Anda di halaman 1dari 12

KEBIJAKAN MONETER: Teori dan Bukti Emplris

Iswardono Sardjonopermono

Abstract

Monetary crisis secured In Indonesia has showed a serious weakness of


monetary policy by Sentral Bank. As written in thispaper, thereare manyweakness
and mistakes ofSentralBankas monetarypolicy makerin Indonesia.
The one is the dependence of policy making. Sentral Bank has no depen
dence and effectedby goverment verymuch.
Thisproblem has to be solved urgently. This paper bn'eHy discusses a theoriti-
cal and practicalprespectlveofIdealmonetarypolicy. So

Mengutip pendapatnya Mankiw (1997) sebagai pun, penguasa moneter juga tidak kurang
berikut: menghadapi masalah ketika hams menentukan
'Monetary policy is not easy. Central bank 'timing' yang tepat untuk menentukan alat, tu
ers have multiple objectives and over time, must juan serta indikator yang akan diplfihnya. Seba-
confront a variety of economic circumstances. gaimana diketahui, ada kesejangan (time-
They know theiractions have powerful effects on lag): 'recognition, implementation and impact
the economy, but timing, magnitude, and chan lags' ketika menghadapi suatu kasus. In! berarti
nels of those effects are not fully understood. bahwa penguasa moneter perlu memonitor
Their job is made all the more difficult by wide situasi dan kondisi perekonomian sepanjang
spread disagreements among economists. Some waktu (agar dapat meminimumkan kesejangan
economists view monetary policy as a potential waktu dari saat mengetahui adanya suatu
cure for economic fluctuations. Others would be masalah yang hams diatasi), hinggasaat memiHh
satisfied If monetary policy could avoid being a alat indikator s&tatujuan fimplemerMon-lag) untuk
cause of fluctuations'. mengatasi masalah tersebut Untuk meminimum
Pertanyaan yang muncul pertama kali kan kesejangan waktu ini pedu adanya studi
mengenai kebijakan moneter adalah apakah ataupun penelib'an secara dinamis dan terns
yang menjadi tujuan/sasaran dari kebijakan menems agar alat kebijakan yang hams dipilih
moneter tersebut? Sasaran/tujuan tersebul ber- dapat dengan segera diketahui.
variasi antara tujuan antara (Intermediate targets) Dan yang terakhir masih diperlukan waktu
dan sasaran/tujuan akhir (ultimate targets). Per- untuk mengetahui apakah dampak dari kebijakan
tanyaan-pertanyaan yang muncul berikutnya yang diambil tersebut memenuhi sasaran atau
adalah bagalmana untuk mencapal sasaran ter meleset (Impact-lag). Semua lag itu dapat di-
sebut? Instrumen/aiat kebijakan apa yang dapat minimumkan jika penguasamoneter mengetahui
digunakan serta indikator apa yang digunakan secara past! jalur fc/ianne/sj yang hendaK ditem-
untuk mengukur tercapai tidaknya sasaran yang puh untuk mencapai sasaran yang telah'ditetap-
diinginkan? kan tersebut
Pertanyaan itu merupakan permasaiahan Pertanyaan lain yang selaiu muncul dalam
yang dihadapi penguasa moneter dalam su'atu ekonomi moneter adalah yang berfcaitan dengan
negara. Di samping berbagai permasaiahan itu berapa banyak informasi yang terkandung dalam

JEP:VoI. 3No. 1,1998 55


Iswardono Sartijonopermono, KEBIJAKAN MONETER: Teoridan BuktiEmpins ISSN: 1410-2641

agregat/besaran moneter (JUB) dan bagaimana ranan penting daiam menjamin bahwa bank sen
Bank Sentral menggunakan infonriasl tersebut? tral tidak akan menylmpang dari target yang telah
Menurut Feldstein dan Stock (1997) Bank Sen ditetapkannya. Mereka membuat simulasi seder-
tral dapat menggunakan M2 (JUB daiam artian hana tentang model ekonomi, di mana menurut
luas) untuk mengurangi balk laju Inflasi maupun mereka keuntungan utama dengan menggu
'volatility' pertumbuhan GDP nominal. Mereka nakan target/sasaran pendapatan nominal ada
berani mengambil kesimpulan tersebut dengan lah akan mengurangi voiatilitas daiam tingkat
membuat aturan-optimal M2 dari vektcr regresi harga dan iaju Inflasi. Hanya saja masalah apakah
otonomnya. Menurut mereka, pengguna aturan- aktivitas ekonomi rili akan kurang voiatilitasnya atau
optimal tersebut dapat mengurangi deviasi/ tidak dijelaskan.
penyimpangan pertumbuhan GDP per tahunnya Pada sisi lain Woodford (1997), justru
hampir di atas 20 persen. Bahkan, mereka berani mempertanyakan tentang kegunaan indikator-
membuat keputusan yang sedertiana (simpier- indikator kebijakan moneter, khususnya Indikator
poiicy) berdasarkan persamaan tunggal yang lain selain JUB. Banyak pengamat ekonomi dan
menghubungkan antara M2 dengan GDP, dl pembuat kebijakan menganggap bahwa harga
mana dengan menggunakan persamaan tersebut barang-barang dan jasa, kurs valuta aslng serta
mereka menunjukkan bahwa kebijakan tersebut suku bunga dapat digunakan daiam mengatur
berhasil mengurangi voiatilitas GDP nominal. kebijakan moneter. Dan untuk mengevaluasi in-
Mereka juga mengajukan pertanyaan. apakah dikator-indikator kebijakan moneter itu perlu
hubungan antara besaran moneter dengan digunakanlah struktur model ekonometri, dan
kegiatan/aktivitas ekonomi (variabel lain selain bukan daiam bentuk ringkas (reduced-form),
GDP nominal) juga dapat dipercayai untuk mem sebab bentuk,ringkas itu hanya digunakan untuk
buat dasar kebijakan moneter? membuat perkiraan kedl artinya, sebagaimana
Pertanyaan tersebut dijawab sendiri oleh dikemukakan oleh Lucas (1976).
mereka dengan melakukan uji stabllitas untuk Sementara itu Blinder (1997) menawarkan
masing-masing parameter, misalnya mereka me- cara baru daiam memllih altematif teori yang
nemukan hasil uji stabllitas antara GDP nominal berkaitan dengan penyesuaian harga (price ad-
dengan M2, yang menunjukkan tidak adanya justmer)t). Dia menglngatkan bahwa berdasarkan
bukti Instabilitas, sedangkan hubungan antara penelitiannya, pada umumnya harga barang-
GDP nominal dengan Ml (besaran moneter yang barang dan jasa khususnya di Amerika Serikat
lebih sempit) justru ditemukan bukti instabilitas- adalah 'sticky', daiam artian hanya berubah
nya: sekali daiam setahun. Hasll penelitiannya sangat
Hall dan Mankiw (1997) mengemukakan bermanfaat daiam memllih berbagai altematif
aluran (rule) untuk kebijakan moneter dan teori yang berkaitan dengan ketegaran/ kekakuan
karakteristik aturan kebijakan moneter yang balk. harga-harga (the stickiness ofprices).
Mereka lebih menekankan secara khusus 3(tiga) Karena harga lambat daiam menyesuaikan
macam sasaran pendapatan nominal, yang dengan perubahan kebijakan moneter, maka
masing-masing berbeda bagaimana reakslnya penurunan laju inflasi biasanya akan melibatkan
(respof}) terhadap goncangan harga masa lalu terjadinya pengorbanan yang tinggi pada terjadi-
(past) dan aktivitas ekonomi nyata' (real). Perta nya pengangguran dan rendahnya output. Pe
nyaan yang mendasar adalah apakah aturan ter ngorbanan yang terjadi tersebut oleh Ball (1997)
sebut di atas dapat diimplementasikan daiam disebut sebagai 'sacri^ce ratio' yaitu perfoan-
kenyataannya? Mereka berdua menjamin bahwa dingan antara turunnya output dengan turunnya
konsensus daiam perklraan pendapatan nomina! laju Inflasi, misalnya output turun 10% dan Inflasi
di masa depan (iiture) dapat memerankan pe- turun 2%, maka rasio pengorbanannya 5. Ini ber-

56 JEPVol.3No. 1,1998
ISSN: 1410 - 2641 Iswardono Sard^Miopennono, KEBJJ>1K4^ M0NE7ER; Tecri danBukS Empiris

arti setiap penumnan laju infiasi 1% akan kehi- pengeluaran disebabkan karena-.meningkatnya
langan output 5%.- Oleh Ball juga dikemukakan suku bunga dan-sebaliknya ekspansi JUB akan •
berbagai faktor yang mempengarutii besar kedl- meningkatkan pengeluaran karena suku bunga
nya rasio pengorbanan tersebut. Salah satunya tumn. Oleti Kastiyap dan Stein dipertanyakan
adalati kecepatan daiam penumnan laju InflasI lewatjalurapa?
dimana penumnan laju-infiasi yang pelan/kecil liiAenumt Kastiyap dan Stein bekerjanya
lebiti sedikit akibatnya pada berkurangnya out pandangan tradisional (money view) dl atas se-
put. Faktor lainnya seperti iaju infiasi awal, dera- benamya melalui jalur yang tidak sederbana,
jat keterbukaan perekoncmian serta ada tidaknya karena berkurangnya pinjaman. bank akan berr
kebijakan yang menyangkut pendapatan. pengamh pada cadangan bank.. Mereka
Para pengamat infiasi, baik yang berada di menawarkan pandangan bam yang disebut-de
dalam atau dl luar BankSentral, pada umumnya ngan 'lending view", bukan 'money view*. Kalau
selalu melihat terjadinya kenaikan laju Infiasi. dalam pendekatan tradisional bentuk kekayaan
Begitu laporan tentang Infiasi diumumkan, yang dipegang oleti masyarakat tianya bempa
mereka tidak dapat memisatikan antara yang uang kas dan obiigasi, maka menumt mereka
mempunyai kecendemngan jangka pendek dan perlu ditambatikan adanyabentuk kekayaan bam
jangka panjang. Tentang tial Ini Bryan dan Ce- yang bempa pinjaman bank. Oieb karena itu,
cchetti (1997) menerangkan perlunya di cari jika bank sentral mengurangi cadangan, maka
ukuran 'core' atau inti Infiasi, yang dianggap se- suku bunga tidak tianya akan meningkatkan,
bagai komponen yang selalu muncul dalam in melainkan batiwa supply dana juga akan me-
fiasi, rnisalnya kenaikan tiarga sembilan bafian nlngkat, dan oleti karenanya pengeluaran untuk
pckok (sembako). Meskipun pada umumnya barang-arang dan jasa al^ berkurang. Penda-
ukuran dalam infiasi adalati rerata (averages) pat mereka tentang arti pentingnya jalur pinjaman
atas harga berbagai barang, mereka berdua bank dalam mekanisme kebijakan moneter diuji
menyarankan batiwa untuk mengukur Inti infiasi, oleti Iiiliron, Romerdan Weil. Sedangkan Stiapiro
lebiti baik digunakan nilal 'median'nya. Menumt menguji sebab dan akibat yang ditimbulkan oleti
mereka nilai Ini lebiti dekat kaitannya dengan keputusan bank sentral d^am menumnkan laju
pertumbutian JUB masa lalu dan leblh baik tiasil- Infiasi (disinMon) terbadap p^onomian.
nya untuk memperklrakan iaju infiasi di masa Secara rind pendapat-pendapat mereka di
depan dibandingkan jika dengan menggunakan atas tentang kebijakan moneter akan dijelaskan
nilai rerata. pada sub-bab berikut ini. v ^
. Lebih lanjut dikatakan batiwa menggunakan
nilai median bukan untuk memperklrakan per PENG6UNAAN BESARAN MONETER
tumbutian JUB dimasa depan, yang dapat digu UNTUK MEMPENGARUHI GDP NOMINAL
nakan untuk kebijakan mpneter. Tetapi mereka Feldstein dan Stock (1997) menguji kela-
lebiti cendemng mengatakan batiwa kebijakan yakan penggunaan besaran moneter' untuk
moneter pada umumnya disertal dengan terjadi mempengamtii GDP nominal dengan tujuan
nya goncangan/ gebrakan pada JUB. aktiimya agardapat mengurangi rerata laju.inflasi
Kashyap dan Stein (1997) mengkaji dan ketidakstabilan oufpufnil.
mekanisme bekerjanya kebijakan moneter di atas, Sebagaimana diketabui batiwa'. pada
khususnya mengenai jalur apa yang ditemputi umumnya yang menjacfi tujuan kebfakan moneter
setiingga tindakan bank sentral dapat adalati/^rendatmya laju infiasi atau menjaga
mempengarutii pengeluaran untuk . pembelian kestabiian nilai mata.uang dan menjaga agar
barang-barang dan jasa. Pandangan tradisicna! jarak';(gap) antara GDPriil potensiil.dengan GDP
m^atakan batiwa kontraksl JUBakan mengurangi riil aktual kedl.-Ada semacam konsensus batiwa

JEP Vol. 3 No. 1.1990 57


Iswardono Sardjonopermoho, f^BUAKAN HiONETER: Teori danBukli Empiris ISSN: 1410-2541

untuk menjaga laju infiasi yang rendah dapat di- moneter, seperti penyesuaian terhadap JUB,
- lakukan dengan membatasi pertumbuhan laju suku bungai ataupun kurs valuta asing (nilal tu-
JUB dalam artian !uas(M2) dalam kurun waktu kar). Untuk itu pada sub-bab berikut ini akan di-
yang cukup lama. Untuk mencapai tujuan yang bahas 3 (tlga) kemungkinan pendekatan yang
pertama, yaitu menjaga stabilltas'nilai uang, da- berkaitan dengan pendekatan penggunaan M2
pat dijalankan oleh bank sentral dengan cara untuk mencapai target GDP nominal khususnya.
menentukan besamya laju inflasi yang hendak Adapun macam pendekatan tersebut antara lain
dicapal dalam jangka panjang. Hal in! dilakukan de adalah:
ngan mengidentifikasi/mendeiinisikan rerata-in
flasi (mean inflation) sebagai penjumlahan rerata The Status Quo Judgmental Eclecticism
pertumbutian JUB (mean ofmoneygrowth) dengan Dengan pendekatan 'The Status Quo' Ini
rerata kecepatan pertumbuhan uang (mean ve dalam kenyataannya sebagaimana dilakukan
locity growth) dikurangi dengan rerata pertum oleh bank-bank sentral dibeberapa negara dl-
buhan output rill (mean realoutput growth). mana bank sentral melakukan pengawasan ter
Sedangkan untuk mencapai tujuan kedua, hadap cadangan bank dengan cara melakukan
yaitu meminlmumkan jarak antara'GDP potensiil jual-beli surat-surat berharga (SBI, -misalnya).
dengan GDP aktual, dapat dilakukan dengan Ada yang mengatakan bahwa pendekatan ini
berbagai cara antara lain dengan mengevaluasi merupakan pendekatan suku bunga mumi (pure-
hasll/klnerja ekonomi menggunakan variasi pegging interest rates). Dengan pendekatan ini,
(variance) pertumbuhan GDP nominal per kuar- bank sentral mengatur volume jual bell surat-su
tal. Hal Ini dimaksudkan karena variasi dari per rat berharga sedemikian rupa, agar target suku
tumbuhan GDP nominal kuartalan tersebut bunga yang dilnginkan bank sentral dapat terca-
mencerminkan pemberian bobot yang sama atas pai.
variasi inflasi dalam jangka pendek dengan per Biia suku bunga sudah ditetapkan oleh
tumbuhan output rill. Cara lain yang dapat digu- bank sentral, maka agar tercapal target tersebut
nakan adalah dengan mengevaluasi variasi per bank sentral harus slap untuk menjual-membeli
tumbuhan GDP riil dan rerata jarak/selisih antara surat-surat berharga tersebut. Oleh karena itu,
GDP riil potensial dengan GDP riil aktual. bisa dikatakan, suku bunga merupakan variabel
•Meskipun cara kedua ini tidak memasukkan yang eksogenous, sedangkan volume cadangan
variasi laju inflasi dalam jangka pendek, sehingga sebagai variabel yang endogenous. Akan tetapi
keinginan untuk menentukan laju infiasi jangka dalam jangka panjang, cara yang demikian se-
panjang yang rendah dapat dilakukan dengan ring dianggap kurang akurat atau meragukan,
menentukan pertumbuhan rerata besaran karena secara resmi bank sentral sering melaku^
moneter yang rendah (semacam 'rule' yang dike- kan revisi terhadap suku bunga (SBI) yang telah
mukakan Friedman). Pendekatan atau cara mana ditentukan tersebut untuk mengantisipasi pertum
yang hendak dipiEh sangat tergantung pada buhan M1 khususnya. Jadi, suku bunga yang
macam/tipe goncangan (s/ioctej yang akan di- awalnya dianggap sebagai variabel yang ek
hadapi. sogenous dalam kenyataannya adalah endoge
nousjuga(ambigous-variable).
ALTERNATIF PENDEKATAN
KEBIJAKAN MONETER Passive Monetary Policy:
Meskipun Bank Sentral hanya peduii pada A Constant Growth Rate of M2.
Inflasi dan aktivitas ekonomi riil, kebljakan Pendekatan 'Passive Monetary Policy' ini,
moneter seharusnya dibuat agar dapat melaku- biasanya dikaitkan dengan nama Milton Fried
kan berbagai penyesuaian pada variabel man, karena secara resmi diakui bahvira Fried-

58 JEPVol.SNo. 1.1998
ISSN: 1410-2641 tswardofto Saidjon^iennono, K^JAKANUONETB^ Teoqdan BtMiEmpihs

man adalah yang meiakukan usulan agar kebija- hunan misalnya dari tahun 1952 sampal .1997.
kan moneter diambil dengan cara menetapkan Kemudian dibandingkan .dengari' varian yang di-
pertumbuhan JUB secara. konstan/tetap. Mene hasilkan oleh pendekatan '^afus quo' di atas,
tapkan pertumbuhan JUB yang samadengan laju ataupun dibandingkan dengan' varian yang di-
pertumbuhan GDP. potensii! yang. dlharapkan hasiikan oleh pendekatan Friedman: .
dikurangi dengan laju pertumbuhan kecepatan
uang (velocity) yang dlharapkan adalah sama Kegunaan
halnya mengharapkan laju inflasi sama dengan "Monetary Targe^ngRule" s>
NOL Kesalahan sekedl apapun dalam mem- Ada 3 (t^a) hai yang periu diperhatikan
perklrakan pertumbuhan GDP nominal potensii! agar 'Aturan Target Moneter" ini dapat mengha
ataupun laju pertumbuhan velositas akan me- silkan, yaitu;
ngaldbatkan terjadinya perubahan padastabilitas a), a sufficiently stable link beftveen money and
harga. nominal GDP
Dengan kata lain, laju inflasi yang dlharap b). satisfactory behavior ofthe Central Bank ,
kan tidak sama dengan nol. Menurut Friedman c). a limited system response to the change in
(1953), penggunaan pendekatari ini.' akan - monetary ^icy.
menghasilkan hasil yang lebih stabil pada jalur
GDP nominal jika dibandingkan dengan meng- Adanya hubungan yang cukup stabil antara
gunakan kebijakan moneter aktif JUB dengan GDP nominal, dan stabilitas yang
(discretionary). Alasanhya adalah bahwa peng didefinisikan oleh Friedman di atas adalah t^ar
gunaan kebijakan moneter aktif akan menghasil kedinya varian dari laju pertumbuhan GDP
kan varian (variance) yang lebih besar pada nominal. Karena besamya varian laju pertum
pertumbuhan GDP nominal, karena adanya tam- buhan GDP nominal lebih besar jika digunakan
bahan faktor'covariance". kebijakan aktif, maka oleh Friedman disarankan
untuk menggunakan kebijakan moneter dengan
Active Targeting Rules mengatur pertumbuhan JUB secarakonstan (k%
for Monetary Policy. rule). Tentunya, uji stabilitas yang dikemukakan
Pendekalan 'Active Targeting Rules' ini oleh Friedman tersebut, kurang tepat. untuk saat
dikembangkan oleh Taylor (1985). dan ini. Banyak uji stabilitas yang dapat digunakan,
disempumakan oleh McCalium (1988,1990), di misalnya dengan menggunakan Cusum-Test,
mana daiam pendekatan ini mereka membuat 'Satisfactory Behavior of the Central Bank'
simulasi berbagai altematif piiihan aturan (rules) yang dimaksud di atasadalah b^wa tidak terlaiu
yang dapat digunakan untuk menstabilkan per banyaknya campur tangan bank sentrai. Ini di-
tumbuhan GDP nominal. Mereka membuat usulan maksudkan agar bank sentrai tidak menggu
yang dapat menghasilkan aturan yang optimal nakan kebijakan moneter aktif, tetapi disarankan
bagi kebijakan moneter .dalam mencapai stabili menggunakan kebijakan moneter pasif agar tidak
tas pertumbuhan GDP nominal tersebut serta menimbulkan ketidak-stabilan perekonomian.
membuat aturan yang menyangkut penyesuaian Menurut mereka (Friedman dan lainnya) 'there is
parsial (partial-adjustment nile) yang dapat an inherent inflationary bias in central bank be
menghasilkan aturan optimal tersebut. Cara yang havior'. Sehingga, walaupun bank sentral-.dapat
diiakukan adalah menghitung probabilltas yang mengawasi M2 secara sempuma dan mengerti
dapat mengurangi varian pertumbuhan GDP aturan yang dapat mengoptimalisasikan penen-
nominal. Secara rinci, mereka menghitung, be- tuan M2, mereka akan tidak berdaya
samya .varian yang paling rendah dalam kumn menghadapi tekanan politik dan aiasan iainnya
waktu sepuiuh-tahunan berdasarkan data ta- yang berakibat akan menyimpang dari aturan

JEP,Vol.3No. 1,1998 59
Iswaitiono Sardjonopermono. KEBIJAKAN MONETER: Teoridan BuktiEmpiris ISSN: 1410 - 2641

tersebut. Oleh sebab itu, untuk mengurangi teka- gaimana yang dikemukakan oleh Milton Fried
nan politik dan faktor-^or lain yang menyebab- man. Tujuan untuk menggunakan aturan tetap Inl
kan teijadinya penyimpangan, perlu kiranya bank adalah agar didapatkan hasil yang lebih baik da
sentrai mengumumkah setiap enam bulan atau lam stabllitas pertumbuhan output dan harga-
satu kuartal tentang target yang hendak dicapai harga.
secara umum (publicly). Jlka perlu, dibicarakan Salah satu yang sering dikemukakan seba-
di depan anggota DPR misalnya, sehingga gai aturan adalah menjadikan pendapatan (GDP)
masyarakat secara umum akan tahu apa yang nominal sebagai targetnya. Alasannya adalah
menjadi aturan bank sentra! dalam menjalankan bahwa menggunakan aturan tersebut dapat
fungsinya guna menoapai tujuan akhir (ultimate digunakan sebagai pedoman untuk mencapai
goals). sasaran kebijakan moneter tersebut di atas. Se
Keterbatasan sistem untuk mengantisipasi dangkan menggunakan kebijakan moneter diskrit
perubahan kebijakan moneter in! ibaratnya se* sering meleset dari tujuan yang telah ditetapkan.
pert! melakukan tindakan yang terlambat dan
"tidak terencana secara balk. Misalnya, Indone KEBIJAKAN MONETER BERATURAN
sia pemah melakukan deregulasi perbankan di (RULES OFMONETARYPOLICY)
bulan JunI 1983, hanya saja peraturan per- Sebagalmana suatu permainan, kebijakan
=bankan (undang-undang) yang mengatur sistem moneter yang beraturan ini juga mempunyai
ibekerjanya peitankan 1^ baru diundangkan aturan mainnya (rule of the game). Menurut
hampir sepuluh tahun kemudian (1992). Inl dapat Fudenberg dan Tirole (1990), pada umumnya
mengakibatkan berbagai penyimpangan secara seorang pemain dalam suatu permainan akan
mikro maupun makro, yang mengakibatkan ter- banyak mendapatkan manfaat dari adanya
jadinya ketidak-stabilan perekonomian. aturan main dalam permainan tersebut, selama
mereka mempunyai kemauan dan kemampuan
'Nominal Income Targeting untuk mentaatinya (the ability to commit in ad
Terdapat adanya pertanyaan yang ber- vance). Jadi, kalau komitmen tersebut dilanggar,
ikaitan dengan 'kenapa targetnya adalah penda- maka tindakan apapun jelas akan melanggar
-patan (GDP) nominal bukannya GDP riil? sangat peraturari yang berakibat melesetnya tujuan yang
beralasan, dan sudah menjadi perdebatan di- hendak dicapai. Hal inl ditunjukkan oleh Rcher
kalangan ekonom. Akan tetap! persetujuan di (1980), bahwa sangat diharapkan agar pemerin-
antara para ekonom mulal meningkat berkaitan tah dapat mentaati komitmen yang telah dibuat,
dengan dua prinsip utama kebijakan moneter. misalnya tidak memungut suatu pungutan pada
Prinsip yang pertama mengatakan bahwa kebi mod^apital (capital ievies). Hal ini penting,
jakan moneter bertujuan untuk menstabllkan be- karena begitu komitmen tersebut dilanggar, mi
berapa besaran nominal. Kelompok Monetarist salnya dengan mendadak pemerintah memungut
telah lama menggunakan kebijakan moneter un pungutan atas modal tersebut, maka akan teijadi
tukmenstabilisasikan pertumbuhan JUB nominal. cfistorsi. Sedangkan Kydland dan Prescott (1977),
Beberapa ekonom yang lain (kelompok lalnnya) Barro dan Gordon (1983), serta yang lainnya
telah juga mengajukan usulan berkaitan dengan menerapkan peraturan di atas pada kebijak^
kebijakan monetertersebut untuk menstabilisasi moneter, sebagalmana yang dikemukakan oleh
kan ha^a-harga atau Indeks Harga Konsumen. Lucas (1972) dengan hipotesanya 'surpn'slng
Sedangkan prinsip yang kedua adalah keinginan monetary expansions raise output'. Kalau tinda
adanya komitmen untuk menggunakan keb^akan kan yang mendadak/tiba-tiba tersebut me
moneter dengan suatu aturan tetap yang berita- ngakibatkan kenaikan output, maka secara ra-
itan dengan pertumbuhan JUB, misalnya seba- sional setiap tahunnya pemerintah akan men-

60 JEPVoLSNo. 1.1998
ISSN: 1410 - 2641 iswailoRO SanjjonopejmoK). KEBUAKAN MONETER: Teofi dan BuktiEmpire

coba menciptakan kejutan baru bahkan gebrakan luncuikan ds^ meminDtiumkan varia^rubahan
sebagalmana yang pemah dilakukan oleb Su- harga pada suatu tlngkat perubahan ketenaga-
maiHn (Gebrakan Sum^). Akan tetapi, masyarakat kerjaan (employment) tertentu. Munglan dapat
akan dapat melihat apa yang sedang dilakukan menggunakan Kurva Phillip atau menggunakan
oleh pemerintah. Akibat yang mungkin akan ter- the price variability-employment variability
jadi dengan adanya kejutan/gebrakan moneter space', di mana kebijakan moneter yang eflsiens
tersebut. bukannya hanya berupa.kenaikan out adalah kebijakan yang mampu menjaga kondisi
put melalnkan justru bisa pula terjadi pe- tetap berada di permukaan (frontier). Sedangkan
ningkatan laju Inflasi yang diharapkan dan juga syarat keduanya adalah 'simplidly', di:mana
laju inflasi yang aktual. kebijakan moneter yang baik adalah yang seder-
Dengan adanya komitmen untuk tidak hana karena mudah untuk diterapkan, dimengerti
membuat kejutan moneter, pemerintah diharap dan dilaksanakan sehingga dapat berlangsung
kan mampu menurunkan laju inflasi yang di secaia bersinambungan. Hal ini berk^ dengan
harapkan dan dapat mencapai kineija yang lebih syar^ k^a y^ ^oredsibr?' atau akurasi, dim^a
baik. Perlu juga adanya alasan politik kenapa saat atau tirrmg' dlluncurkannya kebijakan ter
menggunakan kebijakan yang beraturan ter sebut harus tepat waktu dah tepat guna. Dan
sebut Kalau bank sentrai berada di bawah pe- syarat yang keempat adalah 'accountability', di-
ngaruh para politikus, atau paling tidak dekat mana kebijakan moneter akan lebih dipercaya
dengan kemauan politikus, maka ada ke- oleh masyarakat jika masing-masing agen/pelaku
mungkinan bahwa bank sentrai terpengaruh un kebijakan moneter tersebut bertanggung jawab
tuk melakukan perubahan kebijakan sebelum dalam pencapaian tujuan kebijakan tersebut.
pemilihan (umum, presiden) terjadi untuk Oleh karena itu, bank sentrai dan pelaku kebi
kepentingan mereka (oppor-anistic). Adanya jakan moneter tersebut harus konsisten, peduli
kebijakan yang beraturan tersebut membuat dan tetap menjaga komitmen atas kebijakan
keinginan/kesempatan para oportunis berkurang yang diambil. Misalnya untuk mengembalikan
pengaruhnya. Sehingga lebih lanjut diharapkan, kepercayaan .masyarakat atas nilai rupiah di In
pengguna kebijakan moneter yang beraturan donesia, para pelaku kebijakan moneter
tersebut akan dapat mengimbangi dampak khususnya dan masyarakat pada umumnya
makro yang ditimbulkan oleh kebijakan fiskal harus mempunyai visi dan misi yang sama agar
(yang sering dltingkahl oleh para oportunis/poli- betui-betui mencintai rupiah dalam kehidupan
tikus], karena. dengan kebijakan yang beraturan sehari-harinya (bukan sekedar diblbir saja, saat
ini akan menekan 'political business cycle' yang dITV).
disebabkan oleh kebijakan fiskal tersebut.-Se- Meskipun demikian, kebijakan moneter
moga krisis moneter yang menlmpa Indonesia yang teratur tersebut juga mempunyai dampak
sejak pertengahan 1997 sampai saat ini, bukan samplngan, sebagai misai, keinginan untuk men
merupakan bukti empiris atas teori di atas. jaga stabllltas nilai rupiah terhadap valuta asing
(US $) di satu sisi, berakibat pada meredanya
Karakteristik Kebijakan Moneter gejolak (volatilitas) kurs, namun. pada sisi yang
Beraturanyang Balk lain, misalnya hargasembako meningkat. :v
Kebijakan moneter beraturan memper-
syaratkan agar bank sentrai berpegang teguh Aturanyang Berdasarkan
pada indikator yang telah ditetapkan ('a pre Pendapatan Nominal
scribed band'). Adapun -syarat pertama agar .Kebijakan moneter yang teratur di.atas
kebijakan moneter beraturan tersebut baik ada- riiemuhgklnkan pemerintah untuk melakukan pi-
lah 'efficiency', artinya agar kebijakan yang di- lihan yang tepat antara stabilitas harga dan

JEPVol. 3'No. 1M998 61


Isvrardono SanJjonopermono, KEBUAKJ^ MONETER: Teoridan BuUiEmpiris ISSN: 1410 - 2641

ketenagakerjaan yang mungkin mensyaratkan akan mencerminkan juga kemulusan dalam pe-
adanya toleransi terhadap pembahan yang rubahan harga, arbnya gejolak harga hampir ti
mungkin besar pada suku bunga dan harga dak ada atau variasi hargakedl.
valuta asing. Sepert! usaha pemerintah Indonesia Menurut Hall (1985), penggunaan target
dalam mentarget laju inflasi tahunannya tidak pendapatan nominal merupakan salah satu kebi
iebih dari 10 % per tahun (double digit), me- jakan yang boleh dikatakan sebagai 'elastic price
ngakibatkan teijadinya peningkatan suku bunga targets*. Kebijakan ini menentukan harga dasar,
bank; khusushya setelah Deregulasi 1983. dan tetapi membolehkan adanya penyimpangan
lonjakan harga valuta asing pada pertengahan. sedikit (deviasi) dari target yang telah ditetapkan
tahun 1997.Ha[ Ini cukup beraiasan,' karena, sepanjang dapat mempengaruhi berkurangnya
mungkin, dalam rangka menjaga agar inflasi ti laju pengangguran yang ada. Semakin elastis
dak'melebihi 10% tersebut, pemerintah meng- perubahan harga dari target yang telah ditetap
gunakan cara Klasik dengan mengurangi per- kan, diharapkan akan semakin besar pula pe-
tumbuhan JUB, yang akan berakibat pada pe ngaruhnya terhadap pengurangan pengangguran.
ningkatan suku bunga domestik, sehingga para Target kebijakan moneter pada pendapatan
Investor lebih suka meminjam uang (kredit) ke nominal ini sebenamya bukan merupakan hal
luar negeri yang suku bunganya relatif lebih mu- yang baru sebagaimana telah dikemukakan oleh
rah. Haf iniiah yang secara akumuiatif dan tidak Meade (1978), von Welzsacker (1978), serta To-
disadari akan berakibat fatal pada beban hutang bin (1980). Dan oleh Be^ (1983) d3;emb^ks^i lebih
luar negeri, khususnya yang dilakukan oleh lanjut dalam bentuk anafisis yang fbrmal, sebagai im-
swasta. Dan dampak akhimya akan terjadi re- pM dari stabiOsasi pendapatan nominal pada ke-
bu[er\ ' (rush) dalam pembelian valuta asing rangka keseimbangan umum (gene/a/ eqiMirium)
karena hutang sudah jatuh tempo, dan oleh ekonomi makro.
karenanya tidak bisa dihindari ha^a valuta asing Dalam modeinya. Bean mengemukakan
akan naik, sesuai dengan mekanisme pasar adanya kejutanYs/iockj pada permintaan agregat
(peningkatan permintaan, yang tidak diimbangi yang dampaknya sama sebagaimana ditimbulkan
oleh menlngkatnya penawaran valuta asing). oleh perubahan komponen JUB secara acak.
Oleh sebab itu untuk menghindari hal di Dan juga dipertimbangkan adanya pergeseran
atas. paraekonom menyarankan agar pemerin pada fungsl produksi secara acak juga. Adanya
tah melakukan kebijakan moneter teratur terse asumsi penawaran tenaga kerja inelastis, maka
but, jangan h'anya dikaitkan pada satu indikator target pendapatan nominal akan meminimumkan
saja, tetapi dikaitkan (pegging) pada berbagai variasi penyimpangan output riii dari nllal ke-
ma'cam Indikator yang antara lain: besaran agre- selmbangannya. Oleh West (1986), kesimpulan
gat, indeks harga barang-barang dan jasa, yang dikemukakan oleh Beans tersebut hanya
indeks harga konsumen, nilai tukar valuta asing, terbatas pada situasi dimana model moneter
dan harga emas. Akan tetapi nampaknya kon- yang digunakan tidak netral (non-neutrality). Dan
sensus saat Inl hanya memiiih pendapatan nomi juga,. Bean menggunakan kriteria dalam penilaian
nal sebagai tujuan yang paling tepat (the most kineija kebijakan tanpa memberikan bobot pada
suitable object). Menjaga pendapatan nominal stabilitas tingkat harga.Lebih lanjut, dikatakan
tetap berada pada jalur yang mulus (smooth oleh Westbahwa Bean tidak mempertimbangkan
path) merupakan kebijakan moneter yang men- sumber-sumber lain yang mungkin menyebabkan
dapatkan dukungan banyak dari semua cabang teijadinya gangguan pada keberhasilan kebi
ekonomi makro modem. Karena dalam k^eim- jakan moneter, khususnya pada masalah stabili
bangan ekonomi makro, dengan netrarrtas uang, tas harga yang 'acute*.
pertumbuhan yang mulus pendapatan mmna!

62 JEPVol.3No. 1.1998
ISSN:1410 - 2541 [swardono Sard](^iopeniBno, KEBUAKAN jUOA/ETER* Teori danBukS Empiis

Asako dan Wagner (1992) men^iti masalah ' ' Dari penjelasan di atas dapat distmpulkan
yang dikemukakan oleh Bean dan West tersebut. bahwa ada semacam konsensiis yang harus
Sedangkan Taylor (1985), lebih memusatkan ditepati agar kebijakan yang beraturan tersebut
perhatiannya pada aspek dinamis dari target akan menjadi baik ataupun optimal jika yang
pendapatan nominal tersebut. Dia mem- menjadi kebijakan moneter yang beraturan ter
pertimbangkan 3 (tiga) macam bentuk kebijakan sebut adalah pendapatan nominal. Bentuk yang
teratur, yaitu bahwa: (1) bank sentral diharapkan pasti dari dari kebijakan yang bertarget'penda
mampu menjaga pertumbuhan pendapatan patan nominal tersebut tergantung pada penda-
nominal pada tingkat, kalau mungkln, yang tetap pat berkaitan dengan manakah yang Ieblh pen-
(a constant growth), (2) kebijakan yang di- ting stabiiisasi tingkat ataulaju pertumbuhan out
jaiankan pada masa setelah perang (postwar), put, demlkian juga pendapat berkaitan dengan
(3) kebijakan yang dljaiankan sebagaimana kebi manakah yang lebih penting antara stabiiisasi
jakan nomer satu di atas, hanya ditambahkan di- tingkat harga atau st^iiisasi laju pertumbuhan
mungkinkannya terjadinya penyimpangan pen harga (Inflasl). Dalam hal Ini ada 3 (tiga) pertlm-
dapatan riii dari keseimbangannya pada awai bangan yang mungkln dapatdipakai sebaga! pe-
tahun saja. Hal ini dimaksudkan agar bank sen doman yaltu:
tral dapat meningkatkan pertumbuhan penda (1) Growth-rate targeting —pertumbuhan
patan nominal padasaatterjadi resesi. pendapatan nominal sedemiklan rupa se-
Menurut perhitungannya Taylor, dampak hingga, kalau mungkin, konstan.
adanya stabiiisasi pertumbuhan pendapatan (2) Level targeting — j^a tingkat pendapatan
nominal sedikit tidak disukai karena kebijakan nominal sedemildan nipa sehingga
yang beraturan tidak mempertiatlkan atau mem- mendekati jalur yang telah ditetapkan, kalau
pertlmbangkan tingkat keglatan ekonomi riii, se- bisa selama wal^ yang telah ditetapkan.
hlngga sering terjadi kejutan atau goncangan (3) Hybrid targeting —\aga pertumbuhan pen
pada perubahan output yang menyimpang dari dapatan nominal untuk tahun yang akan
keseimbangannya. Telapl agaknya aturan yang datang sedapatmungkin'pada tingkat yang
ketiga di atas merupakan aturan yang terbalk . tetap ditambah persentase tertentu dari
dalam artian bahwa kalau yang menjadi kritlria jarak antara pendapatan nil dengan tingkat
kebijakan adalah volatiiitas output dan Inflasl. pendapatan keseimbangannya. -
Dalam hal Ini Taylor juga menaruh perhatlan
pada pentlngnya stabiiisasi tingkat (level) output Dari ketentuan diatas maka dapat diambil
riii, bukannya laju perubahan (rate of change) maknanya bahwa kebijakan moneter yang di-
output riii, kalau tingkat output rill memang men lakukan dinegara Indonesia tersebut mengikuti
jadi penting. Demiklan juga dapat dlapllkaslkan kaidah yang mana.
pada tingkat harga ieblh dipentlngkan stabillsasi-
nya daripada laju perubahan harga barang ter IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MONETER
sebut. Meskipun tidak secara nyata dlkemu- DI INDONESIA.
kakannya. Kebijakan yang demlkian me- Sejak krisis moneter terjadi di Indonesia,
mungkinkan terjadinya penyimpangan antara medio 1997 yang laiu. banyak orang yang mem-
tingkat output dan tingkat harga keseimbangan persoalkan keandalan atau keampuhan '^erta
dengan target yang teiah dltetapkannya. Kebija kecanggihan kebijakan moneter yang dilal^kan
kan beraturanterbaik adalah jika menjagatingkat pemerintah via Bank Indonesia. Sebenamya kri
pendapatan nominal tetap berada dijalur yang sis tersebut dapat dihindari kalau Bank Sentral
tel^ ditargetkan. bekerja secara normatif. Artinya Bank Sentral,

JEP Vol. 3No. 1,1998 63


Iswartoro Sartjonopermono. KEBUAMN MONETER: Teori dan Bufdi Empiris ISSN: 1410 - 2641

sebagai penguasa moneter. mempunyai kebeba- dimana rakyat banyak maslh memeiiukan SEM-
san dan tidak tergantung kepada penguasa/ pe- BAKO, malah disodori MOBNAS. Hal ini hanya
merintah dalam mengambil langkah-langkah dimotivasi bagalmana mengambil margin keun-
kebijakan yang hendak dilakukan dalam rangka tungan produsen mobil dengan dallh me-
mencapal tujuan kebijakan ekonomi makro: per- masyarakatkan mobil rakyat/nasional tersebut.
tumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilisasi harga- Persoalan yang disoroti adalah kredit yang di-
harga dan distribusi yang lebih merata. Tetapi salurkan ke produsen mobil tersebut, yang di
'nasi sudah menjadi bubur', apa yang secara lakukan oleh konsursium perbankan domesflk.
normatif diharapkan tidak muncul.Hal ini berarti Apakah kredit itu akan kemball atau menjadi
bahwa Bank Sentral yang seharusnya melakukan kredit macet merupakan persoalan lain. Toh,
langkah-langkah kebijakan justru di'langkah'i, semua dapat diatur. Kalau secara normatif kredit
dalam artlan bahwa Bank Sentral harus melaku tersebut disalurkan untuk rakyat banyak, kredit
kan kebijakan yang telah ditetapkan pemerin- kecil atau apapun namanya, maka tidak akan
tah/penguasa, yang mungkin ada beberapa ha! terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh BKKBN.
secara normatip bertentangan dengan kaldah- Pelanggaran yang penulis maksudkan adalah
kaldah yang ada. MIsalnya, dalam pengendallan dilanggamya Undang-undang Pokok Perbankan
laju Inflasi. Bank Sentral mencoba melakukan 1992, tentang lembaga yang berhak menghim-
pengetatan uang, dalam hal Inl meminimumkan pun dan menyalurkan dana hanyalah 'bank*.
pemberian kredit langsung ataupun KLBI hanya Apakah BKKBN menjadi Bank Kredit Kedl
pada sektor-sektor yang dianggap menguasai Bagi Nasabah? Persoalan yang lebih sulit adalah
hajat hidup orang banyak (Bulog dan PERTA- menyangkut 'konsisten* atau keajegan Bank
MINA, misalnya). Sentral, sihingga apapun, slapapun, dimanapun,
Akan tetapi. kenyataan menunjukkan lain, bagalmanapun tidak boleh melanggar ketetapan
yakni bahwa ada komlditi yang mungkin tidak bersama (komitmen) yang telah disepakatl.
atau belum termasuk kebutuhan pokok perlu dan Tetapi, karena manuslawl, maka persoalan kea
harus diberi kredit langsung tersebut agar tetap jegan inl sulit untuk dllaksanakan, karena berba-
bertahan hIdup (BPPC). Yang menjadi persoalan gai alasan yang mahusiaw juga.
sebenamya bukanlah besamya kredit yang Jadi, apapun macam ataupun bentuk serta
dipersoalkan, tetapi k(xnitmen bersama unhjk cara yang akan diambll pemerintah/penguasa
mengendalikan laju inflasi telah dilanggar. dalam menangani kemelut yang sedang berlang-
Demikian juga kasus yang menyangkut personll- sung dl Indonesia, bukan tergantung IMF, CBS
personl! Bank Sentral yang terpaksa berurusan ataupun ISP, tetapi lebih teigantung pada per
dengan pihak berwajlb karena melakukan soalan 'moral*, bukan berarti moralis, tetapi
pelanggaran komitmen tersebut Sehingga apa cukuplah berpegang pada 'komltmen-kepedu-
yang pemah dllontarkan oleh Alejandro Diaz lian-konsisten'. Kalau komitmen kita adalah cinta
(1985), 'moral hazard' ataupun kebobrokan rupiah atau cinta produksl dalam negeri, maka
moral itu telah teijadi di Indonesia. Dalam hal Ini sebagai panutan, janganlah menimbun valuta
penulis tidak perlu mendefinlsikan 'moral', asing atau pun mengendarai mobil mewah yang
karena aspek yang dltlnjau hanya persoalan tidak naslonalis. Kalau peduli pada rakyat kecil,
komitmen yang telah dilanggar. Belum lagi me maka tidak perlu dl TV untuk menjual emas atau
nyangkut masalah kepedulian (concern) terhadap valuta asing, oukup bagl-bagi sembako pada rak
situasi dan kondisi perekonomlan l^ususnya, yat kecil, kalau pertu diam-dlam.

64 JEP Vol. 3 No. 1.1998


ISSN •1410-2641 Iswardono San^onoperfflono, KEB/JAKAN MONETER; Teof? dan BuktiEmpire

DAFTARPUSTAKA

Mankiw,N.Gregory. (1997), Monelaiy Pdicy, Chicago, The University of Chicago Press.


Feldstein Mdan Stock.H. James,{1997), The use ofMonetary Aggregate to Target Nominal GDPrChi-
cago, The university ofChicago Press.

Hail. E. Robert dan Mankiw. N. Gregory. (1997), Nom/rraf income targeting, Chicago, The University of
Chicago Press.

WoodfonJ. Michaei, (1997). Nonstandard Indicators for Monetary Policy, Chicago. The University of
Chicago Press.

Blinder. S. Allan. (1997), On Sticky Prices: Academic Theories Meet the Real Worid, Chicago, The
University ofChicago Press.

Ball, Laurence, (1997), What Determines the Sacrifice Ratio?, Chicago. The University of Chicago
Press.

Bryan, F. Michael dan Cecchetti, g. Stephen, (1997). Measuring Core Inflation. Chicago. The University
of Chicago Press.

Kashyap, K. Anil dan Stein, C. Jeremy, (1997). Monetary Pc^icy and Bank Lending, Chicago. The Uni
versity ofChicago Press.

Miron. A. Jeffrey &Romer, D. Christina dan Weil, N. David. (1997). Historical Perspectives on the
Monetary Transmission Mechanism, Chicago. The University of Chicago Press.
Shapiro, D. Matthew, (1997). Federal Reserve policy: Cause and Bfect. Chicago, The University of
Chicago Press.

Friedman, Miiton, (1953), The effect of a full-employment policy on economic stabilization: Aformal
analysis, Chicago, The University of Chicago Press.

Taylor, J.B, (1985), What would nominal GNP targeting do to the business cyc/e?, Carnegie-Rochester
Conference Series on Public Policy, vol.22. Amsterdam, North-Holland.

McCalium B.T, (1988), Robustness properties of arule for monetary policy, Camegie-Rochester Con
ference Senes on Public Policy, voi.29, Amsterdam, North-Hoiland.
,(1990), Target. indicafors,andinstrumentsofmonetarypolicy,Wash\ngton D.C., AEl Press,
Friedman, Mdan Schwartz, A, (1963), AMonetary History of fhe United State, 1S67-1960, Princeton,
NJ., Princeton University Press, . -

65
JEP Vol. 3No.,1.1998
Iswardono Safdjonopemiono, KEBIJAKANM0NE7ER: Teoiidan BuKliEmpiris isSN: 1410-2641

Lucas. Rome Jr. (1972), Expectations and the Neutrality of li^oney, Journal ofEconomic Theory 4
ApnI. " '

Barro, Robert J dan David 8. Gordon, (1983), Apositive theory of monetary policy in anatural rate
model. Journal ofPolitical Economy, 91, August.
Bean, Charles R, (1983), TargeSng nominal Income: An appraisal, 77ie Economic Journal, 93, Decem-
Uwia t

Fudenberg, Drevi/& Jean Tirole, (1991). Cambridge,•Gamef/ieoo'. MIT. Press.


Fischer, Stanley, (1980), Dynamic inconsistency, cooperation, and the benevolent dissembling govern
ment, Journal ofEconomic Dynamics and Control?, February.

JEPVol.3No. 1,1998

Anda mungkin juga menyukai