PERMASALAHAN
DALAM KEBIJAKAN
MONETER
NAMA KELOMPOK
Masalah kedua berkaitan dengan pilihan mengenai konsep "uang beredar" yang
mana yang paling baik sebagai sasaran, seandainya dalam keadaan tertentu) jawaban
untuk masalah pertama di atas adalah menggunakan uang beredar sebagai sasaran-antara.
Di sini kita punya pilihan untuk menggunakan, misalnya, B, M1, M2 atau L, atau berbagai
kombinasi antaranya.
Oleh sebab itu perlu sasaran-antara, yang secara lebih cepat bisa dimonitor perkembangannya sebagai indikator awal dari pengaruh suatu
kebijaksanaan, sehingga apabila kebijaksanaan perlu dikoreksi segera bisa dilakukan.Untuk tujuan tersebut susart-attata tersebut harus memenuhi 2 syarat,
yaitu:
1. Ia harus secara cukup akurat dan cukup andal (reliable) sebagai indikator awal dari hasil akhir kebijaksanaan tersebut. Artinya apa yang diharapkan akan
terjadi pada sasaran akhir sudah bisa tercermin dengan baik pada sasaran-antara tersebut.
2. la barus segera bisa diamati dan dimonitor, sehingga segera kita ditentukan apakah secara umum kebijaksanaan yang dijalankan sudah benar atau belum.
Dua sasaran antara yang memenuhi kedua syarat tersebut ata tingkat bunga den jumlah uang beredar. Informasi atau data mengenai kedua sasaran ini
biasanya bisa diperoleh dengan cepat (bahkan tingkat bunga bisa diamati langsung dari pasar uang saat itu juga. Tetapi data mengenai uang beredar mangkin
harus menunggu beberapa hari atau minggu).
Lanjutan…
Tingkat bunga yang "stabil" menunjukkan bahwa situs panas uang adalah tenang dan bahwa ada
keseimbangan antara permintaan dan penawaran. ini selanjutnya bisa diartikan bahwa, apabila situasi di luar sektor
moneter adalah normal, sasaran akhir (harga output dan neraca pembayaran) juga akan berada pada posisi
kestabilan atau keseimhangannya. Anggapan dasarnya adalah apabila keadaan di luar sektor moneter tidak normal,
maka keadaan tersebut seyogyanya diatasi atau diobati dengan langkah kebijaksanaan moneter (seperti
kebijaksanaan fiskal) Oleh sebab itu memelihara "kestabilan" tingkat bunga yang berlaku di pasar uang bisa
dijadikan sasaran antara dalam kebijaksanaan moneter.
Dalam praktek. Yang dimaksud dengan memelihara “kestabilan tingkat bunga bukanlah berarti
mempertahankan tingkat bunga pada tingkat tertentu (katakan, 8% per tahun atau tingkat lain) selam lamanya.
Tetapi yang disini adalah mengendalikan agar tingkat bunga di pasar berada dalam batas-batas (tingkat bunga
minimum dan maksimum) yang diinginkan atau ditargetkan oleh OtoritaMoneter.
Cara mengendalikan tingkat bunga dilakukan dengan mengendalikan jumlah uang beredar. Otoritas Moneter
perlu menambah Miste M2 (dengan cara-cara yang telah dibahas dalam Bab VII) apabila tingkat bunga dianggap
terlalu tinggi (yaitu apabila menunjukkan gejala melewati target maksimum) dan mengurangi kedua variabel
tersebut apabila tingkat bunga dinilai terlalu rendah ada gejala turun di bawah target minimum).
Lanjutan…
Mana yang lebih baik sebagai sasaran-antara bagi kebijaksanaan moneter : tingkat bunga atau jumlah uang beredar?.
Pertimbangan pertama menyangkut struktur dan tahap perkembangan perekonomian yang bersangkutan. Bagi negara-negara yang
belum mempunyai pasar uang yang cukup berkembang. "mekanisme monetarist" (yaitu, tambahan uang langsung mempengaruhi
tambahan pengeluaran untuk barang dan jasa) mungkin lebih mencerminkan keadaan. Dalam perekonomian seperti ini instrumen
keuangan (financial instruments) tidak atau belum banyak tersedia, sehingga pilihan yang terbuka bagi masyarakat adalah memegang
tambahan uang tersebut dalam bentuk uang atau dalam bentuk barang. Jadi untuk perekonomian seperti ini, jumlah uang beredar mungkin
merupakan sasaran-antara yang paling cocok.
Tetapi bagaimana bagi perekonomian yang mempunyai pasar uang yang sudah cukup berkembang (seperti juga di Indonesia)?.
Pertimbangan yang kedua adalah memilih sasaran berdasarkan pada macam atau sumber gangguan ketidakstabilan itu sendiri.
Untuk menjelaskan hal ini kita akan menggunakan diagram IS-LM yang Sudah kita kenal dalam ekonomi makro, dan menganggap (agar
analisanya sederhana) bahwa tujuan akhir dari kebijaksanaan moneter adalah untuk "menstabilkan" output (GDP) pada tingkat yang
mendekati full employment.
Bahwa dengan menstabilkan tingkat bunga berarti kita perlu menambah uang beredar apabila permintaan akan uang meningkat,
dan sebalik nya mengurangi uang beredar apabila permintaan akan uang turun. Dengan demikian kita sebenarnya telah mengisolir sumber
ketidakstabilan GDP, sehingga tidak "menjalar" ke sektor-sektor di luar pasar uang. (Karena pasar uang itu sendiri dibuat selalu
seimbang).
Jadi jelas bahwa pengetahuan kita mengenai apakah sumber ketidakstabilan perekonomian kita terutama bersifat "moneter" (yaitu,
ketidakstabilan permintaan akan uang) ataukah bersifat "non-moneter" (yaitu, ketidakstabilan di pasar investasi) sangat membantu kita
dalam menentukan apakah tingkat bunga atau jumlah uang beredar lebih cocok sebagai sasaran kebijaksanaan moneter.
Diagram IS-LM
1.
1.
Uang mana yang dikendalikan
KETIDAKPASTIAN DAN JARAK WAKTU (LAG)
Berbeda dengan ilmu-ilmu eksakta, ilmu ekonomi sebagai ilmuyang mempelajari perilaku manusia, dihadapkan
pada ketidakpastian(uncertainty) baik mengenai dalil-dalilnya itu sendiri maupun menge-nai nilai-nilai koefisien yang
relevan apabila dalil-dalil tersebutditerapkan untuk memecahkan masalah nyata. Mengenai ketidakpas-tian dalil-dalil
dalam teori moneter, kita telah melihat bagaimana misalnya kelompok Keynes berbeda dengan kelompok Klasik dalam
berbagai konsep penting, seperti permintaan akan uang, penentuan tingkat bunga dan sebagainya. Bahkan seandainya
pun kita sudahsetuju dengan dalil (teori) yang akan dipakai untuk memecahkan masalah tertentu, dalam praktek kita
masih harus ''mengisi'' dalil- dalil tersebut (misalnya saja koefisien pelipat uang) dengan angka angka yang kita
perkirakan berlaku bagi perekonomian kita saat itu
Unsur ketidakpastian ini selalu ada dalam setiap usaha dalam merumuskan dan melaksanakan suatu
kebijaksanaan moneter, dan kebijaksanaan ekonomi pada umumnya. Apabila kita membaca kepustakaan mengenai
kebijaksanaan ekonomi, maka "pesan" seringkali kita dapatkan dari banyak penulis adalah bahwa dalam keadaan
ketidaksempurnaan informasi tersebut para perumus kebijak-sanaan seyogyanya jangan suka mengambil kebijaksanaan
yang terlalu "berani", dalam arti bahwa mereka harus selalu menghindaridiambilnya reaksi yang berkelebihan (over
reaction) terhadap suatupermasalahan stabilisasi yang timbul. Tindakan yang "reaktif harusdihindarkan, sebab dalam
suasana informasi yang tidak sempurna(atau tidak pasti) tersebut kesalahan langkah sama mungkinnya ter-jadi dengan
ketepatan langkah. Sekarangpun tidak sedikit ekonomyang berpendapat bahwa perekonomian mempunyai
kemampuanuntuk mengkoreksi sendiri ketimpangan-ketimpangan kecil. Hanyaketimpangan-ketimpangan besar
memerlukan tindakan aktif dari pe-merintah.
HARAPAN RASIONAL (RATIONAL EXPECTATIONS)
Selain masalah ketidakpastian dan masalah lag, kebijaksanaanmoneter dalam praktek menghadapi pula masalah yang bersumberdari
terbentuknya "harapan' atau expectations di masyarakat me-ngenai apa yang akan terjadi di dalam perekonomian. Peranan harap-an ini sangat
penting karena ia menentukan tindakan atau reaksi ma-syarakat terhadap kebijaksanaan itu sendiri. Berhasil tidaknya suatulangkah
kebijaksanaan dalam praktek sangat tergantung pada harapanmacam apa yang terbentuk di masyarakat. Reaksi masyarakat terhadap, misalnya,
suatu kebijaksanaan atau perubahan keadaan yang(menurut mereka) hanya bersifat sementara sangatlah berbeda dengan reaksi mereka terhadap
kebijaksanaan atau perkembangan ke-adaan yang diduga akan bersifat permanen.
Namun akhir-akhir ini sejumlah ekonom mencoba menuangkan faktor pembentukan harapan ini ke dalam suatu pendekatan
baru dalam ekonomi makro yang disebut pendekatan harapan rasion" atau the rational expectations approach. Inti dari pendekatan ini adalah bahwa
masyarakat tidaklah "bodoh'', dalam arti akan menggunakan segala informasi yang ada pada mereka sebaik-baiknya dalam menentukan reaksi mereka
terhadap perubahan atau terhadap suatu langkah kebijaksanaan.
mereka tidak bodoh', juga dalam arti bahwa mereka tidak akan membuat kesalahan tindakan yang sama terus-menerus. Jadi seandainya mereka pernah
berbuat suatu kesalahan reaksi terhadap suatu kebijaksanaan pemerintah, mereka akan belajar dari pengalaman tersebut dalam jangka panjangnya mereka
akhirnya selalu bisa bereaksi terhadap langkah kebijaksanaan secara "rasional' (inilah sebabnya pendekatan tersebut diberi nama harapan rasional).Indikasi
dari pendekatan baru ini bagi teori ekonomi kebijaksanaan makro cukup fundamental. Pertama, dengan diberikannya peranan yang penting pada
pembentukan ''harapan" masyarakat dalam proses bekerjanya kebijaksanaan dan perekonomian mikro secara umum, maka banyak bagian-bagian dari teori
makro konvensional yang sampai saat ini dipelajari, perlu dirombak untuk
memasukkan faktor harapan rasional ini.
Lanjutan
Mereka tidak bodoh', juga dalam arti bahwa mereka tidak akan membuat kesalahan tindakan yang sama terus-menerus. Jadi
seandainya mereka pernah berbuat suatu kesalahan reaksi terhadap suatu kebijaksanaan pemerintah, mereka akan belajar dari
pengalaman tersebut
dalam jangka panjangnya mereka akhirnya selalu bisa bereaksi terhadap langkah kebijaksanaan secara "rasional' (inilah sebabnya
pendekatan tersebut diberi nama harapan rasional).Indikasi dari pendekatan baru ini bagi teori ekonomi kebijaksanaan makro
cukup fundamental. Pertama, dengan diberikannya peranan yang penting pada pembentukan ''harapan" masyarakat dalam proses
bekerjanya kebijaksanaan dan perekonomian mikro secara umum, maka banyak bagian-bagian dari teori makro konvensional yang
sampai saat ini dipelajari, perlu dirombak untuk memasukkan faktor harapan rasional ini.
menurut pendekatan ini, adalah kredibilitas dari langkah kebijaksanaan tersebut di mata masyarakat. Suatu langkah kebijaksanaan
mempunyai kredibilitas tinggi apabila masyarakat menganggap
bahwa tindakan tersebut akan dilaksanakan secara konsekuen. Dalam
hal ini masyarakat akan bereaksi seperti apa yang diharapkan oleh
kebijaksanaan tersebut. Sedangkan apabila kredibilitas suatu tindak.
an kebijaksanaan adalah rendah, artinya masyarakat menganggap bahwa tindakan tersebut tidak akan dilaksanakan secara tuntas
atau hanya untuk sementara waktu saja, maka sangat mungkin bahwa masyarakat tidak akan bereaksi seperti yang diharapkan oleh
kebijaksanaan tersebut. Kelompok ''harapan rasional" sangat menekankan pentingnya kesamaan antara kata dan perbuatan dari
pem buat kebijaksanaan. Kebijaksanaan (atau pembuat kebijaksanaan) yang kehilangan kredibilitasnya tidak akan pernah efektif.
Namun perlu kita catat bahwa di dalam kelompok "'harapan rasional" ini ada aliran yang mempunyai pendapat bahwa implikasi
dari pendekatan ini adalah lebih jauh dari 2 implikasi yang disebut diatas
Mereka menyatakan bahwa di negara-negara maju yang
anut sistem ekonomi pasar, proses pasar.
Table of contents
01 02 03 04
Introduction Presentation Analysis Conclusion
Describe the section Describe the section Describe the section Describe the section
briefly briefly briefly briefly