Pengolahan sampah hotel (hotel waste management) bertujuan mencegah masuknya kuman atau
bakteri dari sampah ke makanan. Secara umum, metode pelaksanaannya dilakukan melalui empat
tahapan pokok berikut.
Kendaraan pengangkut sampah tentu memenuhi syarat-syarat standar agar efisiensi kerja terjaga
dan meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja. Berikut adalah beberapa syarat yang dimiliki
kendaraan pengangkut sampah.
- Menggunakan rute pengangkutan yang sependek mungkin dan dengan hambatan yang sekecil
mungkin.
-Dapat memanfaatkan waktu kerja semaksimal mungkin dengan meningkatkan jumlah beban kerja
semaksimal mungkin dengan meningkatkan jumlah beban kerja/pengangkutan.
d) Tempat pembuangan sampah akhir sebaiknya terletak ditempat yang tidak terlalu jauh agar lebih
ekonomis, efisien, dan memenuhi syarat-syarat sanitasi. Jarak pembuangan sampah yang disarankan
agar mememnuhi syarat-syarat sanitasi adalah sebagai berikut.
a) Minimal 100 m dari sumber air yang tidak digunakan minimal untuk air minum.
a) Sistem pembuangan di air (dumping in water), yaitu sistem yang menerapkan pembuangan
limbah sampah ke aliran air, seperti selokan, sungai, bahkan laut. Sistem ini sangat dilarang
karena dapat mencemari lingkungan, memicu bencana banjir, dan meningkatkan risiko
berkembangnya penyakit.
b) Sistem lubang dalam tanah (open dumping), yaitu sistem yang menerapkan pembuangan
sampah dengan membuat lubang/cekungan ditanah dan menumpuk sampah ke dalam
lubang tersebut. Sistem ini masih diperkenankan, tetapi dengan beberapa syarat, yaitu
sebagai berikut.
- Sampah yang ditumpuk didalam lubang harus dibakar paling tidak dua hari sekali
- Sampah yang ditumpuk harus ditimbun dengan tanah setiap harinya
- Perhatikan pembuatan lubang perencanaan untuk menanam pepohonan yang
menghasilkan.
c) Sistem untuk makanan babi (hog feeding), yaitu sistem pengelolaan sampah untuk dijadikan
makanan ternak, khususnya ternak babi. Sistem ini sangat baik untuk diterapkan karena
selain dapat mengurangi volume sampah, sistem ini juga bermanfaat dalam menambah
pasokan pakan ternak. Dalam sistem ini, sampah harus direbus terlebih dahulu untuk
meminimalkan, atau bahkan mematikan bakteri dan hewan parasit didalam sampah
sebelum akhirnya digunakan sebagai pakan ternak.
d) Sistem reduksi (reduction method), yaitu sistem pembuangan sampah yang dilakukan
dengan memperkecil volume sampah sehingga memudahkan cara pembuangannya. Dalam
sistem ini, biasanya sampah akan direduksi dengan cara dipres.
e) Sistem pupuk (composting), yakni sistem pembuangan sampah dengan mengolah sampah
yang dibuang menjadi pupuk tanaman. Tidak semua sampah dapat dijadikan pupuk
tanaman. Tidak semua sampah dijadikan pupuk. Dari berbagai jenis sampah, hanya sampah
organik yang dapat dijadikan pupuk, yakni pupuk kompos. Sistem pembuangan ini sangat
baik untuk diterapkan didaerah perdesaan.
f) Sistem dipotong (grinding system). Dalam sistem ini, sampah akan dipotong-potong dan
dihancurkan hingga berbentuk bubur, kemudian dibuang ke saluran induk pembuangan air
kotor.
g) Sistem dibakar (incineration). Pada sistem ini, sampah akan dibakar dalam mesin pembakar
sampah (incinerator). Sistem ini tidak disarankan karena berisiko menimbulkan pencemaran
udara dan kebakaran apabila tidak dilakukan dengan hati-hati.
h) Sistem pengisian tanah rendah secara saniter (sanitary landfill). Sistem ini merupakan sistem
pembuangan sampah yang paling banyak digunakan. Pada sistem ini, sampah yang dibuang
pada satu hari tertentu akan ditimbun dengan lapisan tanah setebal 30 cm setara berselang-
seling dan berulang.
2. Pengolahan Limbah
Secara umum, limbah adalah bahan atau sisa buangan hasil proses produksi, baik skala
rumah tangga maupun industri yang kehadirannya tidak di kehendaki karena tidak memiliki
nilai ekonomis. Bagi restoran, sisa makaanan merupakan limbah yang tidak mungkin
dihindari . Limbah sampah restoran umumnya berasal dari dapur, misalnya sisa sayuran yang
tidak termasak, minyak bekas menggoreng, atau sisa-sisa makanan yang tidak habis disantap
tamu.
Jika dibuang ke lingkungan, limbah tersebut dapat menimbulkan dampak negatif jika
mencapai jumlah atau konsentrasi tertentu. Berbagai penyakit yang mengganggu kesehatan
dapat ditimbulkan karena adanya pengelolaan sampah yang tidak benar. Dampak limbah
terhadap kesehatan manusia, yaitu dapat menimbulkan dapat menimbulkan penyakiit
ringan, seperti gangguan pencernaan (diare), tifus, keracunan, jamur pada kulit, sesak napas,
hingga penyakit yang mematikan seperti keracunan akut dan gangguan saraf. Selain memiliki
dampak negatif bagi kesehatan manusia, limbah juga berdampak negatif bagi lingkungan.
Dampak negatif limbah bagi lingkungan adalah sebagai berikut.
a. Adanya kerusakan lingkungan sehingga menurunkan nilai estetika lingkungan karena
menjadi tidak enak dipandang.
b. Membahayakan ekosistem, baik flora dan fauna. Limbah cair dapat menyebabkan pence
aran air disungai sehingga menyebabkan organisme seperti ikan mati keracunan.
c. Pencemaran udara dapat menyebabkan bau yang tidak sedap karena pembusukan
sampah organik. Selain itu, asap yang ditimbulkan juga dapat menyebabkan pencemaran
udara dan berbahaya jika dihirup manusia karena penyakit karsinogenik(beracun)
Berdasarkan jenis senyawa, limbah yang dihasilkan restoran dibedakan menjadi empat, yakni
limbah organik cepat busuk, limbah anorganik, limbah cair, dan limbah minyak.
A. Limbah organik cepat busuk, yaitu limbah padat semi basah yang mudah busuk atau terurai
oleh mikroorganisme. Limbah organik cepat busuk biasanya berupa sisa makanan, sisa
sayuran dan sisa buah-buahan. Limbah organik cepat busuk berbahaya karena menjadi
sumber penyakit. Penyakit ini dibawa oleh mikroorganisme yang berkembang biak pada
limbah tersebut. Selain itu, limbah organik cepat busuk juga menghasilkan gas metana (CH4)
yang berdampak buruk pada pemanasan global. Meskipun demikian, limbah organik cepat
busuk tetap dapat dimanfaatkan. Limbah organik cepat busuk dapat diolah menjadi pupuk
kompos dan pakan ternak. Selain itu gas metana dari limbah organik cepat busuk juga dapat
Dijadikan sumber bahan bakar.
B. Limbah anorganik, yakni limbah yang berasal dari makhluk tidak hidup yang sifatnya tidak
mudah busuk, seperti kertas, plastik ,kaleng dan gabus sintesis (styrofoam). Limbah
anorganik memiliki unsur karbon yang membentuk rantai yang kompleks
Dan panjang sehingga sulit terurai oleh mikroorganisme. Akibatnya, limbah anorganik sulit
hancur dan memerlukan waktu yang sangat lama untuk terurai. Bahkan, limbah anorganik
berupa gabus sintesis tidak dapat hancur sama sekali. Oleh karena itu, pengolahan limbah
anorganik yang paling tepat adalah dengan mengurangin penggunan kemasan plastik dan
menerapkan proses daur-ulang 9recycle) penggunaannya.
C. Limbah cair, yaitu limbah cair buangan dari hasil cucian(air detergen). Limbah sisa detergen
yang dibuang ke aliran sungai akan membuat air sungai tercemar, berwarna cokelat, dan
mengeluarkan bau yang tidak sedap. Akibat lain dari pembuangan sisa detergen ke aliran
sungai adalah meningkatnya jumlah fitoplankton dan mikroorganisme. Warnanya cokelat
dan mengeluarkan bau busuk. Sisa detergen juga membuat Fitoplankton dan
mikroorganisme tumbuh subur di air. Banyaknya kedua makhluk tersebut membuat
kandungan oksigen didalam air sungai berkurang. Pada akhirnya, makhluk air seperti ikan
tidak akan bisa bertahan hidup.
Untuk penanganannya diperlukan pengolahan khusus yang dapat menetralisasi kandungan
detergen dan juga menangkap lemak, atau dengan cara yang paling sederhana yakni dengan
menanami selokan dengan tanaman air yang bisa menyerap zat pencemar. Tanaman yang
bisa digunakan, antara lain jaringao, pontederia cordata (bunga unggu), lidi air, futoy ruas,
Thypa Angustifolia (bunga cokelat), melati air dan lili air. Cara ini sangat mudah, tetapi
hanya bisa menyerap sedikit zat pencemar dan tidak bisa menyaring lemak dan sampah hasil
dapur yang ikut terbuang ke selokan.
D. Limbah minyak merupakan cairan yang tidak larut dalam air, seperti minyak jelantah sisa
penggorengan. Jika limbah ini dibuang ke saluran drainase, yang berujung disaluran air
terdekat, sungai dan laut, akan menyebabkan degradasi di dalam air sehingga kandungan O2
dalam air akan berkurang. Zat-zat polutan yang terkandung didalam limbah juga bisa
menjadi sumber penyakit, seperti kolera,disentri, dan lain-lain. Penanganan yang paling
umum dilakukan dengan membuat instalasi pengolahan air buangan yang terencana atau
biasa disebut Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL) agar tidak merusak lingkungan.
Selain itu, rencana pengolahan limbah merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku
industri pariwisata. Berikut adalah contoh pengolahan limbah.
A. Pengurangan limbah
Limbah industri dapat dikurangi dengan cara mengurangi jumlah limbah. Salah satu
contoh adalah mengurangi sampah botol plastik dengan penggunaan botol air minum
atau mengurangi sampah kantong plastik penggunaan tas belanja.
B. Daur ulang
Daur ulang adalah proses penggunaan dari barang limbah anorganik menjadi barang lain
yang dapat digunakan kembali seperti botol plastik, kaleng, pecahan kaca, dan lain-lain
yang diubah menjadi kerajinan tangan. Daur ulang akan menghasilkan barang baru yang
berguna untuk kehidupan manusia. Selain limbah anorganik, daur ulang juga dapat
diterapkan pada limbah organik, seperti penggunaan sisa-sisa makanan yang
menghasilkan pupuk kompos yang bermanfaat untuk tanaman.
1) Proses aerob
Bahan organik akan diuraikan oleh bakteri aerob dan faluktatif menjadi energi,
bakteri baru, dan bahan buangan akhir seperti CO2, NO3, SO4 dan senyawa organik
stabil.
2) Secara anaerob
Bahan organik akan diuraikan oleh bakteri anaerob menjadi CO2, CH4 dan amonia.
Proses pengolahan limbah cair secara biologi adalah seluruh air limbah dialirkan
masuk ke bak pengendap awal, dengan tujuan mengendapkan pertikel lumpur, pasir
dan kotoran organik yang telah tersuspensi. Selain itu berfungsi untuk
mengendalikan aliran air dan mengurai senyawa organik yang berbentuk padat. Air
limpasan dari bak pengendap awal kemudian di alirkan ke bak kontaktor anaerob
(aliran dari bawah ke atas). Bak tersebut di isi dengan media dari bahan plastik.
Penguraian zat-zat organik yang ada dalam limbah cair dilakukan oleh bakteri
anaerobik atau fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari, akan tumbuh lapisan
mikroorganisme pada permukaan media filter. Mikroorganisme ini menguraikan zat
organik yang belum terurai pada bak pengendap secara anaerob. Air limpasan dari
bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak kontaktor anaerob. Bak ini terdiri atas tangki
aerasi dan biofilter aerob. Bak ini berfungsi menguraikan zat organik yang ada
didalam air limbah. Selanjutnya air dialirkan ke bak pengendap akhir. Lumpur aktif di
endapkan dalam bak ini sedangkan air limpasan dialirkan ke bak khlorinasi. Bak ini
berfungsi untuk membunuh mikroorganisme patogen. Selanjutnya, air langsung di
buang ke sungai atau saluran umum.