Menyetujui
Dosen Pembimbing
Mengetahui
Ketua Jurusan
Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Udayana
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui
Pembimbing Lapangan
Komang Wirawan, ST
iii
KATA PENGANTAR
Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, penulis banyak memperoleh petunjuk
dan bimbingan dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini perkenankanlah
saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Ir. I Wayan Redana,MA.Sc.Ph.D, selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Udayana.
2. Bapak Ir. I Nyoman Setiawan, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
TeknikUniversitas Udayana.
3. Bapak Ir. I Gede Dyana Arjana, MT selaku Dosen Koordinator Mata Kuliah Kerja
Praktek Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana
4. Bapak Dr. Ir.Agus Dharma, MT sebagai pembimbing
5. Bapak Ir. Tri Hardono sebagai pimpinan CV. Hardian Solusi Engineering Bali
6. Bapak Komang Wirawan, ST sebagai pembimbing lapangan yang dengan penuh
perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama
dalam melakukan kegiatan kerja praktek dan penulisan laporan kerja praktek.
7. Keluarga dan teman-teman yang memberikan bantuan dan dorongan semangat
serta doa-doanya.
8. Semua pihak yang telah membantu, sehingga kegiatan kerja praktek ini dapat
diselesaikan baik pengamatan di lapangan maupun penyusunan laporan ini.
iv
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itusegala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Semoga Ida Sang Hyang Widhi
Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak
yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian laporan kerja praktek ini.
Denpasar.Oktober 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
BAB I .............................................................................................................................. 1
1.1 Gambaran Umum Perusahaan CV. Hardian Solusi Engineering (Proyek Hotel
Amaris Teuku Umar Bali) ................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................................. 7
vi
2.1.1.4 Penentuan Rating Arus Hubung Singkat ............................................. 13
2.3.3.2 Uraian Lingkup (Scope) Pekerjaan Instalasi Fire Alarm Hotel Amaris
Teuku Umar .......................................................................................... 35
vii
2.4 Manajemen Audit Energi ............................................................................... 44
BAB IV ......................................................................................................................... 82
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Single Line Diagram Hotel Amaris Secara Umum ................................... 47
Gambar 3.2 Denah Perencanaan Letak Lampu Pada Area Parkir Basement ................ 67
Gambar 3.3 Denah Perencanaan Letak Lampu pada Ruangan di Basement ................ 68
Gambar 3.5 Single Line Diagram CCTV pada Hotel Amaris ...................................... 70
Gambar 3.8 Single Line Diagram Sound System pada Hotel Amaris ........................... 73
Gambar 3.10 Denah Perencanaan Letak Fire Alarm pada Basement ........................... 75
ix
Gambar 3.11 Single Line Diagram Fire Alarm pada Hotel Amaris ............................. 76
Gambar 3.17 Single Line Diagram Sistem Sirkulasi Kolam Renang ........................... 81
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.3 Kuat Hantar Arus beberapa luas penghantar dalam kondisi tertentu(baqin,
n.d.)……… ................................................................................................................... 22
Tabel 2.4 Faktor koreksi untuk KHA terus menerus untuk kabel instalasiberinti
tunggal berisolasi karet/PVC(Badan Standarisasi Nasional, 2000) .............................. 22
Tabel 3.10 Data beban pada power panel pool pump ................................................... 65
Tabel 3.12 Data beban pada power panel liftingl pump ............................................... 66
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.1.1 Gambaran Khusus Topik Kerja Praktek
Listrik adalah suatu bentuk energi yang berperan sangat penting bagi
kehidupan manusia, baik dalam kebutuhan hidup rumah tangga, dalam perindustrian,
maupun dalam bentuk usaha-usaha umum. Energi listrik kini dapat dengan mudah
dibangkitkan, didistribusikan, dan dirubah ke dalam bentuk energi lainnya. Instalasi
kelistrikan pada bangunan-bangunan, pendistribusian energi listrik, mesin-mesin
listrik dan perlengkapannya digunakan untuk pembangkitan, konversi, distribusi, dan
pemanfaatan energi listrik.Pada setiap bangunan memiliki struktur dasar instalasi
listrik, yaitu sirkuit utama, sirkuit cabang, dan sirkuit akhir.
Proyek ini termasuk salah satu fasilitas yang memerlukan energi listrik yang
besar, sehingga perlu dirancang suatu sistem instalasi listrik yang baik dan benar
berdasarkan standar-standar yang ada di Indonesia. Selain rancangan yang baik, perlu
juga diperhatikan pemasangannya agar sistem kelistrikan pada proyek ini terpasang
dengan baik, karena pemasangan dan pemilihan bahan serta jenis sistem pengaman
yang buruk bisa menurunkan tingkat keamanan dari sistem tersebut, sehingga perlu
pengawasan dan perencanaan yang baik dalam pemasangannya. Dalam laporan ini
akan memaparkan mengenai Sistem Instalasi Listrik Hotel Amaris Teuku Umar Bali.
2
1.1.2 Struktur Organisasi
Direktur
Tri Hardono Wahyu
Broto
3
wewenang, dan tanggung jawab direksi. Pada umumnya direktur memiliki
tugas antara lain:
a. Memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan
perusahaan
b. Memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari karyawan dan kepala
bagian (manajer)
c. Menyetujui anggaran tahunan perusahaan
d. Memberikan project Hotel Amaris Teuku Umar kepada kepala bagian
(manajer)
4
4. Electrical planner merupakan seseorang yang bertugas mengerjakan dan
merencanakan desain keseluruhan dari sistem instalasi listrik yang akan
digunakan di Hotel Amaris Teuku Umar.
Rumusan masalah secara umum dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah
bagaimana perencanaan instalasi listrik pada bangunan yang akan dibangun.
Sedangkan rumusan masalah secara khususnya yaitu :
1.3 Tujuan
Tujuan secara umum dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah untuk
memahami bagaimana perencanaan instalasi listrik pada bangunan yang akan
dibangun. Sedangkan tujuan secara khususnya yaitu :
5
2. Mengenal dan memahami prosedur atau sistem pelaksanaan dan pengawasan
suatu proyek.
3. Mempelajari sistem elektikal yang meliputi pencahayaan, CCTV, sistem
suara, fire alarm, dan sistem sirkulasi kolam renang yang ada di lapangan.
4. Memenuhi salah satu syarat mata kuliah Kerja Praktek Sistem Tenaga Listrik
Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana
Ruang lingkup uraian dan pembahasan pada laporan ini adalah berdasarkan
hasil pengamatan dan perencanaan terhadap pelaksanaan proyek pembangunan. Hotel
Amaris yang berlokasi di Jalan Teuku Umar Bali. Hal-hal yang dibahas meliputi
sistem jaringan distribusi listrik, sistem instalasi pencahayaan, CCTV, sistem suara,
fire alarm, dan sistem perencanaan sirkulasi pada kolam renang, serta perencanaan
perhitungan pemutus daya dan kabel instalasi yang akan digunakan. Proses
pelaksanaan proyek, meliputi pelaksanaan teknis maupun nonteknis. Pelaksanaan
teknis meliputi pelaksanaan pekerjaan selama proyek berlangsung, mulai dari
penyediaan material, penempatan, pengolahan serta pemasangan sarana
kelistrikannya. Sedangkan permasalahan non teknis meliputi hal-hal yang bersifat
administrasi lapangan, hubungan kerja serta pengawasan proyek.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. AVE
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
3. National Fire Protection Association (NFPA)
4. Petunjuk dari Pabrik Pembuatan Peralatan
7
5. Fire Office Comitte (FOC)
6. Peraturan Plumbing Indonesia
7. Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang,
seperti PLN, PT TELKOM, dan Perusahaan Daerah Air Minum
8. Peraturan Menteri Kesehatan
2.1.1 Grouping
8
titik beban yang berada pada tiap sirkuit akhir paling banyak adalah 20 titik untuk
pemutus daya atau pengaman lebur 10 A.
9
b. Sub Distribution Panel (SDP)
Panel ini menghubungkan tenaga listrik dari MDP menuju satu area tertentu
yang dapat terdiri atas beberapa group. Sebelum menuju ke group-group juga
diberi pengaman yang biasanya berupa MCB atau MCCB, tergantung berapa
arus yang dilewatkan.
Pedoman Rencana Kerja dan Syarat Teknis MEP Hotel Amaris Teuku Umar,
menjabarkan mengenai ketentuan bahan dan peralatan panel induk serta panel
distribusi tegangan rendah, yaitu sebagai berikut:
1. Panel tegangan rendah harus mengikuti standard VDE/DIN dan juga harus
mengikuti peraturan IEC dan PUIL.
2. Panel-panel Utama dan Panel Bagi dalam bangunan jenis floor standing harus
dibuat dari plat besi tebal 2 mm dengan rangka besi tebal 3 mm, dan seluruh
permukaannya harus bebas karat dan di cat dengan cat Powder Coating yang
warnanya akan ditentukan kemudian oleh pihak MK.
3. Panel-panel jenis pasangan dalam dinding tembok harus terbuat dari bahan
Polyesther dan dilengkapi dengan master key dengan tingkat proteksi
minimum IP 44.
4. Konstruksi dalam panel-panel serta letak dari komponen-komponen dan
sebagainya harus diatur sedemikian rupa, sehingga bila perlu dilaksanakan
perbaikan-perbaikan, penyambungan-penyambungan pada komponen-
komponen dapat mudah dilaksanakan tanpa mengganggu komponen-
komponen lainnya.
5. Setiap panel harus mempunyai 5 busbar copper terdiri dari 3 busbar fasa R-S-
T, 1 busbar neutral dan 1 busbar untuk grounding. Besarnya busbar harus
diperhitungkan untuk besar arus yang akan mengalir dalam busbar tersebut
10
tanpa menyebabkan suhu yang lebih tinggi dari 650° C. Setiap busbar copper
harus dibungkus dengan isolasi ciut panas dan diberi warna sesuai peraturan
PUIL; dan pada titik sambung/pencabangan harus dilapisi dengan lapisan
perak atau timah putih (tinned).
6. Alat ukur yang dipergunakan adalah jenis semi flush mounting dalam kotak
tahan getaran, untuk Ampermeter dan Voltmeter dengan ukuran 96 x 96 mm
dengan skala linier dan ketelitian 1% dan bebas dari pengaruh induksi serta
ada sertifikat lulus uji dari LMK/PLN (minimum 1 buah untuk setiap jenis
alat ukur).
7. Ukuran dari tiap-tiap unit panel harus disesuaikan dengan keadaan dan
keperluan sesuai dengan yang telah disetujui oleh Direksi/Manajemen
Konstruksi Lapangan.
8. Komponen-komponen pengaman yang dapat dipakai adalah :
a. Molded Case Circuit Breaker (MCCB).
b. Miniatur Circuit Breaker (MCB).
c. Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB).
d. Surge Arrester.
e. Auxiliary Relay.
9. Komponen-komponen pengukuran yang dapat dipakai :
a. Current Transformer.
b. Digital Power Meter.
c. Amperemeter.
d. Voltmeter.
e. Frequency Meter.
f. Power faktor / Cos phi meter.
11
1. Panel-panel harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya
dan harus rata (horizontal). Tinggi pemasangan adalah rata atas 180 cm diatas
finish floor untuk panel listrik pasangan dinding. Untuk panel listrik yang
berdiri sendiri (self standing type) harus dipasang diatas pondasi setinggi
minimal 10 cm diatas finish floor dan dibaut ke pondasi dengan dynabolt pada
keempat sisinya.
2. Setiap kabel yang masuk/keluar dari panel harus dilengkapi dengan gland dari
karet atau penutup yang rapat tanpa adanya permukaan yang tajam.
3. Semua bagian logam dari panel harus ditanahkan/diardekan.
Nilai yang didapat kemudian dicari dalam katalog pengaman MCB, MCCB, dan
ACB lalu ditentukan berapa kapasitas pengaman dan jenis yang akan digunakan.
Khusus pengaman yang mengamankan beban berupa motor perlu diketahui cara dari
starting-nya, misalnya untuk starting direct online (DOL) maka arus start dikalikan
5-7 kali arus nominal.
12
2.1.1.4 Penentuan Rating Arus Hubung Singkat
13
Untuk nilai impedansi saluran (𝑍) didapat dari memperhitungkan besar resistansi (𝑅)
dan reaktansi (𝑋) kabel persatuan jarak lalu dikalikan sesuai dengan jarak antara titik
gangguan hingga sumber listrik. Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung
besar 𝑍 (Mismail, Budiono, 1995) :
𝑍 = √𝑅 2 + 𝑋 2 (2.5)
Dan berikut nilai resistansi dan reaktansi beberapa luas penampang penghantar dari
data beberapa kabel produk.
14
Tabel 2.2Data karakteristik kabel alumunium dari produk 4 produk besar(“Kalkulasi
tegangan jatuh dan dimensi kabel daya listrik,” n.d.)
Rating Tegangan
Tegangan
Amp jatuh
Tegangan jatuh =
maks L=100 m
Ukuran jatuh 1.732*R*
RDC RAC XAC pada I=80%
kabel susunan I*cos phi
20°C 50°C 50 Hz 30°C rating
aluminium kabel trefoil +
kabel kabel
di udara 1.732*X*
trefoil di trefoil di
I*sin phi
udara udara
mm2 Ohm/km Ohm/km Ohm/km mV/Amp/m Amp Volt Volt
Singlecore
380 VAC,
3-fase 50
Hz
50 0.641 0.718 0.106 166 14.7
70 0.443 0.497 0.103 210 9.4
95 0.32 0.359 0.098 258 8.8
120 0.253 0.284 0.097 300 8.5
150 0.206 0.232 0.097 344 8.4
185 0.164 0.185 0.096 398 8.3
240 0.125 0.142 0.092 476 8.3
300 0.1 0.114 0.09 551 8.4
400 0.078 0.09 0.09 645 8.7
500 0.061 0.071 0.089 752 9.1
2.2.2 Kabel
Kabel merupakan salah satu sarana dalam instalasi listrik karena kabel
menghantarkan arus ke beban yang terpasang, maka perlu diketahui secara pasti
berapa besar beban yang terpasang agar kapasitas kabel memadai. Pemikiran kabel
mempertimbangkan beberapa hal:
a. Electrical, meliputi ukuran konduktor, tipe dan tebal isolasi. Bahan yang tepat
untuk desain tegangan menengah dan rendah, mempertimbangkan kekuatan
listrik, bahan isolasi, konstanta dielektrik, dan faktor daya.
b. Suhu, menyesuaikan dengan suhu lingkungan dan kondisi kelebihan beban,
pengembangan dan tahanan thermal.
15
c. Mechanical, meliputi kekerasan dan fleksibilitas serta mempertimbangkan
terhadap kehancuran, abrasi, dan kelembaban.
d. Kimiawi, stabilitas dan bahan terhadap bahan kimia, cahaya matahari.
Kuat arus listrik merupakan objek yang menjadi pokok permasalahan dalam
perancangan kabel instalasi listrik. Menghitung kuat arus listrik yang melewati kabel,
perlu dibedakan instalasi 1 fasa sesuai dengan persamaan 2.7 dan 3 fasa sesuai
dengan persamaan 2.6:
𝑃
𝐼= (2.6)
√3𝐸 cos 𝜃
Dimana
𝑃
𝐼 = 𝐸 cos 𝜃 (2.7)
𝑈⁄
√3
𝐼𝑆𝐶 = (2.8)
𝑍𝑆𝐶
Pada persamaan di atas didapat arus nominal yang tinggal dikalikan dengan safety
factor dan hasilnya disesuaikan dengan Tabel dari jenis kabel yang digunakan maka
akan diketahui luas penampang dari kabel yang dipakai.
16
2.2.2.1 Ketentuan Bahan dan Peralatan
Pedoman Rencana Kerja dan Syarat Teknis MEP Hotel Amaris Teuku Umar,
menjabarkan mengenai ketentuan kabel tegangan rendah yang digunakan, yaitu
sebagai berikut:
1. Kabel-kabel yang dipakai harus dapat dipergunakan untuk tegangan min. 0,6
kV.
2. Pada prinsipnya kabel-kabel daya yang dipergunakan adalah : Jenis NYFGby
dan NYY, untuk kabel penerangan dipergunakan kabel NYM, NYFGby dan
NYY.
3. Sebelum dipergunakan, kabel dan peralatan bantu lainnya harus dimintakan
persetujuan terlebih dahulu pada MK.
4. Penampang kabel minimum yang dapat dipakai adalah 6 mm2 untuk kabel
catu daya dan 2,5 mm2 untuk kabel instalasi penerangan dan kotak kontak.
17
4. Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan (one broken
length), kecuali pada kabel penerangan; dimana penyambungannya harus
dalam Junction Box.
5. Kabel dengan luas penampang 16 mm2 atau lebih harus dilengkapi dengan
sepatu kabel untuk terminasinya. Apabila harus dilakukan penyambungan
kabel, maka alat sambung yang digunakan harus penyambung kabel tembaga
(Cu Joint Sleeve) dan dilindungi dengan isolasi dari jenis panas ciut (heat
shringkage) atau selongsong plastik dengan isian resin 3M.
6. Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 16 mm2 atau lebih harus
mempergunakan alat pres hidrolik yang kemudian disolder dengan timah patri.
7. Semua kabel yang ditanam dalam tanah harus pada kedalaman 60 cm
minimum, dimana sebelum kabel ditanam ditempatkan lapisan pasir setebal 15
cm dan di atasnya diamankan dengan batu bata kualitas baik sebagai
pelindungnya. Lebar galian minimum adalah 40 cm yang disesuaikan dengan
jumlah kabel.
8. Kabel feeder yang dipasang di dalam trench harus mempergunakan kabel
support, minimum setiap 50 cm.
9. Pada route kabel setiap 25 cm dan disetiap belokan harus ada tanda arah
jalannya kabel.
10. Kabel yang ditanam dan menyeberangi selokan atau jalan atau instalasi
lainnya harus ditanam lebih dalam dari 60 cm dan diberikan pelindung pipa
galvanis dengan diameter minimum 2,5 kali penampang kabel.
11. Semua kabel yang dipasang di atas langit-langit harus diletakkan pada suatu
trunking kabel.
12. Kabel penerangan yang terletak di atas rak kabel harus tetap di dalam konduit.
13. Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton harus
dibuatkan sleeve dari pipa galvanis dengan diameter minimum 2,5 kali
penampang kabel.
14. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak-kontak harus di dalam
kotak terminal yang terbuat dari bahan yang sama dengan bahan konduitnya
18
dan dilengkapi dengan skrup untuk tutupnya dimana tebal kotak terminal tadi
minimum 4 cm.
15. Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang lebih 1 m
disetiap ujungnya.
16. Penyusunan konduit di atas trunking kabel harus rapi dan tidak saling
menyilang.
17. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak-kontak harus di dalam
kotak penyambungan dan memakai alat penyambung berupa end cap (last
dop) merk Legrand atau 3M.
- Kabel NYFGbY
Kabel jenis ini biasanya digunakan untuk sirkuit power distribution, baik pada
lokasi kering ataupun basah/lembab. Dengan adanya pelindung kawat dan pita baja
yang digalvanisasi, kabel ini memungkinkan ditanam langsung dalam tanah tanpa
pelindung tambahan.Isolasi dibuat tanpa warna dan tiga urat dibedakan dengan non
strip, strip 1 dan strip 2. Kabel ini mempunyai selubung PVC warna merah dengan
penampang luar mencapai 57 mm.
- Keterangan Gambar :
1. Penghantar
2. Isolasi
3. Lapisan Pembungkus Perisai
4. Kawat Baja Berlapis Spiral
19
5. Pita Baja Berlapis Seng
6. Selubung PVC
- Kabel NYY
Kabel ini dirancang untuk instalasi tetap dalam tanah yang harus diberikan
pelindung khusus (misalnya: duct, pipa baja PVC atau besi baja). Instalasi ini
bias ditempatkan di luar atau di dalam bangunan baik pada kondisi basah
ataupun kering. Kabel jenis ini mempunyai selubung PVC warna hitam,
terdiri dari 1-4 urat dengan penampang luar mencapai 56 mm.
- Keterangan Gambar :
1. Penghantar Tembaga
2. Isolasi PVC
3. Lapisan Pembungkus Inti
4. Selubung PVC
- Kabel NYM
Kabel ini hanya direkomendasikan khusus untuk instalasi tetap di dalam
bangunan yang penempatannya bias di dalam atau di luar plester tembok
ataupun dalam pipa pada ruangan kering atau lembab. Kabel ini tidak
diijinkan untuk dipasang di luar rumah yang langsung terkena panas dan
hujan ataupun ditanam langsung dalam tanah.
20
Gambar 2.3 Kabel NYM(“NYM | Mulia Cable Power,” n.d.)
- Keterangan Gambar :
1. Penghantar Tembaga
2. Isolasi PVC
3. Lapisan Pembungkus Inti
4. Selubung PVC
PUIL tahun 2000 telah mengatur satuan ukuran nominal kabel dalam mm2,
seperti 1.5 mm2, 2,5mm2 dan seterusnya. Kemudian, pengertian ukuran nominal
adalah luas penampang dari penghantar inti kabel. Untuk kabel jenis NYM atau NYY
yang mempunyai 2 inti atau lebih, ukuran 2.5 mm2 menyatakan ukuran masing-
masing inti kabel. Berikutnya adalah tegangan pengenal pada kabel.
Luas penampang kabel mempengaruhi Kuat Hantar Arus (KHA) dari kabel
tersebut, sehingga penentuan luas penampang kabel diseuaikan dengan arus yang
21
mengalir akibat adanya beban yang terpasang pada kabel tersebut. Untuk menghitung
besar arus yang mengalir dapat menggunakan persamaan 2.9 (Setiawan, E., Harten,
P.V., 1986):
𝐼𝑁 = 𝑃 / (𝑉𝐿−𝑁 ) (2.9)
KHA mempunyai nilai actual 100% bila kabel tersebut dipasang pada temperatur
kelilingnya maksimal 30° C0. Namun jika lebih dari suhu tersebut akan terjadi
penurunan nilai aktual KHA-nya. Dalam PUIL penurunan nilai ini diatur dalam
Faktor Koreksi. Berikut Tabel KHA dari beberapa luas penghantar dalam beberapa
kondisi pemasangan dan faktor koreksi yang ada dalam PUIL 2000.
Tabel 2.3 KHA beberapa luas penghantar dalam kondisi tertentu(baqin, n.d.)
Konduktor Kuat Hantar Arus (KHA)
Tertanam Di jepit di Terpasang
(mm2) Dalam konduit
dalam plester permukaan bebas
1 11 13 15 17
1,5 14 16,5 19,5 22
2,5 18,5 23 27 30
4 25 30 36 40
6 32 38 46 51
10 43 52 63 70
Tabel 2.4 Faktor koreksi untuk KHA terus menerus untuk kabel instalasiberinti
tunggal berisolasi karet/PVC(Badan Standarisasi Nasional, 2000)
Faktor Koreksi
Suhu keliling 0C
Bahan isolasi karet Bahan isolasi PVC
1 2 3
t < 30°C 0,98 1,00
30°C < t < 35°C 0,90 0,94
35°C < t < 40°C 0,80 0,87
40°C < t < 45°C 0,69 0,80
45°C < t < 50°C 0,56 0,71
50°C < t < 55°C 0,40 0,62
Sehingga KHA luas penampang kabel yang didapat sesuai perhitungan arus beban
akan dikalikan dengan faktor koreksi sesuai kondisi pemasangan kabel, dan hasil
perhitungan akan dibandingkan dengan arus beban nominal. Kondisi layak terpenuhi
ketika besar arus setelah koreksi lebih besar dari beban nominal.
22
2.3 Sistem Instalasi Hotel Amaris
Prinsip umum pencahayaan adalah bahwa cahaya yang berlebihan tidak akan
menjadi lebih baik. Penglihatan tidak menjadi lebih baik hanya dari jumlah atau
kuantitas cahaya tetapi juga dari kualitasnya. Kuantitas dan kualitas pencahayaan
yang baik ditentukan dari tingkat refleksi cahaya dan tingkat rasio pencahayaan pada
ruangan, selain itu perlu juga memperhatikan aspek efisiensi konsumsi energi dengan
memanfaatkan cahaya alam untuk mendapatkan keuntungan yang besar.
23
Karakteristik & Ukuran Ruangan
Pencahayaan Alam
Pencahayaan Buatan
Pencahayaan
Luminer
Peralatan Kontrol
Pedoman Rencana Kerja dan Syarat Teknis MEP Hotel Amaris Teuku Umar,
menjabarkan mengenai ketentuan lighting fixture yang digunakan, yaitu sebagai
berikut:
24
b. Condensor yang dipasang seri pada lampu-lampu TL harus dapat
memberikan koreksi factor total minimal 0,85.
c. Tabung TLD yang dapat dipakai adalah jenis Incandescent light
(warm white).
d. Fitting lampu dari type yang tidak menggunakan mur baut.
e. Lighting fixtures harus dicat dengan cat bakar bebas dari karat dan
lecet-lecet, harus dengan ICI acrylic paint warna putih, contoh harus
disetujui oleh Direksi/Manajemen Konstruksi Lapangan.
f. Konstruksi lighting fixtures pada umumnya harus memberikan
effisiensi penerangan yang maksimal, rapih, kuat, serta sedemikian
rupa sehingga pekerjaan-pekerjaan seperti penggantian lampu,
pembersihan, pemeriksaan dan pkerjaan pemeliharaan dengan mudah
dapat dilaksanakan.
g. Lighting fixtures harus dibuatkan mur dan baut sebagai tempat
terminal pentanahan (grounding).
25
d. Lampu housing harus tahan cuaca dari aluminium IP-44.
e. Lampu yang dipakai dari jenis metal Halide.
f. Contoh harus disetujui oleh Direksi/Manajemen.
4. Lampu Sorot Luar (Flood Light)
a. lampu sorot luar dimaksudkan untuk menyorot bangunan seperti yang
ditunjukkan di dalam Gambar.
b. Lampu Holder menggunakan standard E-27.
c. Lighting fixtures akan dipasang outbouw pada duct plafon.
d. lampu yang dipakai dari jenis lampu Halogen atau PAR/Produk
Philips jenis reflektif.
e. Contoh harus disetujui Direksi/Manajemen.
5. Lampu Emergency, Exit dan Orientasi
a. Lampu emergency yang digunakan jenis flourescent, lengkap dengan
baterai dan chargernya.
b. Pada saat listrik PLN/Genset menyala charger akan mengisi baterai
dan lampu harus dapat dioperasionalkan dari listrik PLN/Genset
melalui rangkaian terpisah (satu buah lampu) dan dapat
dihidupmatikan dengan switch. Bila PLN/Genset mati, lampu tetap
menyala (tanpa terputus) dan dioperasikan oleh sumber daya baterai
(lampu yang lain). Bila PLN/Genset hidup, baterai harus diisi kembali
dan semua operasi tersebut di atas harus dapat bekerja secara otomatis.
c. Baterai yang dipakai jenis dry cell Nickel Cadmium dan harus sanggup
menampung operasi selama minimal 2 jam, kapasitas baterai
disesuaikan dengan TLD yang dipasang.
d. Tegangan input adalah 220 V, ± 10 % 50 Hz, 1 fasa, diperlengkapi
dengan indikator LED dan peralatan push to check battery.
e. Charger harus dapat mengisi batteray pada kapasitas penuh selama 1 x
24 jam
f. Inverternya harus tidak bekerja bila lampu dinyalakan dari sumber
PLN/Genset
26
g. Untuk lampu Orientasi dipakai jenis flourescent 10 W maintained
lengkap dengan baterai dan chargernya.
h. Untuk lampu exit dipakai jenis flourescent 10 W maintained lengkap
dengan baterai dan chargernya.
i. Contoh lampu exit harus disetujui oleh Direksi/Manajemen
Konstruksi.
6. Lighting Fixtures Type Outdoor
a. Lighting fixtures yang dapat digunakan, kapnya ex-lokal dengan
menggunakan bahan kaca (glass) bening.
b. Tipe lampu yang dipakai adalah mercury.
c. Komponen-komponennya harus menggunakan kondensor yang dapat
memberikan koreksi faktor minimal 0,85 dipasang seri.
d. Konstruksi lighting fixtures pada umumnya harus memberikan
efisiensi penerangan yang maksimal, rapi, kuat, serta sedemikian rupa
hingga pekerjaan-pekerjaan seperti penggantian lampu, pembersihan,
pemeriksaan dan pekerjaan pemeliharaan dengan mudah dapat
dilaksanakan, contoh harus disetujui oleh Direksi/Manajemen
konstruksi.
27
2.3.2 Sistem Instalasi Audio Video
28
Gambar 2.5 Sistem CCTV dan kontrol(Waluyanti Sri, n.d.)
2.3.2.2 Uraian Lingkup (Scope) Pekerjaan Instalasi CCTV Hotel Amaris Teuku
Umar
29
b. Pengadaan, pemasangan dan pengujian kabel data dari system Server hingga
ke tiap Camera.
c. Melakukan testing dan commisioning.
d. Melatih petugas yang ditunjuk untuk pengoperasian dan perawatan system.
Pedoman Rencana Kerja dan Syarat Teknis MEP Hotel Amaris Teuku Umar,
menjabarkan mengenai ketentuan CCTV yang digunakan, yaitu sebagai berikut:
30
2. Switching Hub
Jumlah koneksi : 8, 16 Port atau lebih.
Operating Voltage : 220 VAC
Transfer data speed : 100 Mbps
3. Camera
Type : Day and Night Camera
Pixel (H x V) : CCIR = 512 x 582
EIA = 512 x 492
Scanning System : CCIR, EIA
Horizontal resolution : 480 TV Lines
AGC : Auto
S/N Ratio : More than 58 dB
Video Output : 1.0 Vpp / 75 Ohms
5. Kabel
Untuk instalasi data yang dipakai adalah jenis Coaxial atau Un Twisted Pair
(UTP) Cat. 5e yang dilindungi dengan conduit seperti Gambar rencana.
6. Konduit
Konduit yang dipakai adalah konduit PVC (EGA, Clipsal) dengan diameter
dalam minimum 20 mm.
31
2.3.2.4 Perancangan Sistem Suara
Tata suara adalah suatu teknik pengaturan peralatan suara atau bunyi pada
suatu acara pertunjukan, pertemuan, rekaman dan lain-lain. Tata suara erat kaitannya
dengan pengaturan penguatan suara agar bisa terdengar keras tanpa mengabaikan
kualitas suara yang dikuatkan. Pengaturan tersebut meliputi pengaturan mikrofon,
kabel, prosesor, dan efek suara, serta pengaturan konsul mixer, juga audio power
amplifier, dan speaker. Pekerjaan sistem tata suara atau sound system diantaranya
meliputi pemasangan peralatan sentral yang terdiri dari unit sinyal suara (program
source) dan penguat sinyal suara (audio amplifier) yang ditempatkan pada rak
peralatan sentral sistem tata suara. Sebuah sistem audio terdiri dari 5 komponen
utama yaitu:
b. Radio Penerima AM/FM yaitu salah satu pesawat input audio. Radio AM
maupun FM mempunyai fungsi yang sama yaitu menerima informasi dari
pemancarnya.
32
Gambar 2.7 Pesawat Radio Penerima(Lukmantara, 2014)
33
4. Output (speaker) terdiri dari:
a. Loudspeaker berfungsi mengubah sinyal elektrik menjadi mekanis
sehingga dapat menimbulkan suara. Dalam sistem audio, penggunaan
loudspeaker sudah terintegrasi ke dalam box sesuai dengan
karakteristriknya masing-masing.
5. Pengkabelan
Instalasi keamanan pada gedung, tidak hanya sistem CCTV sebagai monitoring /
pengawasan, yaitu dapat berupa fire alarm/alarm kebakaran. Fire alarm dikenal
meimiliki 2 sistem, yaitu:
1. Sistem Konvensional.
Sistem konvensional yaitu yang menggunakan kabel isi dua untuk hubungan antar
detector ke detector dan ke panel. Kabel yang dipakai umumnya kabel listrik NYM
2x1,5 mm atau NYMHY 2x1,5 mm yang ditarik di dalam pipa conduit. Sistem
34
konvensional hanya menginformasikan deteksi berasal dari Zone atau Loop, tanpa
bisa memastikan detector mana yang mendeteksi, sebab 1 loop atau zone bisa terdiri
dari 5 bahkan 10 detector, atau bahkan lebih.
2. Sistem Addressable.
2.3.3.2 Uraian Lingkup (Scope) Pekerjaan Instalasi Fire Alarm Hotel Amaris
Teuku Umar
35
g. Melakukan trainning.
Pedoman Rencana Kerja dan Syarat Teknis MEP Hotel Amaris Teuku Umar,
menjabarkan mengenai ketentuan fire alarm yang digunakan, yaitu sebagai berikut:
36
Power Consumption : 2 vA max
Sound Level : 10 db min./1 M
Warna : Merah
6. Panel Kontrol
Panel kontrol ini terdiri dari Power Module, Control Module, Alarm Signal
Modul (continues & intermittent), Zone Module. Panel kontrol harus
mempunyai pintu dengan jendela penyekat.
Panel kontrol harus mempunyai kapasitas minimum 20 zone yang dilengkapi
dengan perlengkapan sebagai berikut :
a. Lampu-lampu.
Lampu alarm (merah) dan lampu trouble (kuning) untuk setiap zone
pada zone module.
Lampu power - ON yang menyatakan sistem mendapat suplai daya
listrik yang sesuai.
Lampu AC power failure yang menyatakan adanya gangguan dari
jala-jala listrik yang ada.
Lampu low baterai yang menyatakan bahwa tegangan back-up baterai
sudah berada pada level dc yang rendah.
Lampu bell circuit trouble yang menyatakan adanya gangguan pada
rangkaian bell.
Lampu common alarm yang menyatakan terjadinya alarm sistem
tersebut.
Lampu common trouble yang menyatakn terjadinya gangguan
padasistem tersebut.
b. Tombol-tombol (switch).
Reset switch yang berfungsi untuk menormalkan sistem setelah terjadi
trouble atau alarm.
Silence switch yang berfungsi untuk menghentikan Buzzer bila buzzer
itu berbunyi.
37
Alarm Lamp Test Switch yang berfungsi untuk pengecekan apakah
lampu-lampu indikator alarm masih berfungsi baik.
c. Telepon autodial melalui key telepon ke Dinas Pemadam Kebakaran
setempat (bila diperlukan).
d. Menghidupkan sirene generator pada sistem tata suara dan meng-
overide sistem tata suara untuk keperluan program evakuasi.
e. Fasilitas Fire Intercom.
Materi Fire Intercome terintegrasi dengan panel kontrol fire alarm.
Slave fire intercom dan jumlah fire handset intercom.
f. Battery Charger.
Sistem harus dilengkapi battery charger (pengisi baterai) yang dengan
otomatis mengisi baterai setelah terpakai dan mempertahankan
tegangan baterai bilamana baterai tidak terpakai. Besarnya arus
pengisian disesuaikan dengan nilai rating baterai yang digunakan.
g. Baterai.
Baterai harus disediakan sebagai sumber tenaga cadangan agar bila
sewaktu-waktu sumber utama (PLN) mati, sistem alarm masih
berfungsi dengan baik. Jenis yang digunakan harus jenis dry cell
rechargable type Ni-Cd battery (24 Vdc). Baterai ini harus
bertegangan normal sesuai tegangan sistem (24 V) dengan kapasitas
kebutuhan (ampere-hour) yang disesuaikan, sehingga baterai ini
sanggup memberikan suplai secara normal dan terus-menerus kepada
sistem selama 24 jam dalam keadaan stand by dan 30 menit dalam
keadaan general alarm pada akhir periode.
7. Kabel
Fire Alarm jenis full addressable, kabel feeder yang dipakai adalah jenis 2
pair Twisted Shielded AWG 18 dengan jumlah dan ukuran kawat. Fire Alarm
jenis Conventional Zoning, kabel yang dipakai untuk instalasi masing-masing
detector adalah jenis NYYHY dengan ukuran 2 x 1,5 mm2 dipasang dalam
38
pipa konduit. Kabel untuk annunciator dan fire intercom menggunakan 1 pair
twisted shielded AWG 18 dengan jumlah kawat serta memakai pipa konduit
jenis high impact.
8. Konduit.
Konduit yang dipakai adalah konduit PVC (EGA, Gelflex, Clipsal) dengan
diameter dalam minimum 1 1/2 kali diameter kabel.
9. Panel Indikator Remote/Annunciator Panel (apabila diperlukan).
Berisi lampu indikator alarm setiap zone dan dilengkapi dengan buzzer, lamp
dan buzzer test, berkapasitas minimum 8 zone. Panel Indikator
Remote/Announciator. Panel suatu alat yang dipakai untuk memberikan
indikasi lokasi sumber kebakaran (zone area) dan indikasi gangguan dari
instalasi dengan indikator audio berupa buzzer, dan indikator visual berupa
alarm. Pada panel yang dilengkapi fasility button yang berfungsi sebagai
silence alarm/ Acknowledge. Unit ini dilengkapi dengan tombol test untuk
lampu (lampu test) dan tombol test untuk buzzer test.
10. Surge Arrestor yang terdiri dari 2 (dua) unit.
a. Surge Arrestor untuk power line MCPFA.
b. Surge Arrestor untuk incoming line terminal dan outgoing line
terminal cable. Surge Arrestor ini ditanahkan pada sistem arde yang
memiliki tahanan tanah maksimum 1 ohm yang letak batang ardenya
sejauh minimal 10 meter dari arde penyalur petir.
Persyaratan teknis pemasangan fire alarm berdasarkan rencana kerja dan syarat
teknis Hotel Amaris Teuku Umar yaitu sebagai berikut:
1. Peralatan
Koordinat tempat setiap peralatan akan ditentukan kemudian. Manual push
button dipasang bersatu dengan hydrant box dan bilamana ada yang berada di
luar hydrant box, maka dipasang pada ketinggian 1,5 m dari lantai. Alarm bell
39
dipasang bersatu dengan hydrant box dan bilamana ada yang berada di luar
hydrant box, maka dipasang pada jarak ± 0,5 m di bawah plafond atau
disesuaikan dengan keadaan lapangan. Disekitar detektor harus ada ruang
bebas dengan radius minimal 0,75 m dari detektor. Peralatan sistem fire alarm
ini harus ditanahkan (grounding) dengan hambatan maksimum 1 ohm. Suplai
listrik untuk peralatan ini dimasukkan dalam kelompok Emergency Load dari
genset.
40
c. Pada setiap belokan atau pencabangan, bentuk trunking harus dibuat
sedemikian rupa sehingga belokan kabel sesuai dengan bending yang
diperkenankan.
d. Kabel yang dipasag di atas trunking dan pada cable ladder harus
diklem (diikat) dengan klem-klem kabel (pengikat/kabel tie) anti ultra
violet, merk LEGRAND atau setaraf.
e. Sebelum pemasangan kabel trunking harus dikoordinasikan terlebih
dahulu dengan instalasi lainnya (AC, Plumbing dan listrik).
f. Jarak minimm antara kabel tray elektrikal & elektronik adalah 300
mm.
g. Tangga kabel dipasang ke dinding shaft dengan memakai 3 buah
dynabolt berukuran 1x2 cm pada jarak 75 cm.
h. Trunking kabel digantung di lantai bangunan dengan dynabolt
berukuran 1x2 cm.
41
Balancing Tank dihisap masuk ke Pompa lalu masuk kedalam Sand Filter dan
air balik lagi masuk kedalam kolam melalui Inlet Fitting, begitu seterusnya.
Apabila hujan maka air kolam dan Balancing Tank melimpah, sehingga
diperlukan adanya pipa saluran pelimpahan yang menuju saluran
pembuangan, posisi saluran pembuangan haruslah lebih rendah dari posisi
pipa perluapan Balancing Tank.
42
6. Panel kontrol otomatis pompa dengan sistem timer.
7. Perpipaan dari sistem pompa dan filter hingga ke peralatan inlet ke kolam.
8. Instalasi lampu bawah air dan trafo tahan air (waterproof).
Pedoman Rencana Kerja dan Syarat Teknis MEP Hotel Amaris Teuku Umar,
menjabarkan mengenai ketentuan bahan yang digunakan pada sistem sirkulasi kolam
renang, yaitu sebagai berikut:
2. Sand Filter
Jenis : Wire wound fibreglass reinforced tank.
Kapasitas alir/debit : sesuai laju aliran pompa
Tekanan kerja : 2 bar
Sistem valve : Multiport valve
Media filter : Pasir kwarsa 0,3 ~ 0,5 mm.
3. Salt Chlorinator
Jenis : Self Cleaning Cell Salt Chloorinator.
Elektrik : 80 Watt, 220 V
Pada setiap pompa, harus dilengkapi dengan peralatan sebagai berikut :
a. Isolating Valve pada sisi pipa tekan
b. Non return valve pada sisi pipa tekan
c. Automatic Air Release Valve ½
43
2.3.4.3 Sistem Perpipaan Kolam Renang
Rencana kerja dan syarat teknis MEP Amaris Teuku Umar menjabarkan
tentang sistem perpipaan kolam renang yaitu Pipa sirkulasi air kolam renang dan
pond dari sistem pompa dan filter hingga ke semua titik peralatan kolam dan pond
menggunakan jenis pipa PVC kelas AW. Seluruh pipa yang tertanam dibawah beton
srtuktur kolam harus dicor menjadi satu kesatuan dengan beton kolam; dan
terbungkus beton dengan tebal minimal 15 cm sekeliling diameter pipa. Pipa yang
menembus dinding kolam harus diberi puddle flange dengan lebar minimal 50 mm
sekeliling luar pipa dengan bahan sejenis dan di las dengan semburan udara panas
(PVC Hot air welding).
1. Audit Energi Awal (AEA) yaitu dapat dilaksanakan dalam waktu satu atau
dua hari untuk instalasi pabrik yang sederhana, namun untuk instalasi pabrik
44
yang lebih kompleks dibutuhkan waktu yang lebih lama. AEA terdiri dari 2
bagian yaitu:
a. Survei Manajemen Energi
Surveyor (auditor energi) mencoba untuk memahami kegiatan
manajemen yang sedang berlangsung dan criteria putusan investasi
yang mempengaruhi proyek konservasi.
b. Survei Energi Teknis
Bagian teknis dari AEA secara singkat mengulas kondisi dan operasi
peralatan dari pemakai energi yang penting serta instrumentasi yang
berkaitan dengan efisiensi energi.
2. Audit Energi Terinci (AET) yaitu biasanya dilakukan sesudah AEA, dan akan
membutuhkan beberapa minggu bergantung pada sifat dan kompleksitas
pabrik. Jenis uji yang dijalankan selama audit energi terinci mencakup uji
efisiensi pembakaran, pengukuran suhu dan aliran udara pada peralatan utama
yang menggunakan bahan bakar, penentuan penurunan faktor daya yang
disebabkan oleh berbagai peralatan listrik, dan uji sistem proses untuk operasi
yang masih di dalam spesifikasi.
Tujuan audit energi setelah mendapatkan hasil uji yaitu auditor energi
menganalisa hasil tersebut melalui suatu kalkulasi dengan menggunakan materi
pendukung yang ada misalnya Tabel dan bagan, kemudian hasil uji tersebut
digunakan untuk menyusun neraca energi, dimulai dari setiap peralatan yang diuji
dan selanjutnya instalasi bangunan seluruhnya. Pada neraca energi dapat ditentukan
efisiensi peraltan dan ada tidaknya peluang penghematan biaya energy, setelah itu
dilakukan pengujian lebih rinci terhadap setiap peluang perkiraan biayanya dan
manfaat dari pilihan-pilihan yang telah ditentukan.
45
BAB III
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dilakukan pembahasan atas data yang diperoleh dari
dokumen perencanaan kelistrikan hotel khususnya pada perencanaan instalasi listrik
yang ada di Hotel Amaris. Pembahasan dilakukan khususnya pada instalasi listrik,
audio video, fire alarm, dan sistem pencahayaan di basement, untuk mengetahui
apakah sistem penerangan sudah sesuai dengan standar yang ada dan apakah rating
peralatan instalasi listrik dan pengamannya sudah sesuai dengan perhitungan serta
membahas sistem kolam renang yang ada pada Hotel Amaris. Adapun single line
diagram pada Hotel Amaris secara Global digambarkan pada Gambar 3.1.
46
Gambar 3.1 Single Line Diagram Hotel Amaris Secara Umum
47
Group 1
Arus Nominal
Dari hasil Tabel 3.1 dapat dicari arus nominal beban yaitu dengan rumus :
𝑃
𝐼𝑁 =
𝑉𝐿−𝑁
495
=
220
= 2,25 𝐴
- 𝑍𝑀𝐷𝑃−𝑆𝐷𝑃𝐵𝑎𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYY 4 x 16 mm2 .
Sesuai dengan Tabel 2.1 (Penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi
kabel tersebut :
𝑅 = 1,446 𝑜ℎ𝑚⁄𝑘𝑚 = 1,446 × 10−3 𝑜ℎ𝑚⁄𝑚
= 17 × 1,448 × 10−3
= 0,024616 𝑜ℎ𝑚
= 24,616 𝑚Ω
48
b. 𝑍𝑆𝐷𝑃 𝐵𝑎𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡 –𝑃𝑃.𝑃𝑎𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYY 4 × 6 𝑚𝑚2.
Sesuai dengan Tabel 2.1 (penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi
kabel tersebut:
𝑅 = 3,802 𝑜ℎ𝑚⁄𝑘𝑚 = 3,802 × 10−3 𝑜ℎ𝑚⁄𝑚
= 24 × 3,803 × 10−3
= 0,091272 𝑜ℎ𝑚
= 91,272 𝑚Ω
c. 𝑍𝑃𝑃.𝑃𝑎𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔–𝐿𝑜𝑎𝑑
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYM 3 × 2,5 𝑚𝑚2 .
Sesuai dengan Tabel 2.1 (penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi
kabel tersebut:
𝑅 = 9,139 𝑜ℎ𝑚⁄𝑘𝑚 = 9,139 × 10−3 𝑜ℎ𝑚⁄𝑚
= 2 × 9,139 × 10−3
49
= 0,018278 𝑜ℎ𝑚
= 18,278 𝑚Ω
= 0,134166 𝑜ℎ𝑚
= 134,166 𝑚Ω
Sehingga, luas penampang kabel yang digunakan ialah NYA 2,5 mm2.
50
Tabel 3.2 Analisa pengaman dan kabel pada Group 1
Kabel
Daya Beban Arus Nominal
Group MCB (A) Penghantar
(VA) (A)
(mm2)
1 495 2,25 6 2,5
Group 2
a. Kapasitas Pemutus Daya
Arus Nominal
Dari hasil Tabel 3.1 dapat dicari arus nominal beban yaitu dengan rumus :
𝑃
𝐼𝑁 =
𝑉𝐿−𝑁
382,8
=
220
= 1,74 𝐴
- 𝑍𝑀𝐷𝑃−𝑆𝐷𝑃𝐵𝑎𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYY 4 x 16 mm2 .
Sesuai dengan Tabel 2.1 (Penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi
kabel tersebut :
= 17 × 1,448 × 10−3
51
= 0,024616 𝑜ℎ𝑚
= 24,616 𝑚Ω
= 24 × 3,803 × 10−3
= 0,091272 𝑜ℎ𝑚
= 91,272 𝑚Ω
e. 𝑍𝑃𝑃.𝑃𝑎𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔–𝐿𝑜𝑎𝑑
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYM 3 × 2,5 𝑚𝑚2 .
Sesuai dengan Tabel 2.1 (penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi
kabel tersebut:
𝑅 = 9,139 𝑜ℎ𝑚⁄𝑘𝑚 = 9,139 × 10−3 𝑜ℎ𝑚⁄𝑚
𝑍𝑃𝑃.𝑃𝑎𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔−𝐿𝑜𝑎𝑑 = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 × √𝑅 2 + 𝑋 2
52
= 2 × √(9,139 × 10−3 )2 + (0,099 × 10−3 )2
= 2 × 9,139 × 10−3
= 0,018278 𝑜ℎ𝑚
= 18,278 𝑚Ω
= 0,134166 𝑜ℎ𝑚
= 134,166 𝑚Ω
53
𝐾𝐻𝐴𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑘𝑎𝑏𝑒𝑙 > 𝐼𝑁
Sehingga, luas penampang kabel yang digunakan ialah NYA 2,5 mm2.
Group 3
a. Kapasitas Pemutus Daya
Arus Nominal
Dari hasil Tabel 3.1 dapat dicari arus nominal beban yaitu dengan rumus :
𝑃
𝐼𝑁 =
𝑉𝐿−𝑁
484
=
220
= 2,2 𝐴
- 𝑍𝑀𝐷𝑃−𝑆𝐷𝑃𝐵𝑎𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYY 4 x 16 mm2 .
Sesuai dengan Tabel 2.1 (Penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi
kabel tersebut :
𝑅 = 1,446 𝑜ℎ𝑚⁄𝑘𝑚 = 1,446 × 10−3 𝑜ℎ𝑚⁄𝑚
54
𝑍𝑀𝐷𝑃−𝑆𝐷𝑃𝐵𝑎𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡 = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 × √𝑅 2 + 𝑋 2
= 17 × 1,448 × 10−3
= 0,024616 𝑜ℎ𝑚
= 24,616 𝑚Ω
= 24 × 3,803 × 10−3
= 0,091272 𝑜ℎ𝑚
= 91,272 𝑚Ω
g. 𝑍𝑃𝑃.𝑃𝑎𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔–𝐿𝑜𝑎𝑑
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYM 3 × 2,5 𝑚𝑚2 .
Sesuai dengan Tabel 2.1 (penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi
kabel tersebut:
55
𝑋 = 0,099 𝑜ℎ𝑚⁄𝑘𝑚 = 0,099 × 10−3 𝑜ℎ𝑚⁄𝑚
= 4 × 9,139 × 10−3
= 0,036556 𝑜ℎ𝑚
= 36,556 𝑚Ω
= 0,152444 𝑜ℎ𝑚
= 152,444 𝑚Ω
56
𝐾𝐻𝐴𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑘𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝐾𝐻𝐴𝐾𝑎𝑏𝑒𝑙 × 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖
= 18,5 𝐴 × 0,87
= 16,095 𝐴
dimana,
𝐾𝐻𝐴𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑘𝑎𝑏𝑒𝑙 > 𝐼𝑁
Sehingga, luas penampang kabel yang digunakan ialah NYA 2,5 mm2.
Group 4
a. Kapasitas Pemutus Daya
Arus Nominal
Dari hasil Tabel 3.1 dapat dicari arus nominal beban yaitu dengan rumus :
𝑃
𝐼𝑁 =
𝑉𝐿−𝑁
932,8
=
220
= 4,24 𝐴
- 𝑍𝑀𝐷𝑃−𝑆𝐷𝑃𝐵𝑎𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYY 4 x 16 mm2 .
Sesuai dengan Tabel 2.1 (Penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi
kabel tersebut :
57
𝑅 = 1,446 𝑜ℎ𝑚⁄𝑘𝑚 = 1,446 × 10−3 𝑜ℎ𝑚⁄𝑚
= 17 × 1,448 × 10−3
= 0,024616 𝑜ℎ𝑚
= 24,616 𝑚Ω
= 24 × 3,803 × 10−3
= 0,091272 𝑜ℎ𝑚
= 91,272 𝑚Ω
i. 𝑍𝑃𝑃.𝑃𝑎𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔–𝐿𝑜𝑎𝑑
58
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYY 3 × 2,5 𝑚𝑚2.
Sesuai dengan Tabel 2.1 (penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi
kabel tersebut:
𝑅 = 9,139 𝑜ℎ𝑚⁄𝑘𝑚 = 9,139 × 10−3 𝑜ℎ𝑚⁄𝑚
2 2
= 2 × √(9,139 × 10−3 ) + (0,099 × 10−3 )
= 2 × 9,139 × 10−3
= 0,018278 𝑜ℎ𝑚
= 18,278 𝑚Ω
= 0,134166 𝑜ℎ𝑚
= 134,166 𝑚Ω
59
Mengingat sebagian besar kabel tertanam dalam plester. Maka dengan 𝐼𝑁 =
4,24 𝐴 sesuai dengan Tabel 2.3 dipilih luas penghantar minimal yaitu 2,5 mm2
dengan KHA 18,5 A. Karena kondisi lingkungan di sekitar kabel memungkinkan
terjadi peningkatan suhu hingga 400C, sesuai dengan Tabel 2.4 maka :
Sehingga, luas penampang kabel yang digunakan ialah NYA 2,5 mm2.
Group 5
a. Kapasitas Pemutus Daya
Arus Nominal
Dari hasil Tabel 3.1 dapat dicari arus nominal beban yaitu dengan rumus :
𝑃
𝐼𝑁 =
𝑉𝐿−𝑁
932,8
=
220
= 4,24 𝐴
- 𝑍𝑀𝐷𝑃−𝑆𝐷𝑃𝐵𝑎𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡
60
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYY 4 x 16 mm2 .
Sesuai dengan Tabel 2.1 (Penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi
kabel tersebut :
𝑅 = 1,446 𝑜ℎ𝑚⁄𝑘𝑚 = 1,446 × 10−3 𝑜ℎ𝑚⁄𝑚
2 2
= 17 × √(1,446 × 10−3 ) + (0,081 × 10−3 )
= 17 × 1,448 × 10−3
= 0.024616 𝑜ℎ𝑚
= 24,616 𝑚Ω
2 2
= 24 × √(3,802 × 10−3 ) + (0,088 × 10−3 )
= 24 × 3,803 × 10−3
= 0,091272 𝑜ℎ𝑚
= 91,272 𝑚Ω
61
k. 𝑍𝑃𝑃.𝑃𝑎𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 –𝐿𝑜𝑎𝑑
Pada saluran ini menggunakan penghantar kabel fasa jenis NYY 3 × 2,5 mm2 .
Sesuai dengan Tabel 2.1 (penghantar tembaga), besar resistansi dan reaktansi
kabel tersebut:
𝑅 = 9,139 𝑜ℎ𝑚⁄𝑘𝑚 = 9,139 × 10−3 𝑜ℎ𝑚⁄𝑚
2 2
= 2 × √(9,139 × 10−3 ) + (0,099 × 10−3 )
= 2 × 9,139 × 10−3
= 0,018278 𝑜ℎ𝑚
= 18,278 𝑚Ω
= 0,134166 𝑜ℎ𝑚
= 134,166 𝑚Ω
62
keamanan digunakan MCB 1 pole 6 A, sesuai dengan standar dengan
pertimbangan harga yang lebih murah.
Sehingga, luas penampang kabel yang digunakan ialah NYA 2,5 mm2.
Maka, hasil perhitungan pengaman pemutus daya, dan penghantar yang terpasang di
Amaris Hotel khususnya di PP. Parking dapat dilihat pada Tabel berikut
63
5 932,8 4,24 6 2,5
6
7
SPARE
8
9
Dari data yang diperoleh pada single line diagram beban-beban listrik pada
PP.Engineering dapat dilihat pada Tabel berikut :
Maka, sesuai dengan hasil perhitungan sebelumnya tentang pengaman pemutus daya,
dan penghantar yang terpasang di Hotel Amaris khususnya di PP. Engineering dapat
dilihat pada Tabel berikut.
64
7
8 SPARE
9
Perhitungan dilakukan pada objek PP.Pool Pump yang terdekat yang terletak
pada lantai Basement yang di suplai oleh PP.Pool Pump dengan penghantar NYM 3
x 2,5 mm2 dan NYY 3 x 4 mm2 dimana PP.Pool Pump ini di suplai dari SDP
Basement dengan penghantar NYY 4 x 6 mm2, dan SDP Basement ini di suplai dari
MDP dengan penghantar NYY 4 x 16 mm2.
Dari data yang diperoleh pada single line diagram beban – beban listrik yang
berada di kamar tipe PP. Pool Pump dapat dilihat pada Tabel berikut :
Berikut adalah Tabel analisa panel listrik untuk mengetahui rating pemutus
daya dan kapasitas kabel daya menurut berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
di atas dan sesuai dengan Tabel 2.3, dan Tabel 2.4.
65
6 376,2 1,71 6 2,5
7 376,2 1,71 6 2,5
8
SPARE
9
Berikut adalah Tabel analisa panel listrik untuk mengetahui rating pemutus
daya dan kapasitas kabel daya menurut berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
di atas dan sesuai dengan Tabel 2.3,dan Tabel 2.4.
66
3.2 Analisa Perencanaan Instalasi Pencahayaan
Gambar 3.2 Denah Perencanaan Letak Lampu Pada Area Parkir Basement
67
titik seerta koridor menuju ruang HRD sebanyak 5 titik. Pada ruangan-ruangan
tersebut, lampu yang digunakan adalah florescent lamp 18W hal ini berdasarkan
dengan luas bidang kerja yang tidak terlalu besar.
68
Berdasarkan Gambar perencanaan instalasi CCTV, CCTV diletakkan pada 5
titik area di basement, yang nantinya akan dimonitoring lewat LCD monitor sebanyak
2 buah. Adapun 5 titik area tersebut yaitu di area parkir basement sebanyak 3 buah, di
dekat ruang penyimpanan sebanyak 1 buah, dan di dekat ruang genset sebanyak 1
buah. Berikut ini adalah denah perencanaan letak CCTV pada basement.
69
Gambar 3.5 Single Line Diagram CCTV pada Hotel Amaris
70
CCTV yang diletakan di dekat ruang genset dan ruang penyimpanan berfungsi
untuk memantau segala aktifitas yang terjadi termasuk memantau petugas yang akan
melakukan pengecekan di kedua ruangan tersebut. Sedangkan CCTV yang diletakkan
pada parkir basement berfungsi untuk menjaga dan memantau kendaraan yang
diparkirkan.
71
sound system ini yaitu kabel NYMHY 2x1.5 mm2. Berikut ini adalah Single Line
Diagram dan denah perencanaan letak sound system pada basement.
72
Gambar 3.8 Single Line Diagram Sound System pada Hotel Amaris
73
Peletakkan Ceiling Speaker pada Basement hanya bertujuan untuk
memberikan segala macam informasi suara kepada pengunjung ataupun petugas yang
berada di basement. Informasi suara diberikan melalui mikrofon yg nantinya akan
diseimbangkan terlebih dahulu melalui audio mixer dan kemudian dikirim menuju
power amplifier yang berfungsi untuk menguatkan sinyal audio setelah mengalami
proses mixing. Sinyal yang diterima akan dikuatkan untuk kemudian diumpankan ke
speaker melalui Electronic Distribution Panel.
74
mengalami kenaikan temperatur secara cepat sedangkan smoke detector atau
pendeteksi asap diletakkan pada ruangan yang sangat rentan terjadi kebakaran.
75
Gambar 3.11 Single Line Diagram Fire Alarm pada Hotel Amaris
76
Pada ruang genset dan ruang pompa terdapat 1 buah heat detector, ini karena
ruang genset dan ruang pompa rentan terhadap kenaikan suhu dan temperatur yang
sewaktu-waktu dapat terjadi. Kenaikan suhu yang drastis tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya kebakaran. Sedangkan pada parkir basement terdapat
beberapa heat detector guna mendeteksi kenaikan suhu dari kendaraan yang
diparkirkan. Smoke detector yang diletakkan di beberapa ruangan seperti ruang HRD,
office, arsip, dan ruang accounting berfungsi untuk mendeteksi jika ada asap yang
masuk ke dalam ruangan tersebut sehingga dapat memberikan tanda atau sinyal
kepada petugas yang sedang berada di dalam ruang tersebut, selain itu karena
ruangan-ruangan tersebut sangat rentan sehingga perlu dipasang smoke detector yang
lebih sensitif dibanding dengan heat detector yang hanya memberikan tanda jika
terjadi kenaikan suhu yang terjadi secara tiba-tiba.
77
3.6 Analisa Perencanaan Sistem Sirkulasi Kolam Renang
78
Dari Gambar di atas dapat dijelaskan mengenai sistem sirkulasi kolam renang
yaitu air dari Balancing Tank dihisap masuk ke Pompa yang kemudian masuk
kedalam Sand Filter dan air yang kembali lagi masuk kedalam kolam melalui Inlet
Fitting, begitu seterusnya. Berikut ini adalah single line diagram sistem kolam
renang..
79
1. Sistem Pencahayaan Kolam Renang
80
Gambar 3.17 Single Line Diagram Sistem Sirkulasi Kolam Renang
81
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
82
f. Perencanaan instalasi khususnya pencahayaan pada basement
menggunakan lampu jenis Florescent Lamp tipe Philips berdaya 36W dan
dibagi menjadi 3 Group.
g. Sistem sisrkulasi kolam renang pada Hotel Amaris menggunakan sistem
Overflow. Sedangkan pencahayaan pada kolam renang menggunakan
lampu tipe Lumascape berdaya 50W 12V.
4.2 Saran
83
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional, 2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL
2000). Yayasan PUIL.
baqin, n.d. Metode Pemilihan Kebutuhan Ukuran Kabel Listrik. Menyatukan Yang
Berserakan.
Instalasi Penerangan: Teori Dasar Pencahayaan, 2008. . Instal. Penerangan.
Kalkulasi tegangan jatuh dan dimensi kabel daya listrik [WWW Document], n.d.
URL http://www.geocities.ws/kelistrikan/powercable.htm (accessed 10.1.14).
Lukmantara, A., 2014. Contruction, Mechanical and Electrical Engineering: SISTEM
TATA SUARA (SOUND SYSTEM). Contruction Mech. Electr. Eng.
Mismail, Budiono, 1995. Rangkaian Listrik. ITB, Bandung.
NYFGbY | Mulia Cable Power [WWW Document], n.d. URL
http://www.kabellistrik.com/product/nyfgby-2/ (accessed 10.23.14).
NYM | Mulia Cable Power [WWW Document], n.d. URL
http://www.kabellistrik.com/product/nym-2/ (accessed 10.23.14).
NYY | Mulia Cable Power [WWW Document], n.d. URL
http://www.kabellistrik.com/product/nyy-2/ (accessed 10.23.14).
Saadat, H., 1998. Power System Analysis, Har/Dsk Su edition. ed. Mcgraw-Hill
College, Boston.
Setiawan, E., Harten, P.V., 1986. Instalasi Listrik Arus Kuat. Binacipta, Jakarta.
Waluyanti Sri, n.d. INSTALASI SISTEM AUDIO VIDEO.
84