Anda di halaman 1dari 3

PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014

Optimalisasi Sains dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Daya Saing Bangsa


Makassar, 13 September 2014

Analisis Mineralogi Batuan Gua Lakasa, Buton.

Muhammad Altin Massinai, Adnan Rahmat


Prodi Geofisika Unhas Makassar

muhammad_altin@yahoo.co.id

Sari suatu saat stalaktit dan stalagmit tersebut bertemu akan


menjadi bentuk tiang dari lantai sampai atap gua yang
Gua Lakasa merupakan salah satu gua di Buton yang disebut pilar (column). Ornamen-ornamen yang terjadi
berpotensi dengan kandungan mineral-mineral yang akibat tetesan air ini disebut dengan batutetes (dripstone).
bernilai ekonomis. Penelitian di Gua Lakasa bertujuan Jika air celah dan air perlapisan tersebut muncul dinding-
menentukan jenis-jenis batuan dan mineral pembentuk dinding gua dan meninggalkan kalsium karbonat tersebut
speleothem/ornamen gua. Metode penelitian yang menjadi berbagai ornamen gua yang unik dan indah,
digunakan adalah analisis mineralogi. Hasil penelitian misalnya bentuk seperti payung (canopy) dan gordin,
menunjukkan bahwa Gua Lakasa merupakan gua karena memang teksturnya berkelok-kelok seperti gorden
batugamping (karst). Jenis-jenis batuan yang terdapat di yang menggantung. Kelompok ornamen gua ini disebut
Gua Lakasa berupa dolomite, fosil gampingan, batualir (flowstone). Keindahan dalam gua inilah yang
batugamping kompak dan konglomerat, sedangkan menarik perhatian orang untuk mencoba mengunjunginya
mineral-mineral pembentuk speleothem Gua Lakasa terdiri dan menjadi suatu obyek wisata minat khusus yang
dari lazulit, mikrolit, uraninit, stefanit, grenokit, gadolinite, potensial.Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis
dan strontianit, di mana bentuk-bentuk speleothem tersebut batuan dan mineral dalam Gua Lakasa.
berupa stalaktit, stalagmit, column (pilar)dan gordin.
Data dan Metoda
Kata kunci : Gua Lakasa, analisis mineralogi, batugamping.
Secara geografis Gua Lakasa berada Kota Baubau, Pulau
Pendahuluan Buton bagian Selatan Propinsi Sulawesi Tenggara.Kota
Baubau terletak pada 5°15' - 5°32' Lintang Selatan dan
Suatu ruangan di bawah tanah yang dapat dimasuki oleh 122°30' - 122°46' Bujur Timur, dengan luas wilayah 221
manusia disebut gua. Ilmu yang mempelajari di dalam km2.
maupun di luar gua-gua dan lingkungannya disebut
Speleologi.Torehan air adalah faktor utama yang Penentukan suatu stasiun survei adalah perubahan arah.
memperlebar zona lemah di lapisan batugamping, sehingga Batas pengukuran (30 meter) perubahan ekstrim bentuk
terbentuk gua-gua. Proses kelahiran sebuah gua biasa lorong (tiga dimensi) yang berupa belokan, turunan, atap
disebut dengan Speleogenesis, dan fitur dari geologi sangat turun dan perubahan lebar dinding, perubahan elevasi
besar pengaruhnya. Ada beberapa sistem pengklasifikasian ekstrim (pitch, climb) serta temuan-temuan penting,
batugamping (limestone), di mana sebagian tergantung misalnya: biota, ornamen khusus, litologi dan
pada komponen perbedaan lingkungan formasi, perbedaan sebagainya.Pengambilan sampel batuan dan mineral di
material komponen, perbedaan ukuran butir, perbedaan setiap titik stasiun pengukuran dimaksudkan untuk
matrix dan perbedaan perubahan diagenesisnya. Berbagai mengetahui jenis batuan dan mineral yang terdapat di Gua
sistem klasifikasi tersebut memungkinkan untuk adanya Lakasa serta untuk mengetahui material penyusun dari
derajat gradasi antar klasifikasi dan ada beberapa batuan dan mineral tersebut. :
kelengkapan tambahan. Mineral-mineral dari batugamping  Untuk mengetahui jenis dan material penyusun dari
tersebut meliputi Calcite (CaCO3), Aragonite (CaCO3), batuan yang terdapat di Gua Lakasa, maka metode yang
Dolomite (CaMg(CO3)2 dan Chaldedony (SiO2). dilakukan adalah mengetahui sifat-sifat atau klasifikasi
dari batuan tersebut, yaitu menentukan warna batuan,
Perjalanan air melarutkan batugamping yang terdiri dari tekstur, komposisi, sortasi (tingkat keseragaman butir),
senyawa penyusun utama kalsium karbonat (CaCO 3), roundness (tingkat/bentuk pembundaran dari butiran
sehingga mengandung kalsium karbonat. Air celah ini yang batuan sedimen), kemas (hubungan antar butir),
kemudian muncul menetes dari atap-atap gua dan kekompakan (sifat fisik dari batuan) dan struktur dari
meninggalkan partikel kalsium karbonat tersebut di atap batuan tersebut. Dengan demikian dapat diketahui
gua. Proses ini berlangsung terus menerus dan tumbuh nama/jenis dari batuan tersebut.
menjadi apa yang disebut dengan stalaktit. Karena
 Metode yang digunakan dalam penentuan jenis dan
perbedaan kalsium karbonat dan bentuk rekahan antara satu
material penyusun dari mineral yang terdapat di Gua
kawasan dengan kawasan lain, menyebabkan stalaktit
Lakasa adalah dengan mengetahui sifat-sifat dari
tersebut bisa berbeda-beda bentuk. Sebagian tetesan air
mineral tersebut, antara lain menentukan warna mineral,
tersebut menetes sampai ke lantai, kemudian menguap
golongan, cerat (streak), kilap (lustre), belahan
sambil meninggalkan senyawa kalsium karbonat yang
(clevage), pecahan (facture), kekerasan (hardness),
tumbuh makin tinggi dan disebut dengan stalagmit. Jika
struktur kristal, komposisi kimia dan kemampuan

66
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014
Optimalisasi Sains dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Daya Saing Bangsa
Makassar, 13 September 2014

mineral untuk ditempa/dibentuk (tenacity). Setelah


mengetahui klasifikasi/sifat-sifat dari mineral tersebut,  Column (bentuk pilar) yaitu pertemuan antara stalaktit
maka dapat diketahui nama/jenis dari mineral tersebut. dan stalagmit yang terjadi akibat tetesan air yang
disebut dengan batutetes/dripstone. Bentuk pilar dapat
dilihat pada Gambar 3.
Hasil dan Diskusi
Gambar 3 Bentuk pilar di Gua Lakasa
Hasil penelitian berupa data jenis batuan dan bentuk-bentuk
ornamen gua, serta klasifikasi batuan dan mineral yang
 Gordin (teksturnya berkelok-kelok seperti gorden yang
terdapat di Gua Lakasa.Gua Lakasa mempunyai bentuk
ornamen yang berbeda-beda. Ornamen ini terbentuk akibat
proses kristalisasi dan pelarutan batugamping. Perbedaan
bentuk ornamen ini disebabkan oleh perbedaan kadar
kalsium dan bentuk rekahan antara satu dengan yang lain.
Bentuk-bentuk ornamen Gua Lakasa yaitu:

 Stalaktit, terbentuk oleh tetesan air yang muncul dari


atap gua, menggantung sebentar sebelum jatuh ke lantai
gua. Larutannya menjadi sangat jenuh air dan bahan
mineralnya sangat sedikit jumlahnya. Mineral tersebut
tertinggal melingkar dengan ukuran yang sama dengan
tetesannya. Lingkaran tersebut tumbuh ke bawah
dengan diameter yang konstan dan materialnya
bertambah terus sehingga membentuk sebuah tube yang
ramping. Bentuk stalaktit dapat dilihat pada Gambar 1.
menggantung), terjadi akibat aliran air pada dinding-
dinding gua yang disebut dengan batualir/flowstone.
Bentuk gordin dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 1 Stalaktit di Gua Lakasa

 Stalagmit, terbentuk akibat tetesan air yang jatuh ke


Gambar 4 Bentuk gordin di Gua Lakasa
lantai dan materialnya terendapkan sehingga
Berdasarkan pengambilan data dan pengolahannya, jenis
membentuk suatu gundukan. Kemudian membentuk
batuan di tiap titik stasiun yang terdapat di Gua Lakasa
sebuah silinder yang semakin tinggi. Bentuk stalagmit
adalah batuan sedimen batugamping. Adapun klasifikasi
dari sampel batuan tersebut ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Klasifikasi sampel batuan di Gua Lakasa


No. Nama Warna
Tekstur Komposisi Sortasi Roundness Struktur Kemas Kekompakan Butiran Kelas
St. Batuan Batuan
Dolomit,
Putih Non Graded Sangat Sangat Calcareous
0 Dolomite Kalsit, dan Baik Angular Tertutup
Keabuan Klastik Bedding Padat Halus Rocks
Pyrit
Dolomit,
Putih Non Graded Sangat Sangat Calcareous
1 Dolomite Kalsit dan Baik Angular Tertutup
Keabuan Klastik Bedding Padat Halus Rocks
Pyrit
Dolomit,
Dolomite Hitam Cross Calcareous
2 Klastik Kalsit dan Jelek Angular Terbuka Lunak Kerakal
(Weathered) Keputihan Bedding Rocks
Gypsum
Dolomit,
Dolomite Hitam Cross Calcareous
3 Klastik Kalsit, dan Jelek Angular Terbuka Lunak Kerakal
(Weathered) Keputihan Bedding Rocks
Gypsum
Dolomit,
Dolomite Hitam Cross Calcareous
4 Klastik Kalsit, dan Jelek Angular Terbuka Lunak Kerakal
(Weathered) Keputihan Bedding Rocks
Gypsum
Dolomit,
Dolomite Hitam Cross Calcareous
5 Klastik Kalsit, dan Jelek Angular Terbuka Lunak Kerakal
(Weathered) Keputihan Bedding Rocks
Gypsum
Kalsit,
Fossileferous Merah Very Ripple Calcareous
6 Klastik Dolomit, dan Sedang Tertutup Lunak Pasir
Limestone Terang Angular Mark Rocks
Lempung
Kalsit,
Fossileferous Merah Very Ripple Calcareous
7 Klastik Dolomit, dan Sedang Tertutup Lunak Pasir
Limestone Terang Angular Mark Rocks
Lempung
Kalsit,
Fossileferous Merah Very Ripple Calcareous
8 Klastik Dolomit, dan Sedang Tertutup Lunak Pasir
Limestone Terang Angular Mark Rocks
dapat dilihat pada Gambar 2. Fossileferous Merah
Lempung
Kalsit,
Very Ripple Calcareous
9 Klastik Dolomit, dan Sedang Tertutup Lunak Pasir
Limestone Terang Angular Mark Rocks
Lempung
Kalsit,
Compact Non Mud Calcareous
10 Coklat Dolomit dan Baik Angular Tertutup Padat Pasir
Gambar 2 Stalagmit di Gua Lakasa Limesrone

Compact
Klastik

Non
Lemonit
Kalsit,
Bedding

Mud
Rocks

Calcareous
11 Coklat Dolomit dan Baik Angular Tertutup Padat Pasir
Limesrone Klastik Cracks Rocks
Lemonit
12 Compact Coklat Non Kalsit, Baik Angular Mud Tertutup Padat Pasir Calcareous

67
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014
Optimalisasi Sains dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Daya Saing Bangsa
Makassar, 13 September 2014

Kesimpulan
Berdasarkan klasifikasi batuan, Gua Lakasa pada umumnya
mempunyai jenis batuan yang terjadi akibat proses Gua Lakasa merupakan gua batugamping (karst)
sedimentasi dari batugamping. Adapun jenis-jenis batuan yangterbentuk akibat peristiwa kartifikasi(pelarutan batuan
yang terdapat di Gua Lakasa adalah dolomit, dolomite kapur akibat aktivitas air) sehingga terbentuk lorong-lorong
(terlapuk), fosil gampingan, batugamping kompak dan dan bentukan batuan yang sangat menarik akibat proses
konglomerat. kristalisasi dan pelarutan batugamping. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya ornamen-ornamen gua yang terbentuk
Untuk mineral pembentuk speleothem di setiap titik stasiun akibat proses tersebut serta bentuk-bentuk lorong gua yang
pengukuran yang terdapat di Gua Lakasa mempunyai tidak menentu (tidak teratur).
klasifikasi yang berbeda-beda. Adapun Klasifikasi mineral
yang terdapat di Gua Lakasa ditunjukkan pada Tabel 2 Batuan yang terdapat di lokasi selain batugamping terdapat
pula dolomit, dolomit yang telah melapuk, fosil gampingan,
Tabel 2Klasifikasi mineral di Gua Lakasa dan konglomerat. Sementara mineral-mineral terdiri dari
No. Nama Warna
Tekstur Komposisi Sortasi Roundness Struktur Kemas Kekompakan Butiran Kelas
golongan fosfat, oksida dan hidroksida, sulfide, silikat, dan
St. Batuan Batuan

0 Dolomite
Putih
Keabuan
Non
Klastik
Dolomit,
Kalsit, dan Baik Angular
Graded
Bedding
Tertutup
Sangat
Padat
Sangat
Halus
Calcareous
Rocks
karbonat.
Pyrit
Dolomit,
Putih Non Graded Sangat Sangat Calcareous
1 Dolomite Kalsit dan Baik Angular Tertutup
Keabuan Klastik Bedding Padat Halus Rocks
Pyrit

2
Dolomite Hitam
Klastik
Dolomit,
Kalsit dan Jelek Angular
Cross
Terbuka Lunak Kerakal
Calcareous Daftar Pustaka
(Weathered) Keputihan Bedding Rocks
Gypsum
Dolomit,
Dolomite Hitam Cross Calcareous
3
(Weathered) Keputihan
Klastik Kalsit, dan
Gypsum
Dolomit,
Jelek Angular
Bedding
Terbuka Lunak Kerakal
Rocks Aristiyanto, Hari., 2004, Artikel ICS: Introduksi
Dolomite Hitam Cross Calcareous
4
(Weathered) Keputihan
Klastik Kalsit, dan
Gypsum
Jelek Angular
Bedding
Terbuka Lunak Kerakal
Rocks Speleologi, Indonesian Cover Society. Available
Dolomit,
5
Dolomite
(Weathered)
Hitam
Keputihan
Klastik Kalsit, dan
Gypsum
Jelek Angular
Cross
Bedding
Terbuka Lunak Kerakal
Calcareous
Rocks from: URL:http/www.google.com./ Accessed May
Kalsit,
6
Fossileferous
Limestone
Merah
Terang
Klastik Dolomit, dan
Lempung
Sedang
Very
Angular
Ripple
Mark
Tertutup Lunak Pasir
Calcareous
Rocks 10, 2014.
Kalsit,
7
Fossileferous
Limestone
Merah
Terang
Klastik Dolomit, dan
Lempung
Sedang
Very
Angular
Ripple
Mark
Tertutup Lunak Pasir
Calcareous
Rocks Escolero, O.A., L.E. Marin, B. Steinich, A.J. Pacheo, S.A.
8
Fossileferous
Limestone
Merah
Terang
Klastik
Kalsit,
Dolomit, dan
Lempung
Sedang
Very
Angular
Ripple
Mark
Tertutup Lunak Pasir
Calcareous
Rocks
Cabrera and J. Alcocer. 2002. Development of a
9
Fossileferous
Limestone
Merah
Terang
Klastik
Kalsit,
Dolomit, dan
Lempung
Sedang
Very
Angular
Ripple
Mark
Tertutup Lunak Pasir
Calcareous
Rocks
Protection Strategy of Karst Limestone Aquifers: The
10
Compact
Limesrone
Coklat
Non
Klastik
Kalsit,
Dolomit dan
Lemonit
Baik Angular
Mud
Bedding
Tertutup Padat Pasir
Calcareous
Rocks
Merida Yucatan, Mexico; Case Study. Water
11
Compact
Limesrone
Coklat
Non
Klastik
Kalsit,
Dolomit dan Baik Angular
Mud
Cracks
Tertutup Padat Pasir
Calcareous
Rocks
Resources Management 16:351–367.
Lemonit
12 Compact Coklat Non Kalsit, Baik Angular Mud Tertutup Padat Pasir Calcareous Kasri, N., T. Hendrawati, W. Indraningsih, M. Amnan, S.
Samsudi, A. Purba, I. Fatimah dan A. Setiawan.
Mineral pembentuk ornamen (speleothem) yang terdapat di 1999. Kawasan Kars di Indonesia; Potensi dan
Gua Lakasa terbentuk akibat proses kristalisasi dan Pengelolaan Lingkungannya. Jakarta: Kantor Menteri
pelarutan batugamping, yaitu adanya material batuan yang Lingkungan Hidup.
tertranspor ke dalam gua oleh aktivitas air, angin dan Massinai, Muhammad Altin., 2005, Pemetaan Topografi,
gravitasi. Mineral pembentuk speleothem Gua Lakasa Prodi Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu
terbagi dalam lima golongan, yaitu: Pengetahuan AlamUNHAS, Makassar.
 Golongan fosfat, arsenat dan aanadat, yaitu lazulit O. Lange, M. Ivanova, N. Lebedeva., 1991, Geologi
(MgAl2(PO4)2(OH)2). Umum, Gaya Media Pratama, Jakarta.
 Golongan oksida dan hidroksida, yaitu mikrolit Prihantono, Herdin., 1983, Dasar-Dasar Pemetaan Gua:
((Na,Ca)2Ta2O6(O,OH,F)) dan uraninit (UO2). Kursus Speleologi Tingkat Nasional, Yayasan
 Golongansulfida, yaitu Stefanit (Ag5SbS4) dan Speleologi Indonesia dan HIKEPSI, Malang.
grenokit (CdS). Available from: URL:http/www.google.com./
 Golongansilikat, yaitu gadolinit (Be2FeY2Si2O10). Accessed April 26, 2014.
 Golongankarbonat, yaitu strontianit (SrCO3). Rahmat, Adnan, 2007, Penyelidikan Geologi di Kecamatan
Bontobahari, Pulau Buton, Skripsi, Prodi Geofisika
Gua Lakasa merupakan gabungan antara gua vertikal dan Universitas Hasanuddin, Makassar.
gua horizontal. Hal ini berdasarkan data sudut kemiringan Setia Graha, Doddy., 1987, Batuan dan Mineral, Nova,
(Clinometer), di mana ada beberapa stasiun pengukuran Bandung.
menunjukkan sudut kemiringan yang cukup besar (lebih Samodra, H. 2001. Nilai Strategis Kawasan Kars di
besar dari 45°) seperti pada stasiun 1, 3, 11 dan 17 serta ada Indonesia; Usaha Pengelolaannya dan
pula yang menunjukkan sudut kemiringan yang cukup Perlindungannya [Publikasi Khusus]. Bandung:
kecil, seperti pada stasiun 2, 6, 8, 12 dan 13. Puslitbang Geologi, Departemen ESDM.
Penentuan titik stasiun pengukuran ditentukan berdasarkan Simon and Schuster’s., 1988, Rocks and Minerals, The
adanya perubahan arah, perubahan ekstrim bentuk lorong American Museum of Natural History, New York.
(belokan, turunan, atap turun dan perubahan lebar dinding),
perubahan elevasi ekstrim dan ornamen khusus.

68

Anda mungkin juga menyukai