Anda di halaman 1dari 54

BAB III

MATERI TOLERANSI DALAM BUKU AJAR ANTAR UMAT

BERAGAMA DALAM BUKU AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA

KELAS XI TERBITAN KEMENETRIAN PENDIDIKAN DAN

KEBUDAYAAN

A. Materi Toleransi Antar-Umat Beragama dalam Buku Ajar PAI SMA Kelas
XI Terbitan Kemenetrian Pendidikan dan Kebudayaan
1. Model Penulisan Materi

Dalam melakukan suatu penulisan itu mempunyai berbagai macam cara

agar apa yang kita tuangkan dalam penulisan itu menghasilkan suatu karya

yang dapat diterima oleh pembaca.

Sistematika dalam penulisan materi dikenal dengan istilah unsur resensi

atau unsur materi. Unsur yang membangun sebuah resensi untuk menjadi karya

yang baik dan diterima79 adalah sebagai berikut:

a. Judul

b. Data buku

c. Pembukaan

d. Isi buku

e. Penutup

Tentunya dalam hal ini penulisan materi pada buku harus memiliki

kualitas buku materi yang terbaik. Buku materi yang baik adalah buku materi

yang relevan dan menunjang pelaksanaan kurikulum pendidikan. Kualitas buku

79
Edi Warsidi, Loc. Cit., hlm 30

52
53

materi dapat dilihat dari sudut pandangan (point of view), kejelasan konsep,

relevan dengan kurikulum, menarik minat siswa, menumbuhkan motivasi,

menstimulasi aktivitas siswa, ilustratif, buku materi harus dimengerti oleh

siswa, menunjang mata pelajaran lain, menghargai perbedaan individu, serta

memantapkan nilai-nilai. Butir-butir yang harus dipenuhi oleh suatu buku teks

yang tergolong dalam kategori berkualitas tinggi ialah:

a. Buku materi harus menarik minat anak-anak, yaitu para siswa yang

mempergunakannya.

b. Buku materi harus mampu memberi motivasi kepada para siswa yang

memakainya.

c. Buku materi harus memuat ilustrasi yang menarik hati para siswa yang

memanfaatkannya.

d. Buku materi seyogyanya mempertimbangkan aspek-aspek linguistik

sehingga sesuai dengan kemampuan para siswa yang memakainya.

e. Buku materi isinya harus berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran

lainnya, lebih baik lagi kalau dapat menunjangnya dengan rencana,

sehingga semuanya merupakan suatu kebulatan yang utuh dan terpadu.

f. Buku materi harus dapat menstimulasi, merangsang aktivitas-aktivitas

pribadi para siswa yang mempergunakannya.

g. Buku materi harus dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsep

yang samar-samar dan tidak biasa, agar tidak sempat membingungkan

para siswa yang memakainya.


54

h. Buku materi harus mempunyai sudut pandangan atau point of view yang

jelas dan tegas sehingga juga pada akhirnya menjadi sudut pandangan

para pemakainya yang setia.

i. Buku materi harus mampu memberi pemantapan, penekanan pada nilai-

nilai anak dan orang dewasa.

j. Buku materi harus dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para

siswa pemakainya.

2. Uraian Materi

Materi PAI adalah materi yang sangat luas dan dapat diberi muatan apa

saja, sebab materi tersebut berkaitan dengan ajaran agama yang mempunyai

cakupan sangat luas terkait dengan seluruh aspek kehidupan manusia.80 Dalam

melakukan suatu analisis, peneliti terlebih dahulu melakukan telaah terhadap

suatu materi toleransi dalam buku ajar antar umat beragama dalam buku ajar

pendidikan agama Islam SMA kelas XI terbitan Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan.81

a. Toleransi Sebagai Alat Pemersatu Bangsa (Pentingnya Perilaku

Toleransi)

Al-Kisah, Ali bin Abi Thalib hendak pergi ke masjid dengan buru-

buru karena takut tertinggal salat shubuh berjamaah. Di tengah perjalanan,

ia bertemu seorang kakek yang sedang berjalan pelan di depannya. Sang

kakek berjalan sangat lambat di sebuah gang sempit. Demi memuliakan dan

80
Amin Haedari, Pendidikan Agama di Indonesia Gagasan dan Realitas, (Jakarta:
Puslitbang cet I 2010), hlm. 259
81
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti :
SMA/MA/SMk/MAK Kelas XI, (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Cetakan ke-1,
2014), hlm 184
55

menghormati kakek tua itu, Ali bin Abi Thalib tidak mendahuluinya,

meskipun terdengar di masjid sudah iqomah. Ketika sampai di dekat pintu

masjid, si kakek pintu masjid, si kakek tua itu justru berjalan terus saja,

ternyata kakek tua itu beragama Nasrani. Ali buru-buru masuk ke masjid.

Ajaibnya, ia mendapati Rasulullah SAW. Dan para jamaahnya masih

melakukan rukuk. Ali pun ikut rukuk sampai selesai sehingga Ali bin Abi

Thalib ikut berjamaah dengan sempurna.

Sehabis salat para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapa tadi

rukuknya lama sekali, padahal Anda belum pernah melakukan hal itu

sebelumnya?” Rasulullah SAW. Menjawab, “Tadi Jibril datang dan

meletakkan sayapnya di atas punggungku dan menahannya lama. Ketika ia

melepaskan sayapnya, barulah saya bangun dari rukuk”. Para sahabat

bertanya, “Mengapa Jibril melakukan itu?” “Aku tidak menanyakan kepada

Jibril,” jelas Rasulullah SAW. Lalu Jibril datang dan menjelaskan, “Hai

Muhammad, tadi Ali tergesa-gesa ingin melaksanakan salat berjamaah,

akan tetapi di tengah perjalanan ada seorang kakek dan ia tidak mau

mendahuluinya karena sangat menghormati orang lain, meskipun ia

Nasrani.” (Diambil dari Cermin Bening Kisah-Kisah Teladan Jilid-1,

Fathurrahman al-Munawwar)

Toleransi sangat penting dalam kehidupan manusia, baik dalam

berkata-kata maupun dalam bertingkah laku. Dalam hal ini, toleransi berarti

menghormati dan belajar dari orang lain, menghargai perbedaan,

menjembatani kesenjangan di antara kita sehingga tercapai kesamaan sikap.


56

Toleransi juga merupakan awal dari sikap menerima bahwa perbedaan

bukanlah suatu hal yang salah, justru perbedaan harus dihargai dan

dimengerti sebagai kekayaan. Misalnya, perbedaan ras, suku, agama, adat

istiadat, cara pandang, perilaku, pendapat. Dengan perbedaan tersebut,

diharapkan manusia bisa mempunyai sikap toleransi terhadap segala

perbedaan yang ada, dan berusaha hidup rukun, baik individu dan individu,

individu dan kelompok masyarakat, serta kelompok masyarakat dan

kelompok masyarakat yang lainnya.

Terkait pentingnya toleransi, Allah SWT. Menegaskan dalam firman-

Nya sebagai berikut.

َ ‫كۡأَعۡلَ ُمۡ ۡبٱلۡ ُمفۡسِ د‬


ۡ ۡ٤٠ۡ‫ِين‬
َ ُّ َ َ
‫ب‬ ‫ر‬ ‫و‬ ۡۡ
‫ۦ‬ ِ ۡ
‫ه‬ ‫ب‬ ۡ‫ِن‬
َّ َّ ُ َ
ُ ‫نۡلۡيُؤۡم‬ َّ ‫َومِنۡ ُه‬
‫مۡمنۡيُؤۡم ُِنۡب ِ ۡهِۦۡومِنۡهمۡم‬
ِ ‫ِي‬

َ َ َ ُ َ َ َّ َ ُ َ‫كمۡۡأ‬
ُ ُ َ َ ُ َ َ َ َ ‫َ َّ ُ َ َ ُ د‬
ۡ‫ۡوأناۡۡبَ ِريۡءۡۡ دم َِّما‬ ‫نتمۡبَ ِريُۡٔونۡمِماۡۡأعۡمل‬ ‫لۡلۡعم ِِلۡولكمۡۡعمل‬
ِ ‫ِإَونۡكذبوكۡفق‬

َ ُ َ
ۡ ۡ٤١ۡ‫تعۡ َملون‬

Artinya : “Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada


Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak
beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang
yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Yunus/10: 40)82
“Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: "Bagiku
pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap
apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang
kamu kerjakan." (Q.S. Yunus/10: 41) 83

Q.S. Yunus/10: 40 Allah SWT. Menjelaska bahwa setelah Nabi

Muhammad SAW. Berdakwah, ada orang yang beriman kepada Al-Qur’an

82
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Loc. Cit.
83
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Ibid.
57

dan mengikutinya serta memperoleh manfaat dari risalah yang disampaikan,

tapi ada juga yang tidak beriman dan mereka mati dalam kekafiran.

Pada Q.S. Yunus/10: 41 Allah SWT. Memberikan penegasan kepada

rasul-Nya, bahwa jika mereka mendustakanmu, katakanlah bahwa bagiku

pekerjaanku, dan bagi kalian pekerjaan kalian, kalian berlepas diri dari apa

yang aku kerjakan dan aku berlepas diri terhadap apa yang kalian kerjakan.

Allah SWT. Mahaadil dan tidak pernah zalim, bahwa dia memberi kepada

setiap manusia sesuai dengan apa yang diterimanya.

Dari penjelasan ayat tersebut dapat disimpulkan hal-hal berikut.

1) Umat manusia yang hidup setelah diutusnta Nabi Muhammad

SAW. terbagi menjadi 2 golongan, ada uamt yang beriman

terhadap kebenaran kerasulan dan kitab suci yang

disampaikannya da nada pula golongan orang yang

mendustakab kerasulan Nabi Muhammad SAW. dan tidak

beriman kepada Al-Qur’an.

2) Allah SWT. Maha Mengetahui sikap dan perilaku orang-orang

beriman yang selama hidup di dunia senantiasa bertaqwa

kepada-Nya, begitu juga orang kafir yang tidak beriman kepada-

Nya.

3) Orang beriman harus tegas dan berpendirian teguh atas

keyakinannya. Ia tegas meskipun hidup di tengah-tengah orang

yang berbeda keyakinan dengan dirinya.


58

Ayat di atas juga menjelaskan perlunya menghargai perbedaan dan

toleransi. Cara menghargai perbedaan dan toleransi antara lain tidak

mengganggu aktivitas keagamaan orang lain. Rasulullah SAW. bersabda:

ُ ‫ َخ‬:ۡ‫ۡق َال‬
َ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ َ َ َ َّ َ ُ َ ُ َ َ َ
ۡ‫ي‬ ‫ِۡصِلۡاّللۡعليهِۡوسلم‬ ‫ۡر ُسولۡاّلل‬‫َع ِنۡاب ِنۡعمروۡر ِِضۡاّللۡعنهۡأن‬

ُُ َ ُ ‫حبه َِۡو َخ‬ ُُ َ َ


ۡۡ‫يهم‬ ‫انۡعِن َدۡاّللِۡخ‬‫ي‬
ِ ِ
َ ‫يۡاَل‬
ِِ ‫ا‬ َ
‫ِص‬ ‫ل‬ ۡ‫م‬ ‫ه‬‫ي‬ ‫ِۡخ‬ ‫ّلل‬ ‫ۡا‬‫د‬َ ‫ِن‬
‫ع‬ ۡ ‫اب‬
ِ
َ
‫ح‬ ‫ص‬ ‫األ‬

‫د‬
ُّۡ ‫َالّت ِمذ‬
)‫ِي‬ َِ
ِ ٔ(ِ ‫َلارِۡه‬

Artinya: Dari Ibn Umar ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,


“Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah yang paling baik di antara
mereka terhadap sesame saudaranya. Dan sebaik-baik tetangga di
sisi Allah adalah yang paling baik di antara mereka terhadap
tetangganya.” (HR. Attirmizy)

b. Menghindarkan Diri dari Perilaku Tindak Kekerasan

Manusia dianugerahi oleh Allah SWT. berupa nafsu. Dengan nafsu

tersebut, manusia dapat merasa benci dan cinta. Dengannya pula manusia

bisa mencapai kesempurnaan ataupun kesengsaraan. Hanya nafsu yang

telah berhasil dijinakkan oleh akal saja yang akan mampu menghantarkan

manusia kepada kesempurnaan. Namun sebaliknya, jika nafsu di luar

kendali akal, niscaya akan menjerumuskan manusia ke dalam jurang

kesengsaraan dan kehinaan.

Permusuhan berasal dari rasa benci yang dimiliki oleh setiap

manusia. Sebagaimana cinta, benci pun berasal dari nafsu yang harus

bertumpu di atas pondasi akal. Permusuhan di antara manusia terkadang


59

karena kedengkian pada hal-hal duniawi seperti pada kasus Qabil dan

Habil ataupun pada kisah Nabi Yusuf AS. dan saudara-saudaranya.

Terkadang pula permusuhan dikarenakan dasar ideology dan keyakinan.

Islam melarang perilaku kekerasan terhadap siapa pun. Allah SWT.

berfirman:

َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ُ َّ َ َ َ ََ َ َ َ َ
ۡۡ‫ي ۡنفۡس ۡأوۡ ۡف َساد‬
ِۡ ‫ساۡبِغ‬
ۡ ۡ‫ن ۡإِسۡ ۡرءِيل ۡأن ۡهۥ ۡمنۡقتل ۡنف‬ ۡ ‫ۡذل ِك ۡك َتبۡ َن‬
ۡ ِ َ‫اَۡع ۡب‬ ۡ ‫مِنۡ ۡۡأجۡ ِل‬

َ َ َّ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ
ۡ‫اس َۡجِيعۡۡا ي‬‫اس َۡجِيعۡا ۡومنۡ ۡأحۡياها ۡفكأنماۡ ۡأحۡيا ۡٱنل‬‫ألۡر ِض ۡفكأنما ۡقتل ۡٱنل‬ۡ ‫ِف ۡٱ‬

َ ُ َُ َ َ َ َ َ ُ ‫د‬ َ َّ ُ َ ‫َ َ َ َ َ ُ ُ ُ ُ َ َ د‬
ِۡ ‫ألۡر ِضۡلم‬
ۡ ۡۡ‫سفون‬ ۡ ‫ۡفۡٱ‬ ۡ ‫تۡث َّمۡإِنۡكثِيۡاۡمِنۡهمۡبعۡد‬
ِ ‫ۡذل ِك‬ ِ ٰ
ۡ ِ ‫لي‬
ۡ ‫ولقدۡۡجاۡءتۡهمۡۡرسلناۡۡب ِٱ‬

Artinya: “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani
Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan
karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara
kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara
kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-
keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu
sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka
bumi.” (Q.S al-Maidah/5 : 32)84

Allah SWT. menjelaskan dalam ayat ini, bahwa setelah peristiwa

pembunuhan Qabil terhadap Habil, Allah SWT. menetapkan suatu

hokum bahwa pembunuh seorang manusia, sama dengan membunuh

seluruh manusia. Begitu juga menyelamatkan kehidupan seorang

manusia, sama dengan menyelamatkan seluruh manusia. Ayat ini

menyinggung sebuah prinsip sosial di mana masyarakat bagaikan sebuah

84
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Ibid.
60

tubuh, sedangkan individu-individu masyarakat merupakan anggota

tubuh tersebut. Apabila sebuah anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh

yang lainnya pun ikut merasakan sakit.

Begitu juga apabila seseorang berani mencemari tangannya dengan

darah orang yang tak berdosa, maka pada hakikatnya dia telah

membunuh manusia-manusia lain yang tak berdosa. Dari segi system

penciptaan manusia, terbunuhnya Habil telah menyebabkan hancurnya

generasi besar suatu masyarakat, yang bakal tampil dan lahir di dunia ini.

Al-Qur’an memberikan perhatian penuh terhadap perlindungan jiwa

manusia dan menganggap membunuh seorang manusia, sama dengan

membunuh sebuah masyarakat.

Pengadilan di Negara-negara tertentu menjatuhkan hukuman qisas,

yaitu membunuh orang yang telah membunuh. Di Indonesia juga pernah

dilakukan hukuman mati bagi para pembunuh.

Dalam Q.S. al-Maidah/5 : 32 terdapat tiga pelajaran yang dapat

dipetik.

1) Nasib kehidupan manusia sepanjang sejarah memiliki keitan

dengan orang lain. Sejarah kemanusiaan merupakan mata rantai

yang saling berhubungan. Karena itu, terputusnya sebuah mata

rantai maka mengakibatkan musnahnya sejumlah besar umat

manusia.

2) Nilai suatu pekerjaan berkaitan dengan tujuan mereka.

Pembunuhan seorang manusia dengan maksud jahat


61

merupakan pemusnahan sebuah masyarakat, tetapi keputusan

pengadilan untuk melakukan eksekusi terhadap seorang

pembunuh dalam rangka qisas merupakan sumber kehidupan

masyarakat.

3) Mereka yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan

penyelamatan jiwa manusia, seperti para dokter, perawat,

polisi harus mengerti nilai pekerjaan mereka. Menyembuhkan

atau menyelamatkan orang yang sakit dari kematian bagaikan

menyelamatkan sebuah masyarakat dari kehancuran.

Tugas kita bersama adalah menjaga ketenteraman hidup dengan cara

mencintai tetangga, orang-orang yang berada di sekitar kita. Artinya, kita

dilarang melakukan perilaku-perilaku yang dapat merugikan orang lain,

termasuk menyakitinya dan melakukan tindakan kekerasan kepadanya.

Di Indonesia ada hukum yang mengatur pelarangan melakukan

tindak kekerasan, termasuk kekerasan kepada anak dan anggota keluarga,

misalnya UU No. 23 tahun 2002 dan UU No. 23 Tahun 2004.

c. Menerapkan Perilaku Mulia

Mari kita renungkan dan amati suasana kehidupan bangsa Indonesia.

Kondisi bangsa Indonesia yang berbhineka ini harus kita pertahankan

demi ketenteraman dan kedamaian penduduknya. Salah satu cara

mempertahankan kebhinekaan ini adalah dengan toleransi atau saling

menghargai.
62

Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kerukunan hidup antarsuku,

ras, golongan dan agama harus selalu dijaga dan dibina. Kita tidak ingin

bangsa Indonesia terpecah belah saling bermusuhan satu sama lain

karena masalah di atas.

Berikut perilaku-perilaku toleransi yang harus dibina sesuai dengan

ajaran Islam.

1) Saling menghargai adanya perbedaan keyakinan. Kita tidak

boleh memaksakan kehendak kepada orang lain agar mereka

mengikuti keyakinan kita. Orang yang keyakinan lain pun tidak

boleh memaksakan keyakinan kepada kita. Dengan

memperlihatkan perilaku berakhlak mulia, insya Allah orang

lain akan tertarik. Rasulullah SAW. selalu memperlihatkan

akhlak mulia kepada siapa pun termasuk musuh-musuhnya,

banyak orang kafir yang tertarik kepada akhlak Rasulullah SAW

lalu masuk Islam karena kemuliaannya.

2) Saling menghargai adanya perbedaan pendapat. Manusia

diciptakan dengan membawa perbedaan. Kita mencoba

menghargai perbedaan tersebut.

3) Belajar empati, yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang

lain, lalu bentulah orang yang membutuhkan. Sering terjadi

tindak kekerasan disebabkan hilangnya rasa empati. Ketika mau

mengganggu orang lain, harus sadar bahwa mengganggu itu

akan menyakitkan, bagaimana kalau itu terjadi pada diri kita.


63

Masih banyak lagi contoh perilaku toleransi yang harus kita

miliki. Dengan toleransi, yaitu sikap saling menghargai dan

saling menghormati, akan terbina kehidupan yang rukun, tertib,

dan damai.

Berdasarkan dari materi yang telah peneliti telaah terdapat berbagai

kekurangan dan kelebihan pada buku yang diterbitkan oleh Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan terkait dengan materi toleransi antar umat

beragama tersebut. Pluralitas agama, toleransi dan batas-batas toleransi

menyangkut eksistensi agama dan para pemeluknya di suatu kelompok

atau komunitas tertentu yang berinteraksi.85

B. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar PAI

Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam yang

diambil oleh penulis adalah berdasarkan dari Permendikbud Nomor 24 Kompetensi

Inti dan Kompetensi Dasar Tahun 201686.

KELAS: X

Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi

Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan dirumuskan

sebagai berikut, yaitu siswa mampu:

KOMPETENSI INTI 1 KOMPETENSI INTI 2

85
Dody S. Truna, Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikulturalisme, (Jakarta:
Kementerian Agama RI cet pertama 2010), hlm. 295.
86
Permendikbud Nomor 24 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Tahun 2016
64

(SIKAP SPIRITUAL) (SIKAP SOSIAL)

1. Menghayati dan 2. Menunjukkan perilaku jujur,

mengamalkan ajaran disiplin, bertanggung jawab,

agama yang dianutnya. peduli (gotong royong, kerja

sama, toleran, damai), santun,

responsif, dan pro-aktif sebagai

bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi

secara efektif dengan lingkungan

sosial dan alam serta

menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam

pergaulan dunia.

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

Terbiasa membaca al-Qur’an Menunjukkan perilaku kontrol diri

dengan meyakini bahwa (mujahadah an-nafs), prasangka baik

kontrol diri (mujahadah an- (husnuz-zan), dan persaudaraan

nafs), prasangka baik (ukhuwah) sebagai implementasi

(husnuzzan), dan persaudaraan perintah Q.S. al-Hujurat/49: 10 dan 12

(ukhuwah) adalah perintah serta Hadis terkait

agama

Meyakini bahwa pergaulan Menghindarkan diri dari pergaulan

bebas dan zina adalah dilarang bebas dan perbuatan zina sebagai
65

agama pengamalan Q.S. al-Isra’/17: 32, dan

Q.S. an-Nur /24: 2, serta Hadis terkait

Meyakini bahwa Allah Maha Memiliki sikap keluhuran budi; kokoh

Mulia, Maha Mengamankan, pendirian, pemberi rasa aman, tawakal

Maha Memelihara, Maha dan adil sebagai implementasi

Sempurna Kekuatan-Nya, pemahaman al-Asmau al-Husna: Al-

Maha Penghimpun, Maha Adil, Karim, Al-Mu’min, Al-Wakil, Al- Matin,

dan Maha Akhir Al-Jami’, Al-‘Adl, dan Al-Akhir

Meyakini keberadaan malaikat- Menunjukkan sikap disiplin, jujur dan

malaikat Allah SWT bertanggung jawab, sebagai

implementasi beriman kepada malaikat-

malaikat Allah Swt.

Terbiasa berpakaian sesuai Menunjukkan perilaku berpakaian

dengan syariat Islam sesuai dengan syariat Islam

Meyakini bahwa jujur adalah Menunjukkan perilaku jujur dalam

ajaran pokok agama kehidupan sehari-hari

Meyakini bahwa menuntut Memiliki sikap semangat keilmuan

ilmu adalah perintah Allah dan sebagai implementasi pemahaman Q.S.

Rasul- Nya at-Taubah/9: 122 dan Hadis terkait

Meyakini al-Qur’an, Hadis dan Menunjukkan perilaku ikhlas dan taat

ijtihad sebagai sumber beribadah sebagai implemantasi

hukumIslam pemahaman terhadap kedudukan al-

Qur’an, Hadis, dan ijtihad sebagai


66

sumber hukum Islam

Meyakini bahwa haji, zakat dan Menunjukkan kepedulian sosial sebagai

wakaf adalah perintah Allah hikmah dari perintah haji, zakat, dan

dapat memberi kemaslahatan wakaf

bagi individu dan masyarakat

Meyakini kebenaran dakwah Bersikap tangguh dan rela berkorban

Nabi Muhammad saw. di menegakkan kebenaran sebagai ’ibrah

Makkah dari sejarah strategi dakwah Nabi di

Makkah

Meyakini kebenaran dakwah Menunjukkan sikap semangat ukhuwah

Nabi Muhammad saw. di dan kerukunan sebagai ibrah dari

Madinah sejarah strategi dakwah Nabi di

Madinah

KOMPETENSI INTI 3 KOMPETENSI INTI 4

(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)

memahami, menerapkan, dan mengolah, menalar, dan menyaji dalam

menganalisis pengetahuan ranah konkret dan ranah abstrak terkait

faktual, konseptual, prosedural, dengan pengembangan dari yang

dan metakognitif berdasarkan dipelajarinya di sekolah secara mandiri,

rasa ingin tahunya tentang ilmu dan mampu menggunakan metoda

pengetahuan, teknologi, seni, sesuai kaidah keilmuan

budaya, dan humaniora dengan


67

wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan, dan

peradaban terkait penyebab

fenomena dan kejadian, serta

menerapkan pengetahuan

prosedural pada bidang kajian

yang spesifik dengan bakat dan

minatnya untuk memecahkan

masalah

Menganalisis Q.S. al- Membaca Q.S. al-Hujurat/49: 10 dan

Hujurat/49: 10 dan 12 serta 12, sesuai dengan kaidah tajwid dan

Hadis tentang kontrol diri makharijul huruf

(mujahadah an-nafs), Mendemonstrasikan hafalan Q.S. al-

prasangka baik (husnuzzan), Hujurat/49: 10 dan 12 dengan fasih dan

dan persaudaraan (ukhuwah) lancar

Menyajikan hubungan antara kualitas

keimanan dengan kontrol diri

(mujahadah an-nafs), prasangka baik

(husnuzzan), dan persaudaraan

(ukhuwah) sesuai dengan pesan Q.S. al-

Hujurat/49: 10 dan 12, serta Hadis

terkait

Menganalisis Q.S. al-Isra’/17: Membaca Q.S. al-Isra’/17: 32, dan


68

32, dan Q.S. an-Nur/24: 2, serta Q.S. an-Nur/24:2 sesuai dengan kaidah

Hadis tentang larangan tajwid dan makharijul huruf

pergaulan bebas dan perbuatan Mendemonstrasikan hafalan Q.S. al-

zina Isra’/17: 32, dan Q.S. an-Nur/24: 2

dengan fasih dan lancar

Menyajikan keterkaitan antara larangan

berzina dengan berbagai kekejian

(fahisyah) yang ditimbulkannya dan

perangai yang buruk (saa-a sabila)

sesuai pesan Q.S. al-Isra’/17: 32 dan

Q.S. an-Nur/24:2

Menganalisis makna al-Asma’u Menyajikan hubungan makna-makna

al-Husna: al-Karim, al- al-Asma’u al-Husna: al-Karim, al-

Mu’min, al-Wakil, al-Matin, al- Mu’min, al-Wakil, al-Matin, al-

Jami’, al-‘Adl, dan al-Akhir Jami’, al-‘Adl, dan al-Akhir dengan

perilaku keluhuran budi, kokoh

pendirian, rasa aman, tawakal dan

perilaku adil

Menganalisis makna beriman Menyajikan hubungan antara beriman

kepada malaikat-malaikat Allah kepada malaikat-malaikat Allah Swt.

Swt. dengan perilaku teliti, disiplin, dan

waspada

Menganalisis ketentuan Menyajikan keutamaan tatacara


69

berpakaian sesuai syariat Islam berpakaian sesuai syariat Islam

Menganalisis manfaat Menyajikan kaitan antara contoh

kejujuran dalam kehidupan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-

sehari-hari hari dengan keimanan

Menganalisis semangat Menyajikan kaitan antara kewajiban

menuntut ilmu, menerapkan, menuntut ilmu, dengan kewajiban

dan menyampaikannya kepada membela agama sesuai perintah Q.S. at-

sesama Taubah/9: 122 dan Hadis terkait

Menganalisis kedudukan al- Mendeskripsikan macam-macam

Qur’an, Hadis, dan ijtihad sumber hukum Islam

sebagai sumber hukum Islam

Menganalisis hikmah ibadah Menyimulasikan ibadah haji, zakat, dan

haji, zakat, dan wakaf bagi wakaf

individu dan masyarakat

Menganalisis substansi, Menyajikan keterkaitan antara substansi

strategi, dan penyebab dan strategi dengan keberhasilan

keberhasilan dakwah Nabi dakwah Nabi Muhammad saw. di

Muhammad saw. di Makkah Makkah

Menganalisis substansi, Menyajikan keterkaitan antara substansi

strategi, dan keberhasilan dan strategi dengan keberhasilan

dakwah Nabi Muhammad saw. dakwah Nabi Muhammad saw. di

di Madinah Madinah

KELAS: XI
70

Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi

Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan dirumuskan

sebagai berikut, yaitu siswa mampu:

KOMPETENSI INTI 1 KOMPETENSI INTI 2

(SIKAP SPIRITUAL) (SIKAP SOSIAL)

Menghayati dan mengamalkan Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,

ajaran agama yang dianutnya bertanggung jawab, peduli (gotong

royong, kerja sama, toleran, damai),

santun, responsif, dan pro-aktif sebagai

bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan sosial dan

alam serta menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

Terbiasa membaca al-Qur’an Bersikap taat aturan, tanggung jawab,

dengan meyakini bahwa taat kompetitif dalam kebaikan dan kerja

pada aturan, kompetisi dalam keras sebagai implementasi dari

kebaikan, dan etos kerja pemahaman Q.S. al Maidah/5: 48; Q.S.

sebagai perintah agama an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at-Taubah /9:

105 serta Hadis yang terkait


71

Meyakini bahwa agama Bersikap toleran, rukun, dan

mengajarkan toleransi, menghindarkan diri dari tindak

kerukunan, dan menghindarkan kekerasan sebagai implementasi

diri dari tindak kekerasan pemahaman Q.S. Yunus /10 : 40-41 dan

Q.S. al-Maidah/5 : 32, serta Hadis

terkait

Meyakini adanya kitab-kitab Peduli kepada orang lain dengan saling

suci Allah Swt. menasihati sebagai cerminan beriman

kepada kitab-kitab Allah Swt

Meyakini adanya rasul-rasul Menunjukkan perilaku saling menolong

Allah Swt. sebagai cerminan beriman kepada rasul-

rasul Allah Swt

Meyakini bahwa Islam Menunjukkan sikap syaja’ah (berani

mengharukan umatnya untuk membela kebenaran) dalam

memiliki sifat syaja’ah (berani mewujudkan kejujuran

membela kebenaran) dalam

mewujudkan kejujuran

Meyakini bahwa hormat dan Menunjukkan perilaku hormat dan

patuh kepada orangtua dan patuh kepada orangtua dan guru sebagai

guru sebagai kewajiban agama implementasi pemahaman Q.S. al-

Isra’/17: 23 dan Hadis terkait

Menerapkan penyelenggaraan Menunjukkan sikap tanggung jawab dan

jenazah sesuai dengan kerja sama dalam penyelenggaraan


72

ketentuan syariat Islam jenazah di masyarakat

Menerapkan ketentuan Menjaga kebersamaan dengan orang

khutbah, tablig, dan dakwah di lain dengan saling menasihati melalui

masyarakat sesuai dengan khutbah, tablig, dan dakwah

syariat Islam

Menerapkan prinsip ekonomi Bekerja sama dalam menegakkan

dan muamalah sesuai dengan prinsip-prinsip dan praktik ekonomi

ketentuan syariat Islam sesuai syariat Islam

Mengakui bahwa nilai-nilai Bersikap rukun dan kompetitif dalam

Islam dapat mendorong kebaikan sebagai implementasi nilai-

kemajuan perkembangan Islam nilai perkembangan peradaban Islam

pada masa kejayaan pada masa kejayaan

Mempertahankan keyakinan Bersikap rukun dan kompetitif dalam

yang benar sesuai ajaran Islam kebaikan sebagai implementasi nilai-

dalam sejarah peradaban Islam nilai sejarah peradaban Islam pada masa

pada masa modern modern

KOMPETENSI INTI 3 KOMPETENSI INTI 4

(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)

memahami, menerapkan, Mengolah, menalar, dan menyaji dalam

menganalisis pengetahuan ranah konkret dan ranah abstrak terkait

faktual, konseptual, prosedural dengan pengembangan dari yang

berdasarkan rasa ingin tahunya dipelajarinya di sekolah secara mandiri,

tentang ilmu pengetahuan, dan mampu menggunakan metoda


73

teknologi, seni, budaya, dan sesuai kaidah keilmuan

humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan, dan peradaban

terkait penyebab fenomena dan

kejadian, serta menerapkan

pengetahuan prosedural pada

bidang kajian yang spesifik

sesuai dengan bakat dan

minatnya untuk memecahkan

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

Menganalisis makna Q.S. al- Membaca Q.S. al-Maidah/5 : 48; Q.S.

Maidah/5 : 48; Q.S. an-Nisa/4: an-Nisa/4: 59, dan Q.S. at-Taubah/9 :

59, dan Q.S. at-Taubah/9 : 105, 105 sesuai dengan kaidah tajwid dan

serta Hadis tentang taat pada makharijul huruf

aturan, kompetisi dalam Mendemonstrasikan hafalan Q.S. al-

kebaikan, dan etos kerja Maidah/5 : 48; Q.S. an-Nisa/4: 59, dan

Q.S. at-Taubah/9 : 105 dengan fasih dan

lancar

Menyajikan keterkaitan antara perintah

berkompetisi dalam kebaikan dengan

kepatuhan terhadap ketentuan Allah

sesuai dengan pesan Q.S. al-Maidah/5 :


74

48; Q.S. an-Nisa/4: 59, dan Q.S. at-

Taubah/9 : 105

Menganalisis makna Q.S. Membaca Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan

Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al- Q.S. al-Maidah/5 : 32 sesuai dengan

Maidah/5: 32, serta Hadis kaidah tajwid dan makharijul huruf

tentang toleransi, rukun, dan Mendemonstrasikan hafalan Q.S.

menghindarkan diri dari tindak Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah/5 :

kekerasan 32 dengan fasih dan lancar

Menyajikan keterkaitan antara

kerukunan toleransi sesuai pesan Q.S.

Yunus/10: 40-41 dengan menghindari

tindak kekerasan sesuai pesan Q.S. Al-

Maidah/5: 32

Menganalisis makna iman Menyajikan keterkaitan antara beriman

kepada kitab-kitab Allah Swt. kepada kitab-kitab suci Allah Swt.,

dengan perilaku sehari-hari

Menganalisis makna iman Menyajikan kaitan antara iman kepada

kepada rasul-rasul Allah Swt rasul-rasul Allah Swt. dengan keteguhan

dalam bertauhid toleransi, ketaatan, dan

kecintaan kepada Allah

Menganalisis makna syaja’ah Menyajikan kaitan antara syaja’ah

(berani membela kebenaran) (berani membela kebenaran) dengan

dalam kehidupan sehari-hari upaya mewujudkan kejujuran dalam


75

kehidupan sehari-hari

Menganalisis perilaku hormat Menyajikan kaitan antara ketauhidan

dan patuh kepada orangtua dan dalam beribadah dengan hormat dan

guru patuh kepada orangtua dan guru sesuai

dengan Q.S. al-Isra’/17: 23 dan Hadis

terkait

Menganalisis pelaksanaan Menyajikan prosedur penyelenggaraan

penyelenggaraan jenazah jenazah

Menganalisis pelaksanaan Menyajikan ketentuan khutbah, tablig,

khutbah, tablig, dan dakwah dan dakwah

Menelaah prinsip-prinsip dan Mempresentasikan prinsip-prinsip dan

praktik ekonomi dalam Islam praktik ekonomi dalam Islam

Menelaah perkembangan Menyajikan kaitan antara

peradaban Islam pada masa perkembangan peradaban Islam pada

kejayaan masa kejayaan dengan prinsip-prinsip

yang mempengaruhinya

Menelaah perkembangan Islam Menyajikan prinsip-prinsip

pada masa modern (1800- perkembangan peradaban Islam pada

sekarang) masa modern (1800-sekarang)

Menyajikan prinsip-prinsip

pembaharuan yang sesuai dengan

perkembangan peradaban Islam masa

modern
76

KELAS: XII

Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi

Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan dirumuskan

sebagai berikut, yaitu siswa mampu:

KOMPETENSI INTI 1 KOMPETENSI INTI 2

(SIKAP SPIRITUAL) (SIKAP SOSIAL)

Menghayati dan mengamalkan Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,

ajaran agama yang dianutnya bertanggung jawab, peduli (gotong

royong, kerja sama, toleran, damai),

santun, responsif, dan pro-aktif sebagai

bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan sosial dan

alam serta menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

Terbiasa membaca al-Qur’an Bersikap kritis dan demokratis sesuai

sebagai pengamalan dengan dengan pesan Q.S. Ali Imran/3: 190-191

meyakini bahwa agama dan 159, serta Hadis terkait

mengajarkan kepada umatnya


77

untuk berpikir kritis dan

bersikap demokratis

Meyakini bahwa agama Berbuat baik kepada sesama manusia

mewajibkan umatnya untuk sesuai dengan perintah Q.S. Luqman/31

beribadah dan bersyukur : 13-14 dan Q.S. al-Baqarah/2: 83, serta

kepada Allah serta berbuat baik Hadis terkait

kepada sesama manusia

Meyakini terjadinya hari akhir Berperilaku jujur, bertanggung jawab,

dan adil sesuai dengan keimanan kepada

hari akhir

Meyakini adanya qadha dan Bersikap optimis, berikhtiar, dan

qadar Allah Swt. bertawakal sebagai implementasi

beriman kepada qadha dan qadar Allah

Swt.

Meyakini bahwa agama Berperilaku kerja keras dan

mewajibkan umatnya untuk bertanggung jawab dalam kehidupan

bekerja keras dan bertanggung sehari-hari

jawab dalam kehidupan sehari-

hari

Meyakini kebenaran ketentuan Menunjukkan sikap bersatu dan

pelaksanaan pernikahan kebersamaan dalam lingkungan

berdasarkan syariat Islam masyarakat sebagai implementasi

ketentuan pernikahan dalam Islam


78

Meyakini kebenaran ketentuan Peduli kepada orang lain sebagai

waris berdasarkan syariat Islam cerminan pelaksanaan ketentuan waris

alam Islam

Meyakini kebenaran ketentuan Bersikap moderat dan santun dalam

dakwah berdasarkan syariat berdakwah dan mengembangkan ajaran

Islam dalam memajukan Islam

perkembangan Islam di

Indonesia

Meyakini kebenaran bahwa Menjunjung tinggi kerukunan dan

dakwah dengan cara damai, kedamaian dalam kehidupan sehari-hari

Islam diterima oleh masyarakat

di Indonesia

Meyakini bahwa Islam adalah Menjunjung tinggi nilai-nilai Islam

rahmatan lil-‘alamin yang rahmatanlil-alamin sebagai pemicu

dapat memajukan peradaban kemajuan peradaban Islam di masa

dunia mendatang

Meyakini bahwa kemunduran Mewaspadai secara bijaksana terhadap

umat Islam di dunia, sebagai penyimpangan ajaran Islam yang

bukti penyimpangan dari ajaran berkembang di masyarakat

Islam yang benar

KOMPETENSI INTI 3 KOMPETENSI INTI 4

(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)

memahami, menerapkan, Mengolah, menalar, menyaji, dan


79

menganalisis dan mengevaluasi mencipta dalam ranah konkret dan

pengetahuan faktual, ranah abstrak terkait dengan

konseptual, prosedural, dan pengembangan dari yang dipelajarinya

metakognitif berdasarkan ingin di sekolah secara mandiri serta

tahunya tentang ilmu bertindak secara efektif dan kreatif, dan

pengetahuan, teknologi, seni, mampu menggunakan metoda sesuai

budaya, dan humaniora dengan dengan kaidah keilmuan

wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan, dan

peradaban terkait penyebab

fenomena dan kejadian, serta

menerapkan pengetahuan

prosedural pada bidang kajian

yang spesifik sesuai dengan

bakat dan minatnya untuk

memecahkan masalah

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

Menganalisis dan Membaca Q.S. Ali Imran/3: 190-191,

mengevaluasi makna Q.S. Ali dan Q.S. Ali Imran/3: 159,; sesuai

Imran/3: 190-191, dan Q.S. Ali dengan kaidah tajwid dan makharijul-

Imran/3: 159, serta Hadis huruf

tentang berpikir kritis dan Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Ali

bersikap demokratis Imran/3: 190-191, dan Q.S. Ali Imran/3:


80

159, dengan lancar

Menyajikan keterkaitan antara sikap

kritis dengan ciri orang-orang berakal

(ulil albab) sesuai pesan Q.S. Ali

Imran/3: 190-191

Menganalisis dan Membaca Q.S. Luqman/31: 13-14 dan

mengevaluasi makna Q.S. Q.S. al-Baqarah/2: 83 sesuai dengan

Luqman/31: 13-14 dan Q.S. al- kaidah tajwid dan makharijul huruf

Baqarah/2: 83, serta Hadis Mendemonstrasikan hafalan Q.S.

tentang kewajiban beribadah Luqman/31: 13-14 dan Q.S. al-

dan bersyukur kepada Allah Baqarah/2: 83 dengan lancar

serta berbuat sesama manusia Menyajikan keterkaitan antara

kewajiban beribadah dan bersyukur

kepada Allah dengan berbuat baik

terhadap sesama manusia sesuai pesan

Q.S. Luqman/31: 13-14 dan Q.S. al-

Baqarah/2: 83

Menganalisis dan Menyajikan kaitan antara beriman

mengevaluasi makna iman kepada hari akhir dengan perilaku jujur,

kepada hari akhir bertanggung jawab, dan adil

Menganalisis dan Menyajikan kaitan antara beriman

mengevaluasi makna iman kepada qadha dan qadar Allah Swt.

kepada qadha dan qadar dengan sikap optimis, berikhtiar, dan


81

bertawakal

Menganalisis dan Mengaitkan perilaku bekerja keras dan

mengevaluasi perilaku bekerja bertanggung jawab kehidupan sehari-

keras dan bertanggung jawab hari yang berkembang di masyarakat

dalam kehidupan sehari-hari dengan keimanan

yang berkembang di

masyarakat

Menganalisis dan Menyajikan prinsip-prinsip pernikahan

mengevaluasi ketentuan dalam Islam

pernikahan dalam Islam

Menganalisis dan Mempraktikkan pelaksanaan pembagian

mengevaluasi ketentuan waris waris dalam Islam

dalam Islam

Menganalisis dan Menyajikan prinsip-prinsip strategi

mengevaluasi strategi dan dakwah dan perkembangan Islam di

perkembangan Islam di Indonesia

Indonesia

Menganalisis dan Menyajikan nilai-nilai keteladanan

mengevaluasi sejarah tokok-tokoh dalam sejarah

perkembangan Islam di perkembangan Islam di Indonesia

Indonesia

Menganalisis dan Menyajikan faktor-faktor penentu

mengevaluasi faktor-faktor kemajuan peradaban Islam di dunia


82

kemajuan peradaban Islam di

dunia

Menganalisis dan Menyajikan faktor-faktor penyebab

mengevaluasi faktor-faktor kemunduran peradaban Islam di dunia

kemunduran peradaban Islam

di dunia

C. Materi Toleransi dalam Buku Ajar PAI SMA Kelas XI Penerbit Lain

Sehubungan hal tersebut materi toleransi dapat kita jumpai diberbagai

sumber yang ada. Namun peneliti telah melakukan mencarian untuk

dijadikan suatu perbandingan antara buku terbitan Kementrian Pendidikan

dan Kebudayaan dengan terbitan lainnya, yaitu Terbitan Erlangga yang

dibuat oleh H. A. Sholeh Dimyati, dkk dan Terbitan Tiga Serangkai Pustaka

Mandiri yang dibuat oleh Rahmat Kamal.

1. Terbitan Erlangga yang dibuat oleh H. A. Sholeh Dimyati, dkk 87

Toleransi dan Kerukunan

a. Kajian Q.S. Yunus/10: 40-41 tentang Toleransi

٠٢ ‫و ِمن ُهم َّمن يُؤ ِم ُن بِ ِهۦ و ِمن ُهم َّمن ََّل يُؤ ِم ُن بِ ِهۦ وربُّك أعل ُم بِٱل ُمف ِسدِين‬

‫وإِن كذَّبُوك فقُل ِلي عم ِلي ول ُكم عملُ ُكم أنتُم ب ِرئُٔ ون ِم َّما أعم ُل وأنا‬

ۡ ۡ٠٤ ‫ب ِريء ِم َّما تعملُون‬

Artinya: “Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada


Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak

87
H. A. Sholeh Dimyati, dkk. 2013. Mandiri Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
untuk SMK Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga, hlm 35-39
83

beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang


yang berbuat kerusakan”(40) “Jika mereka mendustakan kamu, maka
katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu
berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas
diri terhadap apa yang kamu kerjakan".(41) (Q.S. Yunus/10: 40-41)88

Isi kandungana pada ayat tersebut adalah:

1) Menjelaskan sikap manusia setelah diturunkannya Al-Qur’an. Di

antara mereka ada yang mengimaninya da nada pula yang tidak

mau menerimanya (Q.S. Muhammad/47: 24 dan Q.S. Saba’/34:

31).

2) Sementara orang yang mengimaninya juga terbagi dua, ada yang

benar-benar mengimaninya sehingga menjadikan sebagai pedoman

dalam setiap langkah hidupnya (Q.S. Fatir/35: 32). Ada pula di

antara mereka mengimaninya hanya sebatas di mulut saja

(munafik) sehingga tidak tampak bukti nyata sebagai orang yang

mengimani Al-Qur’an (Q.S. Al-Baqarah/2: 8-16 dan Q.S. Al-

Hijr/15: 90-92).

3) Allah SWT. memberikan peringatan bagi orang yang mengimani

Al-Qur’an hanya di mulut saja. Kelak pada Hari Kiamat akan

menerima azab yang sangat pedih (Q.S. Al-Ahqaf/46: 29-32)

karena tidak mampu mengemban amanah risalah seperti yang

sudah diikrarkan ketika masih dalam kandungan (Q.S. Al-A’raf/7:

172). Begitu juga sebagai makhluk, ia tidak dapat mengemban

88
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Loc. Cit.
84

amanah wazifah (fungsi) sehingga timbul berbagai kerusakan di

muka bumi (Q.S. Al-Baqarah/2: 11 dan Q.S. Ar-Rum/30: 41-42).

4) Seorang muslim harus memiliki komitmen yang jelas dalam

menghadapi perbedaan, apalagi yang menyangkut aqidah. Allah

SWT. memberikan solusi dalam menghadapi perbedaan tersebut,

yakni tidak ada kompromi pada bidang aqidah (Q.S. Al-

Kafirun/109: 1-6). Begitu juga akibat dari pilihan hidup yang

dipilih oleh setiap manusia (Q.S. Al-Isra/17: 7 dan Q.S. Al-

Kahf/18: 29).

5) Kewajiban Nabi Muhammad SAW. hanyalah menyampaikan

perintah Allah SWT. yang mengandung peringatan, janji, dan

pokok-pokok ajaran yang menjadi pedoman hidup menuju bahagia

di dunia maupun di akhirat. Nabi Muhammad SAW. tidak

diperintahkan untuk menghakimi mereka walaupun mereka tetap

mendustakan Al-Qur’an dan menyekutukan-Nya. Setiap orang

bertanggung jawab terhadap perbuatannya masing-masing dan

tidak dibebani dosa atau siksa atas kesalahan orang lain.

Sikap yang mencerminkan pada ayat tersebut adalah:

1) Perbedaan merupakan sunnatullah atau hal yang alamiah dalam

kehidupan, termasuk dalam masalah keyakinan. Syariat Islam

mengajarkan sikap toleransi karena iman dan keyakinan merupakan

hak asasi. Di samping itu, wilayah berbeda pendapat itu hanya


85

dalam aspek furu’iyah (cabang, bagian) bukan usuluddin (pokok

atau prinsip).

2) Salah satu ajaran Islam dalam menghargai dan menghormati

keyakinan yang berbeda adalah dalam aplikasi etika berdakwah.

Umat Islam tidak bolek melaksanakan orang lain untuk memeluk

agama Islam (Q.S. Al-Baqarah/2: 256 dan Q.S. An-Nahl/16: 125).

3) Semua manusia di hadapan Allah SWT. adalah sama walaupun ada

perbedaan dalam masalah kehidupan sebab yang membedakan

hanyalah ketaqwaannya (Q.S. Al-Hujurat/49: 13).

4) Ajaran Islam memberikan kebebasan kepada manusia karena yang

benar dan salah sudah jelas, (Q.S. Al-Baqarah/2: 147 dan Q.S. Ali

‘Imran/3: 60). Manusia tinggal memilih jalan hidup yang

diyakininya (Q.S. Al-Balad/90: 18). Dari setiap pilihannya akan

dimintai pertanggungjawabnya.

5) Menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan peringatan

untuk selalu bertaubat kepada Allah SWT.

6) Berusaha melakukan perbaikan dan kemaslahatan serta

menjauhkan perbuatan yang mengakibatkan kerusakan di muka

bumi.

b. Kajian Hadis Tentang Toleransi

Toleransi dalam kehidupan bermasyarakat dapat terwujud dalam

berbagai bentuk. Cukup banyak hadits nabi yang terkait dengan


86

toleransi dalam berbagai bentuknya, sebagai contoh dari hadis nabi

tenatng toleransi adalah “Ibnu Abu Laila berkata, bahwa Qais bin

Sa’ad dan Sahl bin Hunaif saat berda di Qadisiyah, tiba-tiba lewat

jenazah di hadapan mereka. Keduanya pun berdiri, lalu ada seseorang

berkata kepada mereka, “Bahwa jenazah itu adalah berasal dari

penduduk negeri ini”. Keduanya menjawab, “Rasulullah SAW. pernah

berdiri karena ada jenazah yang lewat di hadapannya, lalu

dikatakanlah kepada beliau”. Maka beliau pun menjawab, “Bukankah

seorang Yahudi juga memiliki napas?” (H.R. Muslim)

Isi kandunga pada hadits tersebut adalah

1) Nabi Muhammad SAW. memberikan contoh cara menghormati

jenazah dengan berdiri.

2) Perintah untuk menghormati orang lain meskipun sudah

meninggal dunia.

3) Perintah menghormati orang lain meskipun berbeda keyakinan

atau agama (toleransi).

4) Berdiri merupakan salah satu cara menghormati jenazah yang

sedang lewat.

5) Pemeluk agama Yahudi dan agama yang lain juga sesame

manusia yang harus dihormati secara wajar.

c. Toleransi

1) Pengertian Toleransi
87

Menurut Ensiklopedia Indonesia, kata “toleransi” berasal dari

bahasa Latin “Tolerare” yang artinya menanggung atau menahan.

Sedangkan maknanya dalam konteks pergaulan masyarakat adalah

“Sikap membiarkan orang-orang mempunyai keyakinan lain dan

menerima kenyataan itu karena mengakui hak kebebasan setiap orang

dalam hal keyakinan hatinya.

Dalam kehidupan bermasyarakat, terdapat beragam adat

kebiasaan, keyakinan, bahkan agama. Tentu sikap toleransi

meruapakan syarat bagi kehidupan yang damai dan rukun. Toleransi

dapat terwujud dalam sikap yang hanya menahan diri dan membiarkan

saja (pasif) hingga pada menghargai penganut keyakinan lain.

Toleransi dan keteladanan yang baik harus saling menopang satu sama

lainnya.89

Selanjutnya, meskipun tidak menerima ajarannya, ada juga yang

sampai bersikap mengapresiasi kepada agama-agama lain yang pada

akhirnya membantu penghayatan keyakinannya sendiri. Dasar dari

toleransi adalah pengakuan atas hak kodrati manusia sendiri dan

penghargaan atas hati nuraninnya untuk mengambil keputusan bagi

dirinya dalam memeluk suatu keyakinan.

Toleransi itu terjadi justru karena adanya perbedaan. Said Agil

Al-Munawar menegaskan hal tersebut, “… Toleransi mengandung

konsesi (melepaskan hak). Artinya, konsesi ialah pemberian yang

89
Bob Waworuntu, Perilaku Organisasi: Beberapa Model dan Submodel, (Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016), hlm 77
88

hanya didasarkan kepada kemurahan dan kebaikan hati dan bukan

didasarkan pada hak. Intinya, toleransi terjadi dan berlaku karena ada

perbedaan prinsip dan menghormati perbedaan itu dengan tidak

mengorbankan prinsipnya sendiri.”

2) Batas-Batas Toleransi

Said Agil Al-Munawar juga menyampaikan batas-batas

toleransi dalam pergaulan hidup umat beragama,90 yaitu sebagai

berikut:

a) Setiap agama menjadi tanggung jawab pemeluk agama itu

sendiri dan mempunyai bentuk ibadah (ritual) dengan cara

tersendiri yang ditaktifkan (dibedakan) serta menjadi

tanggung jawab orang yang memeluknya.

b) Toleransi dalam pergaulan hidup umat beragama bukanlah

toleransi dalam masalah-masalah keagamaan, melainkan

perwujudan dari sikap keberagamaan dalam pergaulan

hidup antara orang yang tidak seagama dalam masalah-

masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum.

3) Tuntutan Toleransi

Melalui toleransi, pluralitas, dan perbedaan dipandang sebagai

sunnatullah yang tidak pernah berubah. Oleh karena itu, toleransi

menuntut adanya sikap saling menghargai (mutual respect).

Sebagaimana diamanahkan oleh Allah SWT. dalam Q.S. Al-

90
Said Agil Al-Munawar, Op. Cit.
89

Hujarat/40: 13, “Wahai manusia sungguh, kami telah mencipatakn

kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian

kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu

saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi

Allah ialah orang yang paling bertaqwa. sungguh Allah Maha

Mengetahui, Mahateliti."

4) Prinsip Hidup dalam Toleransi

Ada tiga prinsip utama berkaitan hidup dalam keragaman dan

perbedaan91, yaitu sebagai berikut:

a) Prinsip plural is usual (keragaman itu biasa), yaitu

kemajemukan menjadi hal yang lumrah dan tidak perlu

diperdebatkan ataupun dipertentangkan.

b) Prinsip equal is usual (kesetaraan itu biasa), yaitu pandangan

yang mengakui semua kelompok yang ada sebagai mitra dan

karenanya setara. Semua kelompok mempunyai peluang yang

sama untuk hidup dan membiarkan yang lain hidup.

c) Prinsip modesty in diversity (sahaja dalam keragaman), yaitu

sikap moderat (menengah, objektif) yang mengantarkan

kepada kedewasaan berpikir dan bertindak dalam merespon

keragaman.

5) Contoh Toleransi dalam Kehidupan Rasulullah SAW

91
Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan agama berwawasan multikultural, (Jakarta:
Erlangga, 2005), hlm 49
90

Contoh toleransi Islam yang paling nyata dan mudah dipahami

dapat kita perhatikan dari kehisupan rasulullah SAW. dan pada

sahabat di tengah-tengah masyarakat yang beragam suku dan

agama (plural) di Madinah.

Ketika Rasulullah SAW. sampai di Madinah, beliau melihat

suatu kenyataan bahwa penduduknya bukan hanya kaum muslim,

tetapi juga para pemeluk agama lain, terutama orang-orang Yahudi,

Nasrani, dan kaum Paganis (para penyembah berhala). Melihat

kondisi demikian, Nabi Muhammad SAW. segera mengambil

langkah besar untuk mempersatukan seluruh elemen masyarakat

Madinah agar sama-sama menjaga keutuhan kota. Yaitu dengan

mengadakan perjanjian damai di antara mereka. Perjanjian tersebut

kemudian dikenal dengan nama Piagam Madinah.

Syekh Muhammad Al-Ghazali dalam bukunya Fiqh Sirah

menggambarkan tentang sikap toleransi Rasulullah SAW. dalam

menjalani kehidupan bersama sebagai berikut.

Rasulullah SAW. telah menetapkan aturan-aturan yang sangat

toleransi, melampaui kebiasaan yang berlaku di zaman yang penuh

dengan fanatisme, kesukuan, dan kecongkakan ras. Ketika itu,

dunia mengira Islam menjadi agama yang tidak dapat menerima

prinsip hidup berdampingan dan mengira kaum muslim tidak

merasa puas sebelum menjadi saru-satunya umat yang ada di dunia

dan menindas setiap manusia yang dianggap keliru. Beliau sama


91

sekali tidak berpikit hendak mengatur siasat untuk menyingkirkan

atau memusuhi mereka. Bahkan dengan baik, beliau dapat

menerima kenyataan adanya orang-orang yang berbeda keyakinan

dan agama. Beberapa waktu kemudian, beliau menawarkan

perjanjian perdamaian kepada mereka (dua golongan) itu atas dasar

kebebasan masing-masing pihak untuk memeluk agamanya

sendiri.”

Selanjutnya, Muhammad Al-Ghazali menukilkan beberapa

butir perjanjian tersebut, terutama yang terkait dengan niat baik

kaum muslimin untuk hidup berdampingan secara damai dengan

seluruh masyarakat Madinah dengan menjadikan kezaliman,

kejahatan, dan tindak perusakan sebagai musuh bersama dengan

penuh tanggung jawab dan kejujuran demi terciptanya stabilitas

keamanan di Madinah.

d. Menjaga Kerukunan

1) Pengertian

Menjaga kerukunan adalah sikap peduli yang didasari keimanan

dan ketaqwaan terhadap lingkungan masing-masing dalam rangka

terciptanya hubungan yang harmonis tanpa melihat asal-usul, pangkas,

ras, suku, dan agama. Hal-hal yang mengarah pada terciptanya

kerukunan harus diupayakan karena jika jalan pikiran ini dapat

diterima, maka factor Islam merupakan kata kunci terwujudnya

kerukunan antar-umat dan antara umat beragama dengan


92

pemerintah.92 Misalnya dengan meningkatkan kepedulian karena

hubungan antarsesama manusia tidak selamanya serasi atau kadang-

kadang terjadi perbedaan. Hal itu dapat menimbulkan konflik

sehingga terjadi permusuhan. Cara menghindari timbulnya konflik

antara lain sebagai berikut:

a) Tumbuhkan sifat saling menyayangi dan mengasihi antarmuslim

dan sesame manusia, seperti yang disabdakan oleh Rasulullah

SAW.

b) Kembangkan budaya tolong-menolong dalam kebaikan seperti

dijelaskan dalam Q.S. Al-Maidah/5: 2.Senang bersilaturahmi

dalam usaha untuk membentuk kekeluargaan dan persaudaraan,

minimal di tingkat lingkungan terdekat.

c) Berlomba-lomba untuk selalu berbuat baik dengan senantiasa

menjaga kebersihan lahir dan batin.

d) Bersama menghormati dan mentaati norma-norma lingkungan

yang sudah dibuat dan ditetapkan asalkan sejalan dengan ajaran

Islam.

e) Jauhi sifat-sifat dan perilaku yang dapat menimbulkan

perpecahan, seperti egois, yaitu sifat yang mendasarkan pada

kepentingan diri sendiri, ingin menang sendiri, merasa paling

benar, tidak mau menghargai pendapat orang, dan selalu

memandang rendah orang lain serta sifat ekstremitas, yaitu sikap

92
Syahrin Harahap, Teologi Kerukunan, (Jakarta: Prenada,2011), hlm 125
93

yang selalu melampaui batas dalam membela atau menuntut

sesuatu.

2) Contoh Konsep Kerukunan Umat Beragama

Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD

1945. Apabila dilihat dari konstitusinya, Indonesia bukan termasuk

Negara agama dan bukan pula termsuk Negara sekuler, tetapi

eksistensi kehidupan beragama mempunyai landasan hukum yang

kuat dalam UUD 1945.

Pelaksanaan pembangunan di bidang agama diusahakan tidak

menimbulkan ekses atau kendala bagi pembangunan sector lainnya,

bahkan diharapkan semakin memperkuat landasan spiritual, moral,

dan etika bagi pembangunan nasional.

Pelaksanaan pembangunan di bidang agama tidak boleh

menimbulkan keresahan, tetapi diharapkan terciptanya kehidupan

yang rukun dan dinamis guna menunjang stabilitas nsioanal. Untuk

tercipatanya kondisi tersebut, salah satu program yang

dirancangkan pemerintah adalah membina tiga kerukunan hidup

beragama, yaitu kerukunan intern umat beragama, kerukunan

antarumat beragama, dan kerukunan antarumat beragama dengan

pemerintah.

a) Kerukunan Intern Umat Beragama


94

Kerukunan intern umat beragama sudah dilakukan sejak

zaman Rasulullah SAW. sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al-

Fath/48: 29 sebagai berikut:

ِ َّ‫َّلل وٱلَّذِين معهۥُ أ ِشدَّا ُء على ٱل ُكف‬


‫ار ُرحما ُء بين ُهم ترى ُهم‬ ِ َّ ‫سو ُل ٱ‬
ُ ‫ُّمح َّمد َّر‬

ُ ‫ُر َّكعا‬
ِ َّ ‫س َّجدا يبتغُون فضل ِمن ٱ‬
‫َّلل و ِرضونا ِسيما ُهم فِي ُو ُجو ِه ِهم ِمن‬

ۡ ۡ٠٢ ……. ‫س ُجو ِد‬


ُّ ‫أث ِر ٱل‬

Artinya: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-


orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap
orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.
Kamu lihat mereka ruku´ dan sujud mencari karunia Allah
dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada
muka mereka dari bekas sujud …” (Q.S. Al-Fath/48: 29)93

Ayat tersebut jelas menerangkan bahwa cara melakukan

kerukukan dengan umat seagama sebagaimana dipraktikkan

Rasulullah SAW. dan para sahabatnya serta orang mu’minin,

saling memberikan kasih saying kepada sesame muslim, senada

dalam berpikir, seirama dalam melangkah untuk mencari

karunia dan keridhoaan-Nya. Hal tersebut juga dinyatakan

dalam hadist berikut:

ُ ‫ قال ر‬: ‫ضي هللاُ ع ْنهُ قال‬


‫س ْو ُل هللاِ صلى هللا عليه‬ ِ ‫ع ْن أبِي ُهريْرة ر‬

‫ضوا وَل تداب ُروا وَل يبِ ْع‬ ُ ‫ َل تحاسدُوا وَل تناج‬: ‫وسلم‬
ُ ‫شوا وَل تباغ‬

‫ ْال ُم ْس ِل ُم أ ُخو ْال ُم ْس ِل ِم َل‬.ً‫ض و ُك ْونُوا ِعباد هللاِ ِإ ْخوانا‬


ٍ ‫ض ُك ْم على بيْعِ ب ْع‬
ُ ‫ب ْع‬

ْ ‫ي‬
‫ الت َّ ْقوى ه ُهنا –ويُ ِشي ُْر ِإلى‬.ُ‫ظ ِل ُمهُ وَل ي ْخذُلُهُ وَل ي ْك ِذبُهُ وَل ي ْح ِق ُره‬

93
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Ibid.
95

،‫ش ِر أ ْن ي ْح ِقر أخاهُ ْال ُم ْس ِلم‬


َّ ‫ئ ِمن ال‬
ٍ ‫ام ِر‬
ْ ‫ب‬ ٍ ‫صدْ ِر ِه ثلث م َّرا‬
ِ ‫ت – ِبحس‬

ُ ‫ُك ُّل ْال ُم ْس ِل ِم على ْال ُم ْس ِل ِم حرا ٌم د ُمهُ ومالُهُ و ِع ْر‬


)‫ضهُ (رواه مسلم‬

Artinya: “Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW.


bersabda,“Janganlah kalian saling dengki, saling menipu,
saling marah, dan saling memutuskan hubungan. Dan
janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada
orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang
bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagai muslim
yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya,
tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu di sini
(seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah
seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya
yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain haram
darahnya, hartanya, dan kehormatannya.” (H.R. Muslim)

Salah satu penyebab terjadinya kemunduran umat Islam

adalah karena umat Islam sendiri tidak berani menegakkan

kebenaran dan tidak tegas terhadap orang kafir. Mereka juga

mempertajam perselisihan paham yang seharusnya tidak perlu

terjadi antarsesama muslim, sepertinya dalam masalah khilafah

dan ibadah sunah. Adapun mereka yang durhaka terhadap Allah

SWT. dibiarkan begitu saja, tanpa peduli sedikitpun. Padahal

Allah SWT. melihat manusia hanya dari ketaqwaannya.

Perhatikan firman Allah SWT. dalam Q.S. Al-Hujarat/49:

13 berikut:

َ َ ُ ُ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ ‫َ َ ُّ َ َّ ُ َّ َ َ َ ُ د‬
ۡ ِ ‫ٰكمۡ ۡش ُعوبۡا ۡ َوق َباۡئ‬
ۡ‫ل‬ ۡ ۡ‫نث ۡوجعل‬
ۡ ‫ٰكم ۡمِن ۡذكرۡ ۡوأ‬
ۡ ۡ‫اس ۡإِنا ۡخلق‬
ۡ ‫يأيها ۡٱنل‬
ۡ

َ َّ َّ ُ َ َ َّ َ ُ َ َّ ُ َ َ َ
ۡ ۡ١٣ۡۡ‫ّللۡ َعل ِيمۡۡخبِي‬
َۡ ‫نۡٱ‬
ۡ ِ ‫ّللِۡأتۡقىۡك يۡمۡإ‬ ۡ ‫نۡأكۡ َر َمكمۡۡع‬
ۡ ‫ِندۡٱ‬ ۡ ِ ‫ِِلعارفوۡايۡۡإ‬
96

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu


dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal” (Q.S. Al-Hujarat/49: 13)94

b) Kerukunan Antarumat Beragama

Nabi Muhammad SAW. ditawari umat nonmuslim untuk

suling bergantian ibadah. Sepekan beliau diajak beribadah

sesuai ibadah beliau, sepekan lagi beribadah menurut cara orang

kafir. Akan tetapi, Nabi Muhammad SAW. tidak langsung

menerima atau menolak. Tidak mungkin beliau serta-merta

menolak karena hubungan beliau dengan mereka dalam

kemasyarakat (mu’amalah atau sosial) sudah terjadi dengan baik

sehingga turunlah wahyu Allah SWT., Q.S. Al-Kafirun/109: 1-6

untuk menegaskan jawaban atas peristiwa tersebut.

‫ وَل أنتُم عبِدُون ما‬٠ ‫ َل أعبُدُ ما تعبُدُون‬٤ ‫قُل يأيُّها ٱلك ِف ُرون‬

‫ لكُم دِينُ ُكم‬٥ ُ ‫ وَل أنتُم عبِدُون ما أعبُد‬٠ ‫ وَل أنا عابِد َّما عبدتُّم‬٣ ُ‫أعبُد‬

٦ ‫ِين‬
ِ ‫و ِلي د‬

Artinya: Katakanlah: "Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan


menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan
penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak
pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku" (Q.S. Al-
Kafirun/109: 1-6)95

94
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Ibid.
95
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Ibid.
97

Kesimpulan ayat tersebut adalah bahwa dalam masalah

mu’amalah, kita tetap bergaul dengan baik dan akrab dengan

orang yang berbeda keyakinan. Akan tetapi, dalam masalah

ibadah dan aqidah masing-masing, kita tidak boleh

mencampuradukannya.

Dengan beribadah sesuai cara masing-masing, pergaulan

antarumat beragama tetap utuh dengan menumbuhkan saling

tenganggang rasa sebagaimana yang dikehendaki oleh butir-

butir Pancasila. Pola seperti inilah yang disebut toleransi dalam

agama, yakni membiarkan orang lain beribadah sesuai dengan

agama masing-masing selama ia tidak mengganggu kita.

c) Kerukunan Umat Beragama dengan Pemerintah

Firman Allah SWT. dalam Q.S. An-Nisa/4: 59 menjelaskan

sebagai berikut:

َ ُ َ َُ َ ُ ُ َ َ َ َّ ُ َ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
ۡ‫ألمۡرِۡ ۡمِنكمۡ ۡفإِن‬ۡ ‫ل ۡٱ‬
ۡ ِ ‫ول ۡوأو‬ َّ ۡ ‫ِين ۡ َءامنوۡاۡ ۡأطِيعواۡ ۡٱ‬
ۡ ‫ّلل ۡوأطِيعواۡ ۡٱلرس‬ ۡ ‫يأيها ۡٱَّل‬
ۡ

َّ َ ُ ُ ُ ُ َّ َ ُ ُّ ُ َ َ َ
ۡ ‫ّللِۡ َۡوٱ‬
ۡ‫لَوۡ ِۡمۡٱٓأۡلخ ِِۡر‬ ۡ ‫ّللِۡ َۡوٱ َّلر ُسو ِۡلۡإِنۡكنتمۡۡتؤۡمِن‬
ۡ ‫ونۡۡب ِٱ‬ ۡ ‫ل ۡٱ‬
ۡ ِ ‫وهۡإ‬
ۡ ‫شءۡۡفرد‬
ۡ ۡ‫ف‬ َۡ ‫ت‬
ۡ ِ ۡۡ‫ٰ َزعۡ ُتم‬

ً َ ُ َ ََ َ َ َ
ۡ ۡ٥٩ۡ‫يل‬
ۡ ِ‫نۡتأۡو‬
ۡ ‫ِكۡخيۡۡوأحۡس‬
ۡ ‫ۡذل‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan


taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian
jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
98

hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan


lebih baik akibatnya.” (Q.S. An-Nisa/4: 59)96

Kerukunan umat beragama dengan pemerintah

direalisasikan dengan mentaati segala peraturan yang

dikeluarkan oleh pemerintah, selama peraturan itu tidak

bertentangan dengan syariat Islam. Selain itu, kita juga

memupuk jalinan kerja sama antara ulama dan umara dalam

membina umat agar menaati perintah Allah SWT. dan Rasul-

Nya.

Dengan demikian, kerukunan antarumat beragama dengan

pemerintah dapat tumbuh dengan baik bila keduanya saling

mengisi. Misalnya, jika pemerintah (umara) menyediakan

(membangun) sara ibadah, maka ‘ulama yang mengelolanya.

Artinya, pemerintah yang membangun fisik dan ‘ulama yang

membangun mental atau spiritual.

d) Manfaat Menjaga Kerukunan

1) Terciptanya stabilitas nasional karena setiap warga Negara

mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama dalam

membina kerukunan hidup beragama, bermasyarakat maupun

bernegara. Dengan adanya kesadaran tersebut, maka

keamanan, ketertiban, dan kerukunan dapat terwujudkan

dengan baik.

96
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Ibid.
99

2) Dapat menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan yang

merugikan dan membahayakan bagi kehidupan beragama,

bermasayarakat, dan bernegara. Perbuatan tersebuta antara

lain sinkretisme, ekstremitas, menjelek-jelekan agama lain,

kehidupan bebas tanpa batas, separatism, dan sebagainya.

3) Akan terhindar dari perpecahan. Berkaca dari pengalaman

akan adanya perpecahan yang berbentuk pemberontakan,

separatism, dan ekstremitas lainnya, hal itu berakibat sangat

buruk terhadap infrastruktur, tata nilai sosial budaya serta

instabilitas Negara. Dengan demikian, praktis program

pembangunan tidak berjalan lancer, keamanan terganggu,

ekonomi lumpuh, dan yang paling sengsara adalah rakyat itu

sendiri.

2. Terbitan Tiga Serangkai Pustaka Mandiri yang dibuat oleh Rahmat

Kamal. (Toleransi dan Menghindarkan Diri dari Tindak Kekerasan)

Allah SWT. telah memerintahkan kepada kita untuk bersikap

toleransi terhadap orang lain yang berbeda agama. Hal ini, juga telah

dicontohkan oleh Rasulullah SAW. dalam hidup bertetangga. Ketika

Rasulullah SAW. bertempat tinggal di madinah, beliau selalu berbuat

baik dengan tetangganya tang berbeda agama. Ada yang Yahudi,

Nasrani, dan Arab Badui yang belum masul Islam. Beliau selalu

berlemah lembut kepada mereka untuk menghindarkan diri dari tindak

kekerasan. Pada bab ini kita akan mempelajari tentang ayat Al-Qur’an
100

dan hadits terkait tentang toleransi dan menghindarkan diri dari tindak

kekerasan.

Jika melihat dari aksi damai yang digelar oleh para pelajar yang

membentangkan stop tawuran pelajar merupakan bentuk keprihatinan

para pelajar dalam menyuarakan aksi damai untuk menghentikan tawuran

dan tindak kekerasan. Tindak kekerasan yang dilakukan para pelajar akan

merugikan diri mereka sendiri dan masa depa mereka.

Amati contoh bacaan dari Q.S. Yunus Ayat 40-141 berikut ini:

‫ و ِإن‬٠٢ ‫و ِمن ُهم َّمن يُؤ ِم ُن ِب ِهۦ و ِمن ُهم َّمن ََّل يُؤ ِم ُن ِب ِهۦ وربُّك أعل ُم ِبٱل ُمف ِسدِين‬

‫كذَّبُوك فقُل ِلي عم ِلي ول ُكم عملُ ُكم أنتُم ب ِرئُٔ ون ِم َّما أعم ُل وأنا ب ِريء‬

٠٤ ‫ِم َّما تعملُون‬

Artinya: “Di antara mereka ada orang-orang yang beriman


kepada Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang
yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui
tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. Jika mereka
mendustakan kamu, maka katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan
bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang
aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu
kerjakan". (Q.S. Yunus/10: 40-41)97
Setelah mengamati Surat Yunus Ayat 40-41, kita bisa

menangkap apa yang tersirat dalam ayat tersebut melalui terjemahnya.

Ayat tersebut menceritahkan tentang perintah untuk bersikap toleransi

dalam hal keyakinan dan menghargai akan adanya sebuah perbedaan

dalam segala hal. Dalam kehidupan bermasyarakat tentu kita akan

bergaul dengan semua orang yang masing-masing emmpunyai

97
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Ibid.
101

karakter yang berbeda. Perbedaan tersebut di antaranya berbeda

sukunya, status sosialnya, agamanya, dan lain sebagainya. Dalam

menyikapi perbedaan tersebut, kita harus menghadapinya dengan

penuh kedewasaan dan toleransi.

Pada pembahasan Surat Yunus Ayat 40-41, kita juga akan

mempelajari tentang cara membacanya sesuai dengan tajwid dan

makhaarijul-huruuf, makna mufradat, makna ijmali, serta hadits

terkait. Untuk memperoleh gambaran yang jelas, pelajarilah

pembahasan ayat tersebut dalam tafaqquh dan literatur lainnya yang

relevan.

Perbedaan adalah satu keniscayaan yang harus kita sikapi

dengan penuh kedewasaan. Menerima adanya perbedaan, menahan

kecenderungan ego yang berlebihan, mengakui kekurangan diri serta

merasa hidup saling membutuhkan satu sama lain akan melahirkan

sikap toleran, menjaga kerukunan, dan menghindarkan diri dari tindak

kekerasan.98

Secara umum isi kandungan dari Surat Yunus Ayat 40-41 ini

adalah berkaitan dengan perintah untuk bersikap toleran dalam hal

keyakinan dan menghargai akan adanya sebuah perbedaan dalam

segala hal. Namun, apabila kita perinci lebih dalam, secara khusus

98
Zainal Akhyar, Harpani Mtnuh dan Siti patimah, Impelemtasi Toleransi Antar Umat
Beragama Di Desa Kolam Kanan Kecamatan Barabai Kabupaten Barito Kuala, Jurnal
Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 5, Nomor 9, 2015, hlm 728.
102

terdapat beberapa poin penting yang menjadi isi kandungan dari Q.S.

Yunus Ayat 40-41. Poin penting tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kaum yang didakwahi Rasulullah SAW. tidak semuanya beriman.

b. Allah SWT. adalah zat yang maha mengetahui orang-orang yang

berbuat kerusakan.

c. Kita harus bersikap toleran kepada mereka yang tidak beriman.

d. Salah satu bentuk sikap toleran adalah menyerahkan semua

pekerjaan mereka sesuai keyakinannya dan kita tidak mengetahui

keyakinan yang mereka anut.

e. Contoh ucapan yang mencerminkan sikap toleran kita terhadap

mereka yang berlainan agama adalah dengan mengatakan, “bagiku

pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung

jawab terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak

bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan”

Hadis-hadis yang menjelaskan tenatng toleransi di antaranya

adalah hadis yang memerintahkan kita untuk toleransi terhadap

tetangga dan saudara. Hal inim dijelaskan dalam sebuah hadis ayng

diriwayatkan oleh Muslim dari Anas bin Malik sebagai berikut:

Artinya: “Dari Anas bin Malik r.a., sesungguhnya Rasulullah SAW


bersabda, “Demi (Allah) yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah beriman
seorang hamba sehingga ia mencintai tetangganya atau beliau berkata
kepada saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”.” (H.R.
Muslim: 65)
Seseorang belum dikatakan imamnya sempurna apabila ia hanya

mencintai terhadap dirinya saja. Kesempurnaan iman seseorang apabil

ia dapat menunjukan rasa cinta terhadap tetangganya dan saudaranya.


103

Kata tetangga dalam teks hadis ini cakupannya bersifat umum, yakni

tetangga sesame muslim atau tetangga nonmuslim. Dalam hadis di

atas Rasulullah SAW. juga memerintahkan kita untuk mencintai

terhadap saudaranya, baik saudara yang ada hubungan darah, maupun

saudara sesame muslim.

Rasulullah SAW. di Madinah tidak hanya bertetangga dengan

orang-orang muslim, namun beliau juga bertetangga dengan

nonmuslim. Kota Madinah pada waktu itu selain dihuni oleh kaum

muslimin juga dihuni oleh orang Yahudi, Nasrani, dan orang Arab

Badui. Hadis lain yang menunjukan tentan toleransi adalah sabda Nabi

Muhammad SAW. sebagai berikut:

Amati contoh bacaan dari Surat Al-Maidah Ayat 32 berikut ini:

‫ِمن أج ِل ذ ِلك كتبنا على بنِي إِسر ِءيل أنَّهۥُ من قتل نفسا بِغي ِر نف ٍس أو فساد‬

‫ض فكأنَّما قتل ٱلنَّاس ج ِميعا ومن أحياها فكأنَّما أحيا ٱلنَّاس ج ِميعا‬
ِ ‫فِي ٱلر‬

ِ ‫ت ث ُ َّم ِإ َّن كثِيرا ِمن ُهم بعد ذ ِلك فِي ٱلر‬


‫ض‬ ِ ‫سلُنا بِٱلبيِن‬
ُ ‫ولقد جاءت ُهم ُر‬

٣٠ ‫ل ُمس ِرفُون‬

Artinya: “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi


Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang
manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau
bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-
akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan
barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia,
maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka
rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan
yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu
104

sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan


dimuka bumi” (Q.S. Al-Maidah/5: 32)99

Secara umum isi kandungan Surat Al-Maidah Ayat 32 adalah

larangan untuk melakukan tindak kekerasan. Namun apabila kita

perinci lebih dalam makna secara khusus terdapat beberapa poin

penting yang menjadi isi kandungan dari surat Al-Maidah ayat 32.

Poin tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Berbuat kerusakan di muka bumi sama halnya dengan membunuh

generasi manusia yang ada di dunia.

b. Memelihara hak sesame manusia sama halnya dengan memelihara

generasi manusia yang ada di dunia.

c. Bani Israil adalah kelompok bangsa yang banyak melampaui batas

meskipun telah didakwahi oleh para Rasul Allah dengan membawa

sejumlah bukti dan keterangan yang sangat jelas.

Hadis-hadis yang menjelaskan tentang menghindari diri dari

tindak kekerasan antara lain sebagai berikut:

‫ى‬ َّ ‫ع ْن أبِى ب ُْردة ع ْن أبِى ُموسى – رضى هللا عنه – قال قا ُلوا يا رسُول‬
ُّ ‫اَّللِ أ‬

‫ا ِإلسْل ِم أ ْفض ُل قال م ْن س ِلم ْال ُم ْس ِل ُمون ِم ْن ِلسانِ ِه وي ِد ِه‬

Artinya: “Dari Abu Musa r.a., berkata, “Para sahabat bertanya


kepada Rasulullah SAW., “Wahai Rasulullah, siapakah
muslimin yang utama itu?” Rasulullah menjawab, “Orang yang
kaum muslimin lainnya selamat dari lisan dan tangannya.”
(H.R. Al-Bukhari: 10 dan Muslim: 59)

99
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Ibid.
105

Dalam hadis lain juga dijelaskan bagaimana Rasulullah SAW.

menjawab salam orang Yahudi dengan tidak menyakiti mereka,

walaupun orang Yahudi tersebut sengaja mengejek Rasulullah SAW.

dengan mengatakan, “Racun untukmu.” Hadis selengkapnya adalah

sebagai berikut:

Artinya: “Dari Aisyah r.a. ia berkata, “Ada sekelompok orang


Yahudi minta izin untuk bertemu Nabi Muhammad SAW.
Mereka berkata, “Racun Untukmu.” Aku menjawab, “Racun
dan laknat kembali ke kamu,” kemudian Rasulullah bersabda,
“Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah Zat Yang Maha Lembut,
dan Dia menyukai kelemahlembutan dalam setiap perkara.” Aku
bertanya kepada Nabi, “Apakah engkau mendengar apa yang
mereka ucapkan? Nabi menjawab, “Aku mengatakan, dan atas
kalian.” (H.R. Al-Bukhari: 6415)

Berdasarkan dua hadis tersebut, Islam mengajarkan kepada kita

agar menghindarkan diri dari tindak kekerasan, baik kekerasan fisik

maupun kekerasan ucapan yang dapat menyakiti tubuh dan hati

seseorang. Sekali pun terhadap nonmuslim kita juga diperintahkan

untuk berlemah lembut, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh

Rasulullah SAW. ketika menjawab salam dari orang Yahudi. Untuk

menghindari konflik Rasulullah SAW. menjawab dengan kalimat yang

tidak menyakitkan mereka, walaupun mereka menghina Nabi.

Anda mungkin juga menyukai