Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011

Tekstur Bijih

BAB II

TEKSTUR BIJIH

A. Pendahuluan

Pada dunia eksplorasi pertambangan, kehadiran urat pada batuan sangat


penting untuk memahami mineralisasi di tubuh batuan yang terjadi dalam suatu
sistem hidrothermal (Morrison et al, 1990). Istilah gangue digunakan untuk
kenampakan pengisian rekahan-rekahan pada batuan oleh mineral-mineral yang
tidak bernilai. Sedangkan urat didefinisikan sebagai suatu pengisian rekahan
atau bidang sesar oleh gangue dan juga mineral bijih (Guilbert, 1986). Materi-
materi pengisi gangue dan urat berupa silikat, karbonat, dan sulfida serta
mineral-mineral bijih. Dalam pengamatan urat di batuan sangat membantu kita
dalam mendeskripsikan mineralisasi yang terjadi di batuan dan juga memahami
zona alterasi yang bekerja pada pembentukan urat tersebut. Karena pada
beberapa tubuh urat yang dijumpai menunjukkan adanya pola-pola tekstur urat
tertentu yang dapat dipelajari dan mencirikan kondisi lingkungan tertentu.

B. Kondisi Pembentukan Mineral Pada Urat dan Gangue

Pada pengisian rekahan batuan oleh larutan hirdothermal akan membawa


mineral-mineral sekunder akan terbentuk sebagai produk akhir pendinginan
fluida. Mineral-mineral silika merupakan salah satu mineral pengisi urat atau
rekahan pada batuan, dengan mineral kuarsa sebagai mineral yang paling stabil
(Fournier, 1985). Morrison et al et al (1990) membuat interpretasi kondisi
lingkungan pembentukan mineral-mineral sekunder pengisi urat yang diuraikan
pada tabel di bawah ini:
No. Mineral/Tekstur Kondisi Pembentukan
Tekstur Primer
1. Kalsedon Kalsedon bisa terbentuk dari presipitasi larutan
hydrothermal secara langsung atau berasal dari perubahan
silica amorf menjadi material kristalin. Larutan
hidrothermal intermediet super silika bereaksi terhadap
kuarsa membentuk kalsedon, proses ini terjadi pada suhu di
bawah 180°C

2. Agate Agate (fibrous banded calcedonic quartz), merupakan hasil


kristalisasi diawali dari bentuk gumpalan seragam yang
berasal dari gel silika ketika diferensiasi berkembang

33
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih

dengan baik selama kristalisasi. Pada temperatur rendah,


karena nukleasi rata-rata kristal yang sangat lambat,
kandungan silika dapat bertahan dalam fluida untuk waktu
yang lama, proses ini mengakibatkan pembentukan agate
yang berlapis.

3. Tekstur Sisir Tekstur sisir umumnya terbentuk pada ruang terbuka yang
diisi oleh fluida hydrothermal, dimana nukleus kristal
tumbuh secara multiple di sepanjang dinding rekahan. Jika
fluida jenuh akan silika akan membentuk mineral-mineral
kuarsa, jika fluida tidak jenuh akan kandungan silika akan
membentuk kalsedon.

4. Kristal berzona Kristal-kristal berzona terbentuk pada lingkungan


yang memiliki fluktuasi selama pertumbuhan, yang
ditandai dengan zona-zona fluida atau inklusi padat
pada kristal.

5. Tekstur Tekstur kolloform pada kuarsa kalsedon terbentuk


kolloform dari gel silika asli, tegangan permukaan yang kuat
mengakibatkan bentukan membundar atau seperti
ginjal pada permukaan luarnya.

6. Tekstur Tekstur krustiform, diduga berasal dari adanya


Krustiform fluktuasi konsentrasi dari elemen-elemen kimia di
dalam larutan, dan dari fluktuasi presipitasi larutan.
Fluktuasi ini mencerminkan pendidihan berkala dari
larutan fluida hidrothermal.

Tekstur Rekristalisasi
7. Tekstur Moss Tekstur Moss merupakan tekstur asli sferoidal gel yang
terawetkan selama rekristalisasi kuarsa atau kalsedon.
Struktur sferoidal gel dapat terbentuk akibat pengendapan
bertahap gel silika di sekitar nukleus (inti) kristal. Sehingga
memberikan kesan seperti partikel asing atau material silika
yang terbentuk pertama kali. Dapat juga berasal dari
pengeringan kandungan air pada suhu yang tinggi.

34
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih

8. Tekstur Tekstur ini didefinisikan sebagai kenampakan seperti bulu


Microplume atau tekstur flamboyant pada urat kuarsa oleh Adam (1920)
yang diduga sebagai tekstur yang terbentuk pada
lingkungan yang dekat ke permukaan. Sander et al (1988),
menginterpretasikan bahwa keanampakan ini terjadi akibat
adanya rekristalisasi berupa perlapisan kalsedon atau silika
amorf yang mengelilingi suatu kristal kuarsa, atau karena
akumulasi kristal kuarsa yang tumbuh pada rekahan secara
individual sebelum dilapisi oleh kalsedon. Tekstur ini
mencerminkan kondisi rekristalisasi kristal yang belum
sempurna atau tahap pertengahan.
Tekstur Replacement
9. Lattice bladed Terbentuk sebagai hasil pertukaran bilahan mineral kalsit
oleh kuarsa, bilahan yang tebal atau bentuk lembaran pada
kuarsa berasal dari tekstur mineral kalsit yang tergantikan.
10. Ghost bladed Terbentuk dari material pengotor yang terdapat pada
mineral asli selama proses penggantian kuarsa berlangsung.
Mineral-mineral kuarsa tumbuh dalam bentuk butiran-
butiran atau interlocking, tidak dipengaruhi oleh tekstur asli
pengotor tersebut.
11. Parallel bladed Terbentuk dari penggantian bidang-bidang butiran-butiran
kristal kalsit yang sejajar oleh mineral kuarsa dan tersusun
secara berulang. Bagian kuarsa yang melembar sejajar
terhadap basal pinaciod kristal kalsit. Orientasi bidang
bilahan tersebut sama, yang mengindikasikan bentuk awal
kristal kalsit yang tergantikan.

Selain kuarsa juga ditemukan kehadiran mineral-mineral sekunder selain


mineral kuarsa yaitu :
- Adularia, merupakan salah satu jenis K-feldspar struktur kristal triklin lemah
dan bentukan kristal pseudomorfik orthorombik, kehadirannya pada urat-
urat sistem epithermal ditandai dengan kehadiran mineral-mineral dengan
bentuk kristal rhombik berwarna pink atau putih. Mineral ini juga dapat
teramati sebagai agregat moss yang berasosiasi dengan moss kuarsa dan
klasedon pada lapisan-lapisan crustiform serta sebagai agregat dari bentukan
jarum yang berbeda dengan bentukan lapisan crustiform. Pada kebanyakan
sampel mineral-mineral adularia akan etrgantikan oleh mineral kaolin atau
mineral kuarsa.
- Ametis, merupakan mineral yang tembus pandang atau mineral berwarna
ungu yang jernih, kehadiran warna ungu disebabkan oleh adanya zat

35
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih

pengotor berupa kandungan Fe. Mineral ini umum dijumpai pada sistem
epithermal, terutama pada lapisan-lapian crustiform dan pada pergantian
mineral kalsit yang berbilah (bladed calcite). Tetapi mineral ini tidak dapat
digunakan untuk menunjukkan zona-zona tekstur urat.
- Mineral-mineral karbonat, umum dijumpai pada urat-urat epithermal dan
tersusun oleh komposisi berkisaran luas serta memiliki tekstur yang dapat
digunakan untuk menginterpretasikan zonanya. Selain itu, mineral-mineral
ini dapat digantikan oleh mineral-mineral kuarsa dibawah kondisi
epithermal. Dengan tekstur kuarsa yang berkembang menggantikan mineral
karbonat dapat digunakan sebagai alat interpretasi. Begitu juga mineral-
mineral yang bersifat soluble lainnya seperti fluorit, sulfat dan zeolit. Tetapi
kehadiran mineral-mineral ini tidak dapat digunakan untuk interpretasi
zonasi pada sistem epithermal.
- Mineral-mineral sulfida, didefinisikan sebagai salah satu bagian tersendiri
dari sistem epithermal Buchanan (1981). Pada pengamatan conto setangan
dapat terlihat tekstur-tekstur tertentu seperti butiran-butiran mineral halus
yang tersebar dalam urat kalsedon, moss-saccharoidal kuarsa, dan bladed quartz.
Selain itu, dapat dijumpai adanya butiran mineral-mineral sulfida dengan
bentuk euhedral seperti galena, arsenopirit, sfalerit, kalkopirit yang berasosiasi
dengan mineral kalsedon masif.
-
C. Pemerian Gangue dan Urat Pada Batuan.

Pengamatan tubuh urat dan pengidentifikasian mineral pada suatu tubuh urat
didasari oleh agregat mineral yang terbentuk serta teksturnya. Pada urat dengan
pengisi berupa mineral silika terdapat tiga kelompok pembagian tekstur yang
berkembang pada tubuh urat di batuan (Morrison et al et al., 1990) yaitu :
Tekstur pertumbuhan primer merupakan tekstur yang terbentuk ketika pengisian
rekahan pertama kali terjadi. Kelas ini memiliki anggota antara lain :
1. Kalsedonik yang terdiri dari kuarsa-kuarsa dengan bentuk kriptokristalin
serta memiliki kilap seperti lilin dan umumnya berserat secara mikroskopik.
Terdiri dari dua anggota yaitu 1) kalsedon masif, tersusun atas agregat
kriptokristalin kuarsa yang seragam, 2) kalsedonik berlapis yang dicirikan
adanya lapisan-lapisan warna yang tersusun oleh kuarsa kriptokristalin
dengan bentuk seperti awan yang tidak beraturan .
2. Sakaroidal yang memiliki kilap seperti kaca sampai putih susu dengan
bentuk butiran masif seperti gula pada pengamatan conto setangan dengan
inti berupa butiran halus sampai subagregat ovoid

36
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih

3. Sisir, merupakan kelompok dari kristal-kristal kuarsa subparalel yang


terorientasi tegak lurus terhadap dinding urat menyerupai bentuk sisir.
Umumnya kristal-kristal tersebut terbentuk secara euhedral pada akhir
pengkristalannya.
4. Kristal-kristal berzona. Kelompok dari kristal-kristal kuarsa dimana tiap-tiap
kristal memiliki pergantian yang jelas.
5. Kollofrom, merupakan lapisan beraturan yang permukaannya menyerupai
bentuk ginjal dan mempunyai bentuk dalam radier. Jenis dari kalsedon
dalam ikatan crustiform.
6. Crustiform merupakan lapisan-lapisan yang berorientasi yang sejajar dengan
dinding urat dan terbentuk dengan mineralogi, tekstur atau warna yang
berbeda.

Tekstur Rekristalisasi merupakan tekstur yang memperlihatkan adanya


transformasi dari silika amorf atau kalsedon berubah menjadi kuarsa. Mereka
umumnya berasosiasi dengan tekstur kriptokristalin kuarsa yang mengalami
bentuk yang tidak jelas akibat proses rekristalisasi ini. Adapun anggotanya
sebagai berikut :
1. Moss, memiliki bentuk agregat botryoidal halus seperti anggur dengan
bentuk masif tidak beraturan hampir serupa dengan tumbuhan lumut.
Pada sayatan tipis individu satu lingkaran memiliki inti berupa
kriptokristalin dan bagian pinggirnya berupa kristal. Di dalam inti
terdapat pengotor atau inklusi fluida dengan pola konsentrik atau radier.
Dan bagian tepi kristal tersebut memiliki pola radier.
2. Microplumose, memiliki kenampakan berserpih atau seperti bulu dalam
satu individu kristal kuarsa.
Replacement texture, merupakan kenampakan adanya tekstur pseudomorf
secara parsial atau sempurna dari mineral-mineral lain oleh mineral silika di
dalam urat. Kelas tekstur ini terdiri dari dua anggota yaitu :
1. Mold, jejak sisa oleh pelarutan atau replacement parsial dari fase larutan
dalam urat kuarsa. Umumnya dari karbonat, sulfat atau adularia.
2. Membilah atau susunan agregat kuarsa kriptokristalin dalam bentuk bilah
atau lempengan. Terdapat tiga subjenis yang didefinisikan sebagai tekstur
berbilah yaitu :
a. Lattice bladed, jaringan dari bilah-bilah kristal yang saling berpotongan
dengan lubang-lubang polyhedral atau secara keseluruhan terisi kristal

37
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih

kuarsa, pada sayatan tipis setiap bilahan terdiri dari agregat yang
umumnya tersusun paralel atau subparalel terhadap bidang bilahan.
b. Ghost bladed, tersebar secara acak di tubuh urat, yang dapat dibedakan
dari matriks berdasarkan ukuran butirnya, mineral yang dapat
terbentuk berupa kuarsa dan mineral-mineral pengotor.
c. Parallel bladed, berupa orientasi parallel yang dibentuk oleh kelompok
agregat mineral pengisi urat atau rekahan, dimana setiap kelompok
mineral tersebut mempunyai orientasi arah yang berbeda-beda,
sehingga akan memberikan orientasi butiran pada batuan.

Gambar 1. Klasifikasi kenampakan tekstur pada urat kuarsa (Guoyi et al, 1995)

38
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih

39
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih

Gambar 2. kenampakan tekstur


lattice dan paralel pada urat kuarsa
(Etoh et al, 2002)

Selain pengamatan tekstur pada urat juga dilakukan pengamatan struktur


yang dibentuk oleh larutan hidrothermal selama proses pengisian rekahan.

40
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih

Struktur ini mencerminkan geometri pengisian rekahan. Berikut Jenis dan


geometri endapan Jenis dan geometri endapan epitermal menggambarkan
secara skematis struktur hidrotermal dan litologi mengontrol permeabilitas
(Sillitoe, 1993) :

Gambar 3. skema jenis-jenis struktur dan geometri urat yang berkembang pada
sistem hidrothermal (Sillitoe, 1993)

Secara keseluruhan tekstur yang berkembang dalam urat, dapat dibagi ke


dalam tujuh zona yang dapat digunakan mengevaluasi persebaran urat pada
sistem epithermal secara vertikal dan horisontal, yaitu :
1. Superzone kalsedon (CH), didominasi oleh kuarsa kalsedon. Terdapat tiga
zona di dalamnya yang berasosiasi dengan mineral karbonat atau bentukan
pseudomorf berupa bilahan-bilahan mineral kalsit.
2. Zona karbonat, zona ini tidak jelas jika diamati dalam bentuk singkapan
karena pengaruh pelapukan. Zona ini terdiri dari kristal-kristal masif atau
butiran karbonat dengan lapisan-lapisan kalsedon dan terkadang ditemukan
kehadiran kristal-kristal kuarsa dalam bentuk bilahan sebagai penggantian
mineral karbonat secara primer atau sekunder.
3. Bladed zone, bertingkat dari zona karbonat dengan meningkatnya proporsi
kehadiran mineral kalsit berbilah dengan kalsit dalam bentuk masif dan
berasosiasi dengan pseudomorf. Terdapat kehadiran mineral kalsedon kuarsa

41
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih

dengan potongan-potongan kecil dari kuarsa dengan tekstur lattice bladed,


mineral-mineral kuarsa jernih atau mineral ametis juga terbentuk.
4. Zona kalsedon masif, dimana penyusun dominannya berupa mineral
kalsedon pada pengamatan conto setangan. Tetapi dalam pengamatan
mikroskopis akan terlihat adanya lingkaran-lingkaran tidak beraturan atau
lapisan-lapisan kasar yang teramati dengan warna yang terubah-ubah. Pada
bagian teratas zona ini akan dijumpai kenampakan pola warna berupa lattice
bladed, sedangkan pada bagian bawah zona ini akan dijumpai pola warna dari
mineral ini seperti agate.
5. Superzone crustiform-colloform (CC), ditandai dengan berkembangnya lapisan-
lapisan yang konsisten. Terdapat kisaran tekstur dan mineral yang luas di
dalam zona ini, tetapi hampir keseluruhan dari mereka teratur dalam lapisan-
lapisan tekstur colloform dan crustiform. Zona super ini dibagi menjadi dua
bagian berdasarkan perbandingan rasio tekstur kalsedon dan tekstur moss
yang berlawanan terhadap bentukan kristal. Bagian atas tersusun dari
kalsedon dan lapisan-lapisan moss yang dominan melebihi lapisan-lapisan
kristalin dan berasosiasi dengan moss adularia, bladed carbonate, lattice bladed,
dan butiran halus lapisan sulfida. Pelapisan colloform berkembang dengan
baik di zona ini karena jumlah kalsedon yang melimpah. Bagian terbawah
memiliki lapisan-lapisan kristalin yang dominan melebihi kalsedon dan
lapisan-lapisan moss dan berasosiasi dengan kristal-kristal adularia yang
menjarum dan kristal-kristal sulfida yang tersebar sebagai lapisan-lapisan
sulfida. Di dalam zona ini tidak hanya terjadi perubahan dari kalsedon
dominan menjadi kristal kuarsa dominan tetapi juga perubahan bentuk
kristal kuarsa secara dominan dari bentuk butiran menjadi kristal-kristal
berzona sampai kristal kuarsa prismatik dengan arah pertumbuhan ke
bawah.
6. Superzone kristalin, dikarakterisasi oleh asosiasi kuarsa kristalin dengan
kristal adularia, sulfida dan kabonat. Kenampakan tekstur kalsedon,
colloform, moss dan berbilah tidak terlihat. Tetapi lapisan-lapisan crustiform
umum terlihat. Kuarsa kristalin secara dominan terlihat jernih dan prismatik
tetapi kristal-kristal tersebut berzona dan hadir butiran-butiran kuarsa secara
lokal. Pada zona ini proporsi sulfida dan adularia berkurang. Sedangkan
proporsi mineral karbonat meningkat berseling dengan pertumbuhan kristal
kuarsa. Terjadi jeda pertumbuhan yang didominasi oleh pembentukan
mineral karbonat. Proses ini dapat digunakan untuk membedakan asosiasi
kuarsa kristalin+adularia+sulfida dankuarsa kristalin+zona karbonat

D. Deskripsi urat

42
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih

Hal yang perlu diamati pada urat yaitu alterasi, kenampakan tekstur alterasi
dan tubuh gangue/urat dan struktur tubuh urat/gangue (Hedenquist et al, 2000).
Berikut tahapan-tahapan pengamatan pada urat:
1. Warna batuan,
2. Tipe Alterasi (jika teramati)
3. Pemerian Urat:
a. Tekstur urat (jika memiliki perlapisan diukur ketebalannya)
b. Geometri urat (Sillitoe, 1993)
4. Mineralogi :
a. Mineral primer (mineral asli batuan, jika teramati)
b. Mineral sekunder (mineral produk alterasi)
- Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi
- Mineral-mineral tambahan
c. Mineral-mineral pengisi tubuh urat/gangue baik mineral non-logam atau
mineral logam (bijih).
5. Tipe urat : tekstur dan geometri
6. Genesa
7. Kondisi Lingkungan

Referensi
1. Bastin, Edson S., 1953, Interpretation of ore textures, Ithaca, New York
2. Corbett, G,J., T.M. Leach. 1996. Southwest Pacific Rim gold/copper systems : structure,
alteration, and mineralization . A workshop presented for the Society of Exploration
Geochemists at Townville, 145pp.

3. Etoh, J., Izawa, E., Watanabe, K.,Taguchi, S., Sekine, R., 2002, Bladed Quart and Its
Relationship to Gold Mineralisation in The Hishikari Low-Sulphidation Epithermal Gold
Deposit, Economic Geology, vol. 97, pp 1841-1851

4. Guilbert, J., M., Charles F.P. Jr. 1986. The geology of ore deposits. Freeman, New York, 985pp.
5. Hedenquist, J.W. dan Houghton, B. F. 1996. Epithermal gold mineralisation and its volcanic
environments , 50, Elsevier, Amsterdam, 423pp.

6. Hedenquist, J. W., Arribas, A. R., dan Urien E. G., 2000, Exploration for Epithermal Gold
deposits, Economic Geology, vol. 13, p. 245-277

43
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih

7. Morrison, Kingston, 1996, Magmatic-related hydrothermal system, short course manual,


Australia.

8. Morrison, Gregg, Guoyi, Dong, Subhash Jairet, 1990, Textural Zoning in Epithermal Quartz
Vein, exploration services, Klondike

9. Guoyi, Dong, Morrison, Gregg, dan Subhash Jairet, 1995, Quartz Texture in Epithermal Veins,
Queensland-Classification Origin and Implication; Economic Geology, vol.90, pp. 1841-1856

10. Reyes,A. G., dan Giggenbach, W. F., 1992, Petrology and fluid chemistry of magmatic-
hydrothermal systems in the Phillipines, In : Y.K. Kharaka dan A. S. Maest (Editors) Water
rock Interaction. Proceedings of the 7th International Sympossium on Water-Rock Interaction, Park
City, USA, Balkema, Rotterdam, pp, 1341-1344

11. Sillitoe, R. H., 1993, Gold Rich Porphyry Copper Deposits; geological model and exploration
implications, In: R. V. Kirham, W. D., Sinclair, R. I., Thorpe and J. M., Duke (editors), Mineral
Deposit Modelling, Geol. Assoc. Canada Spec. Pap. 40, pp 1341-1344.

12. Simmons, S. F., White, N. C., dan John, D. A., 2005, Geological Characteristic of Epithermal
Precious Base Metal Deposits, Economic Geology, 100th volume, pp. 485-522

13. Thompson, A. J. B., dan Thompson J. F. H., 1996, Atlas of alteration “A field and petrographic
guide to hydrothermal alteration minerals”, Geological Association of Canada Mineral
Deposit Divisions. Canada

14. White, Noel, 2009, Ephithermal Gold Deposit; in SEG-MGEI Gold Deposit Workshop 2009, Gold
Deposits: New Development and Exploration, Gadjah Mada University, Yogyakarta,Indonesia.

LABORATORIUM BAHAN GALIAN


JURUSAN TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS GADJAH MADA

Lembar Pengamatan Peraga Endapan Nama :


Epithermal
NIM :
No. Peraga :
Komponen pengamatan Keterangan
1. Warna batuan
2. Tipe Alterasi Batuan
3. Pemerian Urat/Gangue Tekstur :

Geometri struktur :

44
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih

4. Mineralogi (deskripsi) Mineral asli :

Mineral Sekunder :
Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi

Mineral-mineral tambahan

Mineral-mineral pengisi tubuh urat/gangue


mineral non-logam

mineral logam (bijih).

45
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih

5. Pemerian Urat/gangue Tekstur Urat

Struktur Urat

6. Genesa

7. Kondisi Lingkungan

Contoh pendeskripsian batuan


LABORATORIUM BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS GADJAH MADA

Lembar Pengamatan Peraga Endapan Epitermal Nama : Nikita Willy


NIM : 38954
No. Peraga : EP 2
Komponen pengamatan Keterangan
1. Warna batuan Merah muda kecoklatan
2. Tipe Alterasi Batuan Silisifikasi
3. Pemerian Urat/Gangue Tekstur Urat
Cockade, di dalam fragmen batuan berkembang tekstur

46
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih

krustifrom (Morrison et al, 1990)

Struktur Urat
Vein breccia (Sillitoe, 1993)
4. Deskripsi mineralogi Mineral asli
-

Mineral Sekunder
Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi
- Kuarsa berwarna putih susu, kilap seperti kaca bentuk
berupa butiran dengan kelimpahan 30%
- Kalsedon, berwarna putih, kilap seperti lilin,
membentuk perlapisan dengan ketebalan 5 mm,
kelimpahan 10%
- Epidot, berwarna hijau kekuningan, kilap seperti
tanah bentuk berupa butiran-butiran halus dengan
agregat membentuk halo pada rekahan di batuan.
Kelimpahan 10 %
Mineral-mineral tambahan
- Lempung berwarna coklat, kilap seperti tanah, ukuran
<0.05 mm dan kelimpahan 5 %
Mineral-mineral pengisi tubuh urat/gangue
mineral non-logam
- Kalsedon, berwarna putih, kilap seperti lilin,
membentuk perlapisan dengan ketebalan 5 mm,
kelimpahan 10%
- Adularia berwarna pink, dengan kilap seperti lilin,
terletak pada pusat lingkaran kalsedon, berukuran
<0.05 mm dengan kelimpahan 30 %

mineral logam (bijih).


- Pirit, berwarna kuning pucat dengan kilap logam,
berbentuk butiran kubik dan tersebar di tubuh batuan
(disseminated), ukuran 1 mm kelimpahan 5%
- Sufida besi, berwarna coklat tua, dengan kilap seperti
tanah, bentuk berupa fragmen-fragmen yang
berukuran 1-3 cm. kelimpahan 15 %.
5. Jenis tekstur urat dan Tekstur Cockade dan Crustiform
struktur geometri
Struktur berupa vein breccia

6. Genesa Pembentukan tekstur pada endapan epithermal di

47
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih

tubuh batuan disebabkan oleh adanya proses space


filling pada lingkungan Sulfidasi rendah (White dan
Hedenquist, 1995)
7. Kondisi Lingkungan Terletak pada superzone crustiform-colloform bagian atas,
karena tersusun dari kalsedon dan lapisan-lapisan moss
yang dominan melebihi lapisan-lapisan kristalin dan
berasosiasi dengan moss adularia. Terdapat colloform
berkembang dengan baik di zona ini karena jumlah
kalsedon yang melimpah. Dengan kedalaman
pembentukan berkisar 200 m dan suhu pembentukan
dengan kisaran 200°C-250°C (Buchanan, 1981)

48

Anda mungkin juga menyukai