Anda di halaman 1dari 9

Jurnal POLITEIA|Vol.8|No.

2|Juli 2016 ISSN: 0216-9290


Maghfira Faraidiany Politik Identitas Etnis Tionghoa di Kota Medan

Politik Identitas Etnis Tionghoa


di Kota Medan
MAGHFIRA FARAIDIANY

Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Medan, Jl. Dr. Sofyan No.1 Medan, 20155, Telepon: 061-8220760,
Email: ffaraidiany@yahoo.com

Diterima tanggal 20 Agustus 2015/Disetujui 4 Mei 2016

This study describes the political identity of the ethnic Chinese inMedan. As one of the largest
ethnic group, this ethnic performs an essential role in the political life in Kota Medan. Theory
of identity politics explain how Chinese people participate in politics through political identity
and ethnicity as to promote ethnic unity. This study found there are three interesting phenome-
nonrelating to the identity of ethnic Chinese in Medan. First, the identity of the ethnic Chinese
in Medan city is constantly changing; Secondly, the increasing number of Chinese ethnic com-
munity actively participates in political life; Third, the ethnic Chinese are considered to have an
exclusive social life.These findings are based on qualitativedata. The approach used in this
study is political behavior. Data was collected by interview and literature study. Informants in
this study are members of several Chinese organizations, namely the Association INTI (Chinese
Indonesian) and PSMTI (Paguyuban SosialMarga Tionghoa Indonesia ) as well as informants
who come from political parties (Perindo).

Keywords: Political Identity, Ethnicity, political participation.

Pendahuluan kan salah satu Kota dengan populasi etnis


Tionghoa yang berjumlah besar. Tionghoa
Politik identitas dapat diartikan sebagai tin- yang dari dulu sudah menempati Medan sejak
dakan politis untuk mengedepankan kepen- masa perdagangan ketika zaman penjajahan
tingan-kepentingan dari anggota suatu kum- menjadi suku terbanyak ketiga. Presentasi
pulan karena memiliki kesamaan identitas jumlah penduduk Medan dari suku Tionghoa
atau karakteristik, baik berbasiskan pada ras, yakni sebanyak 11%. Menurut Leo Suryadi-
etnisitas, gender, atau keagamaan1. Ke- nata, jumlah penduduk Indonesia Tionghoa
munculan politik identitas merupakan respon naik sekitar 1,45% sampai 2,04% setiap
terhadap pelaksanaan hak-hak asasi manusia tahun3. Walaupun Indonesia negara multi et-
yang seringkali diterapkan secara tidak adil. nis namun sikap prejudice terhadap etnis
Lebih lanjut dikatakannya bahwa secara kon- Tionghoa, masih berlangsung sampai saat ini.
kret, kehadiran politik identitas sengaja dija-
lankan kumpulan-kumpulan masyarakat yang Menurut Coppel, siapa yang dimaksud
mengalami marginalisasi. Hak-hak politik dengan orang Tionghoa Indonesia adalah
serta kebebasan untuk berkeyakinan mereka “orang keturunan Tionghoa yang berfungsi
selama ini mendapatkan hambatan yang san- sebagai warga atau berpihak pada masyara-
gat signifikan2. Kota Medan sendiri merupa- kat Tionghoa, atau yang dianggap sebagai

1 3
Triyono Lukmantoro, Kematian Politik Ruang, Leo Suryadinata, Etnis Tionghoa dan
(Jakarta: Kompas 2008), hal. 2. Nasionalisme Indonesia, (Jakarta: Kompas,
2
Ibid., hal. 3-4 2010), hal. 5.

74
Jurnal POLITEIA|Vol.8|No.2|Juli 2016 ISSN: 0216-9290
Maghfira Faraidiany Politik Identitas Etnis Tionghoa di Kota Medan

orang Tionghoa oleh orang Indonesia dan (Chinese Qurter) tersebut dianggap sebagai
mendapatkan perlakuan tertentu sebagai pembelotan dari jaringan sosial mereka.
akibatnya”4. Dengan demikian suasana etnik dan ras
(ethnic race-spaces) di perkampungan etnik
Menurut pendapat beberapa ilmuwan, di tersebut menguatkan kecendrungan segresi
kalangan orang Indonesia muncul anggapan atau pemisah diri dari kelompok lain.
bahwa orang Tionghoa Indonesia adalah
orang asing yang memiliki gaya hidupnya Fenomena perubahan identitas ini terlihat
sendiri serta kebiasaan yang berbeda. Con- pada identitas etnis Tionghoa di Indonesia.
tohnya, orang Tionghoa Indonesia diang- Revitalisasi atas peran warga etnis Tionghoa
gap suka hidup berkelompok, menjauhkan di era Reformasi sekarang ini semakin
diri dari pergaulan sosial dan lebih suka mendapat momentumnya setelah sejumlah
tinggal di kawasan tersendiri. Mereka juga tokoh Tionghoa terpilih sebagai menteri
dianggap selalu berpegang teguh pada kebu- kabinet dan sebagian lainnya terpilih menjadi
dayaan negeri leluhur mereka sehingga kese- wakil rakyat di DPR-RI maupun DPRD.
tiaan mereka kepada bangsa dan negara Bahkan Pemilukada kota Medan yang
Indonesia diragukan. Mereka juga dianggap berlangsung pada tahun 2010, telah menjadi
tidak bersungguh-sungguh memihak pada wahana bagi warga suku Tionghoa untuk
Indonesia, sehingga keberpihakkan mereka melakukan perubahan baik dalam bidang
diyakini sebagai sebuah kepura-puraan yang sosial maupun politik. Jika dilihat dari
bermotif ekonomi, perdagangan dan bisnis sejarah etnis Tionghoa di Indonesia secara
yang menghasilkan keuntungan semata. keseluruhan, kehidupan etnis Tionghoa
Di mata orang Indonesia, setelah mengalami pasang surut yang diakibatkan
diberi kedudukan yang menguntungkan oleh kondisi sosial politik dalam dan luar
oleh pemerintah Hindia Belanda, orang negeri Indonesia. Sejarah bangsa Indonesia,
Tionghoa lalu mendominasi ekonomi selalu menjadikan etnis Tionghoa pada posisi
Indonesia dan menghalang-halangi ke- yang tidak menentu, dan cenderung menjadi
bangkitan golongan pengusaha Indonesia. korban atas situasi sosial politik Indonesia
Citra itu muncul dalam tulisan dan ucapan yang selalu bergejolak. Hegemoni negara
orang Indonesia tentang orang Tionghoa maupun dominasi etnis mayoritas atas etnis
Indonesia5. Tionghoa demikian kuatnya, yang me-
nyebabkan etnis Tionghoa selalu dihadapkan
Pada masa orde lama dan orde baru, pada kondisi-kondisi yang sulit yang
kekuatan etnis Tionghoa ini sering mempengaruhi eksistensinya sebagai sebuah
termarginalkan secara politik. Mereka tidak etnis7.
mempunyai wadah khusus untuk meyalurkan
aspirasi politik mereka yang mengakibatkan Bila dilacak dari sejarah Indonesia, politik
terjadinya perubahan identitas etnis identitas yang muncul cenderung bermuatan
Tionghoa6. Bahkan, dalam urusan birokrasi, etnisitas, agama dan ideologi politik. Terkait
mereka sering mendapat perlakuan dis- dengan kondisi bangsa Indonesia yang
kriminatif. Berbagai penelitian mengungkap- multikulturalisme, maka politik identitas
kan bahwa pemukiman eksklusif kelompok- dapat menjadi bahan kajian yang menarik
kelompok etnik di kota berfungsi sebagai untuk ditelaah. Menguatnya gejala politik
“kepompong” atau yang dimanfaatkan oleh identitas terutama akhir-akhir ini, lebih
mereka sebagai benteng etnik. Orang banyak dipengaruhi kepentingan politik
Tionghoa yang keluar dari pemukiman Cina praktis. Dengan demikian menarik mem-
bahas bagaimana politik identitas etnis
4
Charles Coppel. 1994. Tionghoa Indonesia da- Tionghoa di Kota Medan.
lam Krisis. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hal.
23
5
Charles Coppel. 1994. Tionghoa Indonesia da-
lam Krisis. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hal .
26
6
Choirul Mahfud. 2013. Manifesto Politik
Tionghoa di Indonesia.Yogyakarta: Pustaka
7
Pelajar, hal. 160 Ibid., hal. 155

75
Jurnal POLITEIA|Vol.8|No.2|Juli 2016 ISSN: 0216-9290
Maghfira Faraidiany Politik Identitas Etnis Tionghoa di Kota Medan

Pendekatan dan Metode (pada saat itu transportasi kapal sudah ada).
Kedatangan mereka dari berbagi sub etnik
Studi ini dilakukan dengan pendekatan menyebabkan mereka berkumpul di antara
perilaku politik atau tepatnya prilaku mereka sendiri, membuat perkampungan
kelompok. Fokus studi ini pada politik sendiri, memakai bahasa sendiri. Inilah titik
identitas etnis Tionghoa di Kota Medan. awal ekslusivime orang Tionghoa10.
Metode yang digunakan adalah metode
kualitatif. Pengumpulan data melalui Sikap eksklusif ini tidak lepas dari pengaruh
wawancara mendalam dan studi dokumen. yang juga diberikan oleh pemerintah kolonial
Analisis data menggunakan analisis Belanda. Sejalan dengan dibukanya usaha
kualitatif. perkebunan karet sepanjang jalur Medan-
Labuhan Batu pada tahun 1870, pemerintah
Etnis Tionghoa di Kota Medan kolonial membuat blok-blok pemukiman
terpisah menurut etnik. Sehingga ter-
Keberadaan etnis Tionghoa di kota Medan bentuklah hunian dengan nama Kampung
bervariasi dan juga dalam jangka waktu yang Cina, Kampung Arab, kampung Keling, serta
berbeda. Gelombang pertama dimulai pada kawasan milik “Tuan Kebon” asal Eropa,
abad ke-15, ketika armada perdagangan sedangkan kaum Pribumi dan pendatang lain
Tiongkok datang mengunjungi pelabuhan tinggal di luar blok yang disebut Pemukiman
Sumatera Timur dan melakukan hubungan Rakyat Sultan11
dagang dengan sistem barter. Hubungan ini
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, Pada perkembangannya, kota Medan dengan
sehingga sebagian para pedagang tersebut masyarakat heterogen menjadi kota yang
ada yang menetap di Sumatera Timur8. memiliki pola pemukiman segretif. Kota
Medan memperlihatkan proses penguatan
Gelombang kedua berlangsung pada tahun rasa kesatuan etnik sebagai suatu komunitas
1863. Pada saat itu, Belanda mulai bergerak baru. Setiap kelompok etnik mempergunakan
di bidang perkebunan tembakau. Usaha ini norma, aturan serta ideologi tradisional
terus berkembang, tenaga kerja yang cukup daerah asal mereka, sehingga terjadilah suatu
banyak juga semakin dibutuhkan. Pihak proses penguatan ikatan primordial pada
Belanda merasa tidak cocok dengan buruh setiap kelompok etnik. Setiap etnis mulai
Pribumi. Karena itu, pengusaha perkebunan membentuk gaya hidup masing-masing dan
mencoba mendatangkan tenaga kerja dari bersikap eksklusif antara satu dengan yang
negeri Tiongkok. Pada abad ke 19, dengan lain.
bantuan pemerintah Hindia Belanda dan
kaum pengusaha di tanah Deli, orang Etnis Tionghoa di kota Medan berasal dari
Tionghoa dapat memonopoli seluruh sektor berbagai suku. Menurut data Etnis Tionghoa
pengangkutan di kawasan tanah Deli. Banyak yang paling banyak di kota Medan adalah
pemilik perkebunan yang memberi suku Hokkian (82,11%). Walaupun etnis
kesempatan pada orang Tionghoa untuk Tionghoa di kota Medan terdiri dari berbagai
menjadi penyalur bahan makanan dan suku, namun dalam kehidupan sehari-hari
bekerja sebagai kontraktor di perkebunan9. keberagaman suku tersebut tidak menonjol
karena yang tampak hanyalah suatu kesatuan
Pada akhirnya, Kehidupan ekonomi etnis etnik sebagai etnis Tionghoa12.
Tionghoa mulai meningkat. Hal ini
menyebabkan adanya perbedaan mencolok Sebagian besar etnis Tionghoa yang berada
atara etnis Tionghoa dengan masyarakat di kota Medan berprofesi sebagai pedagang.
Pribumi. Kemudian, etnis Tionghoa yang Sesuai dengan jenis pekerjaan mereka, maka
mulai mempunyai ekonomi yang meningkat
ini mendatangkan isteri anggota keluarga dan
10
kerabatnya di negara Tiongkok dengan kapal Suwardi Lubis. 1997. Komunikasi
antarbudaya: Studi kasus etnik Batak Toba dan
etnik Cina. Medan : USU PRESS.
8 11
M.R. Lubis. 1995. Pribumi di mata orang Cina. Sofyan Tan. 2004. Jalan Menuju Masyarakat
Medan : Pustaka Widyasarana. Anti Kekerasan. Medan : KIPPAS.
9 12
Ibid., Suwardi Lubis. Op.cit.,

76
Jurnal POLITEIA|Vol.8|No.2|Juli 2016 ISSN: 0216-9290
Maghfira Faraidiany Politik Identitas Etnis Tionghoa di Kota Medan

untuk mereka terbuka kesempatan seluas- dari mereka adalah penganut ajaran Kong Hu
luasnya untuk memperoleh penghasilan yang Cu.
besar. Posisi sosio-ekonomi etnik Tionghoa
di Medan rata-rata berada di atas level Etnis Tionghoa di kota Medan pada
menengah ke atas. Etnis Tionghoa dikota umumnya tidak bisa berbicara bahasa
Medan termasuk kelompok masyarakat yang Indonesia, sebab dari kecil mereka hidup di
berhasil menguasai industri, pertokoan, lingkungan etnisnya dan bersekolah di
perhotelan, perbankan dan perdagangan lingkungannya juga15. Etnis Tionghoa di
umum serta distribusi. Etnis Tionghoa Medan masih dominan menggunakan bahasa
dianggap kelompok masyarakat lain sebagai Cina (67-77%), baik di rumah maupun di
kelompok yang memiliki banyak uang. Etnis luar rumah dengan sesama etnis Tionghoa.
Tionghoa di kota Medan tidak jarang
dijadikan sasaran pemerasan oleh para Dalam masyarakat etnik Tionghoa dikota
preman setempat tempat mereka tinggal dan Medan, ada peraturan tak tertulis bahwa
membuka usaha13. mereka diharapkan untuk menikah dengan
sesama etnis Tionghoa. Motif sosial etnik
Kelompok masyarakat Tionghoa dikota Tionghoa di kota Medan hanya dominan
Medan cenderung bertempat tinggal di pusat pada motif berprestasi. Jika pun mereka
kota atau pusat perdagangan. Mereka lebih memiliki motif persahabatan itu adalah
senang tinggal di tempat usahanya yang dalam rangka memenuhi motif berprestasi.
cukup ramai dan dekat dengan keluarganya. Motif persahabatan lebih diarahkan pada
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa sesama etnik Cina sendiri. Hal ini terlihat
pemukiman eksklusif kelompok-kelompok melalui interaksi etnis Tionghoa di kota
etnik di kota berfungsi sebagai “kepompong” Medan. Interaksi etnis Tionghoa hanya
atau yang dimanfaatkan oleh mereka sebagai berputar pada teman sesama etnis Tionghoa.
benteng etnik. Orang Tionghoa yang keluar Etnis Tionghoa pergi dan mengelompok di
dari pemukiman Cina (Chinese Qurter) tempat duduk tertentu hanya dengan teman-
tersebut dianggap sebagai pembelotan dari teman sesama etnis Tionghoa, baik di pusat-
jaringan sosial mereka. Dengan demikian pusat belajar maupun di keramaian.
suasana etnik dan ras (ethnic race-spaces) di
perkampungan etnik tersebut menguatkan Politik Identitas Etnis Tionghoa
kecendrungan segresi atau pemisah diri dari
kelompok lain. Sekolah dan pusat-pusat Pemilu 2014 kemarin, partisipasi politik etnis
rekreasi kelompok etnis Tionghoa lebih Tionghoa lebih meningkat lagi berdasarkan
banyak didirikan di tengah perkampungan hasil Pemilu tahun 2004 dan tahun 2009.
Tionghoa di kota Medan. Gejala segretif ini Kini generasi muda etnis Tionghoa begitu
sangat terlihat terutama dalam kawasan- banyak yang bergairah, percaya diri muncul
kawasan pemukiman elit dengan suasana pada setiap event dan berani mengekspos diri
komersial yang pekat dan dengan tingkat ke publik. Pilihan tegas telah dibuat dan
homogenitas yang tinggi14. tindakan yang dilakukan sangat nyata yang
mengimplementasikan eksistensi etnis
Etnis Tionghoa di kota Medan masih Tionghoa di Indonesia. Kini, etnis Tionghoa
dominan menganut agama Budha (sekitar ada pada banyak partai politik dan partai
80%). Sedikit sekali dari mereka yang berlomba-lomba "menjual" ke publik untuk
menganut agama Kristen, Hindu, maupun dapat meraih suara dari masyarakat etnis
Islam. Namun, persoalan agama pada etnis Tionghoa maupun dari etnis lainnya.
Tionghoa di kota Medan perlu diberi catatan Memang kehadiran etnis Tionghoa masih
kritis. Umumnya masyarakat etnis Tionghoa memilih partai politik yang memiliki multi-
di kota Medan (ibukota Sumatera Utara) etnis. Namun, etnis Tionghoa telah masuk ke
mencantumkan agama Budha di KTPnya, dunia politik secara aktif maka etnis
namun pada kenyataannya sebagian besar
15
Ria Manurung dan Lina Sudarwati. 2005.
“Realitas pembauran etnis Cina di kota Medan”.
13
Suwardi Lubis. Op.cit., Jurnal Komunikasi Penelitian. Volume 17 (1). hal
14
Ibid.,hal. 23-28.

77
Jurnal POLITEIA|Vol.8|No.2|Juli 2016 ISSN: 0216-9290
Maghfira Faraidiany Politik Identitas Etnis Tionghoa di Kota Medan

Tionghoa telah memberikan kontribusi gi peningkatan partisipasi politik etnis


kepada negara Indonesia dalam sendi politik. Tionghoa18.

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya etnis Banyaknnya orang Indonesia Tionghoa men-
Tionghoa berpartisipasi dalam politik. Bila jadi anggota legislatif menjadi suatu hal posi-
dilihat dari catatan sejarah, Tionghoa tif untuk keharmonisan Indonesia yang me-
berpolitik bukanlah sesuatu yang baru. rupakan negara multikultur. Beberapa nama
Dalam Sumpah Pemuda konon ada utusan yang dinyatakan lolos sebagai anggota
Tionghoa sebagai peninjau. Ini berarti bahwa DPRD dikabupaten dan kota propinsi Suma-
memang dari dulu etnis Tionghoa telah ikut tra Utara itu adalah Ramli Lie, Brilian Mok-
dalam kegiatan politik Indonesia16. tar dan Sonny Firdaus (Propsu), Lily Tan,
Sebelumnya etnis Tionghoa yang era Orde Janlie, Ahie dan Hasyim (Kota Medan)19.
Baru pernah "tidur panjang" tidak turut serta Keikutsertaan orang Tionghoa pada hajatan
berpolitik, hanya berfokus pada sendi politik di tanah air mulai terbuka lebar sejak
perekonomian tetapi kini kehadirannya zaman reformasi. Diawali dengan Habibie
sangat menggembirakan terlihat dari gairah yang mengeluarkan Inpres No. 26 tahun
para generasi muda etnis Tionghoa dalam 1998 tentang penghentian penggunaan istilah
berpolitik. Memang bila dilihat dari pribumi dan non pribumi. Kebijakan Habibie
perjalanan sejarah etnis Tionghoa telah tersebut kemudian dilanjutkan di era presiden
membuktikan peran serta mereka dalam Gus Dur dan Megawati dengan mengizinkan
perjuangan bangsa Indonesia keluar dari pertunjukan atraksi seni budaya Barongsai
tangan penjajah, lantas pembangunan bangsa serta menetapkan Kong Hu Chu sebagai
Indonesia setelah merdeka dan kini saatnya agama dan imlek sebagai hari libur nasional
pada era reformasi memberikan kontribusi serta pemerintahan Gusdur dan Megawati
langsung dalam bidang politik, sosial dan menunjuk dan mengangkat Kwik Kian Gie
ekonomi serta budaya bangsa. Kehadiranya menjadi salah satu kabinetnya yang berasal
perlu diapresiasi, disambut baik dengan satu dari PDIP. Lain daripada itu, setelah era re-
tujuan dalam keberagaman Indonesia semua formasi partai-partai lainpun mulai terbuka
komponen bangsa ikut membangun terhadap orang Tionghoa seperti PAN, De-
Indonesia pada segala bidang tanpa mokrat dan lain lain20. Hal ini turut menandai
terkecuali bidang politik. membaiknya hubungan antar etnis di Indone-
sia setelah sekian lama hubungan tersebut
Memang pasca runtuhnya kekuasaan orde terganggu. Dengan ikut sertanya warga etnis
baru, iklim demokrasi di Indonesia melaju Tionghoa dalam politik Indonesia menjadi
dengan cepat. Oleh karena itu banyaknya hal menarik sekaligus menjadi salah satu pe-
warga etnis Tionghoa yang tertarik masuk ke nanda membaiknya tatanan demokrasi di ta-
politik merupakan implikasi yang wajar. nah air, dalam arti bukan menafikan berbagai
Hanya saja bukan sekedar kuantitas, namun persoalan yang dihadapi dalam penyelengga-
kualitas yang lebih penting17. Sejak tahun raan hajatan demokrasi tersebut. Disamping
2004, tercatat meskipun sedikit beberapa ca- itu, juga dapat dikemukakan telah membaik-
lon legislatif dari etnis Tionghoa yang berha- nya hubungan antar etnis serta meningkatnya
sil duduk di kursi DPR-DPRD, perkemban- kesadaran politik orang Tionghoa di Tanah
gan kemudian akhir-akhir ini dapat ditemu- Air.
kan partisipasi etnis ini dalam tataran politik
praktis eksekutif daerah. Kemunculan Ahok
yang menjadi wakil Jokowi, terutama dapat
dijadikan suatu kondisi yang mendukung ba- 18
Hasil wawancara Bapak Eric Chandra
(Anggota PSMTI Medan) pada tanggal 12 Mei
2015 di Kantor PSMTI Medan pada pukul 9.30
WIB
16 19
Hasil Wawancara Bapak Irfan H. / Acong Hasil wawancara Bapak Herman (Perindo)
(Anggota INTI) pada tanggal 24 Juni 2015 di pada tanggal 22 Agustus di Kantor Perindo
Kantor INTI Sumut pada pukul 10.00 WIB Sumut pukul 11.00 WIB
17 20
Hasil wawancara Ibu Yenni (Anggota PSMTI Hasil wawancara Bapak Irfan H. / Acong
Medan) pada tanggal 11Juni 2015 di Kompleks (Anggota INTI) pada tanggal 24 Juni 2015 di
Tasbih pada pukul 16.45. Kantor INTI Sumut pada pukul 10.00 WIB

78
Jurnal POLITEIA|Vol.8|No.2|Juli 2016 ISSN: 0216-9290
Maghfira Faraidiany Politik Identitas Etnis Tionghoa di Kota Medan

Medan sebagai salah satu Kota dengan jum- Amplas, Medan Kota, Medan Area, Medan
lah orang Tionghoa yang cukup besar, Pemi- Denai antara lain Hasyim (PDI-P). Dapil II
lu legislatif silam telah menambah wajah plu- terdiri dari Medan Baru, Medan Johor,
ralisme DPRD Kota. Geliat politik dan parti- Medan Polonia, Medan Maimun, Medan
sipasi politik orang Tionghoa Indonesia di Sunggal, Medan Selayang, Medan Tuntunga
Medan ini sekaligus menjadi penanda bahwa antara lain Riana, SH.MH (PDI-P), Yan
keterlibatan orang Tionghoa dalam politik Chondraw Inggih, SH (Demokrat). Dapil III
telah menggairahkan. Dengan munculnya terdiri dari Medan Helvetia, Medan Petisah,
elit-elit Tionghoa di legislatif, setidaknya da- Medan Baru, Medan Barat antara lain Lily
pat mencairkan kebekuan yang tengah terjadi Tan (Gerindra), A Hie (Demokrat). Dapil IV
selama ini. Komunikasi yang terjadi di ting- terdiri dari Kecamatan Medan Perjuangan,
kat legislatif itu, akan dapat menjadi sinyal Medan Tembung dan Medan Timur antara
positif bagi keserasian sosial antar etnik di lain Janlie (Gerindra), Wong Chun Sen (PDI-
Medan. P). Jumlah anggota DPRD Kota Medan dari
tahun ke tahun 2004-2009, 2009-2014, 2014-
Jumlah mereka yang lebih banyak berkompe- 2019 dapat dilihat pada Tabel 1.
tisi memperebutkan kursi DPRD Kota Me-
dan menunjukkan betapa penduduk etnis Tabel 1
Tionghoa memang lebih banyak terkonsen- Jumlah anggota DPRD Kota Medan etnis
trasi di kota Medan. Dari 12,8 juta penduduk Tionghoa pada setiap periode
Sumut, sekitar 1,04 juta orang (8 %) di anta- No Periode Jumlah Keterangan
ranya merupakan etnis Tionghoa. Sementara 1 2004-2009 1
itu, dari sekitar 2,1 juta penduduk kota Hasyim, Lily,
Medan, 400 ribu orang di antaranya 2 2009-2014 2 MB.a
diperkirakan merupakan etnis Tionghoa Hasyim, Wong
(20%). Itu artinya dari 1,04 juta penduduk 3 2014-2019 2 Chun Sen
etnis Tionghoa yang ada di Sumut, 38 % di Sumber : KPU Medan dan Harian Analisa
antaranya bermukim di Kota Medan dan
sekitarnya. Dengan kata lain, etnis Tionghoa bagaimana politik identitas etnis Tionghoa di
sesungguhnya memiliki nilai politis di kota Kota Medan? Pertama, identitas etnis
Medan. Tionghoa di Kota Medan terus berubah.
Perubahan ini seiring dengan perubahan
Pada tingkat DPR RI, terdapat nama Iskandar iklim politik di Kota Medan maupun di
(Partai Nasdem), serta Yenni Meilina Lie dan Indonesia. Identitas menjadi masalah penting
Sofyan Tan (PDI Perjuangan) yang pernah bukan saja bagaimana mereka diperlakukan,
menjadi calon wali kota Medan pada tahun namun juga bagaimana mereka me-
2010. Sedangkan tingkat DPRD Sumut, nempatkan diri. Seperti penuturan ibu Yenny
sedikitnya 12 orang etnis Tionghoa yang mengenai adaptasi yang dilakukan oleh etnis
menjadi caleg yakni Haryanto (PKPI), Sanny Tionghoa:
Joan Salim (PKPI), Sonny Firdaus
“… Etnis ini dituntut untuk selalu beradaptasi
(Gerindra), Ferdinan Godang dan Brilian dengan pemerintahan sesuai zamannya. Jika pada
Moktar (PDI Perjuangan) untuk Dapil Sumut awalnya etnis Tionghoa dibagi menjadi dua yaitu
1. Kemudian, Juli Utara (PDI Perjuangan) totok dan peranakan, maka saat ini dapat dikatakan
dan Tony Chandra (Gerindra) dari Dapil bahwa istilah ini tidak lagi relevan”21.
Sumut 2. Serta Sukiran (PDI Perjuangan) dan
Tjia Susanto Wijaya (PAN) dari Dapil Sumut Dalam membahas identitas etnis Tionghoa
3. Selanjutnya, terdapat nama Ng Kok Pheng adalah bagaimana mengidentifikasi etnis
(PKB) dari Dapil Sumut 4, Ramli (Partai Tionghoa dengan memperjelas istilah-istilah
Demokrat) dari Dapil Sumut 8, dan Yo Emil utama yang selama ini banyak dipergunakan.
Lines (PDI Perjuangan) dari Dapil Sumut 12. Dilanjutkan dengan penyampaian Bapak
Herman :
Adapun jumlah calon legislatif dari etnis
Tionghoa pada setiap daerah pemilihan 21
Hasil wawancara Ibu Yenni (Anggota PSMTI
(dapil) di Kota Medan pada pemilu 2014-
Medan) pada tanggal 11Juni 2015 di Kompleks
2019 adalah: Dapil I yang terdiri dari Medan Tasbih pada pukul 16.45

79
Jurnal POLITEIA|Vol.8|No.2|Juli 2016 ISSN: 0216-9290
Maghfira Faraidiany Politik Identitas Etnis Tionghoa di Kota Medan
“... Totok misalnya cenderung mendukung nasiona- politik. Pemilu 2014 kemarin, partisipasi
lisme China, sementara peranakan, sekalipun tetap politik etnis Tionghoa lebih meningkat lagi
ada yang berorientasi China, pada umumnya men-
dukung nasionalisme Indonesia. persoalan Tiong- berdasarkan hasil Pemilu tahun 2004 dan
hoa bukan hanya persoalan identitas apa adanya, tahun 2009. Kini generasi muda etnis
namun menyangkut ranah yang lebih luas, yaitu po- Tionghoa begitu banyak yang bergairah,
litik, ekonomi, dan hubungan internasional. Persoa- percaya diri muncul pada setiap event dan
lan identitaslah yang kemudian memberi dampak
besar bagi perluasan dimensi Masalah Tionghoa
berani mengekspos diri ke publik. Pilihan
dan karenanya persoalan identitas menjadi sangat tegas telah dibuat dan tindakan yang
penting dan pertama-tama harus dijernihkan”22. dilakukan sangat nyata yang meng-
implementasikan eksistensi etnis Tionghoa di
Kategori-kategori identifikasi etnis Tionghoa Indonesia. etnis Tionghoa telah masuk ke
yang lazim digunakan seperti ras, bahasa, dunia politik secara aktif maka etnis
dan agama tidak relevan dengan kenyataan Tionghoa telah memberikan kontribusi
bahwa banyak orang Tionghoa Indonesia kepada negara Indonesia dalam sendi politik.
yang memiliki latar belakang ras campuran, Sebelumnya etnis Tionghoa yang era Orde
tidak dapat berbahasa China, dan bukan pen- Baru pernah "tidur panjang" tidak turut serta
ganut agama China. Kategori identifikasi diri berpolitik, hanya berfokus pada sendi
misalnya dengan cara mengidentifikasi nama perekonomian tetapi kini kehadirannya
keluarga Tionghoa juga tidak relevan karena sangat menggembirakan terlihat dari gairah
adanya kebijakan resmi negara pada tahun para generasi muda etnis Tionghoa dalam
1966 untuk mewajibkan orang-orang Tiong- berpolitik. Memang bila dilihat dari
hoa mengganti nama menjadi khas Indonesia perjalanan sejarah etnis Tionghoa telah
yang merupakan kebijakan asimilasi23. Men- membuktikan peran serta mereka dalam
gidentifikasi identitas etnis Tionghoa se- perjuangan bangsa Indonesia keluar dari
sungguhnya tidak dapat dilakukan dengan tangan penjajah, lantas pembangunan bangsa
mudah karena terjadinya heterogenitas iden- Indonesia setelah merdeka dan kini saatnya
titas dalam tubuh etnis Tionghoa itu sendiri pada era reformasi memberikan kontribusi
asal-usul daerah, afiliasi agama, pengaruh langsung dalam bidang politik, sosial dan
keluarga, kelas, patriarki, dan pencarian jo- ekonomi serta budaya bangsa. Kehadiranya
doh yang mendasari pola interaksi dan identi- perlu diapresiasi, disambut baik dengan satu
fikasi etnis Tionghoa Indonesia. Seperti tujuan dalam keberagaman Indonesia semua
penuturan ibu Yenny: komponen bangsa ikut membangun
Indonesia pada segala bidang tanpa
“...Etnis Tionghoa di Medan mengidentifikasi terkecuali bidang politik. Seperti penuturan
identitas nasional dan lokalnya adalah dengan ibu Yenny:
melalui bahasa Indonesia dan penggunaan bahasa
cina. Cara lain adalah dengan penggunaan kartu
tanda penduduk. Mereka cenderung membentuk “... Memang pasca runtuhnya kekuasaan orde baru,
jaringan dengan sesama etnisnya. Adanya iklim demokrasi di Indonesia melaju dengan cepat.
penyesuaian identitas etnis Tionghoa dilakukan Oleh karena itu banyaknya warga etnis Tionghoa
unutuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang tertarik masuk ke politik merupakan implikasi
masyarakat setempat seraya tetap mempertahankan yang wajar. Hanya saja bukan sekedar kuantitas,
identitas Tionghoa mereka”24. namun kualitas yang lebih penting”25.

Kedua, adanya peningkatan jumlah Dan dilanjutkan dengan penuturan oleh ba-
masyarakat yang turut aktif dalam kehidupan pak Eric Chandra:

“… Sejak tahun 2004, tercatat meskipun sedikit


22
beberapa calon legislatif dari etnis Tionghoa yang
Hasil wawancara Bapak Herman (Perindo) berhasil duduk di kursi DPR-DPRD, perkembangan
pada tanggal 22 Agustus di Kantor Perindo kemudian akhir-akhir ini dapat ditemukan partisi-
Sumut pukul 11.00 WIB pasi etnis ini dalam tataran politik praktis eksekutif
23
Leo Suryadinata. 2010. Etnis Tionghoa daerah. Kemunculan Ahok yang menjadi wakil Jo-
Indonesia dan Nasionalisme Indonesia Sebuah kowi, terutama dapat dijadikan suatu kondisi yang
Bunga Rampai 1965-2008. Jakarta : PT. Kompas
Media Nusantara, hal. 220
24 25
Hasil wawancara Ibu Yenni (Anggota PSMTI Hasil wawancara Ibu Yenni (Anggota PSMTI
Medan) pada tanggal 11Juni 2015 di Kompleks Medan) pada tanggal 11Juni 2015 di Kompleks
Tasbih pada pukul 16.45 Tasbih pada pukul 16.45

80
Jurnal POLITEIA|Vol.8|No.2|Juli 2016 ISSN: 0216-9290
Maghfira Faraidiany Politik Identitas Etnis Tionghoa di Kota Medan
mendukung bagi peningkatan partisipasi politik et- tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan
nis Tionghoa”26. Etnis pada tahun 2008 adalah salah satu
contoh nyata dari realisasi upaya di atas.
Medan sebagai salah satu Kota dengan jum-
lah orang Tionghoa yang cukup besar, Pemi- Pada sisi lain, usaha untuk memperoleh
lu legislatif silam telah menambah wajah plu- penerimaan sepenuhnya dilakukan pula
ralisme DPRD Kota. Geliat politik dan parti- dengan cara melakukan berbagai kegiatan
sipasi politik orang Tionghoa Indonesia di yang bertujuan untuk menghapuskan
Medan ini sekaligus menjadi penanda bahwa pandangan-pandangan negatif yang tersebar
keterlibatan orang Tionghoa dalam politik pada masa-masa yang lalu. Di antaranya
telah menggairahkan. Dengan munculnya adalah persepsi bahwa kesetiaan orang
elit-elit Tionghoa di legislatif, setidaknya da- Tionghoa terhadap negara Indonesia patut
pat mencairkan kebekuan yang tengah terjadi diragukan. Kegiatan-kegiatan yang berkaitan
selama ini. Komunikasi yang terjadi di ting- dengan ekspresi kebangsaan, seperti yang
kat legislatif itu, akan dapat menjadi sinyal diceritakan pada bagian pembukaan dari
positif bagi keserasian sosial antar etnik di tulisan ini, nampaknya perlu kita pahami
Medan. dalam hubungan dengan upaya untuk
mengubah persepsi tersebut. Aktivitas
Jumlah mereka yang lebih banyak berkompe- dengan tujuan serupa sebenarnya telah
tisi memperebutkan kursi DPRD Kota Me- dilakukan sejal awal dasawarsa yang lalu.
dan menunjukkan betapa penduduk etnis
Tionghoa memang lebih banyak terkonsen- Ketiga etnis Tionghoa dianggap memiliki
trasi di kota Medan. Dari 12,8 juta penduduk kehidupan bermasyarakat yang eksklusif.
Sumut, sekitar 1,04 juta orang (8 %) di anta- Apapun upaya yang dilakukan oleh orang
ranya merupakan etnis Tionghoa. Sementara Tionghoa Indonesia untuk dapat me-
itu, dari sekitar 2,1 juta penduduk kota nyatukan dirinya dengan masyarakat
Medan, 400 ribu orang di antaranya Indonesia, seorang Tionghoa Indonesia
diperkirakan merupakan etnis Tionghoa masih selalu dianggap oleh orang Indonesia
(20%). Itu artinya dari 1,04 juta penduduk sebagai orang Tionghoa. Seseorang tidak
etnis Tionghoa yang ada di Sumut, 38 % di mungkin dapat menerima sebuah definisi
antaranya bermukim di Kota Medan dan tentang ke-Tionghoa-an seseorang yang
sekitarnya. Dengan kata lain, etnis Tionghoa semata-mata bergantung pada penampilan
sesungguhnya memiliki nilai politis di kota fisik. Seperti penuturan ibu Yenny:
Medan.
“ . . . Ada banyak orang Tionghoa yang lahir di
Hal pertama yang diupayakan oleh etnik Indonesia, yang dengan mudah dapat dianggap
Tionghoa sebagai sebuah kelompok demi sebagai orang Indonesia. Begitu pula sebaliknya,
mengubah nasib mereka adalah meng- ada orang Indonesia yang wajahnya mirip dengan
orang Tionghoa yang turut menjadi korban
usahakan agar mereka diterima sepenuhnya kekerasan anti Tionghoa. Sebagai akibat dari
sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Pada perkawinan campur selama beberapa abad ini,
satu sisi, usaha ini diejawantahkan dengan maka penampilan fisik tidak dapat dijadikan
cara menuntut pemerintah untuk meng- tolok ukur dalam menentukan ke-Tionghoa-an
seseorang”27.
hapuskan segala kebijakan dan peraturan
diskriminatif yang ditetapkan oleh rezim
Menurut Coppel, siapa yang dimaksud
yang lalu. Dengan dukungan para tokoh
dengan orang Tionghoa Indonesia adalah
pluralis serta para pegiat pro demokrasi dan
“orang keturunan Tionghoa yang berfungsi
Hak Asasi Manusia, upaya penghapusan
sebagai warga atau berpihak pada
peraturan diskriminatif dapat dikatakan telah
masyarakat Tionghoa, atau yang dianggap
terealisasi, setidaknya sampai tahal-tahap
sebagai orang Tionghoa oleh orang
tertentu. Pengesahan Undang Undang
Indonesia dan mendapatkan perlakuan

26
Hasil wawancara Bapak Eric Chandra
27
(Anggota PSMTI Medan) pada tanggal 12 Mei Hasil wawancara Ibu Yenni (Anggota PSMTI
2015 di Kantor PSMTI Medan pada pukul 9.30 Medan) pada tanggal 11Juni 2015 di Kompleks
WIB. Tasbih pada pukul 16.45

81
Jurnal POLITEIA|Vol.8|No.2|Juli 2016 ISSN: 0216-9290
Maghfira Faraidiany Politik Identitas Etnis Tionghoa di Kota Medan

tertentu sebagai akibatnya”28. Keasingan bukti bahwa identitas etnis masih menjadi
orang Tionghoa Indonesia juga merupakan sesuatu yang sangat berpengaruh didalam
dampak dari tumbuhnya pemakaian bahasa perpolitikan di Kota Medan. Sehingga masih
dan berkembangnya kebudayaan Tionghoa banyak dari masyarakat yang memberikan
yang nampak dari dibukanya sekolah- suaranya didalam pemillu lebih berdasarkan
sekolah Tionghoa, serta diterbitkannya kepada unsur kesamaan etnis, daripada visi-
koran berbahasa Tionghoa di Indonesia. misi yang diusung oleh masing-masing pa-
Ini menunjukkan bahwa orang Tionghoa sangan calon yang ikut dalam Pemilu.
Indonesia pun menjadi semakin sadar
akan ke-Tionghoaan-nya. Faktor-faktor ini Penutup
menyebabkan mereka menjadi semakin
„asing‟ di mata orang-orang Indonesia. Di Politik identitas Etnis Tionghoa di Kota Me-
bidang ekonomi, stereotip orang Tionghoa dan masih menjadi suatu masalah yang kom-
Indonesia adalah sebagai pedagang yang pleks. Terdapat beberapa hal penting yang
kaya. Muncul pula citra bahwa orang menjadikan politik identitas etnis Tionghoa
Tionghoa Indonesia mendominasi ekonomi di Kota Medan bermasalah, yaitu: identitas
Indonesia29. Lebih jelas dilanjutkan oleh etnis Tionghoa di Kota Medan terus berubah,
bapak Herman: adanya peningkatan jumlah masyarakat yang
turut aktif dalam kehidupan politik, dan etnis
“... Sebenarnya menggambarkan bahwa identitas Tionghoa dianggap memiliki kehidupan
Tionghoa bukanlah sebuah identitas tunggal yang bermasyarakat yang eksklusif.
kaku. Identitas Tionghoa juga berkembang sesuai
konteks sejarah dan konstruksi sosial dimana
identitas tumbuh di masyarakat. Identitas Tionghoa Daftar Pustaka
bangkit kembali setelah orde baru tumbang. Masa
reformasi yang mengedepankan demokrasi dan Coppel, Charles. 1994. Tionghoa Indonesia da-
keterbukaan memberi kesempatan pada Etnis lam Krisis. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Tionghoa untuk mengembangkan identitas etnisnya Lubis, M.R. 1995. Pribumi di mata orang Cina.
kembali. Puncaknya adalah ketika Presiden
Abdurahaman Wahid mengakui keberadaan
Medan : Pustaka Widyasarana.
identitas budaya Tionghoa dengan Lubis, Suwardi. 1997. Komunikasi antarbudaya:
memperbolehkan perayaan Imlek dan pengakuan Studi kasus etnik Batak Toba dan etnik
atas Agama Konghucu. Di masa Reformasi nama- Cina. Medan : USU PRESS.
nama Tionghoa kembali digunakan, perayaan Lukmantoro, Triyono. 2008. Kematian Politik
budaya pun semakin berkembang” 30. Ruang. Jakarta : Kompas
Mahfud, Choirul. 2013. Manifesto Politik
Perkembangan yang demikian pesat tersebut, Tionghoa di Indonesia.Yogyakarta: Pustaka
tidak berarti masalah identitas etnis sudah se- Pelajar
lesai. Masih ada benturan-benturan horizon- Manurung, Ria; Sudarwati, Lina. 2005. “Realitas
tal yang melibatkan Etnis Tionghoa. Kondisi pembauran etnis Cina di kota Medan”.
Jurnal Komunikasi Penelitian. Volume 17
demikian menunjukkan bahwa masalah iden-
(1). hal 23-28.
titas etnis di Kota Medan dan juga Indonesia Suryadinata, Leo. 2010. Etnis Tionghoa dan
masih menjadi masalah utama. Penggunaan Nasionalisme Indonesia. Jakarta : Kompas
identitas etnik didalam perjuangan politik Tan, Sofyan. 2004. Jalan Menuju Masyarakat
saat ini masih banyak terjadi dihampir selu- Anti Kekerasan. Medan : KIPPAS.
ruh daerah di Indonesia, termasuk di Kota Wawancara Ibu Yenni (Anggota PSMTI Medan)
Medan yang masyarakatnya berasal dari ber- pada tanggal 11Juni 2015 di Medan pukul
bagai macam etnis. Hal ini dapat mempenga- 16.45
ruhi etnis lain untuk turut bersikap primor- Wawancara Bapak Herman (Perindo) pada
dialisme Hal ini dapat menjadi salah satu tanggal 22 Agustus di Medan pukul11.00
WIB
Wawancara Bapak Eric Chandra (Anggota
28 PSMTI Medan) pada tanggal 12 Mei 2015
Charles Coppel. 1994. Tionghoa Indonesia da-
di Medan
lam Krisis. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hal.
Wawancara Bapak Irfan H. / Acong (Anggota
23
29 INTI) pada tanggal 24 Juni 2015 di Kantor
Leo Suryadinata, Op.cit, hal.143
30 INTI Sumut pada pukul 10.00 WIB
Hasil wawancara Bapak Herman (Perindo)
pada tanggal 22 Agustus di Kantor Perindo
Sumut pukul 11.00 WIB

82

Anda mungkin juga menyukai