muhammad_altin@yahoo.co.id
66
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014
Optimalisasi Sains dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Daya Saing Bangsa
Makassar, 13 September 2014
Compact
Klastik
Non
Lemonit
Kalsit,
Bedding
Mud
Rocks
Calcareous
11 Coklat Dolomit dan Baik Angular Tertutup Padat Pasir
Limesrone Klastik Cracks Rocks
Lemonit
12 Compact Coklat Non Kalsit, Baik Angular Mud Tertutup Padat Pasir Calcareous
67
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014
Optimalisasi Sains dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Daya Saing Bangsa
Makassar, 13 September 2014
Kesimpulan
Berdasarkan klasifikasi batuan, Gua Lakasa pada umumnya
mempunyai jenis batuan yang terjadi akibat proses Gua Lakasa merupakan gua batugamping (karst)
sedimentasi dari batugamping. Adapun jenis-jenis batuan yangterbentuk akibat peristiwa kartifikasi(pelarutan batuan
yang terdapat di Gua Lakasa adalah dolomit, dolomite kapur akibat aktivitas air) sehingga terbentuk lorong-lorong
(terlapuk), fosil gampingan, batugamping kompak dan dan bentukan batuan yang sangat menarik akibat proses
konglomerat. kristalisasi dan pelarutan batugamping. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya ornamen-ornamen gua yang terbentuk
Untuk mineral pembentuk speleothem di setiap titik stasiun akibat proses tersebut serta bentuk-bentuk lorong gua yang
pengukuran yang terdapat di Gua Lakasa mempunyai tidak menentu (tidak teratur).
klasifikasi yang berbeda-beda. Adapun Klasifikasi mineral
yang terdapat di Gua Lakasa ditunjukkan pada Tabel 2 Batuan yang terdapat di lokasi selain batugamping terdapat
pula dolomit, dolomit yang telah melapuk, fosil gampingan,
Tabel 2Klasifikasi mineral di Gua Lakasa dan konglomerat. Sementara mineral-mineral terdiri dari
No. Nama Warna
Tekstur Komposisi Sortasi Roundness Struktur Kemas Kekompakan Butiran Kelas
golongan fosfat, oksida dan hidroksida, sulfide, silikat, dan
St. Batuan Batuan
0 Dolomite
Putih
Keabuan
Non
Klastik
Dolomit,
Kalsit, dan Baik Angular
Graded
Bedding
Tertutup
Sangat
Padat
Sangat
Halus
Calcareous
Rocks
karbonat.
Pyrit
Dolomit,
Putih Non Graded Sangat Sangat Calcareous
1 Dolomite Kalsit dan Baik Angular Tertutup
Keabuan Klastik Bedding Padat Halus Rocks
Pyrit
2
Dolomite Hitam
Klastik
Dolomit,
Kalsit dan Jelek Angular
Cross
Terbuka Lunak Kerakal
Calcareous Daftar Pustaka
(Weathered) Keputihan Bedding Rocks
Gypsum
Dolomit,
Dolomite Hitam Cross Calcareous
3
(Weathered) Keputihan
Klastik Kalsit, dan
Gypsum
Dolomit,
Jelek Angular
Bedding
Terbuka Lunak Kerakal
Rocks Aristiyanto, Hari., 2004, Artikel ICS: Introduksi
Dolomite Hitam Cross Calcareous
4
(Weathered) Keputihan
Klastik Kalsit, dan
Gypsum
Jelek Angular
Bedding
Terbuka Lunak Kerakal
Rocks Speleologi, Indonesian Cover Society. Available
Dolomit,
5
Dolomite
(Weathered)
Hitam
Keputihan
Klastik Kalsit, dan
Gypsum
Jelek Angular
Cross
Bedding
Terbuka Lunak Kerakal
Calcareous
Rocks from: URL:http/www.google.com./ Accessed May
Kalsit,
6
Fossileferous
Limestone
Merah
Terang
Klastik Dolomit, dan
Lempung
Sedang
Very
Angular
Ripple
Mark
Tertutup Lunak Pasir
Calcareous
Rocks 10, 2014.
Kalsit,
7
Fossileferous
Limestone
Merah
Terang
Klastik Dolomit, dan
Lempung
Sedang
Very
Angular
Ripple
Mark
Tertutup Lunak Pasir
Calcareous
Rocks Escolero, O.A., L.E. Marin, B. Steinich, A.J. Pacheo, S.A.
8
Fossileferous
Limestone
Merah
Terang
Klastik
Kalsit,
Dolomit, dan
Lempung
Sedang
Very
Angular
Ripple
Mark
Tertutup Lunak Pasir
Calcareous
Rocks
Cabrera and J. Alcocer. 2002. Development of a
9
Fossileferous
Limestone
Merah
Terang
Klastik
Kalsit,
Dolomit, dan
Lempung
Sedang
Very
Angular
Ripple
Mark
Tertutup Lunak Pasir
Calcareous
Rocks
Protection Strategy of Karst Limestone Aquifers: The
10
Compact
Limesrone
Coklat
Non
Klastik
Kalsit,
Dolomit dan
Lemonit
Baik Angular
Mud
Bedding
Tertutup Padat Pasir
Calcareous
Rocks
Merida Yucatan, Mexico; Case Study. Water
11
Compact
Limesrone
Coklat
Non
Klastik
Kalsit,
Dolomit dan Baik Angular
Mud
Cracks
Tertutup Padat Pasir
Calcareous
Rocks
Resources Management 16:351–367.
Lemonit
12 Compact Coklat Non Kalsit, Baik Angular Mud Tertutup Padat Pasir Calcareous Kasri, N., T. Hendrawati, W. Indraningsih, M. Amnan, S.
Samsudi, A. Purba, I. Fatimah dan A. Setiawan.
Mineral pembentuk ornamen (speleothem) yang terdapat di 1999. Kawasan Kars di Indonesia; Potensi dan
Gua Lakasa terbentuk akibat proses kristalisasi dan Pengelolaan Lingkungannya. Jakarta: Kantor Menteri
pelarutan batugamping, yaitu adanya material batuan yang Lingkungan Hidup.
tertranspor ke dalam gua oleh aktivitas air, angin dan Massinai, Muhammad Altin., 2005, Pemetaan Topografi,
gravitasi. Mineral pembentuk speleothem Gua Lakasa Prodi Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu
terbagi dalam lima golongan, yaitu: Pengetahuan AlamUNHAS, Makassar.
Golongan fosfat, arsenat dan aanadat, yaitu lazulit O. Lange, M. Ivanova, N. Lebedeva., 1991, Geologi
(MgAl2(PO4)2(OH)2). Umum, Gaya Media Pratama, Jakarta.
Golongan oksida dan hidroksida, yaitu mikrolit Prihantono, Herdin., 1983, Dasar-Dasar Pemetaan Gua:
((Na,Ca)2Ta2O6(O,OH,F)) dan uraninit (UO2). Kursus Speleologi Tingkat Nasional, Yayasan
Golongansulfida, yaitu Stefanit (Ag5SbS4) dan Speleologi Indonesia dan HIKEPSI, Malang.
grenokit (CdS). Available from: URL:http/www.google.com./
Golongansilikat, yaitu gadolinit (Be2FeY2Si2O10). Accessed April 26, 2014.
Golongankarbonat, yaitu strontianit (SrCO3). Rahmat, Adnan, 2007, Penyelidikan Geologi di Kecamatan
Bontobahari, Pulau Buton, Skripsi, Prodi Geofisika
Gua Lakasa merupakan gabungan antara gua vertikal dan Universitas Hasanuddin, Makassar.
gua horizontal. Hal ini berdasarkan data sudut kemiringan Setia Graha, Doddy., 1987, Batuan dan Mineral, Nova,
(Clinometer), di mana ada beberapa stasiun pengukuran Bandung.
menunjukkan sudut kemiringan yang cukup besar (lebih Samodra, H. 2001. Nilai Strategis Kawasan Kars di
besar dari 45°) seperti pada stasiun 1, 3, 11 dan 17 serta ada Indonesia; Usaha Pengelolaannya dan
pula yang menunjukkan sudut kemiringan yang cukup Perlindungannya [Publikasi Khusus]. Bandung:
kecil, seperti pada stasiun 2, 6, 8, 12 dan 13. Puslitbang Geologi, Departemen ESDM.
Penentuan titik stasiun pengukuran ditentukan berdasarkan Simon and Schuster’s., 1988, Rocks and Minerals, The
adanya perubahan arah, perubahan ekstrim bentuk lorong American Museum of Natural History, New York.
(belokan, turunan, atap turun dan perubahan lebar dinding),
perubahan elevasi ekstrim dan ornamen khusus.
68