Anda di halaman 1dari 12

TUGAS FORMULASI DASAR I

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Formulasi Dasar yang diampuh oleh
Ibu Ika Ratna Hidayati, S Farm.,M.,Sc.,Apt

Disusun oleh :

Nama : Rizki Ayu Firnanda


NIM : 201510410311098

Program Studi Farmasi


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang

2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tugas
Formulasi Dasar mengenai Tinjauan Dasar Salep
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Tinjauan Dasar Sale. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa depan.

Malang, Maret 2016

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

TINJAUAN DASAR SALEP...........................................................................................1

1. Vaselin....................................................................................................................1

2. Parafin cair(Paraffium Liquidum)..........................................................................1

3. Parafin padat (paraffinum soeidum).......................................................................2

4. Adeps Lanae (lemak bulu domba)..........................................................................2

5. Cera alba (malam putih).........................................................................................3

6. ALCOHOLUM BENZYLICUM (SETIL ALKOHOL).........................................3

7. Minyak Tumbuh-Tumbuhan...................................................................................4

8. Dasar Salep Serap...................................................................................................5

9. Krim Emulgid, Hydrophilic oint, (Vanishing cream).............................................5

10. Salep Polietilenglikol.............................................................................................6

11. Salep Gliserin.........................................................................................................6

Penetrasi obat terhadap kulit utuh.....................................................................................6

DAFTAR RUJUKAN.......................................................................................................8

2
3
TINJAUAN DASAR SALEP

1.Vaselin
Vaselin merupakan zat pembawa pada salep epidermis dan hidrokarbon. Vaselin
dibedakan

menjadi 2 yaitu : Vaselin album(vaselin putih) dan Vaslin flavum(vaselin kuning).

1. Vaselin album(vaselin putih) adalah campuran yang dimurnikan dari


hidrokarbon Setengah padat,diperoleh dari minyak bumi dan keseluruhan atau
hamper keseluruhan Dihilangkan warnanya.Dapat mengandung stabilisator
yang sesuai. Pemerian putih atau kekuningan pucat, masa berminyak
transparan dalam lapisan tipis. Setelah di dinginkan pada suhu 0ᵒ.
Kelarutantidak larut dalam air; sukar larut dalam etanol dingin atau panas dan
dalam etanol mutlak dingin; mudah larut dalam benzene, dalam
karbondisulfide,dalam kloroform;larut dalam heksana,dan dalam sebagaian
besar minyak lemak dan minyak atsiri.
2. Vaselin flavum(vaselin kuning)adalah campuran yang dimurnikan dari
hidrokarbon. Setengah padat yang diperoleh dari minyak bumi.Dapat
mengandung zat penstabil yang Sesuai. PemerianMassa seperti lemak,
kekuningan hingga amber lemah; berfluoresensi sangat Lemah walaupun
setelah melebur.Dalam lapisan tipis transparan. Tidak atau hampir Tidak berbau
dan berasa. KelarutanTidak larut dalam air; mudah larut dalam benzene, dalam
karbon disulfide, dalam kloroform dan dalam minyak terpentin; larut dalam eter,
dalam heksana, dan umumnya dalam minyak lemak dan minyak atsiri; praktis
tidak larut dalam etanol dingin dan etanol panas dan dalam etanol utlak dingin.

2.Parafin cair(Paraffium Liquidum)


Campuran dari hidrokarbon-hidrokarbon cair, dari minyak tanah gubal yang diperoleh
dengan Penyuli gan. Zat cair yang mengandung minyak, tak berbau dan tidak
berwarna,jernih,tidak Berflouresensi. Berat jernih tidak lebih rendah dari 0,87-0,88
(selisih 0,0006 untuk 1ᵒ). Titik didih tidak dibawah 300ᵒ(selisih 0,7ᵒ untuk tekanan
10mm).Kekentalan 10-12ᵒEngler. Paraffinum liquida apabila didinginkan sampai 5ᵒ
harus tetap jernih,bila pariffinum liquidum dipanasi dengan spirtus yang banyaknya

1
sama sehingga mendididh dan dikocok, maka zat cair yang mengandung spirtus itu
setelah didinginkan dan di encerkan dengan air yang volume sama,maka reaksinya
adalah netral. Kalau paraffinum liquidum dipanaskan pada suhu 60ᵒ dengan campuran
yang voulumenya sama dari 1 bagian air dan 1 bagian asam sulfat dalam Penganas
air selama 10 menit dengan dikocok berulang-ulang,maka kedua lapisannya masing-
masing tidak boleh mendapat warna Paraffinum liquidum tidak dapat larut dalam air
dan dalam segala perbandingan dapat dicampur dengan aether, dengan
petroleumaether, dan dengan minyak lemak, tetapi tidak dengan minyak jarak.
Paraffum liquidum yang diprgunakan untuk obat dalam harus tidak mempunyai rasa.
(PH.V336)

3. Parafin padat (paraffinum soeidum)


Campuran dari hidrokarbon – hidrokarbon padat,dari minyak tanah gubal yang
diperoleh. Dengan penyulinggan.Potongan hablur mikro halus, putih tak berbau. Bila
dipanasi dalam sebuah penganas air sampai 54ᵒ paraffium solidum belum boleh
meleleh, tetapi bila dipanasi dalm sebuah penganas air sampai 60ᵒ maka paraffunum
solidum harus meleleh menjadi zat cair jernih yang tidak berflouresensi. Paraffinum
solidum selanjutnya harus memenuhi syarat-syarat kemurnian seperti yang telah
ditentukan bagi paraffinum Liquidum.(PH.V337)
4. Adeps Lanae (lemak bulu domba)
Cholestolesters yang dibersihkan dari bulu domba mentah. Adeps lanae berwarna
kuning muda, setengah bening, dengan consistentia yang menyerupai salep yang Hat,
dan mempunyai bau yang agak dikenal. Kalau larutan adeps lanae dalam kloroform
(kira-kira 1=100) dikocok dengan asam sulfat yang volumenya sama, maka setelah
tidak tercampur, lapisan yang paling bawah menjadi coklat merah dan mempunyai
bau yang agak kental. Adeps lanae pada 40ᵒbelum mencair, tetapi pada 50ᵒ mencair
juga dan bening. Larutan 2 g Adeps Lanae dalam 10 cm 3 aether, tidak boleh
menjadi merah, karena 2 tetes Phenolphthalenie, setelah kemudian ditambah 0,3
3
cm 1/10 N basa, maka campuran. Tersebut harus menjadi merah (asam lemak
bebas) kalau 10g adeps lanae dengan 50 cm 3 yang dipanasi sampai meleleh dan
selalu di aduk, maka setelah di dinginkan, air yang terpisah harus menjadi sangat
jernih dan bereaksi netral. Kalau pada 10 cm 3 air yang telah terpisah di tambahkan

2
3 tetes kalium permanganate(1=1000), maka campuran tersebut setelah 10 menit
harus tetap tinggal merah.( PH.V.67)

5.Cera alba (malam putih)


Malam putih adalah hasil pemurnian dan pengelantangan Malam kuning yang
diperoleh dari sarang lebah madu Appis melliferaLinne (Familia Apidae) dan
memenuhi syarat uji kekeruhan penyabunan. Pemerian padatan putih
kekuningan,sedikit tembus cahaya dalam keadaan lapisan tipis; bau khas lemah dan
bebas bau tengik. Bobot jenis lebih kurang 0,95. asam serotat dan bagian dari
mirisin,yang merupakan kandungan malam putih. Larut sempurna dalam
kloroform,dalam eter,dalam minyak lemak dan minyak atsiri. Sebagian larut dalam
benzene dingin dan dalam karbon disulfide dingin. Pada suhu lebih kurang 30ᵒ larut
sempurna dalam benzene dan dalam karbon disulfide. Jarak lebur<1020>Metode IV
Antara 62ᵒ dan 65ᵒ.

Cera Flava (malam kuning)

Malam kuning adalah hasil pemurnian malam dari sarang madu lebah Apis
mellifera Linne (Familia Apidae). Pemerian padatan berwarna kuning sampai coklat
keabuan; berbau enak seperti madu. Agak rapuh bila dingin, dan bila patah
membentuk granul, patahan non-hablur. Menadi lunak oleh suhu tangan. Bob jenis
lebih kurang 0,95. Kelarutan Tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol
dingin. Etanol mendidih melarutkan asam serotat dan sebagian dari merisin, yang
merupakan kandungan malam kuning. Larut sempurna dalam kloroform, dalam eter,
dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri. Larut sebagian dalam benzene dan
karbon disulfide dingin; pada suhu lebih kurang 30ᵒ larut sempurna dalam benzene,
dan karbon disulfide. Syarat lain memenuhi syarat utuk jarak lebur, uji kekeruhan
penyeburan , lemak atau asam lemak,malam jepang,Rosinn dan sabun, Bilangan
asam; dan Bilangan ester seperti yang tertera pada Malam putih. Wadah dan
penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.

6. ALCOHOLUM BENZYLICUM (SETIL ALKOHOL)

3
Setil Alkohol mengandung tidak kurang dari 90,0% C16H34O, selebihnya terdiri
dari alcohol lain yang sejenis. Pemerian serpihan, putih licin, granul, atau kubus,
putih; bau khas lemah; rasa lemah. Kelarutan Tidak larut dalam air; larut dalam
etanol dan dalam eter, kelarutan bertambah dengan naiknya suhu. Baku Pembanding
Steril Alkohol BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Setil alcohol BPFI;
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Identifikasi Waktu retensi puncak utama
kromatografi Larutan uji sesuai dengan Larutan baku Seperti yang tertera pada
penetapan kadar. Jarak Lebur<1021> Metode 1 anatara 45ᵒ dan 50ᵒ; kecuali zat uji
dimasukkan ke dalam tangas pada suhu lebih kurang sama dengan suhu kamar.
Bilangan Asam Tidak lebih dari 2; lakukan penetapan seperti yang tertera pada
lemak dan minyak lemak <491>. Bilangan Iodum Tidak lebih dari 5; lakukan
penetapan seperti yang tertera pada lemak.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi gas eperti yang
tertera pada Kromatografi <931>. Larutan kesesuain system timbang lebih kurang
90mg setil alcohol BPFI dan 10mg steril alcohol BPFI,larutkan dalam 10,0ml etanol
P.

7.Minyak Tumbuh-Tumbuhan
Minyak atsiri (Olea Volatilia)
Minyak atsiri, bila perlu setelah pemanasan harus jernih,harus sangat berbau murni
seperti bagian dari tumbuh-tumbuhan, dan dalam tiap-tiap perbandingan dapat larut
dalam ether dan dalam kloroform. Bau minyak atsiri sebaiknya diperiksa dalam
campuran 1 tetes minyak Atsiri sebaiknya diperiksa dalam campuran 1 tetes minyak
dengan 2g gula. 1 tets minyak atsiri apabila dimasukkaan dalam air tidak boleh
menjadi keruh,pada pemanasan

Dalam sebuah penganas air minyak atsiri tidak boleh memberi sulingan., kalau
minyak atsiri dikocok dengan larutan natrium chloride yang jenuh yang volumenya
sama dan selanjutnya Di diamkan maka setelah pemisahan yang sempurna dari
lapisannya. Kalau satu tetes minyak Atsiri yang dibuat dari penyulingan diletakkan
pada kertas, harus segera menguap dan tidak meninggalkan noda yang hening
(minyak lemak). Minyak-minyak atrisi harus disimpan dalam botol kering, ditutup
rapat,ditempat yang sejuk,diluar pengaruh cahaya.

4
Minyak kacang (oleum arachidis)
Minyak lemak yang dimurnikan yang diperoleh dengan memeras biji dari Arachidis
hypogaea Linn, Yang telah dihilangkan kulit bijinya. Minyak yang rasanya halus,
kuning muda, hampir-hampir tak berbau .Berat jenis 0,915-0,922. Indeks bias 1,4694-
1,4725. Oleum Arachidis menjadi benda yang seperti salep pada sebuah suhu tidak
lebih rendah dari -3ᵒ. Pada percobaan pada Oleum Arachidis,asam-asam lemaknya
mulai menghablur,setelah sebelumnya dipanasi sampai campurannya menjadi jernih ,
pada suhu dari kira-kira 40ᵒ. Bilangan adisinya tidak boleh lebih rendah dari 83 dan
tidak lebih tinggi dari 103. Bilangan penyabunanya berjumlah 185-197 bilangan
asamnya dari oleum Arachidis boleh berjumlah setinggi-tingginya 2.

Minyak kelapa ( Oleum cocos)


Lemak yang padat pada suhu biasa yang diperoleh dengan pemerasan panas dari inti
copra yang dikeringkan dari coconsnuciferra Linn. Lemak yang sedikit
bening,putih,bau yang mudah dikenal,rasanya lemah,yang mudah tengik. Oleum
cocos pada 5ᵒ-20ᵒlunak. 1kg oleum cocos suhunya harus 35ᵒdapat larut dalam 5cm
alcohol mutlak.

8.Dasar Salep Serap


Dasar salep serap adalah dasar salep yang dapat menyerap air.yang terdiri dari
adeps lanae, lanolinum,unguentum simplex,tterdiri dari campuran 30 bagian cera
flava dan 70 bagian oleum sesame (minyak wijen).

9.Krim Emulgid, Hydrophilic oint, (Vanishing cream)


Umumnya emulsi minyak dalam air, mengandung air dalam presentase yang besar
dan asam stearate.Setelah pemakaian cream, air menguap meninggalkan sisa berupa
selaput asam stearate yang tipis.

Banyak dokter dan pasien lebih suka cream daripada salep, untuk satu hal,
umumnya untuk menyebar rata dan dalam hal cream dari emulsi jenis minyak dalam
air lebih mudah dibersihkan dari pada kebanyakan salep pabrik farmasi sering
memasarkan preparat topikalnya dalam bentuk dasar cream maupun salep, kedua-
duanya untuk memuaskan kesukaan dari dokter dan pasien.

5
10.Salep Polietilenglikol
Formula resmi basis ini memerlukan kombinasi 400 g polietilenglikol 3350
(padat) dan 600 g polientilenglikol 400 (cair) untuk membuat 1000 g dasar salep.
Akan tetapi bila diperlukan salep yang lebih baik lagi, formula dapat diubah lagi
untuk memungkinkan bagian yang sama antara kedua bahan. Jika 6-25% dari larutan
berair dicampurkan kedalam dasar salep, penggantian 50 g polientilenglikol 3350
dengan jumlah alcohol stearat berguna untuk membuat produk akhir lebih padat
dalam jumlah yang sama. Polietilenglikol adalah polimer dari etilenoksida dan air.
Panjang dapat berbeda-beda untuk mendapatkan polimer yang mempunyai viskositas
bentuk fisik ( cair, padat, atau setengah padat) yang diinginkan. (pengantar bentuk
sediaan farmasi.505).

11.Salep Gliserin
Harus ditambah kedalam dasar salep yang dingin, sebab tidak bias campur dengan
bahan dasar salep yang sedang mencair dan ditambahkan sedikit-sedikit sebab tidak
bias diserap dengan mudah oleh dasar salep.

Penetrasi Obat Kedalam Kulit. Penetrasi obat kedalam kulit dimungkinkan


melalui dinding folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar lemak, atau antara sel-sel
dari selaput tanduk (Ansel,1989). Apabila kulit utuh maka cara utama untuk penetrasi
masuk umumnya melalui lapisan epidermis lebih baik daripada melalui folikel
rambut atau kelenjar keringat (Ansel, 1989). Absorbsi melalui epidermis relative
lebih cepat karena luas permukaan epidermis 100 sampai 1000 kali lebih besar dari
rute lainnya (Lachman dkk, 1994).

Stratum korneum, epidermis yang utuh, dan dermis merupakan lapisan


penghalang penetrasi obat kedalam kulit.Penetrasi kedalam kulit ini biasa terjadi
dengan.

6
Penetrasi obat terhadap kulit utuh

Kulit merupakan perintang yang efektif terhadap penetrasi perkutan obat.


Penetrasi obat ke dalam kulit dimungkinkan melalui dinding folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar lemak atau antara sel-sel dari selaput tanduk. Apabila
kulit utuh maka cara utama untuk penetrasi masuk umumnya melalui lapisan
epidermis lebih baik daripada melalui folikel rambut atau kelenjar keringat.
Absorbsi melalui epidermis relatif lebih cepat karena luas permukaan.
Epidermis 100 sampai 1000 kali lebih besar dari rute lainnya. Stratum korneum,
epidermis yang utuh, dan dermis merupakan lapisan penghalang penetrasi obat ke
dalam kulit. Penetrasi ke dalam kulit ini dapat terjadi dengan cara difusi melalui
penetrasi transeluler (menyeberangi sel), penetrasi interseluler (antar sel), penetrasi
transappendageal (melalui folikel rambut, keringat, kelenjar lemak dan
perlengkapan pilo sebaseous). Faktor utama yang mempengaruhi absorbsi obat
kedalam kulit adalah:
a. Sifat dari bahan obat itu sendiri, fisika kimia obat.
Konsentrasi, kelarutan dalam dasar, ukuran molekul, kemampuan difusi,
kecepatan melarut, daya disosiasi, distribusi antara fase dan salep, koefisien
distribusi salep-kulit, kelarutan dalam lemak kulit, ikatan pada protein kulit,
ukuran partikel dan distribusi partikel
b. Sifat dari pembawa, formulasi dan pelarut.
Sifat pembawa (hidrofil, lipofil, jenis emulsi), komposisi pembawa, pembasahan
kulit oleh pembawa (penambahan tensid), viskositas pembawa, perubahan
pembawa pada kulit (menguap), perubahan kulit melalui pembawa (hidratasi),
penyebaran pada kulit (bidang yang dilapisi, tebal lapisan).
c. Kondisi kulit meliputi keadaan dan umur kulit, aliran darah, tempat pengolesan,
kelembaban dan suhu kulit

7
DAFTAR RUJUKAN

https://zaifbio.wordpress.com
http://eprints.ums.ac.id
http://elisa.ugm.ac.id
Farmakope Indonesia Edisi 4. 1979. Jakarta: Indonesia

Anda mungkin juga menyukai