Anda di halaman 1dari 14

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Amonia
Amonia merupakan senyawa kimia dengan rumus NH3 . Amonia
termasuk gas alkalin yang tidak berwarna dan lebih ringan dari udara.
Senyawa ini terkandung di dalam urin yang bersifat basa dan akan
mengeluarkan bau yang menyengat apabila terkena sinar atau panas. Bau
tersebut berasal dari peruraian urea sebagai komponen bahan organik
terbanyak dalam urin oleh jasad renik menjadi energi dan gas NH3 . Amonia
saat ini dijadikan sebagai bahan baku pupuk, abu soda, asam nitrat, nilon,
plastik, pencelup, karet dan bahan peledak.

Senyawa amonia adalah senyawa dengan ikatan kovalen. Berdasarkan


struktur titik pada gambar diatas, unsur N dan H masing masing berikatan
dengan saling menggunakan pasangan elektron yang sama. Jika dilihat dari
bentuk molekulnya, amonia terbentuk dari tumpang tindih tiga buah orbital
sp3 hibrida dan tiga orbital hidrogen. Bentuk molekul amonia adalah
primida trigonal seperti tampak pada gambar di atas. Beberapa ciri dari
Amonia antara lain :

 Amonia dalam suhu kamar berwujud gas yang tidak berwarna.


 Memiliki bau yang sangat menyengat dan mempunyai rasa seperti logam
alkali atau sabun.
 Ketika dihirup bisa membuat air mata mengalir.
 Lebih ringan dari udara sehingga akan bergerak ke atas pada keadaan
normal. Gas ini sering jatuh ke bawah dan terakumulasi bersama air hujan.
 Amonia larut dalam air. Perbandingannya 1 liter air berbanding dengan
1300 liter volume gas amonia. Karena kelarutannya dalam air sangat tinggi
gas ini jarang dijumpai di atas permukaan air.
 Gas amonia dapat dengan mudah diubah wujudnya ke cair dengan
mengkondisikannya pada tekanan 8 sampai dengan 10 atmosfer (atm).
 Gas amonia mendidih pada suhu 239º K (-35º C) pada tekanan 1 atm.

Pada umumnya Amonia tidak mudah terbakar, tetapi apabila campuran


udara dan amonia dalam ruangan 13-27% maka akan meledak dan terbakar.
Amonia dapat terbakar pada daerah mudah terbakar 16-25 % (LFL-UFL).
Suhu kamar 651 oC. Amonia juga dapat menjadi korosif apabila terkena
tembaga dan timah.
Selain itu amonia 0,2% sampai dengan 0,3% dari volume ruangan
menyebabkan kematian. Konsentrasi amonia yang tinggi pada permukaan
air akan menyababkan kematian ikan, udang, dan binatang air lainnya yang
terdapat pada perairan tersebut Kadar amonia yang tinggi pada air sungai
menunjukkan adanya pencemaran, akibatnya rasa air sungai kurang enak
dan berbau.
Amonia cair dapat menyebabkan kulit melepuh seperti luka bakar dan
juga dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata dan saluran pernafasan.
Bahkan bisa menyebabkan mual, muntah, dan pingsan. Penggunaan amonia
dalam waktu yang lama dapat menyebabkan penyakit kanker karena amonia
bersifat karsinogenik atau bahan yang dapat menimbulkan kanker.
Amonia juga merupakan senyawa kimia yang cukup terkenal bagi dunia
kecantikan khususnya rambut yang digunakan sebagai bahan campuran dari
pewarna untuk membuat cat rambut, obat pelurusan rambut yang dapat
menyebabkan rambut menjadi kering, kasar, pecah-pecah, kusam dan rusak.
Amonia juga memiliki beberapa dampak buruk, antara lain :

1. Efek Terhadap Kesehatan Manusia


Udara yang tercemar gas amonia dan sulfida dapat menyebabkan
menyebabkan iritasi mata serta saluran pernafasan. Gas NH3 juga dapat
menyebabkan iritasi pada mata, saluran pernafasan dan kulit.
Pada kadar 2500-6500 ppm, gas amonia melalui inhalasi menyebabkan
iritasi hebat pada mata (Keraktitis), sesak nafas (Dyspnea), Bronchospasm,
nyeri dada, sembab paru, batuk darah, Bronchitis dan Pneumonia. Pada
kadar tinggi (30.000 ppm) dapat menyebabkan luka bakar pada kulit.

2. Efek Terhadap Lingkungan


Sekitar Sisa-sisa makanan dan sampah organik dibuang ke tempat
sampah, kemudian di bawa ke tempat pembuangan akhir (TPA). Sampah-
sampah tersebut kemudian membusuk dan menghasilkan gas amonia. Gas
amonia tersebut merupakan salah satu gas rumah kaca yang dapat
menyebabkan global warming. Akibat yang terjadi adalah terjadinya
perubahan iklim dan cuaca serta efek global warming lainnya. Gas amonia
juga dapat mengganggu estetika lingkungan karena bau pembusukan
sampah yang sangat menyengat.
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk kehidupan
orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Sumber daya air harus
dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta
mahkluk hidup yang lain, pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus
dilakukan secara bijaksana. Oleh karena itu, kehadiran amonia dalam air
akan sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat. Standar kualitas air
minum dan air bersih dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia
menetapkan persyaratan kadar amonia yang diperbolehkan yaitu sebanyak
kisaran maksimal 0,5 mg/L (PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 82
TAHUN 2001).
BAB IV
PROSEDUR PENGUJIAN

4.1 Ruang Lingkup


Cara uji ini digunakan untuk penentuan kadar amonia dengan
spektrofotometer secara fenat dalam contoh air dan air limbah pada kisaran
kadar 0,1 mg/L sampai dengan 0,6 mg/L NH3 -N pada panjang gelombang
640 nm.

4.2 Istilah dan definisi


4.2.1 Larutan induk amonia
Larutan yang mempunyai kadar amonia 1000 mg/L, yang digunakan untuk
membuat larutan baku dengan kadar yang lebih rendah.
4.2.2 Larutan baku amonia
Larutan induk amonia yang diencerkan sampai kadar tertentu
4.2.3 Larutan kerja amonia
Larutan baku amonia yang diencerkan, digunakan untuk membuat kurva
kalibrasi
4.2.4 Kurva kalibrasi
Grafik yang menyatakan hubungan kadar larutan baku dengan hasil
pembacaan serapan yang merupakan garis lurus
4.2.5 Larutan blanko
Air suling yang diperlakukan seperti contoh uji

4.3 Cara uji


4.3.1 Prinsip
Amonia bereaksi dengan hipoklorit dan fenol yang dikatalisis oleh natrium
nitroprusida membentuk senyawa biru indofenol.
4.3.2 Bahan
a) Amonium klorida (NH4 Cl);
b) Larutan fenol (C6 H5OH)
Campurkan 11,1 mL fenol yang dicairkan (kadar fenol lebih besar atau
sama dengan 89%) dengan etil alkohol 95% di dalam labu ukur 100 mL,
kemudian tambahkan etil alkohol 95% sampai tanda tera dan
dihomogenkan.
c) Natrium nitroprusida (C3 FeN6 Na2O)
Larutkan 0,5 g natrium nitroprusid dalam 100 mL air suling dan
dihomogenkan.
d) Larutan alkalin sitrat (C6 H5 Na3 O7 )
Larutkan 200 g trinatrium sitrat dan 10 g NaOH, masukan ke dalam labu
ukur 1000 mL, tepatkan dengan air suling sampai tanda tera dan
dihomogenkan.
e) Natrium hipoklorit (NaClO) 5%
f) Larutan pengoksidasi
Campur 100 mL larutan alkalin sitrat dengan 25 mL natrium hipoklorit.
4.3.3 Peralatan
a) Spektrofotometer
b) Timbangan analitik
c) Erlenmeyer 50 mL
d) Labu ukur 100 mL; 500 mL; dan 100 mL
e) Gelas ukur 25 mL
f) Pipet volumetrik 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL dan 5,0 mL
g) Pipet ukur 10 mL dan 100 mL
h) Gelas piala 1000 mL
4.3.4 Persiapan pengujian
A. Pembuatan larutan induk amonia 1000 mg N/L
Larutkan 3,819 g amonium klorida yang telah dikeringkan pada suhu
100°c dalam labu ukur 1000 mL, dan encerkan dengan air suling sampai
tanda tera kemudian dihomogenkan.
B. Pembuatan larutan baku amonia 100 mg N/L
o Pipet 10 mL larutan induk amonia 1000 mg N/L dan masukan ke dalam
labu ukur 100 mL.
o Tambahkan air suling sampai tepat pada tanda tera kemudian
dihomogenkan.
C. Pembuatan larutan baku amonia 10 mg N/L
o Pipet 10 mL larutan baku amonia 100 mg N/L dan masukan ke dalam
labu ukur 100 mL
o Tambahkan air suling sampai tepat tanda tera dan dihomogenkan.
D. Pembuatan larutan kerja amonia
o Pipet 0,0 mL; 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL dan 5,0 mL larutan baku amonia
10 mg N/L dan masukkan masing-masing ke dalam labu ukur 100 mL
o Tambahkan air suling sampai tepat tanda tera sehingga diperoleh kadar
amonia 0,0 mg N/L; 0,1 mg N/L; 0,2 mg N/L; 0,3 mg N/L dan 0,5 mg
N/L.
E. Pembuatan kurva kalibrasi
o Optimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk alat untuk
pengujian kadar amonia
o Pipet 25 mL larutan kerja dan masukkan masing-masing ke dalam
erlenmeyer
o Tambahkan 1 mL larutan fenol dan dihomogenkan
o Tambahkan 1 mL larutan nitroprusid, dihomogenkan
o Tambahkan 2,5 mL larutan pengoksidasi, dihomogenkan
o Tutup erlenmeyer tersebut dengan plastik atau parafin film
o Biarkan selama satu jam untuk pembentukan warna
o Masukan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat
serapannya pada panjang gelombang 640 nm
o Buat kurva kalibrasi dari data h) di atas dan atau tentukan persamaan
garis lurusnya.
4.3.5 Prosedur
a) Optimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk alat untuk
pengujian kadar amonia
b) Pipet 25 mL larutan kerja dan masukkan masing-masing ke dalam
erlenmeyer
c) Tambahkan 1 mL larutan fenol dan dihomogenkan
d) Tambahkan 1 mL larutan nitroprusid, dihomogenkan
e) Tambahkan 2,5 mL larutan pengoksidasi, dihomogenkan
f) Tutup erlenmeyer tersebut dengan plastik atau parafin film
g) Biarkan selama satu jam untuk pembentukan warna
h) Masukan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat
serapannya pada panjang gelombang 640 nm.
4.3.6 Perhitungan
Kadar amonia (mg N/L)= C X fp
dengan pengertian :
C adalah kadar yang didapat dari hasil pengukuran (mg/L)
fp adalah faktor pengenceran.

4.4 Jaminan mutu dan pengendalian mutu


4.4.1 Jaminan Mutu
a) Gunakan bahan kimia pro analysis (p.a)
b) Gunakan alat gelas bebas kontaminan
c) Gunakan alat ukur terkalibrasi
d) Dikerjakan oleh analis yang kompeten
e) Lakukan analisis dalam jangka waktu yang tidak melampaui waktu
penyimpanan maksimum.
4.4.2 Pengendalian mutu
a) Koefisien korelasi (r) lebih besar atau sama dengan 0,97 dengan intersepsi
lebih kecil atau sama dengan batas deteksi
b) Lakukan analisis blanko untuk kontrol kontaminasi
c) Lakukan analisis duplo untuk kontrol ketelitian analisis
d) Jika perbedaan persen relatif hasil pengukuran lebih besar atau sama dengan
5% maka dilakukan pengukuran ketiga
e) Apabila contoh uji mengandung zat tersuspensi, contoh uji dapat disaring
atau didestilasi
f) Apabila contoh uji mengandung H2 S, contoh uji diasamkan dengan HCl
hingga pH 3.

4.5 Rekomendasi
Kontrol akurasi :
a) Untuk kontrol gangguan matrik lakukan analisis spike matrix kisaran persen
temu balik adalah 85% sampai dengan 115%
b) Buat control chart untuk akurasi analisis.
BAB V
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

5.1 Hasil pengamatan


a) Tabel standar amonia
Sampel ID Conc WL640.0

Standar 1 0.0000 -0.0000


Standar 2 0.1000 0.0791
Standar 3 0.2000 0.1503
Standar 4 0.3000 0.2288
Standar 5 0.4000 0.3079
Standar 6 0.5000 0.3859
Standar 7 0.6000 0.4637

b) Grafik standar amonia

0.6

y = 0.1x - 0.1
0.5
R² = 1
0.4
Conc
0.3
WL640.0
0.2 Linear (Conc)

0.1

0
0 2 4 6 8
c) Hasil contoh uji amonia
Sampel ID Conc WL640.0

CVS 0.3012 0.2320


CRM 1 0.4641 0.3575

CRM 2 0.4426 0.3410


Sampel 1 0.5305 0.4005

Sampel 2 0.5300 0.4012

5.2 Perhitungan
Jaminan Mutu :
%DCVS = (C.Target – C.Hasil) x 100%
C.Target
= (0.3000 – 0.3012) x 100%
0.3000
= 0,4%

%RCVS = C.Hasil x 100%


C.Target
= 0.3012 x 100%
0.3000
= 100,4 %

%RPD = |X1 – X1| x 100%


(X1 + X2)/2
= |0.5305 – 0.5300| x 100%
(0.5305 + 0.5300)/2
= 0.0005 x 100%
0.5302
= 0,09%
%RCRM = |(C.Spike-C.Sampel)| x 100%
Target value
= |(0.5305 + 0.5300)/2| x 100%
0.532
= 0.5302 x 100%
0.532
= 99,66%
BAB VI
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

5.1 Pembahasan
Penentuan kadar amonia dalam air kali ini dianalisis menggunakan
Spektrofotometer UV-Visible dengan panjang gelombang 640 nm. Metode
uji untuk penentuan kadar amonia ini menggunakan metode secara fenat,
yaitu pembentukan senyawa kompleks indofenol yang berwarna biru dalam
waktu berkisar satu jam pada suhu ruang.
Kadar amonia yang masih memenuhi syarat baku mutu PP No. 82 tahun
2001 yaitu kisaran < 0,5 mg/L, sedangkan berdasarkan syarat Standar
Nasional Indonesia yaitu kisaran < 0,6 mg/L.
Prinsip dari pengukuran kadar amonia ini adalah amonia air bereaksi
dengan natrium hipoklorit membentuk senyawa kloramin (NH2Cl) yang
kemudian bereaksi dengan reagen fenolat membentuk senyawa antara
monoklor kuinon. Selanjutnya, monoklor kuinon bereaksi dengan reagen
fenolat membentuk senyawa indofenol berwarna biru yang dapat terdeteksi
oleh spektrofotometer UV-Visibel. Pada reaksi pembentukan indofenol biru,
natrium nitropusida berfungsi sebagai katalis. Untuk uji N-amonia, maka pH
sangat menentukan dalam presisi dan akurasi uji.
Linearitas pengukuran suatu metode adalah proporsional antara
konsentrasi analit dalam contoh uji dengan daerah konsentrasi yang
diberikan. Linearitas digambarkan dengan grafik yaitu konsentrasi standar
amonia dengan nilai absorban dari hasil pengukuran yang disebut kurva
kalibrasi.
Presisi merupakan kedekatan antara nilai data yang satu dengan yang
lain. Uji presisi digunakan untuk mengetahui adanya kesalahan dari
preparasi contoh. Hasil uji presisi dapat dikatakan baik jika nilai yang
diperoleh < 10%.
Akurasi adalah ukuran untuk menunjukan derajat kedekatan antara hasil
analisis dengan nilai sebenarnya. Hasil uji akurasi dapat dikatakan akurat
jika rentang persen yang didapat yaitu 85-115%.

5.2 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran, kadar amonia yang diperoleh dalam
sampel uji adalah sebesar 0,4300-0,4305 mg/L sehingga masih memenuhi
syarat baku mutu PP No. 82 tahun 2001 yaitu kisaran < 0,5 mg/L, serta
syarat Standar Nasional Indonesia yaitu kisaran < 0,6 mg/L.
Nilai presisi yang diperoleh atas perhitungan sampel uji adalah sebesar
0,09% dan hasil ini dapat dikatakan baik karena berada dibawah kisaran
yang harus dicapai yaitu < 10%.
Derajat kedekatan atau akurasi yang diperoleh dari perhitungan sampel
uji adalah sebesar 99,69%, hasil inipun termasuk baik karena masih masuk
dalam kisaran yang harus dicapai yaitu sebesar 85-115%.
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA

1. http://kikiworo.blogspot.com/2014/12/laporan-kimia-analitik-penentuan-
amonia.html
2. https://www.academia.edu/9826702/laporan_penentuan_amonia_dalam_air
3. https://www.academia.edu/27775583/LAPORAN_PRAKTIKUM_AMMONIA
4. https://www.academia.edu/38160153/SNI_19_7119_1_2005_Cara_Uji_Amoni
ak_NH3_dengan_Metoda_Indofenol_Menggunakan_Spektrofotometer
5. https://www.dosenpendidikan.co.id/bahaya-amonia/
6. https://i2.wp.com/rumushitung.com/wp-content/uploads/2014/12/structure-
senyawa-amonia.png?ssl=1
7. https://rumushitung.com/2014/12/05/amonia-sifat-dan-manfaatnya/
8. https://www.google.com/search?q=baku+mutu+air&client=firefox-b-
d&source=lnms&sa=X&ved=0ahUKEwiPsYT9gtbmAhUA7HMBHTnrCAwQ
_AUIDCgA&biw=1366&bih=654&dpr=1

Anda mungkin juga menyukai