Oleh:
Kelompok V
Buku pengayaan adalah buku yang digunakan sebagai rujukan standar pada mata pelajaran tertentu. Karakteristik
buku pengayaan yakni sumber materi ajar berupa referensi baku mapel tertentu yang disusun sistematis &
sederhana disertai petunjuk pembelajaran. Dalam buku tersebut termuat materi yang dapat meningkatkan,
mengembangkan, dan memperkaya kemampuan siswa (Pusat Perbukuan 2008:12). Pendapat lainnya, buku
pengayaan atau buku pelajaran adalah jenis buku yang digunakan dalam aktivitas belajar dan mengajar.
B. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Buku Pengayaan
Menurut Henning Nelms etika menelaah sebuah naskah, yang pperlu dicari adalah bahan dramatic-nya .
. Di dalam sebuah skenario terdapat berbagai nilai. Selain nilai emosional, di dalam sebuah drama juga terdapat
nilai intelektual. Bedanya nilai emosional dan nilai intelektual ialah nilai intelektual yang disampaikan untuk
dimengerti, sedangkan nilai emosional bukan untuk dimengerti melainkan untuk dirasakan.
Gabungan nilai intelektual dan emosional akan menampilkan nilai lain yang menyebabkan drama tadi akan dapat
membangkitkan kesedihan atau kegembiraan lewat keindahan. Nilai ini yang disebut nilai abstrak. Selain dua nilai
tersebut ada juga nilai lain, yakni nilai dramatik. Nilai dramatik merupakan nilai-nilai yang menimbulkan suatu
konflik.
Tanpa nilai gramatik sebuah naskah drama tidak lagi berfungsi apa-apa.
Lama-lama ia tidak tahan juga, apalagi setelah sang majikan memaksanya untuk mengikuti
keinginannya, yaitu menjadikannya seorang wanita tunasusila. Ia bertahan pada pendiriannya dan pergi
meninggalkan istana penuh dosa itu."
Dalam teks di atas, dapat kita mengambil nilai moral bahwa saat ditimpa musibah atau kesulitan
hidup, kita tidak boleh terjebak oleh nafsu dunia. Kita harus tetap berpegang teguh pada pendirian kita
dan pada ajaran agama.
Nilai moral biasanya dapat diketahui ketika dalam sebuah cerita ada sikap dari tokoh yang dapat kita
teladani. Biasanya sikap yang dapat diteladani yaitu sikap-sikap terpuji.
Pada paragraf yang lainnya, ditemukan nilai yang lain yaitu nilai budaya. Perhatikan kutipan teks
berikut ini.
"Dengan berbekal keterampilan di bidang bangunan, Mamat mampu membiayai hidupnya dan
menyewa sepetak kamar di pinggiran kota. Kebahagiaannya makin lengkap setelah dari rahim istrinya
lahir seorang anak sehat walaupun saat itu usianya baru enam belas."
Dalam teks di atas terdapat nilai budaya yang dapat kita ambil yaitu, masyarakat strata sosial
menengah ke bawah yang hidupnya berkecukupan.
Nilai budaya biasanya dapat diketahui dari perilaku kehidupan sosial masyarakat yang berupa
kebiasaan hidup, tradisi, adat, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap.
Itu dia contoh nilai-nilai yang terkandung buku fiksi cerpen karya S. Rais yang berjudul "Sandal Jepit
Merah". Ada banyak lho contoh nilai-nilai lain yang terkandung dari sebuah cerita fiksi.
Kesimpulan
Pada dasarnya baik buku fiksi dan nonfiksi memiliki nilai-nilai yang sama. Hal yang membedakannya ada pada
penulisan cerita. Jika tulisan fiksi lebih imajinatif dan lebih memberikan penggambaran, sedangkan nonfiksi
menyajikan tulisan yang berdasarkan data dan tidak ada unsur tambahan sedikitpun.