Anda di halaman 1dari 9

SOP No :01/HSE-SOP/18

STANDARD OPERATING PROCEDURE / PROSEDUR KERJA STANDARD

Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko serta Job


TITLE / JUDUL
Safety Analysis
ID. / NOMOR 01/HSE-SOP/18

DEPARTMENT / DEPARTEMEN Health, Safety and Environment

SECTION / BAGIAN HSE


Created/reviewed by: Checked by: Approved by:
Dibuat/direview
DATE / TANGGAL oleh: Diperiksa
Juneoleh:
24, 2018 Disetujui oleh:

VERSION / VERSI 1.0

IMPORTANCE / TINGKAT KEPENTINGAN


Date / Tanggal:
Routine / Rutin
Date / Tanggal:
Critical / Kritis
Date / Tanggal:

I. TUJUAN/PURPOSE

1. Untuk memastikan bahwa terdapat panduan/standar dan rencana manajemen untuk mengurangi
risiko dan untuk melindungi karyawan dan properti perusahaan.
2. Untuk mengidentifikasi secara sistematis semua bahaya yang ada di setiap Project/Site dan
Workshop.
3. Untuk menilai secara sistematis semua risiko yang berkaitan dengan bahaya yang ada di setiap
Project/Site dan Workshop yang telah teridentifikasi.
4. Untuk mengendalikan secara sistematis semua risiko yang telah dinilai melalui Tingkat
Pengendalian yang standar.
SOP No :01/HSE-SOP/18

II. RUANG LINGKUP/SCOPE

Prosedur ini dapat digunakan oleh seluruh karyawan PT PETRA ENERGY, baik yang berada di
Project/Site maupun Workshop dan sub-kontraktor. Cakupan prosedur ini dimulai dari pelaksanaan
identifikasi, penilaian risiko yang berkaitan dengan bahaya yang ada dan pengendalian risiko melalui
tingkat pengendalian (hierarchy of control) standar yang telah ditentukan atau yang disebut dengan
Manajemen Risiko dan juga pembuatan job safety analysis (JSA)/analisa pekerjaan berwawasan K3.

III. TANGGUNG JAWAB

1. Project Manager
a. Memastikan bahwa sistem pelaksanaan Manajemen Risiko dilaksanakan di Projectt/Site-nya
sebagai bagian pengendalian bahaya dan strategi analisa K3.
b. Meninjau ulang efektivitas penerapan Manajemen Risiko untuk memastikan bahwa sistem kerja
yang aman telah diterapkan.

2. Supervisor dan Foreman


a. Memastikan bahwa persyaratan pelaksanaan prosedur ini telah diketahui dan dimengerti oleh
semua yang terlibat termasuk sub-kontraktor.
b. Membuat dan/atau mereview Manajemen Risiko yang meliputi identifikasi bahaya, penilaian
risiko dan pengendaliannya.
c. Meninjau ulang dan memberi komentar/tanggapan terhadap metode yang digunakan untuk
tugas-tugas kritis/bahaya.
d. Berhubungan/berkomunikasi dengan pihak/bagian terkait selama tahap pengembangan untuk
memastikan bahwa konflik kepentingan dapat dihilangkan.
e. Mengkomunikasikan hasil Manajemen Risiko kepada karyawan baru dan/atau yang telah di-
review kepada karyawan terkait melalui Safety Induction Training atau Safety Talk.

3. Safety Officer
a. Membantu Supervisor dan Foreman untuk memastikan bahwa persyaratan yang dijelaskan
dalam prosedur ini telah dimengerti dan diimplementasikan.
b. Menyediakan masukan/data-data teknis dalam pembuatan Manajemen Risiko sebelum
didistribusikan.
c. Memastikan bahwa karyawan mengerti dan melaksanakan hasil Manajemen Risiko dalam
pekerjaan mereka sehari-hari.
d. Mengadakan tinjauan ulang/review secara berkala bersama dengan Supervisor/Foreman.

4. Sub-Kontraktor
a. Berkoordinasi, mengembangkan dan mengimplementasikan sistem kerja yang aman yang
termasuk dalam persyaratan prosedur ini.
b. Memastikan bahwa sumber daya yang cukup, telah tersedia untuk melaksanakan persyaratan
prosedur ini secara efektif dan efisien.
c. Melatih karyawannya sesuai dengan yang dinyatakan dalam Manajemen Risiko.

IV. DEFINISI

1. Manajemen Risiko, suatu proses manajemen yang dilakukan dengan maksud meminimalkan risiko
atau sedapat mungkin menghindari sama sekali risiko tersebut.
2. Job Safety Analysis (JSA)/Analisa Pekerjaan Berwawasan K3, tata cara untuk meneliti bahaya
yang ada pada tiap-tiap langkah kerja, kemudian mencari penyelesaian dari masing-masing bahaya
sehingga bahaya tersebut dapat dihilangkan atau dikendalikan.
SOP No :01/HSE-SOP/18

3. Bahaya (Hazard), suatu keadaan yang memungkinkan atau dapat menimbulkan kerugian beberapa
cidera, penyakit, kerusakan ataupun kemampuan melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan atau
suatu kondisi yang berpotensi untuk terjadi kecelakaan/kerugian.
4. Risiko, kemungkinan terjadinya kerugian pada periode waktu tertentu/siklus operasi tertentu atau
kesempatan untuk terjadi kerugian/kecelakaan.
5. Akibat (Consequence/Severity), hasil dari suatu kejadian/situasi yang dinyatakan secara kualitatif
atau kuantitatif, yang dapat berupa kerugian/loss, cidera, ketidakberuntungan, dsb.
6. Peluang/Kemungkinan (Probability/Likelihood), deskripsi kualitatif dari kemungkinan atau
keseringan atau kemungkinan dari hasil yang spesifik yang diukur dengan rasio hasil yang spesifik
terhadap jumlah kejadian yang mungkin.
7. Penilaian Risiko (Risk Assessment), suatu aktivitas yang menilai risiko dengan variabel adalah
akibat dan peluang.
8. Tingkat Pengendalian (Hierarchy of Control), langkah pengendalian terhadap risiko dari suatu
bahaya yang dilakukan berdasarkan tingkat pengendalian dari langkah tertinggi kemudian diikuti
langkah berikutnya secara berurutan.

V. REFERENSI

1. Standar Australia/New Zealand No. 4360 tahun 1995 tentang Risk Management

VI. URAIAN

A. Prinsip Dasar

1. Jika memungkinkan, hindari risiko secara total dengan menggunakan metode atau material
alternatif.
2. Hilangkan risiko pada sumbernya dibandingkan dengan mengukurnya, karena akan tetap
meninggalkan risiko di lokasi. Akan tetapi, tetaplah mencegah terjadi kontak dengan risiko.
3. Bila memungkinkan, sesuaikan pekerjaan dengan kondisi karyawan terutama dalam memilih
peralatan dan metode kerja.
4. Ambil keuntungan dari perkembangan teknologi yang sering menawarkan kesempatan yang lebih
aman dan metode kerja yang lebih efisien.
5. Masukkan tindakan pencegahan kedalam perencanaan yang saling berkaitan untuk mengurangi
risiko yang tidak dapat dihindari dan terdapat dalam kondisi pekerjaan, faktor organisasi,
lingkungan kerja dan faktor sosial.
6. Berikan prioritas terhadap tindakan-tindakan tersebut yang dapat melindungi karyawan atau
aktivitasnya dan memberikan keuntungan yang besar, misalnya berikan tindakan perlindungan
yang menyeluruh seperti penyediaan platform yang sesuai dengan proteksi samping, terutama
lagi adalah perlindungan individual seperti safety harness.
7. Adakan pengawasan dan karyawan harus mengerti apa yang mereka harus lakukan misalnya
melalui pelatihan, komunikasi, instruksi, dsb.
8. Monitor tindakan pengendalian secara teratur untuk menentukan efektivitas Manajemen Risiko.
9. Review dan revisi Manajemen Risiko yang telah dilakukan jika terdapat pengembangan sehingga
yang lama sudah tidak valid lagi. Dalam banyak hal, sangatlah baik merencanakan review yang
bergantung pada sumber bahaya dan seberapa sering metode kerja berubah.

B. Identifikasi Bahaya
1. Jenis Bahaya
a. Bahaya kimia
 Kimia dapat mempengaruhi kulit melalui kontak atau mempengaruhi badan baik melalui
sistem pencernaan atau melalui paru-paru jika udara terkontaminasi dengan kimia, asap
atau debu.
SOP No :01/HSE-SOP/18

 Akan terjadi dampak yang akut (misalnya karyawan terkontaminasi dengan tiba-tiba) atau
dapat terjadi dampak yang kronis (misalnya karyawan terkontaminasi dalam jangka waktu
yang sedang atau cukup lama).

b. Bahaya fisik, seperti :


 Bahaya kebisingan
 Bahaya pencahayaan yang kurang baik
 Bahaya vibrasi/getaran
 Bahaya temperatur kerja
 Bahaya ketinggian

c. Bahaya listrik
Bahaya ini termasuk risiko dari cidera yang berasal dari semua bentuk energi listrik

d. Bahaya radiasi
 Radiasi ion terdapat dalam sejumlah peralatan seperti peralatan pengukuran radioaktif,
sumber radiografi atau unsur pelacak radioaktif yang digunakan dalam kimia analis.
 Radiasi non ion seperti radiasi infra-red (proses yang menghasilkan panas), laser, radiasi
ultraviolet (pengelasan, sinar matahari) dan gelombang mikro (mesin las yang
menggunakan frekuensi yang tinggi, dsb).

e. Bahaya biologi
Termasuk serangga, bakteri, jamur, tanaman, kutu, binatang dan virus.

f. Bahaya ergonomi
Termasuk risiko dari cidera terhadap prosedur pengangkatan secara manual/ manual
handling, desain tempat kerja yang tidak sesuai, dsb.

g. Bahaya lainnya
Termasuk stres, kelelahan, pengaruh kerja shift dan bahkan serangan fisik terhadap karyawan
lain.

2. Identifikasi Bahaya Berdasarkan Tempat Kerja


a. Tempat kerja yang tetap/tidak berpindah-pindah sebaiknya menggunakan identifikasi bahaya
berdasarkan tempat kerja dan mengidentifikasinya dengan mensurvey secara detil bagian-
bagian tempat kerja yang berbeda.

b. Rincian tahapan pelaksanaan prosesnya adalah sebagai berikut:


 Dapatkan rencana yang pasti dan terbaru/up to date dari rencana Project/Site/ tempat
kerja yang baru atau perubahan/pengembangan.
 Gambarkan diagram alir dari proses kerja/business process yang termasuk dalam ruang
lingkup kerja Project/Site/tempat kerja.
 Bagi tempat kerja menjadi beberapa bagian dan urutkan. Bagian-bagian ini dapat
dibedakan dari bagaimana pekerjaan tersebut dilakukan atau berdasarkan lay out di
lapangan. Misalnya sebuah “power plant/ruang pembangkit”, “daerah gudang/store area”,
“bengkel/workshop”, “kantor”, dsb.
 Tanya langsung kepada karyawan/staf dari bagian yang diidentifikasi untuk membuat
daftar bahaya apa saja yang mungkin timbul dari tempat kerjanya dan tanyakan mengapa
hal tersebut merupakan bahaya yang potensial. Gunakan form pengumpulan data yaitu
Form “Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko”.
 Bila semua data mengenai bahaya telah teridentifikasi maka disarankan untuk
mengadakan pertemuan daripada hanya menanganinya secara sendiri. Pada saat ini,
tingkat keparahan dari bahaya yang muncul tidak dimunculkan terlebih dahulu.
SOP No :01/HSE-SOP/18

 Untuk memudahkan dalam pelaksanaan identifikasi bahaya ini, gunakan informasi yang
tersedia. Hal ini dapat berasal dari sumber-sumber berikut : panduan pemakaian/code of
practice, bahan informasi mengenai Project/Site, laporan internal dan eksternal, laporan
keluhan, laporan pemantauan lingkungan dan kesehatan, MSDS, laporan inspeksi, dsb.
Catatan laporan kecelakaan dan insiden/near miss juga dapat digunakan pada suatu
Project/Site tertentu atau diantara industri pertambangan secara keseluruhan.

3. Identifikasi Bahaya Berdasarkan Analisa Pekerjaan


a. Pekerjaan yang tidak dilakukan pada tempat kerja yang menetap maka sebaiknya dianalisa
dengan menggunakan jenis pekerjaan yang lain yaitu identifikasi bahaya berdasarkan analisa
pekerjaan.

b. Rincian tahapan pelaksanaan prosesnya adalah sebagai berikut:


 Identifikasi semua pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan. Sebuah pekerjaan terdiri dari
sejumlah langkah-langkah/tahapan-tahapan yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan tersebut. Proses identifikasi pekerjaan dapat dimulai dengan menanyakan
karyawan tentang apa mereka lakukan secara spesifik mulai dari awal sampai dengan
pekerjaan tersebut selesai. Pekerjaan tersebut seharusnya dipecah/diuraikan menjadi
beberapa tahapan dasar/langkah yang sederhana untuk dianalisa.
 Diskusikan dan kemudian buat daftar dari langkah-langkah/tahapan dasar tersebut.
 Tanya karyawan yang terlibat langsung dengan pekerjaan tersebut apakah langkah-
langkah/tahapan dasar tersebut memang benar-benar mereka lakukan dalam pekerjaan
sehari-hari dan catat hasilnya.
 Untuk memudahkan dalam pelaksanaan identifikasi bahaya ini, gunakan informasi yang
tersedia.

4. Lembar Kerja Identifikasi Bahaya


a. Daftar rinci mengenai bahaya yang teridentifikasi harus menggambarkan bahaya yang spesifik
terhadap area kerja, aktivitas tempat/proses kerja di dalam tempat kerja.

b. Semua informasi yang didapat, harus dicatat dalam Form “Identifikasi Bahaya, Penilaian dan
Pengendalian Risiko”.

C. Penilaian Risiko
1. Menentukan risiko
a. Risiko yang ditentukan dari bahaya yang teridentifikasi, ditentukan dengan memperkirakan
akibat dan kemungkinan yang mungkin terjadi.

b. Dari satu bahaya yang telah teridentifikasi maka dimungkinkan terdapat satu atau lebih risiko
yang mungkin.
2. Risiko dihitung secara matriks dengan berdasarkan pada tabel berikut : (Berdasarkan Standar
Australia/New Zealand No. 4360 tahun 1995 tentang Risk Management)

Consequence
Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic
(1) (2) (3) (4) (5)
Probability
Almost Certain (A) S S H H H

Likely (B) M S S H H

Moderate (C) L M S H H

Unlikely (D) L L M S H
SOP No :01/HSE-SOP/18

Rare (E) L L M S S

Cara mendapatkan hasil tingkat risiko dari matriks adalah :


a. Tentukan consequence/akibat dari suatu kondisi bahaya/risiko yang telah ditentukan
berdasarkan kriterianya (lihat table di bawah ini)
b. Tentukan probability/kemungkinan dari suatu kondisi bahaya/risiko yang telah ditentukan
berdasarkan kriterianya (lihat table di bawah ini)
c. Kemudian, kita dapat menentukan tingkat risiko dari suatu kondisi bahaya dan menentukan
apakah tahapan tersebut termasuk dalam high risk, signofocant risk, moderate risk atau low
risk.

 Keterangan Hasil Matriks :


H = High Risk, Hentikan pekerjaan hingga dilakukan sesuatu perbaikan yang
memadai. Segera terapkan rencana pengendaliannya.
S = Significant Risk, Masih prioritas tinggi, tetapkan target waktu untuk bertindak.
M = Moderate Risk, Tetapkan budget untuk upaya pengendalian, tanggung jawab
Manajemen harus ditetapkan.
L = Low Risk, Dikelola dengan prosedur rutin.

 Keterangan “Probability” :

Kriteria Penjelasan
Almost Certain Peristiwa terjadi pada hampir semua
keadaan
Likely Peritiwa terjadi kadang-kadang
Moderate Suatu saat peristiwa dapat terjadi/dialami
selama kita bekerja
Unlike Peristiwa hanya akan terjadi pada keadaan
tertentu
Rare Peristiwa belum pernah terjadi tetapi secara
teoritis kemungkinan terjadi

 Keterangan “Consequence” :

Kriteria Penjelasan
Insignificant Tidak ada cidera, tidak ada dampak
lingkungan, kerugian financial sangat kecil
Minor Diperlukan pertolongan pertama, kerugian
financial sedang
Moderate Diperlukan pertolongan medis, kerugian
financial tinggi
Major Luka berat, kehilangan kemampuan
berproduksi, kerugian financial major
Catastrophic Menyebabkan kematian, kerugian financial
sangat besar
SOP No :01/HSE-SOP/18

D. Rencana Tindakan Pengendalian


1. Prioritas Tindakan Perbaikan
a. Prioritas tindakan perbaikan dilakukan berdasarkan tingkat risiko yang didapat dari hasil
penilaian risiko. Urutannya adalah dimulai dari tingkatan “High Risk” baru dilakukan tindakan
perbaikan untuk tingkatan risiko “Low Risk”.

b. Bila terdapat risiko yang memiliki tingkat risiko yang sama maka yang perlu diprioritaskan
adalah risiko yang dapat berdampak terhadap orang banyak atau dilihat dari tingkat
emergency dan kepentingannya.

2. Urutan Tingkat Pengendalian


a. Tindakan pengendalian risiko yaitu mengendalikan risiko akibat bahaya, menurut tingkat
pengendalian (hierarchy of control) yang paling sesuai.

b. Tingkat pengendalian (hierarchy of control) adalah pengendalian terhadap risiko dari suatu
bahaya yang dilakukan berdasarkan tingkat pengendalian dari langkah tertinggi kemudian
diikuti langkah berikutnya secara berurutan.

c. Lima cara dalam tingkat pengendalian (hierarchy of control) adalah :


 Eliminasi, yaitu menghilangkan penggunaan suatu bahan/mesin/peralatan/ proses dalam
suatu rangkaian proses.
 Substitusi, yaitu mengganti dengan bahan/mesin/peralatan/proses lain yang memiliki
potensi bahaya yang lebih rendah.
 Engineering control/rekayasa teknik, yaitu mendesain ulang suatu
proses/peralatan/mesin yang dilakukan melalui :
 Kegiatan pemberian batas atau mendesain menjadi proses semi tertutup atau tertutup
total.
 Pemisahan lokasi proses yang berbahaya dari operator.
 Penyediaan ventilasi/bukaan umum yang memadai.
 Dsb
 Administrative control/tindakan administrasi, yaitu merubah metode/cara kerja melalui
:
 Pembatasan ijin masuk dalam daerah berbahaya.
 Pembatasan paparan kerja.
 Menjaga kebersihan dan atau kerapihan (Housekeeping)
 Penetapan prosedur kerja penanganan bahan yang aman.
 Melakukan inspeksi secara reguler
 Pelatihan bagi karyawan
 Dsb
 Alat Pelindung Diri (APD), yaitu merupakan cara terakhir yang efektif dalam
menghadapi bahaya dengan menyediakan :
 Ear plug/ear muff
 Helmet
 Safety shoes
 Safety glasses/safety goggles
 Safety gloves
 Masker
 Safety harness
 Dsb
SOP No :01/HSE-SOP/18

d. Jenis tindakan pengendalian yang akan dilakukan dibahas dalam rapat Safety Committee
dan setelah itu dilakukan tindakan perbaikan dengan menunjuk penangung jawabnya dan
batas waktu perbaikan yang diperlukan.

e. Bila tindakan perbaikan yang sesuai telah ditentukan maka diimplementasikan dan dicatat.

f. Jika perbaikannya berupa penambahan prosedur maka penambahan prosedur yang ingin
diimplementasikan diminta persetujuannya kepada safety Committee Kantor Pusat.

g. Frekuensi inspeksi dari masing-masing tindakan perbaikan akan bergantung pada risiko dari
bahaya yang ada.

E. Job Safety Analysis (JSA)/Analisa Pekerjaan Berwawasan K3


1. JSA adalah tata cara untuk meneliti bahaya yang ada pada tiap-tiap langkah kerja, kemudian
mencari penyelesaian dari masing-masing bahaya sehingga bahaya tersebut dapat dihilangkan
atau dikendalikan.
2. Jenis pekerjaan yang dipilih untuk dibuatkan JSA adalah jenis pekerjaan :
a. Sering terjadi kecelakaan
b. Keparahan luka akibat kecelakaan
c. Pekerjaan-pekerjaan baru atau perubahan-perubahan proses dalam pekerjaan
d. Tingginya potensi untuk terjadinya kecelakaan dengan luka parah
3. Secara umum, langkah-langkah dalam JSA adalah sebagai berikut :
a. Menguraikan/menganalisa pekerjaan menjadi beberapa tahapan dasar
Dalam analisa pekerjaan ini, pekerjaan itu diuraikan menjadi langkah-langkah dasarnya.
Langkah-langkah dasar hasil uraian pekerjaan itu harus menunjukkan tentang apa yang
harus dilakukan untuk tercapai berhasilnya pekerjaan
b. Mengidentifikasi bahaya (Lihat poin VI. B di atas)
Hal-hal berikut harus diperhatikan dalam mengidentifikasi bahaya, yaitu :
 Tiap-tiap langkah dari suatu pekerjaan harus dianalisa secara mendetail untuk mencari
bahaya-bahaya yang ada dan kecelakaan yang secara potensial tersirat pada langkah
tersebut dan hasilnya dicatat.
 Menulis bahaya-bahaya tersebut berdasarkan/ sejajar dengan langkah-langkah kerjanya.
 Menunjukkan catatan bahaya tersebut kepada pekerja lain/bawahan yang mempunyai
pengetahuan tentang pekerjaan tersebut dan mendiskusikannya.
c. Pegendalian risiko (lihat poin VI. D di atas)
Pengendalian risiko ditulis berdasarkan/ sejajar dengan langkah-langkah kerja dan
bahaya/risiko yang telah ditentukan.
4. JSA ditinjau ulang secara berkala untuk memastikan dan menilai apakah tahapan-tahapan
pekerjaan, identifikasi bahaya dan tindakan pengendalian yang telah dibuat telah tepat dan
sesuai.

F. Tinjauan Ulang/Review Dari Tindakan Pengendalian


1. Tinjauan ulang terhadap tindakan pengendalian harus dilakukan minimal setiap tiga bulan oleh
Safety Committee Project/Site.
2. Dalam melakukan tinjauan ulang, maka pertanyaan-pertanyaan berikut harus diajukan, yaitu :
a. Apakah tindakan pengendalian yang dilakukan dapat menurut risiko menjadi tingkat risiko
yang dapat ditoleransi (tolerable risk) ?
b. Apakah terdapat bahaya-bahaya baru yang muncul dengan diterapkannya tindakan
pengendalian ?
c. Apakah solusi yang paling efektif telah dipilih ?
d. Apakah pendapat dari karyawan yang terpengaruh, mengenai tingkat keperluan dan
kepraktisan dari tindakan pengendalian yang dilakukan ?
e. Apakah tindakan pengendalian benar-benar dilakukan/diterapkan dan tidak diabaikan ?
SOP No :01/HSE-SOP/18

VII. DOKUMEN TERKAIT

1. Version Date Reason for change F


Versi Tanggal Alasan perubahan o
r
m
“I
d
e
n
ti
fi
k
asi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko”
2. Form “Job Safety Analysis”

Document Control:

Anda mungkin juga menyukai