Tekstur Bijih
BAB II
TEKSTUR BIJIH
A. Pendahuluan
33
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih
3. Tekstur Sisir Tekstur sisir umumnya terbentuk pada ruang terbuka yang
diisi oleh fluida hydrothermal, dimana nukleus kristal
tumbuh secara multiple di sepanjang dinding rekahan. Jika
fluida jenuh akan silika akan membentuk mineral-mineral
kuarsa, jika fluida tidak jenuh akan kandungan silika akan
membentuk kalsedon.
Tekstur Rekristalisasi
7. Tekstur Moss Tekstur Moss merupakan tekstur asli sferoidal gel yang
terawetkan selama rekristalisasi kuarsa atau kalsedon.
Struktur sferoidal gel dapat terbentuk akibat pengendapan
bertahap gel silika di sekitar nukleus (inti) kristal. Sehingga
memberikan kesan seperti partikel asing atau material silika
yang terbentuk pertama kali. Dapat juga berasal dari
pengeringan kandungan air pada suhu yang tinggi.
34
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih
35
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih
pengotor berupa kandungan Fe. Mineral ini umum dijumpai pada sistem
epithermal, terutama pada lapisan-lapian crustiform dan pada pergantian
mineral kalsit yang berbilah (bladed calcite). Tetapi mineral ini tidak dapat
digunakan untuk menunjukkan zona-zona tekstur urat.
- Mineral-mineral karbonat, umum dijumpai pada urat-urat epithermal dan
tersusun oleh komposisi berkisaran luas serta memiliki tekstur yang dapat
digunakan untuk menginterpretasikan zonanya. Selain itu, mineral-mineral
ini dapat digantikan oleh mineral-mineral kuarsa dibawah kondisi
epithermal. Dengan tekstur kuarsa yang berkembang menggantikan mineral
karbonat dapat digunakan sebagai alat interpretasi. Begitu juga mineral-
mineral yang bersifat soluble lainnya seperti fluorit, sulfat dan zeolit. Tetapi
kehadiran mineral-mineral ini tidak dapat digunakan untuk interpretasi
zonasi pada sistem epithermal.
- Mineral-mineral sulfida, didefinisikan sebagai salah satu bagian tersendiri
dari sistem epithermal Buchanan (1981). Pada pengamatan conto setangan
dapat terlihat tekstur-tekstur tertentu seperti butiran-butiran mineral halus
yang tersebar dalam urat kalsedon, moss-saccharoidal kuarsa, dan bladed quartz.
Selain itu, dapat dijumpai adanya butiran mineral-mineral sulfida dengan
bentuk euhedral seperti galena, arsenopirit, sfalerit, kalkopirit yang berasosiasi
dengan mineral kalsedon masif.
-
C. Pemerian Gangue dan Urat Pada Batuan.
Pengamatan tubuh urat dan pengidentifikasian mineral pada suatu tubuh urat
didasari oleh agregat mineral yang terbentuk serta teksturnya. Pada urat dengan
pengisi berupa mineral silika terdapat tiga kelompok pembagian tekstur yang
berkembang pada tubuh urat di batuan (Morrison et al et al., 1990) yaitu :
Tekstur pertumbuhan primer merupakan tekstur yang terbentuk ketika pengisian
rekahan pertama kali terjadi. Kelas ini memiliki anggota antara lain :
1. Kalsedonik yang terdiri dari kuarsa-kuarsa dengan bentuk kriptokristalin
serta memiliki kilap seperti lilin dan umumnya berserat secara mikroskopik.
Terdiri dari dua anggota yaitu 1) kalsedon masif, tersusun atas agregat
kriptokristalin kuarsa yang seragam, 2) kalsedonik berlapis yang dicirikan
adanya lapisan-lapisan warna yang tersusun oleh kuarsa kriptokristalin
dengan bentuk seperti awan yang tidak beraturan .
2. Sakaroidal yang memiliki kilap seperti kaca sampai putih susu dengan
bentuk butiran masif seperti gula pada pengamatan conto setangan dengan
inti berupa butiran halus sampai subagregat ovoid
36
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih
37
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih
kuarsa, pada sayatan tipis setiap bilahan terdiri dari agregat yang
umumnya tersusun paralel atau subparalel terhadap bidang bilahan.
b. Ghost bladed, tersebar secara acak di tubuh urat, yang dapat dibedakan
dari matriks berdasarkan ukuran butirnya, mineral yang dapat
terbentuk berupa kuarsa dan mineral-mineral pengotor.
c. Parallel bladed, berupa orientasi parallel yang dibentuk oleh kelompok
agregat mineral pengisi urat atau rekahan, dimana setiap kelompok
mineral tersebut mempunyai orientasi arah yang berbeda-beda,
sehingga akan memberikan orientasi butiran pada batuan.
Gambar 1. Klasifikasi kenampakan tekstur pada urat kuarsa (Guoyi et al, 1995)
38
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih
39
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih
40
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih
Gambar 3. skema jenis-jenis struktur dan geometri urat yang berkembang pada
sistem hidrothermal (Sillitoe, 1993)
41
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih
D. Deskripsi urat
42
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih
Hal yang perlu diamati pada urat yaitu alterasi, kenampakan tekstur alterasi
dan tubuh gangue/urat dan struktur tubuh urat/gangue (Hedenquist et al, 2000).
Berikut tahapan-tahapan pengamatan pada urat:
1. Warna batuan,
2. Tipe Alterasi (jika teramati)
3. Pemerian Urat:
a. Tekstur urat (jika memiliki perlapisan diukur ketebalannya)
b. Geometri urat (Sillitoe, 1993)
4. Mineralogi :
a. Mineral primer (mineral asli batuan, jika teramati)
b. Mineral sekunder (mineral produk alterasi)
- Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi
- Mineral-mineral tambahan
c. Mineral-mineral pengisi tubuh urat/gangue baik mineral non-logam atau
mineral logam (bijih).
5. Tipe urat : tekstur dan geometri
6. Genesa
7. Kondisi Lingkungan
Referensi
1. Bastin, Edson S., 1953, Interpretation of ore textures, Ithaca, New York
2. Corbett, G,J., T.M. Leach. 1996. Southwest Pacific Rim gold/copper systems : structure,
alteration, and mineralization . A workshop presented for the Society of Exploration
Geochemists at Townville, 145pp.
3. Etoh, J., Izawa, E., Watanabe, K.,Taguchi, S., Sekine, R., 2002, Bladed Quart and Its
Relationship to Gold Mineralisation in The Hishikari Low-Sulphidation Epithermal Gold
Deposit, Economic Geology, vol. 97, pp 1841-1851
4. Guilbert, J., M., Charles F.P. Jr. 1986. The geology of ore deposits. Freeman, New York, 985pp.
5. Hedenquist, J.W. dan Houghton, B. F. 1996. Epithermal gold mineralisation and its volcanic
environments , 50, Elsevier, Amsterdam, 423pp.
6. Hedenquist, J. W., Arribas, A. R., dan Urien E. G., 2000, Exploration for Epithermal Gold
deposits, Economic Geology, vol. 13, p. 245-277
43
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih
8. Morrison, Gregg, Guoyi, Dong, Subhash Jairet, 1990, Textural Zoning in Epithermal Quartz
Vein, exploration services, Klondike
9. Guoyi, Dong, Morrison, Gregg, dan Subhash Jairet, 1995, Quartz Texture in Epithermal Veins,
Queensland-Classification Origin and Implication; Economic Geology, vol.90, pp. 1841-1856
10. Reyes,A. G., dan Giggenbach, W. F., 1992, Petrology and fluid chemistry of magmatic-
hydrothermal systems in the Phillipines, In : Y.K. Kharaka dan A. S. Maest (Editors) Water
rock Interaction. Proceedings of the 7th International Sympossium on Water-Rock Interaction, Park
City, USA, Balkema, Rotterdam, pp, 1341-1344
11. Sillitoe, R. H., 1993, Gold Rich Porphyry Copper Deposits; geological model and exploration
implications, In: R. V. Kirham, W. D., Sinclair, R. I., Thorpe and J. M., Duke (editors), Mineral
Deposit Modelling, Geol. Assoc. Canada Spec. Pap. 40, pp 1341-1344.
12. Simmons, S. F., White, N. C., dan John, D. A., 2005, Geological Characteristic of Epithermal
Precious Base Metal Deposits, Economic Geology, 100th volume, pp. 485-522
13. Thompson, A. J. B., dan Thompson J. F. H., 1996, Atlas of alteration “A field and petrographic
guide to hydrothermal alteration minerals”, Geological Association of Canada Mineral
Deposit Divisions. Canada
14. White, Noel, 2009, Ephithermal Gold Deposit; in SEG-MGEI Gold Deposit Workshop 2009, Gold
Deposits: New Development and Exploration, Gadjah Mada University, Yogyakarta,Indonesia.
Geometri struktur :
44
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih
Mineral Sekunder :
Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi
Mineral-mineral tambahan
45
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih
Struktur Urat
6. Genesa
7. Kondisi Lingkungan
46
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih
Struktur Urat
Vein breccia (Sillitoe, 1993)
4. Deskripsi mineralogi Mineral asli
-
Mineral Sekunder
Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi
- Kuarsa berwarna putih susu, kilap seperti kaca bentuk
berupa butiran dengan kelimpahan 30%
- Kalsedon, berwarna putih, kilap seperti lilin,
membentuk perlapisan dengan ketebalan 5 mm,
kelimpahan 10%
- Epidot, berwarna hijau kekuningan, kilap seperti
tanah bentuk berupa butiran-butiran halus dengan
agregat membentuk halo pada rekahan di batuan.
Kelimpahan 10 %
Mineral-mineral tambahan
- Lempung berwarna coklat, kilap seperti tanah, ukuran
<0.05 mm dan kelimpahan 5 %
Mineral-mineral pengisi tubuh urat/gangue
mineral non-logam
- Kalsedon, berwarna putih, kilap seperti lilin,
membentuk perlapisan dengan ketebalan 5 mm,
kelimpahan 10%
- Adularia berwarna pink, dengan kilap seperti lilin,
terletak pada pusat lingkaran kalsedon, berukuran
<0.05 mm dengan kelimpahan 30 %
47
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBER DAYA MINERAL 2011
Tekstur Bijih
48