Anda di halaman 1dari 2

Permasalahan :

Perjanjian kemitraan Go-jek dan ojek online lainnya bukan termasuk dalam perjanjian
pekerjaan sebab, sebagaimana Umar Kasim dalam artikelnya “Menghindari Penyelundupan
Hukum dalam Perjanjian Pemborongan Pekerjaan” menjelaskan bahwa, perjanjian kemitraan
adalah bentuk umum suatu hubungan hukum antara satu pihak dengan pihak lainnya atas dasar
hubungan kemitraan (partnership agreement). Ketentuan umum perjanjian kemitraan adalah Pasal
1338 jo Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUH Perdata”). Sedangkan,
ketentuan khusus, bisa merujuk pada ketentuan persekutuan perdata dalam Pasal 1618 KUH
Perdata s.d. Pasal 1641 KUH Perdata, yakni hubungan hukum para pihak antara mitra satu dengan
mitra lainnya dengan memasukkan suatu “modal” sebagai “seserahan” (inbreng). Umar Kasim
dalam artikelnya yang lain, “Status Hukum Tenaga Kerja Tidak Tetap di Lingkungan Instansi
Pemerintah”, mengatakan bahwa ada yang dinamakan perjanjian melakukan pekerjaan atas dasar
kemitraan (partnership agreement). Bentuknya, bisa perjanjian bagi hasil, perjanjian keagenan
(baik secara pribadi atau korporasi), inti-plasma, sub-kontrak, perjanjian pembayaran (“setoran”)
sejumlah nilai uang tertentu, dan lain-lain. Jika hubungan antara pengusaha penyedia aplikasi dan
driver adalah hubungan kemitraan, maka Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan dan peraturan perundang-undangan lain di bidang ketenagakerjaan tidak berlaku.
Ini karena peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan mengatur mengenai hal-hal
sehubungan dengan pekerja dan pengusaha.
(https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt56a9c0362ef3d/hubungan-antara-penyedia-
aplikasi--idriver-i--dan-penumpang)

Perjanjian kemitraan ini bisa dibilang sebenarnya hanyalah bentuk lain dari kapitalisme
seperti pada kapitalisme Marx, dimana terdapat pemilik model; dimana disini ialah PT Go-jek
sebagai penyedia aplikasi layanan, dan buruh yaitu para driver, yang ditutup dengan istilah
kemitraan. Yang mana ini membuat hal ini semakin parah, sebab dalam perjanjian kemitraan kedua
pihak dinyatakan setara, sehingga perusahaan penyedia aplikasi tidak menaungi para driver
sebagai pekerja yang mereka lindungi. Dan juga terdapat banyak poin dari perjanjian yang
membuat driver tidak mendapat perlindungan dalam pekerjaannya. Selain itu, dalam poin –poin
perjanjian kemitraan ini, terdapat poin yang menyatakan bahwa pihak perusahaan bisa sewaktu-
waktu mengubah poin perjanjian secara sepihak dan hanya memberikan pemberitahuan tanpa
adanya kekuasaan driver untuk mengubahnya.(https://www.go-jek.com/app/kilat-contract/)
Seperti dalam performa dan jam minimum, ketentuan perjanjian tentang seragam dan helm,
penggunaan akun, dan hal lain yang mana membuat beberapa driver dalam kenyataan melakukan
pelanggaran karena pengurusan yang berbelit dan memungkinkan mereka secara sepihak
kehilangan akun mereka, yang mana berarti pekerjaan mereka.

Yang dilakukan pekerja yang disebut “mitra” ojek online dinilai masih tidak manusiawi,
pasalnya jam kerja mereka bisa saja melebihi standar yang telah ditentukan oleh Organisasi Buruh
Internasional. Atas hal ini, dapat dilihat lalainya pihak pengembang aplikasi ojek online yang tidak
memberikan aturan dan kebijakan yang jelas mengenai jam kerja yang manusiawi. Harga diri
manusia telah dijatuhkan melalui nilai tukar (upah) dan kebebasan-kebebasan yang tak terhitung
jumlah telah berubah menjadi satu jenis kebebasan yang tidak masuk akal. (Alienasi Pekerja Pada
Masyarakat Kapitalis Menurut Karl Marx hal. 23, Datu Hendrawan, 2017)

Buruh dan pemodal memiliki ketergantungan yang sama dalam tujuannya memperoleh
hasil produksi. Akan tetapi berbeda dengan pemilik modal, buruh mempertaruhkan tenaga dan
waktunya untuk bertahan hidup, sehingga bekerja merupakan suatu kebutuhan untuk
mempertahankan kehidupannya.

Menurut Marx kekuatan modal yang seakan-akan alami untuk memperoleh keuntungan
tersebut berasal dari relasi kekuasaan (bukan bersifat alamiah). Modal dapat bertambah dengan
mengeksploitasi orang-orang yang benar-benar melakukan pekerjaan (kaum buruh). Para pekerja
dieksploitasi oleh suatu sistem yang secara ironis diproduksi melalui tenaga kerja para pekerja itu
sendiri. (Alienasi Pekerja Pada Masyarakat Kapitalis Menurut Karl Marx hal. 24, Datu Hendrawan, 2017).

Rumusan masalah :

1. Bagaimana bentuk persetujuan pihak pengembang aplikasi ojek online dan driver?
2. Apakah kemitraan driver merupakan bentuk eksploitasi oleh pengembang aplikasi jika
dilihat dari penjelasan Marx tentang alienasi pekerja?
3. Seperti apa bentuk kapitalisme yang ditemukan jika melihat hubungan pengembang
aplikasi dan driver?

Anda mungkin juga menyukai