Anda di halaman 1dari 11

Makalah Toleransi dan Kerukunan

Kata pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, karena tanpa-Nya mustahil
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai bahan pembelajaran kami, dalam mengenal lebih jauh
tentang agama islam. Terlebih ini adalah tugas dari guru yang harus kami kerjakan dan harus
kami selesaikan. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat memberikan banyak
manfaat, khususnya bagi kami, dan umumnya bagi semua yang membaca makalah ini.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada guru Pendidikan
Agama Islam (PAI) yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini, kepada
orang tua kami yang selalu mendo’akan kami, dan kepada seluruh pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini, yang tak bisa kami sebutkan satu persatu tetapi tidak
mengurangi rasa hormat kami.
Akhirnya, sesuai dengan kata pepatah “tiada gading yang tak retak,” atau “sepandai-
pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga,” kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Kebenaran dan kesempurnaan hanyalah
milik Allah semata.

Tulungagung, 02 Desember 2014


Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
BAB PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan

BAB PEMBAHASAN
Pendahuluan
Pengertian Toleransi
Toleransi Beragama menurut Islam
Konsep Kerukunan Umat Beragama
Sejarah Kerukunan Umat Beragama di Indonesia
Kerukunan Umat Beragama di Indonesia

BAB PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.
Manusia adalah makhluk indiviudu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk
sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain dalam rangka
memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang
individu akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda warna dengannya salah
satunya adalah perbedaan agama.
Dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan dalam masyarakat maka diperlukan sikap
saling menghormati dan saling menghargai, sehingga gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan
pertikaian dapat dihindari. Masyarakat juga dituntut untuk saling menjaga hak dan kewajiban
diantara mereka antara yang satu dengan yang lainnya.
Dalam AL-QUR’AN juga dibahas tentang toleransi Oleh karena itu kita sebagai umat
muslim sudah sepatutnya menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama dan
saling menghormati antar hak dan kewajiban yang ada diantara kita demi keutuhan Negara.
Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya kerukunan antar
umat beragama. Tanpa kebebasan beragama tidak mungkin ada kerukunan antar umat beragama.
Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia. Hak untuk menyembah Tuhan diberikan oleh
Tuhan, dan tidak ada seorang pun yang boleh mencabutnya.
Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat beragama adalah cara agar kebebasan
beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak dapat diabaikan. Namun
yang sering kali terjadi adalah penekanan dari salah satunya, misalnya penekanan kebebasan
yang mengabaikan toleransi dan usaha untuk merukunkan dengan memaksakan toleransi dengan
membelenggu kebebasan. Untuk dapat mempersandingkan keduanya, pemahaman yang benar
mengenai kebebasan beragama dan toleransi antar umat beragama merupakan sesuatu yang
penting dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
 Bagaimana isi kandungan surat yunus ayat 40-41
 Bagaimana tentang toleransi dan kerukunan antar umat beragama di Indonesia
 Bagaimana isi kandungan surat Al Maidah ayat 32
 Bagaimana menelaah kembali surat Al Maidah ayat 32 sebagai salah satu Surat yang membahas
tentang cara menghindarkan diri dari tindakan kekerasan

1.3 Tujuan
Sejalan dengan persoalan yang telah dikemukakan diatas, penulisan makalah ini mempunyai
manfaat untuk :
 Mengetahui isi kandungan surat yunus ayat 40-41
 Mengetahui salah satu Surat yang membahas tentang toleransi.
 Mengetahui tentang toleransi dan kerukunan antar umat beragama di Indonesia
 Mengetahui isi kandungan surat Al Maidah ayat 32
BAB II
KAJIAN TEORI

Toleransi berasal dari kata “ Tolerare ” yang berasal dari bahasa latin yang berarti dengan
sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah suatu sikap atau
perilakumanusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai atau
menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan.
Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan
perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau
tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi
beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-
agama lainnya. Istilah toleransi juga digunakan dengan menggunakan definisi "kelompok" yang
lebih luas, misalnya partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih banyak
kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi, baik dari
kaum liberal maupun konservatif.

2.1 Q.S YUNUS (10) AYAT 40 DAN 41


Artinya :
Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Qur’an, dan di antaranya
ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang
orang-orang yang berbuat kerusakan. Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah:
“Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku
kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan”. ( QS Yunus 40-41 )
Dalam ayat 40 ini, Allah SWT menjelaskan bahwa orang yang pernah menerima seruan
dakwah Nabi Muhammad, ada orang-orang yang berIman kepada Al-Qur’an dan mengikutinya
serta memperoleh manfaat dari risalah yang di sampaikannya. Tapi ada juga yang tidak beriman
kepada nabi Muhammad, mereka mati dalam kekafiran.
Pada ayat yang ke 41 surat Yunus, bahwa Islam sangat menghargai perbedaan-perbedaan
diantara manusia, karena masing-masing punya hak. Dan tidak boleh memaksakan orang lain
memeluk agama Islam, sekalipun Islam agama yang benar.
ISI KANDUNGAN SURAH YUNUS AYAT 40-41
1. Ada golongan umat manusia yang beriman terhadap Al-Qur'an dan ada yang tidak beriman
kepada Al-Qur'an.
2. Allah SWT mengetahui sikap dan perilaku orang-orang yang beriman yang bertakwa kepada
Allah SWT dan orang-orang yang tidak beriman yang berbuat durhaka kepada Allah SWT.
3. Orang-orang yang beriman kepada Allah SWT (umat Islam) harus yakin bahwa Rasul Allah
SWT yang terakhir adalah Nabi Muhammad SWT dan Al-Qur'an adalah kitab suci yang harus
dijadikan pedoman hidup umat manusia sampai akhir zaman.

Umat Islam harus menyadari bahwa setiap amal perbuatan manusia baik ataupun buruk diketahui
oleh Allah SWT. Dan masing-masing orang akan memikul dosanya sendiri-sendiri.

wa min-hum may yu`minu bihī wa min-hum mal lā yu`minu bih, wa rabbuka a’lamu bil-
mufsidīn

ُ‫ي ُۡؤ ِم ُن‬ ‫َّمن‬ ‫َو ِم ۡن ُهم‬


ia beriman orang dan diantara mereka
‫َّمن‬ ‫َو ِم ۡن ُهم‬ ‫ِب ِهۦ‬
orang dan diantara mereka dengannya/ kepadanya
‫بِ ِهُۦ‬ ُ‫ي ُۡؤ ِم ُن‬ ُ‫َّّل‬
dengannya/ kepadanya beriman tidak
َُ‫بِ ۡٱل ُم ۡف ِسدِين‬ ُ‫أ َ ۡعلَ ُم‬ ُ‫َو َرب َُّك‬
terhadap orang-orang yang
membuat kerusakan lebih mengetahui dan Tuhanmu
Surah Yunus Ayat 41 :

َ‫ع َملُ ُكم أَنتُم َب ِرئُٔ ونَ ِم َّما أَع َم ُل َوأَنَا َب ِريء ِم َّما تَع َملُون‬
َ ‫ع َم ِلي َولَ ُكم‬ َ ‫َو ِإن َك َّذب‬
َ ‫ُوك فَقُل ِلي‬
wa ing każżabụka fa qul lī ‘amalī wa lakum ‘amalukum, antum barī`ụna mimmā a’malu wa
ana barī`um mimmā ta’malụn

‫فَقُل‬ َ ‫َكذَّب‬
ُ‫ُوك‬ ‫َو ِإن‬
maka katakanlah mereka mendustakan kamu dan jika
ُ‫َولَ ُك ۡم‬ ‫ع َم ِلي‬
َ ‫ِلي‬
dan bagimu pekerjaanku bagiku
َُ‫بَ ِريُون‬ ‫أَنتُم‬ ُ‫ع َملُ ُك ۡم‬
َ
berlepas diri kamu pekerjaanmu
‫َوأَنَُا‬ ُ‫أ َ ۡع َم ُل‬ ُ‫ِم َّما‬
dan Aku aku kerjakan dari apa
َُ‫ت َعۡ َملُون‬ ‫ِم َّما‬ ُ‫بَ ِريء‬
kamu kerjakan dari apa berlepas diri
Isi Kandungan Ayat
Secara garis besar, ayat ini mengandung makna larangan menyembah selain Allah swt,
tunduk terhadap hukum-hukum Allah karena kebenaran hanyalah datang dari Allah swt,
jangan sampai berbuat syirik dengan cara menyembah selain Allah seperti berhala.
Jika orang musyrik itu masih bersikeras untuk tetap mendustkan kebenaran yang
dibawakan oleh Nabi maka sesungguhnya tiap orang akan menerima balasan dari setiap
amal yang diperbuatnya.
Demikian kutipan teks bacaan Surah Yunus Ayat 40 41 tulisan Arab Dan Latin Beserta
Artinya Per Kata, dilengkapi dengan isi kandungan pada ayat tersebut. Wallahu A’lam
Bishawaab.

2.2 Q.S AL-MAIDAH AYAT 32

surah / surat : Al-Maidah Ayat : 32

ُ‫ضُ َف َكاَنَّ َما‬ ِ ‫ىُاّلَ ۡر‬ۡ ِ‫سادٍُف‬ َ َ‫كُُُۛؔ َكت َ ۡبنَاُ َع ٰلىُ َبنِ ۡۤۡىُا ِۡس َرا ِء ۡي َلُاَنَّهٗ ُ َم ۡنُقَت َ َلُن َۡف ًۢساُ ِبغ َۡي ِرُن َۡف ٍسُا َ ۡوُف‬ َُ ‫ِم ۡنُا َ ۡج ِل ُٰذُ ِل‬
ُ‫سلُنَاُبِ ۡالبَ ِي ٰنتُِث ُ َّمُا َِّنُ َك ِث ۡيرا‬ ُ ‫ُولَـقَ ۡدُ َجا َء ۡت ُه ۡم‬
ُ ‫ُر‬ َ ُُ‫اسُ َج ِم ۡيع ؕا‬ َ َّ‫ُؕو َم ۡنُاَ ۡحيَاهَاُفَ َكاَنَّ َم ۤۡاُا َ ۡحيَاُالن‬ َ ُ‫اسُ َج ِم ۡيعا‬ َ َّ‫قَت َ َلُالن‬
﴾۳۲﴿َُُ‫ضُلَ ُم ۡس ِرفُ ۡون‬ َُ ۡ ِ‫ِم ۡن ُه ۡمُ َبعۡ دَ ُٰذُ ِل َكُف‬
ِ ‫ىُاّل ۡر‬

ARTINYA :
Dengan sebab (kisah pembunuhan kejam) yang demikian itu Kami tetapkan atas Bani Isra`il,
bahawasanya sesiapa yang membunuh seorang manusia dengan tiada alasan yang membolehkan
membunuh orang itu, atau (kerana) melakukan kerosakan di muka bumi, maka seolah-olah dia
telah membunuh manusia semuanya dan sesiapa yang menjaga keselamatan hidup seorang
manusia, maka seolah-olah dia telah menjaga keselamatan hidup manusia semuanya. Dan demi
sesungguhnya, telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan membawa keterangan yang
cukup terang kemudian, sesungguhnya kebanyakan dari mereka sesudah itu, sungguh-sungguh
menjadi orang-orang yang melampaui batas (melakuan kerosakan) di muka bumi.

Ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:


a. Nasib manusia sepanjang sejarah memiliki kaitan dengan orang lain. Sejarah kemanusiaan
merupakan mata rantai yang saling berhubungan. Karena itu, terputusnya sebuah mata rantai
akan mengakibatkan musnahnya sejumlah besar umat manusia.
b. Nilai suatu pekerjaan berkaitan dengan tujuan mereka. Pembunuhan seorang manusia dengan
maksud jahat, merupakan pemusnahan sebuah masyarakat, tetapi eksekusi terhadap seorang
pembunuh dalam rangka qishash merupakan sumber kehidupan masyarakat.
Mereka yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan penyelamatan jiwa manusia, seperti
para dokter dan perawat, harus mengerti nilai pekerjaan mereka. Menyembuhkan atau
menyelamatkan orang yang sakit dari kematian, bagaikan menyelamatkan sebuah masyarakat
dari kehancuran

2.3 Hadis yang Terkait


Dalam hadis Rasulullah saw. ternyata cukup banyak ditemukan hadis-hadis yang
memberikan perhatian secara verbal tentang toleransi sebagai karakter ajaran inti Islam. Hal ini
tentu menjadi pendorong yang kuat untuk menelusuri ajaran toleransi dalam Alquran, sebab apa
yang disampaikan dalam hadis merupakan manifestasi dari apa yang disampaikan dalam
Alquran.
Di dalam salah satu hadis Rasulullah saw., beliau bersabda :

ُ‫ع ْن‬
َ ُ ‫صي ِْن‬ َ ‫ُال ُح‬ْ ‫ع ْن ُدَ ُاودَ ُب ِْن‬ َ ُ َ‫ح َؔدَّثَ ِنا ُعبد ُهللا ُحدثنى ُأبى ُحدثنى ُ َي ِزيد ُ ُقَا َل ُأنا ُ ُم َح َّمد ُ ُب ُْن ُ ِإ ْس َحاق‬
ُ‫ىَُّللاِ ُقَا َل‬
َّ َُ‫ان ُأ َ َحبُّ ُ ِإل‬ ُّ َ ‫سلَّ َم ُأ‬
ِ َ‫ي ُاْأل َ ْدي‬ َ ‫علَ ْي ِه‬
َ ‫ُو‬ َّ
َ ُ ُ‫ىَُّللا‬ َّ‫صل‬ َّ ‫سو ِل‬
َ ُ ِ‫َُّللا‬ ُ ‫َّاس ُقَا َل ُقِي َل ُ ِل َر‬
ٍ ‫عب‬
َ ُ ‫ع ِن ُاب ِْن‬َ ُ َ‫ِع ْك ِر َمة‬
ُ ]13[.ُ‫حة‬ َّ ‫ْال َحنِي ِفيَّةُُال‬
َ ‫س ْم‬
[Telah menceritakan kepada kami Abdillah, telah menceritakan kepada saya Abi telah
menceritakan kepada saya Yazid berkata; telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaq
dari Dawud bin Al Hushain dari Ikrimah dari Ibnu 'Abbas, ia berkata; Ditanyakan kepada
Rasulullah saw. "Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?" maka beliau bersabda: "Al-
Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran)]"

Ibn Hajar al-Asqalany ketika menjelaskan hadis ini, beliau berkata: “Hadis ini di
riwayatkan oleh Al-Bukhari pada kitab Iman, Bab Agama itu Mudah” di dalam sahihnya
secara mu'allaq dengan tidak menyebutkan sanadnya karena tidak termasuk dalam kategori
syarat-syarat hadis sahih menurut Imam al-Bukhari, akan tetapi beliau menyebutkan sanadnya
secara lengkap dalam al-Adâb al-Mufrad yang diriwayatkan dari sahabat Abdullah ibn ‘Abbas
dengan sanad yang hasan.[14] Sementara Syekh Nasiruddin al-Albani mengatakan bahwa hadis
ini adalah hadis yang kedudukannya adalah hasan lighairih.”[15]
Berdasarkan hadis di atas dapat dikatakan bahwa Islam adalah agama yang toleran dalam
berbagai aspeknya, baik dari aspek akidah maupun syariah, akan tetapi toleransi dalam Islam
lebih dititikberatkan pada wilayah mua’malah. Rasulullah saw. bersabda :
ْ ‫حدَّثَنِيُ ُم َح َّمدُُب ُْن‬
ُ‫ُال ُم ْن َكد ِِر‬ َُ ُ ‫ط ِرفٍ ُقَا َل‬َ ‫غسَّانَ ُ ُم َح َّمدُُب ُْنُ ُم‬ َ ُ‫َّاش ُ َحدَّثَنَاُأَبُو‬ٍ ‫عي‬ ُّ ‫َحدَّثَنَاُ َع ِل‬
َ ُ‫ي ُب ُْن‬
َّ ‫ُر ِح َُم‬
ُُ‫َُّللا‬ َ ‫سلَّ َمُقَا َل‬
َ ‫ُو‬ َّ َّ‫صل‬
َ ‫ىَُّللاُُ َعلَ ْي ِه‬ َّ ‫سو َل‬
َ ُِ‫َُّللا‬ َ ‫َُّللاُُ َع ْن ُه َماُأ َ َّن‬
ُ ‫ُر‬ َّ ‫ي‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ُر‬ َّ ‫َع ْنُ َجا ِب ِرُب ِْنُ َع ْبد‬
َ ِ‫َُِّللا‬
]16[.‫ضى‬ َ َ ‫ىُوإِذَاُا ْقت‬ َ ‫ُوإِذَاُا ْشت َ َر‬ َ ‫ع‬ َ ‫س ْمحاُإِذَاُبَا‬ َ ُ‫َر ُجًل‬
[Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Ayyasy telah menceritakan kepada kami Abu
Ghassan Muhammad bin Mutarrif berkata, telah menceritakan kepada saya Muhammad bin al-
Munkadir dari Jabir bin 'Abdullah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Allah merahmati orang
yang memudahkan ketika menjual dan ketika membeli, dan ketika memutuskan perkara"].
Imam al-Bukhari memberikan makna pada kata ‘as-samâhah’ dalam hadis ini dengan kata
kemudahan, yaitu pada “Bab Kemudahan dan Toleransi dalam Jual-Beli”.[17]Sementara Ibn
Hajar al-‘Asqalâni ketika mengomentari hadis ini beliau berkata: "Hadis ini menunjukkan
anjuran untuk toleransi dalam interaksi sosial dan menggunakan akhlak mulia dan budi yang
luhur dengan meninggalkan kekikiran terhadap diri sendiri, selain itu juga menganjurkan untuk
tidak mempersulit manusia dalam mengambil hak-hak mereka serta menerima maaf dari
mereka.[18]
Islam sejak diturunkan berlandaskan pada asas kemudahan, sebagai-mana Rasulullah saw.
bersabda :
ُ‫س ِعي ِد ُب ِْن‬
َ ُ‫ن‬ُْ ‫ع‬
َ ُِ ‫اري‬ ْ ‫ع ْن ُ َم ْع ِن ُب ِْن ُ ُم َح َّم ٍد‬
ِ َ‫ُال ِغف‬ َ ُ ‫ع َم ُر ُب ُْن‬
َ ٍُ ‫ع ِلي‬ َ ‫سًلَ ِم ُب ُْن ُ ُم‬
ُ ُ‫ط َّه ٍر ُقَا َل ُ َحدَّثَنَا‬ َّ ‫ع ْبدُُال‬ َ ُ‫َحدَّثَنَا‬
َ ‫سلَّ َم ُقَا َل ُ ِإ َّن ُال ِدينَ ُيُس ٌْر‬
َُ ُ‫ُولَ ْن ُي‬
َُّ‫شاد‬ َ ‫علَ ْي ِه‬
َ ‫ُو‬ َّ َّ‫صل‬
َ ُ ُ‫ىَُّللا‬ َ ُِ ‫ع ْن ُالنَّ ِبي‬َ َُ ‫ع ْن ُأَ ِبيُ ُه َري َْرة‬ َ ُِ ‫س ِعي ٍد ُا ْل َم ْقب ُِري‬ َ ُ‫أ َ ِبي‬
]19[.‫نُالد ُّْل َج ِة‬ ُْ ‫ُم‬
ِ ٍ‫ش ْيء‬ َ ‫ُو‬ َ ‫الر ْو َح ِة‬
َّ ‫ُو‬ َ ِ‫واُوا ْستَ ِعينُواُبِ ْالغَد َْوة‬
َ ‫ُواُوأ َ ْبش ُِر‬َ ‫ارب‬ ِ َ‫ُواُوق‬
َ ‫س ِدد‬ َ َ‫غ َلبَهُُف‬َ َُّ‫ال ِدينَ ُأ َ َحد ٌُ ِإّل‬
[Telah menceritakan kepada kami Abdus Salam bin Muthahhar berkata, telah menceritakan
kepada kami Umar bin Ali dari Ma'an bin Muhammad Al Ghifari dari Sa'id bin Abu Sa'id Al
Maqburi dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya
agama itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali dia akan dikalahkan
(semakin berat dan sulit). Maka berlakulah lurus kalian, men-dekatlah (kepada yang benar) dan
berilah kabar gembira dan minta tolong-lah dengan al-ghadwah(berangkat di awal pagi) dan ar-
ruhah (berangkat setelah zhuhur) dan sesuatu dari ad-duljah (berangkat di waktu malam)"].
Ibn Hajar al-‘Asqalâni berkata bahwa makna hadis ini adalah larangan
bersikaptasyaddud (keras) dalam agama yaitu ketika seseorang memaksa-kan diri dalam
melakukan ibadah sementara ia tidak mampu melaksana-kannya itulah maksud dari kata : "Dan
sama sekali tidak seseorang berlaku keras dalam agama kecuali akan terkalahkan" artinya
bahwa agama tidak dilaksanakan dalam bentuk pemaksaan maka barang siapa yang memaksakan
atau berlaku keras dalam agama, maka agama akan mengalahkannya dan menghentikan
tindakannya.[20]
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. datang kepada ‘Aisyah
ra., pada waktu itu terdapat seorang wanita bersama ‘Aisyah ra., wanita tersebut memberitahukan
kepada Rasulullah saw. perihal salatnya, kemudian Rasulullah saw. bersabda :
ُ ‫احبُ ُه‬
ِ ‫ص‬َ ُ‫علَ ْي ِه‬
َ ُ‫ام‬ ِ ‫واُو َكانَ ُأَ َحبَّ ُال ِد‬
َ َ‫ينُإِلَ ْي ِهُ َماد‬ َ ُّ‫َُُّّللاُُ َحتَّىُت َ َمل‬ َّ ‫ُ َعُلَ ْي ُك ْمُبِ َماُت ُ ِطيقُونَ ُفَ َو‬،ْ‫َمه‬
َّ ‫َّللاِ َُّلُيَ َمل‬
["Hentikan, Kerjakan apa yang sanggup kalian kerjakan, dan demi Allah sesungguhnya Allah
tidak bosan hingga kalian bosan, dan Agama yang paling dicintai disisi-Nya adalah yang
dilaksanakan oleh pemeluknya secara konsisten"].[21]
Hadis ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw. tidak memuji amalan-amalan yang
dilaksanakan oleh wanita tersebut, dimana wanita itu menberitahukan kepada Rasulullah saw.
tentang salat malamnya yang membuatnya tidak tidur pada malam hari hanya bertujuan untuk
mengerja-kannya, hal ini ditunjukkan ketika Rasulullah saw. memerintahkan kepada ‘Aisyah ra.
untuk menghentikan cerita sang wanita, sebab amalan yang dilaksanakannya itu tidak pantas
untuk dipuji secara syariat karena di dalamnya mengandung unsur memaksakan diri dalam
menjalankan ajaran-ajaran Islam, sementara Islam melarang akan hal tersebut sebagaimana yang
ditunjukkan pada hadis sebelumnya.[22]
Keterangan ini menunjukkan bahwa di dalam agama sekalipun terkandung nilai-nilai
toleransi, kemudahan, keramahan, dan kerahmatan yang sejalan dengan keuniversalannya
sehingga menjadi agama yang relevan pada setiap tempat dan zaman bagi setiap kelompok
masyarakat dan umat manusia.
Terdapat banyak ayat-ayat Alquran yang menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang
sarat dengan kemudahan di antaranya adalah firman Allah swt:
ُ ‫ُم ْنُ َح َر‬
---ٍ‫ج‬ ِ ‫ين‬ِ ‫ُو َماُ َج َعلَُ َعلَ ْي ُك ْمُ ِفيُال ِد‬ َ ‫ ه َُوُاجْ تَ َبا ُك ْم‬---
[Dia telah memilih kamu. Dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan].[23]
Pada ayat lain Allah berfirman :
---‫ْر‬ ْ ‫ُوّلَُي ُِريد ُُ ِب ُك ُم‬
َُ ‫ُالعُس‬ ْ ‫ ي ُِريد َُُّللاُُبِ ُك ُم‬---
َ ‫ُاليُس َْر‬
[Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu].[24]
Selanjutnya, di dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah saw. bersabda :
ُ‫ُال ُمتَن َِطعُونَ "ُقَالَ َهاُثَ ًَلث‬ ْ َ‫" َهلَك‬
["Kehancuran bagi mereka yang melampaui batas" diulangi sebanyak tiga kali”].[25]
Kata "al-Mutanatti'un" adalah orang-orang yang berlebihan dan me-lampaui batas dalam
menjelaskan dan mengamalkan ajaran-ajaran agama.[26] Al-Qâdi ‘Iyad mengatakan bahwa,
maksud dari kehancuran mereka adalah di akhirat.[27] Hadis ini merupakan peringatan untuk
menghindari sifat keras dan berlebihan dalam melaksanakan ajaran agama.[28]
Toleransi dalam Islam bukan berarti bersikap sinkretis. Pemahaman yang sinkretis dalam
toleransi beragama merupakan dan kesalahan dalam memahami arti tasâmuh yang berarti
menghargai, yang dapat mengakibat-kan pencampuran antar yang hak dan yang batil (talbisu al-
haq bi al-bâtil), karena sikap sinkretis adalah sikap yang menganggap semua agama sama.
Sementara sikap toleransi dalam Islam adalah sikap menghargai dan menghormati keyakinan dan
agama lain di luar Islam, bukan menyamakan atau mensederajatkannya dengan keyakinan Islam
itu sendiri.
Pada ayat ini terdapat perintah untuk mengajak para ahli kitab dari kalangan Yahudi dan
Nasrani untuk menyembah kepada Tuhan yang tunggal dan tidak mempertuhankan manusia
tanpa paksaan dan kekerasan sebab dalam dakwah Islam tidak mengenal paksaan untuk beriman
sebagaimana Allah swt. berfirman:
ُِ ‫آلإِ ْك َراهَُفِ ْيُال ِدي‬
‫ْن‬
[Tidak ada paksaan dalam beragama][30]
Dalam beberapa riwayat diketahui Rasulullah saw. Juga mendoakan agar Allah swt.
memberikan kepada mereka (kaum musyrik) hidayah untuk beriman kepada-Nya dan kepada
risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw. Diantara riwayat-riwayat tersebut adalah kisah qabilah
Daus yang menolak dakwah Islam yang disampaikan oleh Tufail bin Amr ad-Dausi, kemudian
sampai hal ini kepada Rasulullah saw., lalu beliau berdo'a :
"‫اُوأْتُِ ِب ِه ْم‬
َ ‫"اللَّ ُه َّمُا ْهدُِدَ ْوس‬
[Ya Allah, tunjukilah qabilah Daus hidayah dan berikan hal itu kepada mereka].[31]
Berdasarkan riwayat di atas, maka benarlah bahwa Rasulullah saw. diutus menjadi rahmat
bagi seluruh alam. Beliau tidak tergesa-gesa mendoakan mereka (orang kafir) dalam kehancuran,
selama masih terdapat kemungkinan diantara mereka untuk menerima dakwah Islam, sebab
beliau masih mengharapkannya masuk Islam. Adapun kepada mereka yang telah
sampai dakwah selama beberapa tahun lamanya, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kenginan
untuk menerima dakwah Islam dan dikhawatirkan bahaya yang besar akan datang dari mereka
seperti pembesar kaum musyrik Quraisy (Abu Jahal dan Abu Lahab dkk), barulah Rasulullah
mendoakan kehancuran atas nama mereka.[32]
Sikap Rasululullah saw yang mendoakan dan mengharapkan orang-orang musyrik supaya
menjadi bagian umat Islam, menguatkan bahwa Rasulullah saw. diutus membawa misi toleransi,
sebagaimana sabda beliau;
[33]‫ُولَ ِكنُِيُب ُِعثْتُ ُ ِب ْال َحنِي ِفيَّ ِةُالس َّْم َح ُِة‬ ْ َّ‫ُوّلَُ ِبالن‬
َ ‫ص َرانِيَّ ِة‬ ْ ‫سلَّ َمُإِنِيُلَ ْمُأ ُ ْب َع‬
َ ‫ثُ ِب ْال َي ُهو ِديَّ ِة‬ َ ‫علَ ْي ِه‬
َ ‫ُو‬ َّ َّ‫صل‬
َ ُُ‫ىَُّللا‬ ُّ ‫فَقَالَُالنَّ ِب‬
َ ُ‫ي‬
[Maka Rasulullah saw bersabda, “sesungguhnya aku tidak diutus untuk orang-orang Yahudi dan
Nasrani, akan tetapi aku diutus untuk orang-orang yang lurus terpuji.”]

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Jadi dengan dibuatnya makalah ini diharapkya bertoleransi antar sesama, baik dari hal
agama maupun dalam hal lain.
Hal ini dibutuhkan untuk menciptakan kehidupan yang tentram, sehingga diperlukan
kesediaan pada setiap individu manusia untuk selalu menanamkan sikap toleransi dalam
beragama.kerukunan umat bragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi
dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan
pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara.
a) Tuhan yang disembah Nabi Muhammad SAW. dan pengikutnya bukanlah apa yang disembah
oleh orang-orang kafir.
b) Toleransi yang dibenarkan adalah masing-masing umat beragama saling menghormati, tidak
mengganggu dan tidak memaksakan agama kepada orang lain.
c) Sikap Manusia terhadap kebenaraan Al-Qur’an ada dua, yakni kelompok Manusia yang percaya
terhadap kebenaran Al-Qur’an, dan Kelompok Manusia yang tidak percaya terhadap kebenaran
Al-Qur’an
3.2 USUL DAN SARAN

Sudah saatnya bukan perbedaan lagi yang kita cari atau yang kita bicarakan, tapi
persamaanlah yang seharusnya kita cari karena dari persamaanlah hidup ini akan saling
menghargai, menghormati dan selaras. Lewat persamaan kita bisa jalin persaudaraan dan
mempererat tali silahturahi, denga begitu aka tercpta kerukunan dengan sendirinya.
Hendaknya toleransi disikapi dengan sebaik-baiknya dan tidak mengikuti kabar yang
beredar tanpa mengetahui ilmunya.

Anda mungkin juga menyukai