Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PENYEHATAN TANAH DAN PENGELOLAAN SAMPAH

Dosen Pengampu :

Darjati, SKM, M.Kes

Disusun Oleh :

Maulida Fauziatur Rahmah

P27833320055 / D4-3B

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


Cara Penanggulangan Pencemaran Tanah

Tanah adalah bagian penting dalam menunjang kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Kita
ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan. Manusia, hewan hidup dari tumbuhan. sebagian besar
makanan kita berasal dari permukaan tanah, walaupun memang ada tumbuhan dan hewan yang hidup
di laut. Sudah sepatutnya kita menjaga kelestarian tanah sehingga bisa mendukung kehidupan di muka
bumi ini. Sebagaimana pencemaran air dan udara, pencemaran tanah pun merupakan akibat kegiatan
manusia.

Pencegahan dan penanggulangan merupakan dua tindakan yang tidak dapat dipisah-pisahkan
dalam arti biasanya kedua tindakan ini dilakukan untuk saling menunjang, apabila tindakan pencegahan
sudah tidak dapat dilakukan, maka dilakukan langkah tindakan. Namun demikian pada dasarnya kita
semua sependapat bahwa tindakan pencegahan lebih baik dan lebih diutamakan dilakukan sebelum
pencemaran terjadi, apabila pencemaran sudah terjadi baik secara alami maupun akibat aktivisas
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baru kita lakukan tindakan penanggulangan. Tindakan
pencegahan dan tindakan penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran dapat dilakukan dengan
berbagai cara sesuai dengan macam bahan pencemar yang perlu ditanggulangi. Langkah-langkah
pencegahan dan penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran antara lain dapat dilakukan sebagai
berikut:

1. Remidiasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar . remediasi
ini juga dibagai menjadi dua macam, yaitu in-situ (on-site) dan ex-situ (off-site). Pembersihan on-
site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dab lebih mudah.
Pembersihan off-site yaitu meliputi penggalian tanah yang tercemar kemudian dibawa ke
daerah yang aman. Setelah daerah tersebut aman, tanah dibersihkan dari zat tercemar. Caranya
yaitu, tanah tersebut disimpan di tanki atau container yang kedap, kemudian zat pembersih
dipompakan ke tanki atau container tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dan
diolah dengan instalasi pengolah air limbah, pembersih off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
2. Bioremidasi
Bioremidasi adalah pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme
(jamur dan bakteri). Bioremidasi bertujuan untuk mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang
kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
TPS

Istilah sampah sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Jika mendengar istilah sampah, pasti yang
terlintas di pikiran kita adalah setumpuk limbah yang yang menimbulkan aroma bau busuk yang sangat
menyegat. Sampah adalah hasil buangan dari suatu proses produksi baik industry maupun domestic
(rumah tangga). Definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak
digunakan, tidak dipakai, tidak disukai, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari proses kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).

Memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat
pembuangan akhir (SK SNI T-13-1990-F). Operasi pemindahan dan pengangkutan diperlukan apabila
jarak angkut ke TPA. Pengangkutan langsung dinilai tidak enkonomis, bila tempat pemrosesan berada di
tempat yang jauh dan tidak dapat dijangkang secara langsung. Tempat pembuangan sampah sementara
biasa kita jumpai di kota-kota, baik kota kecil maupun kota besar. TPS sulit kita temui atau bahkan
mungkin tidak ada di daerah pedesaan. TPS umumnya terletak di lokasi yang jauh dari pemukiman
sehingga tidak akan mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar. Salah satu tujuan dibuatnya TPS yaitu
untuk menghindari kebiasaan membuang sampah sembarangan yang dapat mengganggu keindahan dan
kesehatan lingkungan serta etika sosial.

Tempat Pembuangan Sementara (TPS) memiliki persyaratan yang ramah lingkungan, seperti
bentuk fisiknya tertutup dan terawat, dapat berupa pool gerobak atau pool container, sampah tidak
berserakan dan bertumpuk diluar TPS. Perlu di perhatikan dan dilakukan dalam menjamin terkontrolnya
kebersihan lingkungan di Sekitar TPS, yaitu adanya peran masyarakat yang tinggi, ditempatkan pada
lokasi yang mudah bagi sarana pengumpul dan pengangkutan serta tidak memngganggu pemakai jalan
atau sarana umum lainnya masuk dan keluar, sehingga waktu kedatangan ala pengangkut dapat di
sesuaikan, waktu pengangkutan satu hari, dua hari, atau maksimal tiga hari sekali, yang terpenting yaitu
sampah terangkut semua pada proses pengangkutan. Berikut tahapan penyimpanan sampah di TPS :

a) Waktu tinggal sampah domestic dalam TPS tidak boleh lebi dari 2 x 24 jam.
b) Limbah padat domestic yang telah ditempatkan di TPS dipastikan tetap terbungkus kantong plastic
warna hitam dan dilarang melakukan pembongkaran isinya.
c) Penanganan akhir limbah rumah tangga dapat dilakukan dengan pengangkutan keluar
menggunakan truk sampah atau alat pengangkut lainnya.

Setiap hari manusia menghasilkan sampah baik yang merupakan sampah rumah tangga
maupun sampah industri yang bermacam-macam bentuk dan jenisnya. Sampah jika tidak diurus dan
dikelola dengan baik dapat menyebabkan masalah lingkungan yang sangat merugikan. Sampah yang
menumpuk dan membusuk dapat menjadi sarang kuman dan binatang yang dapat mengganggu
kesehatan manusia baik badan maupun jiwa, serta mengganggu estetika lingkungan karena
terkontaminasi pemandangan tumpukan sampah dan bau busuk yang menyengat hidung. Berikut ini
adalah hal-hal yang wajib diperhatikan dalam mengelola tempat sampah/ tempat pembuangan sampah
yaitu:

a) Adanya pemisahkan sampah kering/ non organik dengan sampah basah/ organik.
b) Jauh dari pemukiman warga.
c) Ukurannya tidak terlalu kecil, serta diberi batas (tembok).
d) Pengambilan sampah teratur.
Pengangkutan Sampah

Menurut Damanhuri (2010), Pengangkutan sampah adalah sub-sistem yang bersasaran


membawa sampah dari lokasi pemindahanatau dari sumber sampah secara langsung menuju tempat
pemrosesan akhir, atau TPA. Pengangkutansampah merupakansalah satu komponen penting dan
membutuhkan perhitungan yangcukup teliti,dengan sasaran mengoptimalkan waktu angkut yang
diperlukan dalam sistem tersebut, khususnya bila:

a) Terdapat sarana pemindahan sampah dalam skala cukup besar yang harus menangani sampah.
b) Lokasi titik tujuan sampah relatif jauh.
c) Sarana pemindahan merupakan titik pertemuan masuknya sampah dari berbagai area.
d) Ritasi perlu diperhitungkan secara teliti.
e) Masalah lalu lintas jalur menuju titik sasaran tujuan sampah.

Adapun syarat alat pengangkut sampah adalah antara lain adalah :

a) Alat pengangkut sampah harus dilengkapi dengan penutup sampah, minimal dengan jarring.
b) Tinggi bak maksimum 1,6 m.
c) Sebaiknya ada alat ungkit Kapasitas disesuaikan dengan kondisi/ kelas jalan yang akan dilalui bak
truk/ dasar kontainer sebaiknya dilengkapi pengaman air sampah.

Menurut Damanhuri (2010), sistem pengangkutan sampah diklarifikasikan menurut cara


operasi ke dalam dua kategori :

1. Hauled Container System HCS


Sistem pengumpulan dimana container untuk menyimpan sampah diangkut (hauled) ke tempat
pembuangan, dikosongkan, dan dikembalikan ke lokasi mereka semula atau beberapa lokasi lain.
HCS cocok untuk pemindahan sampah dari sumber dengan tongkat penimbunan sampah HCS
mempunyai keuntungan hanya membutuhkan satu truck dan pengemudi untuk menyelesaikan
siklus pengumpul, masing-masing kontainer yang diambil (pick-up) membutuhkan sebuah trip
keliling ke lokasi pembuangan (atau titik tujuan yang lain). Untuk itu, ukuran dan pemanfaatan
(utilization) kontainer adalah besar kepentingan ekonominya. Bila sampah dapat dimampatkan
(compress) dikumpulkan dan diangkut (hauled) di atas jarak yang dipertimbangkan, keuntungan
ekonomi dari pemadatan adalah jelas.Untuk pengumpulan sampah dengan sistem kontainer angkat
(Hauled Container Sistem = HCS), pola pengangkutan yang digunakan ada tiga cara yaitu :
a) Sistem pengosongan kontainer cara 1
Proses pengangkutan:
 Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut sampah ke TPA.
 Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula.
 Menuju kontainer isi berikutnya untuk diangkut ke TPA
 Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula.
 Demikian seterusnya sampai rit akhir.
b) Sistem pengosongan kontainer cara 2
Proses pengangkutan:
 Kendaraan dari poll menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut sampah ke TPA.
 Dari TPA kendaraan tersebut dengan kontainer kosong menuju lokasi kedua untuk
menurunkan kontainer kosong dan membawa kontainer isi untuk diangkut ke TPA.
 Demikian seterusnya sampai rit terakhir.
 Pada rit terakhir dengan kontainer kosong dari TPA menuju lokasi kontainer pertama,
kemudian kendaraan tanpa kontainer menuju pool.
c) Sistem pengosongan kontainer cara 3
Proses pengangkutan:
 Kendaraan dari poll dengan membawa kontainer kosong menuju lokasi kontainer isi
untuk mengganti atau mengambil dan langsung membawanya ke TPA.
 Kendaraan dengan membawa kontainer kosong dari TPA menuju kontainer isi
berikutnya.
 Demikian seterusnya sampai rit terakhir.
2. Stationar Container System
Sistem pengumpulan sampah yang wadah pengumpulannya tidak dibawa berpindah-
pindah (tetap). Wadah pengumpulan ini dapat berupa wadah yang dapat diangkat atau yang
tidak dapat diangkat. SCS merupakan sistem wadah tinggal ditujukan untuk melayani daerah
pemukiman. Kontainer tetap biasanya untuk kontainer kecil serta alat angkut berupa truk
compactor. Keterangan sistem adalah:
a) Kendaraan dari pool menuju kontainer pertama, sampah dituangkan kedalam truk
kompaktor dan meletakkan kembali kontainer yang kosong.
b) Kendaraan menuju kontainer berikutnya sampai truk penuh untuk kemudian menuju TPA.
c) Demikian seterusnya sampai rit terakhir

Kendaraan pengangkutan sampah adalah kendaraan pengumpul sampah dan mengangkut


sampah dari tempat pengumpulan sampah menuju ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Di berbagai
negara kendaraan pengangkut sampah mempunyai standar bentuk konstruksi, ukuran, dan cara kerja
yang berbeda. Oleh karena itu, berdasarkan penggeraknya, kendaraan pengangkut sampah dapat
digolongkan menjadi dua. Yaitu kendaraan konvesional atau kendaraan tradisional yang digerakkan
dengan tenaga manusia atau hewan, seperti gerobak sampah dan becak sampah. Sadangkan yang kedua
adalah kendaraan modern atau kendaraan yang digerakkan dengan motor atau mesin seperti arm-roll
truck. Berikut adalah penjelasan lebih lengkap dari masing- masing jenis kendaraan pengangkut sampah.
1. Gerobak
Gerobak adalah alat pengangkut sampah yang menggunakan tenaga manusia untuk
menariknya. Terdapat berbagai macam bentuk dan volume gerobak pengangkut sampah. Volume
gerobak 0,8 m 3 sampai dengan 1,5 m 3 . Umumnya gerobak terbuat dari bahan plat besi, namun
ada juga yang terbuat dari kayu dan papan. Gerobak dioperasikan sampai dengan 200 kepala
keluarga (KK). Jumlah rit gerobak bervariasi antara 1-4 rit/hari, tergantung jarak perjalanan
pengumpulan sampah.
2. Mobil Angkutan Bak Terbuka (Pick Up)
Mobil pick up adalah sejenis kendaraan bak terbuka yang digunakan untuk mengumpulkan dan
mengangkut sampah. Kendaraan jenis ini tidak dilengkapi dengan peralatan hidrolik sehingga proses
pembongkaran sampah di TPA berlangsung secara manual. Konstruksi bak kendaraan jenis ini
biasanya terbuat dari plat besi dengan volume pengangkutanya antara 1,5 sampai 2 m 3 . Banyak
keunggulan yang dimiliki oleh mobil pick up, mobil jenis ini mampu melewati jalan-jalan sempit dan
biaya operasinya lebih rendah dibandingkan dengan dump truck. Maka dari itu banyak pengelola
sampah swasta yang menggunakan mobil pick up untuk mengumpulkan dan mengangkut sampah.
3. Truk Datar
Truk datar adalah truk pengangkut sampah tanpa dilengkapi peralatan hidrolik, Sehingga
proses pembongkaran sampah di TPA berlangsung secara manual. Truk datar hampir mirip dengan
pick up, bedanya konstruksi bak truk datar biasanya terbuat dari kayu yang mudah diperbaiki dan
murah, dapat mengangkut sampah 8-10 m 3 . Bagian atas terbuka dan selama pengangkutan
ditutup dengan jaring plastik agar sampah tidak berjatuhan.
4. Truk Hidrolik (Dump Truck)
Dump truck adalah truk dengan bak terbuat dari plat besi/baja yang bisa ditumpahkan dengan
alat hidrolik. Dapat mengangkut sampah sampai dengan 8 m3 . Pemuatan sampah di tempat
pembuangan sementara lebih lama dibandingkan dengan arm-roll truck, karna dikerjakan dengan
manual, tetapi pembongkaran di tempat pembuangan akhir lebih cepat dibandingkan dengan truk
datar. Dump truck jauh lebih murah dibandingkan dengan arm roll truck, tetapi lebih mahal
dibandingkan dengan truk datar. Jumlah rit yang dapat ditempuh dump truck dihitung berdasarkan
jarak menuju TPA. Untuk jarak dibawah 20 km jumlah rit maksimal sebanyak 4 kali, dan 2-3 rit untuk
jarak antara 30-40 km. Namun perhitungan ini juga tergantung dengan waktu memuat sampah.
5. Truk Lengan Tarik Hidrolik (Arm-Roll Truck)
Arm roll truck adalah truk chasis yang dilengkapi dengan lengan tarik hidrolik untuk
mengangkat kontainer. Kontainer yang dibawa oleh arm roll truck dibedakan menjadi 2 jenis
berdasarkan volumenya, yaitu kontainer bervolume 6 m3 dan kontainer 8 m3 . Arm roll truck relatif
efektif dan efisien untuk mengangkut kontainer sampah karena waktu memuat dan membongkar
sampah lebih singkat dibandingkan dengan alat pengangkut sampah yang lainnya sehingga
harganya pun jauh lebih mahal. Jumlah rit arm roll truck dihitung sebanyak 6 kali sehari untuk jarak
dibawah 20 km, dan 3-4 rit untuk jarak 30-40 km.
Tempat Pembuangan Akhir Yang Baik

Pada tahap ini apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai masalah, baik
pada lingkungan maupun kesehatan. Pembuangan akhir sampah di atas permukaan tanah, apabila tidak
dilakukan dengan perencanaan yang baik serta pengawasan pada lokasi landfill akan menimbulkan
permasalahan pada daerah sekitarnya. Menurut Soemirat (2007), beberapa pertimbangan yang harus
diperhatikan dalam pengelolaan sampah antara lain :

1. Mampu mencegah terjadinya penyakit.


2. Konservasi sumber daya alam.
3. Mencegah gangguan estetika.
4. Memberi insentif untuk daur ulang atau pemanfaatan kembali.
5. Bahwa kuantitas dan kualitas sampah akan meningkat.

Terdapat beberapa metoda penimbunan sampah pada tempat pembuangan akhir sapah (TPA),
antara lain Metoda Open Dumping, Metoda Control Landfill, Metoda Sanitary Landfill, Metoda
Improved Sanitary landfill, Metoda Semi Aerobic Landfill.

1. Open Dumping
Metode ini dilakukan dengan cara membuang sampah cekungan tanpa mengunakan tanah
sebagai penutup sampah. Metode ini ,berpotensi besar mencemari lingkungan, baik pencemaran air
tanah oleh Leachate, lalat, bau, juga binatang seperti tikus, kecoa, nyamuk dan lainnya.
2. Control Landfill
Merupakan metode dalam hal mana sampah ditimbun pada suatu lokasi dengan sebelumnya
dibuat barisan dan lapisan (SEL). Kemudian timbunan sampah tersebut diratakan dipadatakan oleh
alat berat, dan setelah rata dan padat timbunan sampah lalu ditutup dengan tanah, pada control
landfill timbunan sampah tidak ditutup setiap hari, biasanya lima hari sekali atau seminggu sekali.
Secara umum control landfill akan lebih baik bila dibandingkan dengan open dumping dan sudah
mulai dipakai diberbagai kota di Indonesia.
3. Sanitary Landfill
Merupakan sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah ditimbun
pada lokasi TPA yang sudah disiapkan sebelumnya. Kemudian dilakukan penimbunan dan
pemadatan menggunakan alat berat. Selanjutnya dilakukan proses penutupan dengan tanah dan
dilakukan setiap hari pada setiap akhir kegiatan.
4. Improved Sanitary Landfill
Improved Sanitary landfill merupakan pengembangan dari sistem sanitary landfill, dilengkapi
dengan instalasi perpipaan sebagai sarana pengelolaan leachate, sehingga licit tidak mencemari
lingkungan. Selain itu pada sistem ini juga terdapat fasilitas pengelolaan sas yang dihasilkan oleh
proses dekomposisi sampah di landfill
5. Semi Aerobic Sanitary Landfill
Sistem ini merupakan pengembangan dari teknik improved sanitary landfill, dengan dilakukan
usaha untuk mempercepat proses penguraian sampah oleh bakteri. Proses dekomposisi sampah ini
antara lain dilakukan dengan cara memompakan oksigen kedalam timbunan sampah. Walaupun
teknologi ini sangat mahal, namun dinilai sebagai teknis paling aman terhadap lingkungan.

Terdapat beberapa syarat yang harus terpenuhi pada tempat pembuangan sampah. Menurut
Azwar (1979) beberapa syarat tersebut antara lain :

1. Tidak dekat dengan sumber air minum atau sumber lain yang dipergunakan manusia (mandi,
mencuci dan sebagainya).
2. Tidak pada tempat yang sering terkena banjir.
3. Di tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia, jarak yang dipakai sebagai pedoman adalah
sekitar 2 km dari perumahan penduduk atau sekitar 15 km dari laut.

Sementara menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-3241-1994, terdapat beberapa kriteria
pemilihan lokasi layak dibangunnya sebuah TPA. Beberapa kriteria aspek pemilhan lokasi TPA sampah
tersebut antara lain ;

1. Kelayakan regional
Kriteria yang digunakan untuk menentukan zone layak atau zone tidak layak dengan ketentuan
menyangkut Kondisi geologi, Kemiringan lereng; Jarak terhadap badan air; Jarak terhadap terhadap
lapangan terbang; Kawasan lindung atau cagar alam; Kawasan budidaya pertanian dan atau
perkebunan; serta Batas administrasi
2. Kelayakan penyisih
Kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik dari hasil kelayakan regional dengan
ketentuan antara lain ; Luas lahan; Ketersediaan zone penyangga kebisingan dan bau; Permeabilitas
tanah; Kedalaman muka air tanah; Intensitas hujan; Bahaya banjir; dan Jalur dan lama
pengangkutan sampah.
3. Kelayakan rekomendasi
Kriteria yang digunakan oleh pengambil keputusan atau lembaga yangberwenang untuk
menyetujui dan menetapkan lokasi terpilih sesuai dengan kebijakan lembaga berwenang setempat
dan dengan ketentuan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber : Adelia, Rey Restu dkk. 2014. Pencemaran Tanah. Makalah


(https://www.slideshare.net/WarnetRaha/makalah-pencemaran-tanah-43375730)

Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta.

Janah, Miftakhul dkk. 2014 Dampak TPS yang Kurang Terorganisir Dengan Baik terhadap Lingkungan
Sekitar.Makalah
(https://www.google.com/search?q=pengertian+tps+sampah+menurut+ahli&sxsrf=ALeKk03rsT
dl7Vk-yugRhiEAfsqgrcPMug:1626856588093&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwi-
kqKI4fPxAhVDqksFHViLALcQ_AUoAnoECAEQBA&biw=1366&bih=657#imgrc=nfdqB1xOIhOIrM).

Damanhuri, Enri dan Padmi, Tri (2010) Pengelolaan Sampah Edisi Semester I – 2010/2011. Bandung:
Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi
Bandung.

Azwar,A. 1979. Pengantar Ilmu Kesehatan lingkungan.

Soemirat,J. 2007. Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai