Anda di halaman 1dari 9

BIOGRAFI

ANDY RAHMAN

Lahir di Surabaya tahun 1980, merupakan arsitek termuda lulusan terbaik


Jurusan Arsitektur institute Teknologi sepuluh November (ITS) Surabaya tahun
2004. Ia merupakan penghargaan dan karya tugas akhirnya yang diterbitkan dalam
majalah desain skala nasional tahun 2005. Setelah bekerja selama 1 tahun di 3
perusahaan konsultan arsitek di Surabaya. Pada tahun 2005 Andy Rahman
membenarkan diri untuk mendirikan sebuah Studio Desain. Perusahaan jasa
konsultan arsitektur dan interior di Surabaya dengan nama andi rahman Architect.
Karya-karya Andy Rahman Architect telah mencapai lebih dari 1000 desain yang
tersebar di Indonesia, meliputi rumah tinggal, ruko, kantor, hotel, sekolah dan
masih banyak lagi.

Salah satu Karya Andy Rahman ialah Rumah Kost

1. Rumah Kos Pasuruan.JPG

Andy Rahman Architect telah merancang beberapa rumah kos, yang pada awalnya
dianggap sebagai bangunan fungsional yang sama seperti lainnya. Namun, setelah
melakukan pengamatan yang lebih mendalam pada kondisi rumah-rumah kos yang
ada di Surabaya Timur, pada akhirnya menemukan bahwa rumah kos, yang
merupakan bangunan yang disewakan (bersifat profitable), banyak yang dirancang
secara asal-asalan dan tidak memperhatikan kenyamanan penghuni/penyewa yang
juga membutuhkan ruang bersama dan kamar dengan standar kesehatan yang
memadai.

Maka dari itulah, Andy Rahman merancang rumah-rumah kos dengan pendekatan
tiga unsur, yaitu: klien, pengguna dan lingkungan urban. Masing-masing unsur
memiliki parameter tersendiri untuk menjadikan sebuah rumah kos yang layak
investasi bagi klien, humanis dan sehat bagi penghuni dan sekaligus memberi
sumbangan pada lingkungan tempatnya berada. Parameter-parameter ini tidak
berdiri sendiri, satu sama lain saling terkait membentuk sebuah jaringan yang
saling mendukung.

Rumah Kos Pontianak


Klien, dalam membangun rumah kos, tentunya tidak lepas dari pertimbangan profit
(keuntungan), karena membangun rumah kos merupakan investasi yang
diharapkan segera menghasilkan keuntungan. Oleh sebab itu, Andy Rahman juga
memperhatikan keinginan klien yang pasti menginginkan biaya pembangunan
(budget) yang serendah mungkin. Serendah mungkin di sini maksudnya bukan asal
murah saja, tetapi murah yang tetap optimal, yang tetap bisa
menampilkan performance rumah kos yang layak dan bagus baik secara
arsitektural, kultural maupun sosial.
- Low Budget Low Maintenance
Untuk menekan anggaran atau budget, maka harus mencari cara agar
dengan budget yang terbatas itu tetap bisa menampilkan sebuah bentukan
arsitektur yang layak dan tetap berciri masa kini, serta mudah dan murah dalam
pemeliharaannya. Ini yang kadang-kadang dilupakan oleh arsitek, jika harga murah
berakibat mahalnya maintenance ya akhirnya sama saja, tetap membebani klien
dengan biaya pemeliharaan berkala.
Maka, dalam rumah-rumah kos ini rata-rata dihadirkan tampilan yang unfinished,
seperti penggunaan semen plester, semen aci dan semen roll, juga bata ringan
ekspos atau bata merah ekspos, sehingga secara umum bisa memberikan
solusi: low budget, low maintenance.
- Material Recycle
Untuk mendukung low budget low maintenance, Andy Rahman juga menggunakan
material recycle (daur-ulang) seperti kayu-kayu bekas peti kemas untuk perabot,
penyelesaian interior dan juga daun-daun pintu pada rumah-rumah kos ini. Dengan
penggunaan material jenis ini, tentunya harga bisa ditekan agar lebih rendah,
sekaligus memberikan kesadaran lingkungan, yakni mendaur ulang kembali
material-material murah yang melimpah di sekitar kita.
- Hemat Energi
Dengan penyelesaian unfinished, penggunaan material recycle tersebut, serta
pencahayaan dan penghawaan alami yang baik, jelas akan menghemat energi dan
sumberdaya yang digunakan dalam bangunan rumah kos, utamanya adalah listrik.
Di sini bukan berarti tanpa AC sama sekali, karena di lingkungan urban
penggunaan AC menjadi hal yang tak terelakkan. Ruangan kamar dirancang
sedemikian rupa dengan dukungan penghawaan dan pencahayaan alamiah juga
agar penggunaan AC (dan juga lampu penerangan) bisa lebih hemat dan optimal.
Dalam desain rumah-rumah kos, penghuni menjadi prioritas utama bagi Andy
Rahman, karena merekalah yang menjadi user (pengguna) yang sebenarnya dari
rumah-rumah kos ini, yang sehari-hari menempati dan memanfaatkannya. Maka
desain rumah kos sangat memperhatikan kebutuhan para penghuni tersebut.

Para penghuni kos adalah manusia juga, yang selain sebagai makhluk individu juga
sebagai makhluk sosial, maka diberi ruang juga untuk memenuhi kebutuhan sosial
mereka. Penghuni kos biasanya juga menyewa kamar dalam jangka waktu yang
lama, sehingga faktor kesehatan dan kelayakan juga menjadi pertimbangan.

- Ruang Komunal

Rumah-rumah kos ini memiliki communal space (ruang komunal) sebagai ruang
bersama, tempat para penghuni kos bisa saling bersosialisasi dan saling
berinteraksi satu sama lain. Suasana kekeluargaan dan empati sosial bisa terbangun
dengan adanya communal space ini, hubungan antar penghuni bisa menjadi lebih
akrab dan hangat.

Untuk memberikan ruang komunal ini, Andy Rahman harus meyakinkan klien
bahwa tidak masalah untuk “mengorbankan” ruang (yang mestinya bisa untuk
kamar) untuk dijadikan ruang komunal. Karena toh nanti bisa dikonversi dengan
harga kamar juga, dan ruang komunal ternyata menjadi fasilitas yang menjadi daya
tarik bagi pengguna untuk menyewa kamar di tempat ini.

- Pencahayaan dan Penghawaan yang baik

Rumah-rumah kos ini merupakan tempat kos yang sehat dan nyaman, yang sangat
memperhatikan penghawaan dan pencahayaan bagi ruang-ruang di dalamnya.
Andy Rahman memaksimalkan bukaan untuk rumah kos yang dirancangnya, untuk
mempermudah aliran udara dan pencahayaan yang lebih optimal.

Tidak heran jika selalu ada “celah” yang dirancang oleh Andy Rahman untuk
memasukkan udara dan cahaya, agar rumah kos tetap terjaga hubungannya dengan
ruang luar (tidak terkungkung/pengap).

- Sirkulasi dan Parkir


Sirkulasi pengguna dan kendaraan juga diperhatikan, agar mereka bisa leluasa
bergerak dan beraktivitas di luar kamar. Misalnya saja koridor, yang disesuaikan
dengan pola pergerakan penghuni.

Yang tak kalah penting adalah penyediaan parkir kendaraan (baik kendaraan roda 4
maupun roda 2) dan keamanannya. Hal ini tentunya juga menjadi pertimbangan
pengguna, mereka pasti mencari rumah kos yang menyediakan parkir yang layak
dan aman bagi kendaraan mereka.

Rumah Kos Keputih Jilid 3

Dalam merancang rumah kos, Andy Rahman juga memperhatikan aspek-aspek


lokal di mana bangunan berada. Sehingga rumah kos tidak hanya sebagai
bangunan fungsional saja, tetapi juga memperhatikan tradisi setempat, sehingga
juga memiliki dan memancarkan ciri lokal atau bahkan ciri budaya yang khas
dalam tampilan desainnya.

- Isu/Budaya Lokal

Dalam mendesain rumah kos, harus melihat apa yang menjadi keunggulan lokal di
daerah tersebut. Misalnya saja untuk rumah kos di Pontianak, memakai ragam hias
khas Pontianak yang di-stilisasi menjadi ragam hias baru yang lebih kontemporer,
dengan memanfaatkan bata ringan yang dipotong untuk memberikan efek ragam
hias.

- Material Lokal

Dalam merencanakan rumah kos, sebisa mungkin juga menggunakan material


yang banyak tersedia di lokasi, sehingga tidak perlu mencari bahan yang sulit
dicari (yang harganya otomatis juga lebih mahal). Misalnya untuk Rumah Kos
Keputih Jilid 3, yang pada bagian depannya diberi permainan bata ekspos. Bata
merah merupakan material lokal yang mudah didapat, selain juga ikut melestarikan
tradisi ketukangan lokal dalam menata bata-bata ekspos tersebut.

- Sumbangan pada Lingkungan

Andy Rahman tidak berusaha memenuhi lahan/site dengan bangunan, tetapi selalu
menyisakan tanah untuk bernapas dan sekaligus penghijauan, seperti di Rumah
Kos Pontianak, Pasuruan dan Rumah Kos Rungkut. Memberi sumbangan kepada
lingkungan urban agar masih ada tempat untuk resapan air ke dalam tanah.

Atau jika hal itu memang tak mungkin dilakukan karena keterbatasan lahan, paling
tidak masih berusaha memberikan suasana hijau dan alami di dalam bangunan,
seperti di Rumah Kos Keputih Jilid 3 serta Rumah Kos Keputih Jilid 4 & 5.
Rumah Kos Keputih Jilid 4 dan 5

“Rumah Kos mestinya tidak hanya mengejar profit atau kuantitas kamar saja, tetapi juga
harus memperhatikan kenyamanan dan kesehatan baik fisik maupun psikologis bagi
penghuninya, serta menjaga kualitas sosial dan peka terhadap lingkungan sebagai bagian
dari tanggungjawab desain.”
BIOGRAFI

Ir. Eko Agus Prawoto M.Arch, IAI.

Beliau lahir di Yogyakarta, Indonesia, 1959. Beliau merupakan seorang seniman arsitektur.
Kecintaannya terhadap dunia seni diawali ketika dia masih SMA, yang kerap mengunjungi
pameran-pameran seni rupa di Jogja. Selepas SMA, beliau memutuskan untuk melanjutkan
studinya di Teknik Arsitektur, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta tahun 1982. Beliau merasa
bahwa seni rupa dan seni arsitektur memiliki kesamaan dalam hal ekplorasi imajinasi untuk
berkarya.

Dalam menyikapi perkembangan arsitektur dimasa ini, beliau mencoba mengkolaborasikan


keindahan seni rupa ke dalam pola arsitektur sebuah bangunan. Pada tahun 1999, beliau
menyelenggarakan sebuah pameran arsitektur tentang kota bertajuk Cities On The Move.
Pameran ini digelar di beberapa kota yakni di London, Helsinski, dan Wina. Pada tahun 2002,
beliau kembali mengadakan pameran di Guang Zhou, China. Dan pada tahun berikutnya beliau
menggelar instalansi arsitektur di Italia dalam “Art Event“. Pada tahun yang sama, beliau
memperoleh penghargaan IAI atas karyanya mendesain Cemeti Art House sebagai bangunan
kebudayaan.

Bagi beliau, Italia merupakan negara yang sangat inspiratif. Kampung-kampung kecil disana
mempunyai kemiripan dengan kampung-kampung di Indonesia. Pengalaman berkeliling ke
berbagai negara itulah yang secara signifikan memperkaya proses kreasi lulusan S2 (Master of
Architecture) di Berlage Institute, Belanda tahun 1993 ini dalam berkarya.
Salah satu Karya dari Ir. Eko Agus Prawoto ialah Cemeti Art House, Yogyakarta
(1997-1999)

Anda mungkin juga menyukai