengawas.

f. Memperoleh tunjangan khusus bagi pengawas yang bertugas di daerah terpencil,


rawan kerusuhan, dan atau daerah bencana alam.

3. Pemberian Penghargaan Kepada Pengawas Terbaik

Pengawas Madrasah dalam konteks ini memiliki tanggung jawab melaksanakan supervisi
sehingga mampu meningkatkan kemampuan guru dalam membimbing prestasi siswa di

525
Madrasah. Mengingat tugas dan tanggung jawab Pengawas Madrasah sebagai supervisor yang
cukup banyak, sehingga pengawas Madrasah diharapkan mampu menjalankan tugas dan
perannya secara baik

Mengingat pentingnya peran Pengawas Madrasah yang berdedikasi dan berprestasi


dalam meningkatkan profesinya, maka sudah sepantasnyalah kepada Pengawas Madrasah,
diberikan penghargaan yang layak. Sistem penghargaan dalam bentuk “Anugerah Pengawas
Madrasah Terbaik” perlu dilakukan secara ketat, transparan, dan terukur sehingga dapat
memberi rasa kebanggaan yang dapat memotivasi para pengawas madrasah untuk
meningkatkan tugas-tugas profesinya, yang pada akhirnya mampu menjawab tantangan era
global yang berbasis keunggulan.

Anugerah Pengawas Madrasah Terbaik dimulai pelaksanaannya dari tingkat kabupaten/


kota dan provinsi, hal ini merupakan salah satu bentuk penghargaan yang diberikan oleh
Kementerian Agama kepada mereka yang memiliki dedikasi, kompetensi, kinerja, dan prestasi
tinggi. Khususnya dalam bidang pengembangan profesionalisme yang relevan dengan tugas
mereka sebagai pengawas madrasah. Mekanisme Pemberian Penghargaan tingkat
kabupaten/kota dan provinsi seperti yang tertuang dalam juknis Pelaksanaan Kompetisi guru,
Kepala dan Pengawas Madrasah berprestasi.

F. Monitorng dan Evalauasi, Laporan dan Penjamin Mutu


1. Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilaksanakan saat perencanaan, proses pelaksanaan, dan
pelaporan kegiatan peningkatan kompetensi Pengawas Madrasah baik yang dilaksanakan di
tingkat provinsi maupun di kabupaten/kota. Tim monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Tim
Penjamin Mutu GERAMM di kabupaten/kota atau Tim Penjamin Mutu GERAMM provinsi sesuai
dengan tingkatan pelaksanaan kegiatan. Pelaporan monitoring dan evaluasi disusun 2 kali
dalam 1 tahun oleh Tim Penjamin Mutu GERAMM kabupaten/kota atau provinsi, (contoh
format monev terlampir)

2. Penjaminan Mutu Kegiatan


Penjaminan mutu kegiatan dilaksanakan sebelum, selama, dan setelah pelaksanaan kegiatan
peningkatan kompetensi Pengawas Madrasah oleh penyelenggara kegiatan, terutama pada
pelaksanaan pembinaan atau pelatihan peningkatan kompetensi pengawas madrasah dengan
menggunakan instrumen yang dirancang oleh penyelenggara kegiatan (contoh instrument
terlampir). Tugas penyelenggara kegiatan adalah memastikan perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelaksanaan kegiatan peningkatan kompetensi pengawas madrasah berjalan sesuai
dengan tujuan pelaksanaan program Kata Siawas.

3. Pelaporan
Pelaporan pelaksanaan kegiatan peningkatan kompetensi pengawas madrasah dilaksanakan di
akhir pelaksanaan kegiatan oleh penyelenggara kegiatan, (contoh tamplate laporan terlampir).

526
INSTRUMEN

527
BIODATA PESERTA

WORKSHOP GERAKAN AYO MEMBANGUN MADRASAH (GERAMM) MELALUI


PENINGKATAN KOMPETENSI KEPALA MADRASAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN
KEPROFESIAN BERKELANJUTAN KEPALA MADRASAH KABUPATEN/KOTA ………….

TAHUN 2019

NAMA :

TEMPT TANGGAL LAHIR :

JENIS KELAMIN :

JABATAN :

UNIT KERJA :

ALAMAT MADRASAH :

ALAMAT RUMAH :

TELEPON/HP RUMAH :

PENDIDIKAN TERAKHIR :

EMAIL :

…………, ……Juni 2019

528
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROV. JAWA TIMUR
Jalan Raya Bandara Juanda No. 26 Sidoarjo

INSTRUMEN MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN


PENINGKATAN KOMPETENSI PENGAWAS MADRASAH

Kemenag Kab/Kota : ……………………………………………………..


Alamat kantor : ……………………………………………………..
Nama Kegiatan : ……………………………………………………..
Jumlah Peserta Kegiatan : ……………………………………………………..
a. Madrasah Ibtidaiyah : ……………………………………………………..
b. Madrasah Tsanawiyah : ……………………………………………………..
c. Madrasah Aliyah : ……………………………………………………..

Kelengkapan/
No Jenis Kegiatan kesesuaian Catatan
Ya Tidak
1. Perencanaan pelaksanaan kegiatan
pelatihan:
a. TOR/ Proposal kegiatan
b. Daftar peserta kegiatan
2. Persiapan Pelaksanaan kegiatan
a. Undangan
b. Daftar hadir peserta
c. Biodata
d. Pakta integritas peserta
3. Pelaksanaan kegiatan
e. Jadwal kegiatan
f. Daftar hadir nara sumber
g. Kesesuaian Materi kegiatan
h. Penggunaan metode pelaksanaan
kegiatan
i. Instrumen penjaminan mutu

PERMASALAHAN:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
PEMECAHAN:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
MASUKAN:
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………...
…………………, …………
Petugas Monev, Kasi Pendma
………………………. ……………………………….
529
NIP. …………………………. NIP. ………………………….
PAKTA INTEGRITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

NIP :

Tempat/ tanggal lahir :

Unit Kerja :

Alamat :

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Sanggup untuk menaati dan mengikuti seluruh ketentuan yang berlaku sebagaimana
yang diatur dalam kegiatan workshop.
2. Berkomitmen untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan agar dapat
melaksanakan tugas sebagai Kepala Madrasah secara profesional.
3. Sanggup untuk mengimplementasikan materi hasil kegiatan workshop di lingkungan
Madrasah
4. Berkomitmen untuk melaksanakan program pengembangan mutu Madrasah melalui
Gerakan Ayo Membangun Madrasah (GERAMM)

Surabaya, 27 Mei 2019


Peserta pelatihan

materai

………………………..

530
LAPORAN PELATIHAN PENINGKATAN KOMPETENSI PENGAWAS MADRASAH MELALUI
PROGRAM GERAKAN AYO MEMBANGUN MADRASAH

KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN ....................

........................., .................

DISUSUN OLEH:

………………………….

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

KANTOR KEMENTERIAN AGAMA

KABUPATEN…………….

TAHUN 2019

531
SISTEMATIKA LAPORAN

DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................ i

Halaman pengesahan .......................................................................................... ii

Daftar Isi …………………………………………………………………….................... iii

Kata Pengantar ..………………………………………………………………............ iv

Bab I. Pendahuluan …………………………………………………………….......... 1

A. Latar belakang

B. Dasar Hukum

C. Tujuan

D. Manfaat

Bab II. Kerangka pikir

A. Pengertian pelaksanaan Pelatihan

B. Sasaran dan target pelaksanaan pelatihan

Bab III. Laporan Hasil kegiatan

A. Nama Kegiatan

B. Tempat dan waktu kegiatan

C. Jadwal dan naras umber

D. Hasil pelaksanaan kegiatan

E. Penjaminan mutu kegiatan

F. Rencana tindak lanjut

Bab IV. Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran

Lampiran-lampiran

532
533
BIODATA PESERTA

WORKSHOP GERAKAN AYO MEMBANGUN MADRASAH (GERAMM) MELALUI


PENINGKATAN KOMPETENSI KEPALA MADRASAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN
KEPROFESIAN BERKELANJUTAN KEPALA MADRASAH/GURU/PENGAWAS
KABUPATEN/KOTA ………….

TAHUN 2019

NAMA :

TEMPT TANGGAL LAHIR :

JENIS KELAMIN :

JABATAN :

UNIT KERJA :

ALAMAT MADRASAH :

ALAMAT RUMAH :

TELEPON/HP RUMAH :

PENDIDIKAN TERAKHIR :

EMAIL :

…………, …… Juni 2019

534
Lampiran 2
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROV. JAWA TIMUR
Jalan Raya Bandara Juanda No. 26 Sidoarjo

INSTRUMEN MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN


PENINGKATAN KOMPETENSI PENGAWAS/GURU/KEPALA MADRASAH

Kemenag Kab/Kota : ……………………………………………………..


Alamat kantor : ……………………………………………………..
Nama Kegiatan : ……………………………………………………..
Jumlah Peserta Kegiatan : ……………………………………………………..
a. Madrasah Ibtidaiyah : ……………………………………………………..
b. Madrasah Tsanawiyah : ……………………………………………………..
c. Madrasah Aliyah : ……………………………………………………..

Kelengkapan/
No Jenis Kegiatan kesesuaian Catatan
Ya Tidak
1. Perencanaan pelaksanaan kegiatan
pelatihan:
a. TOR/ Proposal kegiatan
b. Daftar peserta kegiatan
2. Persiapan Pelaksanaan kegiatan
a. Undangan
b. Daftar hadir peserta
c. Biodata
d. Pakta integritas peserta
3. Pelaksanaan kegiatan
j. Jadwal kegiatan
k. Daftar hadir nara sumber
l. Kesesuaian Materi kegiatan
m. Penggunaan metode pelaksanaan
kegiatan
n. Instrumen penjaminan mutu

PERMASALAHAN:
………………………………………………………………………………....................................…………….............……
………………………………………………………………………………………………………….............…………………
535
PEMECAHAN:
……………………………………………………………………………………………………………………..........………………
……………………………………………………………………………………………………...........………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
MASUKAN:
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………, …………

Petugas Monev, Kasi Pendma

………………………. ……………………………….
NIP. …………………………. NIP. ………………………….

536
Lampiran 3

PAKTA INTEGRITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

NIP :

Tempat/ tanggal lahir :

Unit Kerja :

Alamat :

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

5. Sanggup untuk menaati dan mengikuti seluruh ketentuan yang berlaku sebagaimana yang
diatur dalam kegiatan workshop.
6. Berkomitmen untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan agar dapat
melaksanakan tugas sebagai Kepala Madrasah secara profesional.
7. Sanggup untuk mengimplementasikan materi hasil kegiatan workshop di lingkungan
Madrasah
8. Berkomitmen untuk melaksanakan program pengembangan mutu Madrasah melalui Gerakan
Ayo Membangun Madrasah (GERAMM)

Surabaya, 27 Mei 2019


Peserta pelatihan

materai

………………………..

537
Lampiran 4

LAPORAN PELATIHAN PENINGKATAN KOMPETENSI PENGAWAS /GURU/KEPALA


MADRASAH MELALUI PROGRAM GERAKAN AYO MEMBANGUN MADRASAH

KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN ....................

........................., .................

DISUSUN OLEH:

………………………….

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

KANTOR KEMENTERIAN AGAMA

KABUPATEN…………….

TAHUN 2019

538
SISTEMATIKA LAPORAN

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................... i

Halaman pengesahan .......................................................................................... ii

Daftar Isi …………………………………………………………………….... iii

Kata Pengantar ..………………………………………………………………. iv

Bab I. Pendahuluan …………………………………………………………… 1

E. Latar belakang

F. Dasar Hukum

G. Tujuan

H. Manfaat

Bab II. Kerangka pikir

C. Pengertian pelaksanaan Pelatihan

D. Sasaran dan target pelaksanaan pelatihan

Bab III. Laporan Hasil kegiatan

G. Nama Kegiatan

H. Tempat dan waktu kegiatan

I. Jadwal dan naras umber

J. Hasil pelaksanaan kegiatan

K. Penjaminan mutu kegiatan

L. Rencana tindak lanjut

Bab IV. Penutup

C. Kesimpulan

D. Saran

Lampiran-lampiran

539
Lampiran 6a. Penilaian terhadap peserta

REKAPITULASI HASIL PENILAIAN SIKAP SETIAP


MATERI KEGIATAN PENINGKATAN KOMPETENSI
PENGAWAS/GURU/KEPALA MADRASAH

Materi .........................................................................................
Kelas
: .........................................................................................
Hari/Tang
: .........................................................................................
gal :

No Nama Peserta Instansi Nilai Setiap Aspek

Nilai Sikap
dan
Kedisiplinan Tanggung Kerjasama Perilaku
jawab
1.

2.

3.

4.

5.

Dst

.........................., ..............20 ..

Narasumber

(........................................)

540
INSTRUMEN EVALUASI PENYELENGGARAAN

KEGIATAN PENGUATAN KOMPETENSI PENGAWAS/GURU/KEPALA MADRASAH

Instansi : ………………………………………………………………….

Tempat : ……………………………………………………………..…..

Waktu Pelaksanaan : ………………......................................................................

Berilah skor untuk setiap unsur yang dievaluasi di bawah ini pada kolom
yang sudah disediakan.

NO PERNYATAAN JAWABAN
YA TIDAK
1. Ruang pelatihan nyaman
2. Ruang kelas sesuai dengan jumlah peserta
3. Kualitas penginapan baik (khusus bagi yang menginap)
4. Alat dan bahan pelatihan tersedia lengkap
5. Bahan ajar berkualitas baik
6. Konsumsi memadai
7. Menu makanan bervariasi
8. Kualitas pelayanan panitia baik
Jumlah jawaban “YA” ….. (a)
Skor yang diperoleh: a × 1 ……. (b)
Nilai Kinerja Penyelenggaraan: b/8 × 100 …… (C)
Sebutan Nilai (apabila Nilai 56-65 Cukup; 66-80 Baik; 81-100 ……………….

Sangat Baik

Saran:

.........., ....................20 ..

Peserta,

541
Lampiran 6c. Penilaian Nara Sumber

INSTRUMEN EVALUASI
NARASUMBER

KEGIATAN PENINGKATAN KOMPETENSI


PENGAWAS/GURU/KEPALA MADRASAH

Nama Narasumber : ……………………………………………..


Materi Pelatihan : ……………………………………………..
Tanggal : …………………………………………….

JAWABAN
NO PERNYATAAN

YA TIDAK
1. Menyampaikan materi sesuai dengan tujuan pelatihan
2. Menyajikan materi secara runut
3. Menguasai materi pelatihan
4. Menyajikan materi dengan jelas

5. Mengawali dan mengakhiri pembelajaran tepat waktu

6. Metode pelatihan sesuai dengan tujuan pelatihan


Menggunakan media pelatihan sesuai dengan materi
7. dan tujuan pelatihan
8. Bersikap santun selama penyajian materi
9. Menjawab pertanyaan peserta dengan jelas
Menggunakan bahasa dengan jelas, sehingga mudah
10. dimengerti
11. Memberikan motivasi kepada peserta dengan baik
12. Berpakaian sopan dan rapih
Jumlah jawaban “YA”
Skor yang diperoleh: a × 1 …... (a)
Nilai Kinerja Penyelenggaraan: b/12 × 100 …… (b)
…… (c)
Sebutan Nilai (apabila Nilai 56-65 Cukup; 66-80 Baik; 81-100 ……………….

Sangat Baik

Saran:

542
Lampiran 6d. Instrumen Monev pelaksanaan kegiatan diseminasi di Kabupaten/ Kota

INSTRUMEN MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN DISEMINASI


PENGAWAS/GURU/KEPALA MADRASAH

(ON JOB LEARNING )

Kemenag Kab/Kota : …………………………………………..

Alamat kantor : ……………………………………………..

Nama Master Trainer : ……………………………………………..

Jumlah Peserta Diseminasi :………………………………………..

Kelengkapan/
No Jenis Kegiatan kesesuaian Catatan
Ya Tidak
1. Koordinasi Master Trainer dengan
Kepala Kantor/ Kasi Pendma:
a. TOR/ Proposal kegiatan In-1
b. Daftar peserta kegiatan In-1
2. Sosialisai rencana kegiatan
diseminasi In Service Learning 1)
a. Undangan
b. Daftar hadir peserta
3. Pelaksanaan diseminasi (In Service
Learning 1)
a. Jadwal kegiatan
b. Daftar hadir peserta
c. Kesesuaian Materi kegiatan
d. Penggunaan metode pelaksanaan
kegiatan
PERMASALAHAN:

……………………………………………….……………………………………………………………………………………………

PEMECAHAN:

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

MASUKAN:

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

Kasi Pendma Petugas Monev

543
DAFTAR PUSTAKA

Akhyak, 2005. Profil Pendidik Sukses, Surabaya: Elkaf.

Arifin., 1991. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, Jakarta : PT Bumi Aksara.

Departemen Agama RI, 1983. Al Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta Yayasan Penyelenggara
Penerjemah dan Penafsir Al Qur’an.

E. Muljasa., 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Ghofir, Abdul., 1987. Proses Belajar-Mengajar, Malang : IAIN Sunan Ampel Fak. Tarbiyah
Malang.

Hamid, Dedi, 2003. Undang-undang No. 20 Tahuun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta,
Asokadikta Daruru Bahagia.

Http://edukasi.kompasiana.com/2012/01/04/tugas-dan-tanggung-jawab-seorang-guru/

Kunandar. 2008. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Mulyasa,E, 2005. Menjadi Guru Profesional, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E, 2007, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Munardji, 2004. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bina Ilmu.

Naim, Ngainun, 2011. Menjadi Guru Inspiratif, Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Pophanm, W.James -eva L.Baker,2005. Teknik Belajar Secara Sistematis, Jakarta: Rineka Cipta.

Sardiman, AM., 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada.

Sarimaya, Farida. 2008. Sertifikasi Guru. Bandung: CV. Yrama Widya.

Siregar, Marasudin, 1985. Didaktik, Metodik, dan Kedudukan dalam Proses Belajar Mengajar,
Yogyakarta, Sumbangsih.

Suryosubroto, 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta, PT. Rineka Cipta.

Tafsir, Ahmad,1992. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003., 2003. Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas), Bandung : Penerbit Citra Umbara.

Uno, Hamzah B.,2007. Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di
Indonesia, Jakarta, PT. Bumi Aksara.

Usman, Moh. Uzer, 1996. Menjadi Guru Profesional,Bandung, Remaja Rosdakarya.


544

Anda mungkin juga menyukai