Pedoman Pelayanan IGD Baru Revisi 2
Pedoman Pelayanan IGD Baru Revisi 2
Puji syukur kepada Tuhan Allah SWT atas segala rahmat yang telah diberikan kepada
penyusun sehingga Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat RSIA Muslimat Jombangdapat
terseleseikan.
Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat RSIA Muslimat Jombang ini merupakan
pedeoman bagi semua pihak yang berkaitan dengan pelayanan Gawat Darurat RSIA Muslimat
Jombang, dalam tatacara penyelenggaraan pelayanan Instalasi Gawat Darurat RSIA Muslimat
Jombang.
Dalam Pedoman ini diuraikan tentang semua Pelayanan Gawat Darurat yang ada di
RSIA Muslimat Jombang mulai dari pelayanan pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat RSIA
Muslimat Jombang sampai pasien ditransfer ke ruang perawatan rawat inap atau pasien
diijinkan pulang.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terimakasih yang sedalam – dalamnya atas bantuan
semua pihak dan menyelesaikan Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat RSIA Muslimat
Jombang.
Daftar Isi
Kata pengantar............................................................................................................................1
Daftar isi.....................................................................................................................................2
SK Direktur RSIA Muslimat Jombang
BAB I Pendahuluan......................................................................................................................3
1.1 Latar belakang ................................................................................................................3
1.2 Tujuan pedoman.............................................................................................................3
1.3 Ruang lingkup pelayanan................................................................................................4
1.4 Batasan operasional........................................................................................................4
1.5 Landasan hukum…........................................................................................................7
BAB II Standar ketenagaan.......................................................................................................8
2.1 Kualifikasi sumber daya manusia..................................................................................8
2.2 Distribusi ketenagaan....................................................................................................8
2.3 Pengaturan jaga.............................................................................................................9
BAB III Standar fasilitas.........................................................................................................11
3.1 Denah ruangan.............................................................................................................11
3.2 Standar fasilitas...........................................................................................................12
BAB IV Tata laksana pelayanan..............................................................................................19
4.1. Tatalaksana pendaftaran.............................................................................................19
4.2. Tatalaksana sistem komunikasi IGD..........................................................................19
4.3. Tatalaksana pengisian informed consent....................................................................20
4.4. Tatalaksana pelayanan false emergency.....................................................................20
4.5. Tatalaksana pelayanan death on arrival (DOA).........................................................20
4.6. Tatalaksana skrining pasien........................................................................................21
4.7. Tatalaksana triage.......................................................................................................25
4.8. Penahanan pasien untuk tindakan observasi ..............................................................28
4.9. Tatalaksana bila tempat tidur penuh di RSIA Muslimat ...........................................29
4.10. Tatalaksana transfer..................................................................................................30
4.11 Hambatan – hambatan dalam populasi pasien yang muncul di Rumah Sakit..............39
4.12 Tatalaksana sistem rujukan........................................................................................43
4.13 alur pelayanan pasien .......................................................................................49
BAB V Logistik........................................................................................................................50
BAB VI Keselmatan Pasien.....................................................................................................53
BAB VII Keselamatan Kerja...................................................................................................56
BAB VIII Pengendalian mutu.................................................................................................58
BAB IX Penutup.....................................................................................................................63
BAB 1
PENDAHULUAN
STANDART KETENAGAAN
Tabel 2.1 Kualifikasi SDM di Instalasi Gawat Darurat RSIA Muslimat Jombang
KUALIFIKASI
No NAMA JABATAN KETERANGAN
FORMAL
Bersertifikat ATCLS/
1 Ka Instalasi Gawat Darurat Dokter Umum
ACLS/PPGD
Dokter Spesialis Obstetri Pelatihan Ponek
2 Dokter SpOG
dan Gynekologi
3 Dokter Spesialis anak Dokter Sp A Pelatihan Ponek
4 Dokter Anastesi Dokter Sp An Pelatihan Ponek
Bersertifikat ATCLS/
5 Dokter Jaga IGD Dokter Umum
ACLS
Bersertifikat PPGD/
6 Kepala Perawat IGD S-1 Keperawatan BTCLS/ Pelatihan
Ponek
S-1 Keperawatan / D-3 Bersertifikat PPGD/
Perawat / Bidan
7 Keperawatan / D-3 BTCLS
Penanggung Jawab Sift
Kebidanan
S-1 Keperawatan/ D-3 Bersertifikat PPGD/
8 Perawat Pelaksana Keperawatan / D-3 BTCLS
Kebidanan
TABEL 2.2 Pola ketenagaan di Instalasi Gawat Darurat RSIA Muslimat Jombang
3. Cairan infus
No Nama obat Satuan
1 Asering Kolf
2 Fimahes 500 ml Kolf
3 D5 ½ 500 ml Kolf
4 D5 ¼ 500 ml Kolf
5 RLD5 Kolf
6 NaCl 0,9 % 500 ml Kolf
7 Ringer lactat Kolf
8 Dextrose 10 % 100 ml Kolf
9 NaCl 0,9 % 100 ml Kolf
4. Suppositoria
No Nama obat Satuan
1 Profenid Supp
2 Dulcolax 5 mg Supp
3 Dulcolax 10 mg Supp
4 Cygest 400 mg Supp
5 Kaltrofen 100 mg Supp
Pada saat pasien datang, pasien disambut atau diterima oleh perawat jaga
IGD
1. Point A
1.1. Perawat jaga melakukan penilaian, apakah pasien dalam kondisi
sekarat (memerlukan intervensi life saving segera)atau tidak ada
respon.
1.2. Jika YA, maka pasien di kategorikan sebagai ESI 1, dan segera
dibawa ke ruang resusitasi untuk segera diperiksa dokter dan diberi
tindakan life saving.
Yang dimaksud kondisi sekarat adalah : Apnue, nadi tak teraba
distress nafas berat, SPO2 < 90% perubahan kondisi mental akut,
tidak respon.
Yang dimaksud tidak responsive adalah :
1) Non verbal atau tidak mengikuti perintah.
2) Memerlukan stimulus nyeri.
Tindakan live saving yang dimaksud adalah :
Air way, obat-obatan emergensi, intervensi hemodinamik
(IV,O2. MONITOR, ECG, Laboratorium dam lain-lain).
Yang tergolong dalam ESI 1 adalah:
1) Cardiak arrest.
2) Respiratory arrest.
3) Safetty respiratory Dextress.
4) SpO2 < 90.
5) Cidera berat dan tidak ada respon.
6) Over dosis obat dengan frekuensi nafas < 6, nafas regional
(gasping).
7) Takikardi dan beradi kardi berat dengan tanda-tanda
hipoperfusi.
8) Hhipertensi dengan tanda-tanda hipoperfusi.
9) Chesphain disertai dengan pucat, keringat dingin, dan nyeri
dada sebelah kiri.
10) Lemah dan pusing dengan HB < 2, syok anafilatik.
11) Bayi dangan kondisi flaccid.
12) Hiperglikemi dengan penurunan kesadaran.
2. Poin B
Jika pasien tidak dalam kondisi sekarat, perawat IGD menilai apakah
penangan pasien boleh ditunda atau tidak, dengan cara dinilai apakah
pasien mengalami salah satu dari berikut ini :
2.1. Apakah pasien dalam resiko tinggi ?
1) Anamnese. riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu.
2) Curiga infak myokard acute, stroke perdarahan,
intracranial, tapi masih stabil dan tidak memerlukan
tindakan live saving segera.
3) Cidera tusukan oleh jarum suntik ada petugas rumah sakit.
4) Kehamilan ektopik terganggu dengan hemoginamik yang
stabil.
5) Pasien keracunan dan percobaan bunuh diri.
2.2. Apakah pasien tampak disorientasi, letargi, bingung ?
2.3. Apakah pasien mengalami nyeri berat?
Didapat dari anamnesa dan tampilan pasien, misalnya : Keringat
dingin, posisi tubuh, muntah-muntah, ekspresi wajah, fitalsign,
serta skala nyeri (< 7) . Jika jawabnya ya, maka pasien masuk
kategori ESI 2.
Pada esi 2, walaupun pasien dalam kondisi sakit berat, tidak perlu
harus langsung ditangani dokter, tetapi perawat IGD boleh
melakukan tindakan live saving sederhana lebih dahulu, misalnya
: pemberian O2 nasalkanul, pemasangan infuse maintenance,
pemeriksaan ECG, GDS, pemasangan kateter, sambil menunggu
pemeriksaan dan instruksi lebih lanjut dari dokter
3. Poin C
3.1. Jika pada poin b jawabanya tidak, maka selanjutnya perawat IGD
melakukan penilaian dengan poin c, meliputi : berapa banyak
sumber daya ( laboratorium, radiologi, tindakan bedah minor,
pasang kateter, nebulisasi, cairan infuse untuk dehidrasi, obat-
obat symtomatik, konsul spesialis) yang mungkin dibutuhkan
dalam menangani keluhan pasien tersebut.
3.2. Perawat IGD menggunakan informasi sumyektif (anamneses)
maupun obyektif yang didapat dan penilaian singkat terhadap
kondisi pasien, meliputi : riwayat penyakit, pengobatan, umur,
jenis kelamin untuk memperkirakan berapa sumber daya yang
diperlukan oleh pasien.
Jika jawabanya :
1) Diperkirakan tidak ada memerlukan sumber daya sama
sekali, maka masuk kategori ESI 5.
2) Diperkirakan perlu satu macam sumber daya, maka masuk
kategori ESI 4.
3) Diperkirakan perlu lebih dari satu macam sumber daya,
maka sementara di masukkan kategori ESI 3, perawat
melanjutkan kepenilaian dengan pain D.
4. Poin D
Pada poin D, focus pada vital sign pasien, meliputi :
4.1. Tekanan darah
4.2. Frekuensi nadi
4.3. Frekuensi nafas
4.4. Suhu, terutama pada anak < 3 tahun
4.5. SpO2
4.6. Nyeri
Jika batas bahaya vital sign terlampui, maka perawat IGD yang
melakukan triage harus betul – betul mempertimbangkan, bahwa
pasien perlu naik dari ESI 3 menjadi ESI 2. Jika vital sign dalam batas
normal (tidak melampaui batas bahaya, maka pasien tetap kategori ESI
3).
Batas Bahaya Vital Sign
Umur HR RR SpO2
< 3 bulan > 180 > 50 > 92%
3 bulan – 3 tahun > 160 > 40 > 92 %
3 tahun – 8 tahun > 140 > 30 > 92 %
> 8 tahun > 100 > 20 > 92 %
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup observasi pasien di IGD mencakup :
1. Identifikasi kegwatdaruratan pasien
2. Observasi pasien
3. Stabilisasi kondisi pasien
4. Tindakan dan therapi
5. Tanggap darurat dalam penyelamatan jiwa pasien bila kondisi
memburuk
6. Mencegah kecacatan lanjut
3. Tatalaksana
1. Observasi dilakukan tiap 5 – 15 menit sesuai dengan tingkat
kegawatannya
2. Observasi dilakukan oleh paramedis perawat, bila perlu oleh dokter
3. Hal – hal yang perlu diobservasi :
a. Keadaan umum penderita
b. Kesadaran penderita
c. Kelancaran jalan nafas (air way)
d. Kelancaran pemberian O2
a. Tanda – tanda vital :
a) Tensi
b) Nadi
c) Respirasi / pernafasan
d) Suhu
b. Kelancaran tetesan infus
4. Apabila hasil observasi menunjukkan keadaan pasien semakin tidak baik
maka paramedis perawat harus lapor kepada dokter yang sedang bertugas
5. Apabila kasus penyakitnya diluar kemampuan dokter IGD maka perlu
dirujuk
6. Observasi dilakukan maksimal 6 jam, selanjutnya di putuskan pasien bisa
pulang atau rawat inap
7. Perkembangan pasien selama observasi dicatat dikartu status pasien / RM.
IGD (lembar observasi)
3.8 Serah terima pasien dengan ruangan atau bagian/unit/ruangan yang dituju.
Pètugas transfer pasien melakukan serah terima dengan petugas di
bagian/unit/ruangan yang dituju.
Transfer internal untuk kepentingan perawatan selanjutnya, petugas transfer
memberikan informasi:
- Identitas pasien.
- Dokter yang merawat atau DPJP.
- Riwayat penyakit dan diagnosa medis.
- Keadaan umum, kesadaran dan hasil observasi tanda-tanda vital pasien.
- Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan (laboratorium, radiologi, dan
Lain-lain) serta untuk follow-up hasil pemeriksaan yang belum selesai.
- Tindakan yang telah dilakukan.
- Terapi yang telah diberikan (cairan infus, transfusi, obat-obatan).
- Alergi obat.
- Rencana tindakan, pemeriksaan penunjang. terapi yang akan
dilakukan/dilanjutkan.
- Status Rekam Medis Pasien.
- Formulir transfer pasien.
- Lembar observasi pasien.
- Informasi lain yang dianggap perlu.
Untuk kepentingan tindakan medis/operasi, maka petugas transfer melakukan serah
terima dengan menginformasikan tentang identitas pasien, diagnosa, kondisi pasien.
dan rencana tindakan medis/operasi yang akan dilakukan.
- Identitas pasien.
- Diagnosis pra bedah.
- Keadaan umum, kesadaran dan hasil observasi tanda-tanda vital pasien.
- Alergi obat.
- Informed consent.
- Penandaan lokasi operasi.
- Hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi, dan lain-lain)
- Hasil konsultasi dokter anestesi/pemeriksaan pra-anestesi atau sedasi.
- Persiapan pasien perhiasan sudah dilepas, skiren lokasi operasi, gigi palsu
sudah dilepas, puasa, obat premedikasi (antibiotic profilaksis), lavemen,
personal hygiene, oral hygiene, persediaan darah (bila diperlukan).
- Informasi lain yang dianggap perlu.
- Status Rekam Medis Pasien.
- Formulir transfer pasien.
- Lampiran pengecekan persiapan operasi.
Jika untuk kepentingan diagnostik, petugas transfer menyerahkan surat permintaan
pemeriksaan penunjang dan informasi tentang identitas pasien, diagnosa, kondisi
pasien, dan permintaan pemeriksaan penunjang yang diminta.
Dokumentasi transfer internal harus jelas dan lengkap sehingga dapat digunakan
sebagai acuan data dasar dan sarana audit.
Jika terjadi insiden keselamatan pasien selama proses transfer internal maka harus
dilaporkan ke Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit sesuai panduan yang berlaku.
4.11 HAMBATAN – HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN YANG MUNCUL DI
RUMAH SAKIT
RSIA Muslimat Jombang melayani berbagai populasi masyarakat, munkin
pasiennya tua cacat, bicara dengan berbagai bahasa dan dialek, budaya yang
berbeda atau penghalang lainnya. Hambatan – hambatan ini dapat menggangu
proses assesment dan pemberian asuhan.
1. Definisi
Hambatan adalah segala sesuatu yang menghalangi, membingungkan,
mengacaukan, dan mengganggu proses pelayanan di rumah sakit. Hambatan –
hambatan tersebut anatara lain : pasien tua, cacat fisik, bicara dengan berbagai
bahasa dan dialek, budaya yang berbeda dan lain – lain.
2. Ruang Lingkup
1. Pasien berusia lanjut (lansia)
2. Pasien yang cacat fisik
a. Gangguan pendengaran
b. Gangguan penglihatan
c. Gangguan bicara
d. Cacat fisik yang lainnya
3. Pasien dengan bahasa dan dialek diluar bahasa dan dialek jawa timur
4. Pasien dengan budaya berbeda, agama berbeda, kepercayaan berbeda
5. Pasien dengan kognitif terbatas
6. Pasien dengan motivasi kurang
7. Pasien dengan emosional
3. Tatalaksana
1. Pasien berusia lanjut
a. Menciptakan suasana yang nyaman dan privasi
b. Petugas RSIA Muslimat Jombang berhadapan dengan pasien
c. Petugas RSIA Muslimat Jombang berkomunikasi dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti / dipahami atau bahasa yang
dipergunakan sehari – hari oleh pasien tersebut
d. Menggunakan umpan balik (feedback) baik verbal maupun non verbal
e. Jika diperlukan dapat meminta bantuan dari keluarga pasien yang
mendampingi pasien untuk menjadi mediator komunikasi atas
persetujuan pasien
2. Pasien dengan gangguan pendengaran
a. Ciptakan suasana yang nyaman dan privasi
b. Petugas RSIA Muslimat Jombang sedapat munkin ambil posisi yang
dapat dilihat pasien bila pasien mengalami kebutaan parsial atau
sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran petugas
c. Petugas RSIA Muslimat melakukan identifikasi diri dengan
menyebutkan nama dan peran
d. Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi pasien
tidak memunkinkannya menerima pesan verbal secara visual. Nada
suara memegang peranan besar dan bermakna bagi pasien
e. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada pasien, petugas
menerangkan alasan pemeriksaan fisik tersebut
f. Informasikan kepada pasien ketika petugas akan meninggalkannya /
memutus komunikasi
g. Orientasikan pasien pada lingkungannya jika pasien dipindahkan ke
lingkungan / ruangan yang baru
h. Prientasikan pasien dengan suara – suara yang terdengar disekitarnya
i. Jika diperlukan dapat meminta bantuan dari keluarga pasien yang
mendampingi pasien untuk menjadi mediator komunikasi atas
persetujuan pasien
3. Pasien dengan gangguan pendengaran
a. Ciptakan suasana yang nyaman dan privasi
b. Petugas RSIA Muslimat Jombang melakukan identifikasi diri dengan
menyebutkan nama pasien dan peran
c. Petugas RSIA Muslimat Jombang menggunakan bahasa yang
sederhana dan bicaralah dengan terang, jelas dan perlahan untuk
memudahkan pasien membaca gerak bibir petugas. Sangat penting
untuk berbicara dengan jelas, bukan dengan keras
d. Jika pasien dapat mendengar dengan alat bantu dengar, pastikan alat
tersebut terpasang dan berfungsi
e. Meminimalkan distraksi yang dapat menghalangi konsentrasi pasien :
meminimalkan percakapan jika pasien keletihan atau gunakan
komunikasi secara tertulis
f. Bila munkin gunakan bahasa pantomime dengan gerakan sederhana
dan wajar
g. Gunakan bahasa isyarat dan bahasa jari bila petugas bias dan
diperlukan
h. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah
sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (symbol)
i. Jangan melakukan pembicaraan ketika petugas sedang mengunyah
sesuatu misalnya permen karet
j. Jika diperlukan dapat meminta bantuan dari keluarga pasien yang
mendampingi pasien atau petugas yang mempunyai keahlian bahasa
isyarat, untuk menjadi mediator komunikasi atas persetujuan pasien
4. Pasien dengan gangguan biacara
a. Ciptakan suasana nyaman dan privasi
b. Petugas RSIA Muslimat Jombang melakukan identifikasi diri dengan
menyebutkan nama dan peran
c. Petugas RSIA Muslimat Jombang menggunakan bahasa yang
sederhana dan berbicaralah degan terang, jelas dan perlahan untuk
meumdahkan pasien dengan membaca gerak bibir petugas
d. Usahakan bicara dengan posisi tepat didepan pasien dan pertahankan
sikap tubuh dan mimic wajah yang lazim
e. Petugas benar – benar dapat memperhatikan mimic dan gerak bibir
pasien
f. Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang
kembali kata – kata yang diucapkan
g. Gunakan bahasa isyarat dan bahasa jari petugas bias dan diperlukan
h. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah
sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (symbol)
i. Jangan melakukan pembicaraan ketika petugas sedang mengunyah
sesuatu misalnya permen karet
j. Jika diperlukan dapat meminta bantuan dari keluarga pasien yang
mendampingi pasien atau petugas yang mempunyai keahlian bahasa
isyarat, untuk menjadi mediator komunikasi atas persetujuan pasien
5. Pasien degan cacat fisik
Misalnya tuan raksa, tuna grahita, tergantung sepenuhnya kepada keluarga
pasien yang mendampingi pasien tersebut, untuk menjadi mediator
komunikasi atas pesetujuan pasien.
6. Pasien dengan bahasa dan dialek diluar bahasa dan dialek jawa timur
a. Ciptakan suasana yang nyaman dan privasi
b. Petugas RSIA Muslimat Jombang melakukan identifikasi diri dengan
menyebutkan nama dan peran
c. Kaji bahasa apa yang dapat digunakan pasien secara baik
d. Petugas RSIA Muslimat Jombang berkomunikasi dengan bahagsa
Indonesia, bicara dengan jelas dan lebih lambat dari normal (jangan
melakukannya secara berlebihan)
e. Jika pasien tidak dapat memahami atau berbicara (merespon) gunakan
metode alternative dalam melakukan komunikasi :
- Menuliskan pesan yang akan disampaikan
- Guankan gerak tubuh atau tindakan
- Melakukan klarifikasi maksud dari setiap kata yang tidak jelas
f. Jika perlukan dapat meminta bantuan dari keluarga pasien yang
mendampingi pasien atau petugas yang mempunyai keahlian
penerjemah, untuk menjadi mediator komunikasi atas persetujuan
pasien
7. Pasien dengan budaya berbeda, agama berbeda, kepercayaan berbeda
a. Ciptakan suasana yang nyaman dan privasi
b. Petugas RSIA Muslimat Jombang melakukan identifikasi diri dengan
menyebutkan nama peran
c. Kaji budaya, agama, kepercayaan, dari pasien
d. Jika dalam memberikan pelayanan, terdapat hal yang
berkesinambungan dengan budaya, agama, kepercayaan pasien maka
berikan penjelasan ke pasien terutama maksud dan tujuan pelayanan
tersebut
8. Pasien dengan kognitif terbatas
a. Menciptakan suasana yang nyaman dan privasi
b. Petugas RSIA Muslimat Jombang duduk berhadapan dengan pasien
c. Petugas RSIA Muslimat Jombang melakukan identifikasi diri dengan
menyebutkan nama dan peran
d. Kaji kemampuan kognitif dan tipe pembelajaran dari pasien
e. Petugas RSIA Muslimat Jombang berkomunikasi dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti / dipahami atau bahasa yang
dipergunakan sehari – hari oleh pasien tersebut
f. Selalu memperjelas hal yang tidak dimengerti / dipahami oleh pasien
dengan mengulang kembali kata – kata yang diucapkan serta
memperjelas maksud dan tujuannya
g. Menggunakan umpan balik (feedback) baik bahasa verbal maupun non
verbal
9. Pasien dengan motivasi kurang
a. Menciptakan suasana yang nyaman dan privasi
b. Petugas RSIA Muslimat Jombang duduk berhadapan dengan pasien
c. Petugas RSIA Musilmat Jombang melakukan identifikasi diri dengan
menyebutkan nama dan peran
d. Kaji tingkat motivasi pasien
e. Petuga RSIA Muslimat Jombang berkomunikasi dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti / dipahami atau bahasa yang
dipergunakan sehari – hari oleh pasien tersebut
f. Selalu memperjelas hal yang tidak dimengerti / dipahami oleh pasien
dengan mengulang kembali kata – kata yang diucapkan serta
memperjelas maksud dan tujuannya
g. Menggunakan umpan balik (feedback) baik bahasa verbal maupun non
verbal
h. Jika dalam memebrikan pelayanan, pasien terlihat kurang motifasi maka
berikan penjelasan ke pasien terutama maksud dan tujuan pelayanan
tersebut
10. Pasien dengan emosional
a. Mencipatakan suasana nyaman dan privasi
b. Petugas RSIA Muslimat Jombang melakukan identifikasi diri dengan
menyebutkan nama dan peran
c. Petugas RSIA Muslimat Jombang melakukan identifikasi diri dengan
menyebutkan nama dan peran
d. Kaji reaksi emosional pasien : menolak (denial), marah (anger), tawar –
menwar (bergening), depresi (depressive), pasrah (acceplace)
e. Petugas RSIA Muslimat Jombang berkomunikasi dengan bahasa yang
sederhana dan dimengerti / dipahami atau bahasa yang dipergunakan
sehari – hari oleh pasien tersebut
f. Petugas tidak boleh terbawa emosional pasien, senantiasa sabar dan
memahami kondiri pasien sehingga dapat memberika pelayanan dengan
ikhlas
g. Selalu memperjelas hal yang tidak dimengerti / dipahami oleh pasien
dengan mengulang kembali kata – kata yang diucapkan serta
memperjelas maksud dan tujuannya
h. Menggunkan umpan balik (feedback) baik bahasa verbal maupun non
verbal
4.12 TATALAKSANA SISTEM RUJUKAN
1. DEFINISI
Sistem rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayan
kesehatan secara timbale balik, baik vertical maupun horinzontal.
Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan atau
ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap.
Rujukan vertical adalah rujukan yang dilakukan antar pelayan kesehatan yang
berbeda tingkatan.Dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih rendah ke
tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.
2. TATA CARA PELAKSANAAN SYSTEM RUJUKAN BERJENJANG
Sistem rujukan pelayan kesehatan dilaksanakan secar berjenjang sesuai
kebutuhan medis yaitu :
1. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas kesehatan
tingkat pertama oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama
2. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk
ke fasilitas atas rujukan dari faskes primer
3. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat diberikan
atas rujukan dari faskes primer
4. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat diberikan
atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer
KRITERIA PASIEN DIRUJUK
Dokter Praktek
Pintu IGD
Poliklinik
RS Lain / Puskesmas
TRIAGE Pendaftaran
Konsul spesialis
Resep / apotik
Administrasi
Keterangan :
Garis komando
Garis koordinasi
BAB V
LOGISTIK
6.1 Pengertian
Keselamatan pasien ( patient safety ) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman . sistem tersebut meliputi :
1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakana yang seharusnya diambil
6.2 Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan kejadian tidak diharapkan ( KTD ) dirumah sakit
4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan ( KTD )
KESALAHAN MEDIS
Medical Error :
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.
KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius, baisanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti :
operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan
keseriusan cedera yang terjadi ( seperti amputasi pada kaki yang salah ) sehingga
pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada
kebijakan dan prosedur yang berlaku.
6.4 TATALAKSANA
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada apsien
2. Melaporkan pada dokter jaga IGD
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan Insiden
Keselamatan”
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
7.1 Pengertian
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat kerja /
aktivitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.
7.2 Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RSIA Muslimat Jombang
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaan menjadi bertambah tinggi
maupun lingkungan rumah sakit yang ada di rumah sakit ibu dan anak muslimat
dilakukan K3RS secara rutin yang berhubungan dengan tanggap darurat kebakaran
pemadam api ringan (APAR) dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur APAR.
Secara Khusus Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip
pencegahan infeksi, yaitu :
a. Menganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat menularkan infeksi
b. Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu boot / alas kaki
tertutup, celemek, masker, dll) terutama bila terdapat kontak dengan spesimen
pasien yaitu: urin, darah, muntah, sekret, dll
c. Melakukan perasat yang aman baik bagi petugas maupun pasien, sesuai prosedur
yang ada. Mis : memasang kateter, menyuntik, menjahit luka, memasang infus, dll
d. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah menangani pasien
8. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius
9. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu :
a. Dekontaminasi dengan larutan klorin
b. Pencucian dengan sabun
c. Pengeringan
10. Menggunakan baju kerja yang bersih
11. Melakukan upaya – upaya medis yang tepat dalam menangani kasus:
a. Hepatitis B / C sesuai prinsip pencegahan
12. Pengelolaan jarum dan alat tujuan untuk mencegah perlukaan
13. Tersedianya APAR ( alat pemadam kebakaran ) di setiap unit kerja
14. Tersedianya spilkit disetiap unit kerja
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
8.1 Pengertian
Mutu pelayanan kesehatan adalah kinerja yang menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan
pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata – rata penduduk, serta dipihak
lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang
telah ditetapkan ( MUTU DEPKES RI th 2002 )
8.2 Tujuan
a. Tujuan umum
Instalasi Gawat Darurat RSIA Muslimat Jombang dapat memebrikan pelayanan
kegawatdaruratan secara optimal sesuai dengan standar
b. Tujuan khusus
1. Menjamin penaganan gawat darurat dengan respons time yang cepat dan
penaganan yang tepat
2. Tercapainya tingkat kepuasan pelangan IGD
3. Terorganisirnya semua unsur di IGD secara terpadu dalam memberikan
pelayanan gawat darurat yang optimal, bermutu, sesuai dengan standar
4. Terlaksananya program peningkatan mutu pelayanan IGD sebagai program
yang terpadu dan berkesinambungan
Tim peningkatan mutu pelayanan IGD dan rumah sakit berkoordinasi dalam
menindak lanjuti hasil kegiatan peningkatan mutu termasuk dalam menentukan langkah –
langkah berikutnya untuk meningkatkan pencapaian sasaran dari waktu ke waktu
BAB IX
PENUTUP
Demikian buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat ini di susun. Kami mengajak
semua pihak yang bekerja di RSIA Muslimat Jombang untuk dapat bersama – sama
membina dan mengembangkan sistem pelayanan di IGD. Semua petugas Instalasi Gawat
Darurat. Semua petugas baik tenaga medis, paramedis, maupun non medis yang berkaitan
dengan penyelanggaraan pelayanan gawat darurat hendaknya selalu menaati ketentuan yang