AGAMA
1. Terjemah Yunus 40-41
Ayat Arti Ayat Arti
dan diantara mereka dan jika
dengannya/kepadanya bagiku
tidak pekerjaanmu
beriman kamu
dari apa
kamu kerjakan
2. Terjemah Al Maidah 32
5. Sikap Toleransi
- Bergaul dengan semua teman tanpa membedakan agamanya.
- Menghargai dan menghormati perayaan hari besar keagamaan umat lain.
- Tidak menghina dan menjelek-jelekkan ajaran agama lain.
- Memberikan kesempatan kepada teman nonmuslim untuk berdoa sesuai
agamanya masing-masing.
- Memberikan kesempatan untuk melaksana-kan ibadah bagi nonmuslim.
- Rasa aman kepada umat lain yang sedang beribadah.
- Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
- Mengadakan silaturahmi dengan tetangga yang berbeda agama.
- Menolong tetangga beda agama yang sedang kesusahan.
b) 2. Khatib harus suci dari najis, baik badan, pakaian, maupun tempatnya.
c) 3. Khatib harus menutup auratnya.
d) 4. Khatib harus berdiri bila mampu.
e) 5. Khutbah harus dilaksanakan pada waktu dzuhur.
f) 6. Khutbah harus disampaikan dengan suara keras sekira dapat didengar oleh
empat puluh orang yang hadir.
g) 7. Khatib harus duduk sebentar dengan thuma’ninah (tenang seluruh anggota
badannya) di antara dua khutbah.
h) 8. Khutbah pertama dan khutbah kedua harus dilaksanakan secara berturut-
turut, begitu pula antara khutbah dan shalat jum’ah.
i) 9. Rukun-rukun khutbah harus disampaikan dengan bahasa arab, adapun selain
rukun boleh dengan bahasa lain.
- Rukun-Rukun Khutbah
a) Khatib harus membaca Hamdalah, pada khutbah pertama dan khutbah kedua.
b) Khatib harus membaca Shalawat kepada Rasulullah saw, pada khutbah
pertama dan Khutbah kedua.
c) Khatib harus berwasiat kepada hadlirin agar bertaqwa kepada Allah, baik pada
khutbah pertama maupun khutbah kedua.
d) Khatib harus membaca ayat Al-Qur’an pada salah satu dari dua khutbah.
e) Khatib harus mendoakan seluruh kaum muslimin pada khutbah kedua.
- Sunnah-Sunnah Khutbah
a) Khutbah hendaknya disampaikan di atas mimbar, yang berada disebelah kanan
mihrab.
b) Khatib hendaknya mengucapkan salam, setelah berdiri di atas mimbar
(sebelum berkhutbah).
c) Khatib hendaknya duduk sewaktu adzan sedang dikumandangkan oleh Bilal.
d) Khatib hendaknya memegang tongkat dengan tangan kiri.
e) Khutbah hendaknya disampaikan dengan suara yang baik dan jelas, sehingga
mudah dipahami dan diambil manfaatnya oleh para hadlirin.
f) Khutbah hendaknya tidak terlalu panjang.
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk
17. Riba
a) Riba Fadl (Jual Beli)
Riba fadl merupakan riba yang muncul akibat adanya jual-beli atau pertukaran
barang ribawi yang sejenis namun berbeda kadar atau takarannya.
Contohnya: 2 kg gandum yang bagus ditukar dengan 3 kg gandum yang sudah
berkutu
b) Riba Nasi’ah
Riba nasi’ah merupakan riba yang muncul akibat jual-beli atau pertukaran barang
ribawi tidak sejenis yang dilakukan secara hutang (jatuh tempo) adanya tambahan
nilai transaksi oleh perbedaa atau penangguhan waktu transaksi.
Contoh: Alpi pinjam uang kepada Lisa sebesar Rp 100.000 dengan tempo 1 bulan
jika pengembalian lebih satu bulan maka ditambah Rp 1.000
c) Riba qardh
Riba qardh merupakan riba yang muncul akibat tambahan atas pokok pinjaman
yang dipersyaratkan di muka oleh kreditur kepada pihak yang berhutang yang
diambil sebagai keuntungan.
Contoh: Vna memeberikan pinjaman pada Zia sebasar Rp 500.000 dan wajib
mengembalikan sebesar Rp 700.000 saat jatuh tempo dan kelebihan uang ini tidak
jwlas untuk apa.
d) Riba yad
Riba yad merupakan riba yang muncul akibat adanya jul-beli atau pertukaran
ribawi maupun bukan ribawi dimana terdapat perbedaan nilai transaksi bila
penyerahan salah satu atau kedua-duanya diserahkan kemudian hari.
Contoh: Tio dan Yoi sedang melakukan transaksi jual beli motor, Tio
menawarkan motornya kepada Yoi dengan harga Rp 13.000.000 jika dibeli secara
tunai namun jika kredit menjadi seharga Rp 15.000.000 hingga sampai akhir akhir
ransaksi tidak adanya keputusan mengenai harga.
Jual beli seperti itu tentu adalah jual beli yang haram karena syarat jual beli adalah
niat dan produk yang dijual harus dipastikan terlebih dahulu kehalalalannya.
Banyak sekali tentunya proses jual beli yang terkadang melanggar proses hukum
islam. Walaupun hasil keuntungannya sangat banyak tentu hukum ekonomi tidak
hanya dilihat dari satu aspek. Hal tersebut juga perlu dilihat bagaimana dampak
dan manfaatnya kepada seluruh aspek. Misalnya aspek moral, kultur atau budaya,
dan pendidikan.
- Penjualan dengan Mengurangi Timbangan
Penjualan yang juga dilarang dan diharamkan oleh islam adalah ketika dikurangi-
nya timbangan. Tentu hal ini menipu dan juga melanggar kesepakatan transaksi
jual beli. Hal ini sebagaimana disampaikan dalam Al-Quran bahwa manusia yang
mengurangi timbangan dalam proses penjualan akan mendapatkan balasan Allah
kelak di akhirat. “Celakalah orang-orang yang mengurangi, apabila mereka itu
menakar kepunyaan orang lain (membeli) mereka memenuhinya, tetapi jika
mereka itu menakarkan orang lain (menjual) atau menimbang untuk orang lain,
mereka mengurangi. Apakah mereka itu tidak yakin, bahwa kelak mereka akan
dibangkitkan dari kubur pada suatu hari yang sangat besar, yaitu suatu hari di
mana manusia akan berdiri menghadap kepada Tuhan seru sekalian alam?” (QS
Al Mutahfifin : 1-6)
- Jual Beli dengan Riba
Jual beli yang juga diharamkan islam adalah riba. Riba adalah tambahan yang
diberikan, sifatnya bisa mencekik pembeli atau objeknya. Dalam hal ini misalnya
membeli barang dengan kredit lalu ada tambahan yang bisa jadi harganya
melambung tinggi jauh dari saat pembelian atau harga normal. Para ulama
memandang ini juga sebagai bagian riba. Tentunya umat islam haruslah memilih,
mana proses transaksi atau jual beli yang tidak mengandung riba.
- Jual Beli Tanpa Akad atau Dengan Paksaan
Allah melarang manusia dalam melakukan sesuatu dengan akad atau paksaan.
Termasuk dalam hal ekomomi atau proses jual beli juga melarang dengan
paksaan. Proses jual beli dalam islam haruslah dengan adanya akad atau
kesepakatan. Maka itu sangat wajar jika di awal kali melaukan transaksi pasti ada
proses tawar menawar.
Penawaran yang memaksa, tanpa ada akad atau mengharuskan membeli adalah
hal yang tentu diharamkan. Orang tidak selalu memiliki sumber daya atau
memiliki kebutuhan untuk membeli. Untuk itu, seluruh keputusan untuk membeli
atau tidak semua tergantung kepada konsumen bukan pada penjualnya. Untuk itu,
kejujuran, keterbukaan, dan juga keadilan harus dilakukan agar pembeli mau terus
bertransaksi karena ada proses kepercayaan bukan karena paksaan.
Hal ini dijelaskan pula dalam Al-Quran, “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu” (QS An-Nisa : 29)
- Jual Beli Mulamasah
Jual beli mulamasah adalah salah satu jual beli yang juga disepakati oleh ulama
diharamkan islam. Jual beli mulamasah adalah jual beli yang jika seseorang
menyentuh barang jualan dari seseorang maka ia diwajibkan untuk membayar atau
terhitung membeli. Tentu hal ini diharamkan islam karena proses seperti ini
sangatlah wajar dilakukan, apalagi baru orang-orang yang ingin mengetahui
terlebih dahulu jenis barang dan kualitasnya
24. Asuransi
#1 Akad Perjanjian
Masyarakat lebih nyaman menggunakan asuransi syariah karena mempunyai sistem
yang lebih adil dan meringankan beban, yaitu sistem tolong-menolong, dengan
konsep sistem donasi atau hibah. Di dalam asuransi syariah, hanya digunakan akad
hibah (tabarru) yang didasarkan pada sistem syariah dan dipastikan halal. Sedangkan
di dalam asuransi konvensional akad yang dilakukan cenderung sama dengan
perjanjian jual beli.
#2 Pengawasan
Asuransi syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah yang mengawasi seluruh produk
yang dipasarkan, termasuk pengelolaan dana investasi yang dilakukan oleh
perusahaan asuransi. Dewan Pengawas Syariah akan memberikan sanksi bagi
perusahaan asuransi yang menjalankan prosesnya tidak sesuai prinsip syariah.
Sedangkan dalam asuransi konvensional tidak ada dewan pengawas seperti demikian,
hanya diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memang berfungsi
mengawasi setiap hal yang berhubungan dengan jasa keuangan.
#3 Pengelolaan Dana
Pada asuransi syariah, dana yang dikumpulkan dari pemegang asuransi disalurkan
kepada jenis usaha produktif dan halal. Pengelolaan dana yang dilakukan bersifat
transparan dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk mendatangkan keuntungan bagi
para pemegang polis asuransi itu sendiri.Di dalam asuransi konvensional, perusahaan
asuransi akan menentukan jumlah besaran premi dan berbagai biaya lainnya yang
ditujukan untuk menghasilkan pendapatan dan keuntungan yang sebesar-besarnya
bagi perusahaan asuransi, baru nantinya akan dibagikan kepada para nasabah asuransi
tersebut.
#4 Pembagian Keuntungan
Dalam asuransi syariah, keuntungannya akan dipublikasikan dan dibagi untuk
perusahaan dan nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil dengan persentase yang telah
disepakati bersama. Jika ada keuntungan, maka akan dibagi bersama. Jika tidak, maka
risiko ditanggung bersama. Dengan sistem ini, dana yang dikelola dalam asuransi
syariah akan terhindar dari unsur yang dilarang atau diharamkan dalam Agama Islam
seperti bunga atau riba, gharar atau dana yang tidak jelas, dan maysir atau judi.
Sebaliknya, pada perusahaan asuransi konvensional jika dana premi yang dikelolanya
mendapatkan laba maka keuntungan itu milik perusahaan sepenuhnya. Tanpa ada
kewajiban untuk membagikan kepada para nasabahnya.
#5 Pengelolaan Risiko
Asuransi syariah menerapkan prinsip berbagi risiko bukannya pengalihan risiko.
Risiko dibagi secara adil ke berbagai orang yaitu para anggota atau nasabah asuransi
syariah dan pihak perusahaan asuransi itu sendiri. Di sinilah, letaknya tolong-
menolong secara rombongan dari suatu kelompok. Sebaliknya, pada asuransi
konvensional bukan konsep berbagi risiko tapi pengalihan risiko dari tertanggung ke
pihak perusahaan dengan perjanjian kontrak bersama yang telah disepakati.
#6 Kepemilikan Dana
Sesuai dengan akad yang digunakan, maka di dalam asuransi syariah, dana asuransi
tersebut adalah milik bersama (semua peserta asuransi), dimana perusahaan asuransi
hanya bertindak sebagai pengelola dana saja. Hal ini tidak berlaku di dalam asuransi
konvensional, karena premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi adalah milik
perusahaan asuransi tersebut, yang mana dalam hal ini perusahaan asuransi akan
memiliki kewenangan penuh terhadap pengelolaan dan pengalokasian dana asuransi