Anda di halaman 1dari 8

Hambatan untuk mempromosikan praktik berbasis bukti

Perlunya mengatasi masalah saat ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan dari
berbagai literatur bukan hanya dasar-dasarnya. Ada kebutuhan yang pasti untuk bidan, dan
semua praktisi, untuk memiliki pikiran terbuka ketika berhadapan dengan penemuan modern
masa depan karena ini berpotensi dapat meningkatkan kesehatan pasien.
Ada banyak hambatan untuk mempromosikan praktik berbasis bukti.

1. Pengaruh budaya kerja dan budaya profesional yang resisten terhadap perubahan
tempat kerja pada EBP telah diartikulasikan oleh berbagai penulis sebagai faktor
penghambat pelaksanaan EBP (Gale & Schaffer, 2009; Khammarnia, Haj Mohammadi,
Amani, Rezaeian, & Setoodehzadeh, 2015).
2. Selain itu, faktor utama yang memfasilitasi pelaksanaan EBP termasuk dukungan,
dorongan, dan pengakuan oleh manajemen dan administrasi (Shifaza et al., 2014).
3. Menciptakan budaya EBP membutuhkan komitmen oleh administrator untuk
berinvestasi dalam visi EBP. Pernyataan misi yang mencerminkan janji untuk EBP dan
keterlibatan diartikulasikan dalam deskripsi kinerja kebidanan adalah komponen budaya
yang penting.
4. Memberikan mentoring kepada bidan terkait EBP dan dukungan untuk mencari bukti,
membina klub jurnal, dan kesediaan oleh bidan untuk mencoba pendekatan baru
berdasarkan bukti terbaik adalah beberapa kegiatan yang menumbuhkan budaya EBP
positif (Thiel & Ghosh, 2008).
5. Kendala waktu dan kurangnya pengetahuan serta ketrampilan tentang EBP merupakan
hambatan utama bagi bidan untuk mengadopsi EBP (Foo et al., 2011). Keterbatasan
waktu adalah penghalang serius dalam pemanfaatan penelitian. Selain itu, waktu yang
tidak cukup untuk membaca, mengevaluasi, menganalisis, menyebarluaskan dan
menerapkan bukti telah dilaporkan oleh banyak bidan sebagai hambatan EBP (Cruz et
al., 2016; Yoder et al., 2014). Dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan Ammouri et
al., (2014) menunjukkan bahwa waktu dan sumber daya yang tidak mencukupi
diidentifikasi sebagai hambatan utama untuk menggunakan EBP di antara bidan di
Oman.
6. Selain itu, hambatan dalam pelaksanaan EBP termasuk beban tanggung jawab yang
sangat besar yang harus diperhatikan seorang bidan setiap hari, dan lingkungan fasilitas
perawatan kesehatan yang sangat menuntut sebagian besar waktu bidan (Shifaza et al.,
2014). Ini dapat membuat EBP lebih sulit untuk dimasukkan ke dalam praktik klinis.
Selain itu, kebanyakan praktik kebidanan lebih didasarkan pada tradisi daripada
berbasis bukti, yang dapat menghasilkan beban kerja yang meningkat (Shifaza et al.,
2014).
1. Evidence Base Praktik Kebidanan
1. Definisi
Pengertian evidence Base jika ditinjau dari pemenggalan kata (Inggris) maka evidence
Base dapat diartikan sebagai berikut:
Evidence : Bukti, fakta

Base : Dasar

Jadi evidence base adalah: praktik berdasarkan bukti.


Pengertian Evidence Base menurut sumber lain:
The process of systematically finding, appraising and using research findings as the basis for
clinical decisions.4
Evidence base adalah proses sistematis untuk mencari, menilai dan menggunakan hasil
penelitian sebagai dasar untuk pengambilan keputusan klinis.

Jadi pengertian Evidence Base-Midwifery dapat disimpulkan sebagai asuhan kebidanan


berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut metodologi ilmiah yang sistematis.

2. Manfaat Evidence Base


Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan Evidence Base antara lain:
1) Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti ilmiah

2) Meningkatkan kompetensi (kognitif)

3) Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam memberikan asuhan yang
bermutu

4) Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien mengharapkan
asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan teori serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi

3 Sumber Evidence Base

Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet maupun berlangganan
baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau CD. Situs internet yang ada dapat diakses, ada
yang harus dibayar namun banyak pula yang public domain. Contoh situs yang dapat diakses
secarea gratis (open access) seperti:
1) Evidence Based Midwifery di Royal College Midwives Inggris
: http://www.rcm.org.uk/ebm/volume-11-2013/volume-11-issue-1/the-physical-effect-of-exercise-
in-pregnancy-on-pre-eclampsia-gestational-diabetes-birthweight-and-type-of-delivery-a-struct/
2) Midwifery Today :

http://www.midwiferytoday.com/articles/midwifestouch.asp
3) International Breastfeeding Journal
:http://www.internationalbreastfeedingjournal.com/content
4) Comfort in Labor : http://Childbirthconnection.org.
5) Journal of Advance Research in Biological Sciences :

http://www.ejmanager.com/mnstemps/86/86-1363938342.pdf?t=1370044205
6) American Journal of Obstetric and Gynecology : http://ajcn.nutrition.org/
7) American Journal of Clinical Nutrition : http://ajcn.nutrition.org/
8) American Journal of Public Health : http://ajcn.nutrition.org/
9) American Journal of Nursing :

http://journals.lww.com/ajnonline/pages/default.aspx
10) Journal of Adolescent Health : http://www.jahonline.org/article/S1054-139X(04)00190-
9/abstract

Evidence Base – Midwifery

Dibawah ini akan dipaparkan Evidence Base dalam praktik Kebidanan terkini menurut proses
reproduksi:

1) EBM-ANC

KEBIASAAN KETERANGAN

Diet rendah garam untuk mengurangi Hipertensi bukan karena retensi garam
hipertensi
Membatasi hubungan seksual untuk Dianjurkan untuk memakai kondom ada
mencegah abortus dan kelahiran sel semen yang mengandung
prematur prostaglandin tidak kontak langsung
dengan organ reproduksi yang dapat
memicu kontraksi uterus

Pemberian kalsium untuk mencegah Kram pada kaki bukan semata-mata


kram pada kaki disebabkan oleh kekurangan kalsium

Diet untuk memcegah bayi besar Bayi besar disebabkan oleh gangguan
metabolism pada ibu seperti diabetes
melitus

Aktititas dan mobilisasi/latihan (senam  Berkaitan dengan peredaran darah


hamil dll) saat masa kehamilan dan kontraksi otot. (lihat jurnal)8
menurunkan kejadian PEB, gestasional
diabetes dan BBLR dan persalinan SC

2) EBM INC & PNC

KEBIASAAN KETERANGAN
Tampon Vagina Tampon vagina menyerap darah tetapi
tidak menghentikan perdarahan, bahkan
perdarahan tetap terjadi dan dapat
menyebabkan infeksi

Gurita atau sejenisnya Selama 2 jam pertama atau selanjutnya


penggunaan gurita akan menyebabkan
kesulitan pemantauan involusio rahim

Memisahkan ibu dan bayi Bayi benar-benar siaga selama 2 jam


pertama setelah kelahiran. Ini merupakan
waktu yang tepat untuk melakukan
kontak kulit ke kulit untuk mempererat
bonding attachment serta keberhasilan
pemberian ASI

Menduduki sesuatu yang panas Duduk diatas bara yang panas dapat
menyebabkan vasodilatasi, menurunkan
tekanan darah ibu dan menambah
perdarahan serta menyebabkan dehidrasi

Review dari Cochrane menginformasikan bahwa epidural tidak hanya menghilangkan


nyeri persalinan, namun seperti tindakan medikal lainnya berdampak pada
perpanjangan persalinan, peningkatan penggunaan oksitosin, peningkatan persalinan
dengan tindakan seperti forcep atau vakum ekstraksi, dan tindakan seksio sesarea
karena kegagalan putaran paksi dalam, resiko robekan hingga tingkat 3-4 dan lebih
banyak membutuhkan tindakan episiotomy pada nulipara. 9

Studi lain tentang sentuhan persalinan membuktikan bahwa dengan sentuhan


persalinan 56% lebih sedikit yang mengalami tindakan Seksio Sesarea, pengurangan
penggunaan anestesi epidural hingga 85%, 70 % lebih sedikit kelahiran dibantu
forceps, 61% penurunan dalam penggunaan oksitosin; durasi persalinan yang lebih
pendek 25%, dan penurunan 58% pada neonatus yang rawat inap.10
Menyusui secara esklusif dapat meingkatkan gerakan peristaltic ibu sehingga
mencegah konstipasi ibu. Ibu yang menyusui secara eksklusif akan lebih sedikit yang
konstipasi.11

3) NEWBORN CARE

TEMUAN ILMIAH
Breastfeeding berhubungan dengan perkembangan neurodevelopment pada usia 14
bulan.12

Perawatan tali pusan secara terbuka lebih cepat puput dan mengurangi kejadian
infeksi TP dari pada perawatan tertutup dengan penggunaan antiseptik13

Penyebab kematian terbanyak pada anak adalah pneumonia dan diare, sedangkan
penyebab lain adalah penyakit menular atau kekurangan gizi. Salah satu upaya untuk
mencegah kematian pada anak adalah melalui pemberian nutrisi yang baik dan ASI
eksklusif. 14

Penelitian yang dilakukan di Banglades melaporkan bahwa pemberian ASI ASI secara
eksklusif merupakan faktor protektif terhadap infeksi saluran pernapasan akut OR (IK
95%) : 0,69 (0,54-0,88) dan diare OR (IK95%) : 0,69 (0,49-0,98)15

Evidence Based Health Care (Perawatan Kesehatan Berdasarkan Bukti) dalam Asuhan
Kebidanan
Evidence based health care merupakan penerapan berfikir kritis berdasarkan metode ilmiah
yang digunakan dalam pengambilan keputusan bidang kesehatan. Salah satu tujuan penerapan
evidence based health care adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Dalam
pelaksanaannya keputusan akhir dalam memberikan pelayanan kesehatan juga
menggabungkan dengan tingkat pengetahuan/pendidikan, pengalaman klinis dan kebijakan
yang berlaku.
Evidence based health care (perawatan kesehatan berbasis bukti) adalah penggunaan bukti/
hasil penelitian terbaik dan terbaru dalam membuat keputusan tentang perawatan pada individu
atau pemberian layanan kesehatan. Bukti terbaik dan terbaru adalah informasi terkini terkait
masalah kesehatan, berdasarkan hasil penelitian yang valid tentang efek dari berbagai bentuk
perawatan kesehatan, potensi bahaya dari paparan agen khusus, akurasi tes diagnostik, dan
kekuatan prediksi faktor prognostic.
Perawatan kesehatan berbasis bukti (evidence based health care), meliputi evidence based
clinical practice / evidence based practice dan evidence based medicine. Evidence based
practice (praktek klinis berbasis bukti) adalah sebuah pendekatan yang digunakan dalam
pengambilan keputusan di mana tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan) menggunakan bukti
terbaik yang tersedia, dengan persetujuan klien/pasien, untuk memutuskan pilihan yang sesuai
dan terbaik bagi klien/ pasien. Evidence based medicine (pengobatan berbasis bukti) adalah
penggunaan metode pengobatan yang teliti, tegas dan bijaksana berdasarkan bukti terbaik saat
ini, yang dilakukan dalam membuat keputusan tentang perawatan pasien secara individual.
Evidence based medicine berarti mengintegrasikan keahlian klinis individu dengan bukti klinis
terbaik yang tersedia dari penelitian sistematis. Istilah evidence based medicine lebih ditujukan
dalam pengobatan kedokteran. Terdapat istilah yang lebih khusus yang ditujukan dalam
pelayanan kebidanan yaitu evidence based midwifery. Dalam ilmu keperawatan digunakan
istilah evidence based nursing.
Prinsip-prinsip dasar penerapan evidence based medicine-practice: 1) semua keputusan praktis
harus dibuat berdasarkan studi penelitian, dipilih dan ditafsirkan menurut beberapa karakteristik
norma tertentu (penelitian kuantitatif), 2) diperlukan keahlian klinis dari tenaga kesehatan, 3)
dalam bingkai sistem pelayanan kesehatan yang berlaku, 4) dilaksanakan berdasarkan pilihan
klien/ pasien.
Langkah-langkah dalam penerapan evidence based medicine-practice:
1. Penerapan evidence based medicine-practice dimulai dari pasien, masalah klinis atau
pertanyaan yang timbul terkait perawatan yang diberikan pada klien
2. Merumuskan pertanyaan klinis (rumusan masalah) yang mungkin, termasuk pertanyaan kritis
dari kasus/ masalah ke dalam kategori, misal: desain studi dan tingkatan evidence
3. Melacak/ mencari sumber bukti terbaik yang tersedia secara sistematis untuk menjawab
pertanyaan
4. Penilaian kritis (critical appraisal) akan bukti ilmiah yang telah didapat untuk validitas internal/
kebenaran bukti, (meliputi: kesalahan sistematis sebagai akibat dari bias seleksi, bias informasi
dan faktor perancu; aspek kuantitatif dari diagnosis dan pengobatan; ukuran efek dan aspek
presisi; hasil klinis; validitas eksternal atau generalisasi), dan kegunaan dalam praktrk klinis.
5. Penerapan hasil dalam praktek pada klien, dengan membuat keputusan untuk menggunakan
atau tidak menggunakan hasil studi tersebut, dan atau mengintegrasikan bukti tersebut dengan
pengalaman klinis dan faktor pasien/ klien dalam menentukan keputusan tersebut.
6. Evaluasi kinerja, yaitu melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan pada klien.
Untuk menggunakan hasil penelitian/ bukti sebagai referensi dalam memberikan perawatan
pada klien, diperlukan suatu tinjauan sistematis/ review sistematis (evidence review/ systematic
review) dari hasil penelitian-penelitian serupa. Tinjauan sistematis ini dapat kita lakukan sendiri
atau menggunakan tinjauan sistematis yang sudah disusun dan dipublikasikan oleh seorang
penulis (peneliti, akademisi, praktisi) yang ahli dibidangnya untuk memberikan rencana
terperinci dan berulang tentang pencarian literatur dan evaluasi dari bukti-bukti tersebut.
Setelah semua bukti terbaik dinilai, pengobatan/ perawatan dikategorikan sebagai: 1) mungkin
bermanfaat, 2) mungkin berbahaya, atau 3) bukti tidak mendukung salah satu manfaat atau
bahaya.
Kualitas bukti dapat dinilai berdasarkan jenis sumber bukti (dari meta-analisis dan review
sistematis uji klinis), faktor lainnya termasuk validitas statistik, relevansi klinis, keakuratan dan
kekinian, dan penerimaan. Dalam evidence based medicine-practice kategori berbagai jenis
evidence based dan tingkatan atau nilainya disesuaikan dengan kekuatan hasil penelitian dari
berbagai jenis bias penelitian.
Penilaian untuk menilai kualitas bukti berdasarkan US Preventive Services Task Force
(USPSTF), dikategorikan menjadi:
1. Tingkat I: bukti yang diperoleh berasal dari hasil penelitian yang dirancang dengan metode
randomized controlled trial.
2. Tingkat II-1: bukti yang diperoleh berasal dari hasil penelitian yang dirancang dengan metode
controlled trials without randomization.
3. Tingkat II-2: bukti yang diperoleh berasal dari hasil penelitian yang dirancang dengan metode
studi kohort atau kasus control rancangan studi analitik, yang dilakukan pada lebih dari satu
kelompok penelitian.
4. Tingkat II-3: bukti diperoleh dari beberapa rancangan penelitian time series design dengan
atau tanpa intervensi. Hasil yang dramatis dalam uji terkontrol dapat juga dianggap sebagai
jenis bukti.
5. Tingkat III: pendapat otoritas/ ahli yang dihormati, berdasarkan pengalaman klinis, penelitian
deskriptif, atau laporan komite ahli.
Dalam pedoman dan publikasi lainnya, rekomendasi untuk layanan klinis diklasifikasikan
berdasarkan resiko klinis dibandingkan dengan manfaat layanan dan tingkat bukti dimana
informasi/ hasil penelitian didapatkan. Klasifikasi yang ditetapkan berdasarkan The US
Preventive Services Task Force:
1. Tingkat A: bukti ilmiah baik, menunjukkan bahwa manfaat dari layanan klinis secara
substansial lebih besar daripada risiko potensial. Pemberi layanan harus mendiskusikan jenis/
bentuk layanannya dengan klien yang memenuhi syarat.
2. Tingkat B: bukti ilmiah cukup baik, menunjukkan bahwa manfaat dari layanan klinis melebihi
potensi risiko. Pemberi layanan harus mendiskusikan jenis/ bentuk layanan dengan klien yang
memenuhi syarat.
3. Tingkat C: bukti ilmiah cukup baik, menunjukkan bahwa ada manfaat yang diberikan oleh
layanan klinis, tetapi keseimbangan antara manfaat dan risiko yang terlalu dekat untuk
membuat rekomendasi. Pemberi layanan tidak perlu menawarkan kecuali ada pertimbangan
individu.
4. Tingkat D: bukti ilmiah cukup baik, menunjukkan bahwa risiko layanan klinis melebihi manfaat
potensial. Pemberi layanan tidak harus menawarkan layanan kepada klien tanpa gejala.
5. Tingkat I: Bukti ilmiah yang kurang, kualitas yang buruk atau bertentangan, sehingga risiko
dibanding manfaat tidak dapat dinilai. Pemberi layanan harus membantu klien dalam
memahami ketidakpastian seputar layanan klinis.
Meskipun evidence based medicine-practice dianggap sebagai standar emas dalam praktek
klinis, terdapat sejumlah keterbatasan dalam pelaksanaannya:
1. Evidence based medicine-practice menghasilkan penelitian kuantitatif, terutama dari desain
Randomized Controlled Trial (RCT). Dengan demikian, hasilnya mungkin tidak relevan untuk
semua situasi perawatan.
2. Penelitian dengan desain RCT mahal, maka prioritas diberikan pada topic penelitian yang
dipengaruhi oleh kepentingan para “sponsor”.
3. Ada jeda antara saat RCT dilakukan dengan ketika hasilnya dipublikasikan, dan ada jeda
antara saat hasilnya dipublikasikan dengan saat hasilnya diterapkan dengan benar.
4. Penelitian dengan rancangan RCT membatasi generalisasi, karena penelitian tidak dilakukan
pada semua populasi.
5. Tidak semua bukti dari penelitian dengan rancangan RCT dapat diakses dengan mudah,
sehingga efektivitas pengobatan yang dilaporkan mungkin berbeda dari yang dicapai dalam
praktek klinis rutin.
6. Hasil studi/ penelitan yang diterbitkan mungkin tidak mewakili semua studi yang diselesaikan
pada topik tertentu (diterbitkan dan tidak diterbitkan) atau mungkin tidak dapat diandalkan
karena kondisi studi yang berbeda dan bervariasi.
Penelitian umumnya cenderung berfokus pada populasi, namun tiap-tiap individu dalam
populasi dapat bervariasi secara substansial dari norma-norma yang umum terjadi dalam suatu
populasi. Dapat disimpulkan bahwa evidence based medicine-practice berlaku untuk kelompok
orang (populasi). Namun hal tersebut tidak menghalangi pemberi layanan dari menggunakan
pengalaman pribadi mereka dalam memutuskan bagaimana menyelesaikan setiap masalah.
Salah satu sumber menyarankan bahwa: “pengetahuan yang diperoleh dari penelitian klinis
tidak langsung menjawab pertanyaan klinis, apa yang terbaik bagi klien”, dan menunjukkan
bahwa evidence based medicine-practice tidak harus menyimpang dari nilai pengalaman klinis.
Sumber lainnya menyatakan bahwa “evidence based medicine-practice berarti
mengintegrasikan keahlian klinis individu dengan bukti klinis terbaik yang tersedia (diakses
secara terbuka/ umum) dari penelitian yang sistematis”.
Penerapan evidence based medicine-practice dalam pelayanan kebidanan (evidence based
midwifery) khususnya dalam asuhan kehamilan, diantaranya sebagai pertimbangan dalam:
melaksanakan pemeriksaan ibu hamil, menjalankan program antenatal care (standar asuhan
kehamilan, standar kunjungan), mengatasi keluhan/ ketidaknyamanan yang dialami selama
kehamilan, pemenuhan kebutuhan dasar ibu hamil, dan penatalaksanaan penyulit/ komplikasi
kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai