Perkembangan Tasawuf
Sesuai dengan adanya gerakan tasawuf di Timur Tengah, pada
masa pengembangan Islam antara abad ke-12 M hingga abad ke-17 M,
masuk pula ajaran tasawuf. Dalam hal ini N.A. Baloch menjelaskan
tentang perkembangan ajaran taswuf di Nusantara. Di antara berbagai
aliran tasawuf yang besar pengaruhnya adalah Tarekat Qadiriyah yang
dibangun oleh Syaikh Abdul Qadir Jailani dan Tarekat Naqsabandiyah
yang didirikan oleh Bahauddin Naqsabandi dari Bukhara, 1390 M.
Kedua ajaran tarekat tersebut di Indonesia merupakan prakarsa
Sjech Achmad Chatib Sambas dan Sjech Abdoel Karim Banten yang
digabungkan menjadi Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah118. Perlu
diperhatikan pula, peogaruhTarekat Qadiriyah Naqsabandiyah-TQN
pada abad ke-20 M di bawah pimpinan KH. A. Shohibulwafa Tadjul Arifin
dari Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, Jawa Barat menjadi sentral
pengembangan ajaran Tarekat Qadiryah Naqsabandiyah di Asia
Tenggara.
Dari kenyataan ini, tidaklah salah bila Dr. A. Mukti Ali (Menteri
Agama Rl), dalam tulisannya The Spread of Islam in Indonesia
menyatakan bahwa keberhasilan pengembangan Islam di
Indonesia adalah melalui tarekat dan taSAWuf.
Disebutkan beberapa nama-nama Syaikh Tarikah antara lain:
Hamzah Fansoeri, Sjamsoedin dari Pase, Noer al-Raniri, Abdoel Raoef
dari Singkel, Yoesoef Tadjoel Chalwati, Abdoes Shomad al-Palembangi,
dan Moehammad Nafis bin Idris bin Hoesein al-Banjari.
Nama para guru tasawuf atau para syaikh tersebut tercatat
dengan jelas. Sama dengan nama para wali sanga. Tidak
sebagaimana halnya dengan nama wirausahawan yang pertama
membawa ajaran Islam di abad ke-1 H/7 M ke Nusantara
Indonesia.
Hal ini terjadi akibat aktivitas para guru tarekat yang waktunya
berdekatan dengan perkembangan Islam atau pada masa tumbuhnya
kekuasaan politik Islam atau kesultanansehingga nama-namanya
tertuliskan bersamaan dengan pertumbuhan kekuasaan politik Islam
atau bersamaan dengan nama sultannya. Selain itu, sumber- sumber luar
ikut menuliskan nama-namanya serta aktivitasnya.
Sumber Eksternal
Walaupun Rasulullah SAW telah wafat, 11 H/632 M, namun
hubungan niaga tetap berlangsung antara Khulafaur Rasyidin, 11-41
H/632-661 M dengan negara-negara non Muslim di luar Jazirah Arabia
atau dengan Nusantara Indonesia. Seperti yang disejarahkan pada masa
khalifah ketiga, Utsman bin Affan, 24-36 H/644-656 M mengirim utusan
niaga ke Cina.
Kesempatan kunjungan utusan niaga ke Cina, dimanfaatkan untuk
mengadakan kontak dagang dengan wirausahawan di Nusantara
Indonesia. Keterangan sejarahnya terdapat dalam buku Nukhbatad-Dahr
ditulisoleh Syaikh Syamsuddin Abu Ubaidillah Muhammad bin Thalib ad-
Dimsyaqi. Menjelaskan bahwa wirausahawan Muslim memasuki ke
kepulauan ini (Indonesia) terjadi pada masa Khalifah Utsman bin Affan,
24 - 36 H/644 - 656 M119.
Selanjutnya, dijelaskan bahwa Khalifah Islam, menurut sejarah
Cina, telah mengirimkan 32 utusan ke Cina120. Apabila masa Khulafaur
Rasyidin berlangsung selama 29 tahun,11-41 H/632 - 661 M tidaklah
mungkin hubungan dagang dengan 32 utusan tersebut hanya terjadi
pada masa khalifah ketiga semata. Dapat dipastikan hal tersebut
berlangsung pada masa Khulafaur Rasyidin 121 dengan pusat
pemerintahannya.
Tentu, 32 kali pengiriman utusan niaga dari seluruh khalifah itu,
singgah ke Indonesia sebab satu-satunya jalan yang mudah untuk sampai
di Cina Selatan adalah melalui kepulauan Nusantara Indonesia.
Dari sumber lain, J.C. van Leur dalam Indonesian Trade and Society
dengan mendasarkan sumber berita Cina dari Dinasti Tang, 618-907 M
menyatakan bahwa pada 674 M di pantai barat Sumatra telah terdapat
settlement (hunian bangsa Arab Islam) yang menetap di sana122.
Perlu diperhatikan Berita Cina dari Dinasti Tang, 618-907 M,
sekalipun dari Cina, tidak menuliskan bahwa pembawa ajaran Islam
yang pertama masuk ke Nusantara Indonesia pada awal mulanya
adalah wirauswasta Cina. Melainkan dituliskan pada abad ke-7 M
adalah wirausahawan Arab. Bukan Gujarat dan bukan pula India.
Demikian pula berdasarkan keterangan Drs. Ibrahim Buchari,
berdasarkan angka tahun yang terdapat pada nisan seoang ulama, Syaikh
Mukaiddin di Baros, Tapanuli, yang bertuliskan 48 Hijriah atau 670
Masehi maka dapat dipastikan agama Islam masuk ke Nusantara
Indonesia terjadi pada abad ke-7 Masehi atau pada abad ke-1 Hijriah.
Dari kedua data dan fakta tersebut Sulaiman as-Sirafi dan Berita
Cina Dinasti Tang, juga terjadi perbedaan kedua angka waktu di Sulawesi
pada abad ke-2 Hijriyah, dan di Sumatra abad ke-1 Hijriyah. Dengan kata
lain, agama Islam masuk ke Nusantara Indonesia bagian barat lebih
dahulu, pada abad ke-1 Hijriyah atau abad ke-7 Masehi.
Menyusul kemudian Nusantara Indonesia bagian tengah pada abad
ke-2 Hijriyah atau abad ke-8 Masehi. Hal ini diakibatkan posisi Timur
Tengah atau Makkah dan Madinah sebagai sentra agama Islam lebih
dekat dengan Nusantara Indonesia belahan barat daripada bagian
tengah.
Problematika sekitar masuknya agama Islam ke Nusantara
Indonesia tidak hanya sebatas masalah waktu (temporal) dan tempat
(spatial), serta pelakunya (personal). Namun juga, dalam masalah
personal, bagaimana peranan wirausahawan Cina Islam dalam
dakwahnya pada 7 M hingga kini belum terpecahkan.
Sumber sebabnya adalah kebijakan penulisan sejarah dari
pemerintah kolonial Belanda dengan sejarawan Belandanya atau Barat
pada umumnya, masih mempermasalahkan masuknya Islam dari Arab,
atau India semata. Tidak menambah dengan teori masuknya Islam dari
Cina. Walaupun pedagang atau wiraniagawan yang sangat dominan
menguasai pasar adalah Cina.
Jarang kita membaca tentang Laksamana Laut Cheng Ho dalam
rangka kunjungan muhibahnya ke Timur Tengah dan Nusantara
Indonesia pada 1405¬1430 M. Pada masa itu, Cina di bawah
Dinasti Ming, 1363—1644 M, saat telah berakhirnya masa
kekuasaan Dinasti Genghis Khan dan Dinasti Kubilai Khan.
KUNJUNGAN MUHIBAH LAKSAMANA AGUNG MUSLIM
CHENG HO
Perbandingan Ukuran Kapal Cheng Ho dan Vasto Da Gama
Perjalanan muhibah Laksamana Agung Muslim Cheng Ho dengan
armada raksasa yang menakjubkan, namun terkalahkan oleh kisah
perjalanan Christofer Colombus ke Amerika dan Vasco Da Gama ke India.
Padahal, armada kapal Columbus dan Vasco Da Gama cukup ditempatkan
di satu geladak kapal armada Cheng Ho.
Armada yang kuat itu dijadikan media meningkatkan hubungan
diplomatik dan kewiraniagaan. Tidak lupa membantu pengamanan
wilayah laut dari perompak, ikut serta membangun sarana kelautan,
pelabuhan laut dan mercusuar di Cirebon. Disertai dengan pembangunan
rumah ibadah.
Berbeda dengan kehadiran Columbus dan Vasco da Gama yang
berdampak lahirnya keputusan Paus Alexander VI dalam Perjanjian
Tordesilas, 1494 M, merumuskan bangsa-bangsa di luar Negara Gereja
dinilai sebagai bangsa biadab. Negaranya dinilai sebagai terranullius -
wilayah tak bertuan. Dari penilaian ini, terjadilah mission sacre - misi
suci dengan gerakan genocide - pemusnahan bangsa di Meksiko dan
bangsa Indian di benua Amerika.
Sebenarnya peristiwa adanya hubungan diplomatik antara Cina
dengan Arabia, bukanlah hal yang baru. Telah terjalin pula pada masa
Khulafaur Rasyidin, 11-41 H/632-661 M terjadi hubungan diplomatik
dengan Dinasti Tang, 618-907 M. Hubungan diplomatik tersebut
berlanjut pula pada masa Khalifah Al-Walid I, 86-97 H/705-715 M
karena daerah pengaruh Umayah I berdekatan dengan Cina.
Adapun Kaisar Kubilai Khan, 1260-1294 M, menyebutkan nama
Dinasti Kubilai Khan adalah Dinasti Yuan, 1279-1368 M125. Yang dan
perlu kita perhatikan, sangat langkanya dalam penulisan sejarah, Dinasti
Genghis Khan mempunyai perhatian besar terhadap Islam. Terbukti
dengan adanya pengangkatan Abdurahman sebagai Menteri Keuangan
dan Perpajakan pada 1244 M dan Umar Syamsudin dikenal sebagai Sayid
Ajall, kelahiran Bhukara, pada 1259 M diangkat sebagai Menteri
Keuangan dan merangkap menjadi Gubernur Yunan126.
Berita sejarah ini, tidak sampai di masyarakat Islam Indonesia.
Masyarakat hanya mengenal Genghis Khan yang merighancurkan Islam
dan kekuasaannya meliputi Yunan. Namun, tidak disebutkan di Yunan
terdapat masyarakat Islam yang besar.
Nama Yunan dalam sejarah Indonesia dituliskan sebagai tempat
asal "bangsa Indonesia"127. Datangnya sebagai imigran dari
Tonkin, Annam, Cochin China, ke Nusantara Indonesia terjadi
pada masa pra sejarah.
Anehnya, penulisan sejarah selanjutnya setelah masa prehistory
atau prasejarah berlalu, masuk pada masa sejarah, tidak lagi
disebutkan Yunan sebagai salah satu provinsi kekaisaran Cina
yang mayoritas bangsanya beragama Islam. Tidak dibicarakan
kembali Yunan sebagai tanah kelahiran Laksamana Laut Cheng
Ho yang Muslim yang pernah singgah ke Nusantara Indonesia.
Belum pernah ada teori masuknya Islam ke Nusantara
Indonesia dari Yunan.
Tujuannya adalah untuk mengangkat nama baik Cina yang telah
terkesan rusak oleh adanya invasi Genghis Khan ke Asia, Timur Tengah
dan Eropa. Menurut Lee Khoon Choy dalam Indonesia Between Myth and
Reality, kunjungan muhibah tersebut disertai 27.000 pasukan Muslim
dan 62 kapal.
Menjadi pertanyaan pula, mengapa Kaisar Yung Lo dari Dinasti
Ming, 1363¬644 M menugaskan Laksamana Laut Cheng Ho yang Muslim
pada 1405-1431 M dengan membawa pasukan Muslim Cina dalam
jumlah besar? Tentu, jawabannya kebijakan politik Kaisar Yung Lo itu
memberitahukan ke dunia luar, rasa simpati Cina yang besar terhadap
Islam, sekaligus menunjukkan ke Dunia Muslim bahwa Cina memiliki
pasukan Muslim dalam jumlah besar. Selain itu juga, memberitahukan ke
negara-negara beragama bahwa kemerdekaan beragama di Cina
terjamin. Tidak terjadi pertentangan antara penganut Kong Fu Tsu,
Laotse, Kristen Nestorian dan Islam. Betapa bijaknya Kaisar Yung Lo dari
Dinasti Ming, 1365-1644 M yang memiliki jiwa besar dan kesanggupan
menempatkan Muslim Cina untuk duduk dalam pimpinan militernya.
Kebijakan Kaisar Yung Lo dari Dinasti Ming, 1363-1644 M,
Terbaca politik pendekatan Islamnya, tidak beda dengan
kebijakan Dinasti Tang, 618-907 M dan Kubilai Khan, 1260-
1294 M. Dikisahkan bahwa Kaisar Hung-wu, pendiri Dinasti
Ming memberikan berbagai hak istimewa kepada umat Islam
sehingga umat Islam memperoleh kemakmuran sampai masa
akhir Dinasti Ming, 1363 - 1644 M.
Dapat ditambahkan di sini, berita yang disampaikan oleh seorang
wiraniagawan atau wirauswasta Muslim, Sayyid Ali Akbar, yang tinggal
di Peking pada akhir abad ke-15 M dan awal abad ke-16 M menyebutkan
jumlah orang Islam di kota Kenyafu saja terdapat 30.000 keluarga
Muslim. Mereka bebas pajak, memperoleh tanah dari kaisar dan kaisar
tidak melarang bagi orang-orang Cina yang masuk Islam.
Di Peking dibangun empat masjid131. Di seluruh provinsi Cina
terdapat sekitar 90 masjid. Keseluruhannya dibangun dengan dana dari
Kaisar. Peristiwa sejarah perkembangan Islam di Cina yang demikian
besar, tidak mudah kita temui.
Perlu diperhatikan kunjungan muhibah Laksamana Laut Cheng Ho
sangat berbeda dengan motivasi kedatangan Keradjaan Katolik Portugis
dan Spanyol di Asia Tenggara pada abad ke-16 M yang melancarkan
perampokan dan peperangan dengan tujuan reconquista (penaklukkan
kembali) Islam dan menegakkan penjajahan serta mission sacre (tugas
suci pengembangan agama Katolik dengan cara pemaksaan). Kunjungan
muhibah Laksamana Laut Cheng Ho dengan pasukan sangat besar,
27.000 pasukan Muslim tersebut digunakan untuk membantu
menciptakan keamanan di perairan Indonesia, membasmi perompak
Cina.
Kunjungan Laksamana Laut Cheng Ho berpengaruh besar terhadap
dakwah Islam di Nusantara Indonesia. Tidak sebatas terhadap
pertumbuhan kekuasaan politik Islam di Nusantara. Namun juga,
meluasnya jumlah penganut Islam di kalangan Cina saat itu.
Perkembangan Islam di Nusantara Indonesia
Kembali ke masalah waktu masuknya dan perkembangan agama
Islam di Nusantara Indonesia. Kalau diperhatikan, Kesultanan Samodra
Pasai di Sumatra didirikan pada 1275 M dan menurut Prof. H.
Mohammad Yamin, Keradjaan Hindoe Madjapahit didirikan pada 1294
M132 maka terjadi selisih waktu 19 tahun, Kesultanan Samodra Pasai
lebih awal berdiri dari pada Keradjaan Hindoe Madjapahit. Nampaknya,
belum ada kesamaan paham antara apa yang dimaksud dengan saat
agama Islam masuk dan saat perkembangan agama Islam. Padahal,
kedua hal tersebut jauh berbeda pengertiannya.
Masuknya agama Islam adalah ketika agama Islam baru dikenal
oleh bangsa Indonesia dikenalkan oleh para niagawan Muslim pada saat
melakukan transaksi niaga di pasar.
masa perkembangan agama Islam adalah pada saat umat Islam
telah membangun kekuasaan politik Islam atau kesultanan. Misalnya
Kesoeltanan Leran di Gresik Jawa Timur pada abad ke-11 M dan
Kesoeltanan Samodra Pasai di Sumatra Utara pada abad ke-13 M.
Motif politik atau motivasi kekuasaan yang diwujudkan dengan
konversi agama masuk ke Islam sebagai bukti atau pengakuan para raja
saat itu bahwa Islam telah menjadi arus bawah yang kuat dan
berpengaruh besar terhadap proses penyuburan tanah atau lapisan
masyarakat bawah. Dampaknya membentuk pandangan para penguasa
saat itu untuk menyelamatkan diri dari bencana banjir imperialis Barat
kecuali dengan berpihak kepada agamanya rakyat, yakni Islam.
Dengan kata lain, dorongan konversinya bertolak dari motivasi
memertahankan kepentingan kekuasaannya. Hal ini terjadi akibat
mayoritas rakyatnya telah menganut agama Islam terlebih dahulu
daripada rajanya.
Tumbuhnya kekuasaan politik Islam di Nusantara Indonesia tidak
dapat dilepaskan dari sebab timbulnya kekuasaan politik di luar
Indonesia. Tumbuhnya kekuasaan politik Islam di Timur Tengah:
Khulafaur Rasyidin, Umayah, Abbasiyah dan Fathimiyah serta
Kesultanan Turki, diikuti dengan runtuhnya pengaruh Hindu dan
Buddha di India dan timbulnya kekuasaan politik Islam di India oleh
Mongol atau Moghul.
Selanjutnya, untuk mengetahui perkembangan Mazhab Syafi'i di
Indonesia, dapat kita baca dari berita wisata Ibnu Batuttah134 yang
berkunjung ke Kesultanan Samodra Pasai. Ibnu Batuttah sebagai
wisatawan Muslim Maroko, pernah berkunjung ke Samodra Pasai pada
745-746 H/1345 M menjelaskan bahwa di Gujarat berkembang agama
Islam dari Mazhab Syi'ah. Sedangkan di Samodra Pasai menganut
Mazhab Syafi'i.
Dengan sengaja, sejarawan Belanda pada masa pemerintah
kolonial Belanda membuat periodisasi sejarah Indonesia, memundurkan
waktu masuknya agama Islam berada jauh di belakang atau sesudah
keruntuhan kekuasaan politik Hindu atau Keradjaan Hindoe Madjapahit.
Dengan berdasarkan periodisasi itu, menjadikan Islam baru
dibicarakan setelah Keradjaan Hindoe Madjapahit runtub pada 1478
M136. Tidak dijelaskan pula bahwa sejak abad ke-7 M agama Islam sudah
mulai didakwahkan ajarannya oleh para wirauswasta di Nusantara
Indonesia.
Ditambahkan, runtuhnya Kerajaan Hindoe Madjapahit akibat
serangan dari Keradjaan Islam Demakyangdipimpin oleh Panembahan
Fatah. Mengapademikian? N.A. Baloch menjawab strategi pemerintah
kolonial Belanda, anti Islam dan bermotivasi divide and rule atau pecah
belah untuk dikuasai melalui salah satunya penulisan sejarah.
Toleransi Beragama
Para wiraswasta Muslim tidak datang sebagai penakluk seperti
yang dikerjakan oleh bangsa Spanyol pada abad ke-16 M138. Mereka
tidak menggunakan pedang dalam dakwahnya. Juga tidak memiliki
hak139 untuk melakukan penindasan terhadap rakyat bawahnya. Para
da'i hanya sebagai wirauswasta yang memanfaatkan kecerdasan dan
peradaban mereka yang lebih tinggi untuk kepentingan dakwahnya.
Harta perniagaannya lebih mereka utamakan sebagai modal dakwah
daripada untuk memperkaya diri.
Di samping itu, M.C. Ricklefs, 1991 dalam Sejarah Indonesia
Modem, menuturkan toleransi antar umat beragama di Nusantara
Indonesia. Dibuktikan dengan adanya makam-makam orang Jawa
Muslim di dekat situs istana Keradjaan Hindoe Madjapahit140.
Dari nisannya berangka tahun antara 1298-1533 Tahun Saka atau
1396-1611 Tahun Masehi. Walaupun menggunakan Tahun Saka bukan
Tahun Hijrah maka M.C. Ricklefs berpendapat yang dimakamkan
tersebut adalah orang Jawa Islam. Dijelaskan selanjutnya, makam
tersebut berbicara orang yang dimakamkan adalah elit Jawa Keradjaan
Hindoe Madjapahit yang masuk Islam
Selain itu, nisan tersebut berbicara pula bahwa pada masa
Keradjaan Hindoe Madjapahit, dakwah Islam yang tidak dilarang.
Termasuk aktivitas dakwah Soenan Ampel di Surabaya dan Maoelana
Malik Ibrahim di Gresik. Fakta sejarah ini sekaligus juga membantah
dongeng-dongeng tentang para aktivis Islam atau da'i di Keradjaan
Hindoe Madjapahit dan di Padjadjaran dikejar oleh Raja dan bangsawan
Hindoe.
KESIMPULAN :
Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para Dai dari bangsa Arab
yang berprofesi sebagai wirausaha.Para dai tersebut selain berdakwah
juga mengajarkan dan mengembangkan Islam lewat pesantren, sehingga
Agama Islam berkembang pesat dan melahirkan kekuasaan politik Islam
diberbagai wilayah Nusantara seperti di Jawa dan di Sumatra.
KESIMPULAN
Imperialis Barat dilahirkan dari Perjanjian Tordesilas Spanjol yang
dipimpin oleh Paus Alexander VI yang memberikan kewenangan kepada
Keradjaan Katolik Portoegis untuk menguasai dunia belahan
timur.Sebaliknya, kepada Keradjaan Katolik Spanjol diberikan
kewenangan untuk menguasai dunia belahan barat.Paus Alexander VI
membenarkan imperialisme, dengan tujuan: Gold, Gospel dan Glory. Paus
juga mengajarkan bahwa bangsa-bangsa di luar Vatikan yang tidak
beragama Katholik dianggap sebagai bangsa yang biadab dan wilayahnya
dianggap wilayah kosong tanpa pemilik, maka berhak dimiliki oleh
Imperialis barat.