Anda di halaman 1dari 17

RANGKUMAN

AGAMA
1. Terjemah Yunus 40-41
Ayat Arti Ayat Arti
dan diantara mereka dan jika

orang mereka mendustakan


kamu
ia beriman maka katakanlah

dengannya/kepadanya bagiku

dan diantara mereka pekerjaanku

orang dan bagimu

tidak pekerjaanmu

beriman kamu

dengannya/kepadanya berlepas diri

dan Tuhanmu dari apa

lebih mengetahui aku kerjakan

terhadap orang-orang dan aku


yang membuat kerusakan
berlepas diri

dari apa

kamu kerjakan
2. Terjemah Al Maidah 32

3. Perilaku yang mencerminkan yunus 40-41, Al Maidah 32


Yunus 40-41:
- Perilaku yang mencerminkan Pengalaman Q.S Yunus ayat 40-41, antara lain:
1. Selalu menghargai akidah dan keyakinan yang dianut orang lain. Sebab setiap
orang berhak memiliki keyakinan masing-masing.
2. Selalu bersikap waspada terhadap orang atau pihak lain yang bermaksud
menghancurkan akidah umat islam, tanpa harus mencurigai atau memusuhi
orang tersebut.
3. Selalu menerima kehadiran orang lain, meskipun berbeda keyakinan dan
agamanya dengan kita.
4. Selalu menghindari sikap egois, sombong, dan angkuh yang dapat membuat
orang lain tersinggung, sehingga persatuan dan kesatuan sukar diwujudkan.
- Perilaku yang mencerminkan pengamalan Q.S Al Maidah ayat 32, antara lain:
1. Menjaga ketenteraman hidup dengan cara mencintai sesama manusia.
2. Tidak melakukan perilaku-perilaku yang dapat merugikan orang lain,
termasuk menyakitinya dan melakukan tindakan kekerasan.
3. Menerapkan perilaku tolong menolong terhadap sesama manusia.

4. Hukum tajwid Al Maidah 32


DICORET-CORET AJA YA

5. Sikap Toleransi
- Bergaul dengan semua teman tanpa membedakan agamanya.
- Menghargai dan menghormati perayaan hari besar keagamaan umat lain.
- Tidak menghina dan menjelek-jelekkan ajaran agama lain.
- Memberikan kesempatan kepada teman nonmuslim untuk berdoa sesuai
agamanya masing-masing.
- Memberikan kesempatan untuk melaksana-kan ibadah bagi nonmuslim.
- Rasa aman kepada umat lain yang sedang beribadah.
- Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
- Mengadakan silaturahmi dengan tetangga yang berbeda agama.
- Menolong tetangga beda agama yang sedang kesusahan.

6. Sikap Iman kepada Rasul


- Jujur dalam segala perbuatan
- Berkata baik dan benar kepada siapa saja dan apabila tidak bisa berkata baik,
maka lebih baik diam.
- Melaksanakan amanah dari orang tua, amanah dari guru, amanah dari orang
lain, maupun amanah agama.
- Berusaha sekuat tenaga untuk berjuang, menegakkan kebenaran dan berjuang
untuk mencapai kesuksessan degan penuh kesadaran dan semangat mencari
Ridha Allah swt.
- Gemar menuntut ilmu pengetahuan agar hidupnya berkualitas
- Gemar membaca shalawat atas Nabi Muhammad saw
- Tidak mengingkari janji
- Melaksanakan atau menaati risalah yang telah disampaikan oleh para rasul.

7. Mukjizat Rasul Ulul Azmi


1. Nuh AS
· Dapat menyembuhkan orang dari kotoran manusia atas izin Allah SWT
· Membuat bahtera yang menyelamatkan kehidupan di bumi.
2. Ibrahim AS
· Tidak terbakar oleh api atas izin Allah SWT
3. Musa AS
· Tongkat ajaib yang bisa berubah menjadi ular. (asli, bukan sihir.)
4. Isa AS
· Dapat menyembuhkan orang yang buta.
· Dapat menghidupkaan orang yang mati untuk ditanyai.
· Dapat berbicara dengan fasih sejak masih bayi.
· Dapat merubah tanah liat menjadi burung dengan tiupan
5. Muhammad SAW
· Al-Qur’an
· Isra Mi’raj dan Shalat
· Dan banyak mukjizat dalam bidang lainnya.

8. Makna Iman Islam Ihsan


- Iman Perkataan iman (‫ )إيمان‬diambil dari kata kerja 'aamana' (‫ )أمن‬-- yukminu'
(‫ )يؤمن‬yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'
- Islam (Arab: ‫اإلسالم‬,) adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah.
- Ihsan (Arab: ‫" ;احسان‬kesempurnaan" atau "terbaik") adalah seseorang yang
menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu
membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa
sesungguhnya Allah melihat perbuatannya.

9. Sifat dasar Rasul


- Ishmaturrasul adalah orang yang ma'shum, terlindung dari dosa dan salah dalam
kemampuan pemahaman agama, ketaatan, dan menyampaikan wahyu Allah Swt.
sehingga selalu siaga dalam menghadapi tantangan dan tugas apapun.
- Iltizamurrasul adalah orang-orang yang selalu komitmen dengan apapun yang
mereka ajarkan. Mereka bekerja dan berdakwah sesuai dengan arahan dan
perintah Allah Swt. meskipun untuk menjalankan perintah Allah Swt. itu harus
berhadapan dengan tantangan-tantangan yang berat baik dari dalam diri
pribadinya maupun dari para musuhnya. Rasul tidak pernah sejengkal pun
menghindar atau mundur dari perintah Allah Swt.

10. Hormat pada Orang tua


- “Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap
kedua orang ibu bapa” (Al-An’am 151)
- Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada
dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Luqman 14)
- Perilaku Menghormat
a) belajar sungguh"
b) mencium tangan sebelum berangkat sekolah
c) berbicara dengan sopan
d) tidak membantah perintah orang tua
e) mendengarkan nasehat orang tua
f) meminta izin jika keluar rumah
g) melaksanakan perintah orang tua
h) membantu pekerjaannya di rumah
i) menjaga nama baik orang tua
j) membahagiakan keduanya

11. Rukun Khutbah


a) Membaca Alhamdulillah di kedua khutbah (maksudnya : khutbah pertama dan
kedua)
b) Membaca Shalawat di kedua Khutbah
c) Wasiat Taqwa di kedua Khutbah
d) Membaca Ayat Al Quran di salah satu dua khutbah
e) Berdoa untuk orang Mukminin dan Mukminat di khutbah terakhir (khutbah
kedua)

12. Makna Khutbah, tabligh, dakwah


- Pengertian Khutbah
Khutbah secara bahasa berarti ceramah atau pidato. Selain itu juga, khutbah dapat
bermakna memberi peringatan, pembelajaran atau nasehat dalam kegiatan ibadah
seperti : salat(salat Jumat, Idul Adha, Istisqa’, Kusuf) wukuf dan nikah.
Sedangkan pengertian khutbah secara istilah yaitu kegiatan ceramah yang
disampaikan kepada sejumlah orang Islam dengan syarat dan rukun tertentun yang
erat kaitannya dengan keabsahan dan/atau kesunahan ibadah (misalnya khutbah
Jumat untuk solat Jumat, khutbah nikah untuk kesunahan akad nikah).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kita dapat menyimpulkan beberapa macam
khutbah, yaitu : khutbah Jumat, khutbah Idul Fitri, khutbah Idul Adha, khutbah
Istisqa’, maupun khutbah dalam rangkaian salat Kusuf dan Khusuf.
- Pengertian Tabligh
Tablig secara etimologi/bahasa berasal dari kata ballaga-yuballigu-tabligan yang
artinya menyampaikan atau memberitahukan dengan lisan.
Adapun menurut terminologi/istilah, tablig berarti menyampaikan ajaran Islam
baik dari Al-Quran maupun Hadist yang ditujukan kepada umat manusia.
Tablig juga dapat diartikan sebagai kegiatan menyampaikan ‘pesan’ Allah
Subhanahu Wata’ala secara lisan kepada satu orang Islam atau lebih untuk
diketahui dan diamalkan isinya. Misalnya, Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam
memerintahkan kepada sahabat di majlisnya untuk menyampaikan suatu ayat
kepada sahabat yang tidak hadir.
Seseorang yang melakukan tabligh disebut dengan muballig. Muballig ini
biasanya menyampaikan tablignya dengan gaya dan retorika yang menarik. Sobat
pasti sering mendengar istilah tabligh akbar, istilah tersebut dapat diartikan
sebagai kegiatan menyampaikan ‘pesan’ Allah Subhanahu Wata’ala dalam jumlah
pendengar yang banyak.
- Pengertian Dakwah
Dakwah berasal dari Bahasa Arab yaitu da’a – yad’u – da’watan yang berarti
memanggil, menyeru atau mengajak. Menurut istilah, dakwah adalah kegiatan
untuk mengajak orang lain ke jalan Allah Subhanahu Wata’ala secara lisan atau
perbuatan untuk kemudian diamalkan dalam kehidupan nyata supaya mendapat
kebahagiaan yang hakiki baik di dunia dan akhirat.
Seseorang yang melaksanakan dakwah disebut da’i. Adapun macam-macam
dakwah berdasarkan bentuk penyampaiannya yaitu :
 Dakwah dengan lisan (kultum, kajian, khutbah).
 Dakwah dengan tulisan (majelis buku, membuat artikel lalu diletakkan di
majalah dinding atau diunggah ke internet).
 Dakwah dengan perilaku (memberi contoh kepada orang lain agar
berperilaku baik sesuai syariat Islam).
Selain itu, kegiatan dakwah dapat berupa aksi sosial yang nyata. Misalnya santunan
kepada anak yatim, sumbangan untuk membangun fasilitas umum, dan sebagainya.

13. Syarat sunnah khutbah


- Syarat-Syarat Khutbah
a) Khatib harus suci dari hadats, baik hadats besar maupun hadats kecil.

b) 2. Khatib harus suci dari najis, baik badan, pakaian, maupun tempatnya.
c) 3. Khatib harus menutup auratnya.
d) 4. Khatib harus berdiri bila mampu.
e) 5. Khutbah harus dilaksanakan pada waktu dzuhur.
f) 6. Khutbah harus disampaikan dengan suara keras sekira dapat didengar oleh
empat puluh orang yang hadir.
g) 7. Khatib harus duduk sebentar dengan thuma’ninah (tenang seluruh anggota
badannya) di antara dua khutbah.
h) 8. Khutbah pertama dan khutbah kedua harus dilaksanakan secara berturut-
turut, begitu pula antara khutbah dan shalat jum’ah.
i) 9. Rukun-rukun khutbah harus disampaikan dengan bahasa arab, adapun selain
rukun boleh dengan bahasa lain.
- Rukun-Rukun Khutbah
a) Khatib harus membaca Hamdalah, pada khutbah pertama dan khutbah kedua.
b) Khatib harus membaca Shalawat kepada Rasulullah saw, pada khutbah
pertama dan Khutbah kedua.
c) Khatib harus berwasiat kepada hadlirin agar bertaqwa kepada Allah, baik pada
khutbah pertama maupun khutbah kedua.
d) Khatib harus membaca ayat Al-Qur’an pada salah satu dari dua khutbah.
e) Khatib harus mendoakan seluruh kaum muslimin pada khutbah kedua.
- Sunnah-Sunnah Khutbah
a) Khutbah hendaknya disampaikan di atas mimbar, yang berada disebelah kanan
mihrab.
b) Khatib hendaknya mengucapkan salam, setelah berdiri di atas mimbar
(sebelum berkhutbah).
c) Khatib hendaknya duduk sewaktu adzan sedang dikumandangkan oleh Bilal.
d) Khatib hendaknya memegang tongkat dengan tangan kiri.
e) Khutbah hendaknya disampaikan dengan suara yang baik dan jelas, sehingga
mudah dipahami dan diambil manfaatnya oleh para hadlirin.
f) Khutbah hendaknya tidak terlalu panjang.

14. Metode dakwah


a) Dakwah Fardiah merupakan metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada
orang lain (satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan
terbatas.
b) Dakwah Ammah yang dilakukan oleh seseorang dengan media lisan yang
ditujukan kepada orang banyak dengan maksud menanamkan pengaruh kepada
mereka. Mereka biasanya menyampaikan khotbah (pidato).
c) Dakwah bil-Lisan, yakni penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan
(ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek dakwah).
d) Dakwah bil-Haal, dengan mengedepankan perbuatan nyata.
e) Dakwah bit-Tadwin, atau pola dakwah melalui tulisan, baik dengan menerbitkan
kitab-kitab, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung
pesan dakwah.
f) Dakwah bil Hikmah, yang berdakwah dengan cara arif bijaksana, semisal
melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu
melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan,
tekanan maupun konflik.

15. Surat An-Nahl 125

ُ‫ك ه َُو أ َ عْ ل َ م‬ َ ِ‫ح س َ ن َ ةِ ۖ َو َج ا ِد ل ْ هُ مْ ب ِ ا ل َّ ت ِ ي ه‬


َ َّ ‫ي أ َ ْح س َ ُن ۚ إ ِ َّن َر ب‬ َ ْ ‫ك ب ِ ال ْ ِح كْ َم ةِ َو ال ْ َم ْو ِع ظ َ ةِ ال‬
َ ِ ‫ا د ْ ع ُ إ ِ ل َ ٰى س َ ب ِ ي ِل َر ب‬
‫ب ِ َم ْن ضَ َّل ع َ ْن س َ ب ِ ي ل ِ هِ ۖ َو ه َُو أ َ عْ ل َ م ُ ب ِ ال ْ مُ هْ ت َ دِ ي َن‬

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk

16. Waktu Khutbah


a) Khatib naik ke atas mimbar setelah tergelincirnya matahari (waktu dzuhur),
kemudian memberi salam dan duduk.
b) Muadzin mengumandangkan adzan sebagaimana halnya adzan dzuhur.
c) Khutbah pertama: Khatib berdiri untuk melaksanakan khutbah yang dimulai
dengan hamdalah dan pujian kepada Allah SWT serta membaca shalawat kepada
Rasulullah SAW. Kemudian memberikan nasehat kepada para jama’ah,
mengingatkan mereka dengan suara yang lantang, menyampaikan perintah dan
larangan Allah SWT dan RasulNya, mendorong mereka untuk berbuat kebajikan
serta menakut-nakuti mereka dari berbuat keburukan, dan mengingatkan mereka
dengan janji-janji kebaikan serta ancaman-ancaman Allah Subhannahu wa Ta’ala.
Kemudian duduk sebentar
d) Khutbah kedua: Khatib memulai khutbahnya yang kedua dengan hamdalah dan
pujian kepadaNya. Kemudian melanjutkan khutbahnya dengan pelaksanaan yang
sama dengan khutbah pertama sampai selesai
e) Khatib kemudian turun dari mimbar. Selanjutnya muadzin melaksanakan iqamat
untuk melaksanakan shalat. Kemudian memimpin shalat berjama’ah dua rakaat
dengan mengeraskan bacaan

17. Riba
a) Riba Fadl (Jual Beli)
Riba fadl merupakan riba yang muncul akibat adanya jual-beli atau pertukaran
barang ribawi yang sejenis namun berbeda kadar atau takarannya.
Contohnya: 2 kg gandum yang bagus ditukar dengan 3 kg gandum yang sudah
berkutu
b) Riba Nasi’ah
Riba nasi’ah merupakan riba yang muncul akibat jual-beli atau pertukaran barang
ribawi tidak sejenis yang dilakukan secara hutang (jatuh tempo) adanya tambahan
nilai transaksi oleh perbedaa atau penangguhan waktu transaksi.
Contoh: Alpi pinjam uang kepada Lisa sebesar Rp 100.000 dengan tempo 1 bulan
jika pengembalian lebih satu bulan maka ditambah Rp 1.000
c) Riba qardh
Riba qardh merupakan riba yang muncul akibat tambahan atas pokok pinjaman
yang dipersyaratkan di muka oleh kreditur kepada pihak yang berhutang yang
diambil sebagai keuntungan.
Contoh: Vna memeberikan pinjaman pada Zia sebasar Rp 500.000 dan wajib
mengembalikan sebesar Rp 700.000 saat jatuh tempo dan kelebihan uang ini tidak
jwlas untuk apa.
d) Riba yad
Riba yad merupakan riba yang muncul akibat adanya jul-beli atau pertukaran
ribawi maupun bukan ribawi dimana terdapat perbedaan nilai transaksi bila
penyerahan salah satu atau kedua-duanya diserahkan kemudian hari.
Contoh: Tio dan Yoi sedang melakukan transaksi jual beli motor, Tio
menawarkan motornya kepada Yoi dengan harga Rp 13.000.000 jika dibeli secara
tunai namun jika kredit menjadi seharga Rp 15.000.000 hingga sampai akhir akhir
ransaksi tidak adanya keputusan mengenai harga.

18. Khiyar(Majelis, Syarat, Aibi)


a) Khiyar Majelis
 Khiyar Majelis adalah khiyar ketika si pembeli dan penjual boleh memilih
antara dua perkara yaitu meneruskan / melangsungkan jual beli atau
membatalkannya selama keduanya masih berada ditempat berlangsungnya
akad jual-beli
 Khiyar majelis berlaku didasarkan keterangan Hadits Rasulullah SAW
yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
 “Dua orang yang berjual beli boleh memilih akan meneruskan jual beli
mereka atau tidak, selama keduanya belum berpisah dari tempat akad”
(HR Bukhari 1937 dan Muslim 2825 ).
- Khiyar mejelis dapat gugur jika salah satu dari ketiga hal berikut :
 Penjual dan pembeli telah memutuskan untuk memilih meneruskan jual
beli atau membatalkannya.
 Penjual dan pembeli sudah berpisah, arti berpisah adalah berpisah menurut
adat kebiasaan, jika adat telah menghukum bahwa keduanya sudah
berpisah maka tetaplah jual belinya, jika adat menyatakan belum maka
khiyar masih terbuka diantara keduanya. Jika terjadi perselisihan,
seseorang menyatakan sudah berpisah, sedang yang lain menyatakan
belum, maka hendaknya yang dibenarkan yang mengatakan belum dengan
sumpahnya karena asal yang belum berpisah.
 Salah satu atau keduanya meninggal dunia.
b) Khiyar Syarat
 Khiyar syarat adalah khiyar yang disyaratkan oleh salah satu pihak penjual
atau pembeli sewaktu berlangsungnya akad jual beli, misalnya “ saya jual
barang ini dengan harga sekian dengan syarat khiyar dalam tiga hari atau
kurang dari tiga hari “. Khiyar syarat dapat dilakukan dalam segala bentuk
jual beli. Masa khiyar syarat paling lama hanya tiga hari tiga malam,
terhitung waktu akad. Rasulullah SAW bersabda “Engkau boleh khiyar
dalam segala barang yang engkau telah beli selama tiga hari tiga malam.” (
HR. Ibnu Majah dan Muhammad bin Yahya bin Hibban : 2346)
c) Khiyar ‘Aibi
 Khiyar ‘aibi adalah hak pembeli untuk memilih meneruskan jual beli atau
membatalkannya, ketika diketahui barang yang dibelinya ternyata cacat
dan cacat tersebut tidak nampak pada saat berlangsungnya akad.
 Menjual barang yang cacat tanpa menjelaskan cacat tersebut hukumnya
haram. Jika disaat akad tidak diketahui ada cacat pada barang yang dibeli,
kemudian setelah akad diketahui bahwa barang tersebut cacat, maka
pembeli boleh membatalkan jual beli. Hadits Rasulullah SAW “Aisyah RA
berkata : bahwasanya seorang laki-laki telah membeli seorang budak,
budak itu tinggal beberapa lama dengan dia, kemudian kedapatan bahwa
budak itu ada cacatnya, lalu dia adukan perkaranya kepada Rasulullah,
keputusan dari beliau, budak itu dikembalikan kepada si penjual” (HR Abu
Dawud : 3046)

19. Macam-macam Syirkah


a) Pengertian Syirkah dalam Islam Secara bahasa, kata syirkah (perseroan) berarti
mencampurkan dua bagian atau lebih hingga tidak dapat dibedakan lagi antara
bagian yang satu dengan bagian lainnya. Menurut istilah, pengertian syirkah
adalah suatu akad yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang telah bersepakat
untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan.
b) Rukun dan Syarat Syirkah Secara garis besar, terdapat tiga rukun syirkah sebagai
berikut. Dua belah pihak yang berakad (‘aqidani). Persyaratan orang yang
melakukan akad adalah harus memiliki kecakapan (ahliyah) melakukan tasharruf
(pengelolaan harta). Objek akad yang disebut juga ma’qud ‘alaihi mencakup
pekerjaan atau modal. Adapun persyaratan pekerjaan atau benda yang boleh
dikelola dalam syirkah harus halal dan diperbolehkan dalam agama dan
pengelolaannya dapat diwakilkan. Akad atau yang disebut juga dengan istilah
shigat. Adapun syarat sah akad harus berupa tasharruf, yaitu harus adanya
aktivitas pengelolaan.
c) Macam-Macam Syirkah Syirkah terbagi menjadi 4 macam, yaitu (1) syirkah `inan,
(2) syirkah ‘abdan, (3) syirkah wujuh, dan (4) syirkah mufawadhah.
1) Syirkah ‘Inan Syirkah ‘inan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang
masing- masing memberi kontribusi kerja (amal) dan modal (mal). Syirkah
dalam Islam hukumnya boleh berdasarkan dalil sunah dan ijma’ sahabat.
 Contoh syirkah ‘inan dapat kita cermati sebagai berikut : Fahmi dan
Syahmi adalah sarjana-sarjana teknik informatika. Fahmi dan
Syahmi bersepakat menjalankan bisnis jasa perancangan dan
pembangunan sistem informasi untuk organisasi-organisasi
pemerintahan atau swasta. Masing-masing memberikan kontribusi
modal sebesar Rp20 juta dan keduanya sama-sama bekerja dalam
syirkah tersebut. Dalam syirkah jenis ini, modalnya disyaratkan harus
berupa uang. Sementara barang seperti rumah atau kendaraan yang
menjadi fasilitas tidak boleh dijadikan modal, kecuali jika barang
tersebut dihitung nilainya pada saat akad. Keuntungan didasarkan pada
kesepakatan yang dilakukan sebelumnya dan kerugian ditanggung oleh
masing-masing syarik (mitra usaha) berdasarkan porsi modal. Jika
masing-masing modalnya 50%, masing-masing menanggung kerugian
sebesar 50%.
2) Syirkah ‘Abdan Syirkah ‘abdan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih
yang masing-masing hanya memberikan kontribusi kerja (amal), tanpa
memberikan kontribusi modal (amal). Konstribusi kerja itu dapat berupa kerja
pikiran (seperti penulis naskah) maupun kerja fisik (seperti tukang batu).
Syirkah ini juga disebut syirkah ‘amal.
 Contoh Syirkah ‘abdan : Udin dan Imam sama-sama nelayan dan
bersepakat melaut bersama untuk mencari ikan. Mereka juga sepakat
apabila memperoleh ikan akan dijual dan hasilnya akan dibagi dengan
ketentuan: Udin mendapatkan sebesar 60% dan Imam sebesar 40%.
Dalam syirkah ini tidak disyaratkan kesamaan profesi atau keahlian
antara keduanya, tetapi boleh berbeda profesi. Jadi, boleh saja syirkah
‘abdan terdiri atas beberapa tukang kayu dan tukang batu. Namun,
disyaratkan bahwa pekerjaan yang dilakukan merupakan pekerjaan
yang halal dan tidak boleh berupa pekerjaan haram, misalnya berburu
anjing. Keuntungan yang diperoleh dibagi berdasarkan kesepakatan
yang telah diatur sebelumnya, porsinya boleh sama atau tidak sama di
antara syarik (mitra usaha).
3) Syirkah Wujuh Syirkah wujuh merupakan kerja sama karena didasarkan pada
kedudukan, ketokohan, atau keahlian (wujuh) seseorang di tengah masyarakat.
Syirkah wujuh adalah syirkah antara dua pihak yang sama-sama memberikan
kontribusi kerja (amal) dengan adanya pihak ketiga yang memberikan
konstribusi modal (mal).
 Contoh Syirkah wujuh : Andri dan Rangga adalah tokoh yang
dipercaya pedagang. Lalu Andri dan Rangga bersyirkah wujuh dengan
cara membeli barang dari seorang pedagang secara kredit. Andri dan
Rangga bersepakat bahwa masing-masing memiliki 50% dari barang
yang dibeli. Lalu, keduanya menjual barang tersebut dan
keuntungannya dibagi dua. Sementara harga pokoknya dikembalikan
kepada pedagang. Syirkah wujuh ini hakikatnya termasuk dalam
syirkah ‘abdan.
4) Syirkah Mufawadhah Syirkah mufawadhah merupakan syirkah antara dua
pihak atau lebih yang menggabungkan semua jenis syirkah yang telah
dijelaskan di atas. Syirkah mufawadhah dalam pengertian ini boleh
dipraktikkan. Sebab setiap jenis syirkah yang sah berarti boleh digabungkan
menjadi satu. Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan kesepakatan,
sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan jenis syirkahnya, yaitu
ditanggung oleh para pemodal sesuai porsi modal jika berupa syirkah ‘inan,
atau ditanggung pemodal saja jika berupa mufawadhah, atau ditanggung oleh
mitra-mitra usaha berdasarkan persentase barang dagangan yang dimiliki jika
berupa syirkah wujuh.
 Contoh Syirkah mufawadhah : Adha adalah pemodal, berkontribusi
modal kepada Fahmi dan Syahmi. Kemudian, Fahmi dan Syahmi juga
sepakat untuk berkontribusi modal untuk membeli barang secara kredit
atas dasar kepercayaan pedagang kepada Fahmi dan Syahmi. Dalam
hal ini, pada awalnya yang terjadi adalah syirkah ‘abdan, yaitu
ketika Fahmi dan Syahmi sepakat masing-masing bersyirkah dengan
memberikan kontribusi kerja saja. Namun, ketika Adha memberikan
modal kepada Fahmi dan Syahmi, berarti di antara mereka bertiga
terwujud mudharabah. Di sini Adha sebagai pemodal,
sedangkan Fahmi dan Syahmi sebagai pengelola. Ketika Fahmi dan
Syahmi sepakat bahwa masing-masing memberikan kontribusi modal,
di samping kontribusi kerja, berarti terwujud syirkah ‘inan di
antara Fahmi dan Syahmi. Ketika Fahmi dan Syahmi membeli barang
secara kredit atas dasar kepercayaan pedagang kepada keduanya,
berarti terwujud syirkah wujuh antara Fahmi dan Syahmi. Dengan
demikian, bentuk syirkah seperti ini telah menggabungkan semua jenis
syirkah dan disebut syirkah mufawadhah.

20. Produk-produk bank syariah


- Titipan atau Simpana
1) Al-Wadi’ah
Pada dasarnya titipan atau simpanan Al-Wadi’ah memiliki kesamaan dengan
tabungan atau deposito pada umumnya. Perbedaan Al-Wadi’ah dengan
simpanan atau titipan lain terletak pada pemanfaatan dana yang dititipkan. Al-
Wadiah merupakan titipan murni di mana keutuhan harta titipan wajib dijaga
sehingga tidak memperbolehkan dana titipan tersebut dimanfaatkan oleh pihak
yang dititipi.
2) Mudharabah
Berbeda dengan Al-Wadi’ah, Mudharabah merupakan dana titipan atau
simpanan yang dapat dikelola oleh pihak yang mendapat titipan. Meski dapat
dikelola, resiko yang terjadi atas pengelolaan uang yang dititipkan berdasarkan
Mudharabah tidak boleh dibebankan kepada pemilik uang, melainkan menjadi
tanggung jawab pihak yang mendapat titipan. Sedangkan keuntungan yang
diperoleh dari hasil pengelolaan boleh dibagi menurut nisbah yang telah
disepakati. Simpanan Mudharabah terdiri atas Mudharabah Mutlaqah dan
Mudharabah Muqayyadah. Pada Mudharabah Muqayyadah, pemilik dana
dapat menetapkan dana yang titipan untuk dipergunakan pada bisnis tertentu.
- Bagi Hasil
1) Al-Mudharabah
Selain dipakai sebagai prinsip dalam titipan atau simpanan dana, Mudharabah
juga dipakai dalam perjanjian antara pemilik dana (investor) dan pelaksana
usaha (pengusaha) dengan bank sebagai perantaranya. Dalam perjanjian ini,
investor dan pengusaha dapat melakukan perjanjian ketentuan jenis kegiatan
usaha, pelaksanaan dan bagi hasil, sedangkan bank sebagai pihak yang telah
mempertemukan dan memfasilitasi perjanjian mendapat komisi.
2) Al-Musyarakah
Pada prinsipnya, Al-Musyarakah hampir menyerupai campuran antara Reksa
Dana dan perusahaan berjenis Commanditaire Vennootschap (CV). Al-
Musyarakah merupakan produk syariah yang memfasilitasi kerjasama dua
orang atau lebih yang bertujuan untuk meningkatkan aset bersama dengan
mengembangkan berbagai aset bersama yang telah dimiliki baik dalam bentuk
dana, kemampuan dan sebagainya. Keuntungan atau nisbah yang didapat
kemudian harus dibagi menurut perjanjian yang telah disepakati.
3) Al-Muzara’ah
Al-Muzara’ah pada dasarnya adalah perjanjian antara pemilik tanah dan
pekerja ladang untuk menanami tanahnya, kemudian mendapat upah atas
pekerjaannya. Dalam Perbankan Syariah, Al-Muzara’ah merupakan alternatif
pinjaman modal untuk keperluan peningkatan produksi kepada petani. Petani
yang telah mendapat pinjaman modal kemudian akan mengembalikan modal
dengan prinsip bagi hasil yang hampir menyerupai Al-Mudharabah. Saat ini,
produk Al-Muzara’ah tidak hanya dapat dinikmati oleh petani, namun juga
peternak dan pengusaha tambak pun dapat meminjam modal dengan Al-
Muzara’ah.
4) Al-Musaqah
Sama seperti Al-Muzara’ah, Al-Musaqah juga merupakan produk syariah
yang pada dasarnya diperuntukkan khususnya bagi para petani. Perbedaannya,
Al-Musaqah merupakan perjanjian yang lebih mengikat antar pemilik modal
dan pemberi modal. Al-Musaqah pada prinsipnya hampir sama dengan Al-
Musyarakah yang dilakukan di sektor pertanian. Pada Al-Musaqah, penggarap
lahan hanya memiliki tanggung jawab untuk menyiram dan memelihara.
- Jual Beli
1) Bai’ Al-Murabahah
Bai’ Al-Murabahah pada dasarnya merupakan sebuah produk pengkreditan
berbasis Syariah. Dalam Bai’ Al-Murabahah, bank membeli barang yang
ditentukan atau dipesan oleh pembeli, kemudian menjualnya dengan
keuntungan tertentu yang telah disepakati. Pembeli dapat membayar secara
keseluruhan atau kredit.
2) Bai’ As-Salam
Bai’ As-Salam merupakan kebalikan dari Bai’ Al-Murabahah, di mana bank
memberi sejumlah uang untuk membeli suatu produk (misalnya hasil
pertanian) yang dimaksudkan untuk membantu petani dalam penjualan
produknya sehingga petani segera mendapat modal untuk melanjutkan
usahanya. Pada Bai’ As-Salam, pembayaran harus dilakukan di muka oleh
pihak bank. Pihak bank berperan sebagai perantara antara pembeli dan
penjual. Pada aplikasinya, Bai’ As-Salam dapat pula dilakukan pada berbagai
barang produksi yang lain.
3) Bai’ Al-Istishna’
Bai’ Al-Istishna’ memiliki prinsip yang hampir menyerupai Bai’ As-Salam.
Perbedaannya yaitu pada Bai’ Al-Istishna bank membuat perjanjian secara
terpisah antara penjual dan pembeli.
4) Al-Ijarah Al Muntahia Bit-Tamlik
Istilah ini berasal dari Bahasa Arab Al-ijarah yang berarti imbalan atas sesuatu
dan At-tamlik yang berarti menjadikan seseorang memiliki sesuatu. Pada Al-
Ijarah Al Muntahia Bit-Tamlik, nasabah dapat menyewa suatu barang atau
jasa (contohnya rumah), yang kemudian di akhir perjanjian sewa, rumah
tersebut berpindah hak milik dari bank ke nasabah.
- Jasa
1) Al-Wakalah
Al-Wakalah merupakan perwakilan kegiatan pengelolaan keuangan seperti
pembukuan, transfer, pembelian dan sebagainya yang diberikan pemilik uang
kepada bank. Pihak bank kemudian berhak untuk medapat komisi dari Al-
Wakalah ini
2) Al-Kafalah
Al-Kafalah pada prinsipnya merupakan penjaminan pemenuhan tanggung
jawab oleh pihak bank yang menjadi perantara antara dua orang yang
berkewajiban dan yang berhak menerima tanggung jawab tersebut. Contoh
produk-produk Al-Kafalah diantaranya seperti Letter of Credit untuk kegiatan
impor dan Asuransi Syariah. (Baca juga : Perbedaan Asuransi Syariah dan
Konvensional)
3) Al-Hawalah
Al-Hawalah pada dasarnya memiliki kesamaan dengan penjualan surat hutang.
Pada Al-Hawalah, baik kreditur ataupun debitur harus mencapai kesepakatan
atas penjualan surat hutang tersebut.
4) Ar-Rahn
Ar-Rahn merupakan produk gadai dengan prinsip-prinsip Syariah. Perbedaan
Ar-Rahn dengan gadai konvensional terletak pada tidak adanya riba. Meski
begitu, pada Ar-Rahn nasabah wajib untuk membayar jasa simpan Rp 90 per
Rp 10.000 dari pinjaman untuk setiap sepuluh hari masa gadai beserta biaya
administrasi sesuai kesepakatan. Selain itu, jangka waktu maksimal dari
pinjaman adalah empat bulan, jika setelah empat bulan tidak mampu
membayar, maka barang yang digadaikan akan dijual. Kemudian jika terdapat
kelebihan harga antara harga jual dan pokok pinjaman, maka kelebihan harga
tersebut dapat diambil oleh pembeli atau diserahkan ke Badan Amlil Zakat.
5) Al-Qardh
Al-Qardh merupakan Jasa Perbankan Syariah yang berupa pinjaman uang
ataupun barang.

21. Jual beli yang dilarang dalam Islam


- Jual Beli Barang Haram
Salah satu jual beli yang diharamkan oleh islam adalah jual beli barang yang
haram. Jual beli barang haram ini seperti misalnya menjuual obat-obatan
terlarang, menjual minum-minuman berakohol, makanan haram, atau hal-hal yang
berasal dari proses yang juga haram seperti hasil korupsi, hasil pencurian, dsb.

Jual beli seperti itu tentu adalah jual beli yang haram karena syarat jual beli adalah
niat dan produk yang dijual harus dipastikan terlebih dahulu kehalalalannya.
Banyak sekali tentunya proses jual beli yang terkadang melanggar proses hukum
islam. Walaupun hasil keuntungannya sangat banyak tentu hukum ekonomi tidak
hanya dilihat dari satu aspek. Hal tersebut juga perlu dilihat bagaimana dampak
dan manfaatnya kepada seluruh aspek. Misalnya aspek moral, kultur atau budaya,
dan pendidikan.
- Penjualan dengan Mengurangi Timbangan
Penjualan yang juga dilarang dan diharamkan oleh islam adalah ketika dikurangi-
nya timbangan. Tentu hal ini menipu dan juga melanggar kesepakatan transaksi
jual beli. Hal ini sebagaimana disampaikan dalam Al-Quran bahwa manusia yang
mengurangi timbangan dalam proses penjualan akan mendapatkan balasan Allah
kelak di akhirat. “Celakalah orang-orang yang mengurangi, apabila mereka itu
menakar kepunyaan orang lain (membeli) mereka memenuhinya, tetapi jika
mereka itu menakarkan orang lain (menjual) atau menimbang untuk orang lain,
mereka mengurangi. Apakah mereka itu tidak yakin, bahwa kelak mereka akan
dibangkitkan dari kubur pada suatu hari yang sangat besar, yaitu suatu hari di
mana manusia akan berdiri menghadap kepada Tuhan seru sekalian alam?” (QS
Al Mutahfifin : 1-6)
- Jual Beli dengan Riba
Jual beli yang juga diharamkan islam adalah riba. Riba adalah tambahan yang
diberikan, sifatnya bisa mencekik pembeli atau objeknya. Dalam hal ini misalnya
membeli barang dengan kredit lalu ada tambahan yang bisa jadi harganya
melambung tinggi jauh dari saat pembelian atau harga normal. Para ulama
memandang ini juga sebagai bagian riba. Tentunya umat islam haruslah memilih,
mana proses transaksi atau jual beli yang tidak mengandung riba.
- Jual Beli Tanpa Akad atau Dengan Paksaan
Allah melarang manusia dalam melakukan sesuatu dengan akad atau paksaan.
Termasuk dalam hal ekomomi atau proses jual beli juga melarang dengan
paksaan. Proses jual beli dalam islam haruslah dengan adanya akad atau
kesepakatan. Maka itu sangat wajar jika di awal kali melaukan transaksi pasti ada
proses tawar menawar.

Penawaran yang memaksa, tanpa ada akad atau mengharuskan membeli adalah
hal yang tentu diharamkan. Orang tidak selalu memiliki sumber daya atau
memiliki kebutuhan untuk membeli. Untuk itu, seluruh keputusan untuk membeli
atau tidak semua tergantung kepada konsumen bukan pada penjualnya. Untuk itu,
kejujuran, keterbukaan, dan juga keadilan harus dilakukan agar pembeli mau terus
bertransaksi karena ada proses kepercayaan bukan karena paksaan.

Hal ini dijelaskan pula dalam Al-Quran, “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu” (QS An-Nisa : 29)
- Jual Beli Mulamasah
Jual beli mulamasah adalah salah satu jual beli yang juga disepakati oleh ulama
diharamkan islam. Jual beli mulamasah adalah jual beli yang jika seseorang
menyentuh barang jualan dari seseorang maka ia diwajibkan untuk membayar atau
terhitung membeli. Tentu hal ini diharamkan islam karena proses seperti ini
sangatlah wajar dilakukan, apalagi baru orang-orang yang ingin mengetahui
terlebih dahulu jenis barang dan kualitasnya

22. Tokoh dan pemikiran pembaharuan Islam


PPT AJA YAH
23. Muqadimah Khutbah
Innal hamda lillaah, nahmaduhuu wanastaiinuhuu wanastaghfiruh, wanauudzu
billaahi min suruuri anfusinaa, wamin sayyiaati a’maalinaa, mayyahdillaahu falaa
mudlillalah, waman yudlilhu falaa haadiyalah.
Asyhadu allaa Ilaaha illalloohu wahdahuu laa syariikalah, waasyhadu anna
Muhammadan abduhuu warasuuluh.
Allaahumma sholli ‘alaa Muhammadin, wa ‘alaa aalihii waash haabiihii ajmaiin.
Innallooha wa malaaikatahuu yusholluuna ‘alan Nabi, yaa ayyuhalladziina aamanuu
sholluu ‘alaihi wa sallimuu tasliimaa.
Ya ayyuhaladzi naamanu, taqullooha haqqa tuqaatih, walaa tamuutunna illa waantum
muslimuun.

24. Asuransi
#1 Akad Perjanjian
Masyarakat lebih nyaman menggunakan asuransi syariah karena mempunyai sistem
yang lebih adil dan meringankan beban, yaitu sistem tolong-menolong, dengan
konsep sistem donasi atau hibah. Di dalam asuransi syariah, hanya digunakan akad
hibah (tabarru) yang didasarkan pada sistem syariah dan dipastikan halal. Sedangkan
di dalam asuransi konvensional akad yang dilakukan cenderung sama dengan
perjanjian jual beli.
#2 Pengawasan
Asuransi syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah yang mengawasi seluruh produk
yang dipasarkan, termasuk pengelolaan dana investasi yang dilakukan oleh
perusahaan asuransi. Dewan Pengawas Syariah akan memberikan sanksi bagi
perusahaan asuransi yang menjalankan prosesnya tidak sesuai prinsip syariah.
Sedangkan dalam asuransi konvensional tidak ada dewan pengawas seperti demikian,
hanya diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memang berfungsi
mengawasi setiap hal yang berhubungan dengan jasa keuangan.
#3 Pengelolaan Dana
Pada asuransi syariah, dana yang dikumpulkan dari pemegang asuransi disalurkan
kepada jenis usaha produktif dan halal. Pengelolaan dana yang dilakukan bersifat
transparan dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk mendatangkan keuntungan bagi
para pemegang polis asuransi itu sendiri.Di dalam asuransi konvensional, perusahaan
asuransi akan menentukan jumlah besaran premi dan berbagai biaya lainnya yang
ditujukan untuk menghasilkan pendapatan dan keuntungan yang sebesar-besarnya
bagi perusahaan asuransi, baru nantinya akan dibagikan kepada para nasabah asuransi
tersebut.
#4 Pembagian Keuntungan
Dalam asuransi syariah, keuntungannya akan dipublikasikan dan dibagi untuk
perusahaan dan nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil dengan persentase yang telah
disepakati bersama. Jika ada keuntungan, maka akan dibagi bersama. Jika tidak, maka
risiko ditanggung bersama. Dengan sistem ini, dana yang dikelola dalam asuransi
syariah akan terhindar dari unsur yang dilarang atau diharamkan dalam Agama Islam
seperti bunga atau riba, gharar atau dana yang tidak jelas, dan maysir atau judi.
Sebaliknya, pada perusahaan asuransi konvensional jika dana premi yang dikelolanya
mendapatkan laba maka keuntungan itu milik perusahaan sepenuhnya. Tanpa ada
kewajiban untuk membagikan kepada para nasabahnya.
#5 Pengelolaan Risiko
Asuransi syariah menerapkan prinsip berbagi risiko bukannya pengalihan risiko.
Risiko dibagi secara adil ke berbagai orang yaitu para anggota atau nasabah asuransi
syariah dan pihak perusahaan asuransi itu sendiri. Di sinilah, letaknya tolong-
menolong secara rombongan dari suatu kelompok. Sebaliknya, pada asuransi
konvensional bukan konsep berbagi risiko tapi pengalihan risiko dari tertanggung ke
pihak perusahaan dengan perjanjian kontrak bersama yang telah disepakati.
#6 Kepemilikan Dana
Sesuai dengan akad yang digunakan, maka di dalam asuransi syariah, dana asuransi
tersebut adalah milik bersama (semua peserta asuransi), dimana perusahaan asuransi
hanya bertindak sebagai pengelola dana saja. Hal ini tidak berlaku di dalam asuransi
konvensional, karena premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi adalah milik
perusahaan asuransi tersebut, yang mana dalam hal ini perusahaan asuransi akan
memiliki kewenangan penuh terhadap pengelolaan dan pengalokasian dana asuransi

25. Sebutkan 2 tokoh Pembaharuan Islam


PPT CUY

Anda mungkin juga menyukai