Anda di halaman 1dari 15

Nama : Dea Melinda

NIM : 1802111985

KEBIJAKSANAAN MONETER

Kebijaksanaan moneter merupakan salah satu faktor yang dapat


mempengaruhi kegiatan ekonomi. Banyak faktor lain yang juga dapat mempengaruhi
kegiatan ekonomi namun faktor-faktor ini di luar control pemerintah. Tetapi,
kebijaksanaan moneter menupakan faktor yang dapat dikontrol oleh pemerintah
sehingga dengan demikian dapat dipakai untuk mencapai sasaran pembangunan
ekonomi.

Apabila pemerintah memandang bahwa tujuan pembangunan ekonomi tidak


seperti vang diharapkan, mis alnya adanya pengangguran yang tinggi, inflasi ataupun
defisit dalam neraca pembayaran, maka perlu adanya tindakan stabilisasi untuk
menghilangkan mengurangi pengangguran.

Bank sentral adalah lembaga yang berwenang mengambil langkah


kebijaksanaan moneter, misalnya melalui politik diskonto, cadangan minimum, pasar
terbuka ataupun perkreditan, yang dapat dipakai Untuk mempengaruhi jumlah uang
beredar ataupun kredit perbankan.

Pengaruh kebijaksanaan moneter ini pertama terasa pada sektor moneter


perbankan, yang kemudian ditransfer ke sektor riil . Telah banyak bukti bahwa
perubahan dalam indikator moneter (inflasi, kredit dan sebagainya) akan
mempengaruhi sektor riil (misalnya, konsumsi dan investasi). Dengan demikian
kegiatan ekonomi akanterpengaruh.

3.1. MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKSANAAN MONETER

Di antara para pemikir ekonomi, terdapat beberapa perbedaan berkenaan


dengan besarnya pengaruh uang terhadap perekonomian (yakni besarnya angka
pelipat uang) serta bagaimana jalur pengaruh (mekanisme transmisi) perubahan
jumlah uang terhadap perekonomian. Ada beberapa jalur dalam mana perubahan
jumlah uang mempengaruhi kegiatan ekonomi (biasanya kegiatan ekonomi diukur
dengan pengeluaran total masyarakat) diantaranya:

 .Jalur Biaya Modal (The Cost Of Capital Channel)

Dalam ekonomi Keynes, tingkat bunga merupakan penghubung utama antara sektor
moneter dengan sektor riil. perubahan jumlah uang misalnya, akan mempengaruhi
tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga akan mempengaruhi investasi atau bahkan
mungkin juga konsumsi. Investasi merupakanbagian dari pengeluaran total (agregate
expendinure).

bahan dalam pengeluaran total pada gilirannya akan mempunyai efek ganda
terhadap keseimbangan pendapatan nasional. Dengan demikian, tingkat bunga yang
merupakan biaya modal dapat dipandang sebagai indikator pengaruh kebijaksanaan
moneter/sektor moneter terhadap keseimbangan pendapatan (sektor riil).

 Jalur Kekayaan (Wealth Channel)

Pengaruh perubahan jumlah uang terhadap pendapatan nasional dapat juga melalui
jalur kekayaan. Pengertian kekayaan biasanya meliputi:

- Kekayaan yang berupa barang phisik (rumah, tanah dan sebagainya)


- Surat berharga
- Uang tunai

Hubungan antara kekayaan dengan pengeluaran total (dalamhal ini konsumsi) telah
dijelaskan oleh Pigou (yang sering disebut dengan Pigou effect atau real balance
effect). Real balance effect dapat dijelaskan sebagai berikut: perubahan nilai uang kas
riil (real cash balance) baik disebabkan oleh karena turunnya harga (dengan jumlah
uang tetap) ataupunnaiknya jumlah uang (dengan harga tetap) akan mempengauhi
tingkat konsumsi. Konsumsi merupakan bagian darn pengeluaran total. Dengan
perubahan pengeluaran total maka Keseimbangan pendapatan akan berubah. Dengan
demikian
Kebijaksanaan moneter akan mempengaruhi jumlah uang (dimana uang merupakan
bagian dari kekayaan). Perubahan salah satu komponen kekayaan ini (dalam hal ini
uang kas riil) akan mempenganuhi konsumsi (melalui real balance Pigore salah satu
dari pengeluaran effect). Konsumsi merupakan bagian dari total Perubahan
pengeluaran total akan mengakibatkan perubahan pendapatan

 Jalur Harga Relatip (Teori Portfolio)

Teori portfolio merupakan dasar yang rasional mengapa seseorang memegang sesuatu
(beberapa) kekayaan tertentu termasuk dalam bentuk uang. Beberapa anggapan teori
ini

antara lain;

1. Setiap orang akan selalu berusaha untuk menyamakan pendapatan marginal


(marginal return) dari masing-masing bentuk kekayaan dalam portfolionya.

2. Bertambahnya salah satu bentuk kekayaan akan menurunkan harga bentuk


kekayaan tersebut relatip terhadap bentuk kekayaan yang lain.

3. Individu tersebut akan menukarkan bentuk kekaya-an yang harganya turun tersebut
dengan bentuk kekayaan lain yang harganya lebih tinggi.

4. Proses pertukaran tersebut (dengan demikian juga berarti proses perubahan


susunan bentuk kekayaan akan berjalan terus (akan dilakukannya) sampai
pendapatan marginal dari masing-masing bentuk kekayaannya sama besar
Perubahan harga relatip sebenamya merupakan konsekuens dari proses
penyesuaian susunan portfolio seseorang. misalnya penambahan jumlah uang
sebagai akibat dari kebijaksanaan moneter membeli surat berharga oleh Bank
Sentral, atau menyebabkan individu kelebihan uang kas dalam portfolionyo

Individu akan menukarkan kelebihan uang kas iní dengan kekayaan yang lain.
Harga kekayaan lain akan naik bentuk uang kas ini dengan (atau retumnya turun).
Produksi (dan yaan dengan lain demikian investasi) pada bentuk kekayaan lain akan
naik. Investasi naik ini akan mengakibatkan pendapatan juga bertambah.
 Jalur Langsung (Teori Monetarist)

Menurut teori ini pengaruh kebijaksanaan moneter terhadap GNP secara langsung.
Jalur mekanisme langsung, ini sifatnya lebih sederhana. Menurut pendapatnya,
karena sebenarnya mekanisme transmisi itu begitu kompleks sehingga sukar untuk
digambarkan, maka tidak bisa dinyatakan secara spesifik. Oleh karena itu tidak bisa
digambarkan secara terperinci.

3.2. TENGGANG WAKTU (LAG) EFEK DARI KEBIJAKSANAAN


MONETER

pada, pertama kuat/tidaknya hubungan antara perubahan kebijaksanaan


moneter untuk tujuan stabilisasi ekonomi tergantung kebijaksanaan moneter dengan
kegiatan ekonomi dan kedua jangka waktu antara perubahan kebijaksanaan moneter
dengan efeknya terhadap kegiatan ekonomi Jangka waktu antara perubahan
kebijaksanaan dengan perubahan kegiatan ekonomi sering disebut tenggang waktu
(lag).

Recognition lag mencakup waktu dari t0 ke t, yakni waktu yang diperlukan


oleh Bank Sentral untuk mengumpulkan data ekonomi serta menganalisa perubahan
kegiatan ekonomi yang diinginkan dengan melakukan kebijaksanaan moneter. Pada
waktu t0 tingkat kegiatan ekonomi telah berubah, misalnya terdapatnya kenaikan
pengangguran yang cukup besar. Sebelum Bank Sentral mengambil kebijaksanaan
moneter guna mengatasi masalah pengangguran ini diperiukan waktu terlebih dahulu
untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan pengangguran.

Administrative lag memunjukkan waktu antara diketahuinya (oleh Bank


Sentral) akan diperkirakan untuk merubah kebijaksanaan moneter(t1) dengan waktu
dalam mana Bank Sentral betul-betul merubah Satu atau beberapa instrumen
kebijaksanaan moneter (t2). Keseluruhan recognition dan administrasi lag sering
disebut dengan inside lag, yakni jangka waktu antara perubahan keadaan/kegiatan
ekonomi yang memerlukan perubahan kebijaksanaan moneter. dengan perubahan satu
memerlukan beberapa

outside/impact lag adalah waktu antara perubahan dalam instrument


kebijaksanaan moneter (t2) dengan efek dari kebijaksanaan moneter tersebut dalam
kegiatan ekonomi. Lag ini mengukur lamanya waktudalam mentransfer perubahan
kebijaksanaan moneter dengan efeknya terhadap kegiatan ekonomi (t3).

Masalah lag ini sangat penting terutama dalam kaitannya dengan


kebiiaksanaan stabilisasi. Lag ini menunjukkan efisiensi kebijaksanaan moneter.
Karena adanya tenggang waktu (lag) inilah yang sering kebijaksanaan moneter yang
ditujukan untuk stabilisasi kegiatan ekonomi malah berakhir dengan ketidakstabilan.
Milton Friedman adalah salah satu ahli ekonomi yang mempermasalahkan lag dalam
kebijaksanaan moneter dan fiskal. Gambar berikut menjelaskan permasalahan
tersebut.
Adanya lag sering mengakibatkan bahwa kebijaksanaan moneter yang ditujukan
untuk menstabilkan perekonomian justru berakhir dengant timbulnya ketidakstabilan.
Misalnya, kebijaksanaan moneter yang ekspansip diambil pada saat perekonomian
lesu (titik A). Karena efek

Kebijaksanaan ini ada tenggang waktu, maka baru terasa Justru terasa pada waktu
perekonomian membaik, dan bahkan kegiatan ekonomi dapat lebih melonjak (titik c )

dibandingkan dengan apabila tidak diambil kebijaksanaan moneter ekspansip


(perekonomian akan bergerak patah-patah). Kegiatan ekonomi terus meningkat dan
inflasi mungkin dapat timbul. Untuk mencegahnya, maka diambil kebijaksanaan
moneter yang restriktip. Karena adanya lag, maka efeknya terasa pada waktu kegiatan
ekonomi menurun, dan bahkan menurunnya lebih tajam (titik D) Dengan demikian
tampak dengan jelas, bahwa kebijaksanaan yang dimaksudkan untuk menstabilkan
perekonomian justru berakhir dengan ketidakstabilan. Garis patah-patah
menggambarkan gerak gelombang kegiatan perekonomian sebagai akibat adannya
kebijaksanaan moneter, yang lebih tidak stabil dibandingkan tanpa kebijaksanaan
moneter .

Dalam kaitannya dengan masalah ini Milton Fnedman menyarankan aturan bahwa
penambahan jumlah uang beredar dilakukan secara tetap setiap waktu (bulan atau
tahun) tidak tergantung pada kegiatan ekonomi. Tentukan tingkat pertambahan
jumlah uang tertentu dan biarkan tanpa dirubah. Sebab kalau pertambahan jumlah
uang ini sesuai dengan kegiatan ekonomi (ditambah pada masa resesi dan dikurangi
pada masa boom) maka yang timbul adalah ketidakstabilan dalam perekonomian,
seperti pada gambar di atas. Dengan aturan seperti yang disarankan Friedman ini
maka dapat dihindarkan adanya masalah lag serta kesalahan dalam memperkirakan
efek kebijaksanaan moneter.

3.3. KEBIJAKSANAAN MONETER KEADAAN DALAM KETIDAKPASTIAN

Para pengambil keputusan biasanya tidak mempunyai pengetahuan yang sempurna


tentang keadaan ekonomi serta kesulitan dalam melakukan peramalan secara teliti
dikarenakan beberapa factor yang sukar diduga sebelumnya, seperti misalnya:
pemogokan, perang atau krisis moneter.

Dengan demikian, pencapaian target kebijaksanaan sulit secara tepat diperoleh,


mungkin efek sampingan harus diterina.

Karena tidakpastian ini selalu dihadapi oleh penguasa moneter, kan suatu strategi
kebijaksanaan moneter yang sesuai dengan sumber atau jenis ketidakpastian tersebut.
Ketidakpastian ini berasal dari sektor riil atau pun dari sektor moneter. Sedang
instrument kebijakan moneter sepertí misalnya

penentuan jumlah uang beredar atau tingkat bunga

ketidakpastian dalam sektor riil dan moneter dapat digambarkan dengan


menggunakan alat analisa IS - LM.

3.3.1. Dalam Keadaan Adanya Kepastian


Seperti telah disebutkan di atas, apabila penguasa moneter kebijaksanaan moneter
apapun akan dapat mencapai sasaran. Dengan demikian penyimpangannya tidak ada.
isalkan penguasa moneter menginginkan tingkat pendapatan

dalam keadaan full-employment (YFE). Keadaan yang dihadapi dapat diketahui


dengan pasti. Dengan demikian posisi IS dan LM diketahui dengan pasti. Untuk
mencapai sasaran YFE penguasamoneter dapat menggunakan instrumen tingkat
bunga atau jumlah uang beredar. Apabila penguasa moneter menetapkan tingkat
bunga sebesar FE, maka kurva LM-nya adalah LM2 memotong kurva IS pada YFE.
Dan apabila pengusaha moneter menetapkan jumlah uang beredar, maka kurva LM-
nya adalah LM, dan memotong kurva IS pada YPp. Kedua instrumen memberikan
hasil yang sama. Kedua-duanya dapat mencapai target. Hal ini dapat terjadi karena
adanya kepastian baik sektor ril maupun moneter.

3.3.2. Dalam Keadaan Adanya Ketidakpastian

Apabila penguasa moneter menetapkan tingkat bunga re maka kurva LM yang


relevan adalah LM2. Sebaliknya apabila kebijaksanaan yang diambil itu berupa
penetapan jumlah uang beredar, maka kurva LM-nya adalah LM1. Dalam
kebijaksanaan penetapan tingkat bunga re, maka tingkat pendapatan akan berada
antara YIY4. Sedang pada kebijaksanaan penetapan jumlah uang beredar pendapatan
akan berada antara Y2Y3. Dengan demikian Fluktuasi pendapatan pendapatan
Y2Y3<Y1Y4

3.4 CROWDING OUT )

3.4.1. Pengertian

Crowding out biasanya menunjukkan efek kebijaksanaan fiscal terhadap kegiatan


ekonomi. Apabila penambahan pengeluaran pemerintah (investasi pemerintah),
apakah itu dibiayai dengan
penarikan pajak ataupun dengan pengeluaran obligasi, tidak dapat mendorong
kegiatan ekonomi/efeknya terhadap kegiatan ekonomi nol/, maka dikatakan bahwa
telah terjadi crowding out pengeluaran investasis wasta oleh investasi pemerintah.

Beberapa kasus sebab terjadinya Crowding Out

 Kasus kurva LM Vertikal (Pendapat Ekonomi Klasik)

Permintaan uang itu tidak elastis terhadap bunga karena dominan rasa
memegang uang dan bukan spekulasi

Gambar grafik crowding out versi klasik

 Crowding out Tanpa adanya kurva LM Yang Vertikal

Terbagi menjadi 5 macam crowding jenis ini :

1). Kasus Keynes: Efek Ekspektasi


Suatu ironi bahwa dalam salah satu paragraph buku General Theory of Employment,
Interest and Money Keyes menyebutkan adanya dukungan terhadap kemungkiaan
terjadinya crowding out.

Gambar Grafik Crowding Out Versi Keynes

kenaikan dalam keinginan akan uang kas menyebabkan kurva LM bergeser


dari LM (G0) ke LM (G1) dan penurunan dalam marginal efficiency of capital
tercermin pada pergeseran dari IS(GO) ke IS(GI). Apabila pergeseran ini tidak
menyebabkan perubahan dalam permintaan total (AD) maka akan teriadi crowding
out. Namun dernikiam perubahan permintaan total ini dapat positip, nol atau
tergantung dari besamya pergeseran antara IS dan LM

 Kasus Knight: Kurva IS Yang Horizontal

Menurut Knight, kita tidak seharusnya berprasangka adanya penurunan hasil


(deminishing return/ dari investasi Elastisitas investasi terhadap tingkat bunga itu
besar sekalii (sempurna) sehingga kalau digambarkan dengan kurva IS bentuknya
horizontal.
Hal ini disebabkan oleh dua hal :

a) Jumlah modal yang ada relatip jauh lebih besar bila dibandingkan dengan
tambahan modal (Al relatip kecil sekali bila dibandingkan dengan total investasi),
sehingga tambahan investasi ini tidak akan memberikan hasil yang besar.

b) Dalam investasi terkandung investasi untuk pengetahuan, misalnya untuk riset,


sehingga turunnya produk marginal dapat diimbangi dengan kemajuan teknologi.
Dengan menggunakan kurva IS-LM kasu Knight ini dapat digambarkan sebagai
gambar 3.11. Kurva IS yang horizontal berarti bahw kebijaksanaan fiskal tidak
akan dapat menggeser kurva IS. Pengeluaran pemerintah akan menyerap tabungan
dan dengan demikian akan mengurangi investasi.
Dalam keadaan demikian (IS yang horizontal) kebijaksanaan moneter lebih efektip
dibandingkan dengan kebijaksanaan fiskal. Kebijaksanaan fiskal tidak dapat
mempengaruhi output dan tingkat bunga.
Kasus Uttrarasiodal: Substitusi Langsung

Kasus ini menggunakan anggapan bahwa masyarakat memandang sektor swasta


(pengusaha) dan pemerintah dapat saling mengganti dalam hal investasi. Anggapan
ini diutarakan oleh Paul David dan John Scadding dalam penjelasan tentang
penemuan hasil penelitiag Denision bahwa rasio
tabungan terhadap GNP di Amerika itu konstan meskipun terdapat variasi terdapat
variasi dalam besarnya deficit ini menunjukkan bahwa hutang swasta dan hutang
negara (public debt) saling mengganti.

terjadinya crowding versi ini. Kenaikan pengeluaran pemerintah yang dibiayai


dengan pinjarnan akan menyebabkan penurunan pengeluaran investasi, sehingga
kurva IS tidak akan bergeser. Demikian juga pengeluaran konsumsi pemerintah, yang
dibiayai dengan penerimaan pajak akan mengurangi pengeluaran konsumsi
masyarakat dengan tidak mengurangi tabungan.
Hasilnya, permintaan agregat tidak berubah. Dengan demikian kebijaksanaan fiskal
(apakah dibeayai dengan pajak ataupun dengan pinjaman) tidak mempunyai efek
terhadap kurva IS maupun permintaan agregat. Tingkat bunga juga tetap. Crowding
out dapat terjadi. Kasus Friedman Efek Permintaan Dan Efek Selanjutnya Friedman
menyatakan bahwa isyu crowding out tidak sepenuhnya tergantung pada lereng kurva
LM seperti halnya yang dikemukakan Keynes ataupcn Klasik. Dia lebih menekankan
pada adanya efek yang berkelanjutan dari pembeayaan defisit (deficit financiing).
Menurut dia, efek kebijaksanaan moneter relatip lebih besar daripada kebijaksanaan
fiskal. Efek kebijaksanaan fiskal adalah kecil (minor). Untuk menunjukkan
pernyataannya ini, Friedman menggambarkan kurva IS yang relatip datar, yang
mengandung ani bahwa pengertian investasi lebih luas dari Keynes (Friedman
membagi ke dalam 5 jenis assets, sedang Keynes hanya 2, yakni uang kas dan
obligasi)
Friedman lebih lanjut juga menyatakan bahwa pembeayaan pengeluaran pemerimah
dengan penambahan uang beredar akan mempunyai efek tethadap GNP
Jauh lebih besar bila dibandingkan dengan pembiayaan melalui pinjaman

Blinder dan solow menjelaskan pernyataan dengan menggunakan kurva LS dan LM


dengan menambahakan bahwa tingkat konsumsi dan permintaan uang merupakan
fungsi dan kekayaan.
3.5.1. Masalah Dalam Implimentasi

Penentuan tujuan kebijaksanaan moneter seperti pertumbuhan, inflasi serta neraca


pembayaran yang sehat hanyalah merupakan salah satu bagian dari kebijaksanaan
moneter. Masih banyak masalah yang perlu dipecahkan, terutama dalam hal
implimentasinya Masalah inj mencakup, pertama bahwa penguasa moneter harus
menentukan arah yang hendak dituju untuk mencapai sasaran kebijaksanaan, seperti
misalnya output, employment serta harga. Kedua, mereka harus menentukan
bagaimana caranya mengatur/mengubah instrumen kebijaksanaan moneter (seperti
cadangan minimum, politik diskonto serta jual beli surat berharga) agar supaya tujuan
sasaran kebijaksanaan moneter tercapai.

Bank Sentral akan mengalami kesulitan di dalam mengaur kebijaksanaan moneter

dikarenakan kurangnya informasi atau kurangnya kepastian mengenai proses


implimentasi kebijaksanaan moneter. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah ini
beberapa penelitian telah memberikan dasar teori dan empirik tentang indikator serta
target operasional dari implimentasi kebijaksanaan moneter. Penguasa moneter
biasanya tertarik pada dua pertanyaan yang berkaitan dengan masalah

implimentasi, yakni pertama bagaimana efek kebijaksanaan terhadap tujuan yang


ingin dicapai, apakah sudah mengarah pada sasaran atau belum. Suatu indikator
diperlukan untuk mengetahui hal ini. Kedua ingin mengetahui bagaimana mereka
harus mengubah/memanipulasi instrumen kebijaksanaan moneter supaya
tujuan/sasarannya tercapai.

3.5.2. Indikator Dalam Implimentasi Kebijaksanaan Moneter

Indikator kebijaksanaan moneter adalah variabel ekonomi yang memberikan


informasi tentang gerakan/perubahan dalam sektor riil apakah sudah bergerak ke arah
sasaran yang diinginkan atau belum.

Pemilihan indikator sebenarnya merupakan permilihan variabel moneter yang secara


konsisten memberi informasi tentang pengaruh kebijaksanaan moneter terhadap
perekonomian. Ini memerlukan adanya hubungan yang pasti (dapat diperkirakan)
antara indikator tersebut dengan tujuan/sasaran kebijaksanaan moneter. Perubahan
sektor ril dapat diperkirakan dari adanya perubahan dalam indikator. Dengan melihat
indikator ini dapat diperkirakan apakah arah kebijaksanaan moneter itu
sejalan/menuju kesasaran yang ingin dicapai atau tidak. Kalau tidak, penguasa
moneter dapat mengubah instrumen kebijaksanaan moneter. Dengan demikian
indikator ini memberikan informasi apakah sasarannya akan tercapai atau tidak.
Biasanya variabel moneter yang dipakai sebagai indikator adalah tingkat bunga dan
jumlah uang beredar.
3.5.3. Target Operasional

Target operasional adalah variabel ekonomi/moneter yang selalu diawasi tiap hari
oleh penguasa moneter (Bank Sentral) dalam menjalankan kebijaksanaan jual-beli
surat berharga (open market operation). Beberapa syarat harus dipenuhi agar supaya
sesuatu variabel dapat dipakai sebagai target operasional, antara lain:

Bank Sentral harus dapat mengukur target operasional ini

a) dalam jangka yang relatip pendek.

b) Bank Sentral harus dapat mengatur volume target operasional ini dengan cara
merubah instrumen kebijaksanaanerasional

c) Perubahan volume target operasional dari waktu ke mempunyai pengaruh yang


besar terhadap perubahan dalan waktu variabel indikator.

3.5.3.1. Jalur Tingkat Bunga

Menurut hipotesa ini variabel indikatornya adalah

tingkat bunga sedangkan dana perbankan sebagai target ope-

rasionalnya. Pada prinsipnya hipotesa ini mengatakan bahwa

pengaruh kebijaksanaan moneter ditransfer melalui perubah-

an dana perbankan, yang kemudian akan mempenganhi ting-

kat bunga. Perubahan tingkat bunga pada gilirannya akan

mempengaruhi permintaan agregat (melalui pengeluaran

investasi dan atau konsumsi)

3.5.3.2. Jalur Jumlah Uang Beredar

Menurut hipotesa ini variabel indikatornya adalah pertumbuhan jumlah uang beredar,
sedangkan uang inti (monetary base ) sebagai target operasionalnya. Pengaruh
kebijak-
sanaan moneter pertama mempengaruhi uang inti, kemudian Jumlah uang beredar.
Perubahan jumlah uang beredar langsung mempengaruhi permintaan agregat.

(1) Hipotesa tingkat bunga mengukur aliran bahan baku(terlalu banyak atau terlalu
sedikit) dengan dana perbankan. Sedangkan hipotesa jumlah uang dengan meng

gunakan besarmya uang inti.

(2) Hipotesa jumlah uang mengatakan bahwa kenaikan jumlah uang inti akan
menaikan jumlah uang beredar yang pada gilirannya akan menaikkan
pengeluaran total yang akan menaikkan output, employment dan harga. Sedang
hipotesa tingkat bunga mengatakan kenaikan dalam dana perbankan akan
menurunkan tingkat bunga. Dengan

turunnya tingkat bunga, pengeluaran total akan naik sehingga output dan
employment akan naik. Dengan demikian kedua hipotesa tersebut melihat
implimentasi kebijaksanaan moneter dengan ukuran/indikator yang berbeda.
Karena ukurannya berbeda, kadangkala resep yang diberikan dapat berbeda.
Misalnya mengenai perubahan tingkat bunga menurut hipotesa tingkat bunga,
Bank Sentralah yang Sangat dominan dalam mempenganuhi tingkat bunga.
Sedangkan hipotesa jumlah uang mengatakan bahwa faktor dominan yang
mempengaruhi tingkat bunga adalah perubahan dalam permintaan kredit oleh
masyarakat, bukanlah Bank Sentral

Anda mungkin juga menyukai