Majas
Majas
Jenis majas perbandingan meliputi majas yang menggunakan gaya bahasa ungkapan dengan cara
menyandingkan atau membandingkan suatu objek dengan objek yang lainnya, yakni melalui
proses penyamaan, pelebihan, atau penggantian. Di dalam majas perbandingan ini pun masih
dapat dibagi ke dalam beberapa sub jenis, seperti :
1. Majas Personifikasi
Majas personifikasi menggunakan gaya bahasa yang ungkapannya seakan menggantikan fungsi
benda mati yang dapat bersikap seperti manusia. Majas ini membandingkan benda mati dan
manusia. Jadi, intinya adalah pada kata ‘person’ yang berarti orang, atau meng-orang-kan benda
mati.
Contoh: Pensil itu menari –nari di atas kertas untuk menghasilkan gambar yang begitu indah.
Keterangan: pensil adalah benda mati yang sudah pasti tidak bisa menari, tapi digambarkan
benda mati tersebut bisa menari layaknya manusia.
2. Majas Metafora
Majas metafora adalah suatu majas yang menggunakan sebuah objek yang bersifat sama dengan
pesan yang ingin disampaikan, melalui suatu ungkapan. Jadi, satu objek dibandingkan dengan
objek lain yang serupa sifatnya, tetapi bukan manusia.
Keterangan: anak emas adalah ungkapan bagi orang yang dianggap kesayangan.
3. Majas Asosiasi
Majas asosiasi adalah majas yang menggunakan ungkapan dengan membandingkan dua objek
berbeda, namun dianggap sama, yang dilakukan dengan pemberian kata sambung bagaikan, bak,
atau seperti. Perbandingan dalam majas ini disampaikan secara implisit, sehingga pembaca harus
menganalisa sendiri arti dari perumpamaan yang digunakan.
Contoh: Meskipun bukan saudara kembar, tapi kakak beradik itu bak pinang dibelah dua.
Keterangan: bak pinang dibelah dua artinya kedua saudara itu memiliki wajah sangat mirip.
4. Majas Hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang mengungkapkan sesuatu dengan kesan yang berlebihan, dan
bahkan membandingkan sesuatu dengan cara yang hampir tidak masuk akal.
Contoh: Kakek itu bekerja banting tulang siang malam untuk menghidupi cucu –cucunya.
Keterangan: bekerja banting tulang siang malam menunjukkan kesan berlebihan dari tindakan
bekerja keras.
5. Majas Eufemisme
Majas eufemisme adalah majas dengan gaya bahasa yang menggantikan kata-kata yang dianggap
kurang baik ata kurang etis, dengan padanan kata yang lebih halus dan bermakna sepadan.
Contoh: Perusahaan XYZ mengeluarkan kebijakan untuk memberikan kuota pekerjaan khusus
bagi kaum difabel.
Keterangan: kata difabel menggantikan frasa yang dianggap kurang baik, yakni “orang cacat”.
6. Majas Metonimia
Majas metonimia adalah majas yang menggunakan gaya bahasa dengan menyandingkan merek
atau istilah tertentu yang sudah populer, untuk merujuk benda yang sebenarnya lebih umum.
Contoh: Agar gigi bersih, kita harus rajin menggosok gigi dengan odol.
Keterangan: yang dimaksud dengan odol di sini adalah pasta gigi, karena odol sebetulnya
adalah merek dagang dari pasta gigi.
7. Majas Simile
Majas Simile ini bisa dikatakan menyerupai majas asosiasi yang menggunakan kata hubung
berupa : bak, bagaikan, atau seperti. Hanya bedanya, pada majas simile ini tidak membandingkan
dua objek yang berbeda, melainkan membandingkan kegiatan dengan menggunakan ungkapan
yang maknanya serupa dan disampaikan secara lebih lugas atau eksplisit. Jadi pembaca langsung
bisa menebak arti dari perumpamaan yang digunakan.
Contoh: Setelah kehilangan kakaknya, Dito bagaikan anak ayam kehilangan induknya, selalu
kebingungan.
Keterangan: bagaikan anak ayam kehilangan induknya menunjukkan adanya kegiatan yang
selalu dalam kebingunan tanpa arah dan tujuan.
8. Majas Alegori
Majas alegori adalah majas dengan gaya bahasa yang menyandingkan suatu objek dengan kata-
kata kiasan bermakna konotasi atau ungkapan.
Keterangan: kata suami diungkapkan sebagai nahkoda, yang bermaksud sebagai pemimpin
keluarga.
1. Jika sudah sampai pada dermaga kehidupan, pada anaklah kita akan berlabuh.
2. Ani sedang mencari pelabuhan cintanya, dan pada Adilah ia berlabuh.
3. Dalam pertarungan mencari jati diri, diri kita sendirilah petarungnya, dan orang tua
adalah pelatihnya.
4. Pertandingan politik ini, membutuhkan kapten yang tepat.
5. Di dalam perlombaan memenangkan hati, jurinya adalah perasaan.
9. Majas Sinekdok
Gaya bahasa sinekdok ini menunjukkan adanya perwakilan dalam mengungkapkan sesuatu. Agar
lebih jelas, kita bisa melihat pada pembagian majas sinekdok ini, di mana majas ini masih terbagi
lagi dalam dua macam, yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdok totem pro parte.
Sinekdok pars pro toto (part/ sebagian mewakili total) adalah gaya bahasa yang menyebutkan
sebagian unsur dengan maksud mewakili keseluruhan benda. Sedangkan sinekdok totem pro
parte (total mewakili part/ sebagian) adalah kebalikannya, yaitu berupa gaya bahasa yang
menunjukkan keseluruhan bagian yang mewakili hanya pada sebagian benda atau situasi saja.
Contoh:
Pars pro Toto: Selama seminggu ini, Riyan belum juga menampakkan batang hidungnya.
Keterangan: batang hidung adalah hanya sebagian dari Riyan, padahal yang dimaksud adalah
Riyan seluruhnya.
Totem pro Parte: Indonesia telah berhasil mendapatkan 11 medali emas Asian Games tahun ini.
Keterangan: Indonesia adalah seluruhnya, padahal yang dimaksud mendapat medali hanya
beberapa orang yang mewakili Indonesia saja.
1. Kita hanya perlu mewakilkan satu kepala saja dalam rapat ini.
2. Ibu membeli tiga ekor ayam untuk pesta nanti malam.
3. Dia hanya menampakkan batang hidungnya sebentar saja, lalu pergi.
Majas simbolik menggunakan gaya bahasa yang membandingkan antara manusia dengan sikap
makhluk hidup lain dalam bentuk ungkapan.
Majas Pertentangan
Majas pertentangan merupakan suatu bentuk gaya bahasa dengan kata-kata kiasan yang
bertentangan dengan yang dimaksudkan sesungguhnya. Jenis majas pertentangan dapat dibagi ke
dalam beberapa subjenis, meliputi :
1. Majas Litotes
Majas litotes adalah majas yang berkebalikan dengan majas hiperbola, tetapi lebih sempit pada
ungkapan yang bertujuan untuk merendahkan diri, dan pada kenyataannya yang dimaksud tidak
seperti yang dikatakan.
Keterangan: gubuk yang dimaksud adalah rumah, sekali pun sebetulnya bukan berbentuk gubuk
melainkan rumah yang sudah memiliki bangunan kokoh.
1. Apalah daya kami hanya bisa menyediakan pondok sederhana ini untuk kalian.
2. Silahkan dinikmati makanan seadanya ini.
3. Ini uang tanda terima kasih sekedar untuk mengganti ongkos pulsa.
4. Ya, baru mobil butut ini yang bisa kami beli.
5. Semoga kalian bisa nyaman dengan alas sederhana ini.
2. Majas Paradoks
Majas paradoks adalah majas dengan ungkapan membandingkan situasi asli atau fakta dengan
situasi yang berkebalikan.
Contoh: Aku merasa sepi di tengah – tengah pesta yang ramai ini.
3. Majas Antitesis
Majas antitesis adalah majas yang memadukan pasangan kata yang memiliki arti bertentangan.
Keterangan: kata baik dan buruk adalah dua makna yang bertentangan dan saling disandingkan.
Adalah gaya bahasa dengan ungkapan menyangkal ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya,
dan biasanya diikuti konjungsi, seperti kata kecuali atau hanya saja.
1. Kota – kota besar ini semakin mewah, kecuali kota – kota pinggiran yang semakin
tersisih.
2. Pesta ini sangat meriah, hanya saja di sudut kolam itu terlihat sepi.
3. Burung-burung di sini sangat cantik, kecuali burung kecil yang sedang terluka itu terlihat
buruk.
4. Hewan ternak milik Pak Sugi sehat – sehat, hanya saja ada beberapa ternak yang sakit –
sakitan.
5. Mobil-mobil di dealer ini sangat modern, kecuali satu mobil yang ada di ujung sana
terlihat kuno.
Majas Sindiran
Majas sindiran adalah kelompok macam majas yang menggunakan kata-kata kiasan yang
tujuannya adalah untuk menyindir seseorang atau perilaku dan kondisi tertentu. Jenis majas
sindiran terbagi ke dalam tiga subjenis, meliputi :
1. Majas Ironi
Majas ironi adalah majas yang menggunakan kata-kata bertentangan dengan fakta yang ada
dengan maksud menyindir. Jadi, seperti memuji di awal, tapi menunjukkan maksud sebenarnya
(yakni menyindir) di akhir kalimat.
1. Bersih sekali tempat ini, sampai –sampai bisa jadi sarang tikus.
2. Wangi sekali bajumu, sampai banyak lalat yang mengerubuti.
3. Besar sekali kadomu, sampai bisa dimasukkan dalam kantong celana.
4. Sepertinya dietmu sukses, berat badanmu naik hingga 10 kg.
5. Kakaknya baik sekali, mengantarkan adik ke sekolah saja enggan.
6. Santun sekali kamu, berbicara saja pakai membentak-bentak.
7. Pandai sekali kamu, matematika bisa mendpatkan nilai nol besar.
8. Rajin sekali adikku ini, matahari sudah di tengah kepala baru bangun.
9. Cepat sekali larimu, dibandingkan dengan kura-kura saja sama.
10. Pengertian sekali kamu, ada tamu tidak pernah dijamu.
2. Majas Sinisme
Majas sinisme ini menggunakan gaya bahasa yang menyampaikan sindiran secara langsung pada
hal yang disindir. Sinisme tidak menggunakan ungkapan untuk memperhalus sindiran seperti
ironi, namun sindiran juga tidak disampaikan secara kasar.
3. Majas Sarkasme
Majas ini menyampaikan sindiran secara langsung dan sifatnya kasar, sehingga cenderung
seperti hujatan.
Majas Penegasan
Majas penegasan adalah jenis gaya bahasa yang dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan
pengaruh kepada para pembaca atau pendengarnya agar menyetujui ujaran atau kejadian yang
diungkapkan. Majas penegasan dapat dibagi ke dalam tujuh subjenis, yang meliputi :
1. Majas Pleonasme
Majas ini menggunakan kata-kata yang maknanya sama, sehingga terkesan tidak efektif, namun
hal ini sengaja dilakukan untuk menegaskan suatu hal.
Contoh: Kita harus maju ke depan agar bisa menjelaskan pada teman sekelas.
2. Majas Repetisi
Gaya bahasa repetisi dilakukan dengan mengulang kata-kata yang ada dalam sebuah kalimat.
1. Dia adalah pelakunya, dia si pencuri itu, dialah yang mengambil jam tangan milikmu.
2. Saya ingin berubah, saya ingin rajin belajar, saya ingin pintar, saya ingin menjadi orang
sukses.
3. Lili adalah gadis cantik, Lili adalah gadis baik, Lili adalah gadis yang sempurna.
4. Siti begitu baik, Siti begitu mulia, Siti-lah yang selalu menolongku setiap kali aku ada
masalah.
5. Buku ini buku yang bagus, buku ini sangat istimewa, buku inilah yang mampu merubah
sudut pandangku.
6. Di tempat ini aku pertama kali bertemu dengannya, di tempat ini aku berkenalan, di
tempat ini aku selalu menunggunya, di tempat ini pula ia meninggalkanku.
7. Rumah ini adalah tempat paling nyaman, rumah ini adalah tempat paling
istimewa, rumah inilah tempat tinggalku satu-satunya.
8. Gadis itu telah berhasil merayuku, gadis itu berhasil memikat hatiku, gadis itulah yang
selalu mengisi ingatanku.
9. Komputer inilah yang selalu menemaniku, komputer inilah yang mengatarkanku pada
kesuksesan, komputer ini sudah seperti saudaraku.
10. Kota ini adalah tempat kelahiranku, kota ini tempatku dibesarkan, dan di kota ini pula
aku akan mati.
3. Majas Retorika
Majas retorika dilakukan dengan memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya, yang
sesungguhnya tidak perlu dijawab.
4. Majas Klimaks
1. Bayi, anak kecil, remaja, hingga orang tua seharusnya memiliki kehidupan yang layak
dan sejahtera.
2. PAUD, TK, SD, SMP, SMA, kita harus bisa menyisipkan pendidikan karakter di setiap
tahapannya.
3. Kecil, sedang, besar, semua buah ini akan kubeli.
4. S, L, M, XL, XXL, kita semua memiliki ukuran pakaian itu.
5. Anak-anak, muda, tua, bisa menikmati fasilitas yang kami berikan ini.
6. Masyarakat di pelosok, desa, kota, sudah selayaknya mendapat kesejahteraan hidup
yang baik.
5. Majas Antiklimaks
Gaya bahasa ini berkebalikan dengan klimaks, yakni gaya bahasa yang menegaskan sesuatu
dengan mengurutkan suatu tingkatan dari tinggi ke tingkatan yang rendah.
1. Masyarakat modern, desa, hingga yang pelosok seharusnya memiliki akses kesehatan
yang layak.
2. Lansia, dewasa, remaja, anak-anak, juga bayi, boleh datang ke pesta yang kita adakan.
3. Tua, muda, juga anak-anak punya hak yang sama untuk bahagia.
4. Ukuran jumbo, sedang, kecil, tersedia di toko kami.
5. S3, S2. S1. juga D3, boleh mendaftarkan diri di perusahaan ini.
6. Majas Pararelisme
Gaya bahasa paralelisme biasanya terdapat dalam puisi, yang dilakukan dengan mengulang-
ulang sebuah kata di dalam berbagai definisi berbeda. Jika pengulangan dilakukan di awal, maka
disebut sebagai anafora. Namun, jika kata yang diulang ada pada bagian akhir kalimat, maka
disebut epifora.
7. Majas Tautologi
Majas ini menggunakan kata-kata yang memiliki sinonim untuk menegaskan kondisi atau ujaran
tertentu.
1. Hidup akan terasa aman, damai, dan tenteram, apabila kita semua bisa saling
menghormati.
2. Dia adalah gadis yang penuh dengan kasih, sayang, dan cinta.
3. Gadis di pelaminan itu adalah gadis yang cantik, manis, dan anggun.
4. Suasana di pesta ini sangat ramai, meriah, gegap gempita.
5. Kelas ini terasa begitu sepi, sunyi, senyap, tidak ada yang hadir.
6. Aku menyukai anak yang ceria, gembira, riang, dan penuh suka cita itu.
7. Jika memilih baju, ia selalu memilih yang modis, elegan, modern, dan gaya.
8. Lili itu anak yang sangat rajin, disiplin, patuh, tidak pernah terlambat.
9. Cahaya bulan malam ini tampak terang benderang bercahaya.
10. Gerakan tarian itu tampak lemah lembut, gemulai, dan begitu meliuk.
11. Kita tidak bisa mempercayai penjahat, perampok, penjambret, dan pencuri, seperti
dia.