Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
P27833320055 / D4-3B
Tanah adalah bagian penting dalam menunjang kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Kita
ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan. Manusia, hewan hidup dari tumbuhan. sebagian besar
makanan kita berasal dari permukaan tanah, walaupun memang ada tumbuhan dan hewan yang hidup
di laut. Sudah sepatutnya kita menjaga kelestarian tanah sehingga bisa mendukung kehidupan di muka
bumi ini. Sebagaimana pencemaran air dan udara, pencemaran tanah pun merupakan akibat kegiatan
manusia.
Pencegahan dan penanggulangan merupakan dua tindakan yang tidak dapat dipisah-pisahkan
dalam arti biasanya kedua tindakan ini dilakukan untuk saling menunjang, apabila tindakan pencegahan
sudah tidak dapat dilakukan, maka dilakukan langkah tindakan. Namun demikian pada dasarnya kita
semua sependapat bahwa tindakan pencegahan lebih baik dan lebih diutamakan dilakukan sebelum
pencemaran terjadi, apabila pencemaran sudah terjadi baik secara alami maupun akibat aktivisas
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baru kita lakukan tindakan penanggulangan. Tindakan
pencegahan dan tindakan penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran dapat dilakukan dengan
berbagai cara sesuai dengan macam bahan pencemar yang perlu ditanggulangi. Langkah-langkah
pencegahan dan penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran antara lain dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. Remidiasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar . remediasi
ini juga dibagai menjadi dua macam, yaitu in-situ (on-site) dan ex-situ (off-site). Pembersihan on-
site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dab lebih mudah.
Pembersihan off-site yaitu meliputi penggalian tanah yang tercemar kemudian dibawa ke
daerah yang aman. Setelah daerah tersebut aman, tanah dibersihkan dari zat tercemar. Caranya
yaitu, tanah tersebut disimpan di tanki atau container yang kedap, kemudian zat pembersih
dipompakan ke tanki atau container tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dan
diolah dengan instalasi pengolah air limbah, pembersih off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
2. Bioremidasi
Bioremidasi adalah pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme
(jamur dan bakteri). Bioremidasi bertujuan untuk mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang
kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
TPS
Istilah sampah sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Jika mendengar istilah sampah, pasti yang
terlintas di pikiran kita adalah setumpuk limbah yang yang menimbulkan aroma bau busuk yang sangat
menyegat. Sampah adalah hasil buangan dari suatu proses produksi baik industry maupun domestic
(rumah tangga). Definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak
digunakan, tidak dipakai, tidak disukai, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari proses kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).
Memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat
pembuangan akhir (SK SNI T-13-1990-F). Operasi pemindahan dan pengangkutan diperlukan apabila
jarak angkut ke TPA. Pengangkutan langsung dinilai tidak enkonomis, bila tempat pemrosesan berada di
tempat yang jauh dan tidak dapat dijangkang secara langsung. Tempat pembuangan sampah sementara
biasa kita jumpai di kota-kota, baik kota kecil maupun kota besar. TPS sulit kita temui atau bahkan
mungkin tidak ada di daerah pedesaan. TPS umumnya terletak di lokasi yang jauh dari pemukiman
sehingga tidak akan mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar. Salah satu tujuan dibuatnya TPS yaitu
untuk menghindari kebiasaan membuang sampah sembarangan yang dapat mengganggu keindahan dan
kesehatan lingkungan serta etika sosial.
Tempat Pembuangan Sementara (TPS) memiliki persyaratan yang ramah lingkungan, seperti
bentuk fisiknya tertutup dan terawat, dapat berupa pool gerobak atau pool container, sampah tidak
berserakan dan bertumpuk diluar TPS. Perlu di perhatikan dan dilakukan dalam menjamin terkontrolnya
kebersihan lingkungan di Sekitar TPS, yaitu adanya peran masyarakat yang tinggi, ditempatkan pada
lokasi yang mudah bagi sarana pengumpul dan pengangkutan serta tidak memngganggu pemakai jalan
atau sarana umum lainnya masuk dan keluar, sehingga waktu kedatangan ala pengangkut dapat di
sesuaikan, waktu pengangkutan satu hari, dua hari, atau maksimal tiga hari sekali, yang terpenting yaitu
sampah terangkut semua pada proses pengangkutan. Berikut tahapan penyimpanan sampah di TPS :
a) Waktu tinggal sampah domestic dalam TPS tidak boleh lebi dari 2 x 24 jam.
b) Limbah padat domestic yang telah ditempatkan di TPS dipastikan tetap terbungkus kantong plastic
warna hitam dan dilarang melakukan pembongkaran isinya.
c) Penanganan akhir limbah rumah tangga dapat dilakukan dengan pengangkutan keluar
menggunakan truk sampah atau alat pengangkut lainnya.
Setiap hari manusia menghasilkan sampah baik yang merupakan sampah rumah tangga
maupun sampah industri yang bermacam-macam bentuk dan jenisnya. Sampah jika tidak diurus dan
dikelola dengan baik dapat menyebabkan masalah lingkungan yang sangat merugikan. Sampah yang
menumpuk dan membusuk dapat menjadi sarang kuman dan binatang yang dapat mengganggu
kesehatan manusia baik badan maupun jiwa, serta mengganggu estetika lingkungan karena
terkontaminasi pemandangan tumpukan sampah dan bau busuk yang menyengat hidung. Berikut ini
adalah hal-hal yang wajib diperhatikan dalam mengelola tempat sampah/ tempat pembuangan sampah
yaitu:
a) Adanya pemisahkan sampah kering/ non organik dengan sampah basah/ organik.
b) Jauh dari pemukiman warga.
c) Ukurannya tidak terlalu kecil, serta diberi batas (tembok).
d) Pengambilan sampah teratur.
Pengangkutan Sampah
a) Terdapat sarana pemindahan sampah dalam skala cukup besar yang harus menangani sampah.
b) Lokasi titik tujuan sampah relatif jauh.
c) Sarana pemindahan merupakan titik pertemuan masuknya sampah dari berbagai area.
d) Ritasi perlu diperhitungkan secara teliti.
e) Masalah lalu lintas jalur menuju titik sasaran tujuan sampah.
a) Alat pengangkut sampah harus dilengkapi dengan penutup sampah, minimal dengan jarring.
b) Tinggi bak maksimum 1,6 m.
c) Sebaiknya ada alat ungkit Kapasitas disesuaikan dengan kondisi/ kelas jalan yang akan dilalui bak
truk/ dasar kontainer sebaiknya dilengkapi pengaman air sampah.
Pada tahap ini apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai masalah, baik
pada lingkungan maupun kesehatan. Pembuangan akhir sampah di atas permukaan tanah, apabila tidak
dilakukan dengan perencanaan yang baik serta pengawasan pada lokasi landfill akan menimbulkan
permasalahan pada daerah sekitarnya. Menurut Soemirat (2007), beberapa pertimbangan yang harus
diperhatikan dalam pengelolaan sampah antara lain :
Terdapat beberapa metoda penimbunan sampah pada tempat pembuangan akhir sapah (TPA),
antara lain Metoda Open Dumping, Metoda Control Landfill, Metoda Sanitary Landfill, Metoda
Improved Sanitary landfill, Metoda Semi Aerobic Landfill.
1. Open Dumping
Metode ini dilakukan dengan cara membuang sampah cekungan tanpa mengunakan tanah
sebagai penutup sampah. Metode ini ,berpotensi besar mencemari lingkungan, baik pencemaran air
tanah oleh Leachate, lalat, bau, juga binatang seperti tikus, kecoa, nyamuk dan lainnya.
2. Control Landfill
Merupakan metode dalam hal mana sampah ditimbun pada suatu lokasi dengan sebelumnya
dibuat barisan dan lapisan (SEL). Kemudian timbunan sampah tersebut diratakan dipadatakan oleh
alat berat, dan setelah rata dan padat timbunan sampah lalu ditutup dengan tanah, pada control
landfill timbunan sampah tidak ditutup setiap hari, biasanya lima hari sekali atau seminggu sekali.
Secara umum control landfill akan lebih baik bila dibandingkan dengan open dumping dan sudah
mulai dipakai diberbagai kota di Indonesia.
3. Sanitary Landfill
Merupakan sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah ditimbun
pada lokasi TPA yang sudah disiapkan sebelumnya. Kemudian dilakukan penimbunan dan
pemadatan menggunakan alat berat. Selanjutnya dilakukan proses penutupan dengan tanah dan
dilakukan setiap hari pada setiap akhir kegiatan.
4. Improved Sanitary Landfill
Improved Sanitary landfill merupakan pengembangan dari sistem sanitary landfill, dilengkapi
dengan instalasi perpipaan sebagai sarana pengelolaan leachate, sehingga licit tidak mencemari
lingkungan. Selain itu pada sistem ini juga terdapat fasilitas pengelolaan sas yang dihasilkan oleh
proses dekomposisi sampah di landfill
5. Semi Aerobic Sanitary Landfill
Sistem ini merupakan pengembangan dari teknik improved sanitary landfill, dengan dilakukan
usaha untuk mempercepat proses penguraian sampah oleh bakteri. Proses dekomposisi sampah ini
antara lain dilakukan dengan cara memompakan oksigen kedalam timbunan sampah. Walaupun
teknologi ini sangat mahal, namun dinilai sebagai teknis paling aman terhadap lingkungan.
Terdapat beberapa syarat yang harus terpenuhi pada tempat pembuangan sampah. Menurut
Azwar (1979) beberapa syarat tersebut antara lain :
1. Tidak dekat dengan sumber air minum atau sumber lain yang dipergunakan manusia (mandi,
mencuci dan sebagainya).
2. Tidak pada tempat yang sering terkena banjir.
3. Di tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia, jarak yang dipakai sebagai pedoman adalah
sekitar 2 km dari perumahan penduduk atau sekitar 15 km dari laut.
Sementara menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-3241-1994, terdapat beberapa kriteria
pemilihan lokasi layak dibangunnya sebuah TPA. Beberapa kriteria aspek pemilhan lokasi TPA sampah
tersebut antara lain ;
1. Kelayakan regional
Kriteria yang digunakan untuk menentukan zone layak atau zone tidak layak dengan ketentuan
menyangkut Kondisi geologi, Kemiringan lereng; Jarak terhadap badan air; Jarak terhadap terhadap
lapangan terbang; Kawasan lindung atau cagar alam; Kawasan budidaya pertanian dan atau
perkebunan; serta Batas administrasi
2. Kelayakan penyisih
Kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik dari hasil kelayakan regional dengan
ketentuan antara lain ; Luas lahan; Ketersediaan zone penyangga kebisingan dan bau; Permeabilitas
tanah; Kedalaman muka air tanah; Intensitas hujan; Bahaya banjir; dan Jalur dan lama
pengangkutan sampah.
3. Kelayakan rekomendasi
Kriteria yang digunakan oleh pengambil keputusan atau lembaga yangberwenang untuk
menyetujui dan menetapkan lokasi terpilih sesuai dengan kebijakan lembaga berwenang setempat
dan dengan ketentuan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Janah, Miftakhul dkk. 2014 Dampak TPS yang Kurang Terorganisir Dengan Baik terhadap Lingkungan
Sekitar.Makalah
(https://www.google.com/search?q=pengertian+tps+sampah+menurut+ahli&sxsrf=ALeKk03rsT
dl7Vk-yugRhiEAfsqgrcPMug:1626856588093&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwi-
kqKI4fPxAhVDqksFHViLALcQ_AUoAnoECAEQBA&biw=1366&bih=657#imgrc=nfdqB1xOIhOIrM).
Damanhuri, Enri dan Padmi, Tri (2010) Pengelolaan Sampah Edisi Semester I – 2010/2011. Bandung:
Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi
Bandung.