Anda di halaman 1dari 12

3.

TEKSTUR URAT DAN BIJIH

Pendahuluan

Pada dunia eksplorasi pertambangan, kehadiran urat pada batuan sangat penting
untuk memahami mineralisasi di tubuh batuan yang terjadi dalam suatu sistem
hidrothermal (Morrison et al, 1990). Istilah gangue digunakan untuk kenampakan
pengisian rekahan-rekahan pada batuan oleh mineral-mineral yang tidak bernilai.
Sedangkan urat didefinisikan sebagai suatu pengisian rekahan atau bidang sesar
oleh gangue dan juga mineral bijih (Guilbert, 1986). Materi-materi pengisi gangue
dan urat berupa silikat, karbonat, dan sulfida serta mineral-mineral bijih. Dalam
pengamatan urat di batuan sangat membantu kita dalam mendeskripsikan
mineralisasi yang terjadi di batuan dan juga memahami zona alterasi yang bekerja
pada pembentukan urat tersebut. Karena pada beberapa tubuh urat yang dijumpai
menunjukkan adanya pola-pola tekstur urat tertentu yang dapat dipelajari dan
mencirikan kondisi lingkungan tertentu.

Kondisi Pembentukan Mineral Pada Urat dan Gangue

Pada pengisian rekahan batuan oleh larutan hirdothermal akan membawa mineral-
mineral sekunder akan terbentuk sebagai produk akhir pendinginan fluida. Mineral-
mineral silika merupakan salah satu mineral pengisi urat atau rekahan pada batuan,
dengan mineral kuarsa sebagai mineral yang paling stabil (Fournier, 1985).
Morrison et al et al (1990) membuat interpretasi kondisi lingkungan pembentukan
mineral-mineral sekunder pengisi urat yang diuraikan pada Tabel di bawah ini:

No. Mineral/Tekstur Kondisi Pembentukan


Tekstur Primer
1. Kalsedon Kalsedon bisa terbentuk dari presipitasi larutan hydrothermal
secara langsung atau berasal dari perubahan silica amorf
menjadi material kristalin. Larutan hidrothermal intermediet
super silika bereaksi terhadap kuarsa membentuk kalsedon,
proses ini terjadi pada suhu di bawah 180°C .

2. Agate Agate (fibrous banded calcedonic quartz), merupakan hasil


kristalisasi diawali dari bentuk gumpalan seragam yang
berasal dari gel silika ketika diferensiasi berkembang dengan

III-1
baik selama kristalisasi. Pada temperatur rendah, karena
nukleasi rata-rata kristal yang sangat lambat, kandungan silika
dapat bertahan dalam fluida untuk waktu yang lama, proses
ini mengakibatkan pembentukan agate yang berlapis.
3. Tekstur Sisir Tekstur sisir umumnya terbentuk pada ruang terbuka yang
diisi oleh fluida hydrothermal, dimana nukleus kristal tumbuh
secara multiple di sepanjang dinding rekahan. Jika fluida jenuh
akan silika akan membentuk mineral-mineral kuarsa, jika
fluida tidak jenuh akan kandungan silika akan membentuk
kalsedon.
4. Kristal berzona Kristal-kristal berzona terbentuk pada lingkungan yang
memiliki fluktuasi selama pertumbuhan, yang ditandai dengan
zona-zona fluida atau inklusi padat pada kristal.
5. Tekstur kolloform Tekstur kolloform pada kuarsa kalsedon terbentuk dari gel
silika asli, tegangan permukaan yang kuat mengakibatkan
bentukan membundar atau seperti ginjal pada permukaan
luarnya.
6. Tekstur Tekstur krustiform, diduga berasal dari adanya fluktuasi
Krustiform konsentrasi dari elemen-elemen kimia di dalam larutan, dan
dari fluktuasi presipitasi larutan. Fluktuasi ini mencerminkan
pendidihan berkala dari larutan fluida hidrothermal.
Tekstur Rekristalisasi
7. Tekstur Moss Tekstur Moss merupakan tekstur asli sferoidal gel yang
terawetkan selama rekristalisasi kuarsa atau kalsedon.
Struktur sferoidal gel dapat terbentuk akibat pengendapan
bertahap gel silika di sekitar nukleus (inti) kristal. Sehingga
memberikan kesan seperti partikel asing atau material silika
yang terbentuk pertama kali. Dapat juga berasal dari
pengeringan kandungan air pada suhu yang tinggi.
8. Tekstur Tekstur ini didefinisikan sebagai kenampakan seperti bulu
Microplume atau tekstur flamboyant pada urat kuarsa oleh Adam (1920)
yang diduga sebagai tekstur yang terbentuk pada lingkungan
yang dekat ke permukaan. Sander et al (1988),
menginterpretasikan bahwa keanampakan ini terjadi akibat
adanya rekristalisasi berupa perlapisan kalsedon atau silika
amorf yang mengelilingi suatu kristal kuarsa, atau karena
akumulasi kristal kuarsa yang tumbuh pada rekahan secara
individual sebelum dilapisi oleh kalsedon. Tekstur ini
mencerminkan kondisi rekristalisasi kristal yang belum
sempurna atau tahap pertengahan.
Tekstur Replacement
9. Lattice bladed Terbentuk sebagai hasil pertukaran bilahan mineral kalsit
oleh kuarsa, bilahan yang tebal atau bentuk lembaran pada
kuarsa berasal dari tekstur mineral kalsit yang tergantikan.
10. Ghost bladed Terbentuk dari material pengotor yang terdapat pada mineral
asli selama proses penggantian kuarsa berlangsung. Mineral-
mineral kuarsa tumbuh dalam bentuk butiran-butiran atau
interlocking, tidak dipengaruhi oleh tekstur asli pengotor

III-2
tersebut.
11. Parallel bladed Terbentuk dari penggantian bidang-bidang butiran-butiran
kristal kalsit yang sejajar oleh mineral kuarsa dan tersusun
secara berulang. Bagian kuarsa yang melembar sejajar
terhadap basal pinaciod kristal kalsit. Orientasi bidang bilahan
tersebut sama, yang mengindikasikan bentuk awal kristal
kalsit yang tergantikan.

Selain kuarsa juga ditemukan kehadiran mineral-mineral sekunder selain mineral


kuarsa yaitu :

- Adularia, merupakan salah satu jenis K-feldspar struktur kristal triklin lemah
dan bentukan kristal pseudomorfik orthorombik, kehadirannya pada urat-urat
sistem epithermal ditandai dengan kehadiran mineral-mineral dengan bentuk
kristal rhombik berwarna pink atau putih. Mineral ini juga dapat teramati
sebagai agregat moss yang berasosiasi dengan moss kuarsa dan klasedon pada
lapisan-lapisan crustiform serta sebagai agregat dari bentukan jarum yang
berbeda dengan bentukan lapisan crustiform. Pada kebanyakan sampel mineral-
mineral adularia akan etrgantikan oleh mineral kaolin atau mineral kuarsa.

- Ametis, merupakan mineral yang tembus pandang atau mineral berwarna ungu
yang jernih, kehadiran warna ungu disebabkan oleh adanya zat pengotor berupa
kandungan Fe. Mineral ini umum dijumpai pada sistem epithermal, terutama
pada lapisan-lapian crustiform dan pada pergantian mineral kalsit yang berbilah
(bladed calcite). Tetapi mineral ini tidak dapat digunakan untuk menunjukkan
zona-zona tekstur urat.

- Mineral-mineral karbonat, umum dijumpai pada urat-urat epithermal dan


tersusun oleh komposisi berkisaran luas serta memiliki tekstur yang dapat
digunakan untuk menginterpretasikan zonanya. Selain itu, mineral-mineral ini
dapat digantikan oleh mineral-mineral kuarsa dibawah kondisi epithermal.
Dengan tekstur kuarsa yang berkembang menggantikan mineral karbonat dapat
digunakan sebagai alat interpretasi. Begitu juga mineral-mineral yang bersifat
soluble lainnya seperti fluorit, sulfat dan zeolit. Tetapi kehadiran mineral-mineral
ini tidak dapat digunakan untuk interpretasi zonasi pada sistem epithermal.

- Mineral-mineral sulfida, didefinisikan sebagai salah satu bagian tersendiri dari


sistem epithermal Buchanan (1981). Pada pengamatan conto setangan dapat

III-3
terlihat tekstur-tekstur tertentu seperti butiran-butiran mineral halus yang
tersebar dalam urat kalsedon, moss-saccharoidal kuarsa, dan bladed quartz.
Selain itu, dapat dijumpai adanya butiran mineral-mineral sulfida dengan bentuk
euhedral seperti galena, arsenopirit, sfalerit, kalkopirit yang berasosiasi dengan
mineral kalsedon masif.

Pemerian Gangue dan Urat pada Batuan.

Pengamatan tubuh urat dan pengidentifikasian mineral pada suatu tubuh urat didasari
oleh agregat mineral yang terbentuk serta teksturnya. Pada urat dengan pengisi berupa
mineral silika terdapat tiga kelompok pembagian tekstur yang berkembang pada tubuh
urat di batuan (Morrison et al et al., 1990) yaitu :

Tekstur pertumbuhan primer merupakan tekstur yang terbentuk ketika pengisian


rekahan pertama kali terjadi. Kelas ini memiliki anggota antara lain :

1. Kalsedonik yang terdiri dari kuarsa-kuarsa dengan bentuk kriptokristalin serta


memiliki kilap seperti lilin dan umumnya berserat secara mikroskopik. Terdiri
dari dua anggota yaitu 1) kalsedon masif, tersusun atas agregat kriptokristalin
kuarsa yang seragam, 2) kalsedonik berlapis yang dicirikan adanya lapisan-
lapisan warna yang tersusun oleh kuarsa kriptokristalin dengan bentuk seperti
awan yang tidak beraturan .

2. Sakaroidal yang memiliki kilap seperti kaca sampai putih susu dengan bentuk
butiran masif seperti gula pada pengamatan conto setangan dengan inti berupa
butiran halus sampai subagregat ovoid

3. Sisir, merupakan kelompok dari kristal-kristal kuarsa subparalel yang


terorientasi tegak lurus terhadap dinding urat menyerupai bentuk sisir.
Umumnya kristal-kristal tersebut terbentuk secara euhedral pada akhir
pengkristalannya.

4. Kristal-kristal berzona. Kelompok dari kristal-kristal kuarsa dimana tiap-tiap


kristal memiliki pergantian yang jelas.

III-4
5. Kollofrom, merupakan lapisan beraturan yang permukaannya menyerupai
bentuk ginjal dan mempunyai bentuk dalam radier. Jenis dari kalsedon dalam
ikatan crustiform.

6. Crustiform merupakan lapisan-lapisan yang berorientasi yang sejajar dengan


dinding urat dan terbentuk dengan mineralogi, tekstur atau warna yang berbeda.

Tekstur Rekristalisasi merupakan tekstur yang memperlihatkan adanya


transformasi dari silika amorf atau kalsedon berubah menjadi kuarsa. Mereka
umumnya berasosiasi dengan tekstur kriptokristalin kuarsa yang mengalami
bentuk yang tidak jelas akibat proses rekristalisasi ini. Adapun anggotanya
sebagai berikut :

1. Moss, memiliki bentuk agregat botryoidal halus seperti anggur dengan


bentuk masif tidak beraturan hampir serupa dengan tumbuhan lumut. Pada
sayatan tipis individu satu lingkaran memiliki inti berupa kriptokristalin dan
bagian pinggirnya berupa kristal. Di dalam inti terdapat pengotor atau inklusi
fluida dengan pola konsentrik atau radier. Dan bagian tepi kristal tersebut
memiliki pola radier.

2. Microplumose, memiliki kenampakan berserpih atau seperti bulu dalam satu


individu kristal kuarsa.

Replacement texture, merupakan kenampakan adanya tekstur pseudomorf


secara parsial atau sempurna dari mineral-mineral lain oleh mineral silika di
dalam urat. Kelas tekstur ini terdiri dari dua anggota yaitu :

1. Mold, jejak sisa oleh pelarutan atau replacement parsial dari fase larutan
dalam urat kuarsa. Umumnya dari karbonat, sulfat atau adularia.

2. Membilah atau susunan agregat kuarsa kriptokristalin dalam bentuk bilah


atau lempengan. Terdapat tiga subjenis yang didefinisikan sebagai tekstur
berbilah yaitu :

a. Lattice bladed, jaringan dari bilah-bilah kristal yang saling berpotongan


dengan lubang-lubang polyhedral atau secara keseluruhan terisi kristal

III-5
kuarsa, pada sayatan tipis setiap bilahan terdiri dari agregat yang
umumnya tersusun paralel atau subparalel terhadap bidang bilahan.

b. Ghost bladed, tersebar secara acak di tubuh urat, yang dapat dibedakan
dari matriks berdasarkan ukuran butirnya, mineral yang dapat terbentuk
berupa kuarsa dan mineral-mineral pengotor.

c. Parallel bladed, berupa orientasi parallel yang dibentuk oleh kelompok


agregat mineral pengisi urat atau rekahan, dimana setiap kelompok
mineral tersebut mempunyai orientasi arah yang berbeda-beda, sehingga
akan memberikan orientasi butiran pada batuan.

III-6
Gambar 3.1 Klasifikasi kenampakan tekstur pada urat kuarsa (Guoyi et al, 1995)

III-7
III-8
Gambar 2. Kenampakan
tekstur lattice dan paralel pada
urat kuarsa (Etoh et al, 2002)

Selain pengamatan tekstur pada urat juga dilakukan pengamatan struktur yang
dibentuk oleh larutan hidrothermal selama proses pengisian rekahan. Struktur ini
mencerminkan geometri pengisian rekahan. Berikut Jenis dan geometri endapan
Jenis dan geometri endapan epitermal menggambarkan secara skematis struktur
hidrotermal dan litologi mengontrol permeabilitas (Sillitoe, 1993) :

Gambar 3. Skema jenis-jenis struktur dan geometri urat yang berkembang pada
sistem hidrothermal (Sillitoe, 1993).

III-9
Secara keseluruhan tekstur yang berkembang dalam urat, dapat dibagi ke dalam
tujuh zona yang dapat digunakan mengevaluasi persebaran urat pada sistem
epithermal secara vertikal dan horisontal, yaitu :

1. Superzone kalsedon (CH), didominasi oleh kuarsa kalsedon. Terdapat tiga zona di
dalamnya yang berasosiasi dengan mineral karbonat atau bentukan pseudomorf
berupa bilahan-bilahan mineral kalsit.

2. Zona karbonat, zona ini tidak jelas jika diamati dalam bentuk singkapan karena
pengaruh pelapukan. Zona ini terdiri dari kristal-kristal masif atau butiran
karbonat dengan lapisan-lapisan kalsedon dan terkadang ditemukan kehadiran
kristal-kristal kuarsa dalam bentuk bilahan sebagai penggantian mineral
karbonat secara primer atau sekunder.

3. Bladed zone, bertingkat dari zona karbonat dengan meningkatnya proporsi


kehadiran mineral kalsit berbilah dengan kalsit dalam bentuk masif dan
berasosiasi dengan pseudomorf. Terdapat kehadiran mineral kalsedon kuarsa
dengan potongan-potongan kecil dari kuarsa dengan tekstur lattice bladed,
mineral-mineral kuarsa jernih atau mineral ametis juga terbentuk.

4. Zona kalsedon masif, dimana penyusun dominannya berupa mineral kalsedon


pada pengamatan conto setangan. Tetapi dalam pengamatan mikroskopis akan
terlihat adanya lingkaran-lingkaran tidak beraturan atau lapisan-lapisan kasar
yang teramati dengan warna yang terubah-ubah. Pada bagian teratas zona ini
akan dijumpai kenampakan pola warna berupa lattice bladed, sedangkan pada
bagian bawah zona ini akan dijumpai pola warna dari mineral ini seperti agate.

5. Superzone crustiform-colloform (CC), ditandai dengan berkembangnya lapisan-


lapisan yang konsisten. Terdapat kisaran tekstur dan mineral yang luas di dalam
zona ini, tetapi hampir keseluruhan dari mereka teratur dalam lapisan-lapisan
tekstur colloform dan crustiform. Zona super ini dibagi menjadi dua bagian
berdasarkan perbandingan rasio tekstur kalsedon dan tekstur moss yang
berlawanan terhadap bentukan kristal. Bagian atas tersusun dari kalsedon dan
lapisan-lapisan moss yang dominan melebihi lapisan-lapisan kristalin dan
berasosiasi dengan moss adularia, bladed carbonate, lattice bladed, dan butiran
halus lapisan sulfida. Pelapisan colloform berkembang dengan baik di zona ini

III-10
karena jumlah kalsedon yang melimpah. Bagian terbawah memiliki lapisan-
lapisan kristalin yang dominan melebihi kalsedon dan lapisan-lapisan moss dan
berasosiasi dengan kristal-kristal adularia yang menjarum dan kristal-kristal
sulfida yang tersebar sebagai lapisan-lapisan sulfida. Di dalam zona ini tidak
hanya terjadi perubahan dari kalsedon dominan menjadi kristal kuarsa dominan
tetapi juga perubahan bentuk kristal kuarsa secara dominan dari bentuk butiran
menjadi kristal-kristal berzona sampai kristal kuarsa prismatik dengan arah
pertumbuhan ke bawah.

6. Superzone kristalin, dikarakterisasi oleh asosiasi kuarsa kristalin dengan kristal


adularia, sulfida dan kabonat. Kenampakan tekstur kalsedon, colloform, moss
dan berbilah tidak terlihat. Tetapi lapisan-lapisan crustiform umum terlihat.
Kuarsa kristalin secara dominan terlihat jernih dan prismatik tetapi kristal-
kristal tersebut berzona dan hadir butiran-butiran kuarsa secara lokal. Pada
zona ini proporsi sulfida dan adularia berkurang. Sedangkan proporsi mineral
karbonat meningkat berseling dengan pertumbuhan kristal kuarsa. Terjadi jeda
pertumbuhan yang didominasi oleh pembentukan mineral karbonat. Proses ini
dapat digunakan untuk membedakan asosiasi kuarsa kristalin+adularia+sulfida
dankuarsa kristalin+zona karbonat

Deskripsi tekstur urat dan bijih

Hal yang perlu diamati pada urat yaitu alterasi, kenampakan tekstur alterasi dan tubuh
gangue/urat dan struktur tubuh urat/gangue (Hedenquist et al, 2000). Berikut tahapan-
tahapan pengamatan pada urat:

1. Warna batuan,

2. Tipe Alterasi (jika teramati)

3. Pemerian Urat:

a. Tekstur urat (jika memiliki perlapisan diukur ketebalannya)

b. Geometri urat (Sillitoe, 1993)

4. Mineralogi :

a. Mineral primer (mineral asli batuan, jika teramati)

III-11
b. Mineral sekunder (mineral produk alterasi)

- Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi

- Mineral-mineral tambahan

c. Mineral-mineral pengisi tubuh urat/gangue baik mineral non-logam atau


mineral logam (bijih).

5. Tipe urat : tekstur dan geometri

6. Genesa

7. Kondisi Lingkungan pembentukan.

III-12

Anda mungkin juga menyukai