ANDY RAHMAN
Andy Rahman Architect telah merancang beberapa rumah kos, yang pada awalnya
dianggap sebagai bangunan fungsional yang sama seperti lainnya. Namun, setelah
melakukan pengamatan yang lebih mendalam pada kondisi rumah-rumah kos yang
ada di Surabaya Timur, pada akhirnya menemukan bahwa rumah kos, yang
merupakan bangunan yang disewakan (bersifat profitable), banyak yang dirancang
secara asal-asalan dan tidak memperhatikan kenyamanan penghuni/penyewa yang
juga membutuhkan ruang bersama dan kamar dengan standar kesehatan yang
memadai.
Maka dari itulah, Andy Rahman merancang rumah-rumah kos dengan pendekatan
tiga unsur, yaitu: klien, pengguna dan lingkungan urban. Masing-masing unsur
memiliki parameter tersendiri untuk menjadikan sebuah rumah kos yang layak
investasi bagi klien, humanis dan sehat bagi penghuni dan sekaligus memberi
sumbangan pada lingkungan tempatnya berada. Parameter-parameter ini tidak
berdiri sendiri, satu sama lain saling terkait membentuk sebuah jaringan yang
saling mendukung.
Para penghuni kos adalah manusia juga, yang selain sebagai makhluk individu juga
sebagai makhluk sosial, maka diberi ruang juga untuk memenuhi kebutuhan sosial
mereka. Penghuni kos biasanya juga menyewa kamar dalam jangka waktu yang
lama, sehingga faktor kesehatan dan kelayakan juga menjadi pertimbangan.
- Ruang Komunal
Rumah-rumah kos ini memiliki communal space (ruang komunal) sebagai ruang
bersama, tempat para penghuni kos bisa saling bersosialisasi dan saling
berinteraksi satu sama lain. Suasana kekeluargaan dan empati sosial bisa terbangun
dengan adanya communal space ini, hubungan antar penghuni bisa menjadi lebih
akrab dan hangat.
Untuk memberikan ruang komunal ini, Andy Rahman harus meyakinkan klien
bahwa tidak masalah untuk “mengorbankan” ruang (yang mestinya bisa untuk
kamar) untuk dijadikan ruang komunal. Karena toh nanti bisa dikonversi dengan
harga kamar juga, dan ruang komunal ternyata menjadi fasilitas yang menjadi daya
tarik bagi pengguna untuk menyewa kamar di tempat ini.
Rumah-rumah kos ini merupakan tempat kos yang sehat dan nyaman, yang sangat
memperhatikan penghawaan dan pencahayaan bagi ruang-ruang di dalamnya.
Andy Rahman memaksimalkan bukaan untuk rumah kos yang dirancangnya, untuk
mempermudah aliran udara dan pencahayaan yang lebih optimal.
Tidak heran jika selalu ada “celah” yang dirancang oleh Andy Rahman untuk
memasukkan udara dan cahaya, agar rumah kos tetap terjaga hubungannya dengan
ruang luar (tidak terkungkung/pengap).
Yang tak kalah penting adalah penyediaan parkir kendaraan (baik kendaraan roda 4
maupun roda 2) dan keamanannya. Hal ini tentunya juga menjadi pertimbangan
pengguna, mereka pasti mencari rumah kos yang menyediakan parkir yang layak
dan aman bagi kendaraan mereka.
- Isu/Budaya Lokal
Dalam mendesain rumah kos, harus melihat apa yang menjadi keunggulan lokal di
daerah tersebut. Misalnya saja untuk rumah kos di Pontianak, memakai ragam hias
khas Pontianak yang di-stilisasi menjadi ragam hias baru yang lebih kontemporer,
dengan memanfaatkan bata ringan yang dipotong untuk memberikan efek ragam
hias.
- Material Lokal
Andy Rahman tidak berusaha memenuhi lahan/site dengan bangunan, tetapi selalu
menyisakan tanah untuk bernapas dan sekaligus penghijauan, seperti di Rumah
Kos Pontianak, Pasuruan dan Rumah Kos Rungkut. Memberi sumbangan kepada
lingkungan urban agar masih ada tempat untuk resapan air ke dalam tanah.
Atau jika hal itu memang tak mungkin dilakukan karena keterbatasan lahan, paling
tidak masih berusaha memberikan suasana hijau dan alami di dalam bangunan,
seperti di Rumah Kos Keputih Jilid 3 serta Rumah Kos Keputih Jilid 4 & 5.
Rumah Kos Keputih Jilid 4 dan 5
“Rumah Kos mestinya tidak hanya mengejar profit atau kuantitas kamar saja, tetapi juga
harus memperhatikan kenyamanan dan kesehatan baik fisik maupun psikologis bagi
penghuninya, serta menjaga kualitas sosial dan peka terhadap lingkungan sebagai bagian
dari tanggungjawab desain.”
BIOGRAFI
Beliau lahir di Yogyakarta, Indonesia, 1959. Beliau merupakan seorang seniman arsitektur.
Kecintaannya terhadap dunia seni diawali ketika dia masih SMA, yang kerap mengunjungi
pameran-pameran seni rupa di Jogja. Selepas SMA, beliau memutuskan untuk melanjutkan
studinya di Teknik Arsitektur, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta tahun 1982. Beliau merasa
bahwa seni rupa dan seni arsitektur memiliki kesamaan dalam hal ekplorasi imajinasi untuk
berkarya.
Bagi beliau, Italia merupakan negara yang sangat inspiratif. Kampung-kampung kecil disana
mempunyai kemiripan dengan kampung-kampung di Indonesia. Pengalaman berkeliling ke
berbagai negara itulah yang secara signifikan memperkaya proses kreasi lulusan S2 (Master of
Architecture) di Berlage Institute, Belanda tahun 1993 ini dalam berkarya.
Salah satu Karya dari Ir. Eko Agus Prawoto ialah Cemeti Art House, Yogyakarta
(1997-1999)